Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PATOLOGIS DARI SISTEM
PERSARAFAN DAN MOSKULUSKELETAL

DOSEN PENGAMPU
REHANA, S.Pd, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH
NURUL HIDAYATI (PO7120119067)
SYINDY YULISTIA (PO7120119086)
WITA VERA MIDA (PO7120119094)

KELOMPOK 9

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak, dibuatnya makalah ini membahas mengenai “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Patologis Dari
Sistem Persarafan Dan Moskuluskeletal”
Ucapan terimakasih penulis sampainkan kepada Dosen mata kuliahKEPERAWATAN
Anak, Rehana, S.Pd, S.Kep, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan
makalah ini.Saran dan kritik yang membangun dalam penulisan makalah ini sangat
diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat.

Palembang, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar isi.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2
2.1 Konsep Kebutuhan DasarAktivitas...........................................................................2
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Sistem
Persyarafan Meningitis.............................................................................................5
2.3 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal...............13

BAB III PENUTUP.......................................................................................................34


3.1. Kesimpulan.............................................................................................................34
3.2. Saran.......................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.  Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja.  Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan
dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi
dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa saja yang termasuk dalam konsep kebutuhan aktivitas
2. konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas
patologis dari sistem persarafan dan moskuluskeletal.

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam
kebuthan aktivitas serta memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas patologis dari sistem persarafan dan
moskuluskeletal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan DasarAktivitas


1. Konsep Kebutuhan Dasar Aktivitas
Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu kegiatan atau keaktifan.
Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan kegiatan yang terjadi baik fisik dan non
fisik merupakan suatu keaktivitas. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh
adekuatnya sistem persyarafan, otot dan tulang, atau sendi (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
Aktivitas fisik merupakan irama atau pola tersendiri dalam kehidupan sehari-hari untuk
melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat dan lain lain.(Asmadi, 2009)
Menurut WHO 2008, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka
yang memerlukan suatu pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi salah
satu faktor independen dalam suatu penyakit kronis yang menyebabkan kematian secara
global. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik merupakan kegiatan atau keaktifan dari
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi dengan
melibatkan sistem muskuloskeletal otot dan tulang serta sistem persarafan.

2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Aktivitas


Menurut Haswita dan Sulistyowati, 2017, sistem tubuh yang berperan dalam aktivitas
adalah sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan.
a. Sistem muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi. Gabungan dari
tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya aktivitas dan pergerakan.
1) Tulang (rangka)
Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut
a) Menyokong jaringan tubuh, terasuk memberi bentuk pada tubuh ( postur tubuh)
b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak,paru-paru, hati dan medula spinalis.
c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligament.
d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.
e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)

2
2) Sendi
Sendi adalah hubungan antara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai dengan
struktur dengan tingkat mobilisasinya.

3) Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan gerakan gerakan. Otot
ada tiga macam otot rangka, otot polos dan otot jantung. Otot rangka terdapat pada sistem
skeletal dan merupakan otot yang paling berperan dalam mekanik tubuh. Otot rangka
berfungsi dalam membantu pengontrolan gerakan, mempertahankan postur tubuh dan
menghasilkan panas. (Asmadi,2009)

4) Sistem Persyarafan
Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa pungsi, yaitu:
a. saraf aferen (reseptor) berfungsi menerima rangsangan dari luar kemudian
meneruskannya ke susunan saraf pusat.
b. Sel syaraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian tubuh satu kesatu
lainnya. c) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan kemudian
memberikan respon melalui syaraf aferen.
c. Saraf aferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian meneruskan ke otot
rangka.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas


Menurut wahit iqbal mubarak, 2015 faktor yang mempengaruhi aktivitas adalah:
a. Gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit atau cidera, peroses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas karena mengganggu fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh : orang yang
menderita fraktur femur akan megalami keterbatasan gerak pada ekstremitas bawah.
c. Kebudayaan Contohnya: orang yang memiliki budaya sering jalan jauh memiliki
kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaiknya yang mengalami gangguan mobilisasi
(sakit) karena adat atau budaya tertentu yang melarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas karena, bila ingin
melakukan aktivitas yang baik maka tubuh membutuhkan energi yang cukup untuk
memenuhinya.

3
e. Usia Terdapat perbedaaan kemampuan melakaukan aktivitas pada masing masing usia
tentu berbeda-beda. Contohnya: dari mulai bayi kita blum bisa berjalan dan sampai
bisa berjalan pada usia 1 -2 tahun, hal itu yang membuktikan bahwa usia
mempengaruhi aktivitas.

4. Konsep Dasar Intoleransi Aktivitas


Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan untuk menyelesaikan aktivitas di dalam alveoli, O2 melintasi membrane
alveoli-kapiler dari alveoli ke darahkarena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di
alveoli dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah.kehidupan sehari-hari yang harus atau
yang ingin dilakukan. (Nurarif & Kusuma: 2015).

5. Batasan Karakteristik Intoleransi Aktivitas


Menutut Nurarif & Kusuma, 2015. Batasan karakteristik yang khas pada klien dengan
intoleransi aktivitas adalah:
a. Keletihan
b. Ketidak nyamanan dalam beraktivitas
c. Menyatakan merasa letih
d. Menyatakan merasa lemah
e. Respon tekanan abnormal terhadap aktivitas
f. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Menurut standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI,2016) batasan karakteristik
pada klien dengan intoleransi aktivitas adalah:
a. Gejala dan tanda mayor
1) Mengeluh lelah
2) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
b. Gejala dan tanda minor
1) Merasa lemah
2) Merasa tidak nyaman setelah braktivitas
3) Dispnea saat setelah beraktivitas
4) Gambaran EKG menunjukan iskemia
5) Sianosis

4
6. Faktor Yang Berhubungan Dengan Intoleransi Aktivitas
(Nurarif dan Kusuma: 2015).
a. Perawat di rumah sakit jangka panjang
b. Usia sangat lanjut
c. Kelemahan umum
d. Tirah baring
e. Gaya hidup monoton

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Sistem Persyarafan
Meningitis
1.Pengertian
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak normal dengan
gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal
dan sereblum dan kelainan mental (Kowalak, 2011 ).

2. Etiologi
Menurut Wong (2010), penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu
prenatal, perinatal, dan pascanatal :
a. Pranatal: Pelekatan plasenta yang abnormal Anoxia.
b. Perinatal: Oksigenasi otak yang tidak cukup, Kelahiran multiple, Kelahiran
premature.
c. Childhood: meningitis, injury otak, toxin.

3. Patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron
dan degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, Anoxia merupakan penyebab
yang berarti dengan kerusakan otak. Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus
dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia
dan beberapa saraf nuclei cranial. Secara umun cortical dan antropy cerebral menyebabkan
beratnya kuadriparesis dengan retardasi mental ( Wong’s, 2010).

5
TINJAUAN KASUS

A. Pengkaji
an 1.
Identitas
Identitas pasien, pasien bernama An. R, lahir pada tanggal 01 januari 2010,
jenis kelamin laki-laki, suku Jawa, bangsa Indonesia.

B. Analisa Data
I.ANALISA DATA
Tabel 4
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS: Ibu pasien mengatakan pasien panas Hipertermia Peningkatan produksi
DO: Suhu tubuh anak 38,2ºC, N : 158
x/menit, RR 38x/ menit, akral
hangat, mukosa bibir kering
2 DS: Ibu pasien mengatakan Hambatan Gangguan
Perkembangan anaknyaterhambat Tumbuh neuromuskular
DO: Anak belum mampu Kembang
melaksanakan pencapaian tugas pada
perkembangan personal sosial
(mencuci tangan), motorik halus,
(meniru garis vertikal), bahasa (anak
belum mampu berbicara), motorik
kasar (belum mampu berjalan).
3 DS: Ibu pasien mengatakan bahwa Hambatan Defek anatomis
anaknya mengalami kesulitan Komunikasi
dalam komunikasi.
Verbal
DO: Pasien tampak mengalami
kesulitan dalam komunikasi
verbal, hasil pemeriksaan DDST
bagian bahasa anak belum
mampu mengkombinasikan dua
kata. Hasilnya adalah “suspect” .
4 DS: Ibu pasien mengatakan anaknya Hambatan Hambatan
kesulitan menggerakkan kaki. mobilitas isik perkembangan
DO: kekuatan tonus otot lemah
4 4
1 1

II. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah

6
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi panas (Wong, 2004)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perkembangan terhambat
(Nanda, 2007)
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis (Nanda,
2012)
4. Hambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan neuromuskular
(Nanda, 2012)

III. Intervensi Keperawatan


Tabel 5
NO TUJUAN & RASIONAL
INTERVENSI
DX KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan a. berikan selimut pendingin a. untuk menurunkan suhu
asuhan keperawatan atau tipis tubuh anak dengan cara
selama 3x24 jam, konduksi
diharapakan pasien b. lakukan kompres hangat
mampu pada anak b. untuk menurunkan suhu
mempertahankan suhu tubuh anak dengan cara
tubuh dalam batas evaporasi
normal, dengan kriteria c. pantau suhu tubuh anak c. untuk mencegah
hasil:
a. suhu tubuh anak secara berkala pendinginan tubuh yang
dalam batas normal (36- berlebihan
37.5°C) d. untuk menyerap keringat
b. mukosa bibir anak d. anjurkan pada keluarga
lembab pasien agar memberikan
c. akral tidak panas/ minum air putih sedikit tapi
hangat Sering

e. kolaborasi pemberian e.obat penurun panas/


antipiretik sesuai terapi menurunkan suhu dari
pusat hipotalamus

2 Setelah dilakukan a. Berikan sebanyak mungkin a. untuk mempertahankan


asuhan keperawatan kebebasan bergerak dan rasa otonomi
selama 3x24 jam, dorong aktivitas normal
diharapakan pasien b. meningkatkan kemampuan
mampu menunjukkan b. Ajarkan dan bantu pasien / tolak ukur dari
tingkat mobilitas, dalam proses perpindahan pertumbuhan
dengan kriteria hasil: yang aman
a. Melakukan c. mungkinuntuk
perpindahan c. Ubah posisi ditempat tidur menurunkan perasaan
Bila immobilisasi
b. Ambulasi : berjalan
d. Ajarkan dan dukung pasien d. mencegah terjadinya
c. Melakukan aktifitas dalam latihan ROM aktit / kontraktur dan
sehari-hari secara pasif untuk mempertahankan meningkatkan kekuatan
mandiri atau meningkatkan kekutan otot

7
8
d. Menyangga berat atau ketahanan otot e. lebih mudah menentukan
badan pendidikan kesehatan
e. Kaji kebutuhan pasien akan yang tepat
pendidikan kesehatan

3 Setelah dilakukan a. Anjurkan kunjungan a. untuk mengurangi ansietas


asuhan keperawatan keluarga secara teratur anak
selama 3x24 jam, untuk memberi stimulasi
diharapakan pasien pada komunikasi b. memberikan waktu pada
mampu menunjukkan anak untuk memahami
komunikasi, dengan b. Bicara perlahan, jelas dan pembicaraan
kriteria hasil: tenang, menghadap kearah
a. Anak mampu pasien c. menguatkan bicara dan
bertukar pesan mendorong pemahaman

secara akurat dengan c. Gunakan kartu baca, bahasa d. untuk memudahkan


tubuh, dan gambar untuk
orang lain
memfasilitasi komunikasi nonverbal
b. Menggunakan bahasa komunikasidua arah yang
e. agar anak tidak
tertulis, berbicara, optimal mempelajari kebiasaan
nonverbal
d. bantu keluarga mendapatkan komunikasi yang buruk.
c. Menggunakan bahasa alat elektronik (microphone)
isyarat
e. Beritahu ahli terapi wicara
dengan lebih dini.

4 Setelah dilakukan a. kaji tingkat tumbuh a. mengetahui tingkat


asuhan keperawatan kembang anak tumbuh kembang anak
selama 3x24 jam, secara dini untuk
diharapakan anak akan b. ajarkan untuk intervensi menentukan intervensi
menunjukkan tingkat awal dengan terapi rekreasi yang tepat
pertumbuhan dan p dan aktivitas sekolah
erkembangan sesuai b. mengelompokkan anak
dengan usia, dengan c. berikan aktivitas yang dengan kelompok usia akan
kriteria hasil: sesuai, menarik, dan dapat menstimulasi proses tumbuh
a. melakukan dilakukan oleh anak. kembang anak
ketrampilan sesuai d. Rencanakan bersama anak c. aktivitas yang menarik
dengan usia aktivitas dan sasaran yang akan menambah kemauan
b. mampu melakukan memberikan kesempatan untuk anak untuk mencapai
ADL secara mandiri keberhasilan
c. menunjukkan aktivitas tersebut
peningkatan dalam e. Berikan pendkes stimulasi d. untuk mendorong
berespon tumbuh kembang anak pada kerjasama dan citra diri yang
keluarga positif

e. untuk memperkuat
stimulasi tumbuh dan
kembang anak

9
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Didalam tinjauan pustaka, pada pengkajian pasien cerebral palsy didapatkan keluhan
utama sukar makan, otot kaku, sulit menelan, sulit bicara, kejang, badan gemetar,
permasalahan pada BAB dan BAK (Wong, 4004).Dan didalam kasus muncul keluahan
sulit bicara, perkembangan anak terhambat, dan hambatan dalam mobilitas fisik, dan
muncul keluhan badan panas (peningkatan suhu) yang merupakan gejala penyerta yang
muncul pada saat pengkajian pada kasus An. R. Dikarenakan pada saat penngkajian tidat
terdapat keluhan maupun data-data dari catatan medical record yang menunjukkan anak
mengalami sukar makan, otot kaku, sulit menelan, kejang, badan gemetar, permasalahan
pada BAB dan BAK.

B. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. R


1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi panas (Wong, 2004)
Hipertermia adalah suatu keadaan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal (Nanda, 2012).
Pada kasus ini dimunculkan diagnosa hipertermia ini karena
ditemukan data-data sebagai berikut: anak mengalami peningkatan suhu tubuh
menjadi 38,2ºC, Nadi 158x/ menit, RR 38x/ menit, akral hangat, mukosa bibir
kering.
a. hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis (Nanda,
2012) Diagnosa yang seharusnya ditegakkan adalah gangguan komunikasi
verbal berhubungan dengan kesukaran dalam artikulasi. (Nanda, 2012)
Gangguan komunikasi verbal adalah penurunan, kelambatan atau
ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim dan / atau
menggunakan system symbol. (Nanda, 2012)
Diagnosa ini dapat dimunculkan kalau ditemukan data-data sebagai
berikut: Tidak ada kontak mata, kesulitan mengekspresikan pikiran secara
verbal ( misalnya : afasia, disfasia ), kesulitan menyusun kalimat, kesulitan
memahami pola komunikasi yang biasa, ketidaktepatan verbalisasi.
(Nanda, 2007)
Pada kasus ini dimunculkan diagnosa hambatan verbal ini karena
ditemukan data-data sebagai berikut: Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya mengalami kesulitan dalam berbicara/ berkomunikasi, anak

10
tampak belum mampu mengkombinasikan dua kata, hasil pemeriksaan
DDST bagian bahasa adalah delay dan caution (suspect).
Penulis menegakan diagnosa tersebut karena menurut (handerson)
hambatan verbal apabila tidak ditangani akan menyebabkan anak akan
kesulitan berkomunikasi dan akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan
pada anak, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak sesuai dengan
usianya (Nadire Berker, 2005).

b. Hambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan neuromuskular


(Nanda, 2012).
Diagnosa yang seharusnya ditegakkan adalah gangguan perkembangan
berhubungan dengan gangguan neuromuskular (Nanda, 2012).
Gangguan perkembangan adalah suatu keadaan penyimpangan
perkembangan atau kelainan dari aturan kelompok usia (Nanda, 2011).
Diagnosa ini dapat dimunculkan kalau ditemukan data-data sebagai
berikut: Gangguan pertumbuhan motorik, penurunan waktu respon,
terlambat dalam melakukan ketrampilan umum kelompok usia,
ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan
usianya. (Nadire berker, 2005)
Pada kasus ini dimunculkan diagnosa hambatan tumbuh kembang ini
karena ditemukan data-data sebagai berikut: Ibu pasien mengatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan anaknya tidak seperti anak yang sebaya
lainya, dari pemeriksaan DDST hasilnya Suspect, artinya anak gagal
melakukan item pemeriksaan yang diperintahkan sesuai kelompok usianya.
Penulis menegakan diagnosa tersebut karena menurut jurnal, hambatan
tumbuh kembang pada anak apabila tidak ditangani segera akan
menganggu jalannya proses pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya, yang mengakibatkan keterlambatan/ penyimpangan dengan
kelompok usia (Nadire Berker dkk, 2005)

C. Implementasi
1. Diagnosa yang pertama, penulis melakukan implementasi yaitu melakukan
kompres hangat pada anak pada kedua lipatan ketiak, leher, kedua selakangan, dan
kedua lipatan belakang lutut, Memantau suhu tubuh anak secara berkala,
Menganjurkan pada keluarga pasien agar memberikan minum air putih sedikit tapi

11
sering minimal sehari 1344cc/ hari. Dengan menggunakan rumus berdasarkan berat
badan pasien: (100x10=1000) + (4x50=200) = 1200cc, ditambah 12% dari 1200cc
setiap kenaikan suhu 1C, jadi 1200+144=1344cc. Berkolaborasi pemberian
antipiretik,

2. Diagnosa kedua penulis melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah


keperawatan pada diagnosa kedua adalah menganjurkan kunjungan keluarga secara
teratur untuk memberi stimulasi pada komunikasi, berbicara perlahan, jelas dan
tenang, menghadap kearah pasien, memberitahu ahli terapi wicaradengan lebih dini.

3. Diagnosa ketiga penulis melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi


masalah keperawatan pada diagnosa ketiga adalah mengkaji tingkat tumbuh
kembang anak, Mengajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan
aktivitas sekolah, Memberikan aktivitas yang sesuai, menarik, dan dapat dilakukan
oleh anak, Menganjurkan pada keluarga untuk merencanakan bersamaanak aktivitas
dan sasaran yang memberikan kesempatan untuk keberhasilan, Memberikan pendkes pada
keluarga tentang stimulasi tumbuh kembang anak.
D. Evaluasi
1. Untuk diagnosa pertama, Kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam tinjauan pustaka
sebagai berikut: Suhu tubuh dalam batas normal (36-37.5ºC), Nadi dalam batas
normal (80-120), RR dalam batas normal (15-30) akral tidak panas, mukosa bibir
lembab (Nanda, 2012).Evaluasi pada kasus ini pada hari ketiga didapatkan data: Ibu
pasien mengatakananaknya anaknya sudah tidak panas, S: 37.4ºC, Nadi 102 x/menit,
RR 22x/menit, akral dingin, mukosa bibir lembab.Sesuai dengan kriteria hasil yang
ditetapkan pada awal memberikan asuhan keperawatan ini tujuan keperawatan
tercapai, Intervensi keperawatan dihentikan.
2. Untuk diagnosa kedua, Kriteria hasil yang ditetapkan dalam tinjauan pustaka sebagai
berikut: Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan mengembangkan
metode dalam berkomunikasi dengan orang lain, anak mampu bertukar pesan secara
akurat dengan orang lain, menggunakan bahasa tertulis, berbicara, nonverbal,
menggunakan bahasa isyarat (Nanda, 2011). Evaluasi pada kasus ini pada hari ketiga
didapatkan data: ibu pasien mengatakan bahwa pasien mampu mengucap satu kata
dan tidak lambat dalam berespon, namun anak belum mampu mengkombinasikan dua
kata, pasien tampak belum mampu mengkombinasikan dua kata, respon pasien tidak
lambat saat ada rangsangan. Sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada awal

12
memberikan asuhan keperawatan ini tujuan keperawatan tercapai sebagian, belum
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, intervensi dilanjutkan.

3. Untuk diagnosa ketiga, Kriteria hasil yang ditetapkan dalam tinjauan pustaka sebagai
berikut: Melakukan ketrampilan sesuai dengan perkembangan usianya, mampu
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai usia, menunjukkan peningkatan
dalam berespon (Suriadi, dkk, 2010). Evaluasi pada kasus ini pada hari ketiga
didapatkan data: ibu pasien mengatakan anaknya belum mampu mengikuti kegiatan
permainan (menyusun dua balok), pasien tampak belum mampu menyusun dua
balok, belum ada peningkatan perkembangan pada anak, anak belum mampu
mengikuti permainanyang diberikan sesuai dengan usianya. Sesuai dengan kriteria
hasil yang ditetapkan pada awal memberikan asuhan keperawatan ini tujuan
keperawatan belum tercapai/belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan,
intervensi dilanjutkan.

2.3 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Pada An. R
Dengan Fraktur Clavikula Dexstra Post Op Hari Ke 1 Di Ruang Kantil 2 Rsud
Karanganyar

A. PENGKAJIAN
1.   Identitas
1. Tanggal pengkajian : 9 Mei 2017
Tanggal masuk rumah sakit : 8 Mei 2017
No CM : 494153
2. Identitas klien
Nama klien : An.R
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Siswa
Suku : Jawa
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Gedong rt 2/3 karanganyar

13
Sumber informasi : Pasien dan keluarga
Diagnosa medis : Fraktur Klavikula Dexstra post op
3. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 34 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Gedong rt 2/3 karanganyar
Hubungan dengan klien : ayah

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh sakit pada bahu kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD karanganyar pada tanggal 8 mei 2017 dengan keluhan sakit
pada bahu kanan setelah berlarian dan jatuh setelah diperiksa ada / terdapat retak pada
tulang bahu kanan sehingga pasien dilakukan operasi pasien mengatakan nyeri karena
bekas luka operasi.
3. Riwayat Kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah mondok RSUD karanganyar,
keluarga pasien mengatakan tidak punya penyakit menular

Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran


1. Prenatal : Selama hamil ibu klien memeriksakan kehamilannya secara teratur di
Puskesmas sebanyak 9 kali dan selama kehamilan tidak ada keluhan.

2. Intra natal : Anak lahir pada umur kehamilan 9 bulan,lahir dirumah ditolong oleh
Bidan, pervaginam dengan induksi. Lahir dengan BBl 3100 gr langsung
menangis dan kondisi saat lahir sehat, preskep.

3. Post natal : Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan secara rutin di Puskesmas.
Kondisi klien pada masa itu sehat tak ada keluhan

RIWAYAT MASA LAMPAU.


1. Penyakit waktu kecil :-

14
2. Pernah dirawat dirumah sakit : belum pernah.
3. Obat-obatan yang digunakan : Anak belum pernah diberikan obat sendiri selain dari
petugas kesehatan
4. Tindakan (operasi) : tidak ada
5. Alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
6. Kecelakaan : Anak belum pernah mengalami
kecelakaan
7. Imunisasi : Lengkap
 Hepatitis B I,II,III
 BCG 1 Kali
 DPT I,II,III
 Polio I,II,III,IV
 Campak 1 kali

C. PENGKAJIAN SAAT INI


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan keluarga : keluarga belum terlalu paham tentang penyakit yang diderita
anaknya, dan cara perawatan post op fraktur klavikula, sehingga merasa cemas
terhadap anaknya.
2. Pola nutrisi
a. intake makanan
 Makanan yang disukai : bubur kacang hijau

Alat makan yang dipakai : Sendok dan piring


Sebelum sakit : klien makan 3x sehari dengan nasi , lauk dan sayur
Selama sakit : klien makan 3x sehari 1 porsi RS dengan lauk dan
sayur
b. intake minuman
sebelum sakit : klien minum kurang lebih 7-8 gelas/ hari, minum ari putih
selama sakit : klien mengatakan minum kurang lebih 4-5 gelas /hari air putih dan
susu sesuai Rumah sakit
3. Pola aktifitas dan latihan

15
Kemampuan perawatan diri Sebelum sakit Selama sakit

Makan dan minum 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4


Mandi √ √
Toileting √ √
Berpakaian √ √
Mobilisasi ditempat tidur √ √
Berpindah √ √
Ambulasi / ROM √ √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang laindan alat
4 : tergantung total
5. Pola istirahat dan tidur

4. pola eliminasi
a. Buang air besar :
Sebelum sakit : BAB 1 x / hari dengan konsistensi padat berwarna kuning khas
Selama sakit : Selama dirawat pasien BAB 1 x dengan konsistensi pada berwarna
kuning khas, tidak ada darah.
b. Buang air kecil
Sebelum sakit : BAK kurang lebih 1500 cc/hari denganwarna kuning khas dan
berbau khas.
Selama sakit : BAK kurang lebih 1500 cc/hari denganwarna kuning khas dan
berbau khas.

5. Pola istirahat dan tidur

16
Sebelum sakit : Tidur kurang lebih 8 jam / hari pada malam hari mulai jam 21.00
sampai dengan jam 05.00. siang hari tidur dari jam 13.00 sampai 15.00
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur kurang lebih 4-6 jam / hari pada malam hari,
dan siang hari tidak pernah tidur

6. Pola peceptual
Penglihatan : Pasien mengatakan dapat melihat/membaca pada jarak 30cm
Pendengaran : Pasien mengatakan masih bisa mendengarkan dengan jelas
Pengecapan : Pasien dapat membedakan rasa seperti pedas, asin dan manis
Penciuman : Pasien dapat mencium bauparfum
Sensansi : Pasien dapat merasakan rangsang nyeri

7. Pola persepsi Diri


Gambaran diri : Pasien menerima keadaan pasien sekarang.Klien berpandangan bahwa
semua ini adalah cobaan dari Tuhan.
Harga diri :Klien tidak merasa minder karena kondisinya saat ini.
Ideal diri :klien berharap penyakitnya cepat sembuh.
Peran diri :
Identitas diri : pasien adalah seorang laki-laki, dan sebagai pelajar di sekolahannya

8. Pola seksualitas dan Reproduksi


Pasien sudah dikhitan

9. Pola peran hubungan


Sebelum sakit : Pasien berhubungan baik dengan ibu, teman-teman disekolah dan
tetangga rumah nya.
Selama sakit :Hubungan pasien dengan ibu baik,dan ibu selalu memberi semangat
untuk pasien dan pasien tidak bisa bermain dengan teman-teman nya
karena pasien sedang sakit.

10. Pola managemen koping stres


Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan bila ada suatu permasalahandirundingkan
bersama keluarga
Selama sakit :keluarga pasien mengatakan sering mengeluhkan apa yang dirasakan
ketika ada masalah/ merasa kesakitan kepada keluarga

17
11. Sistem nilai dan keyakinan (spiritual )
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan beragama islam ,dan selalu berdoa ketika
habis sholat
Selama sakit :keluargapasien mengatakan beragama islam ,dan selalu berdoa ketika
sholat,ketika sakit menyebutkan ia selalu diajarkan olehkeluarga
beristigfar

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 100 / 80mmHg
S: 36,7°C
N:90 X/ Menit
R :22 X/ Menit
4. kepala
Masocepal, rambut hitam lurus tidak kotor tidak ada luka, tidak ada benjolan, rambut
bersih tidak bau.
5. Mata
konjungtiva ananemis, simetris kanan kiri, reflek cahaya pupil baik, sekelera warna
putih, penglihatan baik. gerakan bola mata mengikuti jari pemeriksa, reflek pupil
mengecil saat terkena rangsangan cahaya, tidak ada nyeri palpebra, tidak ada edema.
6. Hidung
Simetris, tidak ada lesi, keadaan bersih, tidak ada sekret, tidak   terdapat nyeri tekan
pada sinus etmoidal dan sinus splenoidale
7. Mulut
Kebersihan baik, mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatitis, gigi belum lengkap,
terdapat karies gigi, gusi berwarna merah muda, tidak terdapat perdarahan, tidak
terdapat pembesaran tonsil.
8. Leher
Arteri karotis teraba, tidak ada luka, tidak ada pembesaran getah bening, tidak ada
pergeseran trakea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
9. Thorax
Inspeksi : terdapat pengembanmgan kanan dan kiri, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

18
10. paru-paru
Inspeksi : perkembangan dada kanan dan kiri simetris tidak ada luka tidak ada
jejas
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : suara sonor kanan dan kiri
Auskultasi : suara vesikulertidak ada suara tambahan
11.Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS ke 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : suara jantung s1 s2 tunggal, irama jantung teratur
12. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat luka dibagian perut atau bekas jahitan
Auskultasi : bising usus 15x/menit
Perkusi : terdengar timpani
Palpasi : tidak ada pembesaran hati dan limpa, tidak ada nyeri tekan
13. Inguinal
Inspeksi : tidak terdapat bekas luka jahitan operasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
14. Genetalia
Inspeksi : tidak terpasang kateter
Palpasi : tidak ada pembengkakan hemoroid
15. Ekstremitas
a. Atas : - kanan : terdapat luka post op di bahu kanan
- kiri : terpasang infus Rl 20tpm
b. Bawah : -kanan :tidak bengkak dan tidak ada nyeri
-kiri :tidak bengkak dan tidak ada nyeri

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan selasa, 9 Mei 2017

19
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 10.9 g/Dl 13.0-18.0
Lekosit 10.59 10ˆ3/ul 4.0-10.0

F. Eritrosit 4.4 Juta/ul 4.5-6.5


Hematocrit 33.8 % 40.0-54.0
Trombosit 211 10ˆ3/ul 150-450
Hitung jenis
Eosinofil 2-4
Basofil 0.1 % 0-1
Neurotrofil 0.2 % 50.0-70.0
Limfosit 37.2 % 25-40
Monosit 52.9 % 2-6
Index Eritrosit 9.6 %
MCV 80-96
MCH 76.3 fl 27-37
MCHC 24.6 pg 32.0-36.0
RDW 32.2 g/dl 37.0-54.0
PDW 33.8 % 11.6-14.8
MPV 8.5 fL 5.3-8.7
8.8 fL
PROGRAM TERAPI
 Infus RL 20 tpm
 Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Injeksi antrain 2,5gr/12 jam
 Injeksi ranitidin 2,5 gr/12jam

G. DATA FOKUS
 Data subyektif
1. Pasien mengatakan nyeri
P : saat begerak
Q : nyeri tekan seperti di tusuk – tusuk
R : dikaki bagian bahu kanan
S : Skala nyeri 6
T : terus menerus

20
2. Keluarga pasien mengatakan gerak pasien terbatas karena nyeri dibagian bahu
sebelah kanan dan terpasang infuse RL 500cc 20 tpm ditangan kiri.
3. Keluarga pasien mengatakan pasien tidurnya terganggu saat nyeri
4. Keluarga pasien mengatakan pasien tidur 4-6 jam pada malam hari
5. Keluarga pasien mengatakan suasana rumahsakit ramai
6. Keluarga pasien mengatakan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga seperti mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, kontine bab/bak
7. Keluarga pasien mengatakan keluarga dan pasien belum paham tentang
penyakitnya
 Data obyektif :
1. Keadaan umum : sedang
2. TTV : TD: 100/80 mmHg
S: 36,7°C
N: 90 X/ Menit
R :22 X/ Menit
3. Pasien tampak lemas, meringis, menahan nyeri dan pucat
4. Pasien terlihat sedikit menahan nyeri
5. Hasil rontgen thorak pulmo dalam batas normal
6. Hasil rontgen post op fraktur klavikula dexstra post
7. Pasien tampak pucat bibir mukosa kering
8. Pasien tampak pucat crt <3 detik

H. ANALISA DATA
No Data (sign dan symtom) Etiologi Problem
1. DS : Agen cidera Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri fisik
didaerah bahu kanan
DO :
- P : saat bergerak
Q : seperti di tusuk –
tusuk
R : dibahu kanan
S : Skala nyeri 6
T : terus menerus
-sikap melindungi area
nyeri
21
2. DS : Penurunan Hambatan
Pasien mengatakan nyeri kekuatan otot mobilitas fisik
saat bergerak
DO :
- Pergerakan lemah
- Keterbatasan pergerakan
sendi
- Aktifitas terbatas
3. DS : Hospitalisasi Gangguan pola
-Keluaga pasien tidur
mengatakan tidurnya
terganggu pada saat nyeri
-Keluarga mengatakan
pasien tidurnya 4-6 jam
pada malam hari
-Keluarga pasien
mengatakan suasana
hospitalisasi ramai
DO :
-Pasien tapak kurang tidur
-Keluarga pasien
mengatakan pasien tidur 4-
6jam pada malam hari
-Pasien kurang nyaman
-Pasien tampak sering
terbangun
-Mata pasien tampak sayup

22
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas tulang
3. gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan/ KH Perencanaan Rasional
keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor vitas sign. 1. menentukan
berhubungan tindakan tindakan
dengan agen keperawatan selama selanjutnya.
cidera fisik 3 x 24 2.observasi reaksi 2.Menentukan
jamdiharapkan nyeri non verbal dari tindakan nyeri
berkurang dengan ketidak nyaman.
kriteria hasil : 3.ajarkan 3.
 Mampu manajemen nyeri relaksasi otot
mengontro dengan metode yang tegang
nyeri(tahu dexstraksi dan dapat menurun
penyebab nyeri relaksasi nafas rasa sakitatau
mampu dalam. nyaman.
menggunakan
manajemen nyeri 4.
dengan tehnik menurunkan rasa
non farmakologi sakit nyeri
untuk 4. berikan terapi
mengurangi nyeri sesuai
 Mampu injeksianalgetik,
mengenal nyeri ceftriaxone 1 gr/ 5.mempengaruhi
(skala nyeri 12 jam, antrain tingkat ansietas
intensitas 2,5gr/12 jam, dapat
frekuensi dan ranitidin 2,5 gr/12 mempengaruhi
tanda nyeri) jam reaksi terhadap
 Melaporkan 5. Evaluasi nyeri
bahwa nyeri keluhan nyeri/

23
berkurang dengan ketidak
menggunakan nyamanan
Gangguan manajemen nyeri perhatikan lokasi
mobilitas fisik  Mengatakan rasa dan
berhubungan nyaman setelah karakteristik,
dengan nyeri berkurang skala (1-10)
kerusakan
integritas tulang 1. Keterbatasan
fisik untuk
1.1. meningkatkan
darajat kemajuan
imobilitas kesehatan
yang
Setelah dilakukan dihsilkan
asuhan keperawatan oleh cidera
3x24 jam gangguan /
mobilitas fisisk pengobata 2. Meningkatkan
dapat teratasi dengan n dan tonus otot dan
kriteria hasil: perhatian mempertahankan
 Mempertahankan imobilitas gerak sendi.
mobilitas pada pasien
tingkat paling 1.2.
tinggi. ikan pasien
 Meningkatkan dalam
kekuatan yang gerak pasif
sakit dan dan aktif 3. Kontraksi otot
mengkomposisi pada isometrik tanpa
bagian tubuh. ekstrmitas menekan sendi /
Menunjukkan tehnik yang sakit. gerakan tangan
yang mampu 1.3. membantu
gangguan pola melakukan aktifitas g mempertahankan
tidur penggunaa otot
berhubungan n latihan 4. Membantu
dengan isomotrik melenturkan
hospitalisasi mulai otot

24
dengan
tangan 5. Berguna dalam
yang tidak membantu
sakit. melatih
1.4. gerakan dan
i tentang program
gerakan latihan.
fraktur
klavikula.
1.5.
rasi 1. Mengetahui
dengan jumlah jam tidur
fisio terapi pasien

3.1Monitor (catat 2. Mengetahui


kebutuhan keseimbangan
tidur pasien antara makan
setiap hari dengan tidur
Setelah dilakukan perjam) pasien
tindakan 3.2Monitor dalam 3. Meningkatkan
keperawatan selama waktu makan kwalitas tidur
3x24 jam gangguan dan minum pasien.
pola tidur teratasi dalam waktu 4. Membantu
dengan kriteria hasil tidur menciptakan
 kwalitas tidur
dengan 3.3Ciptakan pasien.
nyenyak. lingkungan Membantu
 yang nyaman menjaga kwalitas
dalam batas dan tenang tidur pasien
normal. 3.4Jelaskan
 pentingnya
kwalitas tidur tidur yang
dalam batas adekuat
normal.
 Anjurkan

25
segar sesudah keluarga untuk
bangun tidur. memberi
kenyamanan
pasien saat
tidur.

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N HARI/TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD
O
1. rabu, 10 mei
2017
08.00 - Mengobservasi S : pasien mengatakan
Keadaan paien dan nyeri .
memonitor TTV O: kesadaran
coposmentis
TD : 100/70 mmHg
S : 36, °C
N :90 X/ Menit
R:20 X/ Menit
08.15 - Memberikan S : keluarga pasien
posisi tidur yang mengatakan
nyaman, terlentang bersedia
O : pasien tampak
08.30 nyaman
- Berikan injeksi S: keluarga pasien
lewat iv mengatakan bersedia
O: obat masuk lewat
injeksi iv
10.00

- Mengajarkan S: keluarga pasien


tehnik tarik nafas mengatakan bersedia
11.00 dalam O: pasien
memperaktekan

26
- Mengukur skala S: keluarga pasien
kamis 11 mei nyeri mengatakan brsedia
2017 O: skala nyeri pasien
08.00 6

- Memberikan S: keluarga pasien dan


penjelasan kepada pasien mengatakan
keluarga pasien bersedia
08.15 untuk membantu O: keluarga pasien
aktifitas pasien membantu aktivitas
pasien

08.30
S: keluarga pasien
2. bersedia
- Mempertahan tirah O: pasien tampak
08.45 baring dan nyaman
kenyamanan S: keluarga pasien
mengatakan bersedia
O: pasien tampak
- Menciptakan lebih nyaman dan
08.45 lingkungan yang tenang.
nyaman dan S: pasien mengatakan
membatasi bersedia untuk disibin
pengunjung pasien O: keluarga pasien
tampak menyibin
- Menyediakan air pasien
hangat S: keluarga pasien
10.00 mengatakan bersedia
O: pasien koperatif
Td: 100/70 mmhg
N : 90 x/menit
11.00 S: 36,c
- Melakukan RR: 20 x/menit
pemeriksaan ttv

27
11.15 S: pasien mengatakan
nyeri
O: pasien tampak
menahan nyeri saat
11.30 digerakan
S: keluarga pasien
- Mengobservasi mengatakan bersedia
bagian yang nyeri O: skala nyeri pasien
11.39 6
S : keluarga pasien
mengatakan bersedia
- Mengukur skala O : infus RL terpasan
12.00 nyeri pasien
S :keluarga pasien
mengatakan paham
- Memberikan terapi O : keluarga pasien
infus RL 500 , 20 tampak paham
12.15 tpm
S : keluarga pasien
mengatakan bersedia
12.30 - Melakukan O :pasien tampak
kolaborasi dengan lebih nyaman
keluarga untuk S : keluarga pasien
membantu akivitas mengatakan bersedia
dan motovasi O :pasien tampak
jumat 12 mei tidur
2017
08.00 - Memberikan
posisi supine S : kluarga
/terlentang mengatakan bersedia
O : pasien tampak
tidur
S :keluarga pasien
- Menganjurkan mengatakan bersedia
pasien untuk O :pasien tampak

28
istirahat tidur memperaktekan nya
08.15 malam dan
istirahat nyaman
dan tenang
S : pasien mengatakan
08.30 nyeri pada tumit
- Menyiapkan air O : kesadaran
hangat untuk komposmentis
menyibin pasien Td :100/70 mmhg
09.00 N : 90 x/menit
S :36,c
RR: 20 x/menit

- Mengajarkan
09.15 tehnik manajemen S : keluarga pasien
nyeri dengan non mengatakan bersedia
farmakologi (tarik O :pasien tampak
09.30 nafas dalam) nyaman

S :keluarga pasien
mengatakan bersedia
- Mengobservasi O : obat masuk lewat
09.45 keadaan pasien injeksi iv
dan monitor ttv
S : keluarga pasien
mengatakan bersedia
10.00 O : pasien tampak
memperaktekan nya

S : keluarga pasien
mengatakan bersedia
O : skala nyeri 6

S : keluarga dan
3. - Memberikan pasien mengatakan

29
posisi tidur yang bersedia
nyaman O : keluarga pasien
membantu aktivitas
pasien
S : keluarga pasien
- Memberi injeksi mengatakan bersedia
lewat iv O : pasien tampak
lebih nyaman dan
tenang
S : keluarga pasien
mengatakan bersedia
disibin
- Mengajarkan O : keluarga pasien
tehnik manajement tampak menyibin
nyeri dengan non pasien
farmakologi /tarik
nafas dalam

- Mengukur skala
nyeri

- Meberikan
penjelasan kepada
keluarga untuk
membantu
aktifitas pasien

- Mempertahankan
tirah baring dan
kenyamanan dan

30
aman dan
mambatasi
pengunjung pasien

- Menyediakan air
hangat

L. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tgl/jam Evaluasi ttd


Dx
1. Jumat, 12 S: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
mei 2017 P : saaat bergerak
Q : seperti di tusuk – tusuk
R : dibahu bagian kanan
S : Skala nyeri 4
T : nyeri terasa kadang-kadang  
O: pasien tampak rileks, wajah pasien segar
Nyeri pasien berkurang
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Ciptakan
lingkungan nyaman dan tenang
 Lakukan
manajement nyeri dengan metode
relaksasi dan dexstraksi
 Minum obat sesuai
dosis dan waktu (obat analgesik)
 Evaluasi skala
nyeri

31
2. jumat, 12 mei S: keluarga pasien mengatakan gerak pasien
2017 terbatas
Keluarga mengatakan pasien melakukan
latihan gerak
O: sebagian aktifitas pasien masih dibantu
Pasien tampak ditempat tidur
Ttv : dalam batas normal
Td : 100/70 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36 c
Rr : 20 x/menit
A: masalah imobilitas fisik teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Kaji derajat
imobilitas pasien
 Anjurkan pasien
untuk latihan gerak pasif
Kolaborasi dengan ahli terapi
3. jumat 12 mei S : keluarga pasien mengatakan pasien tidur
2017 nya tidak terganggu
Pasien tidur nyenyak
Pasien tidur 6-8 jam /hari
O : pasien tidur malam dengan nyenyak
Pasien merasa nyaman dengan lingkungan
yang tenang
A : masalah pola tidur teratasi
P : Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. R selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
kesimpulan sebagai berikut: Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul tiga
diagnosa pada pasien. Diagnosa yang muncul antara lain hipertermia berhubungan dengan
peningkatan produksi panas, gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kesukaran
dalam artikulasi, gangguan perkembangan berhubungan dengan gangguan neuromuscular

3.2 Saran

1. Bagi perawat, Diharapkan lebih memberikan motivasi kepada keluarga agar keluarga
mengetahui dan mencari informasi tentang perawatan anak pada cerebral palsy. Hal
tersebut sangat diharapkan untuk terciptanya pelayanan yang maksimal.
2. Bagi keluarga, Diharapkan keluarga untuk mencari informasi tentang perawatan anak
dengan cerebral palsy serta dapat memaksimalkan keadaan pasien yang ada dengan
cara mengajak anak ke ahli terapi wicara, ke klinik fisioterapi untuk mencegah
terjadinya kontraktur (kekakuan otot), dan memberikan pendidikan anak yang layak
(SLB).

33
DARTAR PUSTAKA

Berker, Nadire. 2005. The Help Guide To Cerebral palsy.Turkey: Mosly Elsevier.

Carpernito, L. J. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan; alih bahasa indonesia, Kusrini
Semarwati Kadar. Edisi 10 Jakarta: EGC

Herdman, T. H. 2012. Diagnosis keperawatan: Nursing Diagnosis: Definition &


Clasification; alih bahasa Indonesia, Sumarwati, Made. Jakarta: EGC

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Setiadi. 2012. Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan praktek.
Yogyakarta: Graha ilmu

Wikinson, Judith M. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil: NOC; alih bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Edidsi revisi.
Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai