HDR Kelompok 2 - 2a-Keperawatan
HDR Kelompok 2 - 2a-Keperawatan
Disusun oleh :
Kelas 2A (B Kecil)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah Asuhan Keprawatan Jiwa 1 tentang Konsep Diri. Walaupun makalah
ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................4
1.4 Tujuan Umum...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................5
2.2 Jenis Harga Diri.......................................................................................................6
2.3 Komponen konsep diri............................................................................................6
2.4 Etiologi.....................................................................................................................7
2.5 Tanda dan Gejala......................................................................................................8
2.6 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah......................................................................8
2.7 Klasifikasi.................................................................................................................9
2.8 Aspek Harga Diri......................................................................................................9
2.9 Penatalaksanaan......................................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................12
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................31
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................31
4.2 Saran.......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
perubahan pada konsep dirinya. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen
yaitu : identitas, citra tubuh, harga diri, ideal diri dan peran. Perubahan dalam
penampilan, struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan
dalam gambaran diri (citra tubuh). Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh
dapat dipengaruhi oleh perubahan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Proses menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
1
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Pada masa ini sedikit
demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan
sosial, dimana perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek
kehidupannya termasuk kesehatannya (Pratikwo, 2006). Lansia akan mengalami
penurunan fungsi fisik yang akan memberikan kontribusi terhadap kemandirian
seorang lansia. Perilaku kemandirian dinyatakan dengan adanya kemampuan
untuk mengambil inisiatif, kemampuan mengatasi masalah, penuh ketekunan,
memperoleh kepuasan dari usahanya serta berkeinginan mengerjakan sesuatu
tanpa bantuan orang lain (Darmojo & Martono, 2004).
Menurunnya kondisi dalam diri seorang lansia secara otomatis akan
menimbulkan kemunduran fisik. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan
fisik ditandai dengan penurunan fungsi psikomotorik dan fungsi kognitif
(Suhartini, 2006). Penurunan fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi
yang berakibat kurang cekatan. Penurunan fungsi kognitif, meliputi proses
belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Fungsi kognitif
adalah kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan,
menggunakan kembali
semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri atas unsur perhatian
(attention), mengingat (memory), bahasa (communication), bergerak (motorik), dan
fungsi eksekutif. Interaksi yang dihasilkan sistem sensori dengan sistem
perceptual sebagai penentu keberhasilan dalam performa aktivitas sehari-hari.
Fungsi eksekutif adalah serangkaian proses kognitif yang mendukung
perencanaan, inisiatif dan pelaksanaan perilaku tujuan. Dampak dari fungsi
eksekutif diperlukan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity
of Daily Living atau ADL) (Chan-Weiner et al, 2007).
Aktivitas kehidupan sehari-hari atau ADL (Activity of Daily Living) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri, dimulai dari bangun
tidur, mandi, berpakaian dan seterusnya (Mubarak, dkk, 2006). Kemampuan
2
individu untuk melakukan aktivitas sehari–harinya akan dapat mempertahankan
martabat dan konsep dirinya. Menurut teori Orem, individu yang mampu
melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri (mampu memenuhi kebutuhannya
secara mandiri) akan dapat meningkatkan harga diri seseorang dan dapat
mempengaruhi perubahan konsep diri individu tersebut (Hidayat, 2008).
3
11.Mengetahui isi dari aspek harga diri rendah
12.Mengetahui bagaiaman penatalaksaan harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Konsep diri adalah cara pandang diri manusia dalam melakukan penilaian pada
dirinya sendiri yang muncul berdasarkan pengalaman dan interaksi yang
dilakukannya dengan orang lain. Penilaian terhadap dirinya tidak hanya meliputi
4
ciri fisik tetapi juga berdasarkan tingkah laku, kemudian akademis, juga
kemampuan bersosialisasi dalam lingkungan.Untuk dapat melihat konsep diri yang
dimiliki oleh seseorang, dapat dilihat dengan sikap dan perilaku serta bagaimana
masing-masing individu berinteraksi dengan individu lainnya dalam lingkungan
masyarakat.lingkungan terdekat ikut berperan dalam membentuk konsep diri.
(Rokhimmah & Rahayu, 2020)
2.2 Jenis Harga Diri
1) Harga diri tinggi
Individu yang memiliki harga diri tinggi merasa bahwa dirinya berharga dan
menghormati dirinya sebagaimana adanya, akan tetapi mengetahui batasan
sehingga tidak terlalu membuat dirinya merasa lebih dari orang lain di sekitarnya.
Individu tersebut tidak mengharapkan orang lain mengagumi dirinya. Individu
dengan harga diri tinggi cenderung lebih mandiri menyesuaikan diri dengan situasi,
menunjukan kepercayaan yang besar bahwa mereka akan berhasil.
2) Harga diri rendah
Individu yang memiliki harga diri yang rendah secara tidak langsung
menolak dirinya sendiri, merasa tidak puas dengan apa yang ada pada dirinya, juga
memiliki pandangan-pandangan negatif terkait dirinya. Individu dengan harga diri
yang rendah seringkali mengalami depresi dan merasa tidak bahagia. Individu
tersebut memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, menunjukan implus-implus
agresivitas yang lebih besar, mudah marah dan mendendam, serta selalu menderita
karena ketidakpuasan akan kehidupan sehari-hari.(Gracia & Akbar, 2019)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu Secara
sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus (anting, make up,
pakaian, kursiroda) baik masa lalu maupun sekarang.
2. Ideal Diri
5
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku
berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Standar ideal diri
dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita
dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (Keluarga, budaya).Ideal diri mulai
berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhiorang yang penting pada
dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan.Pada usia remaja ideal diri akan
dibentuk melalui proses identifikasi padaorang tua, guru, teman.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Pencapaian ideal diri atau cita-cita
atau harapan langsung menghasilkanperasaan yang berharga, jika individu sukses
maka cenderung harga diritinggi. Jika individu sering gagal cenderung harga diri
rendah
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya dimasyarakat. Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor
terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang
terlalu banyak.
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sitesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada
duanya.Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga, kemampuan
danpengguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima
dirinya.(Fay, 1967)
2.4 Etiologi
6
1) Faktor predisposisi terdapat beberapa faktor yaitu biologis, psikologis dan
sosial.Dari faktor biologis gangguan harga diri kronis biasanya terjadi karena
adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum.
2) Faktor psikologis, harga diri rendah kronis berhubungan dengan pola asuh dan
kemampuan individu dalam menjalankan peran dan fungsi.
3) Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis
adalah status ekonomi, lingkungan, kultur sosial yang berubah.
4) Faktor presipitasi masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep
diri dan komponennya yaitu, trauma, ketegangan peran, transisi perkembangan,
transisi situasi, transisi sehat sakit. (Kuntari & Nyumirah, 2019)
1) Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri
2) Data objektif
1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada suara rendah
(Febrina, 2018)
Harga diri seseorang didapatkan dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi ketika perlakuan orang lain mengancam dirinya.
7
Tingkat harga diri seseorang berada dalam tingkat tinggi sampai rendah. Seseorang
yang mempunyai harga diri tinggi maka dapat beradaptasi dengan lingkungan
secara efektif, sedangkan jika seseorang memiliki harga diri yang rendah maka
lingkungan yang dilihat akan terasa mengancam bagi dirinya.
Penyebab harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima.Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Seseorang yang berada pada situasi stressor berusaha menyelesaikannya tapi
tidak tuntas serta ditambah pikiran tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran itu bisa tersebut lingkungan tidak mendukung positif dan justru
menyalahkan secara terus menerus maka akan mengakibatkan harga diri rendah
kronis.
2.7 Klasifikasi
1) Situasional
Harga diri rendah situasional dapat diartikan harga diri rendah yang terjadi karena
adanya trauma yang tiba-tiba, misalnya karena kecelakaan, harus melakukan
operasi, diceraikan pasangan, putus sekolah, kehilangan pekerjaan, dan adanya
trauma di masa lalu.
2) Kronik
3) Harga diri rendah kronik disebabkan karena persepsi negatif terhadap diri sendiri
yang telah berlangsung lama, yaitu cara berpikir yang negatif yang dimiliki
sebelum sakit/atau sebelum dirawat. Kejadian sakit dan dirawat dapat
meningkatkan persepsi negatif terhadap dirinya.
8
2) Significance (keberartian) merupakan penerimaan, perhatian, dan kasih sayang
dari orang lain.
2.9 Penatalaksanaan
1) Intervensi Generalis
9
e. TAK : Stimulasi persepsi HDR, stimulasi sensoris.
A. Intervensi Spesialis
Terapi Individu
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ruang rawat : Lingk. XVI Lorong Jaya, Mabar Kec. Medan Deli.
Inisial : An. Z
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 13 Tahun
Agama : Islam
Status : Anak ke 3
Tanggal pengkajian : 2 Maret 2021
RM No :-
Informent :Status klien dan komunikasi dengan klien
11
3.2 Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan pasien masuk rumah sakit adalah pasien merasa dirinya tidak
berguna dan sering sendiri sambil berfikir hal-hal yang negative pada
dirinya. Ketika pertama kali masuk kerumah sakit pasien sempat marah-
marah kepada orangtuanya. Pasien juga tidak mau pernah mandi, ketika
pasien disuruh mandi pasien marah-marah.
12
22x/i. Klien memiliki tinggi badan 136cm dan berat badan 42Kg.
3.5 Psikososial
a) Genogram
Px tinggal di Lingk. XVI Lorong Jaya, Mabar Kec. Medan Deli. Klien
mempunyai ayah satu dan ibu satu, serta mempunyai kakak satu, abang
satu, satu, klien adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, klien
mengalami gangguan jiwa dan keluarga dalam keadaan sehat fisik dan
psikologis serta tidak mengalami gangguan jiwa (sehat jiwa).
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: Tn. L
: garis keturunan
: :garis perkawinan
X : meninggal
b) Konsep Diri
a. Gambaran diri yang : Klien membenci bagian matanya karena tidak
bisa melihat
b. Identitas : Klien anak ke 3 dari 3 bersaudara
13
c. Peran : Klien berperan sebagai anak
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri : Klien merasa tidak berarti lagi dalam keluarganya
c) Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti : orang yang berarti dalam kehidupan pasien
adalah mamanya dikarenakan mamanya yang menjaga dan merawat
pasien tersebut
d) Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin kepada
Allah SWT
e) Status Mental
1) Penampilan
14
3) Aktivitas Motorik
15
Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk (mampu
melakukan penilaian).
14) Daya tilik diri
16
• Keluarga mengatakan klien Diri Rendah
sering termenung sendiri
• Klien sering memperhatikan
temannya bermain dari jauh
• Klien sering menonton tv jika
pagi hari, dan sebelum tidur
malam klien sering berbicara
dengan mamanya
DO :
• Klien tampak termenung
• Klien kurang jelas berbicara
dan terkadang tidak
nyambung saat ditanyak
• Klien juga terkadang ngobrol
sama mamanya
17
3.11 Pohon Masalah
Isolasi Sosial :
Menarik Diri
18
3.13 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
1 Harga Diri Rendah Sp 1 Pasien:
1. Mengindentifikasi
kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien.
2. Membantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat
digunakan
3. Membantu pasien memilih /
menetapkan kemampuan yang akan
dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah
dipilih
5. Menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian
Sp 1 Keluarga:
1. Mendiskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam
merawat pastea di rumah
2. Menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri
rendah
3. Menjelaskan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah
4. Mendemonstrasikan cara
merawat pasien dengan harga
diri rendah
19
5. Memberi kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktekkan
cara merawat
20
An. Z umur 13 tahun datang ke Rumah Sakit bersama orang tuanya. Alasan pasien
masuk rumah sakit adalah pasien merasa dirinya tidak berguna dan sering sendiri sambil
berfikir hal-hal yang negative pada dirinya. Ketika pertama kali masuk kerumah sakit
pasien sempat marah-marah kepada orangtuanya. Pasien juga tidak mau pernah mandi,
ketika pasien disuruh mandi pasien marah-marah. Pasien sebelumnya tidak pernah ada
riwayat gangguan jiwa. Pertama kali pasien mengalami gangguan jiwa ketika pasien
mengalami pristiwa hilangnya penglihatan pasien. Keluarga mengatakan pada saat
pasien tidak bisa melihat dan membaca seperti anak lainnya pasien sempat marah dan
menangis di kamar. Pasien juga mengatakan “aku tidak bisa apa-apa” pasien juga
sempat menolak diajak berbicara dan berintraksi. Pasien juga sempat dibawa berobat
kampung (dukun) tetapi tidak ada perubahan pada pasien tersebut, dan akhirnya
keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke rumah sakit jiwa. Ketika pasien
dirawat di rumah sakit jiwa selama 3 hari pasien ingin meminta pulang karena dia tidak
suka berada disana da orang tua pasien juga merasa gelisah jika berada jauh dengan
anaknya dan dokter juga menyuruh keluarga membawa pulang pasien. Sepulang dari
rumah sakit pasien hanya minum obat secara teratur selama 1 bulan saja, pasien
mengalami gangguan jiwa ± 3 tahun. Selama ± 3 tahun pasien tidak pernah
mengkonsumsi obat secara teratur lagi. Pasien sering melihat teman-temannya
melakukan kegiatan yang bisa mereka lakukan dan tidak bisa dia lakukan. Terkadang
pasien suka merenung dan termenung ketika sedang merasa sendiri. Keluarga pasien
tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 80x/mnt, S : 36,5oC ; P : 22x/mnt. Klien
memiliki tinggi badan 136cm dan berat badan 42Kg. Ibu dan ayah klien masih adan dan
klien mempunyai dua kakak, klien adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, klien
mengalami gangguan jiwa dan keluarga dalam keadaan sehat fisik dan psikologis serta
tidak mengalami gangguan jiwa (sehat jiwa). saat ditanya klien bagian tubuh yang
disukainya, klien mengatakan dia membenci bagian matanya karena tidak bisa melihat.
Klien anak ke 3 dari 3 bersaudara. Klien berperan sebagai anak. Klien mengatakan ingin
cepat sembuh dan melihat. Klien mengatakan merasa tidak berarti lagi dalam
keluarganya. Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupan pasien adalah
21
mamanya dikarenakan mamanya yang menjaga dan merawat pasien tersebut. Pasien
tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah. Klien tidak mudah akrab/
berhubungan dengan orang lain yang dia tidak kenal. Klien beragama Islam dan setelah
kondisinya berubah klien tidak pernah lagi beribadah.
Penampilan klien tampak kurang rapi dalam berpakaian. Saat diajak berbicara klien
masih mampu menjawab pertanyaan perawat dengan lambat dan tidak jelas namun
dapat dipaham. Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari namun dengan
bantuan ibunya, dan klien tampak lesu dalam setiap kegiatan. Saat ditanya perasaannya
klien mengatakan sedih karena kondisinya sekarang. Afek wajah klien datar. Klien
hanya menjawab pertanyaan seperlunya dan terkadang memalingkan badan dari
perawat. Kontak mata klien kurang dan selalu menunduk kebawah ketika menjawab
pertanyaan. Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat memproses cepat setiap orang
berbicara atau bertanya padanya. Klien tampak tiba-tiba terdiam namun mampu
menjawab apa yang ditanya dengan baik. Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien
tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham. Klien tidak mengalami fobia,
obsesi ataupun depersonalisasi. Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien
mengenali waktu, orang dan tempat walaupun keadaan kondisinya sekarang. Klien
mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang pernah klien. Klien sulit
berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa dan harus di bantu orang lain. Klien
dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk (mampu melakukan penilaian). Klien
mengingkari penyakit yang diderita, klien tidak mengetahui kenapa kondisinya
sekarang. Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara cukup
baik dengan orang lain. Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena
klien dan tidak sempat untuk melakukan kumpul-kumpul bersama masyarakat sekitar.
Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan klien tidak tahu obat apa
yang harus diminum untuk mengatasi gangguan jiwanya.
22
telah dilatih dalam rencana harian.
Diruang rawat inap, perawat menghampiri An. Z yang sudah dirawat sejak 3 hari yang
lalu. Ketika perawat masuk ke ruangan An. Z, tampak An. Z sedang mengamuk sendiri
dan menbenturkan kepalanya ke tembok. Saat perawat menghampirinya klien segera
tidur dan menurupi wajahnya dengan selimut.
Perawat : "Assalamu'alaikum, selamat pagi"
(Klien hanya diam dan menutup wajahnya dengan selimut)
Perawat : "Hai adek, perkenalkan suster yang bertugas pagi ini, sekarang boleh ada
kenalkan nama adek? Biasanya suka dipanggil apa?"
Klien : (Tidak segera menjawab, menjawab lama) "Nama saya Zara. Ngapain sih suster
ke sini?"
Perawat : "Hai, Zara salam kenal ya. Suster kesini cuma mau tau keadaan dimas. Hari
ini bagaimana kabarnya?"
(hanya diam dan tetap menutupi wajahnya dengan selimut)
Perawat : "Loh, kok kenapa Zara tidak mau menjawab? Terus tadi suster lihat dimas
membenturkan kepalanya ke tembok, kenapa?"
(Tidak menjawab, dan merubah posisi tidur dengan tetap menutupi wajahnya
menggunakan sekimut)
Perawat : "Mmmm... Bagaimana kalau kita cerita-cerita terkait perasaan Zara
sekarang?"
Klien : "Buat apa? aku gak bisa lihat suster jadi buat apa cerita dengan orang buta (nada
lemah)"
Perawat : "Kata siapa? Zara tetap bisa melihat suster dengan mata hati dimas loh.
Bagaimana? Zara mau cerita sama suster biar perasaan Zara lebih tenang, tidak akan
lama kok sekitar 10 menit saja?"
(menjawab lama, dan klien hanya mengangguk)
Perawat : "Zara ceritanya mau disini saja atau kita ke taman?"
Klien : "Disini"
Perawat : "Baik. Coba sekarang Zara posisinya yang nyaman, Zara balik badan ya
karena suster ada di sebelah sini dan mukanya gak usah ditutupin biar nanti ceritanya
nyaman. Atau Zara mau duduk saja, kalau mau duduk mari suster bantu?"
23
Klien : "Ya udah, duduk aja deh"
Perawat : "Mari suster bantu. Bagaimana sudah nyaman posisinya?"
(tidak menjawab, hanya menganggukan kepala)
Perawat : "Coba sekarang ceritakan ke suster apa yang dirasakan Zara sampai-sampai
tadi membenturkan kepala ke tembok?"
Klien : "Aku anak gak berguna (nada kemah)"
Perawat : "Kenapa Zara ngomong seperti itu? Apa yang membuat Dimas merasa bahwa
Zara tidak berguna?"
Klien : "Aku gak bisa lihat, gak bisa lagi membaca, bermain bersama teman-teman. Aku
mau pulang saja"
Perawat : "Ya, suster sangat mengerti sekali perasaan Zara pasti ini berat buat dimas.
Tapi Zara jangan seperti tadi membenturkan kepala ke tembok, lebih baik dimas
bermain. Nah biasanya Zara kalau dirumah suka melakukan apa?"
Klien : "Sebelum mata saya buta saya suka membaca buku, bermain, dan bernyanyi"
Perawat : "Wah bagus sekali, nah dari 3 kegiatan tadi, sekarang kegiatan apa yang
masih Zara lakukan?"
Klien : "Tidak ada (nada lemah) saya kan buta sus tidak bisa apa-apa paling tiduran
(menunduk)"
Perawat : "Kata siapa? Bisa melakukan aktivitas itu contohnya mendengarkan musik.
Bagaimana Zara mau coba mendengarkan musik?"
(Klien menjawab lama dan hanya mengangguk)
Perawat : "Nah, kebetulan diruangan ini ada televisi yang bisa memutar musik, dan ini
ada tombol untuk menyetelkannya. Sini tangan Zara (perawat mengambil tangan dimas
dan membantu mememgang tombol remote). Ini tombol untuk menyetelkan lagunya yg
paling besar ya, dan kalau disamping ini bentuknya bulat tombol ini untuk mindahin
lagunya. Bagaimana dimas sudah paham?"
(Klien mengangguk)
Perawat : "Bagus, coba sekarang Zara tekan tombol yg paling besar. (Suara musik
menyala dari tv). Nah bagus, sekarang Zara boleh memindahkan lagunya mau yang
mana dengan menekan tombol bulat disamping"
(Klien mendengarkan musik sambil bernyanyi dan melakukan instruksi dari perawat)
24
Selang beberapa menit.
Perawat : "(menempuk pundak klien) Adek, sudah dulu ya nanti dilanjut lagi setelah
kita selesai ceritanya. Sekarang coba matikan tvnya, dengan menekan tombol yang
paling besar kembali. (Klien mematikan tv). Wahhh, tadi suster lihat adek senang sekali
mendengarkan musik sambil benyanyi dan suara adek bagus"
Klien : "Terima kasih"
Suster : "Nah, sekarang bagaimana perasaan adek setelah tadi bercerita dan adek
mendengarkan musik?"
Klien : "Pikiran saya tidak sedih, sekarang biasa aja, gak tau kalau nanti"
Perawat : "Bagaimana adek melakukan kegiatan tadi setiap adek merasa sedih supaya
hatinya lebih tenang kembali. Tadikan sudah suster kasih tahu bagaimana cara
menggunakan tv nya ya. Selain mendengarkan musik, adek juga bisa melakukan
aktivitas lain seperti bermain permainan puzzle dan kebetulan ini sudah suster sediakan
persis disamping tempat tidur adek. Naha bagaimana kalau suster buatkan jadwal
aktivitas adek?"
Klien : "Oke, sus"
Perawat : "Baik, kalau begitu besok kita bertemu lagi disini di jam yang sama yaitu jam
09.00 WIB, untuk melatih adek bermain puzzle. Apakah adek mau?"
Klien : "(menjawab lama) Mau sus, besok ketemu lagi ya? Yeee..."
Perawat : "Semangat sekali, ya saudah kalau begitu suster mau pamit dulu ya, adek
istirahat. Ada yang mau ditanyakan dulu, dek?"
Klien : "Tidak ada sus"
Suster : "Suster pamait ya, Assalamu'alaikum"
Klien : "Waalaikumsalam"
Dihari yang sama, orang tua klien datang untuk menjenguk klien.
(Di lorong rumah sakit menuju kamar klien)
Ibu : "Ayooo, cepetan bapak lama banget"
Ayah : "Alon-alon bu, itu udah deket"
Ibu : "Gimana bapak ini, gak kangen anaknya apa? heran"
(Bapak yang berada di belakamg ibu hanya memperolok-olok omongan ibu dengan
mulut dimonyongkan)
25
Ibu dan Bapak sampai di ruangan klien, ternyata klien sedang mendengarkan musik
Ibu : "Cah ayu,, iki ibu ama bapakmu"
(Klien tidak menghiraukan ibunya, klien asyik mendengarkan musik)
Bapak : "Gak denger kali bu, itu musiknya matiin dulu"
(Ibu mematikan musik. Klien terkejut dan marah)
Klien : "Apasih maen mati-matiin aja"
Ibu : "Iki ibu, gimana kabaranya?"
bapak : "Iki bapak, kamu baik-baik aja le?
Klien : "Baik" (nada lemah dan klien beranjang tidur dengan menutup wajahnya pakai
selimut)
Selang beberapa menit, bel rumah sakit bunyi. Ternyata perawat memanggil orang tua
klien untuk dilakukan intervensi
(Tingtung. Bel bunyi dan ibu mengangkatnya)
Perawat : "Selamat siang, ibu bapak dari sodari Zara, boleh keruangan perawat
sebentar?"
Ibu : "Nggeh sus, saya segera ke sana"
Diruang perawat
Perawat : "Silahkan duduk bu, pak"
(Orang tua klien duduk)
Perawat : "Perkenalkan bu saya suster yang bertugas hari ini. Jadi tujuan saya
memanggik bapak dan ibu yaitu untuk memberikan intervensi atau mungkin bisa
disebut arahan terkait kondisi anak ibu dan bapak"
Ibu : "Nggeh sus, gimana keadaan anak saya?"
Suster : "Alhamdulillah, setelah tadi saya melakukan pendekatan Zara sudah mau bicara
dengan orang lain dan tadi Zara sudah mau melakukan aktivitas untuk mengurangi
kesedihannya. Mungkin nanti saya harapkan bapak dan juga ibu bisa terus menemani
Zara dan mendukung Zara, supaya membantu juga proses penyembuhannya"
Bapak : "Emang anak saya sebenarnya kenapa sus, dia sering marah-marah dan tidak
mau bicara seperti itu?"
Suster : "Zara mengalami harga diri rendah akibat kehilangan penglihatannya yang
dimana Zara meras tidak berguna dan malu dengan keadaannya sehingga sering marah-
26
marah dan tidak mau bicara dengan orang lain"
Ibu : "Harga diri rendah itu opo yo sus?
Perawat : "Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Tanda-tandanya rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan
martabat, gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan
mencederai diri. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang
melakuakan kegiatan sehari-hari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah. Dan anak ibu
bapak sudah mengalami tanda-tanda tersebut"
Ibu : "Oalah begitu sus, apakah bisa sembuh?"
Perawat : "Insha Allah, bisa bu. Asalkan memberikan perawatan yang tepat dan jangan
putus obat serta dukungan keluarga yang utama"
Bapak : "Nggeh sus, terima kasih arahannya"
Perawat : "Zara tadi sudah melakukan aktivitas yang disukainya yaitu mendengarkan
musik, mumgkin nanti ibu dan bapak bisa membantu Zara dalam melakukan
aktivitasnya. Kebetulan saya sudah buatkan jadwal untuk Zara dan nanti ibu dan bapak
harus bisa ikut serta dalam pelaksanaan ini supaya memnantu menaikan harga diri Zara.
Nah, habis ini ibu dan bapak bisa melakukan aktivitas yg disukai Zara seperti yang
sudah saya bicarakan tadi"
Bapak : "Nggeh, sus"
Perawat : "Iya pak, kalau begitu ada yg mau ditanyakan dulu sebelum saya mengakhiri
pertemuan kita?"
Bapak : "Tidak, sus"
Perawat : "Baik, kalau begitu ibu dan bapak terima kasih atas waktunya. Jangan lupa
melakukan apa yang saya katakan tadi. Silahkan ibu dan bapa bisa membantu Zara
melakukan aktivitasnya"
Bapak & Ibu : "Nggeh sus, Wassalamu'alaikum (berdiri dan meninggalkan ruangan
perawat)
27
https://youtu.be/goJoqzqH6No
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
28
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-
data pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. Z harga diri rendah,
ketidakefektifan mekanisme koping dan terjadi isolasi diri : menarik diri.
Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu harga diri
rendah.
4.2 Saran
Bagi Perawat Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam
pelaksanaan strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan harga diri rendah
sehingga dapat mempercepat proses pemulihan klien.
Bagi Pasien Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Fay, D. L. (1967). 済無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952.
Febrina, R. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga Diri
Rendah Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi D III Keperawatan Padang. Politeknik Kemenkes Padang.
Gracia, F., & Akbar, Z. (2019). Pengaruh Harga Diri Terhadap Kecenderungan Body
Dysmorphic Disorder Pada Remaja. JPPP - Jurnal Penelitian Dan Pengukuran
29
Psikologi, 8(1), 32–38. https://doi.org/10.21009/jppp.081.05
Kuntari, M., & Nyumirah, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn . N Dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Berdasarkan data dari World Health.
Jurnal Buletin Kesehatan Publikasi Bidang Kesehatan, 26–39.
Naraasti, D., & Astuti, B. (2019). Efektivitas Logoterapi terhadap peningkatan harga
diri remaja pecandu narkoba di Pondok Pesantren Bidayatussalikin Yogyakarta.
Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 9(1), 39.
https://doi.org/10.25273/counsellia.v9i1.3690
Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah dengan
menggunakan Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). Ners Muda, 1(1), 18.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5493
30