Anda di halaman 1dari 56

GANGGUAN MOBILISASI

MAKALAH
Memenuhi tugas matakuliah
KDM II (Kebutuhan Dasar Manusia)
yang dibina Ibu Maria Diah C T, S.Kep Ns, M.Kep, Sp.MB

Oleh
Kelompok 1:

1. Elyssa Nur Fitria Alif (1401460006)


2. Dela Putri Andartiwi (1401460013)
3. Ahmad Hendi Herdianto (1401460016)
4. Rosyada Nirmala (1401460021)
5. Tyas Hanif Muslimah (1401460027)
6. Rizky Nur Evinda (1401460032)
7. Bima Aminul Karim (1401460037)
8. Alifatul ‘Ula Mas’uf (1401460040)
9. Agni Ayu Mubarani (1401460047)
10. Bima Ragil Pranata (1401460051)
11. Dara Aza Smarayudizta (1401460054)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
Mei 2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan Mobilisasi”
secara tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw karena atas karuniah-Nya kita dapat menuju zaman yang terang
benderang ini.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rudi Hamarno, S.Kep, Ns. selaku kepala Program Studi DIV
Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah
memberikan fasilitas dalam pembuatan makalah ini.
2. Ibu Maria Diah C T, S.Kep Ns, M.Kep, Sp.MB selaku dosen pengajar mata
kuliah KDM II Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi DIV
Keperawatan Malang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis.
3. Seluruh teman-teman yang turut serta memberikan saran.
Penulis selalu berharap agar pembuatan makalah ini dapat tersusun
sesempurna mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa manusia tak luput dari
kesalahan.Oleh karena itu,penulis mengharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar dapat memperbaiki pada tugas makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca.

Malang, 9 Mei 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH………………...……………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………....................
1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
2
1.3 Tujuan ……………………………………………………….....………
2
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................
2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................
2
1.4 Manfaat Pembahasan …………………………………………….........
2
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis................................................................
2
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan............................................
3
1.4.3 Manfaat Bagi Klien dan Keluarga............................................
3
1.4.4 Manfaat Bagi Lahan
Praktek...................................................3
1.4.5 Manfaat Bagi Masyarakat.........................................................
3
BAB II KAJIAN TEORI
2.1.1 Pengertian Mobilisasi …………………………………..….
4
2.1.2 Jenis
Mobilitas………………………………………………4
2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Mobilitas…………….………...
5
2.1.4 Jenis Imobilisasi.…………………......................................
5
2.1.5 Penyebab Imobilisasi.……..........................
………………..6
2.1.6 Perubahan Sistem Tubuh Akibat
Imobilisasi………………..7

3
2.1.7 Upaya pencegahan Akibat
Imobilisasi……………………..10
2.1.8 Pengaturan Posisi pada Imobilisasi…………………………
12
2.1.9 Asuhan Keperawatan pada Masalah mobilitas &
Imobilitas..24

BAB III ASKEP PASIEN IMOBILISASI


3.1
Kasus…………………………………………………………...36
3.2
Askep…………………………………………………………..36
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………….………
53
4.2 Saran …………………………………………………….…………...53

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………..
54

BAB I

4
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.(word press,2011).
Perawat harus mampu dan mengerti dalam membuat sebuah asuhan
keperawatan yang bisa tersusun sesuai dengan prosedur. Karena di dalam asuhan
keperawatan terdapat beberapa poin menurut Abraham Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan harga
diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Sedangkan gangguan mobilisasi adalah hal yang relatif dalam arti tidak
saja kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi penurunan aktivitas dari
normalnya (Perry dan Potter, 2005). Sehingga, asuhan keperawatan gangguan
mobilisasi merupakan proses atau rangkaian kegiatan keperawatan yang khusus
membahas tentang ketidak mampuan seseorang yang mengalami penurunan
aktivitas yang tidak sesuai dengan biasanya. Menurut Priharjo (1999) dan Aziz
(2006) gangguan mobilisasi dapat memepengaruhi beberapa aspek yaitu,
1. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami
pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun keadaan orang
tersebut.
2. Imobilitas intelektual, dapat disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi oleh karena kerusakan otak
karena proses penyakit, kecelakaan serta pasien retardasi mental.
3. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan
diri. Keadaan ini terjadi akibat pembedahan atau kehilangan seseorang yang
dicintai.

5
4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
Sehingga dengan penyusunan asuhan keperawatan gangguan mobilisasi
aktivitas diharapkan perawat dapat membantu pasien supaya kebutuhan mobilisasi
terpenuhi selama proses keperawatan. Asuhan keperawatan gangguan mobilisasi
juga mempunyai keuntungan bagi perawat untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2.1 Apakah pengertian mobilisasi dan imobilisasi?
2.2 Apa saja kah jenis-jenis mobilitas?
2.3 Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas?
2.4 Apa saja kah jenis-jenis imobilitas?
2.5 Apakah penyebab imobilitas?
2.6 Bagaimana perubahan system tubuh akibat imobilitas?
2.7 Bagaimana upaya pencegahan akibat imobilitas?
2.8 Bagaimana pengaturan posisi pada imobilisasi?
2.8 Bagaimana Askep untuk masalah mobilitas dan imobilitas?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1.Tujuan Umum
Membahas mengenai imobilisasi agar kami dan masyarakat dapat lebih
memahami mengenai gangguan mobilisasi tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Membahas mengenai pengertian mobilisasi dan imobilisasi.
b) Membahas mengenai jenis-jenis mobilitas.
c) Membahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas.
d) Membahas mengenai jenis-jenis imobilitas.
e) Membahas mengenai penyebab imobilitas.
f) Membahas mengenai perubahan system tubuh akibat imobilitas.

