Anda di halaman 1dari 36

DIABETES MELLITUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ KMB I (ASKEP SISTEM PENCERNAAN ”

Dosen pengampu : Damon Wicaksi,SST, M.Kes

Disusun oleh :

Alvi yuliantita (20.03714.1003)

Babyvkie putri (20.03714.1005)

Novil atika (20.03714.1019)

Putri Wulandari (20.03714.1022)

Bahtiar viqy (20.03714.1033)

Muhammad ali (20.03714.1042)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta karunia-Nya.

Sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah KMB I (ASKEP SISTEM PENCERNAAN) yang menjadi salah

satu mata kuliah wajib di program studi DIII keperawatan Universita Bondowoso.

Dengan penulisan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih atas berbagai arahan dan bimbingannya pada

proses pembuatan makalah ini kepada :

1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes sebagai ketua program studi DIII keperawatan

Universita Bondowoso;

2. Bapak Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah KMB I

(ASKEP SISTEM PENCERNAAN);

3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari

Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak untuk bahan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 05 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN ....................................................................................1
KATA PENGANTAR ..............................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................4
1.2 Tujuan ..................................................................................5
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1 Devinisi ...............................................................................7
2.2 Klasifikasi ............................................................................7
2.3 Etiologi ................................................................................9
2.4 ManifestasiKlinis............................................................... 10
2.5 Patofisiologi.......................................................................11
2.6 WOC ..................................................................................12
2.7 Penatalaksanaan.................................................................12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ..........................................................................14
3.2 DiagnosaKeperawatan ........................................................16
3.3 IntervensiKeperawatan .......................................................17
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................22
4.2 Saran ...................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................24
LAMPIRAN............................................................................................ 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu

kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017).

Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan populasi

230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita

diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian

Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di

pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148

juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita

diabetes. Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional.

Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak

ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa

obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan

stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan hormonal.

Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015 terdapat 415 juta

(8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan angka tersebut akan terus

bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun 2040. Sedangkan jumlah

estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta yang menempatkan

4
Indonesia dalam urutan ke-7 tertinggi di dunia bersama China, India, Amerika Serikat,

Brazil, Rusia, dan Meksiko (IDF, 2015).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017, prevalensi

Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar

2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0 %. (Kemenkes, 2017). Sementara ,

diSumatra Barat diperkirakan sebanyak 3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetrs tipe II.

Selain itu prevalensi nasional, Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak

1,5% dimana berada diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia. Data yang didapatkan di

RSUD Dr. Acmad Mocthar Bukitinggi pada tahun 2015 penyakit diabetes melitus

merupakan penyakit terbanyak dan mencapai posisi 1 dari 10 penyakit terbanyak

jumlahnya 125 kasus, dan ditahun 2016 penyakit diabetes melitus menepati posisi ke 2

dari 10 penyakit terbanyak jumlahnya 75 kasus,sedangkan diruangan Ambun Suri lantai 3

satu tahun yang lalu berada diposisi 2 dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlahnya 70

kasus.Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan

pengobatan kepada pasien berdasarkan pementauan diatas.

1.2 tujuan

Tujuan Umum

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan keperawatan yang bermutu pada

pasien diabetes melitus.

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus

2. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

diabetes melitus

5
3. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes melitus

4. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus

6
BAB II

KONSEP PENYAKIT

2.1 DEFINISI

DM merupakan penyakit metabolik yang terjadi oleh interaksi berbagai faktor:

genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup.12 Diabetes mellitus adalah suatu

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan

kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh

resistensi insulin.13 Pernyataan ini selaras dengan IDF (2017) yang menyatakan bahwa

diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat meningkatnya kadar

glukosa dalam darah karena tubuh tidak mampu memproduksi banyak hormon insulin

atau kurangnya efektifitas fungsi insulin.14 Menurut American Diabetes Association

(ADA) diabetes sangatlah kompleks dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis

secara berlanjut dengan strategi pengontrolan indeks glikemik berdasarkan multifaktor

resiko.

2.2 KLASIFIKASI

menurut American Diabetes Association 2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu15 :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab

autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin

dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak

terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah

ketoasidosis.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

7
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa

membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang

merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena

terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap

kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal

tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa

bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami

desensitisasi terhadap adanya glukosa.

c. Diabetes Melitus Tipe Lain

DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik

kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain,

iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang berkaitan

dengan penyakit DM.

d. Diabetes Melitus Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa

didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga.

DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita

DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam

jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

8
2.3 ETIOLOGI

1. DM tipe I

a. faktor genetik

penderita tidak mewarisi diabetes tipe ini sendiri, tetapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya DM tipe I.

b. faktor imunologi

adanya respon auto imun yang merupakan repson abnormal dimana antibodi

tearah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. faktor lingkungan

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan

ekstruksi sel beta.

2. DM tipe II

a. usia

resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun, tetapi pada

usia remaja pun DM dapat terjadi pada umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal

pankreas tidak menghasilkan insulin.

b. obesitas

karena tidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat hormon insulin

tidak dapat berkerja secara maksimal dalam menghantar glukosa yang ada dalam

darah.

9
c. riwayat dalam keluarga

pada riwayat keluarga yang salah satu memiliki riwayat DM bisa diturunkan

sejak remaja pada anaknya. Karena gen yang mempengaruhi pengeluaran insulin

dan produksi glukosa.

3. DM tipe lain

Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam

pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).

4. DM Gestasional

disebabkan oleh intoleransi glukosapertama kali pada masa kehamilan, biasanya

pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya

komplikasi perinatal.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

a. Poliuri (banyak kencing)

Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar gula darah

sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi akan dikeluarkan

melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar glukosa darah maka ginjal menghasilkan

air kemih dalam jumlah yang banyak. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih

dalam jumlah banyak.

b. Polidipsi (banyak minum)

Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita akan merasa

haus yang berlebihan sehingga banyak minum.

c. Polifagi (banyak makan)

10
Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola kadar gula

dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang berlebihan.

d. Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan energi lain

dalam tubuh seperti lemak.

2.5 PATOFISIOLOGI

Terjadi pada kaki yang diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang dm

yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropatik

sensori maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada

kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada

telapak kaki dan akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

infeksi menyebabkan infeksi semakain luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan

menambah rumitnya pengelolaan kaki DM. Neuropati sensorik perifer memungkinkan

terjadinya trauma berulang mengakibbatkan kerusakan jaringan di are ulkus.

Konsekuensi sistem ibun yang abnormal sehingga sulit dibersihkan dan infeksi menyebar

ke jaringan sekitarnya.

11
2.6 WOC

Kerusakan sel A dan B pankreas

Kegagalan produksi

Meningkatkan gula darah

Osmolaritas meningkat gangguan fungsi imun

Poliuria BB menurun infeksi. Gangguan penyembuhan luka

Resiko devisit nutrisi pembedahan : amputasi

Kekurangan cairan nyeri akut

2.7 PENATALAKSANAAN

1. penatalaksanaan medis

a. sulfoniluria

cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin.

Hanya bekerja bila sel-sel beta utuh, menghalangi peningkatan insulin,

mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran

glukagon.

b. binguanid

cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Dapat menurunkan kadar gula

darah menjadi normal.

c. alfa glukoside inhibitor

12
cara kerjanya menghambat kerja insulin didalam saluran cerna sehingga

dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post

prandial.

d. insulin sensitizing agent

mempunyai efek farmakologi, meningkatkan berbagai masalah akibat

resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

2. penatalaksanaan non medis

a. jenis makanan

karbohidrat 70%, protein 10-15%, lemak 9 kilokalori/gram

b. jadwal makan

pagi, siang, malam porsi sedang

c. jumlah kalori

sesuai dengan berat badan

d. olahraga

3-4 kali per minggu

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data

tentang individu, keluarga dan kelompok (Carpenito& Moyet,2007) Dalam

melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari klien, beserta keluarga, catatan

medis serta tenaga kesehatan lain.

a. Identitas klien

Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada teredapatkan kesenjangan anatara teori dan

kasus, dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis tidak ada kesulitan

untuk mendapatkan data dari klien sendiri, dan keluarga klien juga banyak

memberikan informasi jika ditanya.

1. Keluhan utama

Pada keluahan utama pada tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada

terdapatkan kesenjangan anatara teori dan kasus.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada

kesenjangan

4. Riwayat kesehatan dahulu

Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada

menderita penyakit lain, pada konsep teoritis riwayat kesehatan dahulu ada riwayat

penyakit jantung, obesitas.

5. Riwayat kesehatan keluarga

14
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga ada

mengalami penyakit yang sama seperti klien,karena konsep teoritis terdapat

penyebab Diabetes Melitus yang paling tinggi yaitu faktor genetik (Keturunan).

6. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Pada saat melakukan pengkajian kesadran klien yaitu composmentis dengan

Glasgow Coma Scale (GCS) 15 E (respon membuka mata): 4 V (respon

verbal/bicara): 5 M ( respon motorik/ perintah): 6, tidak terdapat kesenjangan

teoritis dan tinjauan kasus.

b. Head to toe

a) Kepala dan leher

Secara teoritis tang dikaji bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak,

yang didapatkan sat melakukan pengkajian rambut klie tampakkotor, kusam

dan tidak ada lesi disekitar kepala, tidak ada masalah dibagian kepala klien,

tidak ada kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

b) Mata

Secara teoritis umunya penglihatan kabur dan kelopak mata terkulai dan

saat dilakukan pengkajian klien mersa ingin tidur saja, tidak ada

kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

c) Telinga , hidung , mulut dan tenggorokan

Secara teoritis yang dikaji yaitu bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya

gangguan atau tidak. Dan pada saat dilakukan pengkajian tidak terdapat

gangguan namum mokosa bibir tampak kering, Jadi tidak terdapat

kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

15
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (amputasi)

2. Devisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d disfungsi intestinal

16
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Dx (SDKI)

1 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Perawatan Amputasi (I. 14557)

X 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang. Observasi :

Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya edema pada stump

Penyembuhan Luka (L.14130) 2. Monitor nyeeri phantom pada tungkai

1. Nyeri (5) 3. Monitor masalah psikologis (depresi,

2. Penyatuan kulit (5) kecemasan)

3. Edema pada sisi luka (5) Terapeutik :

4. Infeksi (5)
1. Motivasi berpartisipasi dalam

memutuskan amputasi

2. Posisikan stump pada kesejajaran

tubuhbyang benar

17
3. Fasilitasi menghadapi proses berduka

karena kehilangan bagian tubuh

Edukasi :

1. Jelaskan bahwa nyeri phantom dapat

terjadi beberapa minggu setelah

pembedahan dan dapat dipicu oleh

tekanan pada area lain

2. Anjurkan menghindari duduk dalam

waktu lama

3. Anjurkan merawat dan menggunakan

prostesis

Kolaborasi :

1. Rujuk ke layanan spesialis untuk

modifikasi atau komplikasi prostesis

2 Devisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Promosi Berat Badan (I.03136)

18
X 24 jam diharapkan Berat Badan klien ideal. Observasi :

Kriteria Hasil : 1. Identifikasi kemungkinan penyebab

Berat Badan (L.05038) BB berkurang

1. Berat Badan (5) 2. Monitor berat badan

2. Tebal lipatan kulit (5) Terapeutik :

3. Indeks massa tubuh (5)


1. Berikan suplemen

Edukasi :

Jelaskan peningkatan asupan kalori

yang dibutuhkan

3 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Kateterisasi urine (I.04148)

cairan (D.0036) X 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi. Observasi :

Kriteria Hasil : 1. Periksa kondisi pasien

Status Cairan (L.03028) Terapeutik :

1. Output urine (5)


1. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan
2. Oliguria (5)
ruangan tindakan

19
3. Intake cairan (5) 2. Siapkan pasien

4. Berat badan (5) 3. Pakai sarung tangan

4. Bersihkan daerah parineal atau

preposium dengan cairan NaCl atau

aquades

5. Lakukan insersikateter urine dengan

menerapkan prinsip aseptik

6. Sambungkan kateter urin dengan urine

bag

7. Isi balon dengan NaCL 0.9% sesuai

anjuran pabrik

8. Fiksasi selang kateter diatas simpisis

atau dipaha

9. Pastikan kantung urine ditempatkan

lebih rendah dari kandung kemih

10. Berikan lebel waktu pemasangan

20
Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan prosedur

pemasangan kateter urine

Anjurkan menarik napas saat insersi

selang kateter

21
22
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik

hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua –

duanya ( ADA,2017).

Terjadi pada kaki yang diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang dm

yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropatik

sensori maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada

kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada

telapak kaki dan akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

infeksi menyebabkan infeksi semakain luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan

menambah rumitnya pengelolaan kaki DM. Neuropati sensorik perifer memungkinkan

terjadinya trauma berulang mengakibbatkan kerusakan jaringan di are ulkus.

Konsekuensi sistem ibun yang abnormal sehingga sulit dibersihkan dan infeksi menyebar

ke jaringan sekitarnya.

Diagnosa keperawatan dari kasus yang di ambil sebagai berikut:

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (amputasi)

2. Devisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d disfungsi intestinal

23
4.2 SARAN

1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan

pelayanan kesehatan terutama penyakit DM untuk mencapai kualitas keperawatan

secara optimal.

2. Bagi klien dan keluarga, perawat tidak kalah pentingnya dengan pengobatan

karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan maka penyembuhan

yang diharapkan tidak akan tercapai, oleh karena itu perlu adanya penjelasan pada

klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan

asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan penyakit DM.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. Ladwig, G.B.,&Makic, M.B.F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, AnEvidance-

Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis:Elsivier

Carpenito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Aplication to Clinical Prictice. 14 th Ed.

Philadelpia: Lipinccot Williams dan Wilkins

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017

Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

http://repository.unimus.ac.id/973/3/BAB%20II.pdf

https://pt.scribd.com/doc/69218498/Pathway-Pasien-Dengan-Diabetes-Mellitus

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1352/4/Chapter2.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/5036/3/Bab%202.pdf

SDKI, SLKI, SIKI

25
Lampiran 1

26
Lampiran 2

27
Lampiran 3

28
Lampiran 4

29
Lampiran 5

30
Lampiran 6

31
Lampiran 7

32
Lampiran 8

33
Lampiran 9

34
Lampiran 10

35
Lampiran 11

36

Anda mungkin juga menyukai