OLEH :
KADEK AYU ISTANANDA
NIM : 01.3.21.00493
LEMBAR PENGESAHAN
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengertian
Mobilisasi ditujukan pada kemampuan klien bergerak dengan bebas dan
imobilisasi ditujukan pada ketidakmampuan bergerak dengan bebas .
(Alimul H., 2010)
Gangguan mobilitas fisik merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus ditangani. Jika gangguan mobilitas fisik tidak ditangani akan
menimbulkan masalah seperti gangguan untuk melakukan pemenuhan ADL
secara mandiri (Carpenito, 2006).
Hambatan mobilitas fisik yaitu suatu suatu keterbatasan pada
pergerakan fisik tubuh baik satu ataupun lebih pada ekstremitas secara
mandiri dan terarah, seperti kelemahan otot dan kerusakan fungsi
ekstremitas yang disebabkan oleh suatu penyakit, dan faktor yang
berhubungan dengan hambatan mobilitas yaitu gangguan neuromuskuler
(Miller, 2010).
2.1.2 Etiologi
Berikut merupakan beberapa aktor yang memengaruhi mobilisasi:
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental fisik akan menghalangi seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Ketidakmampuan itu
ada dua macam yaitu ketidakmampuan primer, yang disebabkan
oleh penyakit atau trauma. Sedangkan ketidakmampuan sekunder
terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer.
3. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. agar
sseseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan
energi yang cukup.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilitas. pada individu lansia, kemampuan untuk
melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan
penuaan.
2.1.3 Fisiologi
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem persarafan.Ada tiga faktor penting proses
terjadinya pergerakan atau kontraksi yaitu adanya stimulasi dari otot
motorik,transmisi neuromuskulor dan eksitasi kontraksi coupling
(Mubarak, 2010).
1. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulasi dari saraf motorik
yang dikontrol oleh korteks serebri, cerebellum,batang otak, dan basal
ganglia.Upper motor Neuron merupakan saraf yang berjalan dari otak
ke sinaps pada bagian anterior horn medula spinalis,sedangkan Lower
Motor Neuron merupakan saraf – saraf yang keluar dari medula spinalis
menuju ke otot rangka. Signal listrik dan potensial aksi terjadi
sepanjang mealin sepanjang akson saraf motorik yang berjalan secara
Saltatory Conduction. Impuls listrik berjalan dari saraf motorik ke sel
otot melalui sinaps dengan bantuan neutransmitter asetilkolin.
2. Tranmisi Neuromuskular
Asetilkolin dihasikan dari vesikel pada akson terminal.Adanya
depolarisasi dan pontesial aksi pada akson terminal merangsang ion
kalsium dari cairan ektraseluler kemudian terjadi perpindahan ke
membran akson terminal.Bersaman dengan itu,molekul asetilkolin
masuk ke celah sinaps yang selanjutnya akan ditangkap oleh reseptor
maka terjadilah pontesial aksi pada sel otot dan terjadilah
kontraksi.Setelah asetilkolin terpakai selanjutnya dipecah atau
dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase menjadi kolin yang kemudian
ditranspor kembali ke akson untuk bahan pembetukan asetilkolin.
3. Eksitasi-Kontraksi Couplin
Merupakan mekanisme molekular peristiwa kontraksi.Adanya implus
di neuron motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetikolin
dan menimbulkan potensial aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar
keseluruh serat otot sampai ke sistem T. Keadaan ini mempengaruhi
retikulum sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang kemudian diikat
oleh troponin C,sehingga ikatan troponin 1 dengan aktin
terlepas.Lepasnya ikatan troponin 1 dengan aktin menimbulkan
tropomiosin bergeser dan terbukalah celah atau biding site aktin
sehingga terjadi ikatan antara aktin dan miosin serta kontraksi otot
terjadi.
2.1.4 Klasifikasi
Beberapa macam keadaan imobilitas :
1) Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan
fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang
tersebut.
2) Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3) Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses
pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai
Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan.
2. Pemenuhan ADL (Activity Daily Life) dibantu oleh orang lain .
3. Elastisitas kulit menurun .
4. Keterbatasan menggerakan sendi.
5. Menurunnya massa otot.
6. Kelemahan otot .
SLKI
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Mobilitas fisik L.05042
Definisi
Kemampuan dalam pergerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Pergerakan 1 2 3 4 5
ekstermitas
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan tidak 1 2 3 4 5
terkoordinasi
Gerakan terbatas 1 2 3 4 5
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
SLKI
Intervensi Keperawatan
SIKI
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Dukungan Ambulasi I.06171
Definisi
Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah
Tindakan
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
SLKI
Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
Perawatan diri L.11103
Definisi
Kemampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan mandi 1 2 3 4 5
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenakan
pakaian
Kemampuan makan 1 2 3 4 5
Kemampuan ke 1 2 3 4 5
toilet (BAB/BAK)
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan
melakukan
perawatan diri
Minat melakukan 1 2 3 4 5
perawatan diri
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan diri
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan mulut
SIKI
Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
Dukungan perawatan diri : mandi I.11352
Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
- Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
- Monitor kebersihan tubuh (mis. Rambut,mulut, kulit, kuku)
- Monitor integritas kulit
Terapeutik
- Sediakan peralatan mandi (mis, sabun, sikat gigi, shampoo, pelembap kulit)
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
- Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
- Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
- Berikan bantuan sesuai tinkat kemndirian
Edukasi
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien, jika perlu
Carpenito, Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Hidayat. A. Aziz Alimul. 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
Moorhead, Sue dkk.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Ed. 5.
Yogyakarta : CV.Mocomedia
Potter. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.
Tamsuri, A. (2010). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm
1-63