DM
DOSEN PEMBIMBING
SUHARTI,S.Tr.Kep,M.Pd
DISUSUN OLEH
SANTIA
(PO71200220104)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWTAN
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga makalah “DIABETES
MILLETUS” ini dapat saya selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini saya berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka saya berharap adanya masukan
dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................
B. Rumusan masalah ..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
A. Definisi ...................................................................................................
B. Klasifikasi ...............................................................................................
C. Etiologi ...................................................................................................
D. patofisiologi.............................................................................................
E. Manifesta klinis........................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang............................................................................
G. Penatalaksanaan.......................................................................................
H. komplikasi................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................
B. Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Diabetes merupakan sebuah penyakit kronik yang serius yang terjadi
baik karena pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin (hormon yang
mengatur kadar gula darah), atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang terprodiksi dengan efektif. Peningkatan kadar gula darah karena diabetes
yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama menyebabkan kerusakan serius
pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf.
Istilah Diabetes Mellitus menggambarkan gangguan metabolik dari
berbagai penyebab yang di tandai dengan hiperglikemia kronismdengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang di hasilkan dari efek
sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
Diabetes mellitus merupakan kondisi dimana terjadi gangguan dalam
mengubah glukosa menjadi energi sehingga terovaskulerrjadi peningkatan
berlebih glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan dapa juga memunculkan
gejala (DAY 2001). Penderita diabetes mellitus yang melakukan kontrol gula
dengan rutin dan baik akan menyebabkan timbulnya komplikasi vaskuler.
Komplikasi vaskular ini di bedakan menjadi makrovaskuler (penyakit jantung
koroner, stroke) dan mikrovaskuler (retinopati,nefropati, neuropati).
komplikasi mikrovaskular berupa neuropati dapat berakibat terjadinya
gangguan pada kaki diabetes mulai dari gerjadinya luka kaki/tungkai sampai
kemungkinan terjadinya amputasi pada kaki/tungkai tersebut.
B. KLASIFIKASI
1. Diabetes tipe II
C. ETIOLOGI
Otot rangka dan jaringan adiposa memiliki reseptor spesifik untuk insulin
dan dianggap sebagai jaringan yang bergantung pada insulin. jaringan lain
(misalnya, otak, hati, sel darah) tidak secara langsung bergantung pada insulin
untuk transportasi glukosa tetapi memerlukan suplai glukosa yang cukup untuk
fungsi normal. Meskipun sel-sel hati tidak dianggap sebagai jaringan yang
bergantung pada insulin, situs-situs reseptor insulin pada hati memfasilitasi
pengambilan glukosa hepatic dan konversi ke glikogen.
Pengaturan glukosa darah: pada orang normal glukosa darah 90/100 ml.
Orang berpuasa sebelum makan 120-140/100, setelah makan akan meningkat
dan setelah 2 jam akan kembali normal. Sebagian besar jaringan dapat
menggeser penggunaan lemak dan protein untuk energi bila tidak terdapat
glukosa. Glukosa satu-satunya zat gizi yang di gunakan oleh otak, retina dan
epitel germinatifum.
D. PATOFISIOLOGI
Energi manusia berasal dari makanan yang di konsumsi sehari-hari yang
terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan
lemak (asam lemak).
Pengolahan bahan makanan di mulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi
asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu akan di serap
oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan di edarkan ke seluruh
tubuh untuk di pergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan
bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus
masuk dulu ke dalam sel supaya dapat di olah. Di dalam sel, zat makanan
terutama glukosa di bakar melalui proses kimia yang rumit, yamg hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini di sebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat di gunakan sebagai
bahan bakar. Insulin adalah hormon yang di keluarkan oleh sel beta di pankreas.
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitif, insulin
akan di tangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,
kemuidian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat masuk sel untuk
kemudian di bakar menjadi energi/tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah
normal.
Pada diabetes dimana di dapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kwalitas insulinnya tidak baik (resitensi insulin), meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup sehingga glukosa tidak dapat
masuk sel untuk di bakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di
luar sel, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klasik diabetes melitus di sebabkan oleh kelainan metabolisme
glukosa. Kurangnya aktivitas insulin menyebabkan kegagalan pemindahan
glukosa dari plasma ke dalam sel (kelaparan pada saat kelimpahan). Tubuh
berespon seakan dalam keadaan puasa dengan stimulasi glikogenolisis
glukoneogenesis dan liposis yang menghasilkan badan keton.
Glukosa yang di serap ketika makan tidak di metabolisme dengan
kecepatan normal sehingga terkumpul di dalam darah (hiperglikemia) dan
diekskresikan ke dalam urine (glikosuria). Glukosa di dalam urine menyebabkan
diuresis osmotik sehingga meningkatkan produksi urine (poliuria).
Kehilangan cairan dan hiperglikemia meningkatkan osmolaritas plasma
yang merangsang pusat rasa haus (polidipsia). Stimulus mengurangi protein
untuk menyediakan asam amino bagi glukoniogenesis menyebabkan pengecilan
otot dan penuruna berat badan. Gejala klasik hanya terjadi pada penderita
defesiensi insulin berat (paling sering pada diabetes tipe 1.
Hiperglikemia ringan biasanya tidak bergejala dan tidak disadari oleh
pasien. Ketika ambang batas batas ginjal pada glukosa plasma terlampaui yaitu 7
mmol/l glukosa dikeluarkan melakui urine. Glukosuria menyebabkan terjadina
osmotic diuresis dan menghasilkan volume urine yang banyak, kehausan dan
kelainan elektrolit.
Sintesis protein menurun dan terjai peningkatan proteolysis
menyebabkan hilangnya protein pada otot jarinngan lunak. Terjadinya
peningkatan kadar asam amino didalam darah untuk keperluan metabolisme dan
glukoneogenesis.
Terjadi blok pada penyimpanan lipid dan penghancuran lipid meningkat
menyebabkan peningkatan masive asam lemak dalam darah. Asam lemak juga
kemudian dipakai dalam metabollisme. suplay asam lemak berlebihan dari
energi yang dibutuhkan dan kemudian hanya menjadi α-ketoglutarate yang
kemuadian dapat berakumulasi dan menyebabkan ketoasidosis.
Kelainan diatas yang menghasilkan gejala klasik kekurangan insulin :
poliuria, kehausan, polydipsi, kehilangan otot, kehilangan lemak, penurunan
berat badan, polyphagia, kelemahan dan mual. Dan dapat berkembang menjadi
ketoasidosis dengan hiperventilasi dan bahkan koma.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Evaluasi Laboratorium
Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2jamsetelah TTGO.
Pemeriksaan kadar HbA1c
Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
Urine: gula dan aseton positif
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
G. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perluselalu dilakukan sebagai
bagian dari upayapencegahan dan merupakan bagian yang sangatpenting
dari pengelolaan DM secara holistik.Materi edukasi terdiri dari materi
edukasi tingkatawal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakandi Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:
Materi tentang perjalanan penyakit DM.
Makna dan perlunya pengendalian danpemantauan DM secara
berkelanjutan.
Penyulit DM dan risikonya.
Intervensi non-farmakologis danfarmakologis serta target
pengobatan.
Interaksi antara asupan makanan, aktivitasfisik, dan obat
antihiperglikemia oral atauinsulin serta obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah danpemahaman hasil glukosa darah
atau urinmandiri (hanya jika pemantauan glukosadarah mandiri tidak
tersedia).
Mengenal gejala dan penanganan awalhipoglikemia.
Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
Pentingnya perawatan kaki.
Cara mempergunakan fasilitas perawatankesehatan
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakandi Pelayanan Kesehatan
Sekunder dan / atauTersier, yang meliputi:
Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
Pengetahuan mengenai penyulit menahunDM.
Penatalaksanaan DM selama menderitapenyakit lain.
Rencana untuk kegiatan khusus (contoh:olahraga prestasi).
Kondisi khusus yang dihadapi (contoh:hamil, puasa, hari-hari sakit).
Hasil penelitian dan pengetahuan masa kinidan teknologi mutakhir
tentang DM.
Pemeliharaan/perawatan kaki.
Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan
ulkus
maupun neuropati perifer atau peripheral arterial disease (PAD)
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air.
2. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit
terkelupas, kemerahan, atau luka.
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan
5. krim pelembab pada kulit kaki yang kering.
6. Potong kuku secara teratur.
7. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi.
8. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan
pada ujung-ujung jari kaki.
9. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
10. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat
khusus.
11. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi.
12. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk
menghangatkan kaki.
Macrosomia
Hypoglikemia
Hypocalcemia
Hiperbilirubinemia
Shoulder dystocia
2. komplikasi kronis
d. komplikasi lain
Pada pasien diabetes, terutama oleh karena kadar kolesterol dan lipid lain
dalam darah dan sirkulasi yang sangat tinggi, pasien lebih mudah mengalami
arterioskaleorosis, penyakit jantung koroner berat, dan lesi mikrosirkulasi
multipel daripada orang normal. Bahkan pasien diabetes yang tidak di kontrol
dengan baik semasa kanak-kanak cenderung meninggalkarena penyakit jantung
pada usia muda.
Dahulu, pengobatan diabetes cenderung di lakukan dengan mengurangi
karbohidrat dalam diet menjadi sangat rendah sehingga insulin yang di butuhkan
sangat sedikit. Tindakan yang dapat menjaga kadar gula darah agar tidak
meningkat terlalu tinggi dan dapat mengurangi hilangnya glukosadalam urin,
Tetapi tindakan tersebut tidak mencegah timbulnya keadaan abnormal pada
metabolisme lemak. Akibatnya, sekarang ada kecenderungan untuk mengijinkan
pasien menjalani diet dengan kadar karbohidrat yang hampir normal dan di
berikan insulin dengan takaran yang cukup guna metabolisme karbohidratnya.
Tindakan ini menekan kecepatan metabolisme lemak serta mengurangi tinggi
kadar kolesterol darah.
Karena penyakit diabetes- seperti ateroskalerosis, sangat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi, retinopati diabetik, katarak, hipertensi, dan penyakit
ginjal kronik lebih erat hubungannya dengan kadar lipid dalam darah dan kadar
glukosa darah sebagian besar dokter-dokter juga menggunakan obat-obatan
pengurang –lipid untuk membantu mencegah timbulnya gangguan-gsnggusn
tersebut.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler dan neuropati.
Untuk Terapi Pengobatan Diabetes Melitus dilakukan 2 cara yaitu dengan Non
Farmakologi dan Farmakologi. Untuk Farmakologi dibagi kembali menjadi 2 cara
yaitu Dengan Insulin dan Pemberian AntiDiabetik Oral.
B.Saran
Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu
agar Tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan
Segeralah mulai melakukan olahraga kesehatan sebelum menjadi penyandang cacat
akibat penyulit diabetes
Mengikuti semua nasehat dokter, baik dalam melakukan olahraga, mengatur diit
serta dalam cara meminum obat.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Azalia Dkk. 2014. Cara Mudah Belajar Farmakologi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.