Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DAN TAHAPAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

DALAM KEPERAWATAN

Oleh
Wahidah Fauzur Ridho NIM 151811913105
Gita Cahyani NIM 151811913107
Adhelia Fadilla Sari NIM 151811913087
Della Wulandari NIM 151811913109
Alfiani Sri Utari NIM 151811913032
Herlin Irmawati Triana Q NIM 151811913057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS GRESIK


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah,
inayah, dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Hanya dengan karunia-Nya,
penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul “Konsep dan Tahapan
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dalam Keperawatan”
Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis masih menyadari banyak
kelemahan dan kekurangan di dalamnya. Sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Terimakasih atas semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan
ini dan hanya Allah sajalah yang patut membalasnya. Kesempurnaan hanya milik
Allah semata, dengan segala keterbatasan semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Gresik, 26 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ….............…………....................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia....... 3
2.2 Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia.. 12
2.3 Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas 12
Manusia.....................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................... 13
3.1 Simpulan .................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan, dan bekerja. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Latihan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan
atau memelihara kebugaran. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Pemenuhan
kebutuhan aktivitas biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk
mobilisasi secara mandiri. Gangguan aktivitas dan latihan diartikan sebagai
suatu aksi energetic atau keadaan bergerak, kehilangan kemampuan bergerak
walaupun pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan yang tepat
baik oleh klien maupun perawat.Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada
semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi
adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori merupakan
aktivitas berfikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide- ide global
mengenai individu, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan
disiplin yang spesifik. Teori – teori yang terbentuk dari penggabungan konsep
dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fonomena
dari suatu disiplin ( Fawcett, 1992). Karena keperawatan terus berkembang,
perawat membuat hipotesis tentang praktek keperawatan, prinsip yang
mendasari praktek keperawatan, tujuan dan fungsi yang sesuai dengan
keperawatan di masyarakat. Model konsep dan teori keperawatan digunakan
untuk memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktek penuntun
penelitian dan kurikulum serta mengidentifikasi bidang dan tujuan dari
praktek keperawatan.
Aktivitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan
harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas,
kesejahteraan dan martabat manusia. Aktivitas fisik dapat memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan seperti psikologi, social,
ekonomi, budaya, politik dan fungsi biologis. Terhadap fungsi biologis
aktivitas fisik merupakan modulator dengan spectrum pengaruh yang luas dan
dapat terjadi pada berbagai tingkat fungsi. Menurut (Zulfachri Dalam Tesis
nya 2011:1) menyatakan latihan fisik yag teratur bila di lakukan sebagai dari
gaya hidup sehat akan banyak bermanfaat untuk kesehatan dan dapat

1
mempengaruhi resiko penyakit kardiovasculer, osteoporosisi dan penyakit
degeneratif lainya. Dalam hal ini salah satu mekanisme yang ikut berperan
adalah berkurangnya jaringan lemak, perubahan profil lipid, hormonial dan
peningkatan fungsi dari mitochondria. Latihan fisik dapat juga akan
meningkatkan fungsi dari otot-otot, mempertahankan massa otot serta
memperbaiki system adaptasi kardiovaskuler.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pemenuhan kebutuhan aktivitas?
2. Apa saja gangguan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
pada manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan beberapa
tujuan penelitian sebagai berikut :
1 Untuk mendeskripsikan konsep pemenuhan kebutuhan aktivitas.
2 Untuk mendeskripsikan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3 Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas pada manusia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia


Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuataan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi
dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk
berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan
sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff,
1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan
cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Adapun sistem tubuh
yang berperan dalam kebutuhan aktivitas fisik, yaitu:
1) Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi
mekanis, tempat penyimpanan dan fungsi tempat produksi. Pada fungsi
mekanis, tulang berfungsi untuk membentuk rangka dan tepat melekatnya
berbagai otot, pada fungsi tempat penyimpanan, tulang berfungsi menyimpan
mineral khususnya kalsium dan fosfor yang biasanya dilepaskan setiap saat
sesuai kebutuhan dan pada fungsi tempat produksi, tulang berguna sebagai
tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah dan fungsi pelindung
organ-organ.
2) Otot dan tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang
melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya di tulang.
3) Ligamen
Ligamen adalah bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Pada
lutut, ligamen merupakan struktur penjaga stabilitas. Jika ligamen terputus,
akan berakibat pada sistem kestabilan yang menyebabkan ketidakstabilan.

