Anda di halaman 1dari 13

MK.

Keperawatan Kritis

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK IV


PENDIDIKAN KESEHATAN PADA MASALAH
SISTEM ENDOKRIN (KAD)

Disusun Oleh:
Muhammad Farid 19031023
Kurniati 19031024
Diona Rosalina Putri 19031025
Sari Fitri Handayani 19031026
Chevindy Putri Virgita 19031028
Liza Ermita 19031029

Dosen Pembimbing:
Ns. Imron Rosyadi, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
TA.2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Tak lupa pula penulis ucapkan salam dan
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Pendidikan Kesehatan pada
Masalah Sistem Endokrin (KAD)” dan kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah
ini kami dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Pekanbaru, 14Oktober 2022

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum .........................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................6
2.1 Konsep Endokrin ..........................................................................................................6
2.1.1 Definisi Endokrin .................................................................................................6
2.2 Konsep KAD ..................................................................................................................6
2.2.2 Faktor Pencentus KAD ........................................................................................6
2.2.3 Patofisiologi KAD.................................................................................................7
2.2.4 Manifestasi Klinis KAD .......................................................................................7
2.2.5 Faktor Risiko KAD ..............................................................................................7
2.2.6 Upaya Pencegah KAD .........................................................................................7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................12
3.2 Saran .............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dankiat keperawatan yang mencakup pelayanan
bio- psikososio dan spiritual yang kompre hensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta
masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat , keperawatan pada dasarnya adalah caring
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang
berbeda dari manusia lainnya ( Sukarmin , 2008 ).
Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama yaitu sistem saraf dan sistem
hormonal ( sistem endokrin ). Pada umumnya, sistem hormonal terutama berhubungan
dengan pengeturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur kecepatan reaksi kimia
didalam sel atau transport zat - zat melalui membran sel atau aspek - aspek metabolisme sel
lainnya seperti pertumbuhan dan sekresi .
Ketoasidosis Diabetikum merupakan komplikasi akut yang paling serius yang terjadi pada
anak-anak pada DM tipe 1, dan merupakan kondisi gawat darurat yang menimbulkan morbiditas
dan mortalitas, walaupun telah banyak kemajuan yang diketahui baik dari patogenesisnya
maupun dalam hal diagbosis dan tata laksananya.
Diagnosis KAD didapatkan sekitar 16-80 % pada penderita anak baru dengan DM tipe 1,
tergantung lokasi geografi. Di Eropa dan Amerika Utara angkanya berkisar 15-67 %, sedangkan
di Indonesia dilaporkan antara 33-66 %.Prevalensi KAD di Amerika Serikat diperkirakan sebesar
4,6 – 8 per 1000 pebderita diabetes, dengan mortalitas kurang dari 5 % atau sekitar 2-5 %. KAD
juga merupakan penyebab kematian tersering pada anak dan remaka dengan DM tipe 1, yang
diperkirakan setengah dari penyebab kematian penderita DM di bawah usia 24 tahun. Sementara
itu di Indonesia belum didapatkan angka yang pasri mengenai hal ini. Diagnosis dan tata laksana
yang tepat sangat diperlukan dalam pengelolaan kasus-kasus KAD untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

4
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: Untuk memenuhi tugas Keperawatan
Kritis "Pendidikan Kesehatan Pada Masalah Sistem Endokrin ( KAD)” serta dapat memahami
dan memberi pengetahuan pada mahasiswa.
1.2.2 Tujuan Khusus.
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Definisi Endokrin
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Definisi KAD
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Faktor Pencetus KAD
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Faktor yang Mempengaruhi Patofisiologi
KAD
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Manifestasi Klinis KAD
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami FaktorRisiko KAD
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Upaya Pencegahan
1.3 Manfaat.
Adapun manfaat dari pembuatan makalah adalah Makalah ini sekiranya dapat
dijadikan sebagai sumber pengetahuan serta dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai
Pendidikan Kesehatan Pada Masalah Sistem Endokrin (KAD)

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Endokrin


2.1.1 Defenisi endokrin
Sistem endokrin merupakan suatu sistem yang tersusun atas beberapa kelenjar yang
mensintesa dan mensekresikan suatu substansi kimia yang disebut dengan hormon. Hormon
yang disekresikan ini akan menyebabkan perubahan biokimia dan fisioliogis yang memerantarai
berbagai macam pengaturan fungsi tubuh. Apabila hormon disekresikan ke dalam sirkulasi
darah, hormon-hormon ditranspor ke jaringan yang dituju dimana hormon tersebut akan
menimbulkan pengaruh pada metabolisme tubuh.(Setiawan, 2021)
Sistem endokrin memainkan peran pemeliharaan dan regulasi fungsi yang sangat penting,
seperti menanggapi cedera dan stres, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, homeostasis
ionik dan metabolisme. Saat terjadi setres atau gangguan, sitem endokrin terpacu melalui reaksi
yang berantai yang digunakan untuk mempertahankan hidup.(Setiawan, 2021)
2.2 Konsep KAD
2.2.1 Defenisi KAD
KAD merupakan komplikasi akut DM yang membutuhkan pengelolaan gawat darurat yang
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, perilaku dan stress.
American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan KAD sebagai suatu trias yang terdiri dari
ketonemia, hiperglikemia dan asidosis (Sumantri, 2009).
Ketoasidosis diabetikum adalah akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai dengan
gangguan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Pada ketoasidosis diabetikum terjadi
defisiensi insulin yang sangat berat pada jaringan adiposa, otot skeletal, dan hepar yang
merupakan jaringan tersensitif terhadap kekurangan insulin.(Vioneery, 2018)
2.2.2 Faktor Pencetus KAD
Infeksi merupakan faktor pencetus paling sering untuk KAD. Infeksi yang paling sering
diketemukan adalah pneumonia dan infeksi saluran kemih yang mencakup antara 30% sampai
50% kasus. Penyakit medis lainnya yang dapat mencetuskan KAD adalah
penyalahgunaan alkohol, trauma, emboli pulmonal dan infark miokard. Beberapa obat yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat juga dapat menyebabkan KAD atau KHH, diantaranya
adalah: kortikosteroid, pentamidine, zat simpatomimetik, penyekat alpha dan beta serta
penggunaan diuretik berlebihan pada pasien lansia.(Sumantri, 2009)

6
2.2.3 Patofisiologi KAD
Ketoasidosis dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu gejala yang timbul akibat
hiperglikemia dan gejala akibat ketosis. Hiperglikemi terjadi akibat defisiensi insulin yang
menyebabkan jaringan perifer kurang menggunakan glukosa dan meningkatnya glukoneogenesis
di hati. Sebagai akibat defisiensi insulin maka akan terjadi peningkatan kadar glukagon.
Perubahan rasio ini akan menyebabkan peningkatan lipolisis di jaringan lemak dan ketogenesis
di hati.
Defisisensi insulin akan menyebabkan lipolisis dengan memacu kegiatan lipase di jaringan
lemak dan berakibat bertambahnya pasokan asam lemak bebas ke hati. Enzim karnitil asil
transferas I didalam mitokondria hati akan teraktivasi untuk mengubah asam lemak bebas
menjadi benda keton, atau teroksidasi menjadi CO2 atau menimbunnya menjadi trigliserida.
Serangkaian proses ketosis ini akan menghasilkan asam betahidroksibutirat dan asam asetoasetat
yang menyebabkan asidosis.
Dalam kejadian ini aseton tidak ikut berperan, walaupun aseton penting untuk diagnosis
ketoasidosis. Pada waktu yang bersamaan juga terjadi penambahan stres hormon yang kerjanya
berlawanan dengan insulin, sehingga defisiensi insulin yang menyebabkan ketoasidosis bersifat
defisiensi insulin yang relatif. Terjadi kenaikan kadar glukagon, katekolamin, kortisol dan
somatotropin yang masing-masing kadarnya naik menjadi 450%, 760% dan 250% dibanding
dengan kadar normal 100%(Setiawan, 2021)

