Dosen Pengampu :
Abu Bakar Sidik, S.Kep., M.Kes.
Disusun Oleh:
Antino Astori Nurhayati Nanda Sari
Destri Lestari Nyayu Hamidah Agustin
Desy Hariani Olim Abriansyah
Dora Istianah Okta Apriani
Eka Haryanti Rini Puspita
Ismi Damayani Sri Hartati
Lili Angriyani Sari Titin Aprianti
Meliyona Oktaberin Zuniati
1. Anatomi
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya
berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya
kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang
pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu
pada masa dewasa.
b. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan
insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar
dapat berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi
dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga
stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula
spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).
Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki
fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf
pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat
mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan
pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan
sensorik pada daerah radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.
Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan
gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang.
Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan
jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
2. Fisiologis Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari
sistem skeletal, otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini
berhubungan erat dengan mekanisme pendukung tubuh, sistem ini
dapat dianggap sebagai satu unit fungsional. Sistem skeletal berfungsi
menyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang lunak,
sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber mineral
dan berperan dalam proses hematopoeisis (proses pembentukan dan
perkembangan sel-sel darah). Sedangan otot berperan dalam proses
pergerakan,memberi bentuk pada postur tubuh,dan memproduksi
panas melalui aktivitas kontraksi otot. (Potter dan Perry, 2005).
Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang
disadari atau volunter, dan gerak yang tidak disadari atau involunter
atau yang disebut dengan refleks. Proses gerak yang disadari
mekanismenya melalui jalur yang panjang mulai dari reseptor, saraf
sensorik, kemudian dibawa ke otak untuk selanjutnya diasosiasi
menjadi respons yang akan dibawa oleh saraf motorik dan efektor.
Sedangkan gerakan refleks atau involunter berjalan dengan sangat
cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan kontrol dari otak. (Tarwoto dan Wartonah, 2007)
1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-
hari.
2. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi
kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system
tubuh.
3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat
dilarang beraktivitas.
4. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
5. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/
penurunan kekuatan dan stamina, Depresi, mood dan cemas.
1.4. Gangguan Terkait Aktivitas Dan Latihan
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai
berikut :
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otak
3. Kerusakan sistem syaraf pusat
4. Trauma langsung pada sistem muskuluskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-
zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan
aktivitas metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi
dan osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya
rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
A. TEKNIK MOBILISASI
1. Nilai Aktivitas dan Latihan
Rentang Gerak Rentang Nilai Normal Kategori Kemampuan Aktivitas
Fisik menurut (Gunawan, Adi, 2001) yaitu :
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan
sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat
beban, maksimal 57 %.
Kerusakan otot
Gangguan skeletal Gangguan sistem
(trauma, atrofi otot)
(fraktur, radang sendi dan persarafan
kekakuan sendi)
Penurunan
kekuatan otot Gangguan penyampaian
Nyeri akibat adanya impuls
peradangan
Hambatan dalam
bergerak Terjadi
Persepsi takut nyeri kekakuan/pergerakan
bertambah saat bergerak yang tidak terkontrol
Penurunan
aktifitas
Kesulitan mencapai
pergerakan sesuai dengan
yang ingin dicapai
Gangguan
pemenuhan ADL
Hambatan Mobilitas Fisik
Intoleransi Aktifitas
Kehilangan keseimbangan/
kesulitan mempertahankan
keseimbangan tubuh
Resiko Jatuh
1.6. Manifestasi Klinis
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinis pada gangguan
aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan
alat orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan
dalam berjalan.
1.7. Komplikasi
1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotenti
orthostatic
3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan
dangkal.
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
5. Status ekonomi stabil (Rosidawati, dkk. 2008).
1.8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto rontgen (untuk menggambarkan kepadatan tulang,
tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang).
2) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit untuk dievakuasi)
3) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah dan urine
2) Pemeriksaan Hb
1.9. Penatalaksanaan
Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan
a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi fowler
2) Posisi sim
3) Posisi trendelenburg
4) Posisi Dorsal Recumbent
5) Posisi lithotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan lain-lain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah
bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban
yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
otot. Latihan-latihan itu, yaitu :
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
4) Pronasi fleksi bahu
5) Abduksi dan adduksi
6) Rotasi bahu
7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
8) Infersi dan efersi kaki
9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
10) Fleksi dan ekstensi lutut
11) Rotasi pangkal paha
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha
f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
g. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret
dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu
sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat
meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi
sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti
dengan perkusi dan vibrasi dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu
dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan
lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
2. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas.
3. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
4. Kemampuan Mobilitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
5. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,
siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang
berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
hiperekstensi)
6. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan
sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Bed rest-care 1. Memberikan kenyamanan pada
dengan gangguan muskuloskeletal (00085, keperawatan ….x 24 jam 1. Tempatkan pasien pada klien
domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 2 diharapkan pasien mampu tempat tidur terapeutik yang 2. Memberikan kenyamanan pada
aktivitas/olahraga) dalam mobilisasi secara sesuai klien untuk tirah baring yang
Definisi : Keterbatasan dalam pergerakan mandiri dengan kriteria 2. Jaga agar tempat tidur tetap cukup lama
fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada hasil: bersih, kering, dan rapi 3. Mengurangi resiko jatuh pada
satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi NOC label : Mobility 3. Pasang side rail (pembatas klien
dimana individu tidak saja kehilangan Kemampuan klien tempat tidur) 4. Mencegah dekubitus
kemampuan bergeraknya secara total, tetapi mencapai 4. Ubah posisi klien setidaknya 5. Mendeteksi ada tanda-tanda
juga mengalami penurunan aktivitas. keseimbangan setiap 2 jam infeksi
Kemampuan klien 5. Observasi kondisi kulit 6. Membantu klien dalam
Batasan karakteristik : menggerakan otot 6. Bantu pemenuhan ADL beraktivitas
1. Postur tubuh tidak stabil selama Kemampuan klien Label NIC : Exercise Therapy : 7. Mengetahui keterbatasan sendi
melakukan aktifitas rutin menggerakan sendi Joint Mobility klien
2. Keterbatasan kemampuan melakukan Kemampuan klien 7. Lakukan pengkajian 8. Membantu pemulihan sendi klien
keterampilan motorik kasar berpindah mengenai keterbatasan
3. Keterbatasan kemampuan melakukan pergerakan sendi dan fungsi 9. Mencegah terjadinya komplikasi
ketererampilan motorik halus sendi klien. lebih lanjut
4. Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan 8. Anjurkan klien untuk 10. Dapat memeberikan motivasi
tak ritmis melakukan latihan Range of kepada klien untuk berlatih dan
5. Keterbatasan ROM Motion (ROM) secara aktif cepat pulih
6. Sulit berbalik maupun pasif sesuai indikasi 11. Merencanakan program pemulihan
7. Perubahan gaya berjalan (missal secara reguler. klien
menjadi pelan, sulit memulai langkah, 9. Lindungi klien dari trauma
kaki diseret, goyah pada posisi lateral) selama melakukan latihan.
8. Penurunan waktu reaksi 10. Kembangkan/berikan
9. Gerakan menjadi napas pendek reinforcement positif selama
10. Usaha yang kuat untuk perubahan gerak latihan.
(peningkatan perhatatian dalam aktivitas Kolaboratif
lain, mengontrol perilaku, focus dalam 11. Kolaborasikan dengan
tidak mampu beraktivitas) fisioterapist dalam
11. Gerak lambat pengembangan program
12. Gerakan menyebabkan tremor latihan bagi klien, secara
Faktor – Faktor yang Berhubungan tepat.
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan gerak
3. Kurang pengetahuan mengenai manfaat
pergerakan fisik
4. IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
5. Kerusakan sensori persepsi
6. Nyeri, tidak nyaman
7. Kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
8. Intoleransi aktivitas
9. Depresi mood atau cemas
10. Kerusakan kognitif
11. Penurunan kekuatan otot, control, dan
massa
12. Keengganan untuk memulai gerak
13. Gaya hidup menetap, tidak fit
14. Malnutrisi umum atau spesifik
15. Kehilangan integritas struktur tulang
16. Keterlambatan perkembangan
17. Kekakuan sendi atau kontraktur
18. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
19. Berhubungan dengan metabolisme
seluler
20. Keterbatasan dukungan lingkungan fisik
atau social
21. Kepercayaaan terhadap budaya
berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Activity Therapy 1. Semakin meningkat aktivitas yang
imobilitas (00092, domain 4 keperawatan ….x 24 jam 1. Anjurkan pasien untuk dicapai maka semakin cepat pasien
aktifitas/istirahat, kelas 4 respons diharapkan pasien dapat meningkatkan batasan mandiri dalam pemenuhan
kardiovaskular/pulmonal) melakukan aktivitasnya aktivitas yang dicapainya kebutuhan
Definisi : Ketidakcukupan energi secara dengan normal dengan 2. Fokuskan pada aktivitas yang 2. Tidak memaksakan melakukan
fisiologis atau psikologis dalam memenuhi kriteria hasil: bisa dilakukan pasien aktivitas apabila pasien tidak
aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau NOC label : Activity 3. Anjurkan keluarga untuk mampu melakukan
diperlukan. Tolerance membantu memenuhi 3. Pasien akan terbantu dalam
Pemenuhan kebutuhan pasien pemenuhan kebutuhan selama
Batasan karakteristik: kebutuhan oksigen 4. Kolaborasikan dengan terapis belum bisa melakukan secara
1. Laporan verbal : kelelahan dan mencukupi dalam dalam latihan pemenuhan mandiri
kelemahan memenuhi aktivitas aktivitas 4. Dengan adanya kolaborasi akan
2. Respon terhadap aktivitas menunjukan dalam batas normal lebih efektif dan efisien dalam
nadi dan tekanan darah abnormal Rata-rata TD dalam memenuhi keb.
3. Perubahan EKG menunjukan aritmia batas normal
atau disritmia Rata-rata pernapasan
4. Dispneu dan ketidaknyamanan dalam batas normal
Faktor – Faktor yang Berhubungan Warna kulit normal
1. Tirah baring atau imobilisasi Laporan dalam
2. Kelemahan secara menyeluruh pencapaian
3. Ketidakseimbangan antara kebutuhan kebutuhan sehari-
dan suplai oksigen hari
4. Gaya hidup yang menetap
3. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan Fall prevention 1. Untuk mengamankan pasien dari
mobilitas (00155, domain 11 tindakan keperawatan ....x 1. Identifikasi defisit kognitif risiko cedera dan risiko jatuh
keamanan/perlindunan, kelas 2 cedera fisik) 24 jam diharapkan Resiko atau fisik pasien yang dapat 2. Lingkungan yang aman
Definisi : Peningkatan kerentanan untuk jatuh jatuh tidak terjadi dengan meningkatakn potensi jatuh mengurangi risiko cedera bagi
yang dapat menyebabkan bahaya fisik. kriteria hasil: dalam lingkungan tertentu pasien
Faktor Resiko : NOC 2. Identifikasi perilaku dan
Dewasa Trauma Risk For Faktor yang mempengaruhi
Usia 65 tahun atau lebih Injury Risk For resiko jatuh
Riwayat jatuh Criteria hasil : 3. Identifikasi karakteristik
Tempat tidur yang terletak didekat melakukan gerakan 5. Kunci roda dari kursi
yang redup
Tidak ada materi yang antislip
ditempat mandi pancuran
Pengekangan
Karpet yang tidak rata/terlihat
Ruang yang tidak dikenal
Kondisi cuaca (mis. Lantai basah, es)
Medikasi
Penggunaan alkohol
Inhibitor enzyme pengubah
Angiotensin
Agen anti hipertensi
Deuretik
Hipnotik
Narkotik
Obat penenang
Antidepresan trisklik
Fisiologis
Sakit akut
Anemia
Arthritis
Penurunan kekuatan ekstremitas
bawah
Diare
Kesulitan gaya berjalan
Vertigo saat mengekstensikan leher
Masalah kaki
Kesulitan mendengar
Gangguan keseimbangan
Gangguan mobilitas fisik
Inkontinensia
Neoplasma (mis. Letih/mobilitas
terbatas)
Neuropati
Hipotensi ortostatisk
Kondisi proprioserative
Ngantuk
Perubahan gula darah postprandial
Deficit proprioseptif
Ngantuk
Berkemih yang mendesak
Penyakit vaskuler
Kesulitan melihat
DAFTAR PUSTAKA