Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

Disusun

Oleh:

DESI ANGGREINI

17.14201.30.10

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
1. Pengertian

a) Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar
lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
b) Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
c) Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
d) Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006).
e) Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj,
2006)

2. Etiologi
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau
infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme
lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah :
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang
biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.

b. Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus
Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari
infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c. Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang
baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki
kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka
mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.

d. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza).
Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum
yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam
kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinik
Menurut Megantara, Imam 2006, Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin
parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena
tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang-ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan
bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronik yang
mungkin tampak, yakni :
Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan
sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti
keju.
Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan
ditutupi eksudat yang purulen.
( Rusmarjono & Kartosoediro, 2008)

5. Komplikasi
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
b. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
d. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara
dari dinding yang terdiri dari membran mukosa
( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis
akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu
2 tahun.
3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :


1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan.
Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil
diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap.
Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post
nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat
ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
1) Memberikan cairan bila muntah telah reda
a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang
besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil).
b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan
perdarahan).
2) Menawarkan makanan
a) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat
dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.
c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak
bumbu selama 1 minggu.
3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
4) Mengajari pasien mengenal hal berikut
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi
hidung segera selama 1-2 minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah
yang tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari
ke-4 dan ke-8 setelah operasi.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan Menurut Data Fokus

a). Aktivitas / istirahat

Gejala : – kelemahan

– kelelahan (fatigue)

b). Sirkulasi

Tanda : – Takikardia

– Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)

c). Integritas Ego

Gejala : – Stress

– Perasaan tidak berdaya

Tanda : – ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,

– perhatian menyempit.

d).Eliminasi

Gejala: Perubahan pola berkemih

Tanda : Warna urine mungkin pekat

e). Makanan / cairan

Gejala : – Anoreksia

– Masalah menelan

– Penurunan menelan

Tanda : – Membran mukosa kering

– Turgor kulit jelek

f). Nyeri / kenyamanan

Gejala : – Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.


– Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.

– Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang

dimasukkan melalui oral, obat-obatan.

Tanda :

– Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah

b. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dengan

anoreksia ; kesulitan menelan.

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi nafas karena adanya
benda asing; produksi secret.

d. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat

tindakan operatif tonsilektomi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  kaji kongesti,dapat


pembengkakan jaringan; diharapkan nyeri pasien dengan mudah
insisi bedah berkurang dan pembengkakan mengalami trauma
hilang. dengan penghisapan
kateter,selang makanan.
Kriteria Hasil :
 Catat indikator non
• Melaporkan / menunjukkan
verbal Berikan tindakan
nyeri hilang/ terkotrol
nyaman (pijatan
• Melaporkan bias beristurahat punggung,perubhan
posisi) dan aktifitas
hiburan

 Meningkatkan relaksasi
dan membantu pasien
memfokuskan perhatian
pd sesuatu

Disampin diri
sendiri/ketidaknyamanan.

 Berikan irigasi oral,


anestesi sprei dan kumur-
kumur. Anjurkan pasien
melakukan

irigasi sendiri

 Berikan analgetik
terhadap stress /
ketidaknyamanan.

Bersihan jalan nafas tidak Tujuan : Mempertahankan  Awasi


efektif berhubungan dengan kepatenan jalan nafas dengan frekuensi/kedalaman
dengan obstruksi nafas bunyi nafas bersih/jelas pernafasan.catat
karena adanya benda asing; kemudahan
produksi secret. Kriteria Hasil :
bernafas.auskultasi bunyi
• nafas.selidiki kegelisahan
Mengeluarkan/membersihnya
 Dorong batuk efektif dan
secret dan bebas aspirasi
nafas dalam
• Menunjukkan perilaku untuk
 Kolaborasi Berikan
memperbaiki/mempertahankan
humidifikasi
jalan nafas bersih dalam
tambahan,contoh tekanan
tingkat kemampuan/situasi udara/oksigen penahan
leher berupa,humidifier
ruangan,peningkatan
masukan cairan.

Resiko kekurangan vol. Tujuan : Setelah dilakukan  Catat karakteristik


cairan berhubungan dengan tindakan 2×24 jam kekurangan muntah dan atau drinase
resiko perdarahan akibat volume cairan pada pasien
tindakan operatif teratasi.  Awasi tanda
tonsilektomi vital:bandingkan dengan
Kriteria Hasil : cairan atau darah sesuai
indikasi
• Keseimbangan cairan yang
adekuat  Kolaborasi Berikan
cairan atau darah sesuai
• Pengeluaran urine individu
indikasi
yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai