Anda di halaman 1dari 18

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS

OLEH

KELOMPOK 2

Ni Kadek Suraniti Dewi (P07120019037)


Putu Savitri Widyatmani Nanda (P07120019038)
Gede Donie Usadha (P07120019039)
Putu Mutia Anggraeni (P07120019040)
Kadek Santika Dewi (P07120019041)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Konsep Kebutuhan Aktivitas dengan baik dan tepat pada waktu yang
ditentukan.
Adapun makalah konsep asuhan keperawatan kami susun guna memenuhi
tugas Kebutuhan Dasar Manusia dengan dosen Ns. Ni Made Werdi, S.Kep.,
M.Kes. Kelompok kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penyusun dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini tersusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu setiap pihak  diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun.Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan
bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 10 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian........................................................................................................2
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas...............................2
2.3 Kemampuan Mobilitas....................................................................................3
2.4 Koordinasi Mekanik Tubuh.............................................................................5
2.5 Kemampuan Rentang Gerak...........................................................................6
2.6 Kemampuan Kekuatan Otot............................................................................8
2.7 Kebutuhan Imobilitas......................................................................................9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
3.2 Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang
tidak terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan muskuloskeletal.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.
Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam
melakukan berbagai aktivitas. Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu aktivitas?
2. Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas?
3. Apa itu koordinasi mekanik tubuh?
4. Apa itu kemampuan mobilitas?
5. Apa saja kemampuan rentan gerak?
6. Apa itu kemampuan kekuatan otot?
7. Apa itu imobilitas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu aktivitas.
2. Untuk mengetahui apa saja system tubuh yang berperan dalam kebutuhan
aktivitas.
3. Untuk mengetahui apa itu koordinasi mekanik tubuh.
4. Untuk mengetahui apa itu kemampuan mobilitas.
5. Untuk mengetahui apa saja kemampuan rentan gerak.
6. Untuk mengetahui apa itu kemampuan kekuatan otot.
7. Untuk mengetahui apa itu imobilitas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan muskuloskeletel.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi
manusia yang lain seperti istirahat.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
a. Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
Mekanis :
o Membentuk rangka
o Tempat melekatnya berbagai otot.
b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor).
c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah.
d. Pelindung organ-organ dalam.
Jenis tulang :
o Pipih ( kepala dan pelvis).
o Kuboid (Vertebra dan tarsal).
o Panjang (Femur dan Tibia).
2. Otot dan tendon
a. Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai keinginan

2
b. Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo
adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.
c. Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat
menggerakkan tulang
3. Ligamen

Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.


4. Sistem Syaraf
a. Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf
tepi (perifer).
b. Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.
c. Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik
5. Sendi

Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi


membuat segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan bebagai pertumbuhan tulang.

2.3 Kemampuan Mobilitas


Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktifitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
bantuan.
Jenis mobilitas :
1. Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga
dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. Mobilitas sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu
bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf motorik dan
sensorik.

3
a. Mobilitas sebagian temporer
Mobilitas Sebagian Temporer merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Kemungkinan disebabkan
oleh trauma pada muskuloskeletal, Contoh: adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen
Mobilitas Sebagian Permanen merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan
rusaknya sistem syaraf yang reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke,
paraplegi karena cedera tulang belakang.

Faktor yang mempengaruhi mobilitas :


1. Gaya hidup, Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit, dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas
bagian bawah.
3. Kebudayaan, Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh,
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan dengan orang yang
karena adat budaya tertentu dibatasi aktifitasnya.
4. Tingkat energi, Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas yang baik dibutuhkan energi cukup.
5. Usia dan status perkembangan, Terdapatperbedaan kemampuan mobilitas
pada tingkat usia yang berbeda.

4
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah, sebagai berikut :

Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.

2.4 Koordinasi Mekanik Tubuh


Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien
dan efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas
yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan system persarafan didalam
tubuh. Komponen system musculoskeletal melibatkan tulang, otot, tendon,
ligamen, kartilago, dan sendi.
Tulang adalah jaringan dinamis, salah satu fungsinya menunjang jaringan
tubuh dan membantu pergerakan. Sedang otot berfungsi untuk kontraksi dan
membantu menghasilkan gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan
menghasilkan panas. Otot dipersarafi oleh saraf yang terdiri atas serabut motoris
dari medulla spinal. Medula otak seperti korteks cerebri kanan mengatur otot-otot
anggota gerak kiri dan sebaliknya. Bagaimana Anda bisa bergerak, berikut ini
mekanisme kontraksi otot: membran otot mengandung myofibril, kemudian
pelepasan asetikolin. Akibatnya, pintu kalsium diretikulum sarkoplasma
membuka dan melepaskan ion kalsium ke sitoplasma sel otot, lalu berikatan

5
dengan troposin, kemudian membuka binding sites, terjadilah jembatan silang
(Cross bridges), antara filamin aktin dan myosin. Selajutnya dengan katalis enzim
myosin-ATP ase terjadi hidrolikis ATP menjadi ADP + P + energy, sehingga
terjadilah kontraksi.

2.5 Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of mation-ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Melatih rentang gerak sendi:
1. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
 Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin
2. Fleksi dan ekstensi siku
 Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
 Lakukan dan kembalikan ke posisi semula
3. Pronasi dan supinasi lengan bawah
 Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
 Kembalikan keposisi semula
 Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap
kearahnya
 Kembalikan keposisi semula
4. Pronasi fleksi bahu
 Angkat lengan pasien pada posisi semula

6
5. Abduksi dan Adduksi
 Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
 Kembalikan keposisi semula
6. Rotasi bahu
 Gerakkan lengan bawah kebawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap kebawah
 Kembalikan keposisi semula
 Gerakkan lengan bawah kebelakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap keatas
 Kembalikan keposisi semula
7. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
 Tekuk jari-jari kaki kebawah
 Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang
 Kembalikan ke posisi semula
8. Infersi dan efersi kaki
 Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
 Kembalikan keposisi semula
 Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki lainnya
 Kembalikan keposisi semula
9. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki kearah dada pasien
 Kembalikan ke posisi semula
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien
10. Fleksi dan ekstensi lutut
 Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkah paha
 Lanjutkan menekuk lutut kearah dada sejauh mungkin
 Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki keatas
 Kembali keposisi semula
11. Rotasi pangkal paha
 Putar kaki menjauhi perawat

7
 Putar kaki ke arah perawat
 Kembalikan keposisi semula
12. Abduksi dan adduksi pangkal paha
 Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat
tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
 Gerakkan kaki mendekati badan pasien
 Kembalikan keposisi semula

2.6 Kemampuan Kekuatan Otot


Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot utnuk melakukan kontraksi
yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam
jangka waktu tertentu.
Sedangkan kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau ketegangan yang dapat
dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban
maksimal. Seseorang mungkin memiliki kekuatan pada bagian otot tertentu
namun belum tentu memiliki pada bagian otot lainnya.
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak.

Mengukur kekuatan otot:


Skala 0.
Artinya otot tak  mampu bergerak, misalnya jika tapak tangan dan jari
mempunyai skala 0 berarti tapak tangan dan jari tetap aja ditempat walau sudah
diperintahkan untuk bergerak.
Skala 1.
Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot
masih belum atrofi atau belum layu.
Skala 2.
Dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya
tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja
sudah tak mampu bergerak

8
Skala 3.
Dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat
menggerakkan tapak tangan dan jari
Skala4.
Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
Skala 5.
Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal

Skala diatas pada umumnya dipakai  untuk memeriksa  penderita yang


mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai
untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan
atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada seseorang penderita.

2.7 Kebutuhan Imobilitas


Imobilitas atau Imobilisasi adalah ketidakmampuan klien bergerak bebas
yang disebabkan kondisi tertentu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry
2006). Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu
tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya.

 Jenis imobilitas
a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengubah tekanan.
b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak
akibat suatu penyakit.
c) Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika

9
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu
yang paling dicintai.
d) Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan
dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

 Alasan dilakukannya imobilitas


1) Pengobatan atau terapi, seperti pada klien setelah menjalani pembedahan
atau mengalami cedera pada kaki atau tangan. Tirah baring merupakan
merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di
tempat tidur untuk tujuan terapi antara lain untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, mengurahi nyeri, mengembalikan kekuatan dan cukup
beristirahat.
2) Mengurangi nyeri pasca operasi.
3) Ketedakmampuan premir seperti paralisis.
4) Klien yang mengalami kemunduran pada rentang imobilisi parsial –
mutlak.

 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh.
Seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem
musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil),
dan perubahan perilaku.
 Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal. Mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolism dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya
Basal Metabolisme Rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya
energy untuk perbaikan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempengaruhi

10
oksigensi sel. Perubahan metabolism imobilitas dapat mengakibatkan
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini
dapat meningkatkan resiko gangguan metabolisme. Proses imobilitas
dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan
nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
immobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberpa dampak dan
perubahan metabolisme diantaranya, pengurangan jumlah metabolisme,
antropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi,
dan gangguang gastrointestinal.
 Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsentrasi protein serum berkurang, sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan
cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat menyebabkan edema
sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas
juga dapat mengakibatkan demineralisasi tulang akibat menurunnya
aktivitas otot. Sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat
mengakibatkan reabsorbsi kalium.
 Gangguan Perubahan Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun. Dimana sel tidak lagi menerima
glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup
untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
 Gangguan Fungsi Gastrointestinal Imobilitas
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
desebabkan imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan

11
keluhan. Seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
 Perubahan Sistem Pernafasan
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat
menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan,
sehingga menyebabkan anemia.
 Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain dapat berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung dan terjadinya
pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebakab
menurunnya kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap dan
lama, refleks neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan
vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah
sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darahyang terkumpul pada
ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke
jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya
trombus juga diakibatkan meningkatnya vena statis yang merupakan
hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik
vena.
 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a) Gangguan Muskular.
Yakni menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara
langsung. Hal ini ditandai dengan menurunnya stabilitas.
Berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot.
Seperti, otot betis yang telah dirawat lebih dari enam minggu
ukurannya akan lebih kecil dan menunjukkan tanda lemah dan lesu.

12
b) Gangguan Skeletal
Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya
otot. Kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang
tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi akibat reabsorbsi tulang
semakin besar, sehingga menyebabkan jumlah kalsium ke dalam
darah menurun dan jumlah kalsium yang di keluarkan melalui urine
semakin besar.
 Perubahan Sistem Integumen
Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya
sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya isakemia serta nekrosis
jaringan superficial dengan adanya luka decubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke jaringan.
 Perubahan Eliminasi
Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya
asupan dan penurunan curah jantung, sehingga aliran darah renal dan
urine berkurang.
 Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubaha
siklus tidur dan menurunnya koping mekanisme.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan muskuloskeletel.
Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien
dan efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas
yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan system persarafan didalam
tubuh. Komponen system musculoskeletal melibatkan tulang, otot, tendon,
ligamen, kartilago, dan sendi.
Tulang adalah jaringan dinamis, salah satu fungsinya menunjang jaringan
tubuh dan membantu pergerakan.
Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktifitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot utnuk melakukan
kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal
dalam jangka waktu tertentu.
Imobilitas atau Imobilisasi adalah ketidakmampuan klien bergerak bebas
yang disebabkan kondisi tertentu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry
2006). Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimuil. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC
Martonah, Tartowo. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal.2007.Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori &


aplikasi dalam praktek.Jakarta:EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Rahayu, Sunarsih, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Kebutuhan
Dasar Manusia II. Jakarta : Kemenkes RI ; Pusdiknakes.

15

Anda mungkin juga menyukai