6
g) Membahas mengenai upaya pencegahan akibat imobilitas.
h) Membahas mengenai pengaturan posisi pada imobilisasi.
i) Membahas mengenai Askep untuk masalah mobilitas dan imobilitas.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan dan mengamalkan ilmu yang telah diperoleh serta
mendapat pengalaman tentang bagaimana caranya menangani gangguan
imobilisasi.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan acuan dalam proses belajar mengajar.
1.4.3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami bagaimana cara mencegah
gangguan imobilisasi serta keluarga dapat membantu meminimalisir hal
tersebut.
1.4.4. Bagi lahan Praktek
Dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu
pelayanan.
1.4.5 Bagi Masyarakat
Menberikan informasi kepada masyarakat untuk mengetahui pencegahan
gangguan mobilisasi.

BAB II
KAJIAN TEORI

7
2.1 Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi

1. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak


secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
2. Imobilitas atau gangguan merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalai trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagaiya.

2.2 Jenis mobilitas

1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara


penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunter dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseoarang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensoris pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian
pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensors.
Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sfatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomieliitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik.

8
2.3 Faktor yang memengaruhi mobilitas

1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan


mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai
contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan. Kemampuan dalam mlakukan mobilitas dapat juga
dipengaruhi kebudayaan. Sebagai cotoh, orang yang memilki budaya
sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya
ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan
budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat energi. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat mlakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang
cukup.
5. Usia dan status perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas
pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

2.4 Jenis Imobilitas

1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik


dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan
otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan

9
karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian
anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yan paling dicintai.
4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

2.5 Penyebab Immobilisasi

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, yaitu sebagai


contoh :
1. Gangguan sendi dan tulang
Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulangakan menghambat
pergerakan.
2. Penyakit Saraf
Adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan saraf tepi juga menimbulkan
gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.
3. Penyakit Jantung atau Pernafasan
Penyakit jantung atau pernafasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak nafas
ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ- organ tersebut
akan mengurangi mobilitasnya.
4. Gangguan Penglihatan
Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada gangguan penglihatan
karena ada kekhawatiran terpeleset, terbentur atau tersandung.
5. Masa Penyembuhan
Pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau penyakit berat tertentu
memerlukan bantuan untuk berjalan atau banyak
2.6 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas

Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, sperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elekrolit,
gangguan dalam kebutuhsn nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan
sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem muskuloskeletal,

10
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan peruubahan
perilaku.

1. Perubahan metabolisme tubuh


Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya
basal metabolism rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi
untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan
oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini
dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses metabolisme
dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan
niitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan
metabolisme, diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi
kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan
dari intravaskuler k interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat
menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot,
sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan
reabsobsi kalium.
3. Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat
makanan pada tingkat sel menurun , yaitu sel tidak lagi menerima glukosa,
asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan aktivitas metabolisme.

11
4. Gangguan fungsi gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal itu
disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang
dicerna, sehingga penurun jumlah masukan yang cukup dapat
menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung
yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
5. Perubahan sistem pernafasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernafasan. Akibat
imobilisasi, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan
terjadinya lemah otot yng dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan
penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan
anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang
meningkat oleh permukaan paru.
6. Perubahan kardiovaskuler
Perubahan sistem kardiovaskuler akibat imobilisasi antara lain dapat
berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebakan oeh
menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama,
refleks neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi,
kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah
ke sistem sirkulasi pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat
disebabkan karena imobilisasi dengan posisi horizontal. Dalam keadaan
normal, darah yang terkumpul pada ektremitas bawah bergerak dan
meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan
meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi
muskuler sehingga meningkatkan arus balik vena.
7. Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari
imobilisasi adalah sebaga berikut.
a. Gangguan muskular.
Menurunnya masa otot sebagai ampak imobilisasi dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
Menurunnya fungsi kapasistas otot ditandai dengan menurunnya

12
stabilitas. Kondisi brkurangnya masa otot dapat menyebabkan
atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah
dirawat lebih dari 6 minggu ukurannya akan lebih kecil elain
menunjukkan tanda lemah atau lesu.
b. Gangguan skeletal.
Adanya imobilisasi juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan krieria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan
memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan
sendi dalam kedudukan yang tidak brfungsi. Osteoporosis terjadi
karena reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga yang
menyebabkan jumlah kalsium kedalam darah menurun dan jumlah
kalsium yang dikeluarkan melalui urin semakin besar.
8. Perubahan sistem integumen.
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadinya
iskemia serta nekrosis jaringan. Supervisial dengan adanya luka dekubitus
sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke
jaringan.

9. Perubahan eliminasi.
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urin yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga
aliran darah renal dan urin berkurang.
10. Perubahan perilaku.
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bigung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus
tidur, dan menurunnya kopping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku
tersebut merupakan dampak imobilitas karena selama proses imobilitas
seseorang mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dll.

2.7 Upaya Pencegahan Akibat Immobilisasi

13
Beberapa upaya dapat dilakukan pengasuh pasien untuk mencegah timbulnya
penyakit akibat immobilisasi. Bila memungkinkan berkonsultasilah selalu dengan
dokter atau perawat.
Hal hal yang dapat dilakukan oleh pengasuh, sebagai berikut :
a. Infeksi saluran kemih
Pada keadaan tersebut pasien harus dimotivasi untuk minum cukup banyak cairan.

b. Sembelit
Mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah, serta minum cukup
dapat membantu mencegah atau paling tidak mengurangi kemungkinan
timbulnya masalah sembelit akibat immobilisasi.

c. Infeksi Paru
Perubahan posisi dan tepuk-tepuk dada atau punggung secara teratur dapat
membantu memindahkan sputum tersebut sehingga mudah dikeluarkan.

d. Masalah Sirkulasi atau Aliran Darah


Diperlukan fisioterapi dan mungkin kaos kaki khusus.

e. Luka Tekan
Untuk mencegah terjadinya luka tekan ini pasien yang mengalami immobilisasi
harus diubah- ubah posisinya ( miring kanan-kiri ) sekitar setiap dua jam.

Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan
episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas
dan aktivitas tergantung pada fungsi sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler,
pulmonal. Sebagai suatu proses episodik, pencegahan primer diarahkan pada
pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidak
aktifan.

14
1.1 Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur.
Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial yang terjadi ketika teman-
teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya
merokok dan kebiasaan diet yang buruk), depresi, gangguan tidur, kurangnya
transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya
tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
1.2 Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami
peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikan kesempatan pada klien
untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk
aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan. Ketika klien telah
memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang faktor-faktor
pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan
meningkatkan pengalaman:
 Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah
aktivitas diberikan).
 Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah latihan khusus).
 Kesulitan yang dirasakan.
 Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan.
 Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan
berhasil).
1.3 Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien,
instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk
mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya
dengan memilih aktivitas yang tepat.

2. Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi
berasal dari suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut

15
berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan
pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan
yang dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.

2.8 Pengaturan Posisi pada Immobilisasi


Pada kasus immobilisasi ada beberapa posisi yang bisa dilakukan untuk
membantu pasien, yaitu
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien.
Caranya adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien.
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat
tidur, untuk posisi semi fowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90
derajat).
4. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

b. Posisi Sims

16
Posisi sims adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat supositoria melalui anus.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di
atas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di
atas tempat tidur.

c. Posisi Trendelenburg
Posisi trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala
dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau tempat tidur
khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

17
d. Posisi Dorsal Recumbent
Posisi dorsal recumbent adalah posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
fleksi (ditarik atau diregangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, pakaian bawah dibuka.
3. Tekuk lutut, regangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan
renggangkan kedua kaki.
4. Pasang selimut.

e. Posisi Lithotomic
Posisi lithotomic adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

18
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, kemudian angkat kedua
pahanya dan tarik kearah perut.
3. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha.
4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
litotomi.
5. Pasang selimut.

f. Posisi Genu Pectoral


Posisi genu pectoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rectum.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada kasur tempat tidur.
3. Pasang selimut pada pasien.

Latihan ROM Pasif dan Aktif


Pasien yang mobilitas sendinya terbatas Karena penyakit, disabilitas, atau trauma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobiltitas. Latihan berikut
dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara
mobilitas persendian.
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

19
Caranya adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memgang
pergelangan tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin.
e. Catat perubahan yang terjadi.

2. Fleksi dan Ekstensi Siku


Caranya adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke
tubuhnya.
c. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya.
d. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
e. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
f. Catat perubahan yang terjadi.

20
3. Pronasi dan Supinsasi Lengan Bawah
Caranya adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat pada satu pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e. Kembalikan keposisi semula.
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap kearahnya.
g. Kembalikan keposisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.

4. Pronasi fleksi Bahu

21
Caranya adalah sebagai berikut:

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya

c. Letakkan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya

d. Angkat tangan pasien pada posisi semula

e. Catat perubahan yang terjadi

5. Abduksi dan adduksi

Caranya adalah sebagai berikut

a. Jaelaskan prosedur yang akan dilakukan

b. Atur posisi lengan pasien disamping badannya

c. Letakkan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya

d. Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhhnya kearah perawat

e. Kembalikan ke posisi semula

f. Catat perubahan yang terjadi

22
Gambar 5. Latihanabduksidanadduksibahu

6. Rotasi Bahu

Caranya adalah sebagai berikut:

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b. Atur posisis lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk

c. Letakan satu tengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain

d. Gerakan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan


menghadap kebawah

e. Kembalikan lengan ke posisi semula

f. Gerakkkan lengan bawah kebelakang sampai menyentuh tempat tidur,


telapak tangan ke atas

g. Kembalikan lengan keposisi semula

h. Catat perubahan yang terjadi

23
Gambar 6.Latihanrotasibahu

7. Fleksi dan ekstensi jari-jari

Caranya adalah sebagai berikut:

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki

c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki kebawah

d. Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang

e. Kembalikan keposisi semula

f. Catat perubahan yang terjadi

Gambar 7. Latihanfleksiekstensijari

8. Inversi dan eversi kaki

24
Caranya adalah sebagai berikut:

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan yang satunya

c. Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya

d. Kembalikan ke posisi semula

e. Putar kaki ke luar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki lain

f. Kembalikan ke posisi semula

g. Catat perubahan yang terjadi

Gambar 8. Latihan infers efersi kaki

8. Fleksi dan ektensi pergelangan kaki

a. Caranya adalah sebagai berikut

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang
lain diatas d. pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.

d. Tekuk perelangan kaki, arahkan jari-jari kaki kearah dada pasien

e. Kembalikan ke posisi semula

f. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien

25
g. Catat perubahan yang terjadi

Gambar 9.Latihanfleksidanekstensi kaki

9. Fleksi dan ekstensi lutut

a. Caranya adalah sebagai berikut

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Letakkan satu tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien denga
tangan yang lain

d. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha

e. Lanjutkan menekuk lutut kearah dada sejauh mungkin

f. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki keatas

g. Kembalikan ke posisi semula

h. Catat perubahan yang terjadi

Gambar 10. Latihanfleksiekstensilutut

26
10. Rotasi pangkal paha

a. Caranya adalah sebagai berikut

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain
diatas lutut

d. Putar kaki menjauhi perawat

e. Putar kaki kearah perawat

d. Kembalikan ke posisi semula

f. Catat perubahn yang terjadi

Gambar 11.Latihanpotasipangkalpaha

11. Abduksi dan adduksi pangkal paha

a. Caranya adalah sebagai berikut

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Letakkan satu tangan perawat dibawah lutut pasien dan satu tangan pada
tumit

d. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat
tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien

27
e. Gerakkan kaki mendekati badan pasien

f. Kembalikan keposisi semula

g. Catat perubahan yang terjadi

Evaluasi keperawatan

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi


gangguan mobilitas adalah sebgai berikut:

Peningkatan fungsi sistem tubuh

Peningakatan kekuatan dan ketahanan otot

Peningkatan fleksibilitas sendi

Peningkatan fungsi motoric, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan.

2.9 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas

PengkajianKeperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas adalah
sebagai berikut.

Riwayat Keperawatan Sekarang


Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri,

28
kelemahan otot, kelelahan, tingkatmobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya
mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah di Derita


Pengkajian riawayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologis (Kecelakan
cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miasteniagravis,
guillain barre, cedera medulla spinalis, dll), riwayat penyakit system
kardiovaskuler (infarkmiokard, gagal jantung, kongestif), riwayat penyakit
muskulo skeletal (osteoporosis, fraktur, artrititis), riwayat penyakit system
pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dll), riwayat
pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia,
dan lain-lain.

Kemampuan Fungsi Motorik


Pengkajian fungsi motoric antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.

Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menila
kemampuan gerak keposisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
bantuan. Katagori tingkat kemampuan aktifitas adalah sebagai berikut:

Katagori Tingkat KemampuanAktivitas


Tingkat Aktivitas / Katagori
Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

29
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


Tingkat 4 berpartisipasi dalam perawatan

Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion—ROM) dilakukan pada daerah , siku,
lengan, panggul, dan kaki.

Derajat Normal Rentang Gerak Sendi


Gerak Sendi Derajat
Rentang
Normal
Bahu, 180

Aduksi :gerakanlengan ke lateral dari , telapak tangan menghadap ke


posisi yang paling jauh.

Siku,

Fleksi :Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju
bahu.

150

Pergelangan tangan,

Fleksi :Tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam lengan bawah.

80—90

30
Ekstensi :Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.

80—90

Hiperekstensi :tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin.

70—90

Abduksi :Tekuk pergelangan tangan kesisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.
0—20

Adduksi : Tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, telapak tangan


menghadap keatas

30—50

Tangan dan Jari,

Fleksi : buat kepalan tangan

90

Ekstensi : Luruskan jari

Hiperekstensi :Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin. 90

Abduksi :kembangkan jari tangan . 30

Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari posisi Abduksi 20

20

Perubahan Intoleransi Aktifitas

31
Pengkajian intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan perubahan pada system
pernafasan, antara lain suara nafas, analisis gas darah, gerakan dinding toraks,
adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.
Pengkajian intoleransi aktifitas terhadap perubahan system kardiovaskuler, seperti
nadi dantekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktifitas atau perubahan posisi.

Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan, sebagai berikut.
Tabel 9.3 Derajat Kekutan Otot

SKALA PRESENTASE KARAKTERISTIK


KEKUATAN
NORMAL

0 0 Paralisis sempurna.

1 10 Tidak ada gerakan,


kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat.

2 25 Gerakan otot penuh


melawan gravitasi
dengan tompangan.

3 50 Gerakan yang normal


melawan gravitasi.

4 75 Gerakan penuh yang


normal melawan
gravitasi dan melawan
tahanan minimal.

5 100 Kuatan normal, gerakan


penuh yang normal
melawan gravitasi dan

32
tahanan penuh.

Perubahan Psikologi.

Pengkajian perubahan psikologi yang disebabkan oleh adanya gangguan mobiitas


dan imobilitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan
dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

Analisis Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang kemungkinan terjadi pada masalah kebutuhan


mobilitas dan imobilitas, sebagai mana dalam NANDA-Internasional 2012-2014,
tersaji pada tabel 9.4.

Tabel 9.4 Diagnosa keperawatan yang kemungkinan terjadi pada masalah kebutuhn
mbilitas dan imobilitas.

Diagnosis Faktor yang Batasan


Keperawatan Berhubuhaan Karakteristik
(Problem/P) (Etiologi/E) ( data subjektif /
objektif /
symptom/ s)
Resiko Sindrom Adanya faktor Adanya fakor
Disuse (00040) resiko, seperti resiko.
perubahan tingkat
kesadaran,
imobilisasi
mekanis, paralisis,
nyeri.
Hambatan Kekuatan tidak Adanya hambatan
Mobilitas di memadai, berubah posisi
Tempat Tidur gangguan dari duduk,
(00091) muskuloskeletal, telungkup ke
neuro muskular, telentang di
nyeri, dan fisik tempat tidur, atau

33
tidak bugar. sebaliknya,
hambatan
mengubah posisi
sendiri ditempat
tidur, tidak
mamapu miring
kanan maupun
kiri.
Hambatan Kontraktur, fisik Waktu
Mobilitas Fisik tidak bugar, reaksimenurun,
(00085) penurunan sulit membolak
ketahanan tubuh, balik posisi,
penurunan kendali disepnea setelah
otot, penurunan aktivitas,
massa otot, perubahan cara
penurunan kekutan berjalan, gerakan
otot, disuse, kaku bergetar, tidaka
sendi, kerusakan mamapu
integritas, dan melakukan
struktur tulang. motorik halus,
kasar, tremor
akibat pergerakan,
pergerakan lambat
dan tidak
terorganisasi.
Hmbatan Fisik tidak bugar, Adanya hambatan
Mobilitas kekuatan otot tidak menggunakan
Berkursi Roda memadai, kursi roda baik
(00089) keterbatasan menurun,
ketahanan tubuh, menajak, maupun
gangguan dipermukaan
muskuloskeletal merata.

34
(kontraktur),
gangguan neuro
muskular, nyeri.
Hmbatan Fisik tidak bugar, Ketidakmampuan
Kemampuan kekuatan tidak berpindah, baik
Berpindah memadai, dari tempat tdur,
(00090) keterbatasan kursi roda,
ketahanan tubuh, maupun ke
gangguan toilet/kamar
muskuloskeletal mandi.
(kontraktur),
gangguan neuro
muskular, nyeri.
Hambatan Kondisi fisik tidak Adanya
Berjalan (00088) bugar, takut jatuh, hamabatan dalam
gangguan berjalan di jalan
keseimbangan, menanjak,
kekuatan otot tidak permukan tidak
memadai, rata, dengan jarak
keterbatasan tertentu, tepi jalan,
ketahanan tubuh, ataupun menurun.
gangguan
muskuloskeletal
(kontraktur),
gangguan neuro
muskular.
Resiko Cidera Adanya faktor Adanya faktor
(00035) resiko seperti risisko
adanya gangguan
mobilitas.
Resiko Jatuh Adanya faktor Adanya faktor
(00155) resiko fisiologis risiko

35
seperti gangguan
keseimbangan,
gangguan
mobilitas fisik,
kesulitan gaya
berjalan,
penurunan
ekstremitas bawah.
Penurunan Meningkatnya Adanya aritmia,
Curah Jantung kerja jantung bradikikardia,
(00029) akibat imobilitas. perubahan EKG,
palpitasi, dan
takikardia.
Intoleran Menurunnya tonus Adanya respon
aktivitas (00092) dan kekuatan otot, tekana darah yang
tirah baring, tidak normal
kelemahan umum, terhadap aktifitas,
ketidakseimbangan respon frekuensi
antara suplai dan jantung tidak
kebutuhan oksigen. normal terhadap
aktivitas,
perubahan EKG
yang
menggambarkan
aritmia, iskemia,
ketidaknyamanan
setelah aktivitas,
dispnea setelah
aktivitas,
perasaaan letih,
dan lemah.
Resiko Intoleran Adanya fktor Adanya faktor

36
Aktivitas resiko seperti risiko.
(00094) sttatus fisik kurang
bugar, masalah
sirkulasi, adanya
riwayat intoleran
sebelumnya.
Ketidakefektifan Posisi tubuh, Perubahan
Pola Nafas deformitas tulag, kedalaman
(00032) deformitas dinding perafasan,
dada, keletihan bradipnea,
gangguan perubahan
muskuloskeletal, ekskursi dada,
kerusakan penurunan
neurologis, tekanan ekspirasi,
disfungsi inspirasi,
neuromuskular, penurunan
cedera medula kapasitas vital,
spinalis. dispnea,
pernapasan cuping
hidung, ortopnea,
fase ekspirasi
memanjang,
pernapasn bibir,
takipnea,
pengguanaan otot
aksesorius utuk
bernapas, dan
lain-lain.
Gangguan Menurunnya Ph darah arteri
Pertukaran Gas gerakan repirasi. abnormal,
(00030) pernapasan
abnormal, warna

37
kulit
abnormal,konfusi,
sianosis (khusus
padaneonatus),
penurunan karbon
dioksida,
diaforesis,
dispnea,
hiperkapnia,
hipoksemia,
hipoksia, napas
cuping hidung,
somnolen,
takikardi.

Perencanaan Keperawatan

Tujuan

1. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.


2. Meninngkatakan fungsi kardiovaskuler
3. Meningkatkan fungsi respirasi
4. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
5. Meningkatkan fungsi sitem perkemihan.
6. Memperbaiki gangguan psikologis

Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.

Meningkatakan kekuatan dan ketahanan otot pada pasien dengan pemennuhan


kebutuhan mobilytas dan imobilitas dapat d lakukan dengan cara, sebagai
berikut.

1. Pengaturan posisi dengn cara mempertahankan posisi dalam postur


tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah
jadwal tentang perubahan posisi selama kurang lebih setengah jam.

38
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap agar kemampuan kekuatan
otot dan ketahanan dapat meningkat secara berangsur-angsur.
2. Ambulasi dini merupakan slaah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat di lakukan
dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, brdiri disamping tempat tidur, bergerak dengan kursi roda, dan
seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih ekuatan
danketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.
4. Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk
melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban
yang ringan, kemudian beban yang berat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN IMOBILISASI

3.1 Kasus
Pada tanggal 18 juni 2012 pukul 10.00 WIB pasien Ny S (66 th) masuk
ke ruang UGD dengan kasus stroke hemoplegi. Penanggung jawab dari
nyonya S adalah tuan F selaku cucu dari nyonya S. Pasien mengeluh lemas,
pasien mengalami penurunan kesadaran yaitu dengan penilaian GCS 8, dan
tingkat mobilisasi pasien terganggu. Tingkat mobilisasi pasien mengalami
ketergantungan penuh, pasien mengalami hemiparase.

3.2 Asuhan Keperawatan

FORMAT PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN

Ruang/Poli/Unit/Instalasi :

39
Nama pasien : Ny S No Reg. : 286716

Umur : 66 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

Alamat : Darat Mulyo RT 04/RW I Semarang, Jawa Tengah

Tanggal waktu datang _18 Juni 2012___ Jam 10.00 WIB_


Orang yang bisa dihubungi /penganggung jawab (Nama) : Ny.F
Alamat : Darat Mulyo RT 04/RW I Semarang, No Telp.:_085720122015
Diterima dari: __ Poliklinik ________________ __ IRD _________________
__ RS _____________________ _√_ Dokter _H Imam nur
culis
__ Lainnya :___________________
Cara Datang : __ Kursi roda __ Ambulans ___Jalan kaki _√_ Brankar
Alasan Dirawat : mengeluh lemas, mengalami penurunan kesadaran dan pergerakan
pasien terganggu _
Terakhir Masuk Rumah Sakit (RS) :Tanggal_20 Maret 2011 Alasan terserang
penyakit tifus
Riwayat Medis Lalu : klien mengatakan pernah menderita penyakit tifus

DAFTAR PENGOBATAN SEKARANG (diresepkan)

Nama Obat Dosis Cara pemberian Frekw pemberian

POLA PERSEPSI – PENGELOLAAN PEMELIHARAAN KESEHATAN :

Merokok:__√__ Tidak ____ Ya Jumlah __<1 pak/hari ___ 1-2 pak/hari

___> 2 pak/hari

Alkohol :_√__ Tidak _____ Ya Jumlah : ____< 1 botol/hari ____1- 2


botol/hari

40
___>2 botol/hari Jenis :
_____________________________________________________

Mengkonsumsi obat – obatan dijual bebas /tanpa resep : _√__ Tidak __ Ya Macam :
________________________________________________________________________
__________

Alergi ( Obat, makanan, plester, cairan ) : ____ Tidak __√___ Ya Macam : udang,
dan tengiri_______ Reaksi :___________________

Harapan dirawat di rumah sakit/poliklinik/unit : supaya dapat sembuh, dan dapat ber
aktivitas seperti biasa__________________________________________
Pengetahuan tentang penyakit/masalah kesehatan saat ini ( pengertian, penyebab, tanda
gejala, cara perawatan) :
Stroke adalah gangguan pada pembuluh darah, penyebabnya darah tinggi tanda gejalanya
pusing dan lemas
Pengetahuan tentang pencegahan penyakit/masalah kesehatan saat ini (cara-cara
pencegahan) :
Harus makanan yang sehat , olahraga dan kurangi makanan yang asin______
Pengetahuan tentang keamanan/keselamatan (pencegahan terhadap cedera/kecelakaan) :
Menggunakan alat bantu dan menggunakan bantuan kruk_____

POLA AKTIVITAS LATIHAN

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI :

0= Mandiri 1= Alat Bantu 2= Dibantu orang lain

3= Dibantu orang dan peralatan 4= Ketergantungan/tidak mampu

0 1 2 3 4

Makan minum √
Mandi √
Berpakaian/dandan √
Toileting √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √

41
Naik tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
ALAT BANTU :__ Tidak _√_ Kruk __ Pispot disamping tempat tidur __ Walker

__ Tongkat _√_ Kursi roda __ Lain- lain,


sebutkan___________________

POLA NUTRISI DAN METABOLIK

Jenis diet khusus/suplemen__makanan rendah


garam____________________________________

Diet/makanan pantangan :__Tidak _√__ Ya Macam : _rendah


garam_______________________

Instruksi diit saat ini :____Tidak ___√_ Ya, macam : _perbanyak sayuran dan buah,
susu rendah lemak, kacang - kacang___

Jumlah porsi setiap kali makan:__1/4 porsi biasanya__ _Frekwensi dalam1 hari:_5
sendok setiap makan_______________

Nafsu makan:____Normal __Bertambah _√_Berkurang ___Penurunan sensasi rasa

____Mual __Muntah __Stomatitis

Fluktuasi berat badan 6 bulan terakhir: _√_tidak naik/turun___5_Kg ___ naik.


_____Kg

Kesukaran menelan: __Tidak __√__Ya __√__padat ___cairan

Gigi palsu: _√_Tidak ___ Ya __ bagian atas ___bagian bawah

Gigi ompong : ___Tidak __√__Ya ___Bagian atas _√_Bagian bawah


___Sebagaian besar

Jumlah cairan/minum : ___< 1 ltr/hri __√_ 1-2 ltr/ ____ > 2 ltr/hari

Jenis cairan : air mineral______________________________________

42
Riwayat masalah penyembuhan kulit ___Tidak ada ___Penyembuhan Abnormal
__ada ruam ___Kering ___ ada luka/lesi ____Pruritus

POLA ELIMINASI
Kebiasaan defekasi (BAB): _1__ kali/hari ___ kali/minggu Tgl Defekasi
terakhir_10 Juni 2012____

Pola BAB saat ini : ____dalam batas normal ___√_ Konstipasi ___Diare
___Inkontinensia ___Nyeri ___Keluar darah Warna faeces : _______________

Colostomy : __√__ tidak ___Ya Dapat merawat sendiri ___Tidak

Kebiasaan BAK: __√_ 4 kali/hari Jumlah ___800__ cc/hari ____Malam sering


berkemih

___Kesukaran menahan/beser ___Nyeri/disuri ___Menetes/oliguri


___Anuri

Warna Urin:kuning kecoklatan_ Alat Bantu: ___Folley kateter ____kondom


kateter

POLA TIDUR-ISTIRAHAT
Kebiasaan tidur: ___6___jam/malam hari ___1__ jam /tidur siang Nyenyak tidur
___Ya √___tidak Masalah tidur ___Tidak ada _√__ Ya ___√_ terbangun malam
hari ____Sulit tidur/ Insomnia ___Mimpi buruk __√_ Nyeri/tdk nyaman
____Gangg. Psikologis, sebutkan __________

POLA KOGNITIF-PERSEPTUAL
Keadaan mental: __√__ stabil ___Afasia ___Sukar bercerita ___Disorientasi
___Kacau mental ___Menyerang/agresif ___Tidak ada respons

Berbicara: ___Normal _√__Bicara tidak jelas ___Berbicara inkoheren

___Tdk dapat berkomunikasi verbal, Bahasa yang dikuasai: _√__Indonesia Lain-


lain : _______________ _______________

Kemampuan memahami:_ √__Ya ___Tidak Ansientas: ___Ringan _√__Sedang


____Berat ___Panik Ketakutan : ___Tidak ____Ya _____

Pendengaran:_ √_DBN ___Terganggu (__Ka __Ki) ___Tuli (___Ka ___Ki)

43
___Alat Bantu dengar ___Tinitus

Penglihatan: _√__DBN ___Kacamata ___Lensa kontak ___Mata kabur


___Kanan___Kiri

__Buta ___Kanan ___Kiri Vertigo: ___Ya ___Tidak

Nyeri:___ √___ Tidak ___Ya ___Akut ____Kronis Lokasi Nyeri


___________________

Nyeri berkurang dengan cara :________________________________ _____ Tdk


Dapat

POA TOLERANSI KOPING STRES/PERSEPSI DIRI/KONSEP DIRI

Masalah utama sehubungan dengan dirawat dirumah sakit atau penyakit :

