Anda di halaman 1dari 38

i

LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI


PADA PASIEN FROZEN SHOULDER SINISTRA
DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Diajukan oleh :

1. Annisa Julia Murjiantami P27226017 108


2. Siti Hufita P27226017 145
3. Laimunal Fitri WKS P27226017 180
4. Lintang Fiorentina DP P27226017 181
5. Pico Ardiansyah P27226017 187
6. Putri Pramudya P27226017 189

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

2020

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

FROZEN SHOULDER SINISTRA

Telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing

pada tanggal..................................

Menyetujui,

Pembimbing

....................................

NIP................................

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,


Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan
dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah presentasi kasus ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya,
serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah


penatalaksanaan fisioterapi tentang “penatalaksanaan fisioterapi pada frozen
shoulder sinistra”. Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena


keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa Fisioterapi untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih


terdapat kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 24 September 2020

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i

Kata Pengantar ………………………………………………………………... ii

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

A. Anatomi Fungsional ..................................................................... 5


B. Frozen shoulder ............................................................................ 12
C. Fisioterapi pada frozen shoulder................................................... 16

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS ................................................. 18

A. Anamesis ...................................................................................... 18
B. Identitas pasien ............................................................................. 19
C. Data Medis .................................................................................... 19
D. Pemeriksaan Subyektif.................................................................. 20
E. Pemeriksaan Obyektif................................................................... 21
F. Under lying ................................................................................... 27
G. Diagnosis Fisioterapi .................................................................... 28

H. Program Fisioterapi ...................................................................... 28

I. Rencana Evaluasi ........................................................................ 29

J. Prognosis ..................................................................................... 29

iv
v

K. Pelaksanaan Terapi ...................................................................... 30

L. Evaluasi dan Tindak Lanjut …………………………………… 31

M.Hasil Terapi Akhir ........................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut

untuk lebih aktif agar dapat memenuhi tuntutan perkembangan berbagai macam

aktivitas dilakukan. Aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari gerak baik gerak

yang disadari maupun tidak disadari.

Nyeri bahu adalah rasa sakit yang timbul di atau sekitar bahu. Nyeri bahu

dapat berasal dari sendi itu sendiri, atau dari salah satu bagian otot, ligamen atau

tendon yang membentuk struktur bahu. Nyeri bahu biasanya memburuk dengan

aktivitas atau gerakan lengan atau bahu. Nyeri bahu biasanya timbul akibat

overuse atau penggunaan bahu yang melampaui batas. Hal ini identik dengan

orang yang memiliki pekerjaan berat serta orang yang berolahraga.

SIS adalah suatu keadaan dimana terjadi kompresi pada struktur yang

berada di dalam ruang sub akromialis yaitu rotator cuff, tendon bisep kaput 13

longum dan bursa sub akromialis.

Kita sering menjumpai individu dengan keluhan nyeri pada bagian bahu.

Hal ini menyebabkan individu mengalamai kesulitan melakukan aktivitas

fungsional lengan seperti mengangkat lengan, menggerakan lengan ke belakang

punggung dan pada umumnya hidup dengan bantuan orang lain.

1
2

Meskipun bertujuan untuk mempunyai tubuh yang bugar dan sehat,

olahraga ini sering menimbulkan masalah khususnya pada bahu dan sendi lainya.

Gerakan angkat beban seperti bench press, overhead press, pectoral fly dan

gerakan yang membuat tekanan berat pada bahu dapat menyebabkan nyeri bahu. 2

Sebuah studi di United Kingdom menemukan bahwa setiap tahun, paling tidak 1%

dari total populasi pergi ke dokter dengan keluhan nyeri bahu. 3 Penelitian lain di

United Kingdom menunjukan bahwa dari semua pasien yang menderita nyeri

bahu, 43.8% merupakan atlit sehingga hal ini menunjukan bahwa olahraga sangat

berperan dalam timbulnya nyeri bahu.4 Di Indonesia sendiri, menurut DEPKES

tahun 2005 menyebutkan gangguan kesehatan akibat pekerjaan dialami oleh

40,5% pekerja dan 16% diantaranya mengalami gangguan otot rangka termasuk

bahu.

Ada banyak penyebab tersering nyeri bahu yang bisa dialami saat

berolahraga antara lain rotator cuff tendinitis/ bursitis, shoulder impingement

syndrome, acromioclavicular/ distalclavicular osteolysis, dan dislokasi bahu.

Rotator cuff tendinitis dan bursitis adalah peradangan pada tendon/ bursa di bahu.

Peradangan ini dapat disebabkan oleh penggunaan bahu berulang dan mengangkat

benda yang berat. Hal ini menyebabkan peningkatan gesekan antar jaringan yang

menyebabkan peradangan. Sebuah studi di perancis menemukan bahwa

prevalensi terbanyak adalah pada pria dengan tingkat aktivitas fisik yang berat.

Shoulder impingement syndrome adalah suatu keadaan dimana terjadi

tumbukan antar tendon pada bahu yang menyebabkan nyeri dan menghalangi

penderita untuk menggapai punggung dan nyeri ketika mengangkat tangan keatas.
3

Tumbukan antar tendon atau bursa tersebut berkaitan dengan aktivitas bahu yang

berlebihan. SIS adalah suatu keadaan dimana terjadi kompresi pada struktur yang

berada di dalam ruang sub akromialis yaitu rotator cuff, tendon bisep kaput 13

longum dan bursa sub akromialis.

Fisioterapi berperan dalam hal mengurangi nyeri, meningkatkan lgs, dan

aktivitas fungsional pada kasus ini. Pendekatan fisioterapi pada kasus ini yaitu

termasuk manual terapi, elektroterapi, akupuntur, dan terapi latihan. Dengan

modalitas tersebut diharapkan tercapainya tujuan utama jangka pangjang untuk

meningkatkan aktivitas fungsional bahu seperti sedia kala.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh dari pemberian IR dan TENS terhadap nyeri pada

shoulder?

2. Apakah Terapi Manual berpengaruh terhadap peningkatan LGS pada

shoulder?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh dari pemberian IR dan TENS terhadap nyeri

pada shoulder.

2. Untuk mengetahui pengaruh Terapi Manual terhadap peningkatan LGS pada

shoulder.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi:

1. Peneliti
4

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu

bagi peneliti, membuktikan kebenaran dari suatu teori khususnya tentang

metode IR, TENS, dan Terapi Manual terhadap pasien frozen shoulder..

2. Institusi Pendidikan

Manfaat penelitian ini diharapkan membawa manfaat untuk institusi yaitu

menambah wacana modalitas fisioterapi, menambah wawasan dan ilmu yang

bisa disebarkan ke masyarakat luas.

3. Profesi

Sebagai informasi tentang cara penanganan frozen shoulder dengan modalitas

IR, TENS, Terapi Manual.

4. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya

mahasiswa untuk selalu rutin berolahraga. Dan juga sebagai sarana edukasi

masyarakat awam tentang cara mencegah dan menangani kasus frozen

shoulder.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Bahu

Anatomi Bahu terdiri dari tulang, sendi, ligamen, jaringan otot, dan

biomekanik. Tulang scapula tulang berbentuk pipih yang terletak pada aspek

dorsal thoraks dan mempunyai tiga proyeksi menonjol ke tulang belakang,

akromion, dan coracoid. Scapula sebagai tempat melekat beberapa otot yang

berfungsi menggerakkan bahu secara kompleks. Empat otot rotator cuff yang

berorigo pada skapula. Otot-otot tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, teres

minor dan subskapularis. Clavicula Tulang berbentuk “S” yang terhubung dengan

scapula pada sisi lateral dan manubrium pada sisi medial. Menahan scapula untuk

mencegah tulang humerus bergeser berlebih. Humerus Terdiri dari caput humeri

yang membuat persendian dengan rongga glenoidalis scapula. Terdapat

tuberositas mayor dibagian luar dan tuberositas minor dibagian dalam. Diantara

keduatuberositas terdapat sulcus intertubercularis. Pada os humerus juga terdapat

tuberositas deltoid sebagi tempat melekatnya insertio otot deltoid. Pada bagian

distal humerus terdapat epikondilus lateral dan medial.


6

Gambar 1. Tulang pembentuk

tulang

Sendi Sternoclavicular merupakan sendi sinovial yang menghubungkan

ujung meidal clavicula dengan sternum dan tulang rusuk pertama. Sendi ini

memiliki fungsi dalam membantu pergerakkan gelang bahu. Sendi

cromioclavicular menghubungkan scapula da clavicula. Permukaan dari sendi

clavicularis merupakan cekung yang terletak di acromion. Sendi Glenohumeral,

jenis sendi ball and socket dimana caput humeri yang berbentuk seperti bola

bersendi dengan cavitas glenoidalis yang merupakan bagian dari os scapula. Sendi

ini merupakan sendi paling mobile, namun salah satu sendi yang kurang stabil.

Scapulathoracic Articulation Tidak bisa dikatakan murni salah satu

persendian. Scapula dan thorak tidak memiliki titik fiksasi. Scapulathoraci

articulation tidak bergerak namun fleksibel terhadap gerakan tubuh .


7

Gambar 2. Sendi Penyusun Bahu

Ligamen Glenohumeral ligamen, memperkuat bagian anterior dari kapsul.

Bukan merupakan fungsi ligamen yang baik tapi merupakan lipit lipatan kapsul.

Gambar 3. Glenohumeral ligamen anterior

Coracohumeral Ligamen Menempel dari sisi lateral prosesus coracoid dan

mencakup tuberkulum mayor. Memperkuat bagian atas kapsul sendi.

Gambar 4. Coracohumeral Ligament


8

Glenoid labrum adalah sebuah cincin yang tersusun dari jaringan fibrosa

yang padat. Kedalamannya rata-rata 2.5 mm, tapi labrum dapat menambah

kedalaman rongga artikular. Walaupun labrum meningkatkan kedalaman dan

volume dari fossa glenoid, tetapi ini tidak meningkatkan stabilitas dari sendi

glenohumeralsabuk fibrosa yang mengelilingi tepi fossa glenoid.

Gambar 5. Glenoid Labrum

Otot Otot pembentuk pada shoulder joint sebagi berikut:

1. M. Pectoralis Major

Origo: Medial clavicula ketiga. Sternum, costal cartilago ribs keenam

Insertio: Sulcus intertubercularis lateral Fungsi : Fleksi shoulder sampai

60ᵒ, adduksi bahu dan rotasi internal humerus.

Gambar 6. M. Pectoralis Major


9

2. M. Deltoideus

Origo : Anterior : Sepertiga antero lateral clavicula. Medial: Lateral

Acromion Posterior: Inferior spina scapula

Insertio : Tuberositas humerus

Fungsi: Anterior : Fleksi, abduksi, rotasi internal humerus. Medial:

Abduksi humerus Posterior: Ekstensi, abduksi, rotasi ekternal humerus

Gambar 7. M. Deltoideus

3. M. Latisimus Dorsi

Origo : Prosesus spinosus dari T7-L5 via dorsolumbar fascia, posterior

sacrum, illium.

Insertio : Medial inter tuberositas humerus.

Fungsi : Ekstensi, abduksi, internal rotasi humerus


10

Gambar 8. M. Latisimus Dosrsi

4. M. Seratus Anterior

Origo : Upper costae 1-9

Insertio : Anterior medial scapula

Fungsi : Protaksi dan upward scapula

Gambar 9. M. Seratus Anterior

5. M. Levator Scapula

Origo : Prosesus tranversus C1-C4

Insertio : Medial atas spina scapula

Fungsi : Elevasi

6. M. Subscapularis

Origo : Fossa subscapularis scapula

Insertio : Tuberculus humeri.

Fungsi : Medial rotasi


11

1. Gerakan arthokinematika

Pada sendi glenohumeral gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi

terjadi karena rolling dan sliding caput humerus pada fossa glenoid. Arah slide

berlawana arah dengan shaft humerus. Pada gerakkan fleksi shoulder caput

humerus slide ke arah posterior dan inferior, pada gerakan ekstensi slide ke arah

anterior dan superior.

2. Gerakan osteokinematika

Gerakan fleksi yaitu pada bidang sagital dengan axis pusat caput humeri.

Otot penggerak utama adalah m.deltoid anterior dan m. Supraspinatus rentang 0 –

90 derajat , untuk rentang 90 -180 derajat dibantu oleh m. Pectoralis mayor, m.

Corachobracialis dan m. Biceps brachii. Gerakan ekstensi yaitu gerakan pada

bidang sagital menjahui posisi anatomis. Otot penggerak utama adalah m.

Latissimus dorsi dan m. teres mayor. Sedangkan pada gerakan hiper ekstensi,

fungsi m. Teres mayor digantikan m. Deltoid posterior. Gerakan abduksi yaitu

gerakan menjahui midline tubuh. Bergerak pada bidang frontal. Otot penggerak

utama m. Pectoralis mayor dan m. Latissimus dorsi. Gerakkan adduksi yaitu

gerakkan lengan ke medial mendekati midline tubuh. Otot penggerak utama m.

Pectoralis mayor, m. Teres mayor, m. Latissimus dorsi.


12

Gerakan rotasi internal dengan arah gerakan searah axis longitudinal yang

mendekati midline tubuh. Oto penggerak utama m. Subscapularis, m. pectoralis

mayor, m. teres mayor, m. latissimus dorsi, m. Deltoid anterior. Gerakkan rotasi

ekternal adalah gerakan rotasi lengan searah axis longitudinal yang menjahui

midline tubuh. Otot penggerak utama m. Infraspinatus, m. Teres minor, m.

Deltoid posterior.

3. Fisiologi Bahu

Ketidak stabilan bahu sering menyebabkan cedera karena pada

glenohumeral caput humerus berartikulasi dengan glenoid relatif datar. Maka

gerakan bahu harus memperhatikan posisi caput humerus terhadap glenoid.

Stabilitas dinamis dari rotator cuff yaitu m. Supraspinatus, m. Infraspinatus, m.

Teres minor, m. Subscapularis sebagai kontrol posisi untuk menjaga perpidahan

berlebih caput humerus.

B. Nyeri bahu

Nyeri bahu adalah rasa nyeri yang terdapat pada bahu dengan beberapa

faktor yang dapat menyebabkan nyeri pada bahu. Faktor – faktor tersebut seperti

penggunaan bahu yang berlebihan, cidera saraf, dislokasi/fraktur, ketidak stabilan

sendi, dan adanya spasme pada otot – otot sekitar bahu. Sendi bahu atau lebih

tepatnya shoulder girdle terdiri atas empat sendi yang bergerak secara sinkron dan

masing-masing sendi berperan satu sama lainnya apabila terjadi disabilitas yang

terjadi akibat impairment pada sendi yang terlibat. Gerakan ritmis lengan

melewati rongga dada memerlukan koordinasi dari otot dan stabilitas dari
13

kombinasi struktur otot dan ligamen. Keluhan umum yang dirasakan pasien

adalah nyeri pada bahu disertai keterbatasan luas gerak sendi/kekakuan baik aktif

maupun pasif, terutama pada malam hari. Subacromial impingement syndrome

(SIS) adalah nyeri yang disebabkan oleh penekanan dari tendon otot supraspinatus

diantara akromion dan tuberositas humerus. Nyeri pada SIS menyebabkan

penurunan aktivitas fungsional bahu.

Disabilitas sendi bahu akibat tendinitis supraspinatus adalah adanya

gangguan ataupun keterbatasan sendi bahu dalam melakukan gerakan dan

fungsinya akibat radang pada tendon supraspinatus. Sehingga aktifitas yang

melibatkan kerja otot supraspinatus menjadi terganggu diantaranya adalah

aktifitas saat menyisir rambut, menggantungkan baju, meletakan buku di rak yang

tinggi, memakai kaos, dan lain-lain. Gangguan dalam melakukan aktivitas sendi

bahu inilah yang menimbulakan disabilitas pada sendi bahu.

SIS adalah suatu keadaan dimana terjadi kompresi pada struktur yang

berada di dalam ruang sub akromialis yaitu rotator cuff, tendon bisep kaput 13

longum dan bursa sub akromialis. Ketika humerus berada pada posisi abduksi 90˚

dan internal rotasi 45˚ terjadi penyempitan di ruang sub akromialis dan

mengakibatkan tendon supraspinatus terjepit sehingga terjadinya inflamasi. SIS

sering dijumpai pada orang dewasa, masalah ini seringkali dipengaruhi oleh faktor

aktivitas dengan pembebanan yang berulang. SIS juga di hubungkan dengan

beberapa jenis olahraga. Diantaranya adalah renang, golf bola voli, badminton,

bola basket, tennis, kriket baseball, dan lain-lain. Dari survey kepada 372 atlit di

Belanda yang sebagian besar menggunakan ekstremitas atas, 43,8% dilaporkan


14

menderita nyeri bahu, dan 54% nya sudah menderita sejak lebih dari 3 tahun.

Selain itu, dari 137 perenang di Amerika 42% diantaranya juga menderita

Shoulder Impingement.

Impingement shoulder banyak terjadi pada usia remaja dewasa. Hal inI

disebabkan dari aktivitas yang banyak menggunakan otot-otot rotator cuff.

Sedangkan penelitian sebelumnya banyak meneliti kasus Impingement Shoulder

yang disebabkan akibat dari direct trauma pada shoulder serta dikarenakan proses

degeneratif atau pada atlet. Ciri khas nyeri dari impingement syndrome adalah

nyeri dari perubahan pergerakan bahu yang dirasakan antara 60˚-120˚ atau painful

arc. Biasanya kondisi ini juga ditandai dengan nyeri dimalam hari ketika tidur

pada posisi tertekannya pada bahu yang bermasalah.

C. Program fisioterapi pada Frozen Shoulder

1. Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS)

TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang

sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang

berbagai tipe nyeri. Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara

peningkatan vaskularisasi pada jaringan yang rusak tersebut , maupun melalui

normalisasi saraf pada level spinal maupun supra spinal, sehingga dengan

berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan yang lebih ringan. Efek TENS

terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan meningkatkan


15

sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of reflex” yang pada

akhirnya dapat meningkatkan LGS. Pengaplikasiannya adalah posisi pasien tidur

terlentang diatas bed. Kemudian pasangakan pada titik nyeri pasien dengan dosis :

- Phase duration: 400ms - Frequensi modulation: 35 Hz

- Frequency: 100 Hz - Modulasi program: 6/6

- Time: 15 menit - CC

2. Infra merah (IR)

Infrared adalah salah satu modalitas electrotherapy yang menghasilkan

energy elektromagnetik pada jaringan tubuh yang menimbulkan efek thermal.

Dengan adanya factor thermal maka akan menimbulkan efek relaks pada jaringan

tubuh. Terjadinya peningkatan temperature akan meningkatkan aktivitas

metabolism, sehingga terjadi penurunan viskositas cairan dilatasi arteriole dan

kapiler, dan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran kapiler dan meningkatkan

tekanan hidrostatik kapiler, sehingga menambah tingkat pertukaran cairan dan

meningkatkan reabsosorbsi eksudet. Dengan demikian proses sirkulasi menjadi

lebih baik, ,maka pemberian nutrisi dan oksigen ke jaringan meningkat. Sel darah

putih dan antibody akan meningkat didalam jaringan tersebut, begitu juga

terjadilah pembersihan metabolisasi. Pengaplikasiannya adalah posisi pasien tidur

terlentang.

- Time : 15 menit

- Jarak : 30 cm
16

3. Terapi Manual

Terapi manual merupakan suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba

– tiba ( hentakan ) dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan

yang sedemikian rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah / menghentikan

gerakan yang terjadi. Manual terapi ini sangat efektif dan aman untuk

menangani kekakuan / keterbatasan gerak atau nyeri persendian karena

gangguan fungsi mekanik sendi. Terapi manipulasi ini dilakukan sebanyak

8 kali hitungan sebanyak 2 kali repetisi.


17

BAB III

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. PENGKAJIAN FISIOTERAPI

Pengkajian fisioterapi sangat penting dalam proses fisioterapi karena

dengan ini fisioterapi biasa mengidentifikasi berbagai macam problematik yang

berkaitan dengan fisioterapi serta merencanakan program terapi untuk pasien.

Pengkajian fisioterapi meliputi :

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang

bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait dengan keluhan yang

dirasakan maupun dialami oleh sumber yang bersangkutan. Sumber data

tersebut dapat berasal dari pasien itu sendiri (auto-anamnesis) atau orang lain

seperti keluarga atau wali yang dianggap mengetahui keadaan pasien (hetero-

anamnesis). Pada kasus ini, anamnesis dilakukan secara langsung (auto-

anamnesis) pada tanggal 16 September 2020 dan didapatkan data sebagai

berikut.
18

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. V

Umur : 66 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tukang ojek online

Alamat : Plamongan Indah

Berat Badan : 98 kg

Tinggi Badan : 173 cm

No. CM : B204375

C. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT

1. Diagnosis medis : Frozen Shoulder

2. Medika Mentosa :

-Simvastatin tab sal selaput 20 mg – Qty 30 (1 tablet tiap 24 jam -malam)

-Asam ursodeoksikolat kaps 250 mg – Qty 60 (1 tablet tiap 12 jam--)

-Metformin tab 500 mg Qty 90 (1 tablet tiap 8 jam --)

17
19

-Alprazolam tab 0,5 mg Qty (1 tablet tiap 24 jam – malam)

-Amlodipin tab 10 mg Qty 30 (1 tablet tiap 24 jam- malam)

-Ramipril tab 5 mg Qty 30 (1 tablet tiap 24 jam --)

-Akarbose tab 50 mg Qty 60 (1 tablet tiap 12 jam --)

-Alopurinol tab 100 mg Qty 30 (1 tablet tiap 24 jam --)

3. Hasil lab (26/08/2020)

-Glukosa puasa 124 mg/dL

-Glukosa 2PP 154 mg/dL

-Cholesterol total 146 mg/dL

-Trigliserid 110mg/dL

-HDL Cholesterol 42 mg/dL

-LDL Direk 98 mg/dL

-Asam urat 9,3

D. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama dan riwayat penyakit sekarang

35 tahun yang lalu pasien mengalami kecelakaan bahu kirinya terkena foot

step mototr. Pasien lalu dirawat disalah satu rumah sakit di Jakarta dan dijahit

kepalanya. Bahu kiri pasien saat itu hanya mengalami bengkak saja.Setelah itu

setiap merasakan nyeripasien selalu ketukang pijat.Karena bahunya kiri tidak

dapat bergerak dan sakit pasien kemudian datang ke RSUP Karyadi. Kemudian

setelah diperiksa oleh dokter rehab pasien dirujuk ke klinik fisioterapi pada bulan

Agustus.
20

Keluhan utama pada pasien mengeluh rasa nyeri pada bahu kiri sudah sebulan

terakhir karena riwayat kecelakaan yang dialami pada bahu kiri sulit memakai

baju dan harus memakai dari sisi kanan terlebih dahulu. Nyeri yang dirasakan

berat dengan muncul secara terus menerus.

2. Riwayat keluarga

Tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang sama

3. Riwayat penyakit penyerta dan dahulu

- Fatty liver

- Dislepidema

- DM

- Hipertensi Stadium 2

- hiperuricemia

- Intensional tremor

E. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Pemeriksaan tanda vital

Tekanan darah : 110/62 mmHg

Denyut nadi :99 x/ menit

Frekuensi pernapasan :16x/ menit

Temperature :36°C

Berat badan : 98 Kg

Tinggi badan :173 Cm


21

2. Inspeksi

a. Statis

Raut muka pasien terlihat menahan nyeri

Tidak ada kemerahan pada bahu kiri pasien

b. Dinamis

Pasien terlihat kesakitan saat menggerakan bahu kirinya dan ada

keterbatasan gerak

3. Palpasi

- Terdapat inflamasi pada bahu kiri

- Nyeri tekan pada toleransi pasien

4. Joint test

a. Pemeriksaan gerak dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik)

Gerak aktif bahu


Kanan kiri
Fleksi Tidak nyeri Fleksi Nyeri, ROM terbatas

Ekstensi Tidak nyeri Ekstensi Nyeri, ROM terbatas


Endorotasi Tidak nyeri Endorotasi Nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi Tidak nyeri Eksorotasi Nyeri, ROM terbatas
Abduksi Tidak nyeri Abduksi Nyeri, ROM terbatas
adduksi Tidak nyeri Adduksi Nyeri, ROM terbatas

Gerak pasif bahu


Kanan kiri
Fleksi Tidak nyeri Fleksi Nyeri, ROM terbatas

Ekstensi Tidak nyeri Ekstensi Nyeri, ROM terbatas


Endorotasi Tidak nyeri Endorotasi Nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi Tidak nyeri Eksorotasi Nyeri, ROM terbatas
Abduksi Tidak nyeri Abduksi Nyeri, ROM terbatas
adduksi Tidak nyeri Adduksi Nyeri, ROM terbatas
22

Gerak isometris bahu


Kanan kiri
Fleksi Tidak nyeri Fleksi Nyeri, ROM terbatas

Ekstensi Tidak nyeri Ekstensi Nyeri, ROM terbatas


Endorotasi Tidak nyeri Endorotasi Nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi Tidak nyeri Eksorotasi Nyeri, ROM terbatas
Abduksi Tidak nyeri Abduksi Nyeri, ROM terbatas
adduksi Tidak nyeri Adduksi Nyeri, ROM terbatas

b. Pemeriksaan gerak pasif Accessory

Tidak dilakukan

5. Muscle Test

MMT Shoulder

Dextra Sinistra
M. Suprasipinatus 5 3

M. Infraspinatus 5 3

M. Teres Minor 5 3

M. Supscapularis 5 3

6. Neurological Test

Tidak dilakukan

7. Kemampuan Fungsional

Menggunakan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index)

SKALA NYERI
23

Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


Sangat nyeri 8 7 6
Ketika posisi tiduran yang terkena 8 7 6
Meraih sesuatu di rak tinggi 8 7 6
Menyentuh ke bagian belakang leher 8 7 6
Mendorong dengan tangan yang 8 7 6

sakit
SKALA DISABILITAS

Mencuci rambut anda 8 7 7


Menggosok punggung anda 10 10 9
Mengenakan baju 8 7 7
Memakai kemeja kancing di depan 6 5 5
Menempatkan benda ke rak tinggi 8 7 7
Memakai celana 6 5 5
Membawa benda berat 10 pound 8 7 7
Mengambil sesuatu dari saku 8 7 7

belakang

Jumlah skor nyeri : 40/50x100 = 0,008%

Jumlah skor disabilitas : 62/80x100 = 0,00775%

Jumlah skor Spadi : 102/130x100 = 0,0078%

Jumlah skor nyeri : 35/50x100 = 0,007%

Jumlah skor disabilitas : 55/80x100 = 0,0068%

Jumlah skor Spadi : 90/130x100 = 0,00692%

Jumlah skor nyeri : 30/50x100 = 0,006%

Jumlah skor disabilitas : 54/80x100 = 0,00675%

Jumlah skor Spadi : 84/130x100 = 0,0064%


24

8. Pemeriksaan Spesifik

- Painfull art test : (+) ada impingement antara bursa subacromial

dan tendon supraspinatus dibawah acromion

- Empty can test : (-) tidak ada nyeri / kelemahan dengan resistensi

- Lift off test : (-) mampu secara aktif mengangkkat punggung

tangan dari punggung

- Patte’s tent : (-) tidak ada nyeri saat test dilakukan

- ROM Shoulder

Dextra Sinistra
S : 60 – 0 – 165 S : 50 – 0 – 150

F : 160 – 0 – 45 F : 90 – 0 – 45

R (F0) : 70 – 0 – 90 R (F0) : 45 – 0 -80

- MMT Shoulder

Dextra Sinistra
M. Suprasipinatus 5 3

M. Infraspinatus 5 3

M. Teres Minor 5 3

M. Supscapularis 5 3
25

- VAS

 Nyeri Diam : 4

 Nyeri Gerak : 6

 Nyeri Tekan : 8

F. UNDERLYING PROCCESS

Kecelakaan / riwayat
jauh

Ada kerusakan / kelainan


pada sendi glenohumeral Frozen Shoulder

Penurunan LGS, nyeri,


dan penurunan kekuatan
otot

terapi

TM HP TENS IR
26

Menambah Mengurangi
LGS dan nyeri
kekuatan otot

Kemampuan fungsional
lengan kiri meningkat

G. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Impairment

- Nyeri di bahu kiri

- Keterbatasan LGS bahu kiri

- Penurunan kekuatan otot di bahu kiri

2. Functional Limitation

- Sulit memakai baju

- Sulit mengangkat beban berat

3. Disability / Participation Restriction

Pasien masih bisa mengikuti kegiatan sosial di lingkungan sekitarnya


27

H. PROGRAM FISIOTERAPI

1. Tujuan jangka pendek

 Mengurangi nyeri dibahu kiri

 Meningkatkan LGS sendi bahu kiri

 Meningkatkan kekuatan otot bahu kiri

 Mengurangi spasme m. trapezius upper

2. Tujuan jangka Panjang

Melanjutkan tujuan jangka pendek dan meningkatkan aktifitas fungsional

sendi bahu kiri

3. Teknologi intervensi fisioterapi

a. TENS

Bertujuan untuk mengurangi nyeri dengan cara merelease A beta.

Pengaplikasiannya adalah posisi pasien tidur terlentang diatas bed.

Kemudian pasangakan pada titik nyeri pasien dengan dosis :

- Phase duration: 120 ms - Frequensi modulation: 35 Hz

- Frequency: 80 Hz - Modulasi program: 6/6

- Time: 15 menit - CC

b. Terapi Manual
28

Bertujuan untuk mengembalikan fungsi yang normal tanpa nyeri pada

saat melakukan aktivitas gerak sendi dan untuk memperbaiki joint play

movement melalui mekanisme gerak arthorkinematikan yang benar.

Gerakan terpai manipulasi yang dilakukan adalah traksi, eksorotasi,

endorotasi dan abduksi.

1) Traksi

Traksi ini bertujuan untuk meregangkan permukaan sendi dengan

suatu tarikan yang arahnya tegak lurus bidang terapi. Traksi pada

bahu dilakukan dengan cara menarik kearah latero – ventro –

cranial, dengan posisi pasien tidur terlentang dibed dengan posisi

terapis dekat dengan pasien kemudian arahkan lengan pasien

sedikit abduksi dan lengan bawah pasien diapit disamping tubuh

terapis kemudian fiksasi sedekat mungkin dengan bahu terapis.

2) Eksorotasi

Dilakukan dengan cara pasien tidur tengkurap dengan posisi terapis

dekat dengan pasien, kemudain lengan pasien diposisikan abduksi

dan fleksi siku 90 derajat dengan tengan pasien disangga oleh

terapis kemudian terapis mendorong caput humeri kearah

anteromedial dengan menggunakan tangan terapis satunya .

3) Endorotasi

Dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan posisi terapis

dekat dengan pasien, kemudain lengan pasien diposisikan abduksi

dan fleksi siku 90 derajat dengan tangan pasien disangga oleh


29

terapis kemudian terapis mendorong caput humeri kearah

poterolateral dengan menggunakan tangan terapis satunya .

- Dosis 8x hitungan dengan 2x pengulangan.

4) Abduksi

Bertujuan untuk memperbaiki gerakan abduksi dengan posisi

pasien tidur miring dan berhadapan dengan terapis, kemudian

kedua tangan terapis merangkul atas caput persendian, telapak

tangan terapis berada di caput humeri kemudian dorong kebawah

lalu tambahkan dorongan.

c. Edukasi

Pasien disarankan untuk menggerakkan lengan kirinya. Berikan kompres

hangat selama 10 menit.

I. RENCANA EVALUASI

- Pemeriksaan nyeri menggunakan VAS

- Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT

- Pemeriksaan menggunakan SPADI

J. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : baik

- Qua ad sanam: baik


30

- Quo ad fungsionam : baik

- Quo ad cosmeticam : baik

K. PELAKSANAAN TERAPI

Pelaksanaan terapi I

 TENS

 Ir

 Pulley

 Swing

Pelaksanaan terapi II

 TENS

 Ir

 Terapi Manual

L. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

1) VAS

Nyeri Diam Nyeri Gerak Nyeri Tekan

H1 2 3 H1 2 3 H1 2 3

4 3 2 6 5 4 8 6 5
31

2) MMT Shoulder Sinistra

Hari 1 2 3
M. Supraspinatus 3 4 4
M. Infraspinatus 3 4 4
M. Teres Minor 3 4 4
M. Subscapularis 3 4 4

3) LGS Shoulder Sinistra

H 1 H2 H3
S : 50 – 0 – 150 S : 55 – 0 – 160 S : 60 – 0 – 160

F : 90 – 0 – 45 F : 95 – 0 – 45 F : 95 – 0 – 45

R (F0) : 45 – 0 – 80 R (F0) : 50 – 0 – 80 R (F0) : 50 – 0 – 80

M. HASIL TERAPI AKHIR

Seorang pasien laki-laki berusia 66 tahun dengan frozen shoulder sinistra

setelah mendapat penanganan fisioterapi (IR, TENS, exercise) 8x terapi seminggu

2x terapi didapatkan hasil nyeri menurun, LGS meningkat, dan kemampuan

fungsional lengan bahu meningkat.


32

Daftar Pustaka

Gaspar, P. D., & Willis, F. B. (2009). Adhesive capsulitis and dynamic splinting:

a controlled, cohort study. BMC Musculoskeletal disorders, 10(1), 111.

Mujianto, 2013; Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal

Dalam Praktik Fisioterapi; Jakarta.

Kazemi, M. (2000). Adhesive capsulitis: a case report. The Journal of the

Canadian Chiropractic Association, 44(3), 169.

Morgan, WE,Potthoff S. Managing the Frozen Shoulder: Self-care manual for

those suffering from frozen shoulder e-book; 2012.(Cited at 25 Januari 2015),

Available from :http://drmorgan.info/data/documents / frozen- shoulder-

ebook.pdf.

Vermeulen, H. M., Obermann, W. R., Burger, B. J., Kok, G. J., Rozing, P. M., &

van den Ende, C. H. (2000). End-range mobilization techniques in adhesive


33

capsulitis of the shoulder joint: a multiple-subject case report. Physical

Therapy, 80(12), 1204-1213.

Manske, R. C., & Prohaska, D. (2008). Diagnosis and management of adhesive

capsulitis. Current reviews in musculoskeletal medicine, 1(3-4), 180-189.

Lluch E, PT, PhDa etl., (2019). Journal of orthopedic and sport physical Therapy.

Vol.49, 192-201.

Z. baskort etl., (2011). The effectifnes of scapular stabilization exercise, vol.24,

173-179.

33

Anda mungkin juga menyukai