Oleh:
NAMA : SITI AZLINDA
NIM : 20020081
1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu:
1. Penurunan kekuatan otot
Kekuatan otot melemah dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit
yang mendasari. Contohnya meliputi kondisi fisik yang buruk, olahraga
yang intens, pemulihan seusai latihan otot, atau malnutrisi.
2. Kekakuan sendi
Radang sendi atau artritis adalah peradangan yang terjadi pada satu atau
beberapa sendi, sehingga menyebabkan sendi menjadi kaku dan sulit untuk
digerakkan.
3. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh
jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan kekakuan
pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen
diperlukan rangsangan pergerakan.
4. Fraktur
Fraktur/Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan/tulang
rawan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi akibat
trauma langsung dan trauma tidak langsung.
5. Gangguan muskuloskletal
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi
pada ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Sistem
muskuloskeletal tubuh sendiri adalah struktur yang mendukung anggota
badan, leher, dan punggung.
6. Gangguan neuromuskular
Kelainan neuromuskular adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakmampuan sistem saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana
mestinya.
7. Keengganan melakukan pergerakan
Keengganan pasien dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih tersebut akan menimbulkan masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik.
1.3 Klasifikasi
1. Jenis Mobilitas:
a. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran seharihari. Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian padaekstremitas bawah karena kehilngan kontrol mekanik
dan sensorik. Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel.
Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem
saraf motorik dan sensoris.
2. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu:
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan
3. Jenis Immobilitas:
a. Imobilitas fisik: kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan
fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang
tersebut.
b. Imobilitas intelektual: kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya
pada kasus kerusakan otak.
c. Imobilitas emosional: kondisi ini bisa terjadi akibat proses
pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial: kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
1.4 Patofisiologi
Terlampir
1.5 Pathway/WOC
Terlampir
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah
gangguan mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak.
Latihan rentang gerak yang dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan
Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak sendi dimana pasien
akan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara pasif maupun aktif. Range of Motion (ROM) pasif diberikan pada
pasien dengan kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada
tulang maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat melakukannya sendiri
yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga.
Kemudian, untuk Range of Motion (ROM) aktif sendiri merupakan latihan
yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa membutuhkan bantuan dari perawat
ataupun keluarga. Tujuan Range of Motion (ROM) itu sendiri, yaitu
mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas
persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk (Potter &
Perry, 2012)
Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan
mobilitas fisik, antara lain:
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti
memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi trendelenburg,
posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan posisi litotomi.
b. Ambulasi dini
Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari
tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan yang lainnya.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari
Melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan untuk melatih kekuatan,
ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
mingkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif
1.10 Komplikasi
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobilisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan meyebabkan serangkaian komplikasi pada
berbagai sistem tubuh, antara lain (Alimul, 2012):
1. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh
jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan kekakuan
pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen
diperlukan rangsangan pergerakan.
2. Difusi atrofi
Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya lapisan
aktin dan myosin dan myofibril.
3. Konstipasi
Imobilisasi menyebabkan peristaltik menururn sehingga menyebabkan
absorpsi cairan berlebihan pada intestinum.
4. Pressure ulcer
Pasien imobilisasi beresiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat
adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat,
lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.
5. Gastritis
Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung.
4) Katz index
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah perintah pendampingan
ataupun didampingi personal atau perawatan
total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi Mandi dengan bantuan
sendiri tanpa bantuan, lebih dari satu bagian
atau hanya tubuh, masuk dan keluar
memerlukan bantuan kamar mandi. Dimandikan
pada bagian tubuh dengan bantuan total.
tertentu (punggung,
genital, atau
ekstremitas lumpuh).
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap Membutuhkn bantuan
mandiri. Bisa jadi dalam berpakaian, atau
membutuhkan dipakaikan secara
bantuan untuk keseluruhan.
memakai sepatu.
TOLETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar Butuh bantuan menuju dan
kecil (toilet), keluar toilet,
mengganti pakaian, membersihkan sendiri atau
membersihkan genital menggunakan telepon.
tanpa bantuan.
PINDAH POSISI (1 poin) (0 poin)
Masuk dan bangun Butuh bantuan dalam
dari tempat tidur/kursi berpindah dari tempat tidur
tanpa bantuan. Alat ke kursi, atau dibantu total.
bantu berpindah posisi
bisa diterima
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik inkontinensia bowel dan
perkemihan dan buang bladder.
air besar
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu memasukkan Membutuhkan bantuan
makanan ke mulut sebagian atau total dalam
tanpa bantuan. makan, atau memerlukan
Persiapan makan bisa makanan parenteral.
jadi dilakukan oleh
orang lain.
Skor :
A = Mandiri dalam semua fungsi
B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain
F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1 fungsi
lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak bugaran fisik yang
di tandai dengan fisik lemah, rentang gerak (ROM) menurun (D.0054)
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal yang
ditandai dengan pengeluaran feses lama dan sulit, kelemahan umum
(D.0049)
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif (D.0142)
C. Intervensi Keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.