Disusun oleh :
Cintami Molle
NPM : 1420120035
PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2022
LEMBAR PENGESAHAN
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN LATIHAN
A KONSEP TEORI
1 Pengertian Aktivitas dan Latihan
Menurut Heriana (2014), aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan
aktivitas/pergerakan merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dengan
kebutuhan dasar tidur dan saling mempengaruhi seperti istirahat. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persaratan dan
musculoskeletal.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kakuatan da
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat
bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktivitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat abdomen menjadi lemah
sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas dan sebagainya.
2 Anatomi
Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017), sistem tubuh yang berperan dalam
aktivitas adalah sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan.
a Sistem musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi. Gabungan
dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya aktivitas dan
pergerakan.
1) Tulang (rangka)
a) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut Menyokong
jaringan tubuh, terasuk memberi bentuk pada tubuh ( postur tubuh)
b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak,paru-paru, hati dan
medula spinalis.
c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligament.
d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.
e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)
2) Sendi
Sendi adalah hubungan antara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai
dengan struktur dengan tingkat mobilisasinya.
3) Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan gerakan
gerakan. Otot ada tiga macam otot rangka, otot polos dan otot jantung. Otot
rangka terdapat pada sistem skeletal dan merupakan otot yang paling berperan
dalam mekanik tubuh. Otot rangka berfungsi dalam membantu pengontrolan
gerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
4) Sistem Persyarafan secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa
pungsi, yaitu:
a) saraf aferen (reseptor) berfungsi menerima rangsangan dari luar kemudian
meneruskannya ke susunan saraf pusat.
b) Sel syaraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian tubuh satu
kesatu lainnya.
c) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan kemudian
memberikan respon melalui syaraf aferen.
d) Saraf aferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian meneruskan
ke otot rangka.
3 Fisiologi
Menurut Selvi (2016), gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf. Tidak hanya terbatas pada gerakan fisikyang dapat
kita lihat. Ini juga meliputi aktivitas bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara
kasat mata (misalnya penapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen kunci dari
gerakan meliputi tulang, otot, sendi, dan saraf.
a Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang rapuh
memiliki kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan saja dan
selanjutnya dapat menghalangi gerak.
b Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda: sinartrosis
atau sendi serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas tulang tengkorak);
amfiartrosis atau sendi kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang
belakang); dan diartrosis atau sendi synovial yang mengizinkan gerakan
maksimal. Sendi synovial paling banyak mendukung aktivitas. Ligamen
merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang menghubungkan tulang
satu dengan yang lain. Ligamen yang robek menghambat stabilitas sendi dan
akan merusak gerak.
c Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur
berbentuk gelendong kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk
menghasilkan gerak.
d Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot tidak
dapat bergerak tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP mengendalikan
krontraksi dan relaksasi otot, yang pada gilirannya menyebabkan fleksi
(bengkok) dan ekstensi (lurus), yang pada akhirnya menghasilkan gerakan yang
terkoordinasi dengan baik
4 Etiologi
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2015), faktor yang mempengaruhi aktivitas adalah :
a Gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau kebiasaan sehari-
hari.
b Proses penyakit atau aidera, peroses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas karena mengganggu fungsi sistem tubuh. Sebagai aontoh : orang yang
menderita fraktur femur akan megalami keterbatasan gerak pada ekstremitas
bawah.
c Kebudayaan Contohnya: orang yang memiliki budaya sering jalan jauh
memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaiknya yang mengalami
gangguan mobilisasi (sakit) karena adat atau budaya tertentu yang melarang
untuk beraktivitas.
d Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas karena, bila
ingin melakukan aktivitas yang baik maka tubuh membutuhkan energi yang
aukup untuk memenuhinya.
e Usia Terdapat perbedaaan kemampuan melakaukan aktivitas pada masing
masing usia tentu berbeda-beda. Contohnya: dari mulai bayi kita blum bisa
berjalan dan sampai bisa berjalan pada usia 1-2 tahun, hal itu yang
membuktikan bahwa usia mempengaruhi aktivitas.
Menurut Hidayat (2014), penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
a Kelainan postur
b Gangguan perkembangan otot
c Kerusakan sistem saraf pusat
d Trauma langsung pada sistem mukuloskeletal dan neuromusaular
e Kekakuan otot
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015. Batasan karakteristik yang khas pada klien
dengan intoleransi aktivitas adalah
a Keletihan
b Ketidak nyamanan dalam beraktivitas
c Menyatakan merasa letih
d Menyatakan merasa lemah
e Respon tekanan abnormal terhadap aktivitas
f Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
5 Pathway
6 Jenis Aktivitas
a Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motoric volunteer
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motoric dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontol motorik dan sensorik. Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :
1 Aktivitas sebagian temporer,
Aktivitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
2 Aktivitaas permanen
Aktivitas Permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik.
8 Nilai Aktivitas
a Nilai normal
3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Fraktur Femur Menurut SIKI : 2018
a Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, perubahan integritas dan
struktur tulang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah klien
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1) Klien dapat meningkat atau mempertahankan mobilitas, posisi pungsional.
2) Dapat menunjukan kemampuan teknik kemampuan melakukan aktivitas.
3) Nyeri berkurang.
Intervensi Utama
1) Dukungan ambulasi
Observasi :
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
d) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Teraupetik :
a) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu ( mis. Tongkat, dan
kruk)
b) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik.
c) Libatkan keluarga dalam membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
b) Anjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
c) Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan(mis.beijalan dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya).
2) Dukungan mobilisasi
Observasi:
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya.
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi.
d) Monitor frekuensi umum selama melakukan mobilisasi.
Terapeutik:
a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat
tidur).
b) Fasilitasi melakukan pergerakan
c) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
b) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
Intervensi Pendukung
1) Dukungan kepatuhan program pengobatan.
2) Dukungan perawatan diri (BAB/BAK, berpakaian, makan,minum, mandi)
3) Edukasi latihan fisik
4) Eduikasi teknik ambulasi
5) Edukasi teknik transfer
b Diagnosa : Nyeri akut b.d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stres atau ansietas.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam masalah klien teratasi
dengan kriteria hasil :
1) Nyaman dalam beristirahat.
2) Nyeri dapat berkurang.
3) Skala nyeri 0
Intervensi Utama
a) Manajemen nyeri
Observasi :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
c) Identifikasi respon nyeri nonverbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri.
h) Monitor keberhasilaan terapi komplementer yang sudah diberikan.
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik :
a) Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur.
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
b) Pemberian analgesic
Intervensi Pendukung
1) Aromaterapi
2) Dukungan hipnosis diri
3) Dukungan p engungkap an kebutuhan
4) Edukasi efek samping obat
5) Edukasi manajemen nyeri
4 Implementasi atau Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah relisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yangtelah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan sesudah
pelaksanaantindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Waid, 2016:99)
5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahankeadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yangdibuat pada tahap
perencanaan. Beberapa tujuan evaluasi antara lain:mengakhiri rencana tindakan
keperawatan, memodifikasi rencana tindakankeperawatan, meneruskan rencana
tindakan keperawatan. Untuk
memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan pasien digunaka
nkomponen SOAP.
Pengertian SOAP adalah sebagai berikut.
S : Data Subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung kepada pasien, dan yang dirasakan pasiense
telah dilakukan tindakan keperawatan.
A: Analisis Interpetasi dari data subjekif dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi
atau juga dapat dituliskan asalah / diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
stats kesehaan klien yang telah teridenifikasi datanyadalam data subjektif dan
data objektif.
P : Planning Perencaaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan,dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatanyang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah
menunjukan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang
padaumumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah tindakan
yang masih kompeten untuk menyelesaikan masalah pasien
dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya.Tindakan yang perl
u di modifikasiadalah tindakan yang dirasadapat membantu menyelesaikan ma
salah pasien, tetapi perluditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternatif
pilihan yang lainyang diduga dapat mempercepat proses penyembuhan.
Sedangkan,rencana tindakan yang baru/ sebelumnya tidak ada dapat di
tentuan bila timbul masalah baru atau rencana tindakan yang sudah ada
tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada (Rohmah
&Wahid, 2016:105 & 109).
DAFTAR PUSTAKA
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan :
Binarupaaksara
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta : Salemba medika
Selvi, K. (2016). Aktivitas dan Latihan. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020.
http://selviyanakakasing. blogspot. com/2016/09/aktivitas-dan- latihan.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Wahit. I, Joko. S, & Lilis. I. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.