7
2.2.4 Manifestasi Klinis KAD
Perubahan metabolik yang khas untuk KAD biasanya tampak dalam jangka waktu pendek
(< 24 jam).Umumnya penampakan seluruh gejala dapat tampak atau berkembang lebih akut dan
pasien dapat tampak menjadi KAD tanpa gejala atau tanda KAD sebelumnya. Gambaran klinis
klasik termasuk riwayat poliuria, polidipsia, dan polifagia, penurunan berat badan, muntah, sakit
perut, dehidrasi ,lemah, clouding ofsensoria, dan akhirnya koma.
Pemeriksaan klinis termasuk turgorkulityang menurun, respirasi Kussmaul, takikardia,
hipotensi, perubahan status mental, syok, dan koma. Lebih dari 25% pasien KAD menjadi
muntah-muntah yang tampak seperti kopi. (Gotera and Agung Budiyasa, 2010)
Gambaran klinis penderita KAD sangat bervariasi. Pasien KAD merupakan pasien
serangan pertama kali terjadi atau baru menderita DM tipe 1 yang mengalami serangan pertama
KAD. Pasien baru ini mengalami keluhan lebih kurang 2 bulan sebelum serangan
KAD. keluhan berupa polifagi, poliuri, polidipsi, berat badan turun. Penurunan berat badan ini
menyebabkan terjadinya gizi kurang. Muntah pada pasien KAD disebabkan karena asidosis
metabolik, sedangkan nyeri perut terjadi akibat menurunnya perfusi mesenterium, dehidrasi otot
dan jaringan usus serta paralisis saluran cerna akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.(Ana Fitria Nusantara, S.Kep., Ns., Sunanto, SKM. and Achmad Kusyairi, S.Kep., Ns.,
2015)
2.2.5 Faktor risiko KAD
Beberapa faktor risiko KAD antara lain penderita yang baru terdiagnosis DM, ketidak
patuhan menggunakan insulin, infeksi, infark miokard, akut abdomen, trauma, tirotoksikosis,
kokain, dan antipsikotik. (Febrianto and Hindariati, 2021)
2.2.6 Upaya Pencegahan KAD
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko,
yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk menderita. Pencegahan primer KAD
dilakukan dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk kelompok
masyarakat yang mempunyai risiko tinggi KAD. Upaya pencegahan dilakukan terutama
melalui perubahan gaya hidup. Berbagai bukti yang kuat menunjukkan bahwa perubahan
gaya hidup dapat mencegah KAD. Perubahan gaya hidup harus menjadi intervensi awal bagi
semua pasien terutama kelompok risiko tinggi. Perubahan gaya hidup yang dianjurkan untuk
individu risiko tinggi KAD (Febrinasari, 2020):
1. Pengaturan pola makan

8
a. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.
b. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang
sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah
makan.
c. Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.
2. Meningkatkan aktifitas fisik dan latihan jasmani Latihan jasmani yang dianjurkan:
a. Latihan dikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik
sedang (mencapai 50 - 70% denyut jantung maksimal) atau 90 menit/minggu dengan
latihan aerobik berat (mencapai denyut jantung > 70% maksimal).
b. Latihan jasmani dibagi menjadi 3 – 4 kali aktivitas/minggu
3. Menghentikan kebiasaan merokok
4. Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis.
Tidak semua individu dengan risiko tinggi dapat menjalankan perubahan gaya hidup
dan mencapai target penurunan berat badan seperti yang diharapkan, oleh karena itu
dibutuhkan intervensi lain yaitu dengan penggunaan obat- obatan. Intervensi farmakologis
untuk pencegah-an KAD direkomendasikan sebagai intervensi sekunder yang diberikan
setelah atau bersama- sama dengan intervensi perubahan gaya hidup.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang telah terdiagnosis KAD.Banyak panduan tata laksana KAD yang tersedia di
kepustakaan medis, dan tidak semuanya seragam. Penundaan rehidrasi dengan cairan intravena
dan pemberian insulin masih didapatkan pada 70% kasus. Rehidrasi dan perbaikan kadar
kalium yang kurang adekuat dalam 24 jam pertama didapatkan pada 70% kasus.(Febrianto and
Hindariati, 2021).
1. Oksigenasi/Ventilasi
Jalan napas dan pernapasan merupakan prioritas pertama. Jika penderita datang dengan
penurunan kesadaran/koma (GCS <8), pertimbangkan pemasangan intubasi dan
ventilator. Berikan oksigen melalui masker non-rebreathing jika ada indikasi.
2. Penggantian Cairan (Rehidrasi)
Sirkulasi merupakan prioritas kedua setelah oksigenasi.Penderita KAD mengalami
dehidrasi yang berat dan dapat terjatuh ke dalam syok hipovolemik. Resusitasi
cairan akanmenurunkan hiperglikemia, hiperosmolalitas, hormon kontra-regulasi, terutama

9
dalam jam-jam pertama, sehingga menurunkan resistansi terhadap insulin. Oleh karena itu,
terapi insulin paling efektif jika didahului oleh penggantian cairan dan elektrolit.
3. Perbaikan terhadap Gangguan Elektrolit
Dehidrasi dan diuresis osmotik menyebabkan pergeseran elektrolit dalam sel dan
serum. Kalium merupakan ion positif utama intraseluler, yang bertanggung jawab untuk
mempertahanan gradien elektropotensial dari membran sel. Turunnya kadar kalium
intraseluler dapat berasal dari tidak adanya insulin, dehidrasi intraseluler, asidosis, dan
pergeseran ion hidrogen. Mual muntah dapat menyebabkan hilangnya kalium lebih
lanjut. Selama terapi insulin untuk KAD, koreksi asidosis dan resusitasi
cairan akan menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu, perlu pengecekan kadar kalium
sebelum memulai terapi insulin.
4. Terapi Insulin
Injeksi insulin adalah salah satu kunci keberhasilan pengobatan pada penderita
diabetes, ntuk mengoreksi hiperglikemia lebih lanjut, insulin perlu ditambahkan secara
intravena, satu atau dua jam setelah rehidrasi dimulai. Insulin subkutan merupakan alternatif
yang efektif selain insulin intravena bagi penderita KAD yang tidak komplikatif. Ketoasidosis
diabetik dikatakan membaik jika kadar glukosa stabil di bawah 200 mg/dL, pH >7,3, dan
kadar bikarbonat ≥18 mEq/L. Ketika target ini tercapai dan cairan dapat diberikan per oral,
maka penderita dapat dimulai pemberian insulin intermediate atau long acting dan insulin
short atau rapid acting subkutan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan
kualitas hidup. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif
dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.Kerjasama yang baik
antara para ahli di berbagai disiplin (jantung, ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular,
radiologi, rehabilitasi medis, gizi, pediatris, dan lain-lain.) sangat diperlukan dalam menunjang
keberhasilan pencegahan tersier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh partisipan melakukan kunjungan rutin ke rumah
sakit apabila insulin akanhabis sehingga dibutuhkan untuk mengambil lagi untuk persedian hari-

10
hari berikutnya. Pada kunjungan inilah partisipan dilakukan pemeriksaan glukosa darah dan
melakukan konseling hal-hal yang terjadi selama satu bulan sebelumnya.(Nusantara and
Kusyairi, 2019)

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin merupakan suatu sistem yang tersusun atas beberapa kelenjar yang
mensintesa dan mensekresikan suatu substansi kimia yang disebut dengan hormon. Sistem
endokrin memainkan peran pemeliharaan dan regulasi fungsi yang sangat penting, seperti
menanggapi cedera dan stres, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, homeostasis ionik dan
metabolisme.
Ketoasidosis diabetikum adalah akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai dengan
gangguan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
Ketoasidosis dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu gejala yang timbul akibat
hiperglikemia dan gejala akibat ketosis.

KAD merupakan komplikasi akut DM yang membutuhkan pengelolaan gawat darurat yang
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, perilaku dan stress. Penyakit medis lainnya yang dapat
mencetuskan KAD adalah penyalahgunaan alkohol, trauma, emboli pulmonal dan infark
miokard.

3.2 Saran

Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk
itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ana Fitria Nusantara, S.Kep., Ns., M.K., Sunanto, SKM., M.K. and Achmad Kusyairi, S.Kep.,
Ns., M.K. (2015) Pengawasan Anak dengan Diabetes Mellitus Type I sebagai
Pencegahan terhadap Kejadian Komplikasi Ketoasidosis Diabetikum.
Ariani, Ayu Putri,dkk.2017.Metabolik Endokrin Untuk Mahasiswa Kesehatan dan
Umum.Yogyakarta:Nuha Medika
Febrianto, D. and Hindariati, E. (2021) ‘Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Penderita
Gagal Jantung Management of Diabetic Ketoacidosis in Patient with Heart Failure’,
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia , 46(1), pp. 46–53. Available at:
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/273/267.
Febrinasari (2020) Buku Saku Diabetes Mellitus Awam.
Gotera, W. and Agung Budiyasa, D. (2010) ‘Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (Kad)’,
Journal of Internal Medicine, 11(2), pp. 126–138.
Morton, Patricia Gonce,dkk.2011.Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik.Jakarta:
EGC
Nusantara, A.F. and Kusyairi, A. (2019) ‘Support System Keluarga Dalam Pencegahan
Ketoasidosis Diabetik’, JI-KES: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), pp. 1–6.
Setiawan, M. (2021) SISTEM ENDOKRIN DAN DIABETES MELLITUS.
Stillwell, Susan B.2011.Pedoman Keperawatan Kritis.Jakarta: EGC
Sumantri, S. (2009) ‘Pendekatan Diagnostik dan Tatalaksana Ketoasidosis Diabetikum’,
Internal Medicine Department [Preprint].
Vioneery, D. (2018) ‘Modul Praktik Klinik Kmb I Ii Prodi Studi D3 Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta 2018’, p.82. Available at:
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/624/1/MODUL PRAKTIK KLINIK KMB I II.pdf.

13

Anda mungkin juga menyukai