Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK 1

” Psychosocial Theories of Aging”

DOSEN PEMBIMBING :

Mike Ayu Wulandari S.Kep., Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Aina Alfatinah 19031001

Rizka Anggraini 19031003

Sari Fitri Handayani 19031027

Chevindy Putri Vergita 19031028

Sasra Efriani 19031030

T.Aulia Azzahara 19031039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur sentiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
rahmat-Nya kepada, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
gerontik yang berjudul “ Psychosocial Theories of Aging” Makalah ini telah kami susun
secara maksimal.

Dalam proses pembuatan makalah ini kami mendapatkan kerjasama yang baik antar
sesama anggota sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan lancar. Namun terlepas
dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak kekurangan dari
makalah ini, baik dari susunan kalimat maupun penggunaan tata bahasanya.

Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami dalam membuat
makalah yang baik dan benar. Demikian yang dapat kami sampaikan. Harapan kami ialah
agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua,baik untuk
yang membaca dan kami yang telah menyusun makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran untuk makalah ini.

Pekanbaru, 20 September 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................. 5
2.1 Konsep Teori Lansia ................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Lansia.......................................................................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Lansia .................................................................................................... 5
2.1.3 Karakteristik Lansia ............................................................................................... 6
2.2 Konsep Teori of Aging (Teori Penuaan) ...................................................................... 6
2.2.1 Definisi Penuaan ...................................................................................................... 6
2.2.2 Proses Penuaan ........................................................................................................ 7
2.2.3 Teori Psikologi Penuaan (Psychological Theories of Aging) ............................... 8
2.2.4 Perubahan Psikologis Pada Proses Penuaan ...................................................... 12
2.2.5 Konsep Kualitas Hidup Lansia dari Aspek Psikologi ........................................ 13
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 14
3.1 Diagnosis .................................................................................................................. 14
3.2 Penatalaksanaan pemeriksaan lansia teori psikologis .............................................. 15
3.3 Gambaran mengenai Lansia dalam teori psikologi .................................................. 18
3.4 Perubahan Psikologi lansia ......................................................................................... 19
BAB IV Kesimpulan .............................................................................................................. 22
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 22
B.SARAN…………………………………………………………………………...........22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kondisi kejiwaan (kesadaran) manusia dalam
melakukan aktivitas-aktvitasnya, baik aktivitas motorik, kognitif maupun emosionalnya.
Seperti yang sudah dikemukakan mengenai pengertian psikologi merupakan ilmu yang
membicarakan tentang jiwa itu sendiri tidak nampak, maka yang dapat dilihat atau
diobservasi ialah perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau
penjelmaan kehidupan jiwa. Perilaku dalam hal ini yaitu meliputi perilaku yang nampak
(overt behavior) dan juga perilaku yang tidak menampak (innert behavior). ( Bimo Walgito,
2005)

Lanjut usia adalah suatu fase yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, yang mana tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-
undang No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Departemen
Sosial, 2003). Tahap lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stressor, kemunduran fisik,
psikologis, dan kognisi. Hal ini diakibatkan karena terjadinya proses penuaan pada lansia
yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan.

Proses menjadi lanjut usia tak dapat dihindari karena perkembangan manusia berjalan
terus menerus dan berkesinambungan. Proses tersebut berjalan secara alami. Semakin
bertambahnya angka harapan hidup seseorang menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
lanjut usia. Peningkatan jumlah lanjut usia pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 29 juta jiwa
atau sekitar 11% dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Kondisi tersebut akan
menempatkan Indonesia menjadi negara dengan penduduk lanjut usia terbesar ketiga setelah
Cina dan India (Wirakusumah, 2002). Disisi lain, jumlah lanjut usia yang semakin bertambah
banyak akan menimbulkan permasalahan sendiri jika tidak diikuti dengan penanganan yang
tepat.

1
Menurut the national old people’s walfare council di Inggris (Philipson, 2013)
menyatakan depresi merupakan salah satu gangguan psikologis dalam urutan atas yang
diderita oleh lanjut usia. Banyaknya stressor yang muncul pada lanjut usia serta menurunnya
kemampuan beradaptasi dapat menjadi penyebab depresi. Depresi pada lanjut usia juga
berpotensi kearah perilaku bunuh diri jika disertai dengan gejala rasa cemas, rasa putus asa
yang besar, rasa tidak berharga, gangguan tidur berat, dan gangguan pola makan. Gangguan
depresi pada lanjut usia tersebut akan memperburuk kualitas hidup dan meningkatkan risiko
bunuh diri.

Masa lanjut usia merupakan masa dimana semua orang berharap menjalani hidup
dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak serta cucu dengan
mencurahkan kasih sayang (Sawartuti, 2010). Pada kenyataannya, tidak semua lanjut usia
mendapatkan kesempatan hidup dan mendapatkan kondisi hidup ideal seperti itu. Berbagai
persoalan hidup seperti kemiskinan, kegagalan-kegagalan, konflik dengan anak atau cucu,
tidak memiliki pasangan atau tidak memiliki anak dapat memicu timbulnya tekanan
psikologis.

Penanganan depresi pada lanjut usia lebih dibutuhkan dalam penanganan terhadap
perasaan kehilangan orang yang dicintai, kebutuhan untuk melakukan peran-peran penting di
masa lalu, serta penerimaan kematian orang lain (Utomo, 2012). Penanganan depresi pada
lanjut usia lebih efektif menggunakan terapi yang bersifat psikologis jika dibandingkan
dengan terapi obat-obatan saja, misalnya antidepresan (Cowen, Harrison, Burns, 2012). Salah
satu diantara banyak jenis psikoterapi adalah logoterapi. Logoterapi merupakan salah satu
metode terapi yang menerapkan pendekatan spiritual yang bertujuan untuk menyadari
keberadaan diri dan memaknai tujuan hidup. Hal tersebut dapat membuat manusia
bertanggung jawab pada diri dan situasi hidup yang dijalani agar mencapai kondisi sehat
mental, yakni mature, independent, dan happy (Joseph, 2015).

2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : Untuk memenuhi tugas Keperawatan
Gerontik yaitu: “Psychosocial theories of aging : Psichological Theories ” serta dapat
menambah pengetahuan kepada mahasiswa mengenai bagaimana tindakan yang diberikan
untuk pasien dengan masalah tersebut.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Teori lansia

2. Mahasiswa mampu memahami konsep Defenisi Lansia

3. Mahasiswa mampu memahami konsep Klasifikasi lansia

4. Mahasiswa mampu memahami Karakteristik lansia

5. Mahasiswa mampu memahami Konsep teori of aging

6. Mahasiswa mampu memahami Defenisi Penuaan

7. Mahasiswa mampu memahami Proses Penuaan

8. Mahasiswa mampu memahami Teori Psikologi Penuaan

9. Mahasiswa mampu memahami Perubahan Psikologi Pada Proses Penuaan

10. Mahasiswa mampu memahami Konsep Kualitas hidup lansia dari aspek psokologi

3
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah adalah Makalah ini sekiranya dapat dijadikan
sebagai sumber pengetahuan serta dapat menambah wawasan mahasiswa/i keperawatan
secara lebih dalam mengenai Konsep Keperawatan Gerontik

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Teori Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lanjut usia adalah keadaan
yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis (M. Sari, 2016). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun
dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
Masa usia lanjut merupakan merupakan masa dimana terjadi berbagai perubahan dan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain terjadinya sindrom lepas jabatan
dan kesedihan yang berkepanjangan.
2.1.2 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young old (usia 60-69 tahun)
2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro dalam Muhith dan Siyoto (2016).
Pengelompokan lansia yakni Lansia (geriatric age): lebih dari 65/70 tahun. Geriatric age
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Young old (70-75 tahun)
2. Old (75-80 tahun)
3. Very old (lebih dari 80 tahun).

5
2.1.3 Karakteristik Lansia
Lansia mempunyai karakteristik menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam, dkk
(2008) sebagai berikut:
1. Seseorang dengan usia 60 tahun keatas (pada Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.2 Konsep Teori of Aging (Teori Penuaan)

2.2.1 Definisi Penuaan


Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo, 1994). Proses menua didefinisikan sebagai perubahan
yang terkait waktu,bersifat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat
bertahan hidup (Nugroho, 2008).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,
2006).

6
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994). Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus
menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya
dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh
yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi
penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress,status
kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).

2.2.2 Proses Penuaan

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai darisatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahapkehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baiksecara biologis, maupun psikologis. Proses penuaan (aging process) merupakan
suatu proses yang alami ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain (Handayani, dkk, 2013).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun
psikologi (Nugroho, 2000).
Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2008) mengatakan
bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami
kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua
itu merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.

7
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara alamiah dan
umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain,hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua setiapindividu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya
seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan
yang mencolok. Adapula orang yang sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar
bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwaada berbagai penyakit yang
sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambatdan progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akanmenempuh semakin banyak penyakit degeneratif (mis: hipertensi,
arteriosklerosis, diabetes militus dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup
dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke,infark miokard, koma asidotik,
kanker metastatis dan sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Sampai
saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak
seragam. Secara umum, proses menuadidefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,
bersifat universal,intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

2.2.3 Teori Psikologi Penuaan (Psychological Theories of Aging)


Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan
fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lanjut usia menyebabkan mereka sulit
dipahami dalam berinteraksi (Nugroho, 2008).

8
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang
positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai -
nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut. Persepsi
merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi
sensorik, maka akan terjadi penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan
merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari stimulus yang
ada (Maryam, dkk, 2008)
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hierarki Maslow Menurut teori ini, setiap
individu memiliki hierarki dari dalam diri, yaitu kebutuhan yang memotivasi seluruh
perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari
kebutuhan tersebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah
segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/ di dasar (Muhith dan Siyoto,
2016).
b. Teori Individual Jung Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan, yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa
muda dan terdiri dari go, ketidaksadaran seseorang, dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan/ diorintasikan terhadap dunia luar
(ekstroverted) atau ke arah subjektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental (Muhith dan Siyoto,2016).

9
c. Teori Proses Kehidupan Manusia Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori
yang menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitin
ekstensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini
adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati kelima
fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan hal itu membahagiakan. Dengan kata
lain, orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara. Pada tahun 1986 Buhler mengembangkan awal
pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam
pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum
terbentuk tujuan hidup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan
juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam
kehidupan. Seseorang mulai mengonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan
memperoleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun
seseorang menjadi lebih konkret mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif
diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70
tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan
hidup (Muhith dan Siyoto, 2016).
d. Ekspansi Peck terhadap Teori Erikson
Pada tahun 1968, Peck memperluas teori asli Erikson mengenai tahap kedelapan masa
dewasa yang lebih tua. Erikson mengelompokkan semua individu menjadi "usia tua"
yang dimulai pada usia 65 dan tidak mengantisipasi bahwa seseorang berpotensi
hidup selama 30 hingga 40 tahun lagi di luar batas yang telah diidentifikasi ini.
Karena orang hidup lebih lama, menjadi kebutuhan yang jelas untuk mengidentifikasi
tahap tambahan untuk orang dewasa yang lebih tua. Peck (1968) memperluas tahap
kedelapan, integritas ego versus keputusasaan, menjadi tiga tahap: diferensiasi ego
versus keasyikan peran kerja, transendensi tubuh versus pra-pendudukan tubuh, dan
transendensi ego versus keasyikan ego (Ignatavicius, Workman, Mishler, 1999).

10
 Tahap pertama, selama tahap diferensiasi ego versus keasyikan peran kerja,
tugas untuk orang dewasa yang lebih tua adalah untuk mencapai identitas dan
perasaan berharga dari sumber selain peran pekerjaan. Permulaan pensiun dan
pemutusan peran kerja dapat mengurangi perasaan harga diri. Sebaliknya,
seseorang dengan ego yang terdiferensiasi dengan baik, yang didefinisikan
oleh banyak dimensi, dapat menggantikan peran pekerjaan sebagai sumber
utama yang menentukan harga diri.
 Tahap kedua transendensi tubuh versus keasyikan tubuh mengacu pada
pandangan orang tua tentang perubahan fisik yang terjadi sebagai akibat dari
proses penuaan. Tugasnya adalah menyesuaikan atau mengatasi penurunan
yang mungkin terjadi untuk mempertahankan perasaan sejahtera. Tugas ini
dapat berhasil diselesaikan dengan berfokus pada kepuasan yang diperoleh
dari interaksi interpersonal dan aktivitas terkait psikososial.
 Tugas ketiga dan terakhir dari transendensi ego versus keasyikan ego
melibatkan penerimaan kematian akhir individu tanpa memikirkan
prospeknya. Tetap terlibat secara aktif dengan masa depan yang membentang
melampaui kematian seseorang adalah penyesuaian yang harus dilakukan
untuk mencapai transendensi ego.
e. Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi
Baltes (1987) telah melakukan serangkaian studi tentang proses psikologis
perkembangan dan penuaan dari perspektif rentang hidup dan merumuskan model
psikologis penuaan yang sukses. Fokus utama dari teori ini adalah bahwa individu
mengembangkan strategi tertentu untuk mengelola hilangnya fungsi yang terjadi dari
waktu ke waktu. Proses adaptasi umum ini terdiri dari tiga elemen yang saling
berinteraksi. Pertama, ada unsur seleksi, yang mengacu pada peningkatan pembatasan
hidup seseorang ke domain fungsi yang lebih sedikit karena kehilangan yang
berkaitan dengan usia. Elemen kedua, optimasi, mencerminkan pandangan bahwa
orang terlibat dalam perilaku untuk memperkaya hidup mereka. Elemen ketiga,
kompensasi, juga dihasilkan dari pembatasan akibat penuaan, yang mengharuskan
orang dewasa yang lebih tua untuk benar-benar "mengkompensasi" kerugian apa pun
dengan mengembangkan adaptasi alternatif yang sesuai (Schroots, 1996).

11
Proses optimasi selektif seumur hidup dengan kompensasi memungkinkan orang
untuk menua dengan sukses. Schroots (1996) menggunakan pianis terkenal,
Rubinstein, untuk menggambarkan penerapan elemen-elemen ini yang diterapkan
pianis di tahun-tahun berikutnya. Pertama, Rubinstein mengatakan dia mengurangi
repertoarnya dan memainkan lebih sedikit bidak (pilihan); kedua, dia lebih sering
mempraktikkannya (optimasi); dan ketiga, ia memperlambat kecepatan permainannya
sebelum gerakan cepat, sehingga menghasilkan kontras yang meningkatkan kesan
kecepatan dalam gerakan cepat (kompensasi). Konsep seleksi, optimasi, dan
kompensasi ini dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan orang dewasa yang
lebih tua untuk menunjukkan keberhasilan mengatasi fungsi yang menurun
f. Teori pusat kehidupan manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan seseorang
menurut lima fase perkembangan, yaitu:
a. Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang realistic
b. Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik
c. Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih kongkrit danberusaha
untuk mewujudkannya
d. Usia pertengahan melihat ke belakang, mengevaluasi tujuan yangtercapai
e. Lansia, saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup.

2.2.4 Perubahan Psikologis Pada Proses Penuaan


Perubahan-perubahan Psikologis (Mental) memiliki Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan psikologis yang menyertaina, yakni :
a. Pertama-tama peruabahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat Pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan

12
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebihsering berupa ungkapan
yang tulus dari perasaan seseorang, kekuatan mungkin karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
a. Kenangan (Memory)
Kemampuan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup
beberapa perubahan.
b. IQ (Intellgentia Quantion)
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataanverbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor: terjadi
perubahan pada daya membayangkan karenatekanan-tekanan dari faktor
waktu.

2.2.5 Konsep Kualitas Hidup Lansia dari Aspek Psikologi

Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental mengarah
pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan
perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam maupun luar dirinya.
Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu
aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis
mencakup bodily image/citra tubuh dan appearance/penampilan, perasaan positif, berfikir,
belajar, mengingat dan konsentrasi, self esteem, perasaan negatif,
spiritual/agama/kepercayaan individu.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Diagnosis

Kesulitan dalam mendiagnosis depresi pada pasien tua adalah akibat adanya perubahan gejala
seiring dengan meningkatnya umur . Bentuk umum depresi yang muncul pada orang tua
adalah gangguan depresi mayor atau bentuk ringan (distimia) dari gejala depresi terutama
tipe kognitif. Kedua jenis tersebut memiliki faktor risiko yang sama, namun belum cukup
data yang mengarah pada penatalaksaannya.

Diagnosis depresi dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan status mental. Diagnosis
gangguan depresi dapat ditegakkan apabila pasien memenuhi kriteria diagnosis sesuai
klasifikasi gangguan depresi.

a) Gangguan bipolar
b) Depresi dengan ciri psikotik
c) Skizoafektif
d) Gangguan stress pasca trauma
e) Penyakit neurologi degeneratif
f) Penyalahgunaan obat
g) Gangguan tidur
h) Gangguan cemas menyeluruh
i) Gangguan obsesif kompulsif
j) Gangguan paniK

14
3.2 Penatalaksanaan pemeriksaan lansia teori psikologis

Penatalaksanaan gangguan depresi dilakukan dengan terapi farmakologi menggunakan anti


depresan dan psikoterapi. Tujuan terapi adalah untuk mencapai remisi gejala klinis. Terapi
gangguan depresi harus dilakukan dengan kerjasama yang baik antara dokter, pasien, dan
keluarga. Rujukan ke spesialis kesehatan jiwa perlu dilakukan apabila: Pasien mengalami
depresi dengan komorbiditas lain
a) Depresi yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain
b) Depresi dengan ciri psikotik
c) Depresi berat
d) Depresi dengan katatonia
e) Depresi yang tidak respon dengan terapi dini utama

a)Farmakoterapi

Obat utama yang diberikan pada pasien dengan gangguan depresi adalah obat-obat anti
depresan. Obat-obat anti-depresan umumnya diberikan selama 6-12 minggu, dimulai dari
dosis awal yang direkomendasikan (Tabel 1). Faktor terpenting dalam memilih antidepresan
adalah efektifitas dan toleransi pasien terhadap obat tersebut. Antidepresan yang sering
digunakan adalah:

 Penghambat selektif serotonin/selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)


SSRI adalah antidepresan generasi kedua. Obat ini merupakan obat pilihan utama
untuk gangguan depresi karena efek samping minimal dan rendahnya resiko untuk
overdosis. SSRI yang sering kali digunakan adalah: Fluoksetin, Sertralin, Paroksetin

