Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


RUANGAN PERAWATAN LANTAI II
RS. BHAKTI RAHAYU

Disusun oleh :

Cintami Molle
NPM : 1420120035

PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA

AMBON
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Cintami Molle


NPM : 1420120035
Judul : Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan
Latihan di Ruangan Perawatan Lantai II Rs. Bhakti Rahayu.

Ambon, 28 Februari 2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN LATIHAN

A KONSEP TEORI
1 Pengertian Aktivitas dan Latihan
Menurut Heriana (2014), aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan
aktivitas/pergerakan merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dengan
kebutuhan dasar tidur dan saling mempengaruhi seperti istirahat. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persaratan dan
musculoskeletal.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kakuatan da
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat
bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktivitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat abdomen menjadi lemah
sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas dan sebagainya.
2 Anatomi
Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017), sistem tubuh yang berperan dalam
aktivitas adalah sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan.
a Sistem musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi. Gabungan
dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya aktivitas dan
pergerakan.
1) Tulang (rangka)
a) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut Menyokong
jaringan tubuh, terasuk memberi bentuk pada tubuh ( postur tubuh)
b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak,paru-paru, hati dan
medula spinalis.
c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligament.
d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.
e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)
2) Sendi
Sendi adalah hubungan antara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai
dengan struktur dengan tingkat mobilisasinya.
3) Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan gerakan
gerakan. Otot ada tiga macam otot rangka, otot polos dan otot jantung. Otot
rangka terdapat pada sistem skeletal dan merupakan otot yang paling berperan
dalam mekanik tubuh. Otot rangka berfungsi dalam membantu pengontrolan
gerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
4) Sistem Persyarafan secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa
pungsi, yaitu:
a) saraf aferen (reseptor) berfungsi menerima rangsangan dari luar kemudian
meneruskannya ke susunan saraf pusat.
b) Sel syaraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian tubuh satu
kesatu lainnya.
c) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan kemudian
memberikan respon melalui syaraf aferen.
d) Saraf aferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian meneruskan
ke otot rangka.
3 Fisiologi
Menurut Selvi (2016), gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf. Tidak hanya terbatas pada gerakan fisikyang dapat
kita lihat. Ini juga meliputi aktivitas bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara
kasat mata (misalnya penapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen kunci dari
gerakan meliputi tulang, otot, sendi, dan saraf.
a Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang rapuh
memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan saja dan
selanjutnya dapat menghalangi gerak.
b Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda: sinartrosis
atau sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas tulang tengkorak);
amfiartrosis atau sendi kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang
belakang); dan diartrosis atau sendi synovial yang mengizinkan gerakan
maksimal. Sendi synovial paling banyak mendukung aktivitas. Ligamen
merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang menghubungkan tulang
satu dengan yang lain. Ligamen yang robek menghambat stabilitas sendi dan
akan merusak gerak.
c Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur
berbentuk gelendong kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk
menghasilkan gerak.
d Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot tidak
dapat bergerak tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP mengendalikan
krontraksi dan relaksasi otot, yang pada gilirannya menyebabkan fleksi
(bengkok) dan ekstensi (lurus), yang pada akhirnya menghasilkan gerakan yang
terkoordinasi dengan baik
4 Etiologi
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2015), faktor yang mempengaruhi aktivitas adalah :
a Gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau kebiasaan sehari-
hari.
b Proses penyakit atau aidera, peroses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas karena mengganggu fungsi sistem tubuh. Sebagai aontoh : orang yang
menderita fraktur femur akan megalami keterbatasan gerak pada ekstremitas
bawah.
c Kebudayaan Contohnya: orang yang memiliki budaya sering jalan jauh
memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaiknya yang mengalami
gangguan mobilisasi (sakit) karena adat atau budaya tertentu yang melarang
untuk beraktivitas.
d Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas karena, bila
ingin melakukan aktivitas yang baik maka tubuh membutuhkan energi yang
aukup untuk memenuhinya.
e Usia Terdapat perbedaaan kemampuan melakaukan aktivitas pada masing
masing usia tentu berbeda-beda. Contohnya: dari mulai bayi kita blum bisa
berjalan dan sampai bisa berjalan pada usia 1-2 tahun, hal itu yang
membuktikan bahwa usia mempengaruhi aktivitas.
Menurut Hidayat (2014), penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
a Kelainan postur
b Gangguan perkembangan otot
c Kerusakan sistem saraf pusat
d Trauma langsung pada sistem mukuloskeletal dan neuromusaular
e Kekakuan otot
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015. Batasan karakteristik yang khas pada klien
dengan intoleransi aktivitas adalah
a Keletihan
b Ketidak nyamanan dalam beraktivitas
c Menyatakan merasa letih
d Menyatakan merasa lemah
e Respon tekanan abnormal terhadap aktivitas
f Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
5 Pathway
6 Jenis Aktivitas
a Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motoric volunteer
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motoric dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontol motorik dan sensorik. Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :
1 Aktivitas sebagian temporer,
Aktivitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
2 Aktivitaas permanen
Aktivitas Permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik.

