Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASUHAN GIZI KLINIK

DI RUANG BOUGENVILLE RSUD dr. DORIS SYLVANUS

PALANGKA RAYA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Standar Kelulusan

Mata Kuliah PKL Asuhan Gizi Klinik

Disusun Oleh :

NURUL HUDA
NIM. PO.62.31.3.18.224

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Asuhan Gizi Klinik di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Mahasiswa yang mengajukan :

Nama : NURUL HUDA


NIM : PO.62.31.3.18.224
Program studi : DIII Gizi
Jurusan : DIII Gizi, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Yang Menyetujui
(Clinical Instructur)

Ulviana, AMG

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus besar
ACS NSTEMI + HT gr II + Dispepsia + Anemia ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun
penyelesaian laporan besar kasus ini, maka untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan
besar kasus ini.
Maka dengan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Noor Jannah, S.Tr.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi di RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya.
2. Ibu Desita Ike Sagita,S.Gz selaku Koordinator PKL AGK di RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya.
3. Ibu Ulviana, AMG selaku pembimbing saya yang telah banyak memberikan
masukkan, pelajaran serta petunjuk.
4. Seluruh Ahli Gizi di Instalasi Gizi di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya.
5. Orang tua dan teman-teman semua yang telah memberikan dukungan dan doa
serta semangat .

Palangka Raya, 10 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………… i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii

BAB I PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI RUANG RAWAT


INAP DAN RAWAT JALAN………………………………… 1
A. Tujuan Pelaksanaan Gizi…………………………………. 1
B. Langkah - Langkah Kegiatan Pelayanan
Gizi……………………………............................................ 1
C. Uraian Tugas Tenaga Gizi dalam Pelayanan
Gizi………………………………………………………… 6
BAB II LAPORAN KHUSUS………………………………………… 9
A. Laporan Kasus Besar………………………………………. 9
1. Tinjauan Pustaka.……………………………………… 9
B. Deskripsi Kasus………………………………………….. 11
C. Identitas Pasien…………………………………………… 11
D. Data Objektif…………………………………………….. 12
E. Data Subjektif…………………………………………… 13
F. Diagnosa Medik…………………………………………. 13
G. Pengobatan………………………………………………… 13
H. Interaksi Obat dan Makanan………………………………. 13
I. Pengkajian Pasien……………………………………….. 14
J. Diagnosa Gizi…………………………………………… 18
K. Intervensi Gizi…………………………………………….. 19
L. Monitoring dan Evaluasi………………………………… 23
M. Perencanaan Menu………………………………………… 24
N. Hasil dan Pembahasan……………………………………. 28
BAB III PENUTUP…………………………………………………….. 36
A. Kesimpulan……………………………………………….. 36

ii
B. Saran……………………………………………………… 37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………. v
LAMPIRAN…………………………………………………. vi

iii
BAB I
PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI
RUANG RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN

A. Tujuan Pelayanan Gizi


1. Tujuan Umum
Tujuan pelaksanaan gizi ialah terciptanya sistem pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan Asuhan Gizi Terstandar pada pelayanan gizi rawat
jalan dan rawat inap.
b. Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman
dikonsumsi.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien
dan keluarganya.
d. Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetic sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Langkah-Langkah Kegiatan Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Asuhan gizi rawat inap
2. Asuhan gizi rawat jalan
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan gizi
1) Pelayanan Gizi Rawat Inap
1) Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining gizi.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus. Idealnya skrining dilakukan pada
pasein 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS. Bila hasil skrining gizi
menunjukan pasien beresiko malnutrisi , maka dilakukan pengkajian
gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi

1
terstandar oleh dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
beresiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang 1 minggu.
2) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
a. Assessment/Pengkajian Gizi
Assessment gizi dikelompokan dalam 5 kategori yaitu 1)
Anamnesis riwayat gizi, 2) data biokimia, tes media dan prosedur
termasuk data labolatorium, 3) pengukuran antropometri, 4)
pemeriksaan fisik klinis, 5) riwayat personal.
b. Diagnosis Gizi
Pada bagian ini dicari pola dan hubungan antar data yang
terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah
masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas menggunakan terminology yang ada.
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen dalam intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi.
1. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan. Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi
berdasarkan masalah gizinya,rancang strategi intervensi
berdasarkan penyebab masalahnya dan bila penyebab tidak
dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi gejala/tanda.
2. Implementasi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana
dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana
asuhan gizi kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga
lainnya yang terkait.

2
d. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya.
2) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
1. Konseling Gizi
a. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat
rujukan dokter dari politeknik yang ada dirumah sakit.
b. Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
Dietisen melakukan assessment gizi dimulai dengan pengukuran
antropometripada pasien yang belum ada data TB,BB.
c. Dietisien melanjutkan asesmen gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksanaan lab dan
fisik klinis (bila ada), kemudian menganalisa semua data asesmen
gizi.
d. Dietisein menetapkan diagnosis gizi.
e. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
dengan langkah menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai
penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet,
jadwal diet, jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan.
f. Dietisien menganjurkan untuk kunjungan ulang untuk mengetahui
keberhasilan intervensi.
g. Pencacatan hasil konseling gizi dengan format ADIME
dimasukkan ke dalam rekam medic pasien atau disampaikan ke
dokter melalui pasien untuk pasien diluar rumah sakit.
2. Penyuluhan Gizi
a. Persiapan penyuluhan
b. Menentukan materi sesuai kebutuhan
c. Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
d. Merencanakan media yang akan digunakan
e. Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
f. Persiapan ruangan dan alat bantu/media

3
g. Pelaksanaan penyuluhan
h. Peserta mengisi daftra hadir
i. Dietisien menyampaikan materi
j. Tanya jawab.
3) Penyelenggaraan Makan
1. Perencanaan menu
2. Pengadaan bahan
3. Penerimaan dan penyimpanan bahan
4. Persiapan dan pengolahan makanan
5. Distribusi makanan
6. Penyajian makanan diruang
7. Pelayanan makanan pasien.
4) Penelitian dan Pengembangan Gizi
1. Pelayanan Gizi .Rawat Jalan dan Inap
a. Penelitian
1. Daya terima makanan diruang perawatan
2. Tugas-tugas tenaga gizi
3. Alat peraga penyuluhan gizi
4. Hospital Malnutrition pada pasien rawat inap
5. Kepatuhan diet, efektivitas konsultasi pada pasien rawat
jalan
6. Pengembangan mutu sumber daya manusia (SDM)
7. Status gizi berbagai macam penyakit diruang rawat jalan
dan rawat inap pada saat awal masuk
8. Asupan makanan pasien dengan berbagai kasus penyakit.
b. Pengembangan Gizi
1. Berbagai standar yang dapat dikembangkan diantaranya
adalah standar asuhan gizi, standar skrining gizi yang biasa
digunakan, standar terapi diet, standar ketenagaan, standar
sarana prasarana termasuk informasi dan teknologi (IT) dan

4
software perhitungan zat gizi, standar prosedur operasional,
dan sebagainya.
2. Standar sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan
misalnya formulir pemantauan asuhan gizi, fomulir asupan
makanan, food model, alat antropometri, dan lain-lain.
3. Program komputesasi pelayanan gizi/perangkat lunak,
misalnya: konseling gizi, mobilisasi pasien, logistic gizi,
asuhan gizi, analisis bahan makanan, analisis kebutuhan zat
gizi dan lain-lain.
2. Penyelenggaraan Makanan
a. Penelitian
1. Standar kecukupan bahan makanan pasien
2. Standar porsi hidangan
3. Penerimaan terhadap hidangan tertentu
4. Daya terima makanan diruang perawatan
5. Spesifikasi bahan makanan
6. Tugas-tugas tenaga gizi
7. Pengembangan mutu sumber daya manusia (SDM)
8. Pola menu standar rumah sakit.
b. Pengembangan
1. Berbagai standar yang dapat dikembangkan adalah standar
resep. Standar porsi, standar bumbu, standar waste, standar
formula/makanan enteral, dan lain-lain.
2. Standar sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan
antara lain kebisingan peralatan besar didapur, standar
kereta makanan, standar alat pengolahan, standar alat
distribusi makanan dan sebagainya.
3. Program komputerisasi/perangkat lunak penyelenggaraan
makanan antara lain mobilisasi konsumen/pasien, logistic
bahan makanan, pencatatan dan pelaporan, data base tenaga
gizi dan lain-lain.

5
4. Teknologi proses pengolahan makanan.
5. Seni kuliner dan sebagainya.
C. Uraian Tugas Tenaga Gizi dalam Pelayanan Gizi
1. Ahli Gizi
a. Merencanakan, mengembangkan, membina, mengawasi, dan
menilaikan penyelenggaraan makanan dnegan data yang tersedia
berdasarkan prinsip gizi dalam usaha penunjang pelayanan rumah sakit
terhadap pasien.
b. Mencapai standar kualitas penyelenggaraan makanan yang tinggi,
dengan menggunakan tenaga dan bahan makanan secara efesien dan
efektif.
c. Merencanakan menu makanan biasa dan makanan khusus sesuai
dengan pola menu yang ditetapkan.
d. Membuat standarisasi resep dan mengawasi penggunaanya.
e. Membantu melaksanakan pelaporan untuk pengawasan dan
perencanaan instalasi gizi.
f. Membantu melaksanakan pelaporan manajemen keuangan.
g. Menjaga dan mengawasi sanitasi penyelenggaraan makanan dan
keselamatan kerja pegawai.
h. Merencanakan, mengembangkan , membina,menilaikan kegiatan
pelayanan gizi rawat inap,penyuluhan dan rujkan gizi, kegiatan
penelitian dan pengembangan.
i. Mengatur pembagian tugas yang sesuai dengan spesifikasi tugas
seseorang.
j. Menelaah seluruh kegiatan instalasi gizi termasuk perencanaan dan
koordinasi pelayanan gizi.
k. Memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dan evaluasi
terhadap calon sarjana muda gizi tenaga menengah gizi, pegawai
kesehatan atau pegawai lain yang mengikuti latihan kursus di instalasi
gizi.

6
2. Tenaga Menengah Gizi
a. Berkonsultasi dengan sarjana atau sarjana muda gizi dalam
melaksanakan pengadaan /penyediaan makanan, kegiatan pelayanan
gizi diruang rawat inap.
b. Mengawasi dan menilai pegawai dan pegawai baru.
c. Memberi pengarahan pada pegawai dalam menggunakan dan
memelihara peralatan.
d. Memberi pengarahan, bimbingan pada pegawai, dalam
menyelenggarankan makanan.
e. Mempersipkan jadwal waktu dan kerja bagi seluruh pegawai dapur.
f. Mengawasi dan memelihara seluruh sanitasi dan kebersihan instalasi
gizi.
3. Pemasak
a. Merencanakan cara kerja, memasak, waktu agar sesuai dengan menu,
dan jadwal pembagian makanan yang ditentukan.
b. Mengkonsultasikan cara pemasakan bahan makanan sebelum dimasak.
c. Membantu dalam mengawasi, melatih pemasak baru.
d. Mempersiapkan contoh makanan yang dimasak.
e. Membersihkan peralatan, melaporkan kegiatan yang telah dilakukan
kepada pemasak kepala.
f. Melakukan penilaian terhadap resep baru serta melaporkannya kepada
pemasak.
g. Mengembangkan buku resep yang digunakan.
4. Pelaksanaan Gizi Ruangan
a. Mengambil makanan dari dapur untuk dibawa ke ruangan.
b. Membuat daftar permintaan makanan ruangan.
c. Membagi makanan untuk pasien dan karyawan.
d. Membersihkan peralatan dan dapur ruangan.

7
e. Melaporkan pasien masuk, dan pulang kepada pembantu ahli
gizi/sarjana muda gizi yang bertanggung jawab.
f. Berkerja sama dengan tenaga diruangan secara baik.

8
BAB II
LAPORAN KHUSUS
A. Kasus Besar
1. Tinjauan Pustaka
ACS NSTEMI merupakan peristiwa terhambatnya aliran darah arteri
koroner yang menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen sampai
terjadi infark, dan serangan ACS merupakan Kondisi kegawatan darurat
paling mendesak yang membutuhkan diagnosis dan penanganan tepat dan
cepat untuk menyelamatkan jantung dari kerusakan yang lebih parah
(Kurniawan, dkk, 2015). Serangan jantung merupakan peristiwa akut dan
terutama disebabkan oleh penyumbatan yang mencegah darah mengalir ke
jantung atau otak. Alasan paling umum untuk ini adalah penumpukan
timbunan lemak di dinding bagian dalam pembuluh darah yang memasok
jantung atau otak. Penyebab serangan jantung biasanya adalah adanya
kombinasi faktor-faktor risiko, seperti penggunaan tembakau, pola makan
dan obesitas yang tidak sehat, aktivitas fisik yang tidak aktif dan
penggunaan alkohol, hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia yang
berbahaya (WHO, 2017).
Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, di mana jantung
secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi
secara normal. Pada awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi
ketidak efisiensian fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal
melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Compensated Heart
Disease). Dalam keadaan tidak terkompensasi (Decomposation Cardis),
sirkulasi darah yang tidak normal menyebabkan sesak napas (dyspnea),
rasa lelah, dan rasa sakit di daerah jantung. Berkurangnya aliran darah
dapat menyebabkan kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan
darah, yang berakibat terjadinya absorpsi natrium. Hal ini akhirnya
menimbulkan edema. Penyakit jantung menjadi akut bila disertai infeksi
(Endocarditis atau Carditis), Gagal Jantung, setelah Myocard Infarct, dan
setelah operasi jantung. (Almatsier, 2004).

9
Hipertensi merupakan keadaan tekanan darah dalam keadaan
istirahat terukur dengan spygmomanometer yang telah terkalibrasi
ditemukan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dibagi menjadi dua berdasarkan
penyebabnya, hipertensi primer atau essential yang tidak diketahui
penyebabnya dan hipertensi sekunder yang merupakan hipertensi karena
penyakit sistemik lainnya. Hipertensi juga diklasifikasikan berdasarkan
derajatnya, menurut The Seventh Report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Preasure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prehypertension, stage I hypertension, dan
stage II hypertension (Anbarasan S Sri, 2015). Hipertensi pada lansia
dikaitkan dengan proses penuaan yang terjadi pada tubuh. Semakin
bertambah usia seseorang, tekanan darah juga semakin meningkat.
Meskipun proses penuaan memang sesuatu yang alami, lansia dengan
hipertensi tetap berisiko mengalami komplikasi penyakit yang lebih serius
seperti penyakit jantung.
Dispepsia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mencerna yang
ditandai oleh rasa nyeri atau terbakar di epigastrium yang persisten atau
berulang atau rasa tidak nyaman dari gejala yang berhubungan dengan
makan (rasa penuh setelah makan atau cepat kenyang – tidak mampu
menghabiskan makanan dalam porsi normal) (Talley & Holtmann, 2008).
Prevalensi dispepsia fungsional berdasarkan kriteria umur ditemukan
meningkat secara signifikan yaitu : 7,7% pada umur 15-17 tahun, 17,6%
pada umur 18-24 tahun, 18,3% pada umur 25-34 tahun, 19,7% pada umur
35-44 tahun, 22,8% pada umur 45-54 tahun, 23,7% pada umur 55-64
tahun, dan 24,4% pada umur di atas 65 tahun (Brun & Kuo, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2005), di FKUI-
RSCM ditemukan bahwa rentang umur kunjungan pasien ke Poliklinik
Penyakit Dalam adalah 15 sampai 70 tahun.

10
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kadar zat merah atau
hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal. Keadaan ini ditandai oleh
tidak cukupnya deposit besi didalam tubuh. Defisiensi besi merupakan
defisiensi gizi yang paling sering dijumpai dan terjadi ketika cadangan besi
tubuh tidak cukup menunjang laju produksi sel darah merah dan sintesis
heme di sumsum tulang, guna mempertahankan normalnya sel darah
merah serta konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi (Sudoyo, 2009).
B. Deskripsi Kasus
Ny. S berjenis kelamin perempuan berusia 76 tahun. Pada tanggal 06
April 2021 Ny. S dibawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan
keluhan nyeri dada, sesak, lemas, mual, muntah dan kembung. Berdasarkan
keadaan fisik pasein tampak sangat pucat, Dokter mendiagnosis ACS
NSTEMI + HT gr II + Dispepsia + Anemia . Saat ini Ny. S dirawat di ruang
Bougenville , Kamar 3, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut oleh
dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Pada hasil skrining Ny. S didapatkan skor skrining yaitu 6 dengan
resiko tinggi dan pada pemeriksaan antropometri pasien diketahui memiliki
LILA 21,5 cm dengan status gizi menurut LILA 81,1% masuk dalam kategori
gizi kurang, BB estimasi menurut LILA 37,6 kg dan tinggi lutut 40,1 cm
dengan estimasi tinggi badan menurut tinggi lutut 138,8 cm. Pola makan
pasien selama dirumah yaitu 3x sehari makanan utama dan 2 kali selingan,
pasien suka makan makanan yang bersantan, roti, buah pisang dan teh hangat.
C. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Ruangan : Bougenville, Kamar 03, Kelas II
4. No.RM : 36.08.72
5. Tanggal lahir : 18 Maret 1945
6. Usia : 76 tahun
7. Agama : Islam
8. Alamat : JL. Muchran Ali

11
D. Data Objektif
1. Pemeriksaan Klinis
Data pemeriksaan klinis pada tanggal 06 April 2021
Pemeriksaan Hasil Standar Keterangan
TD 170/80 mmHg 90/60 – 130/80 mmHg Tinggi
Nadi 99 x/menit 60-100 x/menit Normal
Suhu 36 o C 36,5 – 37,2oC Normal
Resprasi 20 x/menit 12-20 x/menit Normal
Sumber : Data rekam medik 2021
Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan fisik Ny.S pada 06 April 2021,
diketahui bahwa tekanan darah masuk kategori tinggi, Nadi masuk
kategori normal, suhu masuk kategori normal, dan respirasi masuk
kategori normal.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Data pemeriksaan laboraturium tanggal 06 April 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Hgb 8,2 gr/dl 12-15,5 gr/dl Rendah
Glukosa 52 mg/dl ≥200 mg/dl Rendah
Sewaktu
Ureum 40 mg/dl 21-53 mg/dl Normal
Creatinin 0,92 mg/l 0,7-1,5 mg/dl Normal
Troponin I 7,49 ng/ml < 0,30 ng/ml Tinggi
Sumber : Data rekam medik 2021
Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan biokimia Ny. S pada 06 April 2021,
diketahui bahwa Hb masuk kategori rendah, glukosa masuk kategori
rendah, ureum masuk kategori normal, creatinin masuk kategori normal,
dan Troponin I masuk kategori tinggi. Troponin I tinggi dapat
mengakibatkan serangan jantung karena pasokan darah ke beberapa otot
jantung tersumbat.

12
E. Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri dada, sesak, lemas, mual, muntah dan kembung
F. Diagnosa Medis
Diagnosa medis yaitu ACS NSTEMI + HT gr II + Dsipepsia + Anemia
G. Pengobatan
Jenis Obat/Tindakan Fungsi
Inf Nacl 0,9% 14 tpm Berfungsi sebagai pengganti cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi ketidak
seimbangan elektrolit dan menjaga agar
tubuh tetap terhidrasi
Inj Lansoprazole 30 mg Untuk menurunkan produksi asam
berlebih pada lambung dan untuk
mengatasi tukak lambung dan usus serta
refluxs esophagitis
Sucralfate Untuk pengobatan pada tukak lambung
dan usus, gastritis kronik. Bekerja denan
cara membentuk lapisan pada dasar tukak
sehingga melindungi tukak dari pengaruh
agresif asam lambung dan pepsin
Domperidone Untuk meredakan mual dan muntah
Amlodipine Untuk memperlancar aliran darah menuju
jantung dan mengurangi tekanan darah

H. Interaksi Obat dan Makanan


Jenis Obat/Tindakan Interaksi Obat dan Makanan
Inf Nacl 0,9% 14 tpm Penggunaan bersamaan glukokortikoid
dapat menyebabkan kelebihan retensi
natrium
Inj Lansoprazole 30 mg Apabila mengkonsumsi lansoprazole
dalam bentuk kapsul, konsumsilah

13
dengan segelas air putih , dan tidak boleh
diminum ketika makan atau saat
mengkonsumsi alcohol
Sucralfate 3 × 5 ml Jika dikonsumsi dengan makanan yang
pedas dan berlemak akan menimbulkan
rasa mual dan pusing
Domperidone 3×10 mg Tidak dianjurkan mengkonsumsi dengan
kopi karena efeknya jantung terasa
berdebar dan perut terasa mual
Amlodipine 1×5 mg Tidak dianjurkan mengkonsumsi jeruk
bali merah karena dapat menigkatkan
jumlah obat statin dalam darah yang
dapat mengganggu pemecahan obat ini
karena dapat menyebabkan tekanan darah
menjadi lebih tinggi

I. Pengkajian Data
1. Antropometri
 BB 37,6 kg (Estimasi LILA)
 TB 138,8 cm (Estimasi Tinggi Lutut)
 Status gizi menurut LILA 21,5 cm didapati hasil 81,1 % (Kategori
Kurang )
Kriteria Nilai Standar
Obesitas >120 %
Overweight 110-120 %
Normal 90-110 %
Kurang 60-90 %
Buruk < 60 %
Sumber : Tim Auhan Gizi RSSA Malang, 2014

14
2. Biokimia
Data pemeriksaan laboraturium tanggal 06 April 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Hgb 8,2 gr/dl 12-15,5 gr/dl Rendah
Glukosa 52 mg/dl ≥200 mg/dl Rendah
Sewaktu
Ureum 40 mg/dl 21-53 mg/dl Normal
Creatinin 0,92 mg/l 0,7-1,5 mg/dl Normal
Troponin I 7,49 ng/ml < 0,30 ng/ml Tinggi

Sumber : Data rekam medik 2021


Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan biokimia Ny. S pada 06 April 2021,
diketahui bahwa Hb masuk kategori rendah, glukosa masuk kategori
rendah, ureum masuk kategori normal, creatinin masuk kategori normal,
dan Troponin I masuk kategori tinggi. Troponin I tinggi dapat
mengakibatkan serangan jantung karena pasokan darah ke beberapa otot
jantung tersumbat.

3. Fisik dan Klinis


Data pemeriksaan klinis tanggal 06 April 2021
Pemeriksaan Hasil Standar Keterangan
TD 170/80 mmHg 90/60 – 130/80 Tinggi
mmHg
Nadi 99 x/menit 60-100 x/menit Normal
o o
Suhu 36 C 36,5 – 37,2 C Normal
Resprasi 20 x/menit 12-20 x/menit Normal
Sumber : Data Rekam Medik 2021

Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan fisik Ny.S pada 06 April 2021,


diketahui bahwa tekanan darah masuk kategori tinggi, Nadi masuk

15
kategori normal, suhu masuk kategori normal, dan respirasi masuk
kategori normal.

4. Dietary History
Riwayat diet
Kebiasaan makan Makanan pokok 3x sehari (50 gram )
Lauk hewani : Ayam, ikan (¼- 1
potong )
Lauk nabati :kurang suka tahu, tempe
Sayuran : tidak terlalu banyak (25 gr)
Buah : Jarang
Snack : Roti (40) gr dan belinjo (20 gr)
Suka makan yang bersantan dan teh
manis hangat
Frekuensi makan sebelum masuk RS 2-3x/sehari + 2 kali selingan
Recall 24 jam Sore :Nasi tim 2 suap, patin panggang
½ potong, Martabak 40 gr
Pagi : Nasi tim 2 suap, ayam 10 gr,
roti 40 gr
Siang : -
Cara pengolahan makanan Digoreng, direbus dan dipanggang

Masalah Gastrointestinal Mual (+)


Muntah (+)
Kembung (+)
Gangguan Menelan (+)

16
Hasil Recall 24 Jam
Zat gizi Recall 24 Jam Kebutuhan Keterangan
Nilai %
Energi 390,7 24,5 % 1590,2 Kkal Defisit berat
Protein 17,7 29,1 % 59,6 gr Defisit berat
Lemak 15,9 45 % 35,3 gr Defisit berat
Karbohidrat 42,8 16,5% 258,4 gr Defisit berat

Kesimpulan : dari data tersebut diketahui bahwa hasil Recall 24 jam


asupan energi Ny. S sebesar 390,7 kkal dengan persentase 24,5% masuk
dalam kategori defisit berat, asupan protein Ny. S sebesar 17,7 gram
dengan persentase 29,1% masuk dalam kategori defisit berat, asupan
lemak Ny. S sebesar 15,9 gram dengan persentase 45 % masuk dalam
kategori defisit berat dan asupan karbohidrat Ny. S sebesar 42,8 kkal
dengan persentase 16,5% masuk dalam kategori defisit berat.

Kebiasaan Asupan Zat Gizi Sehari-hari Berdasarkan SQFFQ


Zat gizi SQFFQ Kebutuhan Keterangan
Nilai %
Energi 586,8 36,9 % 1590,2 Kkal Defisit berat
Protein 24,8 41,6 % 59,6 gr Defisit berat
Lemak 24 35 % 67,9 gr Defisit berat
Karbohidrat 69,1 26,7% 258,4 gr Defisit berat

Kesimpulan : dari data tersebut bahwa SQFFQ asupan energi Ny. S


sebesar 586,8 kkal dengan persentase 36,9 % masuk dalam kategori defisit
berat, asupan protein Ny. S sebesar 24,8 gram dengan persentase 41,6 %
masuk dalam kategori defisit berat, asupan lemak Ny. S sebesar 24 gram
dengan persentase 35 % masuk dalam kategori defisit berat dan asupan

17
karbohidrat Ny. S sebesar 69,1 kkal dengan persentase 26,7 % masuk
dalam kategori defisit berat.

Kriteria intake energi dan zat gizi :


Kelebihan >120%
Normal 90-119%
Deficit tingkat ringan 80-89%
Deficit tingkat sedang 70-79%
Deficit tingkat berat <70%
Standar Audit Gizi Menurut Depkes RI, 1996

FH.1.1.1 Asupan energi total


FH 1.1.1 Asupan Energi Total
 Dari data tersebut diketahui bahwa asupan energi Ny.S termasuk dalam
kategori defisit tingkat berat, asupan energi sebesar 24,5%.
FH 1.5.1.1 Lemak Total
 Dari data tersebut diketahui bahwa asupan lemak Ny.S termasuk dalam
kategori defisit tingkat berat, asupan lemak sebesar 45%.
FH 1.5.2.1 Protein Total
 Dari data tersebut diketahui bahwa asupan protein Ny.S termasuk dalam
kategori defisit tingkat berat, asupan protein sebesar 29,1%.
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
 Dari data tersebut diketahui bahwa asupan karbohidrat Ny.S termasuk
dalam kategori defisit tingkat berat, asupan karbohidrat sebesar 16,5%.

J. Diagnosa Gizi
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan mual dan muntah ditandai
dengan asupan energy pasien 24,5% dari total kebutuhan, asupan protein
29,1% dari total kebutuhan , asupan lemak 45% dari total kebutuhan, asupan
karbohidrat 16,5 % dari total kebutuhan masuk dalam kategori defisit berat.

18
NI.5.10.1.7 Kelebihan Asupan Natrium berkaitan dengan hipertensi ditandai
dengan hasil pemeriksaan Tekanan Darah sebesar 170/80 mmHg.

NC.2.2 Perubahan nilai labolatorium terkait zat gizi berkaitan dengan anemia
dibuktikan dengan hasil Hb sebesar 8,2 gr/dl.

NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan
belum terpapar informasi terkait gizi ditandai dengan pola makan pasien yang
suka makan-makanan yang bersantan dan teh manis.

K. Intervensi Gizi
1. Terapi Diet
Terapi diet yang diberikan yaitu Diet Jantung III, Rendah Garam II, Tinggi
Protein.
2. Tujuan Diet
a. Mencapai Berat Badan Ideal / normal.
b. Memberikan makanan yang mudah dicerna tanpa memberatkan kerja
jantung.
c. Mencegah dan menurangi cairan tubuh dan mengurangi risiko
penyumbatan pembuluh darah.
d. Menghindari dan mengurangi bahan makanan yang tinggi sumber
kolesterol dan lemak jenuh.
3. Prinsip Diet
a. Energy diberikan sesuai kebutuhan.
b. Protein cukup diberikan 15 % dari total kalori.
c. Lemak cukup diberikan 20 % dari total kalori.
d. Karbohidrat diberikan cukup 65 % dari sisa perhitungan protein dan
lemak.
e. Rendah garam.
f. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.
g. Cairan cukup ± 1 liter/± 5 gelas/hari.

19
h. Fe diberikan sebesar 7,7 mg.
i. Makan dengan pola PKTS (Porsi Kecil Tapi Sering).
j. Makanan dalam bentuk lunak
k. Frekuensi makan 3 x makanan utama

4. Syarat Diet
a. Energi diberikan sebeser 1590,2 kkal sebagai sumber tenaga bagi
tubuh.
b. Protein diberikan sebesar 59,6 gram sebagai zat pembangun,
membangun jaringan yang rusak dan memperbaki jaringan yang
rusak, diberika secara bertahap sesuai dengan kondisi tubuh pasien
dan penyakit penyertanya.
c. Lemak diberikan sebesar 35,3 gram sebagai pelarut vitamin, pemberi
rasa sedap pada makanan
d. Karbohidrat diberikan sebesar 258,4 gram, sebagai pembentuk gula
darah, membentuk glikogen untuk cadangan makanan.
e. Natrium diberikan sebesar 1162,8 mg.
f. Fe diberikan sebesar 7,7 mg.
g. Cairan diberikan sebesar 1168,8 mg / 1 liter/± 5 gelas/hari.
h. Makanan dalam bentuk lunak dengan pola PKTS (Porsi Kecil Tapi
Sering) karena pasien mengalami kesulitan menelan makanan dan
merasa mual.
i. Frekuensi makanan 3 x makanan utama terdiri dari makan pagi, siang
dan sore.

5. Perhitungan Gizi
a. Estimasi BB Menurut LILA
LILA = (0,928 × TL) + (2,508 ×LILA) – (U × 0,144)- 42,543
= (0,928 × 40,1) + (2,508 ×21,5) – (76 × 0,144)- 42,543
= 37,21 + 53,9 – 10,94 – 42,543
= 37,6 kg

20
b. Status Gizi Menurut LILA
pengukuran sebenarnya x 100% 215 X 100%
% Deviasi dari standar = =
Nilai standar 265

= 81,1% (Gizi Kurang)


c. Estimasi TB Menurut Tinggi Lutut ( Formula Chumlea)
Tinggi Lutut = 84,88 – (0,24 × U) + (1,8 × TL)
= 84,88 – (0,24 × 76) + (1,8 × 40,1)
= 84,88 – 18,24 + 72,18
= 138,8 cm
d. Energi (Haris Benedict)
BMR Wanita = 655 + (9,6 ×BB) + (1,8 × TB) – (47 × U)
= 655 + (9,6 ×37,6) + (1,8 × 138,8) – (47 × 76)
= 655 + 360,9 + 249,8 – 3572
= 1262, 1 Kkal
Energi = BMR × F.A × F.S
= 1262, 1 Kkal × 1,2 × 1,05
= 1590,2 Kkal
(± 5% =1510,6 – 1669,5 kkal)

e. Protein = 15% × 1590,2/ 4 = 59,6 gram


(± 5% = 56,6 – 62,5 gram)

f. Lemak = 20% × 1590,2 / 9 = 35,3 gram


(± 5% = 33,6 – 37 gram)

g. Karbohidrat = 65% × 1590,2 /4 = 258,4 gram


(± 5% = 246 – 270,6 gram)

21
h. Natrium = BBA/BBI × Na (mg)
= 37,6/38,8 × 1200 = 1162,8 mg

i. Fe = BBA/BBI × Fe (mg)
= 37,6/38,8 × 8 = 7,7 mg

j. Cairan = 30 ml × BB
= 30 ml × 37,6 kg = 1128 ml (±1 liter/
± 5 gelas/hari)
6. Rencana Konsultasi Gizi
a. Masalah Gizi
Kurangnya asupan oral pada pasien berkaitan dengan nafsu
makan yang turun dikarenakan adanya mual, muntah , dan kembung
yang dialami pasien.
b. Tujuan
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai
jenis diet dan pentingnya asupan makanan yang diperlukan oleh tubuh
dan bagaimana agar asupan tersebut dapat terpenuhi dengan
memberikan makanan secara bertahap, serta memberi informasi terkait
bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
c. Metode
1. Jenis diet yang diberikan, tujuan diet, syarat diet, prinsip diet,
bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
2. Contoh menu dalam sehari.
3. Metode yang digunakan adalah edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien dengan dibantu media leaflet.

7. Implementasi Gizi
a. Kajian terapi diet
1) Jenis diet : Diet Jantung III, Rendah Garam II,
Tinggi Protein

22
2) Bentuk makanan : Lunak
3) Cara pemberian : Oral
4) Frekuensi pemberian : Makanan utama 3 kali sehari
5) Zat gizi yang diberikan : Sesuai kebutuhan pasien

L. Monitoring dan Evaluasi


Indicator Yang diukur Pengukuran Evaluasi target
Antropometri LILA Saat awal melakukan BB meningkat
Tinggi Lutut skrining
Biokimia Hasil Bila dilakukan Membantu
pemeriksaan pemeriksaan lab menormalkan nilai
lab khususnya Lab khususnya
HGB HGB
Fisik Kondisi dan Bila dilakukan Membantu
keadaan fisik pemeriksaan menormalkan dan
pasien mengurangi
keluhan pasien
Klinis Tekanan darah Bila dilakukan Membantu
pemeriksaan menormalkan hasil
pemeriksaan
Tekanan darah
Asupan Energi, protein, Setiap hari Minimal meningkat
lemak , menjadi 80% dari
karbohidrat, kebutuhan
serat

23
M. Perencanaan Menu
1. Perencanaan Menu ke - 1

Waktu Menu Bahan Makanan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe Na


(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg)

Sore Nasi tim Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 56,3 0,4 -
15.00 Pepes ayam Daging ayam 35 74,9 7,1 5,0 - 0,5 19,3
Tempe kukus Tempe 40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,9 2,4
Bening kacang Kacang panjang 25 8,7 0,5 0,1 2,0 0,3 0,8
panjang Labu kuning 15 5,8 0,1 0,1 1,3 - 0,2
Belimbing wuluh 5 1,6 - - 0,4 - 0,1
Minyak 5 43,1 - 5,0 - - -
Gula 10 38,7 - - 10 - 0,1
Putih Telur Putih telur 15 7,5 1,6 - 0,2 - 24,6
Kecap 5 3,0 0,5 - 0,3 0,1 279,3

Pagi Nasi tim Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 56,3 0,4 -
07.00 Nila Goreng Saos Ikan segar 40 39,2 7,2 1,0 - 0,3 19,2
Tiram
Oseng Tahu Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 2,2 2,8
Tumis labu siam Labu siam 30 6,0 0,3 0,1 1,3 0,1 0,3
Wortel 25 6,5 0,2 0,1 1,3 0,5 15
Minyak 5 43,1 - 5,0 - - -
Gula pasir 10 38,7 - - 10 - 0,1
Putih Telur Putih telur 15 7,5 1,6 - 0,2 - 24,6
Bawang bombay 5 1,4 0,1 - 0,2 - 0,4

24
Siang Nasi tim Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 56,3 0,4 -
12.00 Ayam panggang Daging ayam 40 85,6 8,1 5,7 - 0,5 22
Tempe bacem Tempe 40 94,3 4,3 6,0 7,0 1,2 2,0
Cah papaya muda Pepaya muda 20 4,4 0,2 0,1 0,9 - 1,6
Wortel 20 5,2 0,2 - 1,0 0,4 12,0
Minyak 5 43,1 - 5,0 - - -
Melon 90 34,4 0,5 0,2 7,5 0,3 0,9
Melon Putih Telur 15 7,5 1,6 - 0,2 - 24,6
Putih telur Gula pasir 10 38,7 - - 10 - 0,1
Gula merah 20 75,2 - - 19,5 0,3 7,8
Kecap 5 3,0 0,5 - 0,3 0,1 279,3
TOTAL 1530 58,7 37,1 249,5 8,9 739,4

25
2. Perencanaan Menu ke -2

Waktu Menu Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe Na


Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg)
Sore Nasi Tim Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 56,3 0,4 -
15.00 Patin Ikan segar 50 49 9,1 1,2 - 0,3 24
Panggang Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 2,2 2,8
Tumis tahu Buncis 25 8,7 0,5 0,1 2,0 0,3 0,8
Asem buncis Wortel 45 11,6 0,4 0,1 2,2 0,9 27
Timun 30 3,9 0,2 - 0,8 0,1 0,6
Tomat 15 2,6 0,1 - 0,4 0,1 0,9
Minyak 5 43,1 - 5,0 - - -
Gula 10 38,7 - - 10 - 0,1
Putih telur Putih telur 20 10 1,86 - 0,2 - 32,8

Pagi Nasi Tim Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 56,3 0,4 -
07.00 Bistik ayam Ayam 55 117,7 11,1 7,8 - 0,6 30,3
Kecap 10 6,0 1,0 - 0,6 0,2 558,6
Tempe asam Tempe 40 79,6 7,6 3,1 6,8 0,9 2,4
manis
Cah wortel Wortel 30 7,7 0,3 0,1 1,4 0,6 18
Kacang panjang 30 10,5 0,6 0,1 2,4 0,4 0,9
Minyak 5 43,1 - 5,0 - - -
Gula pasir 10 38,7 - - 10 - 0,1
Daun bawang 5 1,1 0,1 - 0,3 - 0,3
Putih telur Putih telur 20 10 1,86 - 0,2 - 32,8
Pai buah Pai buah 30 115 1,2 - 40 - -

26
Siang Nasi tim Nasi tim 200 234,2 4,4 0,4 56,3 0,4 -
12.00 Ikan nila bakar Ikan segar 50 49 5,4 1,2 - 0,3 24
Tahu bb serai Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 2,2 2,8
Sayur asam Kacang panjang 30 10,5 0,6 0,1 2,4 0,4 0,9
banjar tanpa Timun 40 5,2 0,3 - 1,1 0,1 0,8
kol Terong putih 30 8,4 0,2 0,1 2,0 0,1 0,9
Semangka 80 25,6 0,5 0,3 5,8 0,2 1,6
Semangka Minyak 5 43,1 - 5,0 - - -
Gula pasir 10 38,7 - - 10 - 0,1
Putih Telur Putih telur 20 10 1,86 - 0,2 - 32,8

TOTAL 1550,9 62 34,3 254,2 11,1 798,1

27
N. Hasil dan Pembahasan

1. Monitoring dan Evaluasi Asupan Zat Gizi


a. Food Weighing Menu 1

Waktu Menu Bahan Makanan Berat Berat Berat yang Energi Protein Lemak KH Fe Na
(gr) Akhir di Konsumsi (kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg)
(gr) (gr)
Sore Nasi tim Nasi tim 200 187 13 15,2 0,3 - 3,4 0,0 -
15.00 Pepes ayam Daging ayam 58 54 4 11,4 1,1 0,8 - 0,1 2,9
Tempe kukus Tempe 41 41 - - - - - - -
Bening kacang Kacang panjang 35 35 - - - - - - -
panjang
Putih Telur Putih telur 21 12 9 4,5 0,9 - 0,1 - 14,8
Pais pisang Pais pisang - - 50 36,4 0,6 0,9 8,1 0,4 2,5
Gula pasir 5 - 5 19,3 - - 5 - 0,1
Pagi Bubur Bubur - - 150 109,3 1,9 0,2 24 0,2 -
07.00 Roti manis Roti - - 40 114 3,2 1,1 22,7 0,3 219,2
Anggur Anggur - - 60 18,1 0,1 0,1 4,6 0,1 -
Belinjo Belinjo - - 10 33,2 1,5 0,2 6,4 - 0,5

Siang Nasi tim Nasi tim 200 193 7 8,2 0,2 - 1,8 - 0,2
12.00 Ayam panggang Daging ayam 67 53 14 39,9 3,8 2,6 - 0,3 10,2
Tempe bacem Tempe 41 41 - - - - - - -
Cah papaya muda Pepaya muda 20 15 5 1,1 0,1 - 0,2 - 4,8
Wortel 20 13 7 1,8 0,1 - 0,3 - 20,3
Minyak 10 - 10 86,2 - 10 - - -
Melon Melon 92 0 92 35,2 0,6 0,2 7,6 0,1 0,9
Putih telur Putih Telur 16 0 16 8,0 1,7 - 0,2 - 26,2
Gula pasir 2 0 2 7,7 - - 2,0 - -
TOTAL 549,4 16,4 16,2 85,4 2 282

28
b. Food Weighing Menu 2

Waktu Menu Bahan Makanan Berat Berat Berat yang Energi Protein Lemak KH Fe Na
(gr) Akhir di (kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg)
(gr) Konsumsi
(gr)
Sore Nasi Tim Nasi tim 200 176 24 28,1 0,5 - 6,2 - 0,0
15.00 Patin Panggang Ikan segar 50 0 50 49 9,1 1,2 - 0,3 24
Tumis tahu Tahu 40 40 - - - - - - -
Asem buncis Buncis 25 17 8 2,8 0,2 - 0,6 0,1 0,2
Wortel 45 19 26 6,7 0,3 0,1 1,2 0,5 15,6
Timun 30 13 17 2,2 0,1 - 0,4 0,1 0,3
Tomat 15 0 15 15 10 - 0,4 0,1 0,9
Minyak 10 - 10 86,2 - 10 - - -
Putih telur Putih telur 20 0 20 10 2,1 - 0,2 - 32,8
Pagi Nasi Tim Nasi tim 200 185 15 17,6 0,3 - 3,9 - -
07.00 Bistik ayam Ayam 55 0 55 156,7 14,8 10,4 - 0,8 40,2
Tempe asam manis Tempe 40 40 - - - - - - -
Cah wortel
Wortel 30 23 7 1,8 0,1 - 0,3 0,1 4,2
Putih telur Kacang panjang 30 22 8 2,8 0,2 - 0,6 0,1 0,2
Pai buah Putih telur 20 0 20 10 2,1 - 0,2 - 32,8
Pai buah 48 0 48 201 3,9 9,89 24 - -
Anggur Anggur - - 60 18,1 0,1 0,1 4,6 - -
Minyak Minyak 5 - 5 43 - 5 - - -
Gula Gula pasir 5 - 5 19,3 - - 5,0 - 0,1

TOTAL 670,3 43,8 36,6 47,6 2,2 151,3

29
c. Monitoring dan Evaluasi Asupan Makanan
1) Hasil
Zat gizi Asupan Kebutuhan Tingkat Interpretasi
makan konsumsi
(%)
Menu I
Energi 549,4 1590,2 35,5 % Defisit berat
Protein 16,4 59,6 46,4 % Defisit berat
Lemak 16,2 35,3 45,8 % Defisit berat
KH 85,4 258,4 33 % Defisit berat
Fe 2 7,7 25,9 % Defisit berat
Na 282 1162,8 24,2 % Defisit berat
Menu II
Energi 670,3 1590,2 42,1 % Defisit berat
Protein 43,8 59,6 73,4 % Defisit sedang
Lemak 36,6 35,3 103,6 % Normal
Kh 47,6 258,4 18,4 % Defisit berat
Fe 2,2 7,7 28,5 % Defisit berat
Na 151,3 1162,8 13 % Defisit berat

2) Pembahasan
a) Asupan Makanan
Monitoring asupan makan pasien dilakukan selama 2 hari
yang terdiri dari 5 kali pemorsian makanan utama. Evaluasi
asupan makanan dilakukan dengan metode food weighing untuk
mengetahui berat makanan yang dimakan pasien. Maka diketahui
pada intervensi hari ke 1 asupan energi, protein, lemak,
karbohidrat, fe dan natrium mengalami defisit tingkat berat dan
intervensi hari ke 2 asupan energi, karbohidrat, fe dan natrium
masih mengalami defisit berat. Asupan protein mengalami

30
peningkatan dari defisit berat ke defisit sedang dan asupan lemak
dari defisit berat ke normal.

b) Energi
Asupan energi pasien pada intervensi gizi hari ke 1, sebesar
549,4 kkal, kebutuhan pasien 1590,2 kkal, dengan tingkat asupan
sebesar 35,3% interpretasi masuk dalam kategori defisit tingkat
berat. Pada intervensi hari ke 2 asupan energi pasien mengalami
peningkatan setelah dilakukan intervensi gizi, sebesar 670,3 kkal,
dari kebutuhan pasien yaitu 1590,2 kkal, dengan persentase
tingkat konsumsi sebesar 42,1 % interpretasi masih termasuk
dalam kategori defisit tingkat berat. Hal ini dikarenakan pasien
masih mual sehingga kurang nafsu makan.

c) Protein
Selain memenuhi kebutuhan gizi, protein juga sebagai
memelihara keseimbangan cairan tubuh, pembentukan protein di
serum Hb sesuai dengan diagnosa penyakit klien yaitu anemia.
Maka diketahui asupan protein pasien dari intervensi hari ke 1
dan hari ke 2 mengalami peningkatan setelah dilakukan intervensi
gizi. Pada intervensi hari ke 1, sebesar 16,4 gram, kebutuhan
protein pasien 59,6 gram, dengan tingkat asupan protein sebesar
46,4 % interpretasi masuk dalam kategori defisit berat. Pada
intervensi hari ke 2 asupan protein pasien mengalami sedikit
peningkatan setelah dilakukan intervensi gizi, sebesar 43,8 gram,
kebutuhan protein pasien 59,6 gram, tingkat konsumsi sebesar
73,4 % interpretasi masuk dalam kategori defisit tingkat sedang .

d) Lemak
Lemak dalam tubuh sangat berperan penting dalam
pengurangan fungsi protein sehingga fungsi protein dalam tubuh

31
dapat digunakan untuk memaksimalkan fungsi lain yang
membutuhkan sumber protein. Jika asupan lemak pasien baik,
maka harapannya protein pada tubuh pasien dapat berfungsi
dengan baik, dan membantu memperbaiki keadaan malnutrsi serta
infeksi yang dialami pasien, karena lemak juga dapat mensuplai
energi bagi tubuh, sebagai cadangan energi tubuh. Pada intervensi
hari ke 1, sebesar 16,2 gram, kebutuhan lemak pasien 35,3 gram,
dengan tingkat asupan lemak sebesar 45,8 % interpretasi masuk
dalam kategori deficit tingkat berat. Pada intervensi hari ke 2
asupan lemak pasien mengalami peningkatan setelah dilakukan
intervensi gizi, sebesar 36,6 gram, kebutuhan lemak pasien 35,3
gram, tingkat konsumsi sebesar 103,6 % interpretasi masuk dalam
kategori normal.

e) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai pembentuk gula darah, untuk
kebutuhan tubuh dan membentuk glikogen sebagai cadangan
makanan, memberikan tubuh sumber energi dan membantu dalam
mengoptimalkan kerja otak, jantung dan saraf, sistem pencernaan
dan kekebalan tubuh. Serta berperan dalam proses metabolisme,
yaitu proses untuk menjaga keseimbangan asam dan basa dalam
tubuh, pembentuk struktur sel, jaringan serta organ tubuh. Pada
intervensi hari ke 1, sebesar 85,4 gram, kebutuhan karbohidrat
pasien 258,4 gram, dengan tingkat asupan karbohidrat sebesar 33
% interpretasi masuk dalam kategori deficit tingkat berat. Pada
intervensi hari ke 2 asupan karbohidrat pasien mengalami
penurunan setelah dilakukan intervensi gizi, sebesar 47,6 gram,
kebutuhan karbohidrat pasien 258,4 gram, tingkat konsumsi
sebesar 18,4 % interpretasi masuk dalam kategori defisit berat.
Hal ini dikarenakan kurangnya nafsu makan pasien selama masuk
rumah sakit dan adanya gangguan dalam menelan makanan.

32
f) Fe
Fe diperlukan dalam pembentukan darah yaitu sintesis
hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit
yang berfungsi penting bagi tubuh. Pada intervensi hari ke 1,
asupan fe pasien sebesar 2 mg, kebutuhan asupan fe pasien 7,7
mg, dengan tingkat asupan fe sebesar 25,9 % interpretasi masuk
dalam kategori defisit tingkat berat. Pada intervensi hari ke 2
asupan fe pasien mengalami peningkatan setelah dilakukan
intervensi gizi, sebesar 2,2 mg , kebutuhan fe pasien sebesar 7,7
mg, tingkat konsumsi sebesar 28,5 % tetapi masih tergolong
dalam kategori defisit berat. Asupan fe mengalami peningkatan
karena dilihat dari asupan makanan pasien yang menghabiskan
lauk hewani seperti ikan.

g) Natrium
Natrium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan
untuk fungsi tubuh. Natrium dapat membantu menjaga
keseimbangan cairan tubuh melalui proses osmosis, akan tetapi
apabila natrium dikonsumsi berlebihan kemampuan ginjal akan
menurun dan tekanan darah akan meningkat. Jika tidak ditangani
akan berisiko mengalami gagal ginjal. Pada intervensi hari ke 1,
asupan natrium pasien sebesar 282 mg, kebutuhan asupan natrium
pasien 1162,8 mg, dengan tingkat asupan natrium sebesar 24,2 %
interpretasi masuk dalam kategori deficit tingkat berat. Pada
intervensi hari ke 2 asupan natrium pasien mengalami penurunan
setelah dilakukan intervensi gizi, sebesar 151,3 mg , kebutuhan
natrium pasien sebesar 1162,8 mg, tingkat konsumsi sebesar 13 %
interpretasi masuk dalam kategori defisit berat.

33
2. Monitoring dan Evaluasi Data Rekam Medis
a. Pengukuran Antropometri

Pada pengukuran antropometri awal pasien dilakukan pengukuran


tinggi badan dan berat badan. Dari hasil pengukuran antropometri awal
didapatkan hasil pengukuran tinggi lutut = 40,1 cm, dan Lila = 21,5 cm,
sehingga didapatkan estimasi berat badan klien 47,6 kg dan tinggi badan
138,8 cm dan status gizi klien menurut LILA 81,1% masuk dalam
kategori gizi kurang.

b. Pemeriksaan Fisik/Klinis
1). Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaam
06 April 2021 Lemah
07 April 2021 Lemah
08 April 2021 Lemah
09 April 2021 Membaik
Kesimpulan : Dari pemeriksaan fisik awal pasien pada tanggal 06 April
2021 pasien Nampak lemah, pemeriksaan fisik tanggal 07 April 2021
pasien tampak lemah, pemeriksaan fisik 08 April 2021 pasien tampak
lemah, dan pemeriksaan 09 April 2021 pasien tampak membaik.

2). Pemeriksaan Klinis

Tanggal Tekanan Darah Interpretasi


06 April 2021 170/80 mmHg Tinggi

07 April 2021 133/73 mmHg Tinggi


08 April 2021 140/68 mmHg Tinggi
09 April 2021 154/81 mmHg Tinggi

Kesimpulan : Dari pemeriksaan fisik klinis tekanan darah awal pasien


pada tanggal 06 April 2021 termasuk kategori tinggi, kemudian
dilakukan pemeriksaan tekanan darah lagi pada tanggal 07 April 2021
termasuk tinggi dan pada tanggal 8 April 2021 dilakukan pemeriksaan

34
tekanan darah termasuk kategori tinggi ,kemudian pada tanggal 09
April 2021 dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan termasuk kategori
tinggi.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Data Pemeriksaan Biokimia Tanggal 06 April 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Hgb 8,2 gr/dl 12-15,5 gr/dl Rendah
Glukosa 52 mg/dl ≥200 mg/dl Rendah
Sewaktu
Ureum 40 mg/dl 21-53 mg/dl Normal
Creatinin 0,92 mg/l 0,7-1,5 mg/dl Normal
Troponin I 7,49 ng/ml < 0,30 ng/ml Tinggi

Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan biokimia Ny. S pada 06 April


2021, diketahui bahwa Hb masuk kategori rendah, glukosa masuk
kategori rendah, ureum masuk kategori normal, creatinin masuk
kategori normal, dan Troponin I masuk kategori tinggi. Troponin I
tinggi dapat mengakibatkan serangan jantung karena pasokan darah ke
beberapa otot jantung tersumbat.

35
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan :
1. Pasien dengan diagnosa medis ACS NSTEMI + HT gr II + Dispepsia
+ Anemia. Dengan hasil skrining gizi awal masuk yaitu skor 6 masuk
dalam kategori resiko tinggi dan status gizi Ny. S berdasarkan LILA/U
yaitu 81,1% berstatus gizi kurang.
2. Dari hasil pengukuran antropometri didapatkan LILA 21,5 cm dan TL
40,1 cm.
3. Diagnosa pasien diketahui bahwa :
a. NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan mual dan
muntah ditandai dengan asupan energy pasien 24,5% dari total
kebutuhan, asupan protein 29,1% dari total kebutuhan , asupan
lemak 45% dari total kebutuhan, asupan karbohidrat 16,5 % dari
total kebutuhan masuk dalam kategori defisit berat.
b. NI.5.10.1.7 Kelebihan Asupan Natrium berkaitan dengan
hipertensi ditandai dengan hasil pemeriksaan Tekanan Darah
sebesar 170/80 mmHg.
c. NC.2.2 Perubahan nilai labolatorium terkait zat gizi berkaitan
dengan anemia dibuktikan dengan hasil Hb sebesar 8,2 gr/dl.
d. NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan
dengan belum terpapar informasi terkait gizi ditandai dengan pola
makan pasien yang suka makan-makanan yang bersantan dan teh
manis.
4. Pasien diberikan Diet Jantung III, Rendah Garam II dan Tinggi
Protein, serta bentuk makanan nasi lunak.
5. Setelah dilakukan monitoring dan evaluasi diketahui pada menu ke 1
tidak terjadi peningkatan asupan makan pasien dan pada hari ke 2
terjadi peningkatan asupan makanan pasien terutama pada asupan

36
protein yang mengalami defisit berat menjadi defisit sedang dan
asupan lemak yang mengalami defisit berat menjadi normal
dikarenakan kondisi pasien sudah dalam keadaan membaik.
B. Saran
1. Kunjungan ahli gizi untuk memberikan konsultasi ataupun edukasi gizi
keruangan lebih ditingkatkan lagi terutama pasien – pasien yang
membutuhkan diet khusus.
2. Perlu adanya dukungan dari keluarga, agar pasien mampu menerima
makanan yang disajikan rumah sakit agar kebutuhannya dapat
terpenuhi untuk membantu proses penyembuhan pasien. Serta
pengetahuan akan makanan yang sesuai dengan jenis diet jantung III,
rendah garam dan tinggi protein untuk pasien dapat dipahami dan
dimengerti oleh keluarga pasien.

37
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anbarasan Sri Santiya.(2015). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Penderita


Hipetensi di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang pada periode 27 Februari-
14 Maret 2015. ISSN: 2089-9084. Universitas Udayana

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
LAMPIRAN

Pemorsian Ke-1 (Sore) Sisa Makanan pasien

Pemorsian Ke-2 (Pagi) Sisa Makanan pasien

Pasien puasa
Pemorsian Ke-3 (Siang) Sisa Makanan pasien

Pemorsian Ke -4 (Sore) Sisa Makanan pasien


Pemorsian Ke-5 (Pagi) Sisa Makanan pasien

Anda mungkin juga menyukai