15
 Penghambat serotonin dan norpeinefrin/serotonin norepinephrine reuptake inhibitor
(SNRI)
antidepresan generasi kedua dan umumnya digunakan pada pasien yang tidak
menunjukkan respon terapi atau tidak dapat mentoleransi SSRI. SNRI yang umum
digunakan adalah:Duloksetin, Venlafaksin, Desvenlafaksin.
Antidepresan trisiklik/tricyclic antidepressants (TCA)
 TCA umumnya digunakan pada pasien dengan depresi yang lebih berat atau yang
tidak menunjukkan respon dengan terapi SSRI. Meskipun lebih efektif dibandingkan
dengan anti depresan generasi kedua, TCA tidak rutin digunakan sebagai terapi lini
utama karena banyaknya efek samping yang disebabkan karena aktifitas
antikolinergik, seperti mulut kering, visus menurun, konstipasi, retensi urin,
takikardia, delirium, halusinasi, overdosis, kejang, teratogenik, dan lainnya. Obat
TCA yang paling umum digunakan adalah:Amitriptilin, Imipramin, Nortriptilin
 Penghambat oksidase monoamin/monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
MAOI merupakan obat antidepresan generasi pertama dan sudah sangat jarang
digunakan karena dapat memicu aktivitas simpatis, hipertensi, dan reaksi dengan
banyak bahan makanan. MAOI sebaiknya dihindari pemberiannya pada depresi dan
tidak digunakan untuk pengobatan lini pertama. Pemberian MAOI sebaiknya dibawah
pengawasan spesialis.

 Anti-depresan lainnya
Anti-depresan golongan lain merupakan obat yang lebih baru. Beberapa contoh obat
golongan ini adalah:

 Bupoprion: memiliki efek terapetik yang hampir sama dengan SSRI dengan
efek samping yang lebih minimal
 Mitrazapin
 Nefazodon: tidak direkomendasikan karena efek hepatotoksisitas

16
b) Psikoterapi

Psikoterapi dapat dilakukan sebagai upaya pengobatan lini utama ataupun kombinasi
dengan antidepresan. Psikoterapi dilakukan pada pasien dengan gejala depresi ringan hingga
sedang. Pasien yang tidak mengalami perbaikan gejala setelah 12 minggu menjalani
psikoterapi harus diberikan anti-depresan. Metode psikoterapi yang umum dilakukan adalah:

 Terapi kognitif dan perilaku/cognitive-behavioral therapy (CBT)


Terapi CBT untuk depresi meliputi strategi untuk mengubah cara pikir/kognitif pasien
yang teridiri dari pendangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, dan masa depan dan
mengatur ulang perilaku, misalnya dengan penerapan jadwal aktivitas, dan
sebagainya. CBT dapat dilakukan pada pasien dari seluruh kelompok usia. Pasien
dengan CBT umumnya lebih jarang mengalami rekurensi.
 Terapi interpersonal/Interpersonal therapy (IPT)
Psikoterapi dengan IPT umumnya berlangsung selama 16 sesi dan lebih
mengutamakan hubungan interpersonal dan masalah personal yang meliputi:
kedukaan/bereavement, konflik dengan pasangan, konflik dengan rekan kerja, konflik
dengan teman terdekat, konflik dengan anggota keluarga, perubahan fase hidup
(perceraian atau pensiun), dan kekurangan keterampilan sosial. IPT merupakan
modalitas terapi yang efektif dan spesifik untuk gangguan depresif mayor pada pasien
dewasa.
 Psikoterapi lainnya
Metode psikoterapi lain yang dapat digunakan antara lain:
 Terapi psikodinamik
 Terapi integratif
 Terapi sistemik

17
3.3 Gambaran mengenai Lansia dalam teori psikologi

Gambar 1. Stress

Gangguan mental yang paling umum terjadi pada lansia adalah demensia dan depresi. Bukan
tanpa alasan, kedua masalah kejiwaan ini masing-masing mempengaruhi populasi lansia
dunia sebanyak 5% dan 7%. Seiring bertambahnya usia, Anda akan dihadapkan dengan
perubahan penting pada hidup yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental
termasuk depresi. Hal ini termasuk: Masalah kesehatan, Berkurangnya tujuan hidup,
Perasaan takut (akan kematian, masalah keuangan, dan kesehatan), Kehilangan sesuatu yang
dicintai (pasangan, keluarga, teman, atau peliharaan)

Gambar 2.Kesepian

18
Kesepian pada lansia dipandang unik karena akibatnya akan berdampak pada gangguan
kesehatan yang kompleks. penyakit yang sering diderita lansia akibat kesepian yang
berkepanjangan antara lain depresi, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan gangguan
fungsi imun. Penyakit tersebut mengganggu fungsi hidup para lansia sehingga lansia semakin
tidak produktif dalam kesehariannya.

Gambar 3.Isolasi

Untuk orang lanjut usia, mengalami isolasi sosial merupakan resiko kesehatan yang dapat
meningkatkan peluang kematian peramatur.

3.4 Perubahan Psikologi lansia

Perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan. Dalam psikologi
perkembangan, lansia dan perubahan yang dialami akibat proses penuaan digambarkan oleh
halhal berikut. Masalah – masalah umum yang sering dialami oleh lansia (Nugroho, 2008) :
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain.

b) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia dan memiliki
kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan kegiatan yang cocok.
c) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk
orang dewasa.

19
Perubahan psikososial lansia adalah :

 Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
 Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat
meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
 Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga
dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
 Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum gangguan
stres setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.

20
 Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
 Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.
Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin
nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan,
keadaan tersebut dapat terulang kembali.

21
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Menjadi tua adalah sesuatu hal yang pasti terjadi pada manusia manapun. Layaknya
sebuahmobil baru yang kita beli lalu dikendarai setiap hari, berhari-hari, berbulan-bulan,
bertahun-tahun sampai pada akhirnya terjadi kerusakan dan pada akhirnya mobil tersebut tak
berfungsi lagi.Pada intinya perubahan psikis yang terjadi pada lansia semata-mata hanya
karena merekamerasa kesepian dan ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekat
yangdicintainya. Maka sebagai anak atau kerabat, luangkanlah waktu untuk merawat
merekadengan kasih sayang dan perhatian yang tulus seperti mereka merawat kita sejak
kecil.Dengan kasih sayang dan perhatian mereka akan mendapatkan kebahagian hidup di
masasenjanya.

B. Saran

Para pembaca agar dapat mengetahui dan memahami lansia dan tujuan perawatan lansia
sehingga dapat mempertahankan kesehatan lansia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amira VWP.2018.GAMBARAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN


SOSIAL TRESNA WERDHA MAGETAN.Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Darmojo, B. (2009). Geriatrik (ilmu kesehatan usia lanjut. Ed.1), Jakarta: FKUI.
DENGAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR. Fakultas Kedokteran bagian psikiatri.
Universitas Udayana.RSUP Sanglah Denpasar.
Firdaus.EK.2015.Gambaran Kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian. Fakultas Ilmu
Kesehatan.
Handayani., Dkk. (2013). Pesantren Lansia sebagai upaya meminimalkan Risko Penurunan
Fungsi/Kognitif pada Lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Unit II Pucang
Gading semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas. Vol 1. No 1.
Julian, Alvin (2016) Hubungan aktivitas sosial dengan tingkat depresi pada lansia di
Posyandu Lansia Mekar Sari RW V Mojo Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Kota
Surabaya Tahun 2016.
Kholifah.SN.2016. Keperawatan Gerontik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatri,. Jakarta: EGC.
Prahastin.F.2016.DAMPAK KEHILANGAN GIGI TERHADAP CITRA DIRI DAN HARGA
DIRI LANSIA DI DESA RANDEGAN KECAMATAN WANGON TAHUN 2016.
Fakultas Ilmu Kesehatan .
PRODI Ilmu keperawatan. Universitas Muhammadiyah Putwokerto.
Sari, M. (2016). Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Menggunakan Reminiscence
Affirmative Therapy Berbasis Teori Lazarus (Improving Quality of Life in Elderly
Using Reminiscence Affirmative Therapy Based on Lazarus Theory). Jurnal Ners
Lentera, 4(1), 81–90.
Sumardika.IWA.Diniari.NKS.2016. PENANGANAN DEPRESI PADA PASIEN LANSIA
Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

23

Anda mungkin juga menyukai