7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


a Tingkat perkemb angan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuscular dan tubuh
secara proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara
optimal
b Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh
c Keadaan nutrisi 
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas
d Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang.
Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudia dapat
dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas
e Kelemahan neuromuscular dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kiposis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan
f Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh

8 Nilai Aktivitas
a Nilai normal

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori


Tingkat 0 Mampu Merawat diri sendirisecara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan pengawasan orang lain
dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

b Rentang gerak sendi

Gerak Sendi Derajat Rentang yang Normal


Bahu:
Abduksi: 180
Siku:
Fleksi: 150
Pergelangan Tangan :
Fleksi: 80-90
Ekstensi: 80-90
Hiperekstensi: 70-90
Abduksi 0-20
Adduksi 30-50
Tangan dan Jari
Fleksi 90
Ekstensi 90
Hiperekstensi 30
Abduksi 20
Adduksi 20

c Derajat kekuatan otot

Skala Kekuatan Otot (%) Keterangan


0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan yang normal
melawan grafitasi dan melawan tahanan
penuh
B KONSEP ASUHAN
1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan.Data yang
komprensif dan viled akan menentukan penetapan diagnosiskeperawatan dengan
tepat dan benar, selanjutnya akan berpengaruhterhadap perencanaan
keperawatan.Tujuan dari pengkajian adalahdidapatkannya data yang komprensif
yang mencakup data biopsikospiritual. Tahap pengkajian merupakan proses dinamis
yang terorganisasi,meliputi empat elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data
secarasistematis, memvalidasi data, memilah, dan mengatur data
danmendokumentasikan data dalam format (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
Pengkajian keperawatan dalam proses keperawatan meliputi:
a Data pasien
b Keluhan umum. Pasien tidak dapat melakukan pergerakanmerasakan nyeri pada
area fraktur, rasa lemah dan tidak dapatmelakukan aktivitas
c Riwayat kesehatan sekarang. Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana
terjadinya dan bagian tubuh mana yang terkena.
d Riwayat kesehatan sebelumnya. Apakah pasien pernah
mengalami penyakit tertentu yang dapat mempengaui kesehatan sekarang.Misal
nya apakah pasien memiliki penyakit tertentu seperti kanker tulang atau apakah
pasien pernah mengalami kecelakaansebelumnya.
e Riwayat kesehatan keluarga. Apakah anggota keluarga pasienmemiliki penyakit
keturunan yang mungkin akan mempengaruhikondisi sekarang. Penyakit
keluarga yang berhbungan dengan patahtulang, seperti osteoporosis.
f Riwayat psikososial. Konsep diri pasien immobilisasi mungkinterganggu, oleh
karena ini kajian gambar ideal diri, harga diri,identitas diri serta interaksi pasien
dengan anggota keluarga maupundengan lingkungan tempat tinggalnya
g Aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini bertujuan melihat
perubahan pola yang berkaitan dengan terganggunya sistem tubuh serta
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h Pemeriksaan fisik.
1) Gambaran umum:
a) Keadaaan umum : baik/buruk, kesadaran (komposmetis,apatis, soor,
koma, gelisah).
b) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernpasan).
c) Pemeriksaan secara sistematik diperiksa dari kepala, leher,kelenjar
getah bening, dada (thorax), perut (abdomen: hepar),kelamin.
d) Bagian ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang).
2) Keadaan lokal
Pemeriksaan muskuloskletal:
a) Look (inspeks)
Perhatikan yang dilihat:
1) Sikatrik (jaringan perut, baik yang alamiah maupun buuatan, yaitu
pembedahan)
2) Birth markk (bekas melahirkan)
3) Fistula
4) Warna ( kemerahan, kebiruan/livide, hiperpigmentasi)
5) Benjolan, pembengkakan, cekukan dengan hal-hal yangtidak biasa,
misalnya ada rambut diatasnya.
6) Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas)
7) Cara jalan pasien (gait, sewaktu masuk kammar periksa) 
b) Feel (palpasi)
Sebelum dilakukan palpasi, terlebih dahulu perbaiki
posisi penderita agar di mulai dari posisi netral / posisi anatomi.
Pemeriksaan ini memberikan informasi dua arah bagi pemeriksa dan
penderita. Karena itu perlu diperhatikan wajah penderita atau
menanyakan perasaan penderita.
Yang perlu dicatat pada palpasi adalah:
1) Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit
2) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasiatau hanya
oedema terutama pada daerah persendian.
3) Nyeri tekan (terderness), krepitasi, catat adanya kelainan Otot:
tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi benjolan yang
terdapat dipermukaan tulangatau melekat pada tulang. Selain itu jg
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan,maka sifat
beban perlu ditentukan permukaannya, konsistensinya dan pergera
kan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan
ukurannya.
c) Move (pergerakan)
Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan denganmenggerakan
anggota gerak dan dicatat apakah terdapatkeluhan nyeri pada
pergerakan. Pada pemeriksaan
move, periksalah anggota bagian tubuh yang normal terlebihdahulu.
Selain untuk mendapatkan kerjasama dari
penderita juga untuk mengetahui gerakan normal penderita, evaluasike
adaan sebelum dan sesudah dilakukan pergerakan.
1) Apabila ada fraktur akan terdapat gerakan abnormal didaerahh
raktur (kecuali fraktur incomplete)
2) Pergerakan yang perlu dilihat adalah pergerkan aktif dan pasif 
3) Pemeriksaan sendi
a) Bandingkan antara bagian kiri dan kanan tentang bentuk,
ukuran, tanda radang 
b) Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu
c) Adanya bunyi krepitasi
d) Adanya kontraktur sendi
e) Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif dan pasif.
Range of Motion(ROM) merupakan jumlah maksimal
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari
tiga potongan tubuh yaitu sagital,frotal, tranvesal Menurut
Asmadi dalam (meiqi 2021). Range Of Motion (ROM) adalah
latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran darah perfusi
dan mencegahkekakuan otot/sendi (Anggraeni, 2015). Tujuan
ROM antara lain: mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan kelenturan otot menjaga fleksibilitasdari masing-
masing persendian, mencegah kontraktur pada persendian
Menurut Asmadi dalam (meiqi 2021) . Latihan gerak sendi
dapat segera dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot
(endurance) sehingga memperlancar aliran darahserta suplai
oksigen untuk jaringan sehingga akanmempercepat
proses penyembuhan (Anggraeni,2015).
Latihan gerak sendi/ Range of Motion (ROM)dibagi menjadi 5
yaitu:
1 Aktif Asisif Range of Motion (AAROM) adalah kontraksi
aktif dari otot dengan bantuan kekuataneksternal
yang tidak sakit. AAROM meningkatkan fleksibelitas
kekuatan otot, meningkakan koordinasi otot dan
mengurangiketegangan pada otot sehingga dapat
mengurangirasa nyeri.
2 Aktif Resistif Rangeof Motion (ARROM) kontraksi aktif
dari otot melawan tahanan yangdiberikan, tahanan dari
otot dapat diberikandengan berat/beban, alat, tahanan
manual, atau berat badan. 
Tujuannya meningkatkan kekuatanotot dan stabilitas.
3  Isometrik exercise adalah bentuk latihan dimanaotot yang
dilatih mengalami perubahan panjangdan tanpa adanya
pergerakan dari sendi. Sehinggalatihan akan
menyebabkan ketegangan pada otot bertambah
4 Isotnik exercise (aktif rom dan pasif rom) adalahkontraksi
terjadi jika otot memanjang dan yanglainnya memendek
(konsentrik) atau memanjang(ensentrik ) melawan
tahanan tertentu atau hasildari pergerakan sendi. Contoh
isomeric exercise,fleksi atau ekstensi ekstremitas.
Isotonik exercise tetap menyebabkan ketegangan pada
otot yangmenimbulkan rasa nyeri pada otot.
5 Isokinetik exercise adalah latihan dengankecepatan
dinamis dan adanya tahanan pada ototserta persendian
dengan bantuan alat. Isokinetik menggunakan consentrik
dan ensentrik kontraksi(Anggraeni, 2015).
Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan pengukur
anluas gerakan sendi (derajat) yang terjadi darikontraki
dan pergerakan otot. Pemeriksaandilakukan dengan cara
meminta pasien untuk menggerakan masing-masing
persendian sesuaigerakan normal baik aktif maupun pasif.
Jenisgerakan: fleksi, ekstensi, hiperekstensi,
rotasi,sirkumduksi, supiasi, pronasi, abduksi,
adduksi,oposisi. Sendi yang di gerakan: ROM
aktif (seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ujungkaki
oleh pasien secara aktif). ROM pasif
(seluruh persendian tubuh atau hanya pada bagianekstrem
itas yang terganggu dan pasien tidak mampu
melaksanakan secara mandiri) (OktadoniSaputra dan
Rizki Hanriko, 2016).
2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah
kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah aktual
berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnosa keperawatan sebagai
pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan dan gambaran suatu masalah
kesehatan dan penyebab adanya masalah (SDKI: 2016).
Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan gangguang pemenuhan
kebutuhan aktivitas adalah
a Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, nyeri, perubahan integritas dan struktur
tulang.
b Nyeri akut b.d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stres atau ansietas.

3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Fraktur Femur Menurut SIKI : 2018
a Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, perubahan integritas dan
struktur tulang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah klien
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1) Klien dapat meningkat atau mempertahankan mobilitas, posisi pungsional.
2) Dapat menunjukan kemampuan teknik kemampuan melakukan aktivitas.
3) Nyeri berkurang.
Intervensi Utama
1) Dukungan ambulasi
Observasi :
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
d) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Teraupetik :
a) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu ( mis. Tongkat, dan
kruk)
b) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik.
c) Libatkan keluarga dalam membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
b) Anjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
c) Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan(mis.beijalan dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya).
2) Dukungan mobilisasi
Observasi:
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya.
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi.
d) Monitor frekuensi umum selama melakukan mobilisasi.
Terapeutik:
a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat
tidur).
b) Fasilitasi melakukan pergerakan
c) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
b) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
Intervensi Pendukung
1) Dukungan kepatuhan program pengobatan.
2) Dukungan perawatan diri (BAB/BAK, berpakaian, makan,minum, mandi)
3) Edukasi latihan fisik
4) Eduikasi teknik ambulasi
5) Edukasi teknik transfer
b Diagnosa : Nyeri akut b.d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stres atau ansietas.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam masalah klien teratasi
dengan kriteria hasil :
1) Nyaman dalam beristirahat.
2) Nyeri dapat berkurang.
3) Skala nyeri 0

Intervensi Utama
a) Manajemen nyeri
Observasi :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
c) Identifikasi respon nyeri nonverbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri.
h) Monitor keberhasilaan terapi komplementer yang sudah diberikan.
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik :
a) Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur.
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
b) Pemberian analgesic

Intervensi Pendukung
1) Aromaterapi
2) Dukungan hipnosis diri
3) Dukungan p engungkap an kebutuhan
4) Edukasi efek samping obat
5) Edukasi manajemen nyeri

4 Implementasi atau Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah relisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yangtelah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan sesudah
pelaksanaantindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Waid, 2016:99)

5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahankeadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yangdibuat pada tahap
perencanaan. Beberapa tujuan evaluasi antara lain:mengakhiri rencana tindakan
keperawatan, memodifikasi rencana tindakankeperawatan, meneruskan rencana
tindakan keperawatan. Untuk
memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan pasien digunaka
nkomponen SOAP.
Pengertian SOAP adalah sebagai berikut.
S : Data Subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung kepada pasien, dan yang dirasakan pasiense
telah dilakukan tindakan keperawatan.
A: Analisis Interpetasi dari data subjekif dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi
atau juga dapat dituliskan asalah / diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan 
stats kesehaan klien yang telah teridenifikasi datanyadalam data subjektif dan
data objektif.
P :  Planning Perencaaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan,dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatanyang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah
menunjukan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang
padaumumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah tindakan
yang masih kompeten untuk menyelesaikan masalah pasien
dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya.Tindakan yang perl
u di modifikasiadalah tindakan yang dirasadapat membantu menyelesaikan ma
salah pasien, tetapi perluditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternatif
pilihan yang lainyang diduga dapat mempercepat proses penyembuhan.
Sedangkan,rencana tindakan yang baru/ sebelumnya tidak ada dapat di
tentuan bila timbul masalah baru atau rencana tindakan yang sudah ada
tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada (Rohmah
&Wahid, 2016:105 & 109).
DAFTAR PUSTAKA

Haswita & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta. TIM

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan :
Binarupaaksara

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta : Salemba medika

Selvi, K. (2016). Aktivitas dan Latihan. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020.
http://selviyanakakasing. blogspot. com/2016/09/aktivitas-dan- latihan.html

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Wahit. I, Joko. S, & Lilis. I. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.

Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai