RSUD BARI
DISUSUN OLEH:
FERA SANTI
10.030
POLTEKES PALEMBANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Tujuan dibuatnya Laporan Praktek kompetensi klinik ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam mengikuti Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional serta melatih siswa/siswi
membiasakan diri untuk memahami keadaan lingkungan di luar sekolah. Saya berharap
dengan diselesaikannya laporan ini, dapat mengetahui lebih dalam mengenai dunia
kerja/industri yaitu di tempat prakerin di RSUD Cibinong, dalam pembahasan yang saya akan
ulas tentang Asuhan Keperawatan pada Hernia, saya selaku siswi mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tua kami yang telah memberikan semangat dan doa kepada kami dalam menjalani
2. Direktur RSUD Cibinong yang telah mempercayai SMK Kesehatan LOGOS untuk
3. Wahyu Budi S,SKM selaku kepala sekolah yang telah membimbing kami dalam belajar
4. Nawangsih, S.Pd selaku wakil kepala sekolah yang juga telah memberikan pengarahan
5. Dra. Hj. Ida Faridah sebagai wali kelas kami yang telah memberikan dukungan dan
6. Herniaty S.Kep selaku ketua Prodi yang telah membimbing kami dalam pembuatan Asuhan
Keperawatan.
7. Endri Wahyuni, S.Kep selaku pembimbing I dalam tehnik penulisan karya tulis ilmiah.
8. Lilik Suryani, S.Kep selaku pembimbing II kami dalam tehnik penulisan Karya Tulis
Ilmiah.
9. Para instansi di RSUD Cibinong khususnya di Teratai atas dan Melati yang telah
10. Dan semua instansi yang terkait di sekolah SMK Kesehatan LOGOS untuk adikku, dan
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam hal pelaporan studi kasus, nama
dan gelar, serta hal-hal yang menyangkut tentang pembahasan tugas karya tulis ilmiah. Untuk
itu, saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan agar menjadi
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ................................. 8
B. Etiologi ................................. 10
C. Patofisiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3. Komplikasi ..................... 14
D. Penatalaksanaan ..................... 15
1. Terapi ..................... 15
A. Pengkajian ...................... 26
B. Diagnosa ...................... 44
C. Perencanaan ...................... 45
D. Pelaksanaan ...................... 48
E. Evaluasi ...................... 50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................. 59
B. Diagnosa .................................. 60
C. Perencanaan .................................. 61
D. Pelaksanaan .................................. 62
E. Evaluasi .................................. 63
BAB V EVALUASI
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
B. Saran .................................. 67
Lampiran .................................. 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan
kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar,
Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus
didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada pasien penderita penyakit bedah.
Salah satunya adalah penyakit Hernia yang paling sering ditemui di RSUD BARI Hernia
adalah tonjolan yang timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang.
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional
yang tidak menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
Menurut keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian
skrotum ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien
beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics, Hernia Inguinalis
menduduki peringkat pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan oleh
ahli bedah Amerika pada tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001).
Penelitian terhadap 2.538 veteran pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada
tahun 1966-1980 memperlihatkan 57% kasus Hernia Inguinalis Lateralis (Kong & Hiatt,
1997).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000
anak menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama
Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun
sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 10.214 penderita.
Insiden Hernia adalah insiden yang paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 % yang
dirawat di ruang melati bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat. Setengah
dari kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 5 tahun.
Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1) dan sekitar 29 % pasien
juga resiko Hernia pada anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh,
kebanyakan penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi,
maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika menggunakan anestesi
spinal. Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan
sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob.
Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari dapat
terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal
serta untuk menghindari komplikasi pada pasien dengan post operasi Hernia Ingunalis.
Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara nyata pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan post operasi Hernia Inguinalis. Dengan mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien
Hernia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada TnS dengan post operasi Hernia Inguinalis di
Rsud
BARI dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
2. Tujuan Khusus
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan post operasi Hernia
Inguinalis.
c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn S dengan post operasi
Hernia Inguinalis.
d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan post
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan post
D. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan laporan ini kami hanya membatasi permasalahan Asuhan Keperawatan
pada pasien Tn. S dengan Hernia di RSUD BARI yang dilaksanakan dari tanggal 1 januari
sampai dengan 4 januari 2019 di ruang rawat inap zaal bedah di RSUD BARI
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana
penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang
akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka penulis menggunakan beberapa teknik
1. TEKNIK WAWANCARA: Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan perawat
ruangan
3. STUDY LITERATUR: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Ruang lingkup
e. Sistematika penulisan.
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Patofisiologi,
d. Manifestasi klinik
e. Komplikasi
f. Klasifikasi
g. Konsep hospitalisasi
h. Pengkajian
i. Diagnosa keperawatan
j. Rencana keperawatan
k. Implementasi dan
l. Evaluasi.
Bab III: Berisi tentang TINJAUAN KASUS yang membahas kasus pasien meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi.
Bab IV: Berisi tentang PEMBAHASAN KASUS yang bertujuan untuk menemukan
kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus yang ada, meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi dan
e. Evaluasi.
a. Kesimpulan
b. Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot
perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung,
dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intra-abdomen, yang
mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati
struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical Nursing.
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding otot
perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut secara
normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di
rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran
mungkin menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah
obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis,
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung
kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia. (Syamsul
Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari
B. ETIOLOGI
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah
C. PATOFISIOLOGI
menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini
juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia Inguinalis
indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis
indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam
skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum
muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis.
Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan,
mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-
abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki
saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal
posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin
femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan
fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang,
terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik
nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya
dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama
spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan
tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia
tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara.
Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke
Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini
dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan
perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit
meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk
terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di
dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
2. MANIFESTASI KLINIK
pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara spontan.
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila
menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali rongga
abdomen.
c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila
tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena
jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut Hernia Strangulata.
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia
sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasus Hernia.
e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah
sela paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
2. KOMPLIKASI
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Residip,
4. KLASIFIKASI
sebagainya.
sebagainya).
d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi,
Hernia Obturatoria).
D. PENATALAKSANAAN
a. Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi
terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan menjepit Anulus
femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural, Hernioplastik dapat dilakukan dengan
soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko
terjadinya inkarserata.
c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan
disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan
1. TERAPI
a. Pra Operasi:
b. Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
3. Dukungan keluarga. (Wong, Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis,2004)
a. Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia
responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai
kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
a. Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.
b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,
prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor
keadaan pasien.
c. Persiapan
d. Stressor
1. Stressor Fisik
b. Immobilisasi.
c. Kurang tidur.
2. Stressor di lingkungan.
3. Stressor Psikologis
a. Kurang privacy
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan
sebelumnya. Pada pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika
ada sesuatu yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus
memeriksa perut ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan,
Herniasi akan menghilang ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan
regangan pasien, untuk mengamati bukti menggembung. (Wong, Donna L. Wong’s nursing
Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara
bising usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia,
dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di
cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa
pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat
menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
1. Pemeriksaan Fisik
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di
daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah
Inguinal dan Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan
ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada
Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika
ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat
direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan
Hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-
lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan. Tambayong, Patofisiologi untuk
Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi
dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih
suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri
untuk memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus
cahaya, suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu
dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang
b. Elektromiograf
c. Venogram epidural
d. Scan CT
e. MRI
f. Mielogram
g. Kolaborative Care
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial
pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal
itu terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat
harus memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan
Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti
isi kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi,
yaitu perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam
mempersiapkan pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan
dasar, perawat harus membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk
perjalanan pulang dan rumah perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang
mengontrol pembengkakan. Jika tidak kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau pra-
kondisi yang ada, ini akan meningkatkan kenyamanan dan rasa kesejahteraan. (Lewis,etc.
I. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan
melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien,
agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi
penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah
Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta
: EGC,2002)
Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera
sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan
yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC, 2005)
J. EVALUASI KEPERAWATAN
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara
Menurut John L. Cameron. Current Surgical Therapy. (Jakarta: Binarupa Aksara. 1997).
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang
tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi
proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau
respon pasien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan
atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah
proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon pasien dan
Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan
dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan
rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak
terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan
BAB III
A. PENGKAJIAN
Ruang/Kelas : Melati/III
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Usia : 69 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April 2012 yang lalu saat membantu mengangkat beban
berat. Tiba-tiba pasien meringis kesakitan. Oleh tetangganya, pasien dibawa kerumahnya dan
diberi obat ramuan tradisional dengan istirahat yang cukup. Namun, bertahap selama 2 bulan
kemudian pasien merasakan adanya benjolan pada lipatan paha tepatnya pada skrotum.
Disertai dengan keluhan batuk dan bersin. Akhirnya, keluarga membawa pasien ke poliklinik
RSUD Cibinong, dan dari diagnosa medis, pasien dinyatakan harus segera dioperasi.
3. Riwayat Keperawatan
c) Lamanya : 1 tahun
2. Riwayat Alergi:
Hanya bila merasakan sakit, pasien meminum obat. Tetapi pasien mengatakan, ia lebih baik
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko: Tidak ada.
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Pasien masih bekerja, keluarga mengandalkan pasien. Maka, keluarga kehilangan orang yang
mencari nafkah.
Biaya Operasi yang terlalu mahal membuat pasien cemas, dan keluarga harus
Pasien menghadapi masalah dengan tenang, semua masalah diatasi bersama oleh keluarga.
(√) Makan
Pola makan pasien dirumah cukup baik, 3x dalam sehari dengan lauk yang beragam dan
dirumah sakit pasien hanya mampu menghabiskan setengah porsi karena tidak adanya nafsu
makan.
(√) Tidur
Pola istirahat atau tidur pasien dirumah cukup baik, namun pasien kurang tidur siang karena
pasien bekerja hingga sore hari. Tidur malam antara 7-8 jam permalam.
Dalam masalah kesehatan, pasien akan mencari pertolongan ke mantri didaerah rumahnya.
Dalam menghadapi masalah, pasien lebih banyak diam dan memikirkan jalan keluar dari
masalah tersebut.
9) Pola Kebiasaan:
POLA
Alasan:…(mual/muntah/sariawan) - Mual
a. B.a.k :
- -
b. B.A.B
a. Mandi - -
1) Frekuensi :…..X/hari
2) Waktu : Pagi/Siang/Malam
2x/hari 1x/hari
b. Oral Hygiene
2) Waktu :pagi/siang/sore
c. Cuci Rambut
- 2jam/hari
a.Merokok : Ya/Tidak - -
1) Frekuensi : ……..
2) Jumlah : ……..
3x/hari -
2) Jumlah :…..
3) Lama Pemakaian :
- -
- -
- -
4. Pengkajian Fisik
b. Sistem Penglihatan:
c. Sistem Pendengaran:
2) Karakteristik serumen :
b. Konsistensi : Cair
c. Bau : Khas
e. Sistem Pernafasan:
4) Frekuensi : 30 x/menit
f. Sistem Kardiovaskular:
1) Sirkulasi Peripher
g. Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
i. Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
j. Sistem Endokrin:
k. Sistem Urogenital:
f. Skala nyeri :0
l. Sistem Integumen
daerah skrotum.
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
5. Data Penunjang
a. Laboratorium:
Hari/
e. Hematrokrit 40.0 L: 40 – 48 ; P: 36 – 42
f. Basofil 0 0–1%
g. Eosinofil 0 1–3%
h. Batang 0 3–6%
i. Segmen 60 50 – 70 %
j. Limfosit 40 20 – 40 %
k. Monosit 0 2-8 %
2. Masa pendarahan
11 -
Diabetes:
°/ Rh (+)
5. Glukosa sewaktu:
Imunologi/ serologi
75 – 200 mg/dl
b. Rontgen:
Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Skrotalis.
6. Penatalaksanaan
Pemberian
06.00 Infus RL 500 cc 20 tts/mnt 7. Data
22.00 Ceftriaxone 1 gr IV g S O
a u b
k t
ti i
f f
M P P
i a a
n s s
g i i
g e e
u n n
m t
1 e a
7 n m
g p
J a a
uni 2012 takan
Senin Pasien
18 Juni 2012 ny
Jam 14.45
Selasa Pasien
Jam 08.00 me
8. Analisa Data
1. DS: Pasien datang dengan Nyeri berhubungan dengan Terjadinya gangguan aliran darah di
keluhan ada rasa nyeri di trauma jaringan (usus usus yang terjepit yang
(+)
nyeri bagian luka post-op. trauma jaringan (insisi kulit pada post-op, yang
tampak meringis
saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt ,
berkurang, namun pasien respon tubuh akibat luka memicu terjadinya intoleransi
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR
kuning jernih.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
bedah)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &
d. Memberi informasi
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
0. relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
19 Juni 3. Intoleransi aktifitas Tujuan: Aktifitas a. Menjelaskan batasan
penghargaan pada
dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
nama jelas
17 Juni 2012 1. Tindakan:
rasa sakit.
Hasil:
Hasil:
Hasil:
c. Keluhan nyeri 0.
jelas
P:
2012 post-op.
P:
dialami.
kuning jernih.
op.
P:
bertahap.
sesuai jadwal.
Data Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan, benjolan pada kemaluan (+) S: 37°C N:
Rencana Tindakan:
Pelaksanaan:
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 74x/mnt, Pernafasan:
30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji tanda-tanda nyeri pada Tn.T dan mengajarkan tehnik
relaksasi agar tidak tegang; Pukul 18.25 memotivasi pasien untuk banyak minum dan
beristirahat serta memberikan posisi semi fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien untuk
Pukul 06.00 mengukur TTV, TD: 130/90 mmHg, Suhu: 36,5°C, Nadi 72x/mnt, Pernafasan:
32x/mnt dan memasang infus Ringer Laktat 20 tpm; Pukul 06.10 skin test Cefotaxime; Pukul
06.30 memberi terapi Captrofil 25mg melalui I.V dan mengajarkan tehnik nafas dalam agar
lebih rileks dalam menjalani operasi. Pukul 09.00 mengantar pasien ke ruang Operasi.
Evaluasi:
Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+),
Perencanaan:
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) ditandai dengan:
berhati-hati saat bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang, pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana Tindakan:
Pelaksanaan:
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang operasi; Pukul 14.50 mengukur TTV, TD: 160/70
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80x/mnt, Pernafasan 37x/mnt; Pukul 15.00 memberikan terapi
Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus, mengkaji
tanda-tanda nyeri dan membandingkan tingkat nyeri sebelum operasi dan setelah post-op dan
memotivasi pasien untuk istirahat; Pukul 17.30 mengganti cairan infus dengan D 5% melalui
I.V dengan 20 tpm; 17.45 memotivasi pasien untuk makan dan minum secara bertahap; Pukul
22.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp dan
mengobservasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini sesuai dengan batas kemampuan.
Pukul 06.00 mengganti cairan infus dengan Ringer Laktat melalui I.V 20 tpm, dan
memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui
cairan infus.
Evaluasi:
Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat saat
bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-),
Perencanaan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op ditandai
dengan:
Data Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada respon positif
terhadap aktifitas.
Rencana Tindakan:
d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan:
Pukul 08.00 memotivasi pasien untuk melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi pasien,
melakukan mobilisasi seperti yang diinstruksikan oleh perawat jaga, dan harus berlatih agar
dapat melakukan kegiatan eliminasi secara mandiri; Pukul 10.00 mengukur TTV, TD: 130/70
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt. Pukul 12.00 memberikan makanan
siang dengan diet lunak; Pukul 14.30 mengikuti visite dokter dengan instruksi pasien dapat
pulang.
Evaluasi:
Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-), mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
Analisa: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
d. Memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada
kasus Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan
pada saat pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh
dan sistem pencernaannya. Pasien masih terlihat lemas dan berhati-hati saat bergerak.
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
Jakarta,2000). Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal melalui
Obesitas Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi
luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi
Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan
yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC, 2005)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC,2000).
Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai
Diagnosa keperawatan ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
penyakit berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas pasien.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti
perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan
relaksasi, memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan
tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi,
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op,
telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal,
memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan
sebagian, karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan.
Hasil evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri berkurang.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat
perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi
kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah
telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks,
BAB V
EVALUASI
A. KESIMPULAN
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis
hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung
kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang, Kerusakan pada
pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka
pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes
urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi
dini untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu
yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan
mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal
sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau
insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup
B. SARAN
bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang
a. Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu
menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat
yang tepat dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi
sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi
pada cekikan.
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat
menimbulkan Hernia.
DAFTAR PUSTAKA
Aksara.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah
SaundersCompany.
EGC.
Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC
Wong, 2004. Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis.
240 komentar: