Anda di halaman 1dari 28

ASKEP GANGGUAN ENDOKRIN PADA LANSIA

( DIABETES MELITUS )

DOSEN PENGAMPUH: Ns. Nining Nirmalasari, S,Kep.,M.Kep

KELOMPOK 2:

CORNELIS SEPTIAN TANDI 18010004

FADILA CASANDRA 18010006

FADILA S. IBRAHIM 18010007

FAIZAH INGRIYANI 18010008

MOH. RIZKI WAMONBONG 17010011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA MANDIRI POSO

PRODI SI KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun maksud dari penyusunan makalah
ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ Keperawatan Gerontik”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah dan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan
apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Dengan lapang dada kami menerima saran
dan kritiknya demi untuk menambah wawasan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya bagi rekan-rekan semua pada umumnya.

Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan penyusunan makalah lain di masa yang akan datang. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.

Poso, 15 November 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2
D. Sistematika………………………………………………………….. 2

BAB II Tinjauan Pustakan……......................................................................... 3

A. Konsep Dasar Medis………………………………………………... 3


1. Definisi…………………………………………………………... 3
2. Etiologi…………………………………………………………... 3
3. Manifestasi Klinisi……………………………………………… 4
4. Patofisiologi…………………………………………………….. 5
5. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………….. 7
6. Penatalaksanaan………………………………………………. 7
7. Pencegahan…………………………………………………….. 8
B. Konsep Dasar Keperawatan……………………………………….. 9
1. Pengkajian……………………………………………………… 9
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………… 10
3. Intervensi Keperawatan……………………………………… 11
4. Implementasi………………………………………………….. 12
5. Evaluasi……………………………………………………… 12
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………. 13

A. Pengkajian……………………………………………………………. 13
1. Identitas pasien ………………………………………………….. 13
2. Identitas penanggung jawab…………………………………….. 13
3. Riwayat Kesehatan……………………………………………… 13
4. Pengkajian pola fungsional Gordon…………………………….. 14
5. Pemeriksaan Fisik……………………………………………….. 15
6. Pengelompokan Data……………………………………………. 16

ii
7. Analisa Data……………………………………………………... 16
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………… 17
C. Intervensi Keperawatan……………………………………….. 17
D. Implementasi…………………………………………………… 20
E. Evaluasi………………………………………………………… 22
BAB IV PENUTUP…………………………………………………… 23
A. Kesimpulan................................................................................. 23
B. Saran........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada
semuamakhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah
prosespenuaan. Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses
pertumbuhan,pembelahan sel, dan berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya,
terjadigangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran
darah,metabolisme vitamin, dan fungsi otak.
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin
terjadisepanjang siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan
danmengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang,
homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang terdapat pada
sistemendokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan
yangseringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut
usia(lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit
lainnya,ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta
meningkatnyapelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan
mempengaruhikualitas hidup lansia.
Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun danlansia
wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domainkondisi
lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rataskor kesehatan
fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besarindeks massa tubuh
maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secaradrastis.
Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini khususnya pada diabetes
militusyaitu karena kebanyakan di rumah sakit ditemui orang yang menderita DM
adalahlansia dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan keperawatan
dalammengatasi penyakit DM pada lansia. Dan juga mengetahui komplikasi DM pada
lansia

1
B. Rumusan Masalah Penulisan
Bagaimana cara penyusunan asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah Endokrin

C. Tujuan
Lebih memahami asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah endokrin

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini, disusun sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan : Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka : Bab ini berisi materi DM dengan konsep dasar medis dan
konsep dasar keperawatan.
BAB III Pembahasan : Bab ini memuat literatur atau jurnal terkait masalah endokrin pada
lansia.
BAB IV Penutup : Bab ini berisi kesimpulan yang menjadi ringkasan dari poin - poin
yang penting dan terkandung dalam isi makalah dan juga saran yang mencakup tentang
permintaan atau masukan dari penulis kepada pembaca.
Daftar Pustaka : Berisi daftar yang menunjukkan kumpulan sumber informasi penting
dari teori-teori yang digunakan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute
insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
Jadi secarah umum DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat .

2. Etiologi
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi
karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

3
Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula
atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula
(glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi
baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi
dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang
terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi
energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam
hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa
disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor
insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang
berhasil masuk sel.
Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk
dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan
menimbulkan pelbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus yang sudah
bertahun-tahun minum obat modern seringkali mengalami efek yang negatif untuk
organ  tubuh lain.

3. Manifestasi Klinis
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
 Banyak minum
 Banyak kencing
 Berat badan turun.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya,
kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita
terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya
terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak
pernah menyadari kalau menderita diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus
menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa

4
kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan
atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan
keputihan pada perempuan
Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui
sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala yang muncul
antara lain :
 Rasa haus
 Banyak kencing
 Berat badan turun
 Rasa lapar
 Badan lemas
 Rasa gatal
 Kesemutan
 Mata kabur
 Kulit Kering
 Gairah sex lemah

4. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).

5
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena

6
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

5. Pemeriksaan Dianostik
 Gula darah
a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg / dl (11,1 mmol/L) (random)
b. Glukosa plasma puasa > 140mg / dl (7,8 mmol/L) (nuchter)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial)
 Tes toleransi glukosa

6. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang
manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita
diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
JI : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

7
1) Obat-obatan
Golongan sulfoniluria: merangsang sel beta pankreas mengeluarkan insulin.
Golongan binguanid: merangsang sekresi insulin yang tidak menyebabkan
hipoglikemia.
Alfa glukosidase inhibitor: menghambat kerja insulinalfa glukosidase didalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial.
Insulin sensitizing agent: efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai
masalah akibat resistensi insulin.
2) Penyuluhan
Penyuluhan meliputi pengetahuan mengenai diet, latihan fisik, minum obat,
komplikasi dan pencegahan.

7. Pencegahan
Pencegahan Diabetes Melitus, anatara lain :
 Menerapkan pola makan sehat
 Menjalani olahraga secara rutin
 Menjaga berat badan ideal
 Mengelola stres dengan baik
 Melakukan pengecekan gula darah secara rutin

Pencegahan Diabetes Kronis Pada Lansia


Untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, berikut adalah penanganan yang perlu
dilakukan oleh para lansia yang memiliki diabetes :
 Mengontrol Gula Darah
Dengan kontrol gula darah yang baik, risiko komplikasi makrovaskular dapat
dikurangi. Kontrol gula darah ini tidak perlu terlalu ketat pada lansia mengingat
risiko hipoglikemia pada lansia penderita DM. Target kontrol gula darah
ditentukan oleh status kesehatan serta kemampuan fisik  dan mental.
 Mengontrol Tekanan Darah
Hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular pada DM. Studi The UK
Prospective Diabetes Study menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang baik

8
dengan antihipertensi manapun dapat menurunkan risiko komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular.
 Mengontrol Lemak Darah
DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung koroner,
sehingga penanganan DM harus dikelola secara disiplin, yaitu harus mencapai
target kadar kolesterol LDL <100 mg/dl. Pada pasien yang juga menderita
penyakit pembuluh koroner atau mempunyai komponen sindrom metabolis lain,
maka dianjurkan kadar kolesterol LDL <70 mg/dl. Banyak studi memperlihatkan
bahwa penurunan kadar kolesterol dapat mengurangi kejadian kardiovaskular
pada lansia dengan DM.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data  yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengantisipasi kekuatan dan pertahanan pasien serta merumuskan diagnosa
keperawatan.
Pada pasien diabetes melitus, pengkajian data dasar pasien meliputi :

 Riwayat
a. Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi
terjadinya penyakit DM
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari
pada pasien
c. Tinjau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit DM.

 Data Dasar
a. Aktivitas
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjala. Kram otot, tonus
menurun.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan beraktiviS.
Penurunan kekuatan otot

9
b. Istirahat
Gejala :     Gangguan tidur/istirahat
Tanda :     Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat

c. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremiitas,
ulkus Pada kaki dan penyembuhan yang lama.
Tanda :     Takikardia, hipertensi,kulit panas,kering,kemerahan, dan
bola Mata cekung.
d. Eliminasi
Gejala :     Perubahan pola berkemih (poliuria), noktoria
Tanda :     Urine encer, pucat, kuning, poliuria dan berbau busuk.
e. Makanan/cairan
Gejala :     Hilang nafsu makan, mual muntah mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat. Penurunan
berat badan,haus
Tanda :     Kulit kering/bersisik, turgor jelek Pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan
gula darah kekakuan/distensi abdomen, muntah
f. Pernapasan
Gejala :     Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda        :     sesak nafas.

 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum,


kesadaran, tanda-tanda vital dan head to toe.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus
yaitu :

10
a. Nyeri berhubungan dengan proses perapuhan tulang
b. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik..
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses perapuhan tulang
Tujuan : Nyeri berkurang ekspresi wajah tenang, pasien tidak mengeluh nyeri lagi
 Intrvensi : Kaji tingkat nyeri pada pasien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
 Intervensi : Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Agar pasien merasa nyaman
 Intervensi : Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui TTV
 Intervensi : Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian Analgesik
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Volume cairan normal
 Intervensi : Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Intervensi : Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
Membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
 Intervensi : Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
 Intervensi : Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.

11
 Intervensi : Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemahaman pemajanan/mengingat, keselahan
interpretasi informasi.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. Mengidentifikasi
hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan
faktor penyebab. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
 Intervensi : Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien
 Intervensi : Bersedia mengambil bagian dalam proses belajar, diskusikan
dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
Membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
 Intervensi : Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi
serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
 Intervensi : Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat.

4. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan rencana/ intervensi, melaksanakan setiap tindakan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan sesuai dengan kondisi klien.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari proses kepereawatan yang dilakukan dan
merupakan tahapan terakakhir dari proses asuhan keperawatan.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas pasien

Nama : Ny. K
Umur                          : 56 tahun
Jenis kelamin              : Perempuan
Agama                        : Islam
Status perkawinan      : Janda
Pendidikan                 : SMP/SLTP
Pekerjaan                    : Wiraswasta
Alamat                        : Ketintang barat – Surabaya
Tanggal masuk           : 18 September 2012
No. Register               : 6118182
Dx. Medis                   : Diabetes Mellitus
2. Identitas penanggung jawab
Nama                          : Tn. M
Umur                          : 40 tahun
Jenis kelamin              : Laki-laki
Pendidikan                 : S1
Pekerjaan                    : Pegawai Negeri
Hubungan dengan pasien : Anak
Tanggal pengkajian : 20-9-2012 jam 10.00.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri seperti ditusuk-tusuk pada daerah kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang

Saat pengkajian,  Ny K mengatakan sering merasa lemah dan sakit kepala. Hal ini
sudah dirasakan sejak dua bulan lalu. Ny K. juga mengatakan sering buang air kecil
dari biasanya 3 kali sehari menjadi 10 kali sehari. Selalu merasa haus, minum air 11
gelas perhari. Berat badan bulan lalu 45 kg. Ny K mengatakan alergi terhadap

13
makanan tertentu seperti telur, ikan kering dan Mie. Setelah pasien MRS maka
didapatkan hasil TTV :  TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/m, Pernapasan: 20 x/m, Suhu:
36 °c. BB sekarang 40 kg dan TB 146 CM, terpasang infus RL 20 +. Ny K mengeluh
nyeri pada daerah kaki seperti di tusuk-tusuk nampak wajah meringis, berada pada
skala nyeri 4.

c. Riwayat penyakit dahulu


Klien mengatakan sudah mempunyai riwayat DM-nya 5 tahun yang lalu

d. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit keturunan DM, HT.

4. Pengkajian pola fungsional Gordon


a. Pola persepsi kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting, jika pasien sakit pasien selalu
membeli obat dan periksa ke dokter.
b. Pola Nutrisi & metabolism
Sebelum sakit pasien makan 2-3x  sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama sakit
keluarga mengatakan setiap kali makan habis ½ porsi. Pasien minum 3-5 gelas.
c. Pola Eliminasi 
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan BAK 8-
50x sehari selama sakit BAB 1x dengan konsistensi padat, BAK 6-8x perhari.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas normal. Makan/minum,
mandi tarleting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah.
e. Pola istirahat
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur siang selama
2 jam. Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun
tidur siang hanya 1-2 jam.
f. Pola persepsi dan kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik & lancar. Pasien mengatakan nyeri pada
ke 2 kakinya pasien diskontinuitas jaringan.
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : ke 2 kakinya

14
S : skala 3
T : saat pasien aktifitas
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien selama dirawat di RS tidak dapat melakukan aktifitas, pasien tidak
menyukai keadaannya saat ini, pasien sebagai nenek bagi ke-3 cucunya. Pasien
berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya.
h. Pola peran & hubungan
Pasien berperan sebagai nenek dari ke-3 cucunya selama di RS selalu ditunggui
cucu & anaknya hubungan keluarga sangat baik.
i. Pola seksualitas
Pasien berjenis kelamin wanita / perempuan & sudah menikah mempunyai 6 anak.
j. Pola koping dan toleransi terhadap stress terhadap penyakitnya. Apabila pasien
ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya / perawat.
k. Pola nilai dan kepercayaan. Pasien beragama Islam. Pasien sering berdoa &
bertawakal pada Tuhan YME.
 
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. TD  : 110/70 mmHg
c. N : 80 x/mnt
d. S : 36,5 0C
e. R : 20 x/mnt
f. BB dahulu      : 45 kg
g. BB sekarang   : 40 kg
h. Pemeriksaan fisik
- Kepala : Bentuk mesochepalu warna Rambut hitam keputihan, panjang
- Mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pengelihatan jelas
tidak menggunakan alat bantu
- Telinga: Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan Pendengaran
- Hidung : Tidak ada perdarahan hidung, tidak ada septum pelasiosi
- Muka: Mukosa mulus kering, bibir kering, dehidrasi, tidak ada perdarahan
pada rongga mulut
- Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar teroid, kekauan leher tidak ada
- Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sesak nafas

15
- Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka
memar
- Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, ke 2 kaki nyeri, berjalan dengan
bantuan keluarga
- Genetalica: Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter

6. Pengelompokan Data
a. Data Subjektif
- Pasien mengeluh nyeri di kedua kakinya
- Pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan belum mengerti diit Dx DM

b. Data Objektif
- Peningkatan output urin, 8-10 sehari
- Membran mukosa kering dan bibir kering, dehidrasi
- Hiperglisemi GD I : 186 mg/dl, GD II : 371 mg/dl
- Terpasang infus RL 20 + pm di tangan kanan
- Pasien nampak lemah
- Pasien sering menanyakan tentang diit DM
- Ketika ditanya penatalaksanaan diit DM, pasien tidak mengerti
- wajah nampak meringis
- Berada pada skala nyeri 4

7. Analisa Data
a. DS : PS mengatakan nyeri di kedua kakinya, skala nyeri 4
DO : ekspresi wajah tampak menahan nyeri
E : proses perapuhan tulang
P : nyeri
b. DS : pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak pasien lemas dan sakit kepala
DO : peningkatan output urin 8-10 x/hari, membran mukosa kering, bibir kering,
Dehidrasi, Pasien nampak lemah.
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/mnt

16
S : 36,50C
R: 20 x/mnt
E : Output yang berlebihan
P : Kekurang volume cairan
c. DS : pasien mengatakan belum mengerti tentang diit DM
           DO : pasien tidak mengerti
E : kurang pemahaman tentang diit DM
P : kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses perapuhan tulang
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan
3. Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM berhubungan dengan
kurangnya pemahaman terhadap diit DM.

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri Setelah 1. Kaji tingkat nyeri pada pasien
berhubungan dilakukan Rasional : Untuk
dengan proses tindakan mengetahui tingkat nyeri pasien
Perapuhan keperawatan 2. Intervensi : Ajarkan teknik
tulang selama 3x24 relaksasi
jam Rasional : Agar pasien
diharapkan : merasa nyaman
1. ekspresi 3. Intervensi : Berikan posisi
wajah senyaman mugkin atau sesuai
tenang keinginan pasien
2. pasien Rasional : Posisi yang
tidak nyaman akan membantu
mengeluh memberikan kesempatan pada
nyeri lagi otot untuk relaksasi seoptimal
mungkin

4. Intervensi : Kolaborasikan

17
dengan tim medis dalam
pemberian Analgesik
Rasional : Untuk mengurangi
rasa nyeri
2 Kekurangan Setelah 1. Intervensi
volume cairan dilakukan vital.
tubuh tindakan Rasional
berhubungan keperawatan keadaan umum pasien
dengan output selama 3x24 2. Intervensi
yang jam dan pengeluaran urin
berlebihan diharapkan : Rasional : Memberikan
Pasien tidak perkiran kebutuhan akan cairan
lemas lagi 3. Intervensi
1. cairan sesuai indikasi.
Rasional
cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual.
4. Intervensi
tim medis dalam pemberian
obat
Rasional : Obat yang dapat
menurunkan kadar gula dan
menurunkan poliuria

3 Kurangnya Setelah 1. Intervensi


pengetahuan dilakukan saling
tentang tindakan Rasional : Lingkungan yang
penatalaksaan keperawatan dipercaya akan mempermudah
penyakit DM selama 3x24 mengerti tantang penyakit yang
b/d kurangnya jam dideritanya.
pemahaman diharapkan : 2. Intervens
tetang penyakit Pasien mulai bagian dalam proses belajar,

18
DM memahami
Diskusikan dengan klien
tentang
tentang penyakitnya.
penyakitnya
Rasional : Memberikan
pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih
gaya hidup.
3. Intervensi
rencana diet, penggunaan
makanan tinggi serat.
Rasional
pentingnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam
merencanakan makan/mentaati
program.
4. Intervensi
pentingnya untuk melakukan
evaluasi secara teratur dan
jawab pertanyaan pasien/orang
terdekat.
Rasional : Membantu untuk
mengontrol proses penyakit
dengan lebih ketat.

D. Implementasi

19
No Diagnosa Implementasi

20
1 Nyeri berhubungan dengan 1. Mengkaji tingkat nyeri pada pasien
proses perapuhan tulang Hasil : Berada pada skala nyeri 2
2. Mengajarkan teknik relaksasi
Hasil : Nyeri sudah mulai
berkurang
3. Memberikan posisi senyaman
mugkin atau sesuai keinginan
pasien
Hasil : Pasien sudah merasa
nyaman dengan posisi yang sudah
di berikan
4. Mengkolaborasikan dengan tim
medis dalam pemberian Analgesik
Hasil : pemberian ampecilin 2
kali 1

2 Kekurangan volume cairan 1. Memantau


tubuh berhubungan dengan
output yang berlebihan Hasil : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37 0C
R : 20 x/mnt
2. Memantau

Hasil : masukan 1000 – 1500 ml


Keluaran 4-6/ hari mixi.
Memberikan terapi cairan sesuai
indikasi.
Hasil : bertambahnya jumlah
cairan

3. Intervensi : Mengkolaborasi
dengan tim medis dalam

21
pemberian obat
Hasil : pemberian obat metrofin
3 kali 1 tab

3 Kurangnya pengetahuan 1. Menciptakan lingkungan saling


tentang penatalaksaan percaya
penyakit DM b/d kurangnya Hasil : Pasien sudah percaya
pemahaman tetang penyakit dengan lingkungan yang ada
DM disekitarnya
2. Bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar, diskusikan dengan
klien tentang penyakitnya.
Hasil : Nampak perawat ada
disamping pasien untuk
mengajarkan pasein tentang perihal
penyakitnya
3. Mendiskusikan tentang rencana
diet, penggunaan makanan tinggi
serat.
Hasil : Pemberian makanan yang
tinggi serat.
4. Mendiskusikan pentingnya untuk
melakukan evaluasi secara teratur
dan jawab pertanyaan pasien/orang
terdekat.
Hasil : Nampak pasien berduskusi
dan menjawab pertanyaan pasien
lain.

E. Evaluasi

22
NO DIAGNOSA EVALUASI
1 Nyeri berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyerinya mulai
proses perapuhan tulang berkurang
O : Pasien sudah tidak meringis lagi
A : Masalah belum tertasi
P : Lanjutkan intervensi

2 Kekurangan volume cairan S : pasien mengatakan sudah lemas lagi


tubuh berhubungan dengan O : Nampak bibir masih kering
output yang berlebihan A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

3 Kurangnya pengetahuan S : Pasien mengatakan sudah


tentang penatalaksaan memahimi tenang penyakit yang
penyakit DM b/d kurangnya Dideritanya.
pemahaman tetang penyakit O : Nampak paseian mengerti tentang
DM penjelasan yang diberikan Perawat.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi.

23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua makhluk
hidup. Hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab
penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan
berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kulit,
selaput lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran darah,metabolisme vitamin, dan
fungsi otak.
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi
sepanjang siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan dan
mengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang, homeostasis,reproduksi,
dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang terdapat pada system endokrin yaitu
diabetes militus.

B. Saran
Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia
harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan
keperawatan pada lansia yang perlu ditekankan. Perawat juga memberikan pendidikan
kesehatan kepada penderita dan keluarga tentang penyuluhan dan pencegahan komplikasi.
Untuk keluarga lansia semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-pengkajian
yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatankhususnya dalam asuhan
keperawatan, karena peningkatan penyembuhan lansia, melakukan prosedur diagnostik,
pemeriksaan-pemeriksaan dan melakukanperawatan tindak lanjut sangat penting bagi
lansia maupun perawat.

24

Anda mungkin juga menyukai