Anda di halaman 1dari 21

MK.

Keperawatan Kritis

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA MASALAH KASUS KRITIS DAN


PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER PADA SISTEM NEUROLOGI
(STROKE)

DisUsun Oleh :
Ayna Alfatina 19031001
Desinta Widianti 19031002
Rizka Anggraini 19031003
M.Abd. Maulana 19031004
Ardiansyah 19031005
Yunika Pafilia 19031007

Dosen Pembimbing:
Ns. Imron Rosyadi, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HANGTUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Tak lupa pula penulis ucapkan
salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,karena beliaulah yang telah
menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Pendidikan Kesehatan pada
Masalah Kasus Kritis dan Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier pada Sistem
Neurologi (Stroke)”, dan kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini kami
dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini,baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Pekanbaru, 14 Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. I
KATA PENGANTAR................................................................................ II
DAFTAR ISI............................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3. Tujuan................................................................................................. 4
1.4. Manfaat............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke...................................................................................... 5
2.2 Etiologi.................................................................................................. 5
2.3 Faktro Resiko........................................................................................ 6
2.4 Klasifikasi............................................................................................. 7
2.5 Manifestasi............................................................................................ 8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................ 8
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................... 9
2.8 Komplikasi............................................................................................ 10
2.9 Pencegahan........................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 16
3.2 Saran....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya dengan
lingkungan sarana kesehatan semisal rumah sakit, puskesmas, dan posyandu. Di
lingkungan rumah sakit perawat selain berhadapan dengan pasien yang dirawat juga
berinteraksi dengan anggota keluarga yang memerlukan informasi mendalam yang
berkenaan dengan status kesehatan. Upaya promosi kesehatan dalam hal ini, pendidikan
kesehatan sangat bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan pasien dan keluarga.
Hal yang dapat dilakukan pada lingkungan rumah sakit adalah melakukan penyuluhan
baik secara massal ataupun individu di rumah sakit. Kegiatan pendidikan kesehatan
maupun penyuluhan dilakukan di sisi pasien serta keluarga secara khusus mengenai
suatu penyakit dan upaya penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi.
Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yang berfokus pada kebutuhan
klien yang spesifik. Klien dengan isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan
dalam pemberian pelayanan kesehatan. Klien dianjurkan untuk mengekspresikan
perasaan dan pengalamannya kepada petugas kesehatan. Dalam memberikan pendidikan
kesehatan harus dipertimbangkan klien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada
spesifik saja. Petugas kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan,
keyakinan dan filosofi personal. Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan
apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui.
Jika sudah ditentukan kemudian dibuat perencanaan yg dikembangkan
berdasarkan masukan dari klien dan petugas kesehatan. Pendidikan Kesehatan adalah
suatu proses yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas
kesehatan dan klien. Pendidikan Kesehatan Merupakan Sekumpulan pengalaman yang
mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan
individu, masyarakat dan ras. Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses
perubahan perilaku kesehatan yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
Pendidikan Kesehatan ini merupakan Profesi yang mendidik masyarakat tentang
kesehatan. wilayah di dalam profesi ini meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik,
kesehatan sosial, kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani. Hal
ini dapat didefinisikan sebagai prinsip dengan mana individu dan kelompok orang belajar
untuk berperilaku dengan cara yang kondusif untuk promosi, pemeliharaan, atau restorasi
kesehatan.
Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan:
1. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada
Sistem saraf adalah bagian dari tubuh kita yang membantu kita tidak hanya untuk
melihat, memahami dan merespons seluruh kejadian di sekitar kita, tapi juga mengirim,
menerima dan mengartikan informasi dari semua bagian tubuh. Sistem saraf adalah
kumpulan saraf yang kompleks dan sel-sel khusus yang dikenal sebagai neuron yang
mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuh, ini pada dasarnya adalah kabel listrik
tubuh. Secara struktural, sistem saraf memiliki dua komponen: sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Menurut National Institutes of Health (Zimmermann, 2018.)
Fungsi otak dan sistem saraf pusat dalam kehidupan sehari-hari sangat mendasar,
luas, dan besar peranannya. Bahkan otak dan saraf pusat memegang peranan utama yang
memampukan manusia hidup dalam segala aktivitasnya. Tanpa otak yang sehat niscaya
manusia dapat hidup sebagaimana mestinya. Otak merupakan pusat segala-galanya,
tempat proses penemuan hal-hal baru dalam kreasi untuk memajukan kehidupan pribadi
maupun masyarakat luas. Otak juga merupakan tempat di mana proses berpikir dan
perasaan dapat tersambungkan sehingga terkoneksi satu terhadap yang lain. Ya benar
sekali. Suatu keputusan akan berdaya guna dan bisa diaplikasikan apabila di dalam
proses mencipta atau perencanaan terhadap suatu keputusan melibatkan neokorteks (otak
yang memproses pikiran logis) dengan sistem limbik/amigdale (otak bagian memberi
rasa/emosi).
Tanpa koneksi dari bagian-bagian otak membuat segala sesuatu yang kita
rencanakan atau lakukan tidak optimal atau mungkin tidak bermanfaat. Otaklah yang
memproses semua isyarat-isyarat dari rangsangan dari luar (perifer) tubuh melalui sel-sel
penerima rangsang (sensoris) dan organ-organnya. Di pihak lain otak mengaktivasi
efektor (organ target) seperti otot-otot rangka maupun organ-organ endokrin (hormon),
kelenjar yang menempati posisi penting saat kita membicarakan perilaku manusia.
Otak adalah salah satu organ yang sangat vital, yang memung kinkan fungsi
mental dan kecerdasan berjalan dengan baik. Selain mengendalikan interaksi kita dengan
dunia luar mela lui indra serta mengontrol gerakan sadar kita, juga berperan mengatur
banyak fungsi yang tidak disadari (otomatis). Karena itu, kesehatan dan fungsi otak harus
dijaga dengan optimal yaitu melalui jaminan kepastian pasokan darah. Otak terdiri dari
sel-sel saraf (neuron), sel penunjang (sel glia), cairan otak (serebrospinal), serta
pembuluh-pembuluh darahnya. Setiap orang memiliki jumlah neuron sekitar 100 miliar
yang terkoneksi satu dengan yang lainnya. Jumlah dan variasi koneksi ini yang
menentukan kualitas hidup seseorang, yang menentukan kecerdasan, daya cipta,
alternatif pilihan, dan jalan yang harus diambil
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana
stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak
karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik). Pada stroke
iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah, melaui proses aterosklerosis. Sedangkan pada stroke
pendarahan (hemoragik), pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak
normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. Stroke akut baik yang iskemik maupun hemoragik merupakan kedaruratan
medis yang memerlukan penanganan segera karena dapat menimbulkan kecacatan
permanen atau kematian.
Menurut WHO, stroke is a rapidly developing clinical sign of focal or global
disturbance of cerebral function with symptoms lasting 24 hours or longer, or leading to
death with no apparent cause other than vascular signs (1988). Stroke adalah terjadinya
gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang
berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran darah otak. Menurut penulis,
stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya
aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena; yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
kematian.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Cara Memberikan Pendidikan Kesehatan Kepada Klien yang
Mengalami masalah pada Sistem Neurologi (stroke)
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memberikan pendidikan
kesehatan terhadap pasien kritis yang mengalami gangguan sistem neurologi
(Stroke)
1.3.2 Tujuan Khusus
● Agar mahasiwa mampu mengetahui dan memahami tentang Konsep
pada pendidikan kesehatan pada pasien kritis dengan gangguan sistem
neurologi
● Agar mahasiwa mampu mengetahui dan memahami tentang definisi
pendidikan kesehatan dan gangguan neurologi khusurnya pasien stroke

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan dalam proses
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem
neurologi (stroke).
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Stroke


Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala
dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit
ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk. (Chris W. Green dan Hertin
Setyowati 2004).

2.2 Etiologi Stroke


Sroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri.
Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48 jam setelah
terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat menyebabkan
thrombosis otak:
- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.
- Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa.
- Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
- Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
b. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini
dapat menimbulkan emboli,
c. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di
dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak.
d. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
e. Hipertensi yang parah
f. Henti jantung paru
g. Curah jantung turun akibat aritmia.
h. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
i. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
j. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren (Muttaqin, 2011)

2.3 Faktor Resiko Stroke


Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well documented)
(Goldstein,2006).
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Berat badan lahir rendah
d. Ras/etnis
e. Genetik / Hereditas
2. Modifiable risk factors
a. Well-documented and modifiable risk factors
Hipertensi
 Paparan asap rokok
 Diabetes
 Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
 Dislipidemia
 Stenosis arteri karotis
 Sickle cell disease
 Terapi hormonal pasca menopause
 Diet yang buruk
 Inaktivitas fisik
 Obesitas
b. Less well-documented and modifiable risk factors
Sindroma metabolik
 Penyalahgunaan alkohol
 Penggunaan kontrasepsi oral
 Sleep-disordered breathing
 Nyeri kepala migren

2.4 Klasifikasi Stroke


Klasifikasi stroke debedakan menurut ptologi dari serangan stroke meliputi:
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subaraknoid. Disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiaannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istorahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri, vena,
dan kapiler. Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu
a. Perdarahan intraserebri (PSI)
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
2. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namum terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

2.5 Manifestasi Klinis Stroke


Manifestasi klinis dari stroke secara umum Menurut Soeharto (2002)
menyebutkan adalah sebagai berikut :
o Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke leher dan wajah
o Mual dan muntah
o Kaku kuduk
o Penurunan kesadaran
o Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu bagian
tubuh, terutama di salah satu sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.
o Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu bagian tubuh,
terutama jika hanya salah satu sisi.
o Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
o Kerusakan motoric dan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motoric
o Gangguan komunikasi seperti : disatria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia
(kerusakan komunikasi/ kehilangan fungsi biacara), apraksia (ketidak
mampuan melakukan tindakan yang dipelajari).
o Gangguan persepsi
o Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
o Disfungsi kandung kemih

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Stroke


Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis
klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan
d. Magenetic Imaging Resonance (MRI)
e. USG Doppler
f. EEG
g. Pemeriksaan Darah Rutin
h. Pemeriksaan Kimia Darah
i. Pemeriksaan Darah Lengkap
j. Pemeriksaan Elektrokardiogram

2.7 Penatalaksanaan Stroke


Penatalaksanaan stroke hemoragik
1. Terapi stroke hemoragik pada seranga akut
a. Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
b. Masukkan klien ke unti perwatan saraf untuk dirwat di bagian bedah saraf
c. Neurologis
 Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
 Kontrol adnaya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak
d. Terapi perdarahan dan perwatan pembuluh darah
 Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil ‘
 Aminocaproid acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik 2 kali
selama 3-5 hari, kemudian satu kali selama 1-3 hari.
 Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis pertama
300.000 IU kemudian 100.000 IU 4xperhari IV; Contrical dosis
pertama 30.000 ATU, kemudian 10.00 ATU x 2 perharu selama
5-10 hari
 Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari
 Kalsium mengandung obat: Rutinium, Vicasolum, Ascorbicum
 Profilaksis Vasospasme
 Calcium-channel antagonist (Nimotop 50 ml (10 mg per hari IV
diberikan 2 mg perjam selama 10-14 hari)
 Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20 mg, koreksi
gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung komorbid.
 Profilaksis hipostatik pneumonia, emboli arteri pulmonal, luka
tekan, cairan purulen pada luka korne, kontraksi otot dini.
Lakukan perawatan respirasi, jantung, penatalaksanaan
pencegahan komplikasi
 Terapi infus, pemantauan AGD, tromboembolisme arteri
pulmonal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan urine,
pemeriksaan biokimia darah
 Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM,
perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik
(dua hari sekali Rheugloman (Manitol) 15 % 200 ml IV diikuti
oleh 20 mg Lasix minimal 10-15 hari kemudian
e. Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak
f. Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya

3.8 Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokkan berdasarkan
1. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala
4. Hidrosepalus (Fransisca B. Batticaca,2008)
Menurut Brunner 7 Suddart,2002 serangan stroke tidak berakhir dengan akibat
pada otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa dapat bergerak
adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ada beberapa komplikasi dari penyakit stroke,
yaitu:
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
3.9 Pencegahan
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, upaya yang
dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu :
1. Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada
orang sehat maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.
Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi
kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan
membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain
itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan
kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke
melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard (Pinzon, 2010).
2. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup
sehat bebas stroke, antara lain :
a) Menghindari : Rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya
b) Mengurangi : Kolesterol, kalori, garam dan asupan lemak dalam makanan
c) Mengendalikan : Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi
atrium, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik)
d) Menganjurkan : Konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak
sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk
food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula,
sereal dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolahraga secarateratur 3 -
4 kali seminggu (Dian, 2012)
Referensi menjelaskan lebih rinci mengenai upaya pencegahan primer pada
pasien stroke yaitu sebagai berikut:
3 Mengatur Pola Makan yang Sehat
4 Kacang kedelai beserta produk olahannya
5 Kacang-kacangan (termasuk biji kenari dan kacang mede)
Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke :
a) Makanan/zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein
seperti asam folat, vitamin B6, B12 dan riboflavin
b) Susu yang mengadung protein, kalsium, zinc, dan B12 mempunyai
efek proteksi terhadap stroke
c) Beberapa jenis ikan tuna dan ikan salmon, mengandung omega-3
eicosapentenoic acid (EPA) dan docosahexonoic acid (DHA) yang
merupakan pelindung jantung dengan efek melindungi terhadap
resiko kematian mendadak.
d) Makanan yang kaya vitamin dan anti oksidan: vitamin C,E,
betakaroten seperti yang banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-
buahan dan biji-bijian. Buah-buahan dan sayur-sayuran hijau dan
jeruk untuk menurunkan resiko stroke dan buah sumber Kalium yang
kuat mencegah mortalitas akibat stroke terutama buah pisang dan
apel.
e) Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan. Di dalam teh
hijau terkandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen antioksidan
yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C.
Melakukan Olah Raga yang Teratur
Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobic (jalan cepat,
bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur minimal 30 menit, dan
minimal tiga kali per minggu akan dapat menurunkan tekanan darah,
memperbaiki control diabetes, memperbaiki kebiasaan makan, menurunkan
berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Pola makan sehat dan
olah raga teratur adalah pengobatan utama bagi penderita obesitas dan
mencegah stroke.
Menghentikan Rokok
1. Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah,
meninggikan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet,
meninggikan tekanan darah, meningkatkan hematokrit dan
menurunkan HDL dan meningkatkan LDL kolesterol
2. Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel
3. Perokok pasif, risiko sama dengan perokok aktif
Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat
Penyalahgunaan obat seperti kokain , heroin, fenil propanolamin dan
mengkonsumsi alcohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (alcohol
abuse) akan menyebabkan tekanan darah meningkat, memudahkan
terjadinya stroke hemoragik. Konsentrasi alcohol yang tinggi dapat memicu
terjadinya emboli (penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam
jaringan), yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi
pembuluh darah.Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke.
Memelihara Berat Badan Layak
Obesitas mudah mendapatkan penyakit jantung, stroke dan DM. Angka
obesitas pada anak-anak dan dewasa muda pada dekade terakhir ini
meningkat dan jarang berolahraga. Sehingga stroke dan penyakit jantung
pada usia muda meningkat. Obesitas dapat dicegah dengan mengubah
perilaku makan tidak sehat dan melakukan olah raga teratur. Disarankan
untuk menurunkan berat badan dengan target BMI < 25 kg/m2, garis
lingkar pinggang < 80 cm dan untuk wanita <90 cm untuk laki-laki
Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral terutama pada wanita perokok atau disertai
dengan faktor resiko lain atau pernah mengalami kejadian tromboemboli
sebelumnya, mempunyai resiko tinggi mendapat serangan stroke. Untuk itu
disarankan untuk menghentikan pemakaian kontrasepsi oral dan mencari
alternative lain untuk KB.
Penanganan Stress dan Berisirahat yang Cukup
1. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari
2. Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan
jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi
satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang
Maha Esa. Mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis
meningkatkan tekanan darah. Penanganan stress menghasilkan
relaxation response yang menurunkan denyut jantung, menurunkan
tekanan darah
4. Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada
tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak
berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah :
a) Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke,
sepertitAsetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-
320mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor
resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan
katup) dan kondisi koagulopati yang lain (Dian, 2012)
b) Mengontrol faktor risiko stroke melalui modifikasi gaya hidup, misalnya
mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi,
mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah
lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita
dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari
kelebihan berat badan dan kurang gerak, serta menghindari stress
(Misbach, 2011 )
c) Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yang dapat
mengatasi krisis sosial dan emosional penderita stroke dengan cara
memahami kondisi baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada
orang lain (Dian, 2012)
4. Pencegahan Tersier
Berbeda dari pencegahan primer dan sekunder, pencegahan tersier ini dilihat dari
4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit, yaitu gaya hidup, lingkungan,
biologis, dan pelayanan kesehatan. Pencegahan tersier ini merupakan rehabilitasi
yang dilakukan pada penderita stroke yang telah mengalami kelumpihan pada
tubuhnya agar tidak bertambah parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota
badan yang lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara;
a) Gaya hidup; reduksi stress, exercise sedang, dan berhenti merokok
b) Lingkungan; menjaga keamanan dan keselamatan (tinggal dirumah
lantai pertama menggunakan Wheel-chair) dan dukungan penuh dari
keluarga.
c) Biologi; kepatuhan berobat terapi fisik dan bicara
d) Pelayanan kesehatan; emergency medical technic dan asuransi
(Dian,2012)
Pencegahan tersier dapat juga dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental
dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter,
perawat,ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas
sosial dan peran serta keluarga.
a) Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang
pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan
sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan,
koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas ditempat tidur. Terapi yang
kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist), diberikan untuk
melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi,memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah
terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita
dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
b) Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung,
tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami
akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses
rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental
dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahli psikologi klinis.
c) Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita
stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya
hidup,hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu,
petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas
lokal dan badan-badan bantuan sosial, seperti mandi, memakai baju, makan
dan buang air. (Pinzon, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana
stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak
karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik). Pada stroke
iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah, melaui proses aterosklerosis. Sedangkan pada stroke
pendarahan (hemoragik), pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak
normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. Stroke akut baik yang iskemik maupun hemoragik merupakan kedaruratan
medis yang memerlukan penanganan segera karena dapat menimbulkan kecacatan
permanen atau kematian.
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan ialah dengan menjaga pola makan,
rajin olahraga dan tidak mengkonsumsi rokok.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu
referensinya, baik sebagai acuan dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam
tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran Umum Tentang GPDO dalam
Harsono:Kapita Selekta Neurologi. UGM Press, Yogyakarta.
Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition. New
York : Thieme. 2005.
Batticaca, Framsisca B. 2008. Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika
Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC.
Corwin, J, E. (2001.) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Diptyanusa, Ajib, Budi Mulyaningsih, Dkk. 2020. Comprehensive Biomedical Science: Saraf
Pusat. Yogyakarta: Gadjah mada university press.
Dochtermann, J. M. C dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC). United States
of America: Mosby Elsevier.
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Herdman, Heather T.2009. diagnose Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC
Hidayat.A.A (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke: Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: CV. Andi offset
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline Stroke
2007. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, Sue dkk.2008.NOC.Edisi 4.USA : Mosby
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan/ Jakarta: Salemba medika
Musi, Muhammad Akil, Nurjannah. 2021. Neurosains : Menjiwai Saraf dan Otak. Jakarta:
Kencana.
Price,Sylvia dkk.2007. patofisiologi “Konep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 2.Edisi
6.Jakarta :EGC
Redaksi AgroMedia. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of
Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-1985.
Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Penyakit
Saraf. 1986.
Sue Moorhead, P., RN dkk. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States
of America: Mosby Elsevier.
Widjaja, Andreas C., Imam BW, Indranila Ks. 2010. Uji Diagnostik Pemeriksaan Kadar D-
Dimer Plasma pada Diagnosis Stroke Iskemik. File Type PDF/ Adobe Acrobat. Dari
http://eprints.undip.ac.id/24038/1/Andreas_C._Widjaja-01.pdf Diakses pada tanggal 13
November 2012 Jam 16.00 WIB
Widyawati. 2020. Buku Ajar Pendidikan dan Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama Medan.

Anda mungkin juga menyukai