Oleh
Achnia Azla
NIM. 5193240016
Dosen Pembimbing :
Risti Rosmiati, S.Gz., M.Si
Tyas Permatasari, S.Gz., M.Si
1
i
ii
SURAT PERNYATAAN PESERTA MAGANG
Achnia Azla
NIM. 5193240016
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan....................................................................................... i
Lembar Perbaiki Laporan PKL ...................................................................... ii
Suat Pernyataan Peserta Magang ................................................................... iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Daftar Tabel .................................................................................................. v
Daftar Gambar............................................................................................... vii
A. Perencanaan ........................................................................................ 10
B. Implementasi....................................................................................... 13
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI.................................................. 14
A. Dampak Perilaku dan Lingkungan Terkait Gizi .................................. 14
B. Dampak Asupan Makanan dan Zat Gizi ............................................. 15
C. Dampak Terhadap Tanda dan Gejala Terkait Gizi .............................. 20
iv
B. Analisis Diagnosis Dokter .................................................................. 24
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Antropometri. ........................................................................ 2
Tabel 1.2 Pengkajian Data Biokimia Tanggal 16 November 2022 ................. 2
Tabel 1.3 Pemeriksaan Data Fisik/Klinis Tanggal 16 November 2022 ........... 3
Tabel 1.4 Perbandingan Asupan Pasien dengan Kebutuhan ........................... 6
Tabel 1.5 Interaksi Obat dengan Zat Gizi....................................................... 7
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Asupan Kebutuhan Energi selama Intervensi ................... 16
vii
GAMBARAN KASUS
Tn. S datang ke RSU Haji Medan pada tanggal 16 November 2022 pukul
18.20 wib dengan keluhan pucat, lemah, pusing, nyeri pada luka di kaki kiri, BAB
menghitam selama seminggu ini. Tn. S berusia 49 tahun dengan berat badan 60 kg,
tinggi badan 159 cm, LILA 24 cm dan memiliki luka di kaki kiri selama 6 bulan ini.
Tingkat kesadaran compos mentis, suhu tubuh 37,5°C, nadi 92x/menit, pernapasan
20x/menit, tekanan darah 65/52 mmHg, skala nyeri 6, dan cgs 15 e:4, v:5, dan m:6.
Tn. S dirawat di ruangan Shafa kelas 3B1 dengan diagnosa medis anemia penyakit
kronis, diabetes melitus tipe II, ulkus dm pedis, PSMBA (Pendarahan Saluran
Makanan Bagian Atas), AKI (Acute Kidney Injury), dan hipokalemia.
Tn. S bekerja sebagai tukang potong ayam, sesekali berladang ubi, dan tidak
pernah berolahraga. Tn. S adalah seorang tamatan SLTA dan tinggal bersama istri
dan anaknya. Tn. S tidak mengalami gangguan menguyah dan menelan, dan tidak
memiliki alergi terhadap makanan. Selama di rumah, Tn. S rutin mengkonsumsi
glimepiride 1x/hari. Tn. S pernah mendapatkan edukasi terkait diabetes melitus
namun masih enggan untuk mematuhi diet yang disarankan, Tn. S tetap jarang
mengkonsumsi sayur dan buah, sesekali mengkonsumsi gorengan, sering makan
makanan bersantan dan manis. Tn. S tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi,
viii
namun sering minum karena sering merasa haus. Tn. S mengalami penurunan nafsu
makan seminggu terakhir, dari hasil food recall 1x24 jam pada tanggal 17 November
2022 Tn. S hanya menghabiskan setengah porsi dari keseluruhan makanan rumah
sakit.
ix
BAB I
PENGKAJIAN GIZI
IDENTITAS PASIEN
Usia : 49 tahun
Diagnosa Medis Saat Ini : Anemia Penyakit Kronis, Diabetes Melitus tipe II,
Ulkus DM Pedis, PSMBA (Pendarahan Saluran
Makanan Bagian Atas), AKI (acute kidney injury),
dan Hipokalemia.
Berat Badan : 60 kg
LILA : 24 cm
A. Srining Gizi
1
Kesimpulan :
Dari hasil MST dengan skor 0 menandakan bahwa Tn. S tidak beresiko mengalami
malnutrisi.
B. Antropometri
Berdasarkan perhitungan IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan hasil 23,73 kg/m2 dalam
klasifikasi IMT menurut Kemenkes, 2014 status gizi Tn. S tergolong ke dalam normal.
C. Biokimia
2
Kesimpulan :
− Kejadian anemia penyakit kronik dapat dilihat dari kadar hemoglobin rendah
5,7 g/L, hematokrit rendah 16,3%, eritrosit rendah 2,61 juta/uL, MCV rendah 63
fL, dan MCH rendah 22 pg.
− Kejadian diabetes melitus tipe II dapat dilihat dari kadar glukosa darah
adrandom yang tinggi yaitu 375 mg/dL.
− Kejadian AKI (acute kidney injury) dapat dilihat dari kadar ureum tinggi
(181,8 mg/dL) dan kreatinin tinggi (4,4 mg/dL).
− Kejadian hipokalemia dapat dilihat dari kadar kalium rendah 3 mEg/L.
− Kejadian ulkus dm pedis dapat dilihat dari kadar leukosit tinggi 14,5 ribu/mm3.
D. Fisik/Klinis
Berdasarkan data klinis di atas dapat diketahui bahwa tekanan darah Tn. S tergolong
rendah (hipotensi) dan Tn. S mengalami pendarahan saluran makanan bagian bawah
yang ditandai dengan BAB yang menghitam. Keluhan fisik lainnya yang dirasakan
Tn. S adalah pucat, lemah, pusing, nyeri pada luka kaki sebelah kiri.
3
E. Riwayat Makan
1. Asupan makan
Kualitatif
Asupan sebelum kunjungan ke rumah sakit
Sebelum masuk rumah sakit, Tn. S memiliki pola makan 3x/hari tanpa
selingan. Tn. S jarang mengkonsumsi sayur dan buah, sesekali mengkonsumsi
gorengan, suka makanan bersantan dan manis. Tn. S tidak pernah membatasi
mengkonsumsi makanan yang harus dihindari penderita penyakit diabetes melitus.
Tn. S tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi, namun sering minum karena
sering merasa haus. Tn. S mengalami penurunan nafsu makan seminggu terakhir.
4
Kesimpulan :
Tn. S mengalami penurunan nafsu makan dari sebelum masuk rumah sakit dan tidak
ada peningkatan nafsu makan setelah dirawat di rumah sakit, hal ini ditunjukkan oleh
rendahnya asupan Tn. S dengan rata-rata asupan di bawah dari 80%, sehingga
kebutuhan zat gizi Tn. S pada lemak dan karbohidrat belum terpenuhi dengan cukup,
sedangkan protein sudah mencukupi.
3. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik sebelum masuk rumah sakit
Sebelum masuk ke rumah sakit, Tn. S berjualan ayam potong setiap pagi dan
sesekali berladang ubi. Tn.S jarang berolahraga.
Aktifitas fisik di rumah sakit
Saat di rumah sakit, Tn. S dalam keadaan sadar. Tn. S hanya mampu
berbaring dan sesekali duduk di tempat tidur pasien. Tn. S masih bisa
berjalan namun harus dibantu.
Kesimpulan :
Aktivitas Tn. S sebelum dan sesudah masuk rumah sakit tergolong aktivitas ringan.
4. Ketersediaan Makanan
Ketersediaan makanan di lingkungan tempat tinggal pasien cukup memadai
dan mudah dijangkau.
Kesimpulan:
Tn. S tidak mengalami kesulitan dalam mengakses makanan.
5
5. Kemampuan pasien untuk menerima makanan
Kemampuan pasien untuk menerima makanan sebelum masuk rumah sakit
Tn. S tidak memiliki alergi terhadap makanan dan tidak mengalami gangguan
makan seperti kesulitan menelan dan mengunyah.
Kemampuan pasien untuk menerima makanan setelah masuk rumah sakit
Tn. S tidak tidak mengalami gangguan makan seperti kesulitan menelan dan
mengunyah, sehingga pasien mengkonsumsi makanan secara oral dalam
bentuk makanan biasa.
Kesimpulan:
Tn. S tidak memiliki gangguan dalam menerima makanan.
6
Kesimpulan :
7
F. Riwayat Personal
Tn. S didiagnosa menderita anemia penyakit kronik, AKI (acute kidney injury),
hipotensi disebabkan oleh komplikasi atas penyakit diabetes melitus tipe II yang
sudah dialami selama 5 tahun. Tn. S tidak memiliki alergi terhadap makanan dan
selalu mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh istri.
8
BAB II
DIAGNOSIS GIZI
A. Domain Intake
NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat (P) berhubungan dengan pola makan tidak tepat
dan penurunan nafsu makan (E) ditandai oleh hasil recall 1x24 jam dengan energi
sebesar 47,7%, lemak 58,1%, dan karbohidrat 37,65%. (S)
B. Domain Klinis
NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (P) berhubungan dengan status
anemia, gangguan fungsi pada ginjal, dan gangguan fungsi endokrin (E) ditandai
dengan kadar hemoglobin rendah (5,7 g/L), ureum tinggi (181,8 mg/dL), kreatinin
tinggi (4,4 mg/dL), dan glukosa darah adrandom tinggi (375 mg/dL) .(S)
C. Domain Behavior
9
BAB III
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan
Intervensi yang akan diberikan kepada pasien Tn. S terdiri dari dua jenis
intervensi, yaitu terapi diet dan terapi edukasi.
1. Terapi Diet
Jenis Diet
Jenis diet yang akan diberikan kepada Tn. S yaitu diet DM II (pemesanan
DM V : 1900 kkal), diet ginjal, dan diet lambung III
Tujuan Diet
Memberikan energi yang cukup untuk mempertahankan berat badan dan
status gizi normal.
Menurunkan kadar glukosa darah mencapai normal.
Meningkatkan kadar hemoglobin dan kalium.
Mengendalikan gejala uremia.
Mengatur keseimbangan air dan elektrolit.
Meringankan kerja lambung.
Mengurangi keasaman untuk mencegah iritasi pada esofagus.
Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal.
Preskripsi Diet
Bentuk makanan biasa
Frekuensi makan utama 3 kali dan selingan 2 kali
Rute pemberian makanan oral
Prinsip Diet
Energi diberikan sesuai kebutuhan, 30kkal/kg BBI.
Protein diberikan cukup dan sesuai kondisi pasien, 0,8g/BBA.
Lemak cukup 20% dan karbohidrat sisa dari keseluruhan zat gizi.
Vitamin diberikan cukup, Vitamin C 90 mg.
Mineral diberikan cukup, kalium (K) 4700 mg dan zat besi (Fe) 9 mg.
Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.
10
Syarat Diet
Energi diberikan sesuai kebutuhan yaitu 1991,25 kkal.
Protein cukup, 0,8g/kg BBI yaitu 48gr.
Lemak cukup, 20% dari kebutuhan kalori total yaitu 44,25 gr.
Karbohidrat cukup, yaitu sisa pengurangan dari keseluruhan zat gizi (protein
dan lemak) yaitu 350,25 gr.
Vitamin diberikan cukup, vitamin C sebesar 90 mg
Mineral diberikan cukup, kalium (K) 4700 mg dan zat besi (Fe) 9 mg
Perhitungan Kebutuhan
Menurut perhitungan Perkeni, 2021 kebutuhan kalori pasien adalah:
Energi :
BBI = (TB – 100) – 10%(TB – 100) = (159 – 100) – 10%(159 – 100)
= 59 – 5,9 = 53,1 kg
Jenis kelamin laki-laki, BMR = 30kkal/kg BB = 30 x 53,1 = 1593 kkal
Usia di atas 40 tahun, kebutuhan dikurangi 5%, FU = 1593 x 5% = 79,65 kkal
Keadaan istirahat, penambahan kalori 20%, FA = 1593 x 20% = 318,6 kkal
Faktor Stress, penambahaan kalori 10%, FS = 1593 x 10% = 159,3 kkal
TEE = (BMR+FA+FS)–FU = (1593+318,6+159,3)–79,65 = 1991,25 kkal
Protein, 0,8g/BBA dengan pertimbangan gangguan pada ginjal
Protein = 0,8 x 60 = 48 gram ~ 192 kkal
Lemak, 20% dari kebutuhan energi total
Lemak = 1991,25 x 20% = 398,25 kkal ~ 44,25 gram
Karbohidrat, sisa dari keseluruhan kebutuhan zat gizi
Karbohidrat = 1991,25 – 192 – 398,25 = 1401 kkal ~ 350,25 gram
Vitamin
Vitamin C = 90 mg.
Mineral
Kalium (K) = 4700 mg
Zat besi (Fe) = 9 mg
11
2. Terapi Edukasi
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang
diderita pasien serta kaitannya dengan gizi, seperti makanan yang harus
dihindari atau yang dapat dikonsumsi oleh penderita anemia, diabetes melitus
tipe II, dan gagal ginjal akut.
Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai intervensi diet
yang telah diberikan.
Memotivasi dan meningkatkan kesadaran pasien untuk patuh dalam
menjalankan diet yang diberikan.
Metode
Terapi edukasi dilakukan dengan metode ceramah atau konseling secara
langsung di ruangan rawat pasien. Konseling dilakukan dengan cara menjelaskan
materi kepada sasaran dan melakukan sesi tanya jawab.
Materi
Pengertian anemia, diabetes melitus tipe II, gagal ginjal akut, dan psmba
Penyebab, tanda dan gejala terjadinya anemia, diabetes melitus tipe II, gagal
ginjal akut, dan psmba
Tujuan, syarat, dan prinsip diet yang diberikan.
Makanan yang dianjurkan, dihindari, dan dilarang penderita anemia, diabetes
melitus tipe II, gagal ginjal akut, dan psmba
Gaya hidup yang baik untuk penderita anemia, diabetes melitus tipe II, gagal
ginjal akut, dan psmba
Menu rekomendasi untuk penderita anemia, diabetes melitus tipe II, gagal
ginjal akut, dan psmba
Sasaran : pasien dan keluarga
Waktu : 15 menit
12
B. Implementasi
1. Terapi Diet
Diet yang diberikan yaitu dihitung menggunakan rumus Perkeni, 2021
dengan kebutuhan energi sebanyak 1991,25 kkal, protein 48 gr, lemak 44,25
gr, karbohidrat 350,25 gr, vitamin C 90 mg, dan kalium 4700 mg
Diet diberikan dengan rute oral dalam bentuk makanan biasa
Diet diberikan dengan 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan per
hari.
2.Terapi Edukasi
Tabel 3.1 Pelaksanaan Edukasi Gizi
Pelaksanaan Edukasi Gizi
Tempat Ruangan rawat pasien
Topik Diet diabetes melitus, penyakit anemia, gagal ginjal akut,
dan psmba
Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien dan
keluarga terkait diet yang diberikan.
Sasaran Pasien dan keluarga.
Waktu 15 menit
Materi Pengertian anemia, diabetes melitus tipe II, gagal
ginjal akut, dan psmba
Penyebab, tanda dan gejala terjadinya anemia,
diabetes melitus tipe II, gagal ginjal akut, dan psmba
Tujuan, syarat, dan prinsip diet yang diberikan.
Makanan yang dianjurkan, dihindari, dan dilarang
penderita anemia, diabetes melitus tipe II, gagal ginjal
akut, dan psmba
Gaya hidup yang baik untuk penderita anemia,
diabetes melitus tipe II, gagal ginjal akut, dan psmba
Media Leaflet diet diabetes melitus II, anemia, gagal ginjal akut,
dan psmba
Evaluasi Melakukan sesi tanya jawab, pasien dan keluarga dapat
menjelaskan kembali terkait materi yang sudah
disampaikan.
13
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. Dampak Perilaku dan Lingkungan terkait Gizi
Monitoring dan evaluasi mengenai dampak perilaku dan lingkungan terhadap
gizi dapat diketahui berdasarkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai
diet diabetes melitus dan penyakit penyerta lainnya seperti anemia, gagal ginjal akut,
dan hipokalemia, psmba. Kegiatan terapi edukasi gizi diberikan dengan
menggunakan media edukasi berupa leaflet. Terapi edukasi gizi dilaksanakan
sebanyak dua kali yaitu, pada tanggal 19 November 2022 pukul 10.00 wib untuk
menjelaskan diet diabetes melitus dan gizi seimbang, dan 20 November 2022 pukul
14.00 wib untuk menjelaskan terkait penyakit anemia dan gagal ginjal akut.
Metode yang dilakukan untuk melihat dampak perilaku dan lingkungan
terkait gizi yakni dengan melakukan konseling gizi dan tanya jawab secara langsung
dengan pasien dan keluarga pasien mengenai kondisi penyakit yang sedang diderita
pasien. Setelah dilakukannya tanya jawab, pasien dan keluarga pasien dapat
memahami terkait penyakit yang diderita dan berkomitmen untuk menjalankan diet
yang dianjurkan.
Tabel. 4.1 Dampak Perilaku dan Lingkungan terhadap Gizi
Indikator Waktu Metode Target Capaian Hasil
Tingkat Sabtu, 19 Konseling dan Pengetahuan Pasien dan keluarga
pengetahuan November tanya jawab pasien dan dapat memahami
tentang 2022 secara langsung keluarga pasien mengenai secara
makanan pukul dengan pasien meningkat dan singkat mengenai
dan gizi 10.00 wib mengenai komitmen untuk penyakit yang dialami
(FH-4.1.1) dan 20 kondisi menjalankan diet pasien dan juga pasien
November penyakit yang dapat memberitahukan
2022 dialami pasien kembali mengenai
pukul saat ini dengan materi yang telah
14.00 wib
bantuan media diberikan dan
leaflet. berkomitmen untuk
menjalankan diet yang
dianjurkan.
14
B. Dampak Asupan Makanan dan Zat Gizi
Monitoring dan evaluasi mengenai dampak asupan makanan dan zat gizi pada
pasien dilakukan untuk menilai kepatuhan pasien dalam menerapkan diet yang telah
diberikan. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara pemantauan asupan
makan selama 3 hari dimulai dari tanggal 18 – 20 November 2022, food-recall 3x24,
dan melakukan pemantauan pada sisa makanan pasien.
Bedasarkan tabel di atas, asupan makan Tn. S pada intervensi hari pertama,
yaitu pada tanggal 18 November 2022 menunjukkan bahwa asupan energi cukup,
protein cukup, lemak cukup, karbohidrat dan zat besi cukup. Hal ini dikarenakan Tn.
S mengalami peningkatan nafsu makan dan hampir menghabiskan seluruh makanan
yang diberikan. Namun, vitamin C dan kalium dalam kategori kurang dikarenakan
Tn. S kurang banyak mengkonsumsi buah dan sayur. Persentase zat gizi
dikategorikan sesuai dengan target pencapaian yang telah ditetapkan yaitu 80% -
110%.
Bedasarkan tabel di atas, asupan makan Tn. S pada intervensi hari kedua,
yaitu pada tanggal 19 November 2022 menunjukkan bahwa asupan energi kurang,
protein cukup, lemak cukup, dan karbohidrat kurang. Hal ini dikarenakan Tn. S
mengalami penurunan nafsu makan dengan tidak menghabiskan sarapan dan tidak
mengkonsumsi nasi yang diberikan pada makan malam. Tabel juga menunjukkan
15
asupan vitamin C cukup dikarenakan Tn. S mengkonsumsi buah yang tinggi vitamin
C, serta kalium dan zat besi dalam kategori kurang dikarenakan Tn. S kurang banyak
mengkonsumsi sayur. Persentase zat gizi dikategorikan sesuai dengan target
pencapaian yang telah ditetapkan yaitu 80% - 110%.
Tabel 4.4 Tabel Analisis Recall Intervensi III (20 November 2022)
Energi Protein Lemak KH Vit C Kalium Fe
(kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg)
Asupan 1845,3 50,4 44,7 299 22,8 1137,9 6,3
intervensi
Kebutuhan 1991,25 48 44,25 350,25 90 4700 9
% 92,67 105 101,02 85,37 25,33 24,21 70
Interpretasi cukup cukup cukup cukup kurang kurang kurang
Bedasarkan tabel di atas, asupan makan Tn. S pada intervensi hari ketiga,
yaitu pada tanggal 20 November 2022 menunjukkan bahwa asupan energi cukup,
protein cukup, lemak cukup, dan karbohidrat cukup. Hal ini dikarenakan Tn. S
mengalami peningkatan nafsu makan dan menghabiskan seluruh makanan yang
diberikan. Namun, vitamin C, kalium, dan zat besi dalam kategori kurang
dikarenakan Tn. S kurang banyak mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung
vit C, kalium, dan zat besi. Persentase zat gizi dikategorikan sesuai dengan target
pencapaian yang telah ditetapkan yaitu 80% - 110%.
Energi
2500
1991.25
2000 1991.25 1991.25
1500 1781.1 1845.3
1000 1280.8
500
0
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
16
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan energi pada hari
pertama intervensi dalam kategori cukup, mengalami penurunan di hari kedua dalam
kategori kurang dan mengalami peningkatan di hari ketiga dalam kategori cukup.
Rata-rata asupan energi selama tiga hari intervensi adalah 1635,73 kkal yaitu 82,14%
dari kebutuhan, sehingga energi terpenuhi dengan cukup.
Protein
60
51.9 48 50.4
50 48
48
40
42.3
30
20
10
0
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan protein pada hari
pertama intervensi dalam kategori cukup, mengalami penurunan di hari kedua namun
masih dalam kategori cukup dan mengalami peningkatan di hari dalam kategori
cukup. Rata-rata asupan protein selama tiga hari intervensi adalah 48,2 gr yaitu
100,42% dari kebutuhan, sehingga protein terpenuhi dengan cukup.
Lemak
46 44.7
44.25
44 44.25 44.25
42
41.2
40
38
36 37.4
34
32
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
17
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan lemak pada hari
pertama intervensi dalam kategori cukup, mengalami penurunan di hari kedua namun
masih dalam kategori cukup dan mengalami peningkatan di hari ketiga dalam
kategori cukup. Rata-rata asupan lemak selama tiga hari intervensi adalah 41,1 gr
yaitu 92,88% dari kebutuhan, sehingga lemak terpenuhi dengan cukup.
Karbohidrat
400 350.25
350 350.25 350.25
300 299
250 295.3
200
150 190.9
100
50
0
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat pada hari
pertama intervensi dalam kategori cukup, mengalami penurunan di hari kedua dalam
kategori kurang dan mengalami peningkatan di hari ketiga dalam kategori cukup.
Rata-rata asupan karbohidrat selama tiga hari intervensi adalah 261,73 gr yaitu
74,73% dari kebutuhan, sehingga karbohidrat kurang terpenuhi.
Vitamin C
100 90
90 90
80
86.4
60
40
41.7
20 22.8
0
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
18
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan vitamin C pada hari
pertama intervensi dalam kategori kurang, mengalami peningkatan di hari kedua
dalam kategori cukup dan mengalami penurunan di hari ketiga dalam kategori
kurang. Rata-rata asupan vitamin C selama tiga hari intervensi adalah 50,17 mg yaitu
55,74% dari kebutuhan, sehingga vitamin C kurang terpenuhi.
Kalium
5000 4700
4700 4700
4000
3000
2000 1604.7
1000 1137.9
1122.7
0
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan kalium pada hari
pertama intervensi dalam kategori kurang, mengalami penurunan di hari kedua dalam
kategori kurang dan mengalami peningkatan di hari ketiga dalam kategori kurang.
Rata-rata asupan kalium selama tiga hari intervensi adalah 1288,43 mg yaitu 27,14%
dari kebutuhan, sehingga kalium kurang terpenuhi.
Zat Besi
10 9
9 9
8
7.5
6 6.3
4
4.6
2
0
18/11/2022 19/11/2022 20/11/2022
Gambar 4.7 Grafik Asupan dan Kebutuhan Zat Besi selama Intervensi
19
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa asupan zat besi pada hari
pertama intervensi dalam kategori cukup, mengalami penurunan di hari kedua dalam
kategori kurang dan mengalami peningkatan di hari ketiga dalam kategori kurang.
Rata-rata asupan zat besi selama tiga hari intervensi adalah 6,13 mg yaitu 68,15%
dari kebutuhan, sehingga zat besi kurang terpenuhi.
Berdasarkan hasil pengukuran data klinis pasien selama 3 hari, dapat dilihat
bahwa terdapat perkembangan atau perubahan data fisik/klinis pasien. Monitoring
fisik dilakukan setiap hari dengan cara melihat dan menanyakan secara langsung
kepada pasien dan keluarga terkait kondisi terkini pasien mengenai keadaan fisik
seperti pucat, lemah, pusing, BAB hitam dan nyeri.
20
Tabel 4.6 Perkembangan Data Klinis Pasien
Tanda Klinis 16/11/2022 17/11/2022 18/11/2022 19/11/2022
Tekanan Darah 65/52 mmHg 108/60mmHg 112/70 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 92x/menit 90 x/menit 87 x/menit 87 x/menit
Respirasi 20x/menit 20 x/menit 22 x/menit 22 x/menit
Suhu 37,5°C 37°C 37°C 37°C
21
Tabel 4.8 Perkembangan Data Biokimia Pasien
Biokimia 16/11/2022 19/11/2022 Interpretasi
Hemoglobin 5,7 g/L 8,5 g/L Membaik
Hematokrit 16,3% 23,5% Membaik
Leukosit 14,5 ribu/mm3 18 ribu/mm3 Memburuk
Trombosit 162 ribu/mm3 116 ribu/mm3 Memburuk
Eritrosit 2,61 juta/uL 3,45 juta/uL Membaik
MCV 63 fL 68 fL Membaik
MCH 22 pg 25 pg Membaik
Glukosa Darah Adrandom 375 mg/dL 208mg/dL Membaik
Natrium 119 mEg/L 124 mEg/L Membaik
Kalium 3 mEg/L 2,9 mEg/L Memburuk
Klorida 77 mEg/L 83 mEg/L Membaik
22
BAB V
PEMBAHASAN
23
B. Analisis Diagnosis Dokter
Diagnosa medis Tn. S adalah anemia penyakit kronis, diabetes melitus tipe II,
ulkus dm pedis, PSMBA (Pendarahan Saluran Makanan Bagian Atas), AKI (Acute
Kidney Injury), dan hipokalemia. Tn. S memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
tipe II yang sudah diderita dalam 5 tahun terakhir. Diabetes melitus adalah keadaan
terjadinya peningkatan kadar glukosa plasma atau hiperglikemia, di mana adanya
kelainan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin (Alza, 2013). Kadar glukosa
tinggi di dalam sel akibat hiperglikemia terlibat dalam pembentukan radikal bebas
(ROS) yang akan menyebabkan kerusakan pada DNA mitokondria. Terjadinya
diabetes melitus tipe II dapat dilihat dari nilai normal gula darah sewaktu yaitu ≥ 200
mg/dl atau nilai normal gula darah puasa yaitu ≥ 126 mg/dl. Dalam kondisi Tn. S,
berdasarkan hasil laboratorium pada pemeriksaan tanggal 16 November 2022
didapatkan bahwa kadar glukosa darah sewaktu Tn. S adalah 375 mg/dL. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Tn. S dalam kategori tinggi dikarenakan
berada di atas nilai normal gula darah sewaktu yaitu ≥ 200 mg/dl. Hal ini lah yang
menyebabkan dokter mendiagnosis Tn. S mengalami diabetes melitus tipe II.
Diabetes melitus juga mejadi penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir.
Hasil Riskesdas, 2013 menyebutkan faktor resiko dari penyakit ginjal salah satunya
adalah diabetes melitus. Kadar gula darah yang tinggi melebihi batas normal dapat
24
melukai dan merusak pembuluh darah kapiler pada ginjal. Akibatnya nefron
mengalami kekurangan asupan oksigen dan darah bersih, sehingga darah kotor yang
ada di dalam tubuh tidak dapat tersaring dengan sempurna. Hal ini dapat
mengganggu metabolisme tubuh secara keseluruhan karena akan terjadi penumpukan
cairan dan garam yang tidak dapat tersaring oleh ginjal (Arisanti, 2020). Gangguan
pada ginjal biasanya ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang tidak normal.
Kadar ureum dikatakan normal apabila berada dalam rentang 10 – 38 mg/dL dan
kadar kreatinin dikatakan normal apabila berada dalam rentang 0,7 – 1,2 mg/dL.
Kreatinin merupakan metabolisme endogen yang berguna untuk menilai fungsi
glomerulus dan ureum merupakan produk nitrogen yang dapat memberikan
gambaran timbulnya ureum toksik (Arjani, 2017). Dari hasil laboratorium
pemeriksaan ginjal pada tanggal 16 November 2022 menunjukkan bahwa kadar
ureum tinggi yaitu 181,8 mg/dL dan kadar kreatinin tinggi yaitu 4,4 mg/dL. Oleh
karena itu, Tn. S didiagnosis mengalami gagal ginjal akut.
Kerusakan struktur dan fungsi ginjal bisa disertai dengan penurunan laju
filtrasi glomerulus. Dalam keadaan normal 90 % eritropoeitin (EPO) dihasilkan di
ginjal tepatnya oleh juxtaglomerulus dan hanya 10% yang diproduksi di hati.
Eritropoetin mempengaruhi produksi eritrosit dengan merangsang proliferasi,
diferensiasi dan maturasi prekursor eritroid. Keadaan anemia terjadi karena defisiensi
eritropoietin yang dihasilkan oleh sel peritubular sebagai respon hipoksia local akibat
pengurangan parenkim ginjal fungsional (Hidayat, 2016). Penurunan laju fitrasi
glomerulus ini berhubungan dengan gambaran klinik yang ditemukan pada Tn. S.
Salah satunya adalah penurunan kadar hemoglobin di dalam darah, dengan rentang
nilai normal yaitu 13 – 18 g/dL, dapat dikatakan sebagai anemia. Kondisi hematologi
Tn. S dalam pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 November 2022
menunjukkan bahwa kadar hemoglobin Tn. S berada di bawah nilai normal, yaitu 5,7
g/dL. Atas dasar inilah, Tn. S didiagnosis mengalami anemia penyakit kronis.
25
proksimal. Apabila ginjal mengalami penurunan fungsi maka akan terjadi perubahan
pada mekanisme homeostatis normal yang menjaga keseimbangan kalium (Tests,
2011). Keseimbangan kalium dapat terjadi apabila kadar kalium berada dalam
rentang 3,3 – 4,9 mEg/L. Ekskresi kalium pada ginjal melibatkan pertukaran ion
natrium dan kalium. Reabsorbsi natrium akan menyebabkan kalium berdifusi ke
dalam lumen. Bila jumlah natrium di dalam lumen berkurang, maka difusi kalium
akan menurun dan menyebabkan hipokalemia (Palmer, 2015). Kondisi Tn.S
pemeriksaan elektrolit Tn. S dalam pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16
November 2022 menunjukkan bahwa kadar kalium Tn. S berada dalam kategori di
bawah normal, yaitu 3 mEg/L. Hal inilah yang menjadi dasar Tn. S didiagnosis
mengalami hipokalemia.
26
Sekresi Insulin
Hiperglikemia
27
2018). Sedangkan, asupan makan Tn. S hanya memenuhi energi sebesar 47,7%,
protein 90,8%, lemak 58,1%, dan karbohidrat 37,65% dari kebutuhan yang
menunjukkan bahwa hanya protein saja yang terpenuhi dengan cukup sedangkan
energi, lemak, dan karbohidrat kurang tercukupi. Hal ini disebabkan karena
terjadinya penurunan nafsu makan sehingga Tn. S tidak menghabiskan semua
makanannya dan menyebabkan asupan gizinya tidak terpenuhi secara seimbang
sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, diagnosis pada domain intake yang ditegakkan
untuk Tn.S adalah ketidakseimbangan zat gizi (NI-5.5).
Diagnosis gizi dengan domain klinis ditegakkan dengan melihat data uji
laboratorium Tn. S pada pemeriksaan tanggal 16 November 2022. Didapatkan bahwa
kadar hemoglobin Tn. S 5,7 g/L, dikategorikan rendah karena berada di bawah dari
rentang nilai normal yaitu 13 – 18 g/dL. Hemoglobin yang rendah menunjukkan
bahwa adanya tanda terjadinya anemia pada pasien (Handayani, 2015). Kadar ureum
Tn. S 181,8 mg/dL, dikategorikan tinggi karena berada di atas dari rentang nilai
normal yaitu 10 – 38 mg/dL. Kadar kreatinin Tn. S 4,4 mg/dL, dikategorikan tinggi
karena berada di atas dari rentang nilai normal yaitu 0,7 – 1,2 mg/dL. Ureum dan
kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal masih normal.
Kreatinin merupakan metabolisme endogen yang berguna untuk menilai fungsi
glomerulus dan ureum merupakan produk nitrogen yang dapat memberikan
gambaran timbulnya ureum toksik (Arjani, 2017). Kadar glukosa darah adrandom
Tn. S 375 mg/dL, dikategorikan tinggi karena berada di atas dari nilai normal yaitu <
200 mg/dL. Glukosa darah adrandom yang tinggi menunjukkan adanya penyakit
diabetes melitus, hal ini dikarenakan kondisi hiperglikemi akibat kerusakan sekresi
insulin, kinerja insulin, atau keduanya (Widyaswara, 2022). Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya ketidaknormalan dari pemeriksaan hematologi,
fungsi ginjal, dan endokrin pada Tn. S. Sehingga, diagnosis pada domain klinis yang
ditegakkan untuk Tn. S adalah perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC-2.2).
28
atau dibatasi untuk penyakit yang dideritanya, namun Tn. S tidak mengaplikasikan
pengetahuannya pada asupan makannya sehari-hari dan tetap mengkonsumsi
makanan manis, berlemak, dan gorengan tanpa ada batasan karena Tn. S tidak
termotivasi untuk mematuhi diet yang seharusnya dijalankan. Oleh karena itu,
diagnosis pada domain behavior yang ditegakkan untuk Tn. S adalah ketidaksiapan
melakukan perubahan diet (NB-1.6).
Intervensi yang akan diberikan kepada pasien Tn. S terdiri dari dua jenis
intervensi, yaitu terapi diet dan terapi edukasi. Intervensi terapi diet diberikan untuk
memberikan diet yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan kondisi Tn. S.
Berdasarkan data laboratorium didapatkan data kadar glukosa darah adrandom Tn. S
berada dalam kategori tinggi yaitu 375 mg/dL dan Tn. S memiliki riwayat diabetes
melitus sejak 5 tahun lalu. Oleh karena itu, diet DM diberikan kepada Tn. S dengan
tujuan menurunkan kadar glukosa darah Tn. S hingga normal. Kondisi fungsi ginjal
pada uji laboratorium menunjukkan adanya permasalahan pada ginjal Tn. S, hal ini
ditandai dengan kadar kreatinin dan ureum yang tinggi, yaitu kreatinin 4,4 mg/dL
dan ureum 181,8 mg/dL. Sehingga diet ginjal juga diberikan pada Tn. S. untuk
mengendalikan gejala uremia dan mengatur keseimbangan air dan elektrolit. Kondisi
fisik Tn. S yang lemah dan tidak nafsu makan juga menjadi pertimbangan untuk
diberikannya diet lambung dengan tujuan meringankan kerja lambung dan
mengurangi keasaman untuk mencegah iritasi pada esofagus.
29
menyesuaikan bentuk makanan dengan toleransi Tn. S yang masih menerima
makanan dalam bentuk biasa tanpa ada keluhan mual dan muntah. Sehingga diet
lambung diberikan diet lambung III memberikan makanan dengan bentuk makanan
biasa, tidak mengandung bahan yang berbumbu tajam, dan makanan yang mudah
cerna. Dengan kombinasi ketiga diet tersebut, yaitu diet DM V, diet ginjal, dan diet
lambung III diharapkan Tn. S dapat memberikan energi yang cukup untuk
mempertahankan berat badan dan status gizi normal sehingga dapat meningkatkan
kesehatan Tn. S melalui gizi optimal.
Asupan vitamin C dan kalium diberikan sesuai dengan AKG 2019, vitamin C
diberikan sebanyak 90 mg dan kalium 4700 mg. Konsumsi vitamin C diperhatikan
dikarenakan vitamin C memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar gula darah
penderita diabetes tipe II, hal ini karena vitamin C dapat meningkatkan sensitivitas
insulin dan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Utami, 2015). Asupan kalium
diperhatikan dikarenakan kejadian hipokalemia pada pasien. Hasil perhitungan
intervensi gizi yang dilakukan selama 3 hari pada Tn. S menunjukkan bahwa energi,
protein, lemak, dan karbohidrat sudah mencukupi. Akan tetapi kebutuhan vitamin C
dan kalium belum memenuhi kebutuhan, dikarenakan bahan makanan yang tersedia
pada menu rumah sakit kurang memenuhi vitamin C dan kalium, setelah diberikan
makanan tambahan berupa buah yang tinggi vitamin C juga tetap belum memenuhi
kebutuhan vitamin C. Sehingga disarankan untuk konsultasi ke dokter terkait
konsumsi suplemen kalium dan menambahkan asupan buah dari menu luar rumah
sakit.
30
menilai sejauh mana pemahaman Tn. S dan keluarga terkait materi yang sudah
disampaikan. Dengan pengalaman Tn. S yang sebelumnya sudah pernah
mendapatkan edukasi terkait diet diabetes melitus, diharapkan Tn. S dan keluarga
mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang kaitan penyakit yang diderita Tn. S
dengan gizi, seperti makanan yang harus dihindari atau yang dapat dikonsumsi oleh
Tn. S, serta dapat memotivasi dan meningkatkan kesadaran Tn. S untuk mematuhi
diet yang diberikan.
31
penambahan gejala terkait kondisi fisik/klinis yang dirasakan Tn. S selama 3 hari
intervensi, juga melakukan pemeriksaan lanjutan pada data rekam medis.
Berdasarkan hasil monitoring fisik/klinis yang dilakukan, gejala yang dirasakan terus
menerus oleh Tn. S adalah lemah dikarenakan oleh anemia yang diderita dan nyeri
yang diakibatkan oleh luka pada kaki kiri Tn. S. Tanda klinis Tn. S yang sudah
normal adalah tekanan darah, di mana tekanan darah awal masuk rumah sakit
tergolong rendah yaitu 65/52 mmHg dan saat pengukuran terakhir pada hari ke tiga
perawatan tekanan darah Tn. S sudah dalam kondisi normal yaitu 110/70 mmHg.
Tanda klinis lain seperti respirasi, denyut nadi, dan suhu dalam keadaan normal sejak
awal.
32
BAB VI
KESIMPULAN
Intervensi yang diberikan berupa kombinasi diet dari beberapa penyakit yang
dideritanya, sehingga diberikan diet dengan jenis diet dm V, diet ginjal, dan diet
lambung V, di mana kebutuhan asupan harian, lemak dan karbohidrat Tn. S dihitung
berdasarkan rumus Perkeni, 2021. Sedangkan kebutuhan protein menggunakan
prinsip diet ginjal untuk meminimalisir memburuknya kondisi ginjal.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ariany, D. E., Achadi, E. L., Irawati, A., & Ariyani. (2012). Kekurangan Energi
Kronis pada Wanita Indonesia Validity Mid-Upper Arm Circumference to
Detect Chronic Energy Malnutrition Risk of Indonesian Women. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(2), 83–90.
Arjani, I. (2017). Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis (Ggk) Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rsud Sanjiwani
Gianyar. Meditory : The Journal of Medical Laboratory, 4(2), 145–153.
https://doi.org/10.33992/m.v4i2.64
Arisanti, Melia., Sumarya., Arsana. (2020). Kadar Gula Darah Sebagai Faktor Risiko
Penyakit Ginjal Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poli Dalam Rsud
Bangli. Jurnal Widya Biologi, 11(01), 60–67.
https://doi.org/10.32795/widyabiologi.v11i01.571
Ashra, F., & Rina. (2017). Perbandingan Penilaian Status Nutrisi Menggunakan MST
(Malnutrition Screening Tool) Dan SGA (Subjective Global Assessment)
Dalam Menilai Status Nutrisi Terhadap Kejadian Luka Tekan Pada Pasien.
Jurnal Kesehatan Prima Nusantara, 8(2), 132–133.
Heriansyah, T. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Jumlah Circulating
Endothelial Cell. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 14(1), 1–6.
Hidayat, R., Azmi, S., & Pertiwi, D. (2016). Hubungan Kejadian Anemia dengan
Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Andalas,
5(3), 546–550. https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.574
Mei, P. J., Poluan, O. A., Wiyono, W. I., & Yamlean, P. V. Y. (2020). Diabetes Di
Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon Program Studi Farmasi FMIPA
UNSRAT Manado , 95115 Interaksi obat – obat merupakan kejadian interaksi
obat yang dapat terjadi bila penggunaan bersama dua macam obat atau lebih (
Katzung , 2007 ). Interaksi obat . 9(1), 38–46.
34
Mellitus Tipe 2. J AgromedUnila, 4(1), 133–139. www.scireslit.com
Tandi, M., Mongan, A., & Manoppo, F. (2014). Hubungan Antara Derajat Penyakit
Ginjal Kronik Dengan Nilai Agregasi Trombosit Di Rsup Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jurnal E-Biomedik, 2(2).
https://doi.org/10.35790/ebm.2.2.2014.5076
Utami, B. S., Bintanah, S., & Isworo, J. T. (2015). Hubungan Konsumsi Bahan
Makanan Sumber Vitamin C dan Vitamin E dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Tugurejo
Semarang. Jurnal Gizi, 4(1), 18–23.
Widayat, W., Ghassani, I. F., Rijai, L. (2018). Profil Pengobatan Dan Drp ' s Pada
Pasien Gangguan Lambung (Dyspepsia, Gastritis, Peptic Ulcer) Di RSUD
Samarinda. Jurnal Sains dan Kesehatan. 3(3), 179–184.
Widyaswara, G., Wulandari, T. and Putri, A. . (2022). Hubungan Kadar Glukosa
Darah Dan Tekanan Darah Pada Anggota Proklim Di Desa Purbayan, Baki,
Sukoharjo. Avicenna : Journal of Health Research, 5(1), 19–26.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/589-1182-1-SM (1).pdf
Winarti, Dwiyana, A., & Artha, D. E. (2018). Hubungan Antara Profil Trombosit
Dengan Hematokrit Pada Pasien Suspek Demam Berdarah Dengue Dan
Perbandingan Metode Manual Dan Metode Automatik. Jurnal Media Laboran,
8(2), 34–42.
35
LAMPIRAN
Nama : Tn. S
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No Berdasarkan Malnutrition Screening Tool (MST) SKOR
Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan
1
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak ada penurunan berat badan (skor 0)
b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju longgar (skor 2)
c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1 – 5 kg (skor 1)
6 – 10 kg (skor 2)
11 – 15 kg (skor 3)
> 15 kg (skor 4)
2 Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan ?
a. Ya (skor 1)
b. Tidak (skor 0)
TOTAL SKOR Skrining MST
Pasien Tn. S memiliki BB 60 kg dan TB 159 cm berdasarkan perhitungan IMT Tn. S memiliki
status gizi normal (kg/m2)
Interpretasi:
Skor MST 0-1: Tidak berisiko malnutrisi
Skor MST ≥ 2: Berisiko malnutrisi
36
Lampiran 2 : Food Recall Assessment 17 November 2022
37
Lampiran 3 : Menu Intervensi selama 3 hari (18, 19, dan 20 November 2022)
38
Menu Intervensi Hari Kedua, 19 November 2022
(+) Jeruk Jeruk 96 45,2 0,9 0,1 11,3 50.9 173,8 0,1
Total 1730,8 47,8 37,9 290,9 35,5 1217,7 5,6
Kebutuhan 1991,25 48 44,25 350,25 90 4700 9
% 86,92 99,58 85,65 83,05 39,44 25,91 62,22
Interpretasi cukup cukup cukup cukup cukup kurang kurang
39
Menu Intervensi Hari Ketiga, 20 November 2022
(+) Pir Pir 150 78,5 0,8 0,5 18,6 7,5 187,5 0,4
Total 1845,3 50,4 44,7 299 22,8 1137,9 6,3
Kebutuhan 1991,25 48 44,25 350,25 90 4700 9
% 92,67 105,00 101,02 85,37 25,33 24,21 70
Interpretasi cukup cukup cukup cukup kurang kurang kurang
40
Lampiran 4 : Hasil Recall 1x24 selama Intervensi (18, 19, dan 20 November 2022)
41
Recall 1x24 jam Intervensi Hari Kedua, 19 November 2022
Nasi Beras 0 - - - - - - -
Ikan 60 50,3 10,9 0,4 - 0,6 117 0,3
Ikan gulai
Minyak 3 25,9 - 3 - - - -
Tahu 35 26,6 2,8 1,7 0,7 2,5 42,3 0,3
Malam Tahu goreng
Minyak 3 25,9 - 3 - - - -
Sawi hijau 50 7,5 1,1 0,1 1 12,5 101 0,1
Tumis sawi
Minyak 3 25,9 - 3 - - - -
Semangka Semangka 40 12,8 0,2 0,2 2,9 4 46,4 -
(+) Jeruk Jeruk 96 45,2 0,9 0,1 11,3 50,9 173,8 0,1
Total 1280,8 42,3 37,4 190,9 86,4 1122,7 4,6
Kebutuhan 1991,25 48 44,25 350,25 90 4700 9
% 64,32 88,13 84,52 54,50 96,00 23,89 51,11
Interpretasi kurang cukup cukup kurang cukup kurang kurang
42
Recall 1x24 jam Intervensi Hari Ketiga, 20 November 2022
(+) Pir Pir 150 78,5 0,8 0,5 18,6 7,5 187,5 0,4
Total 1845,3 50,4 44,7 299 22,8 1137,9 6,3
Kebutuhan 1991,25 48 44,25 350,25 90 4700 9
% 92,67 105,00 101,02 85,37 25,33 24,21 70
Interpretasi cukup cukup cukup cukup kurang kurang kurang
43
Lampiran 5 : Dokumentasi Intervensi dan Sisa Makanan
Makanan Tambahan
Intervensi
44
Dokumentasi Intervensi dan Sisa Makanan pada tanggal 19 November 2022
Sarapan
Intervensi Sisa Makanan
Makanan Tambahan
Intervensi
45
Dokumentasi Intervensi dan Sisa Makanan pada tanggal 20 November 2022
Sarapan
Intervensi Sisa Makanan
Makanan Tambahan
Intervensi
46
Lampiran 6 : Menu Rekomendasi
Selingan Kukus Ubi jalar 1 ptg 50 51,5 0,9 0,1 12,1 12,5 174 0,3
ubi dan
labu Labu kng 1 ptg 50 19,5 0,4 0,3 4,4 5 218,5 0,2
47
Lampiran 7 : Data Biokimia Pasien
48
Lampiran 8 : Dokumentasi Assessment dan Edukasi Gizi
49
Lampiran 9 : Leaflet Media Edukasi Gizi
50
51
Lampiran 10 : Dokumentasi Kegiatan Lainnya Selama PKL
52
Lampiran 11 : Logbook
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Lampiran 12 : Surat Undangan Seminar PKL
66
Lampiran 13 : Lembar Konsultasi Dosen Penguji dan Penilaian DPL, Dosen
Pembimbing dan Dosen Penguji
67
68
69
70
71
72
73
74
75