3
4) Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi motorik dan
sensorik.
5) Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan
berbagai derajat pertumbuhan mobilitas tulang.
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-
bagian tubuh yang berhubungan dengan bagia tubuh yang lain. Bagian yang
dipelajari dari postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot.
Apabila ke empat bagian tersebut di gunakan dengan benar dan terjadi
keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam
posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
mengurangi jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan,
mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan
sirkulasi baik renal maupun gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur
tubuh yang benar terdapat beberapa prinsip yang perlu di perhatikan,
diantaranya :
1. Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-
garis imaginer vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik
yang berada di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of
support-posisi menyangga atau menopang tubuh)
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan
dan keseimbangan akan lebih besar
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih
banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik
akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot
dan ligamen
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot
serta mencegah kelelahan
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk
mencegah beban belakang.

4
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa
nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh, pembentukan postur tubuh
dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau
kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini
dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak mengalami ketidak-
seimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan
dalam membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon,
ligamen,dan persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi
pada orang tersebut akan berkurang sehingga dapat mempengaruhi proses
keseimbangan.
3. Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi
pada otot, ligamen, sendi dan tulang.
4. Gaya Hidup
Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau
bahkan sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup
tidak sehat, misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga postur
tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai
Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat mempengaruhi
pembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah
di sembarang tempat dapat mempengaruhi proses pembentukan postur
tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
Adapun kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi, diaman manusia
mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha
koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh
secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara
aman dalam menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam
beraktivitas.
1. Prinsip Mekanika Tubuh

5
Gravitasi, memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan
tubuh. Pusat gravitasi, titik yang ada di pertengahan tubuh. Garis gravitasi,
merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi. Dasar tumpuan,
merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang
atau menahan tubuh.
2. Keseimbangan
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi
diantara garis gravitasi dan pusat tumpuan.
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut
akan mempengaruhi mekanika tubuh.
Adapun pergerakan dasar dalam mekanika tubuh, seperti :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh. Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan
berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam
posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan
dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah
pada posisi kaki.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. contoh :
posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya
berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan
tubuh dalam menarik, sodorkan telapak tangan dengan lengan atas dipusat
gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat
tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan
penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar
besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar (Pivoting)

6
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada
tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur
gravitasi agar tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh.

Faktor –faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan, terdiri


dari :
1) Status Kesehatan
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa
berkurangya melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadi penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium
akan lebih mudah fraktur.
3) Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan
perilaku yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulasi yang baik.
4) Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering
mengangkat benda-benda yang berat.
5) Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menyebabkan kecerobohan dalam beraktivitas.
6) Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
7) Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan
tubuh secara proposional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi
secara optimal.
8) Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan
tubuh.
9) Kelemahan neoromuskular dan skelet
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan.
10) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila
dibandingkan

7
Terdapat pula dampak mekanika tubuh, mekanika tubuh yang benar akan
memberikan manfaat yang maksimal untuk tubuh, gerakan yang dilakukan
akan efektif serta mengurangi pemborosan tenaga. Mekanika tubuh yang
salah akan mengakibatkan terjadinya ketegangan sehingga menimbulkan
kelelahan dan gangguan sistem muskuloskeletal selain itu juga meningkatkan
resiko kecelakaan pada sistem musculoskeletal. Apabila seseorang salah
berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi kelainan pada tulang vertebra.

2.1.1Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas (mobilitas)


1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari. Olahragawan biasanya memiliki gaya hidup atau kebiasaan yang
sehat, mulai dari nutrisi yang tercukupi, latihan fisik yang baik sampai
kebutuhan tidur yang teratur. Namun, ada juga olah ragawan yang tetap
mengkonsumsi kopi hingga merokok. Berbagai gaya hidup ini akan
berdampak pada perilaku dan kebiasaan dari masing-masing olah ragawan
itu sendiri.
2. Proses penyakit
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang
karena dapat mempengaruhi sistem tubuh. Contohnya, orang yang
menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam
ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.
Contoh, orang yang memiliki kebudayaan berjalan jauh kemampuan
berjalannya lebih kuat daripada, orang yang memiliki kebudayaan tidak
pernah berjalan jauh.
4. Tingkat energi
Energi merupakan sumber untuk melakukan aktivitas. Energi yang
cukup dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas yang baik.
Tidak terkecuali seorang atlet, seorang atlet memerlukan energi yang baik
untuk menjaga kesegaran tubuhnya agar tetap prima. Kesegaran yang prima
diimbangi dengan keterampilan teknik dan taktik yang baik merupakan
faktor pendorong atlet untuk memperoleh prestasi (Pusat Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK Olahraga, 1999 dalam Iswahyudi 2007) .
5. Usia
Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada usia yang berbeda. Hal
ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan

8
dengan perkembangan usia. Usia dewasa akan lebih baik pada kemampuan
fungsi alat gerak dari pada orang pada usia lanjut.

2.1.2 Imobilitas dan Dampaknya


Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
1. Jenis imobilitas
a. Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan
tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya
untuk mengubah tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak
akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang
paling dicintai.
d. Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami
hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

2. Dampak atau Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh.
Seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem
musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan
kecil), dan perubahan perilaku.
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal.
Mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolism
dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya Basal
Metabolisme Rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk

9
perbaikan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempengaruhi oksigensi sel.
Perubahan metabolism imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan
resiko gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan
penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat
ditemukan pada pasien yang mengalami immobilitas pada hari kelima dan
keenam. Beberpa dampak dan perubahan metabolisme diantaranya,
pengurangan jumlah metabolisme, antropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan
dalam mengubah zat gizi, dan gangguang gastrointestinal.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang, sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan
tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler
ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidak-
seimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat mengakibatkan
demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot. Sedangkan
meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi
kalium.
c. Gangguan Perubahan Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun. Dimana sel tidak lagi menerima
glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal Imobilitas
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
desebabkan imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan
keluhan. Seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernafasan
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan
penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga menyebabkan
anemia.
f. Perubahan Kardiovaskuler

10
Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan
trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebakab menurunnya
kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap dan lama, refleks
neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian
darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem
sirkulasi terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darahyang terkumpul pada ekstremitas
bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan
akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga
diakibatkan meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan
kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik vena.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular
Yakni menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara
langsung. Hal ini ditandai dengan menurunnya stabilitas. Berkurangnya
massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Seperti, otot betis yang
telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil dan
menunjukkan tanda lemah dan lesu.
2) Gangguan Skeletal
Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi
dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot. Kontraktur
dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
Osteoporosis terjadi akibat reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang di keluarkan melalui urine semakin besar.
h. Perubahan Sistem Integumen
Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya
sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya isakemia serta nekrosis
jaringan superficial dengan adanya luka decubitus sebagai akibat tekanan
kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke jaringan.
i. Perubahan Eliminasi
Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya
asupan dan penurunan curah jantung, sehingga aliran darah renal dan urine
berkurang.
j. Perubahan Perilaku

11
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubaha siklus
tidur dan menurunnya koping mekanisme.

2.2 Bentuk Gangguan dari Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia


1. Gangguan mobilitas fisik
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat
beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan energi karena pergerakannya.
Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat bergerak dengan bebas apabila
tidak ada gangguan/ batasan pada pergerakannya
2. Deficit perawatan diri
Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu
bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang
cukup. Tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitasnya. Pasien
mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena intoleransi
aktivitasnya.
3. Koping individu tidak efektif
Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak mampu
bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang
cukup. Pasien tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan atau perannya
karena mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan
4. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan
aktivitas pasien langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan lelah
karena penyakitnya.

2.3 Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Manusia


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas
adalah sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita

12
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spenalis, dan
lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis,
fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru
obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat,
seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dll.
c. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri dan untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan
atau spatis.
d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai
berikut:
 
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
 
e. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi
samping ke atas kepala, telapak tangan 180
menghadap ke posisi yang paling jauh.

13
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan 150
dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian
80-90
dalam lengan bawah.
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari
80-90
posisi fleksi.
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah
belakang sejauh mungkin
0-20
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu
jari ketika tangan menghadap ke atas.
30-50
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas.
Tangan dan Jari
Fleksi: Buat Kepalan Tangan
90
Ekstensi: Luruskan Jari
90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke
30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi
20
abduksi.

f. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan
pada system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah,
gerakan dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas,
dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas aktivitas terhadap perubahan
system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Persentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot
1 10
dapat di palpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan
2 25
gravitasi dengan topangan

14
Gerakan yang normal melawan
3 50
gravitasi
Gerakan penuh yang normal
4 75 melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh
5 100 yang normal melawan gravitasi
dan tahanan penuh.
 
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping,dll.
 
2. Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Intoleran aktivitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi fisiologis
dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-sehari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) kelemahan umum
2) bedres yang lama (Imobilisasi)
3) motivasi yang kurang
4) pembatsan pergerakan
5) nyeri
b. Keletihan
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) menurunnya produksi metabolisme
2) pembatasan diet
3) anemia
4) ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
c. Gangguan mobilitas fisik
Deinisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) gangguan persepsi kognitif
2) Imobilisasi

15
3) Ganguan neuromuskuler
4) Kelemahan
5) Pasien dengan traksi

d. Defisit perawatan diri

16
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak dapat melkaukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari spt; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-
lain.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Gangguan neuromoskuler
2) Menurunnya kekekuatan otot
3) Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
4) Kerusakan persepsi kognitif
5) Depresi
6) Gangguan fisik
Diagnosis/Masalah Keperawatan :
a) Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-
lain.
b) Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
c) Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
d) Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
e) Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
f) Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
g) Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
h) Gangguan eliminasi akibat imobilitas
i) Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
j) Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
k) Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu
makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik
usus.
l) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan
(intake)
m) Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
n) Gangguan konsep diri akibat imobilitas

3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
1. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi
2. Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
3. Meningkatkan fungsi respirasi
4. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
5. Meningkatkan fungsi system perkemihan
6. Memperbaiki gangguan psikologis

17
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh
sesuai kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien. Pengaturan posisi dalam
mengatasi kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan,
seperti posisi fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu
pectoral.
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara:
1) Dudukkan pasien
2) Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria).
Cara :
1) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
2) Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan
di atas tempat tiduran ditekuk diarahkan ke dada.
3) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup
dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
4) Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri
di atas tempat tidur.
c. Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
1) Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha
dan tarik ke arah perut
2) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha

18
3) Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4) Pasang selimut
d. Posisi Trendelenburg
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah
ke otak.
Cara:
1) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala
dan ujung tempati tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
2) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
e. Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik
atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genitalia scrta proses persalinan.
Cara:
1) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
2) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur
dan renggangkan kedua kaki.
3) Pasang selimut
f. Posisi Genu Pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
1) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
2) Pasang selimut pada pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dati haisl tindakan keperawatan untuk mengatasi
gangguan mobilitas adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukan keceriaan.

19
20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan merupakan suatu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak di mana manusia memerlukn untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh
adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta mempertahankan
keseimbangan dalam beraktivitas.

3.2 Saran
Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih
tau pengertiannya secara mendalam. Kita akan tau bagaimna seharusnya
seorang perawat memberi pelayanan kesehatan dengan baik bagi kesembuhan
kliennya. Kita juga akan tahu bagaimana dampak positif dan negatifnya dari
pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri kita, semoga dengan pembuatan
makalah ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk kehidupan
kita sehari-hari

21
DAFTAR PUSTAKA

Lyle, W. Morgan. 2002. Mengobati Cedera Olahraga secara Alamiah. Jakarta:


Bani Aksara.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar, Halaman 98-105. Jakarta: Salemba Medika.

Noor, Zairin. 2016. Gangguan Muskulosketal, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

2004. Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi). : Nursepreneus. file:///G:/Asuhan%


20Keperawatan%20Dasar/KEBUTUHAN%20AKTIVITAS
%20(MOBILISASI)%20%20%20Nursepreneurs.html Diakses pada
tanggal 26 Februari 2019 pukul 14.55 WIB.

22

Anda mungkin juga menyukai