Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PLENO KASUS I

Dosen Pembimbing :

Ns.Maulani, M.Kep

Disusun Oleh :

Adho Alif Akbar

Cut Ade Syafitri

Era Rahayu

Lusi Oktaviana Murdian

Melda Kartika Sari

Mita Angriani
Pebri Inka Lestari
Riska Asmidar
Sarah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


YAYASAN STIKES HARAPAN IBU KOTA JAMBI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk dapat menulis dan menyelesaikan makalah pleno kasus.
Makalah Pleno ini dapat kami sajikan berkat kerjasama yang baik dari rekan-rekan
sekelompok dan juga dari semua tim yang tergabung dalam Keperawatan Medikal Bedah III
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan pada kegiatan tutorial serta
dukungan dari semua pihak yang merupakan sumber referensi tersusunnya makalah pleno ini
Kami selaku kelompok II (Dua) mengharapkan agar makalah ini dapat diselesaikan
dengan hasil yang memuaskan dan ditempuh dengan daya upaya semaksimal mungkin. Namun
tidak mustahil masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan, penyajian,
maupun penyampaian. Oleh karena itu, kritik, saran serta komentar yang bersifat membangun
yang disertai dengan arahan dan bimbingan sangat kami harapkan sebagai bahan masukan dan
evaluasi demi kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang
Akhir kata semoga makalah pleno ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak. Aamiin.

Jambi, 1 Oktober 2019

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi……………………………………………


B. Definisi ................................................................................. 6
C. Klasifikasi ................................................................................. 6
D. Etiologi ……......................................................................... 7
E. Patofisiologi................................................................................. 8
F. Manifestasi Klinis........................................................................ 9
G. Penatalaksanaan........................................................................... 10
H. Komplikasi ................................................................................. 12
I. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis......................................... 13
J. Diagnosa Keperawatan Teoritis .................................................. 14
K. Rencana asuhan keperawatan teoritis........................................... 16
L. WOC ................................................................................. 20

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Kasus Pemicu .............................................................................. 21
B. Pengkajian Kasus ………………………………………………. 22
C. Analisa Data.................................................................................. 32
D. NCP Kasus ................................................................................... 33

iii
E. Catatan Perkembangan ................................................................. 36
F. Evaluasi…………………………………………………………………37

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 44
B. Saran .............................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan
mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa
nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak
nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh
emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan
pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan
kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika
Serikat sekitar 25 juta orang pertahun.
Femur merupakan kejadian tertinggi. Berdasarkan observasi peneliti sejumlah pasien
dengan keluhan utama nyeri sering ditemui terutama pada pasien fraktur. Informasi yang didapat
peneliti dari perawat ruangan pada saat itu, untuk mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien
diberikan obat analgetik saja dan tidak pernah diberi kompres dingin oleh perawat untuk

iv
mengatasi nyeri yang dirasakan pasien tersebut. Kompres dingin merupakan salah satu bentuk
tindakan mandiri perawat yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien yang mengalami
nyeri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana anatomi dan fisiologi fraktur?
2.      Apa saja pengertian fraktur?
3.      Apa saja klasifikasi fraktur?
4.      Bagaimana etiologi fraktur?
5.      Bagaimana patofisiologi fraktur?
6.      Bagaimana manifestasi klinis fraktur?
7.      Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur?
8.      Bagaimana penatalaksanaan fraktur?
9.      Bagaimana komplikasi fraktur?
10.  Bagaimana asuhan keperawatan fraktur?
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata perkuliahan Sistem Muskuluskeletal
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui Bagaimana anatomi dan fisiologi fraktur
b.      Untuk mengetahui Apa saja pengertian fraktur
c.       Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi fraktur
d.      Untuk mengetahui Bagaimana etiologi fraktur
e.       Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi fraktur
f.       Untuk mengetahui Bagaimana manifestasi klinis fraktur
g.      Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur
h.      Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan fraktur
i.        Untuk mengetahui Bagaimana komplikasi fraktur
j.        Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan fraktur

D.    Manfaat

v
      Hasil dari pendiskusian makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang fraktur.
.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR


A.      Anatomi dan Fisiologi
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot
menyusun kurang lebih 50% kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal sangat
tergantung pada sistem tubuh lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ
vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat
untuk menyyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh
bergerak. Matriks tulang menyimpan kalsium, fodfor, magnesium, dan fluor. Lebih dari 99%
kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak dalam tulang
menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoesis.
Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas
untuk mempertahankan temperature tubuh. (Brunner & Suddarth, 2002). Tulang terbagi
dalam empat kategori: tulang panjang (mis, femur), tulang pendek (mis, tulang tarsial),

vi
tulang pipih (mis, sternum) dan tulang tidak teratur (mis vertebra). Tulang tersusun oleh
jaringan tulang konselus (trabekular/ spongius) atau kortikel (kompak), tulang panjang
(misal femur berbentuk seperti tungkai/batang panjang dengan ujung yang membalut) ujung
tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang panjang disusun
untuk menyangga berat badan dan gerakan.
Tulang pendek (misal metakarpal ) terdiri dari tulang konselus ditutupi selapis tulang
kompak. Tulang pipih (misal, sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoesis dan
sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang tak teratur (misal, vertebra )
mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya. Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang dan terletak dalam osteon (unit
matrik tulang). Osteoklas adalah sel multi nuklea atau berinti banyak yang berperan dalam
penghancuran dan resorbsi tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang konselus.
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak
medial dan fibula/tulang betis: tibia adalah tulang pipa dengan batang dan dua ujung.
a.       Ujung atas memperlihatkan adanya kondil lateral, kondil lateral memperlihatkan
posterior sebuah faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi fibio-fibular
superior, tuberkel dan fibia ada disebelah depan dengan tepat dibawah kondil-kondil ini,
bagian depan member kaitan kepada tendon dari insersi otot ekstensor kwadrisep.
b.      Batang dalam irisan melintang bentuknya segitiga, sisi anteriornya paling menjulang
dan sepertiga sebelah tengah, terletak subkutan bagian ini membentuk krista tibia.
c.       Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki, tulangnya sedikit dan
kebawah sebelah medial menjulang menjadi maleoulus medial/meleolus tibia. Fibula/ tulang
betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah tulang itu adalah tulang pipa dengan
sebuah batang dan dua ujung.
d.      Ujung atas berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari tibia,
tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.
e.       Batangnya ramping terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyakn kaitan
f.       Ujung bawah sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis/maleolus
fibula (Evelyn Paecce, 2002)

B.     Definisi

vii
a.       Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin
taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya patahan lengkap
dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur
tertutup ( atau sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuhtertembus keadaan ini
disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dn
infeksi (A,Graham,A & Louis, S, 2000).
b.      Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat, 2005).
c.       Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2005).
d.      Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menetukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap ( Price, A dan
L.Wilson, 2006).
e.       Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur dapat
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur (Tambayong, J, 2000).
f.       Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (Oswardi, 2000).

C.      Klasifikasi Fraktur berdasarkan Garis Fraktur


Menurut Garis Fraktur

1. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat.

2. Fraktur inkomplit adalah fraktur yang garis patahnya tidak melalui seluruh penampang
tulang
3. Greenstick fracture adalah jenis fraktur yang mengenai satu korteks dimana korteks
tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum, akan segera sembuh dan segera mengalami
remodelling ke bentuk normal. Bisa dikatakan fraktur ini adalah fraktur yang di mana salah
satu sisi tulang patah sedangkan sisi yang lainnya membengkok.

viii
4. Hair line fraktur adalah Garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan
bentuk tulang.

Menurut Jumlah Dan Garis Patah/Bentuk/Konfigurasi :

1. Fraktur kominutif adalah fraktur yang Lebih dari satu garis fraktur, fragmen tulang pecah,
terpisah-pisah dalam berbagai serpihan.
2. Fraktur segmental adalah Bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu
ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini
perlu terapi bedah
3. Fraktur multipel adalah Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.


1.       Fraktur Transversal adalah fraktur yang arahnya melintang sepanjang garis tengah tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2.       Fraktur Oblik adalah fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang atau dengan garis tengah tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
3.       Fraktur Spiral adalah fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
4.       Fraktur Kompresi adalah fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lainbiasanya terjadi pada tulang belakang.
5.       Fraktur Avulsi adalah fraktur yang diakibatkan karena tertariknya fragmen tulang dan ligamen
atau tendon pada perlekatannya.

Berdasarkan jumlah garis patah.


1.        Fraktur Komunitif adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2.        Fraktur Segmental adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3.        Fraktur Multiple adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.

ix
Menurut, (Sjamsuhidajat,2005) patah tulang dapat dibagi menurut:
1.      Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:
a.       Patah tulang tertutup
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada
klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: 1) Tingkat 0
: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
-          Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
-          Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
-          Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
Sindroma kompartement.
b.      Patah tulang terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka sampai
ketulang yang patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat
ringannya patah tulang.

Tabel Derajat patah tulang Terbuka


Derajat I Laserasi < 2cm Sederhana,dislokasi fragmen minimal
Derajat II Laseri > 2cm, konstusio otot Dislokasi fragmen jelas
di sekitarnya
Derajat III Luka lebar, rusak hebat atau Kominutif, segmental, fragmen tulang
hilangnya jaringan ada yang hilang
disekitarnya

D.    Etiologi
Menurut Oswari E, (2000), penyebab fraktur adalah:
a.       Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b.      Kekerasan tidak langsung

x
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
c.       Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

E.     Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh gangguan adanya gaya dalam
tubuh, yaitu stres, gangguan fisisik,gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung
tulang turun, baik terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengkudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, bisanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka dan tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah
sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah
adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokontraksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi
vaseral. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah
peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer hal ini akan meningkatkan
tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit
membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga

xi
dilepaskan di dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-
endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Subtansi ini berdampak besar
pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini,
mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah di dalam sistem vena sistemik. Cara yang paling efektif untuk
memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan perfusi dan oksigen tidak adekuat tidak
mendapat substrat esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan
produksi energi. Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme
anaerobik, hal mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis
metabolik. Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosin triphosphat) tidak memadai, maka membran sel tidak dapat lagi mempertahankan
integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam jaringan
lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan
sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi
sebagai jala-jala untuk melakukan aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuah fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodoling untuk membentuk tulang sejati.

F. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak.
2. Nyeri Pembengkakan.
3. terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi
pada orang tua, penganiyaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma olahraga)
4. gangguan fungsi anggota gerak
5. deformitas
6. krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain,

G. Penatalaksanaan

xii
Prinsip penanganan fraktur meliputi:
1. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikkan fragmen tulang ke posisinya (ujung-
ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah,
nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan
tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.

H. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:
1.Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement,
kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis. a. SyokSyok hipovolemik atau traumatic, akibat
perdarahan (banyak kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias
menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak,
dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra. b. Sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi frakturglobula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh
reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak
pada aliran darah. c. Sindroma KompartementMerupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisadisebabkan
karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena
edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera
remuk). d. Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma biasditandai denagan tidak ada nadi,
CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi,
dan pembedahan.

xiii
19e. Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti
pin dan plat. f. Avaskuler nekrosis Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya
Volkman’sIschemia(Smeltzerdan Bare,2001). 2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut
fraktur antara lain: mal union, delayed union, dan non union. a. MalunionMalunion dalam suatu
keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion
merupaka penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan
bentuk(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. b.
Delayed Union Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan fraktur
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan suplai darah ke tulang. c. NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur
berkonsolidasidan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk
sendi palsu atau pseuardoarthrosis.
20Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang(Pricedan Wilson, 2006).

I. Konsep asuhan keperawatan teoritis


 Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yangdiberikan secara langsung kepada klien /pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat

xiv
keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif
klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
berdasarkan pengertian diatas maka dapatdisimpulkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
J. Diagnosa keperawatan teoritis
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga statuskesehatan menurunkan,membatasi,mencegah dan merubah
(Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan:1)Actual : menjelaskan masalah nyata saat
ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.2)Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata
akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi.3)Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya
data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.4)Wellness : keputusan
klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera
tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko
tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi.

K. rencana asuhan keperawatan teoritis


Rencana keperawatanSemua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994).Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,
semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten.Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat

xv
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien
jangka panjang

L.WOC

xvi
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus Pemicu
Seorang laki-laki umur 45 tahun dirawat di ruang Bedah dengan keluhan nyeri pada
kaki kiri bila digerakkan, skala nyeri 7. Sebelumnya pasien terjatuh dari pohon kelapa,
pasien mengatakan kaki semakin nyeri bila digerakkan namun bergerak dengan istirahat.
Hasil pemeriksaan fisik deformitas (+), terlihat perbedaan panjang kaki kiri dengan kaki
kanan yang sehat, edema pada kaki kiri (+), tidak terdapat luka, teraba hangat pada
daerah sekitar kaki kiri, nyeri tekan (+), krepitasi (+), terdapat keterbatasan gerak. Hasil
pemeriksaan rontgen : closed fraktur tibia fibula sepertiga distal sinistra, pasien
mendapatkan terapi ketorolac 2 x 0,5 mg/KgBB. Dilakukan pemasangan bidai melewati 2
sendi dan diistirahatkan. Pasien di rencanakan dilakukan ORIF.

B. Pengkajian Kasus
1. Identitas
a. Klien
Nama Klien : Tn. A
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh bangunan
Alamat : Jl. Pandan No. 37 Telanai pura
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. C

xvii
Umur : 40 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Bahasa Yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Pandan No. 37 Telanai pura
Hubungan Dengan klien : Istri
c. Tanggal Masuk Rumah Sakit
Tanggal Masuk : 20 September 2019
Tanggal Pengkajian : 21 September 2019

d. Data Medik
Diagnosa medik
1) Saat masuk : Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri bila
digerakkan, sebelumnya klien terjatuh dari pohon kelapa
2) Saat Pengkajian : klien mengatakan kaki semakin nyeri bila
digerakkan namun, berkurang dengan istirahat.
e. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada kaki kiri bila digerakkan,
sebelumnya klien terjatuh dari pohon kelapa.
f. Riwayat Kesehatan Sekarang
pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh kaki semakin nyeri bila digerakkan
namu berkurang dengan istirahat. Hasil pemeriksaan fisik deformitas (+), terlihat
perbedaan panjang kaki kiri dengan kaki kanan yang sehat, edema pada kaki kiri (+),
tidak terdapat luka, teraba hangat pada daerah sekitar kiri, nyeri tekan (+), krepitasi
(+), terdapat keterbatasan gerak.
g. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita: sebelumnya belum pernah mengalami fraktur
2) Pernah dirawat : klien belum pernah dirawat dirumah sakit
3) Pernah dioperasi : Tidak

xviii
4) Alergi terhadap makanan, obat, dll : Tidak
5) Kebiasan merokok, alcohol, dan obat-obatan : klien memiliki kebiasaan merokok,
namun tidak memiliki kebiasaan minum alcohol dan obat-obatan.
h. Riwayat kesehatan keluarga
1) Susunan anggota keluarga

Keterangan

: Laki-laki :Penderita

2) Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : Tidak ada


: Perempuan : Tinggal di 1 rumah
3) Kesehatan orangtua (jika yang sakit anak) : Tidak ada
4) Saudara kandung : Tidak ada
5) Hubungan keluarga dengan klien : Baik
6) Anggota keluarga lain yang tinggal serumah : Istri dan anak klien.

i. Kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi – Cairan
a) Keadaan sebelum sakit
(1) Nafsu makan : baik
(2) Mual : Tidak ada

xix
(3) Muntah : Tidak ada
(4) Frekuensi makan : 3X sehari
(5) Jumlah makanan yang masuk : Satu porsi
(6) Makanan pantang : Tidak ada
(7) Jenis makanan yang biasa dikonsumsi : Makanan segar
(8) Ketaatan terhadap diet tertentu : Tidak ada
(9) Flutuasi berat badan 6 bulan terakhir : 50 Kg
(10) Jumlah minum/24 jam : 1500cc/24 jam
(11) Jenis minuman : Air mineral
(12) Sumber air minum : Air sumur
(13) Keluhan makan dan minum : Tidak ada
b) Keadaan sejak sakit
(1) Napsu makan : Normal
(2) Frekuensi makan : 3x / hari
(3) Jumlah makan yang masuk : ½ porsi
(4) Ketaatan terhadap diet tertentu : klien disarankan untuk mengurangi
mengkonsumsi glukosa.
(5) Mual/enek : tidak ada
(6) Nyeri ulu hati : tidak ada
(7) Jumlah minum/24 jam : 1200cc/24 jam
(8) Jenis minum : Air mineral
2. Eliminasi
a) Keadaan sebelum sakit
(1) Frekuensi BAB/24 jam : 2x/hari
(2) Warna : Kuning kecoklatan
(3) Bau : khas
(4) Konsistensi : Lembek
(5) Keluhan BAB : Tidak ada
(6) Frekuensi BAK/24 jam : 2x/hari
(7) Warna urine : Kuning keruh
(8) Bau urin : khas

xx
(9) Keluhan BAK : Tidak ada
2) Keadaan sejak sakit
(1) Frekuensi BAB/24 jam :1x/hari
(2) Waktu BAB : pagi hari
(3) Warna feses : coklat kekuningan
(4) Konsistensi : Padat
(5) Bentuk feses : Padat
(6) Keluhan BAB : Poliuri
(7) Frekuensi BAK/24 jam : 7-8x/ hari
(8) Warna Urine : Kuning
(9) Volume Urine : 800 cc/24 jam
j. Data Psikologis
Klien tidak tau tentang penyakit yang dialaminya.
k. Data Sosial
Pasien tinggal di Jl. Pandan No. 37 telanai pura Jambi,pasien memiliki
hubungan baik dengan keluarga,kerabat dan perawat, pasien menganut adat istiadat
melayu.
l. Data Spritual
Pasien menganut agama islam ,menurut pasien agama sangat penting dan ia
selalu berdoa untuk kesembuhan nya. Klien tidak melaksanakan kegiatan keagamaan
selama di rawat di karenakan luka yang di deritanya menyebabkan klien sulit
bergerak dan beraktivitas.
m. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan sakit : klien tampak sakit sedang.
2) Tanda – tanda vital
a) Kesadaran
(1) Kualitatif : Komposmentis
(2) Kuantitatif : Respon motorik :6

: Respon Bicara :5

: Respon membuka mata :4

xxi
b) Tekanan darah : 110/80 mmHg
c) MAP : 90 mmHg
d) Nadi : 89 x/menit
e) Suhu : 38 °c
f) RR : 25 x/menit
3) Antropometri
a) Lingkar lengan atas : 28 cm
b) TB : 165 cm
c) BB : 40 kg
d) IMT : 14,70kg/m²(Gol.underweigt)
4) Kepala
a) Bentuk kepala : simetri
b) Warna rambut : hitam
c) Keadaan rambut : tumbuh subur
d) Kulit kepala : Bersih
5) Mata/penglihatan
tidak ada masalah pada penglihatan klien
6) Hidung/Penciuman
a) Stuktur luar
Bentuk : Mancung
Kesimetrisan : Simetris
b) Struktur dalam : Warna : merah muda
c) Fungsi penciuman : Normal
d) Perdarahan : Tidak ada
7) Telinga/pendengaran
a) Warna : Sawo matang
b) Lesi : Tidak ada
c) Cerumen : Tidak tampak
d) Membran timfani : Normal
e) Fungsi pendengaran : Normal
f) Nyeri : Tidak ada

xxii
g) Alat bantu : Tidak ada
h) Keseimbangan : Normal
8) Mulut / pengecapan
a) Bibir
Warna : Putih pucat
Kesimetrisan : Simetris
Kelembaban : Kering
Kondisi : Pucat
b) Mukosa mulut : kering
c) Gigi : lengkap
Kebersihan : sedikit kekuning-kuningan
Kelengkapan : lengkap
d) Gigi palsu : Tidak ada
e) Keadaan gusi : merah muda
f) Keadaan lidah : Baik
g) Peradangan : Tidak ada
h) Fungsi mengunyah : Normal
i) Fungsi mengecap : Normal
j) Fungsi bicara : Normal
k) Bau mulut : Khas
9) Leher
a) Kaku kuduk : Tidak ada
b) Sulit menelan : Tidak ada
c) Defiasi Trakea : Tidak ada
d) JVP : Tidak ada

10) Dada/ pernapasan


a) Inspeksi : bentuk dada simetris
b) Palpasi : tidak ada lesi atau benjolan pada
dada.
c) Perkusi : sonor

xxiii
d) Auskultasi : vesikuler +/+
11) Kardiovaskuler /sirkulasi
a) Inpeksi : tidak tampak pembesaran jantung
b) Palpasi : tidak teraba pembesaran jantung,
ictus cordis teraba pada ICS ke5
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambahan
(BJ 1 dan 2 lup-dup)

12) Ekstremitas
Ekstremitas sebelah kiri terasa nyeri, tidak terdapat ulkus,teraba hangat
pada kaki kiri, nyeri tekan (+), terdapat keterbatasan gerak.

13)Pemeriksaan Penunjang

-Hasil pemeriksaan rontgen: closed fraktur tibia fibula sepertiga distal sinistra

14)Terapi
a) Terapi Obat :
-terapi ceterolax 2X0,5 mg/KgBB

C. Analisa Data

BAB 4
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 21 september 2019 didapatkan
bahwa klien mengeluh nyeri pada kaki kiri bila digerakkan, skala nyeri 7, Sebelumnya
pasien terjatuh dari pohon kelapa, pasien mengatakan kaki semakin nyeri bila digerakkan
namun bergerak dengan istirahat. Hasil pemeriksaan fisik deformitas (+), terlihat perbedaan
panjang kaki kiri dengan kaki kanan yang sehat, edema pada kaki kiri (+), tidak terdapat
luka, teraba hangat pada daerah sekitar kaki kiri, nyeri tekan (+), krepitasi (+), terdapat

xxiv
keterbatasan gerak. Hasil pemeriksaan rontgen : closed fraktur tibia fibula sepertiga distal
sinistra, pasien mendapatkan terapi ketorolac 2 x 0,5 mg/KgBB. Dilakukan pemasangan
bidai melewati 2 sendi dan diistirahatkan. Pasien di rencanakan dilakukan ORIF.
Pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran klien composmentis dengan
TD:110/80mmhg, N:89x/menit, RR: 25x/menit, S:38oc, Konjungtiva anemis, mukosa bibir
klien tampak kering dan pucat.

B. Diagnosa
Pada kasus klien mengalami tiga masalah keperawatan. Yang dimana didapatkan
masalah keperawatan nyeri akut b/d agen cedera fisik,

Yang menjadi pembeda antara kasus pemicu dan teoritis yaitu diteoritis terdapat
diagnosa intoleransi aktivitas dan gangguan integritas kulit. Tidak ditegakkan pada kasus
dikarenakan data yang tidak menunjang untuk menegakkan diagnosa-diagnosa tersebut.
Untuk intoleransi aktivitas tidak ditegakkan karena klien hanya di tempat tidur dan tidak
melakukan aktivitas seperti biasa (bekerja). Dan untuk diagnosa gangguan integritas kulit
tidak ditegakkan karena untuk perawatan luka/kulit sudah di lakukan di diagnosa resiko
infeksi untuk mencegah infeksi terjadi.

C. Intervensi
Diagnosa yang muncul selanjutnya disusun prioritas berdasarkan kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow. Setelah diprioritaskan kemudian disusun rencana keparawatan
yang mengacu kepada teori yang ada, namun disesuaikan dengan kondisi pasien serta sarana
dan prasarana yang ada. Rencana yang disusun untuk masing-masing diagnosa sebanyak 4-8
rencana.

Ada beberapa rencana yang ada pada teori tetapi tidak diangkat pada kasus karena
disesuaikan dengan kondisi pasien serta sarana dan prasarana yang ada.

D. Implementasi
Pada tahap implementasi hampir semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai
dengan intervensi yang direncanakan. Tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan pada

xxv
diagnosa pertama adalah mengkaji nyeri secara komprehensif, mengukur TTV, dan
mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.

Dari ketiga diagnosa tersebut semua intervensi dapat dilaksanakan sesuai yang telah
direncanakan. Walaupun ketika dievaluasi masih terdapat masalah keperawatan yang belum
teratasi.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari diagnosa keperawatan yang telah
ditegakkan, dan implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan didapatkan hasil yang dicantumkan kedalam evaluasi masih terdapat beberapa
intervensi yang harus dilanjutkan guna pemantauan yang berkesinambungan terhadap
komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.

BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. A, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut : Pada pengkajian didapatkan bahwa klien mengalami tiga
masalah keperawatan yakni nyeri akut b/d agen cedera fisik, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin dan penurunan asupan oral serta
resiko infeksi b/d luka diabetic.
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dilakukan secara intensif dan
terpadu. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan disusun berdasarkan teori Maslow
yang disesuaikan dengan situasi dengan kondisi rumah sakit. Prioritas intervensi dilakukan
berdasarkan kebutuhan dasar manusia.

xxvi
Evaluasi dilakukan terhadap tiga diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. Dari
ketiga diagnose yang ditegakkan belum ada yang teratasi karena penyakit yang dialami oleh
klien merupakan penyakit yang dapat disembuhkan secara bertahap
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknyaa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Penyakit fraktur dengan
mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
2. Bagi Akademik
Diharapkan kepada lembaga institusi kesehatan khususnya Sekolah Tinggi
Harapan Ibu (STIKES-HI) Jambi dapat memberikan bimbingan secara terus-menerus
kepada para Mahasiswa yang melakukan penulisan ilmiah/karya tulis mengenai
diabetes mellitus sehingga para mahasiswa dapat lebih terarah/terfokus dalam mencapai
sasaran penulisan yang diinginkan.

xxvii

Anda mungkin juga menyukai