Adakah ancaman perubahan penampilan/kehilangan anggota badan ___Tidak _√__


Ya

Adakah penurunan harga diri : _____Tidak __√__Ya

Adakah ancaman kematian : _______ Tidak ___√__Ya

Adakah ancaman terhadap kesembuhan penyakit : ________Tidak ___√____ Ya

Adakah masalah biaya perawatan di RS : ____Tidak ___√__ Ya

Pola koping individual : ___Konstruktif /efektif __√__Tdk efektif ___Tidak mampu

POLA SEXSUALITAS/ REPRODUKSI

Periode Menstruasi Terakhir (PMT)_______________Masalah Menstruasi/Hormonal:

__√_Tidak ___Ya ________________________Pap Smear


Terakhir:_________________

Pemeriksaan Payudara/Testis sendiri _√__Ya ___Tidak Gangguan seksual


_________ Penyebab : _____________________________________

POLA PERAN-HUBUNGAN
Peran saat ini yang dijalankan : _sebagai nenek, janda __

44
Penampilan peran sehubungan dengan sakit : ___ Tidak ada masalah _√__Ada
masalah, sebutkan :_tidak dapat ber aktivitas seperti biasanya
_________________________________________
Sistem pendukung: ___Pasangan(Istri/Suami) __√ __Saudara/famili ____Orang
tua/wali
____ teman dekat ____ tetangga
Interaksi dengan orang lain : ___Baik __√_ Ada masalah _tidak dapat berbicara
dengan normal________
Menutup diri : ____ Tidak _√___ Ya
___________________________________________
Mengisolasi diri/diisolasi orang lain : __√__Tidak ____ Ya
________________________

POLA NILAI-KEYAKINAN
Agama yang dianut: ___islam_____________Pantangan agama:__ √__Tidak
___Ya(sebutkan) ____________________________________
Meminta dikunjungi Rohaniawan: ___Ya __√__Tidak
Nilai/keyakinan terhadap penyakit yang diderita tidak dapat sembuh
penyakitnya___________________________________________________________
Distres Spiritual : __√__ Tidak _____ Ya, sebutkan__________________________

PENGKAJIAN FISIK (Objektif)


1 KEADAAN UMUM DAN VITAL SIGN
Keadaan umum : ___ Baik _√__ Lemah/ berbaring di TT Kesadaran : ____CM
__√ _Somnolen ____Apatis ____Coma Suhu____36,5____Nadi : ___60___
Tekanan darah __140/90____
Nadi: __60____ __√__Lemah ____Tidak teratur RR ___16__BB __55 Kg___
TB ____170 cm____

2 PERNAFASAN/SIRKULASI
Kualitas: __√__DBN ____Dangkal ___Cepat- dalam ___Cepat dangkal
Batuk: __√_Tidak ___Ya Sputum : _√__ Tidak ada ___Banyak
Warna___________
Auskultasi:
Lobus Ka. Atas _√__DBN Suara abnormal _________________________

45
Lobus Ki. Atas _√__DBN Suara abnormal __________________________
Lobus Ka. Bawah _√__DBN Suara abnomal _________________________
Lobus Ka. Bawah __√_DBN Suara abnormal______________________
Bunyi jantung : ____ DBN ____Bunyi abnormal __________________________
Pembesaran vena jugularis : _____Tidak ___Ya Edema tungkai :
____Tidak ____Ya Sebutkan ___________________________________________
Nadi kaki kanan (pedalis): __kuat ___lemah ____tak ada
Nadi kaki kiri (pedalis): ___kuat ___lemah ____tak ada

3. METABOLIK- INTEGUMEN

Kulit:
Warna: ___DBN __√_Pucat ___Sianosis ___Kuning/ikterik
___Lain- lain____________________________________________
Suhu kulit: _√__DBN ___Hangat ___dingin Turgor ___DBN
_√__Buruk
Edema: _√__tidak ada
___Ya(jelaskan/lokasi)____________________________
Lesi: _√__Tidak ada ___Ya(jelaskan /lokasi) ____________________
Memar: __√_Tidak ada
___Ya(jelaskan/lokasi)_____________________________
Kemerahan: _√__Tidak ada
___Ya(jelaskan/lokasi)__________________________
Gatal-gatal: __√_Yidak ___Ya(jelaskan/ lokasi
_____________________________
Terpasang Selang Infus/ cateter : ____Tidak __√__Ya
_______________________ Mulut:
Gusi: _√__DBN ____stomatitis
___perdarahan___________________________
Gigi: ___DBN ___Caries __√__Berlobang
Abdomen
Bising usus: _√__Ada ___Tidak ada Ascites ____tidak
___Ya
Nyeri tekan : _√__Tidak ____Ya Jelaskan
_____________________________

46
Kembung : ___√_Tidak ____Ya Tearaba massa/tumor : ____Tidak
___Ya
Regio __________________________________________

4. NEURO/SENSORI
Pupil: _√__Sama __Tidak sama ____ Kiri: ___Kanan: ____Ki dan Ka
Reaksi terhadap cahaya
Kiri: ___Ya ___Tidak/Sebutkan_________
Kanan: ___Ya ___Tidak sebutkan________________________________
Keseimbangan dan gaya berjalan: ___Mantap __√_Tidak mantap
Genggaman tangan: ___Sama Kuat _√__Lemah/Paralisis ( ___Ka
___Ki)
Otot kaki: ___Sama Kuat __√_Lemah paralysis (___Ka ___Ki)
Parastesia/kesemutan : ____Tidak ____Ya Sebutkan
___________________
Anastesia : __√__Tidak _____Ya Sebutkan
_________________________
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Jenis Hb GDP/GD HDL/ Uric Ureum Widal Lain-2 Lain-2
2 Jam PP LDL/VLDL Acid ……… ………..
Hasil
Tgl
2. Foto Rontgen :
3. ECG :
4. USG :
5. Lain-lain :
DIAGOSA MEDIS :

PERENCANAAN PULANG
Hidup sendiri ___Ya ___Tidak Jelaskan
____________________________________
Tujuan setelah pulang: _√__Kerumah sendiri ___Lain-
lain____________________________
Transportasi setelah pulang: _√__Mobil sendir/sewa ___Ambulan ___Belum dapat
ditentukan sekarang

47
Antisipasi keperawatan mandiri setelah pulang ? ___Tidak mampu __√_Mampu
Perlu perawatan di rumah setelah pulang : ___ Tidak __√__Ya Sebutkan tenaga
kesehatan yang diinginkan _______________________
Perlu bantuan alat-alat setelah pulang? ___Tidak _√__Ya______________
Penyuluhan kesehatan yang diperlukan setelah pulang : sebutkan ___iya penyuluhan
tentang bagaimana proses perawatan dan pencegahan supaya tidak kambuh
lagi__________________
Rencana Kontrol selanjutnya : sebutkan ___________________________

NAMA PERAWAT: _____________________ TANDA TANGAN : _____________

JABATAN :___________________ TANGGAL : _________________

PENGKAJIAN FOKUS

Tanggal/ Data Fokus Masalah

Nama Perawat
Pola Aktivitas Latihan Gangguan mobilisasi

S: klien menyatakan merasa pusing, lemas


dan susah untuk mobilisasi

O: klien dibantu oleh keluarga untuk mandi,


berpakaian/dandan, toileting, mobilitas
ditempat tidur, berpindah, berjalan, naik
tangga.

Pola Tidur-Istirahat Gangguan pola tidur/istirahat

S: klien menyatakan tidur tidak nyenyak


karena sering terbangun malam hari dan
merasa nyeri

O:klien sering menguap, mata merah, wajah

48
sembab
Pola Nutrisi dan Metabolik Ketidakseimbangan nutridi,
kurang dari kebutuhan tubuh.
S: Klien mengatakan nafsu makan berkurang,
terlihat pucat dan lemas

O: Klien hanya makan ¼ dari porsi biasa dan


frekuensi hanya 5 sendok setiap makan, berat
badan klien berkurang.

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


Ruang : UGD

Evaluasi Kemajuan
Diagnosa Keperawatan/Masalah Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Kolaboratif

Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan


kekuatan otot.

49
Evaluasi Kemajuan
Hambatan Mobilitas
Diagnosa di Tempat Tidur b.d
Keperawatan/Masalah
penurunan kekuatan otot
Kolaboratif

Hambatan Kemampuan Berpindah b.d


gangguan neuro muscular

50
Evaluasi Kemajuan
Resiko Jatuh b.d Keperawatan/Masalah
Diagnosa gangguan mobilitas fisik
Kolaboratif

Kode Status A = Aktif T = Teratasi D=Disingkirkan *T=Tidak Berubah

Kode Evaluasi S = Stabil M=Membaik *B= Memburuk K = Kemajuan

*TK= Tidak ada

Kemajuan

51
52
53
1. Gangguan S : Klien mengatakan mengalami kesulitan untuk
aktivitas latihan
bergerak

O : Klien tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari


dengan mandiri

A : Gangguan aktivitas latihan masih belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

I:

- Membantu klien berjalan dengan menggunakan


tongkat
- Melatih pasien untuk ambulasi
- Mengajarkan pasien untuk merubah posisi
E:

- Klien bisa berjalan menggunakan tongkat


- Klien bisa melakukan ambulasi
- Klien bisa merubah posisi sendiri

S : Klien mengatakan tidur tidak nyenyak, sering


bangun di malam hari, klien merasakan nyeri

O : Klien sering menguap, mata merah, dan wajah


sembab.

A : Terjadi gangguan pola tidur

P : Lanjutkan intervensi

2. Gangguan pola I:
tidur istirahat
- Menganjurkan klien untuk tidur dengan waktu
yang cukup
- Mengatur jam besuk, suhu ruangan
- Memberikan barang-barang kesukaan klien untuk
membantu klien agar tidur nyenyak
E:
54
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan mobilitas sering disebut juga sebagai imobilitas, yaitu
keadaan ketika seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalai trauma tulang
belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagaiya.
Ganggguan mobilitas ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu imobilitas penuh
dan sebagian.

Faktor yang memengaruhi imobilitas diantaranya gaya hidup, proses


penyakit/cidera, kebudayaan, dan lain sebagainya. Untuk mengurangi akibat
imobilitas maka dilakukan terapi fisik seperti posisi fowler, posisi sims,
posisi trendelenburg, posisi dorsal recumbent, posisi genu pectoral. Selain
itu juga dapat dilakukan latihan ROM pasif dan aktif yang meliputi
pergerakan tangan dan kaki.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan gangguan mobilisasi. Selain itu,
pembaca tetap harus membacara referensi dari sumber lain untuk
mengklarifikasi kebenaran dar makalah ini.
Dan kita sebagai seorang perawat setelah pembuatan makalah ini
diharapkan bisa menerapkan ilmu yang didapatkan dalam proses pelayanan
keperawatan dalam kehidupan sehari-hari dan juga bisa memberikan asuhan
keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prosedur yang sesuai.

55
DAFTAR RUJUKAN

Hidayat A. Aziz Alimul, Uliyah Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar


Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Ainurrohim Muhammad. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Mobilisasi, (file:/Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan
Mobilisasi.html), diakses 25 April 2015.
Adhi Juztinuz. 2012. Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi pada Pasien Stoke
Hemoragi, (file:KEPERAWATAN_PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
PADA PASIEN STROKE HEMORAGI.html), diakses 18 Mei 2015.

56

Anda mungkin juga menyukai