DALAM KEPERAWATAN
Oleh
Wahidah Fauzur Ridho NIM 151811913105
Gita Cahyani NIM 151811913107
Adhelia Fadilla Sari NIM 151811913087
Della Wulandari NIM 151811913109
Alfiani Sri Utari NIM 151811913032
Herlin Irmawati Triana Q NIM 151811913057
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah,
inayah, dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Hanya dengan karunia-Nya,
penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul “Konsep dan Tahapan
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dalam Keperawatan”
Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis masih menyadari banyak
kelemahan dan kekurangan di dalamnya. Sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Terimakasih atas semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan
ini dan hanya Allah sajalah yang patut membalasnya. Kesempurnaan hanya milik
Allah semata, dengan segala keterbatasan semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ….............…………....................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia....... 3
2.2 Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia.. 12
2.3 Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas 12
Manusia.....................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................... 13
3.1 Simpulan .................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mempengaruhi resiko penyakit kardiovasculer, osteoporosisi dan penyakit
degeneratif lainya. Dalam hal ini salah satu mekanisme yang ikut berperan
adalah berkurangnya jaringan lemak, perubahan profil lipid, hormonial dan
peningkatan fungsi dari mitochondria. Latihan fisik dapat juga akan
meningkatkan fungsi dari otot-otot, mempertahankan massa otot serta
memperbaiki system adaptasi kardiovaskuler.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4) Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi motorik dan
sensorik.
5) Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan
berbagai derajat pertumbuhan mobilitas tulang.
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-
bagian tubuh yang berhubungan dengan bagia tubuh yang lain. Bagian yang
dipelajari dari postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot.
Apabila ke empat bagian tersebut di gunakan dengan benar dan terjadi
keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam
posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
mengurangi jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan,
mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan
sirkulasi baik renal maupun gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur
tubuh yang benar terdapat beberapa prinsip yang perlu di perhatikan,
diantaranya :
1. Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-
garis imaginer vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik
yang berada di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of
support-posisi menyangga atau menopang tubuh)
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan
dan keseimbangan akan lebih besar
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih
banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik
akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot
dan ligamen
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot
serta mencegah kelelahan
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk
mencegah beban belakang.
4
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa
nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh, pembentukan postur tubuh
dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau
kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini
dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak mengalami ketidak-
seimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan
dalam membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon,
ligamen,dan persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi
pada orang tersebut akan berkurang sehingga dapat mempengaruhi proses
keseimbangan.
3. Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi
pada otot, ligamen, sendi dan tulang.
4. Gaya Hidup
Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau
bahkan sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup
tidak sehat, misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga postur
tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai
Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat mempengaruhi
pembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah
di sembarang tempat dapat mempengaruhi proses pembentukan postur
tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
Adapun kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi, diaman manusia
mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha
koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh
secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara
aman dalam menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam
beraktivitas.
1. Prinsip Mekanika Tubuh
5
Gravitasi, memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan
tubuh. Pusat gravitasi, titik yang ada di pertengahan tubuh. Garis gravitasi,
merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi. Dasar tumpuan,
merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang
atau menahan tubuh.
2. Keseimbangan
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi
diantara garis gravitasi dan pusat tumpuan.
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut
akan mempengaruhi mekanika tubuh.
Adapun pergerakan dasar dalam mekanika tubuh, seperti :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh. Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan
berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam
posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan
dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah
pada posisi kaki.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. contoh :
posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya
berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan
tubuh dalam menarik, sodorkan telapak tangan dengan lengan atas dipusat
gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat
tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan
penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar
besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar (Pivoting)
6
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada
tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur
gravitasi agar tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.
7
Terdapat pula dampak mekanika tubuh, mekanika tubuh yang benar akan
memberikan manfaat yang maksimal untuk tubuh, gerakan yang dilakukan
akan efektif serta mengurangi pemborosan tenaga. Mekanika tubuh yang
salah akan mengakibatkan terjadinya ketegangan sehingga menimbulkan
kelelahan dan gangguan sistem muskuloskeletal selain itu juga meningkatkan
resiko kecelakaan pada sistem musculoskeletal. Apabila seseorang salah
berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi kelainan pada tulang vertebra.
8
dengan perkembangan usia. Usia dewasa akan lebih baik pada kemampuan
fungsi alat gerak dari pada orang pada usia lanjut.
9
perbaikan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempengaruhi oksigensi sel.
Perubahan metabolism imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan
resiko gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan
penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat
ditemukan pada pasien yang mengalami immobilitas pada hari kelima dan
keenam. Beberpa dampak dan perubahan metabolisme diantaranya,
pengurangan jumlah metabolisme, antropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan
dalam mengubah zat gizi, dan gangguang gastrointestinal.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang, sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan
tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler
ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidak-
seimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat mengakibatkan
demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot. Sedangkan
meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi
kalium.
c. Gangguan Perubahan Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun. Dimana sel tidak lagi menerima
glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal Imobilitas
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
desebabkan imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan
keluhan. Seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernafasan
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan
penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga menyebabkan
anemia.
f. Perubahan Kardiovaskuler
10
Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan
trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebakab menurunnya
kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap dan lama, refleks
neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian
darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem
sirkulasi terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darahyang terkumpul pada ekstremitas
bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan
akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga
diakibatkan meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan
kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik vena.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular
Yakni menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara
langsung. Hal ini ditandai dengan menurunnya stabilitas. Berkurangnya
massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Seperti, otot betis yang
telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil dan
menunjukkan tanda lemah dan lesu.
2) Gangguan Skeletal
Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi
dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot. Kontraktur
dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
Osteoporosis terjadi akibat reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang di keluarkan melalui urine semakin besar.
h. Perubahan Sistem Integumen
Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya
sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya isakemia serta nekrosis
jaringan superficial dengan adanya luka decubitus sebagai akibat tekanan
kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke jaringan.
i. Perubahan Eliminasi
Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya
asupan dan penurunan curah jantung, sehingga aliran darah renal dan urine
berkurang.
j. Perubahan Perilaku
11
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubaha siklus
tidur dan menurunnya koping mekanisme.
12
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spenalis, dan
lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis,
fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru
obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat,
seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dll.
c. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri dan untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan
atau spatis.
d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai
berikut:
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
e. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi
samping ke atas kepala, telapak tangan 180
menghadap ke posisi yang paling jauh.
13
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan 150
dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian
80-90
dalam lengan bawah.
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari
80-90
posisi fleksi.
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah
belakang sejauh mungkin
0-20
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu
jari ketika tangan menghadap ke atas.
30-50
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas.
Tangan dan Jari
Fleksi: Buat Kepalan Tangan
90
Ekstensi: Luruskan Jari
90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke
30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi
20
abduksi.
14
Gerakan yang normal melawan
3 50
gravitasi
Gerakan penuh yang normal
4 75 melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh
5 100 yang normal melawan gravitasi
dan tahanan penuh.
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping,dll.
2. Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Intoleran aktivitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi fisiologis
dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-sehari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) kelemahan umum
2) bedres yang lama (Imobilisasi)
3) motivasi yang kurang
4) pembatsan pergerakan
5) nyeri
b. Keletihan
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) menurunnya produksi metabolisme
2) pembatasan diet
3) anemia
4) ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
c. Gangguan mobilitas fisik
Deinisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) gangguan persepsi kognitif
2) Imobilisasi
15
3) Ganguan neuromuskuler
4) Kelemahan
5) Pasien dengan traksi
16
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak dapat melkaukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari spt; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-
lain.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Gangguan neuromoskuler
2) Menurunnya kekekuatan otot
3) Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
4) Kerusakan persepsi kognitif
5) Depresi
6) Gangguan fisik
Diagnosis/Masalah Keperawatan :
a) Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-
lain.
b) Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
c) Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
d) Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
e) Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
f) Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
g) Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
h) Gangguan eliminasi akibat imobilitas
i) Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
j) Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
k) Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu
makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik
usus.
l) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan
(intake)
m) Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
n) Gangguan konsep diri akibat imobilitas
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
1. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi
2. Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
3. Meningkatkan fungsi respirasi
4. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
5. Meningkatkan fungsi system perkemihan
6. Memperbaiki gangguan psikologis
17
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh
sesuai kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien. Pengaturan posisi dalam
mengatasi kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan,
seperti posisi fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu
pectoral.
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara:
1) Dudukkan pasien
2) Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria).
Cara :
1) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
2) Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan
di atas tempat tiduran ditekuk diarahkan ke dada.
3) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup
dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
4) Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri
di atas tempat tidur.
c. Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
1) Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha
dan tarik ke arah perut
2) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
18
3) Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4) Pasang selimut
d. Posisi Trendelenburg
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah
ke otak.
Cara:
1) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala
dan ujung tempati tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
2) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
e. Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik
atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genitalia scrta proses persalinan.
Cara:
1) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
2) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur
dan renggangkan kedua kaki.
3) Pasang selimut
f. Posisi Genu Pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
1) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
2) Pasang selimut pada pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dati haisl tindakan keperawatan untuk mengatasi
gangguan mobilitas adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukan keceriaan.
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan merupakan suatu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak di mana manusia memerlukn untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh
adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta mempertahankan
keseimbangan dalam beraktivitas.
3.2 Saran
Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih
tau pengertiannya secara mendalam. Kita akan tau bagaimna seharusnya
seorang perawat memberi pelayanan kesehatan dengan baik bagi kesembuhan
kliennya. Kita juga akan tahu bagaimana dampak positif dan negatifnya dari
pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri kita, semoga dengan pembuatan
makalah ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk kehidupan
kita sehari-hari
21
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar, Halaman 98-105. Jakarta: Salemba Medika.
22