Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN PENYAKIT JEVENILE DIABETES

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Meinarisa,M.kep.

KELOMPOK 2:

Eli Susanti

Era Rahayu

Firwan Mutril Gandi

Melda Kartika Sari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT memberikan rahmat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak 2 yang berjudul
“Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan pada anak Juvenile diabetes”. Makalah ini
merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah.
Shalawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita tercinta Rasulullah SAW,
keluarga, para sahabat serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian. Semoga segala bantuan,
dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat bernilai
ibadah disisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis sendiri.

Jambi, 02 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... i

Kata Pengantar....................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................... iii

BAB I.Pendahuluan

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II. Pembahasan

2.1 Definisi DM .................................................................................................... 3


2.2 Etiologi............................................................................................................ 3
2.3 Manifestasi klinis.............................................................................................4
2.4 Patofisiologi dan WOC....................................................................................5
2.5 Komplikasi......................................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan ..............................................................................................8

BAB III. Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian......................................................................................................12
3.2 Analisa Data...................................................................................................14
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................15
3.4 Intervensi........................................................................................................15
3.5 Implementasi dan Evaluasi.............................................................................16

BAB IV. Penutup

4.1 Kesimpulan......................................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup
termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita. (Kyle, T & Carman.
2014)
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada
penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. (Nursalam.
2010)
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin
baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan
relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.
Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. (Nursalam. 2010)
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type
ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan
insulin seumur hidup. (Kyle, T & Carman. 2014)
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Diabetes Mellitus?


2. Bagaimana etiologi dari DM?
3. Apa saja manifestasi klinis dari DM?
4. Bagaimana patofisiologi DM?
5. Apa saja komplikasi yang timbul dari DM?

1
6. Bagaimana saja penatalaksanaan dari DM?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar pembaca dapat memahami pengertian dari Diabetes Mellitus


2. Agar pembaca dapat memahami etiologi dari DM
3. Agar pembaca dapat memahami manifestasi klinis dari DM
4. Agar pembaca dapat memahami bagaimana patofisiologi DM
5. Agar pembaca dapat memahami apa saja komplikasi yang timbul dari DM
6. Agar pembaca dapat memahami bagaimana saja penatalaksanaan dari DM?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian DM
a) Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
b) Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik
progresif, dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin, atau keduanya (Darmono, 2007).
c) Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.(Nursalam. 2010)
d) Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme karbohidrat primer
dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute) dari hormon insulin. (Dona L. Wong,
2009)
e) Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang merupakan
hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga insulin mengalami kekurangan.
(Suriadi. 2010).
f) Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi sebelum umur
15 tahun.( Kyle, T & Carman. 2014)
2.2  Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia
sebelum 15 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ), gangguan ini
ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma
>200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen)  tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko

3
terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada individu yang
memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang
diturunkan secara resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur
kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih
tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah
rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik
dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga,
virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta.
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin.
3. Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.
2.3 Manifestasi Klinis
  

Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak ( diabetes
melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin dengan
kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena
keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik
yang klasik seperti:
a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b. Poliuria, Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1
pada anak.
c. Polidipsia.
d. Poliphagia.
e.  Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan.
f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine.
g.  Ketonemia dan ketonuria, Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine
terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.

4
h. Mata kabur, Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau
kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran ( koma ).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering
didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah
teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun
sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis
insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin
harus dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara
teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau
orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi
kekurangan insulin endogen.
2.4 Patofisiologi
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam
ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio –
dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh
leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri
dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas
ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
5
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah
kapiler.Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta.
Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap
pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam
sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan
dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau
agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B,
kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat
membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini
yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler  berdekatan dan endotel fenestrata kapiler
untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel
mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan
somatostatin .
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa
hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans.  Hormon-hormon
ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu
insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.

6
WOC
Reaksi Autoimun Obesitas, Usia, Genetik

DM Tipe I DM Tipe II
kerusakan sel beta pankreas kerusakan sel beta pankreas

Penurunan produksi
insulin

Insulin tidak terikat Katabolisme protein


Lipolisis meningkat
dengan reseptor meningkat
khusus pada
permukaan sel
Gliserol asam lemak Merangsang
bebas meningkat hipotalamus
Pengambilan glukosa
oleh sel tidak efektif
Aterosklerosis Merasa lapar dan haus

Glukosa menumpuk
dalam darah Makro vaskuler Polidipsi dan polipagi

Kadar glukosa darah


Miokard infark
meningkat
MK :
Ketidakseimbangan
Pengobatan & kontrol MK : Nyeri akut nutrisi kurang dari
tidak teratur kebutuhan tubuh

Kadar glukosa tidak


stabil

GDS= 250 g/dl

MK: resiko
ketidakstabilan kadar
glukosa darah

Kyle, T & Carman. 2014

7
2.5 Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang
beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat
saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi dua
kategori:
a. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa,
dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya.
Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari  80 mg/dl. Hipoglikemi
sering membuat anak emosional, mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan,
dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu fungsi organ dan proses
tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang
diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa
juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang
besar).
 Minum banyak, kencing banyak.
 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan
dalam, serta berbau aseton.
 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma
diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
b. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-
5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
2.6 Penatalaksanan
1. Peamberian Insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan
terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin ini
terutama untuk :

8
a. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
b. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut,
yakni :
1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin).
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin).
3.  Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin).
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
2. Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang
digunakan untuk mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes.
Sebuah pompa insulin terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe) yang berisikan
insulin dan microcomputer yang membantu pasien untuk menentukan berapa banyak
insulin yang diperlukan. Insulin dipompakan melalui selang infus yang terpasang
dengan sebuah tube plastic ramping yang disebut cannula, yang dipasang pada kulit
subkutan perut pasien. Selang infus harus diganti secara teratur setiap minggunya.
Di Indonesia, alat ini masih jarang digunakan walaupun sudah ada distributornya.
Akan tetapi di negara lain seperti Amerika, penggunaan alat ini kini menjadi favorit
pasien diabetes karena keefektifan penggunaanya.
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
 Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari.
 Kadar glukosa darah sering tidak teratur.
 Lelah menggunakan terapi injeksi insulin.
 Ingin mengurangi resiko hipoglikemi.
 Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan.
 Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :

9
1. Mengecek kadar glukosa darah (setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan) untuk
mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa
darah tubuh.
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut
membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur (setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan.
Menurut studi yang dilakukan National Institute of Health selama 10 tahun
terhadap 1000 penderita diabetes melitus tipe 1, didapatkan bahwa penggunaan terapi
insulin yang intensif, seperti contohnya menggunakan pompa insulin, dapat
mengurangi komplikasi diabetes secara efektif.  Studi ini menunjukan bahwa terapi
insulin intensif :
 Mengurangi komplikasi kebutaan 76 %.
 Mengurangi komplikasi amputasi 60 %.
 Mengurangi resiko terkena penyakit ginjal 54 %
Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous
Subcutaneous Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling menyerupai
metode fisiologi tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang dipergunakan dalam
pompa insulin adalah insulin “prandial” (short atau rapid acting insulin), sehingga
dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus” yang diberikan secara intensif
selama 24 jam.
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin.
2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol.
3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia.
4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah.
5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :
1. Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula secara teratur.
2. Pemeriksaan gula darah yang lebih seringMemiliki resiko terkena hiperglikemi
yang dapat mengakibatkan diabetic ketoacidosis yang lebih besar jika tidak
mempergunakan pompa dalam jangka waktu yang lama.

10
3. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
4. Edukasi
             Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan diabetes.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.      Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,dll.
2. Riwayat Keperawatan
a.  Keluhan utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan
berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan
perilaku.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin
lingkungan seperti oleh virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4,
oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita
diabetes melitus. Riwayat kehamilan karena stress saat kehamilan dapat
mencetuskan timbulnya diabetes melitus. Tingkat pengetahuan keluarga tentang
penyakit diabetes melitus. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit
diabetes melitus. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
Koping keluarga dan tingkat kecemasan.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Usia
Tingkat perkembangan
Toleransi / kemampuan memahami tindakan
Koping
Pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

12
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istrahat.
Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi /
disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi
yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
c. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
d. Neurosensori
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi,
stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau
mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
f. Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
g.  Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, Urine encer,
pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi
hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif 
(diare).
h. Integritas Ego
Stress, ansietas.
i. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.

13
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.

3.2 Analisa Data


NO Analisa Data Etiologi Problem
1. Ds : Hiperglikemi Resiko ketidakstabilan
- Klien mengatakan sering kadar glukosa darah
kencing
- Klien mengatakan sering merasa
haus
- Klien mudah lelah dan lemas
- Klien mengatakan ada luka yang
sukar sembuh
Do :
- GDS : 250 gr/dl
- Polipagi, poliuri, dan polidipsi
- Susah mengontrol makanan
- Klien tampak lemas
2. Ds : Agen cidera Nyeri akut
- Klien mengatakan jika ada luka biologis
yang tak kunjung sembuh
- Klien mengatakan kaki kiri
yang luka nyeri
Do :
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 5
- Luka tampak kemerahan
3. Ds : Anoreksia Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan nafsu makan nutrisi kurang dari
meningkat kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan mudah lelah
saat beraktifitas
- Klien sering haus dan BAK
Do :
- Poliuri

14
- Polipagi
- Klien tampak lemas
- BB klien menurun
- Polidipsi
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3.4 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ KH Intervensi
1. Risiko ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan 1. Pantau kadar glukosa
glukosa darah berhubungan tindakan 2x24 jam darah, seperti yang
dengan hiperglikemi diharapkan masalah ditunjukkan
dapat teratasi dengan 2. Kelola insulin, seperti
KH: yang ditentukan
- Dapat mengontrol 3. Dorong asupan cairan
kadar glukosa darah oral
- Dapat mengontrol 4. Berikan cairan IV
stres sesuai kebutuhan
- Dapat 5. Konsultasikan dengan
memanajemen dan dokter jika tanda dan
mencegah penyakit gejala hiperglikemi
semakin parah menetap atau
memburuk
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji kultur yang
dengan agen cidera biologis tindakan 2x24 jam mempengaruhi respon
diharapkan masalah nyeri
dapat teratasi dengan 2. Pilih dan lakukan
KH: penanganan nyeri
- Mampu mengontrol (farmakologi, non
nyeri farmakologi, dan
- Mampu mengenali interpersonal)
nyeri (skala, 3. Ajarkan tentang teknik
intensitas, frekuensi, non farmakologi

15
dan tanda nyeri) 4. Berikan analgetik
- Menyatakan rasa untuk mengurangi
nyaman setelah nyeri nyeri
berkurang 5. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. Kolaborasi dengan
kurang dari kebutuhan tindakan 2x24 jam ahli gizi untuk
tubuh berhubungan dengan diharapkan masalah menentukan jumlah
anoreksia dapat teratasi dengan kalori dan nutrisi yang
KH: dibutuhkan pasien
- Tidak ada tanda-tanda 2. Anjurkan pasien untuk
malnutrisi meningkatkan intake
- Mampu Fe
mengindentifikasi 3. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein
- Tidak terjadi dan vitamin C
penurunan berat 4. Berian makanan yang
badan yang berarti terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
5. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori

3.5 Implementasi dan Evaluasi


No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Risiko ketidakstabilan kadar 1. Memantau kadar glukosa S : Klien
glukosa darah berhubungan darah, seperti yang mengatakan sudah
dengan hiperglikemi ditunjukkan tidak lelah saat
2. Mengelola insulin, beraktifitas, lemah
seperti yang ditentukan berkurang, rasa haus
3. Mendorong asupan dan sering BAK
cairan oral berkurang

16
4. Memberikan cairan IV O : GDS :210 gr/dl
sesuai kebutuhan A : Masalah dan
5. Mengkonsultasikan tujuan teratasi
dengan dokter jika tanda sebagian
dan gejala hiperglikemi P : Intervensi
menetap atau memburuk dilanjutkan dengan
no 1, 2, 4
2. Nyeri akut berhubungan 1. Mengkaji kultur yang S : Klien
dengan agen cidera biologis mempengaruhi respon mengatakan nyeri
nyeri sedikit berkurang
2. Memilih dan lakukan O : Skala nyeri 3
penanganan nyeri A : Masalah dan
(farmakologi, non tujuan teratasi
farmakologi, dan sebagian
interpersonal) P : Intervensi
3. Mengajarkan tentang dilanjutkan dengan
teknik non farmakologi no 2,4,5
4. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
5. Mengkolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
3. Ketidakseimbangan nutrisi 1. Mengkolaborasi dengan S : klien mengatakan
kurang dari kebutuhan ahli gizi untuk sudah mulai mampu
tubuh berhubungan dengan menentukan jumlah mengontrol
anoreksia kalori dan nutrisi yang makanan
dibutuhkan pasien O : BB sedikit
2. Menganjurkan pasien meningkat
untuk meningkatkan A : Masalah dan
intake Fe tujuan teratasi
3. Menganjurkan pasien sebagian
untuk meningkatkan P : Intervensi
protein dan vitamin C dilanjutkan dengan

17
4. Memberikan makanan no 1,3,4
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
5. Memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

18
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup
termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita.
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type
ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan
insulin seumur hidup.
4.2 Saran
Adapun saran bagi pembaca makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Selalu berhati-hati dalam menjaga pola hidup. Sering berolahraga dan istirahat yang
cukup.
b. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terlalu manis karena itu menyebabkan kadar glukosa darah meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Kyle, T & Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan pediatrik Vol. 2 Edisi.2. Jakarta: EGC

19
Nursalam. 2010. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson, J. M. 2016. Diagnosis Keperawatan NIC NOC. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai