ABSTRAK
Program pengelolahan penyakit kronis (Prolanis) adalah suatu sistim pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang di laksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,
fasilitas kesehatan dan BPJS. Berdasarkan informasi dari Kepala Puskesmas Rancaekek,
bahwa program lansia yang diselenggarakan di lingkungan Puskesmas Rancaekek untuk
program posyandu lansia sudah diberlakukan pendekatan program yang bekerjasama
dengan BPJS yaitu program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) sejak Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) mulai diberlakukan di Indonesia yaitu sejak awal tahun 2015.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran makna dari pengembangan
program posyandu lansia dengan aplikasi pendekatan program pengelolaan penyakit kronis
(Prolanis) di wilayah Puskesmas Rancaekek. Jenis penelitian kualitatif dengan metode
fenomenologi deskriptif. Sampel informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan teknik
sampling purposive sampling. informannya adalah pemegang program lansia di puskesmas
tersebut dan 4 orang Kader di wilayah Puskesmas Rancaekek. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah pedoman wawancara (indepth interview), data observasi, alat perekam
dan buku catatan lapangan. Uji validitas pada penelitian kualitatif ini dilakukan dengan
Triangulasi. Analisa data dilakukan dengan cara analisa deskriptif. Hasil penelitian yang
didapatkan dari hasil wawancara dengan tema evaluasi input: bertambahnya jumlah kader
Posyandu lansia yang datang dan bertambahya dukungan pembiayaan dari BPJS
Kesehatan, evaluasi proses: belum melaksanakan 10 jenis layanan dan belum menerapkan
sistem 5 meja sesuai standar pelaksanaan Posyandu Lansia dari Kemenkes RI namun
dalam pelaksanaannya tenaga kesehatan professional sudah dilibatkan, evaluasi output:
kurangnya cakupan kunjungan lansia namun dampak dari pelaksanaan PROLANIS terlihat
ada perubahan perilaku pengendalian penyakit kronis (Hipertensi dan DM) serta
peningkatan kualitas hidup lansia. Saran bagi tenaga kesehatan mengoptimalkan kuantitas
pelayanan Posyandu lansia dengan selalu melaksanakan 10 jenis layanan posyandu lansia
dan menggunakan tahapan 5 meja dalam pelaksanaan posyandu lansia.
setelah Cina, Amerika, dan India (BPS, Posyandu lansia merupakan wahana
2009). Layanan kesehatan yang semakin pelayanan bagi kaum usia lanjut yang
menjangkau rakyat banyak berakibat dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usia
meningkatnya angka rata-rata harapan lanjut yang menitikberatkan pada
hidup orang Indonesia yakni tahun 2011 pelayanan promotif dan preventif, tanpa
menjadi 67,07 dengan usia harapan mengabaikan upaya kuratif dan
hidup laki-laki 65,21 dan usia harapan rehabilitatif. Kegiatannya adalah
hidup perempuan 69,05 (Menko pemeriksaan kesehatan secara berkala,
Kesra,2011). Propinsi Jawa Barat peningkatan olahraga, pengembangan
menempati urutan ke lima yang paling keterampilan, bimbingan pendalaman
banyak penduduk lansia di Indonesia. agama, dan pengelolaan dana sehat
Yang paling terbesar adalah Yogyakarta (Departemen Kesehatan, 2008).
(12,48%) menyusul Jawa Timur (9,36%) Sedangkan program pengelolahan
di urutan kedua dan Jawa Tengah penyakit kronis (Prolanis) adalah suatu
(9,26%) di urutan ketiga, dan Bali sistim pelayanan kesehatan dan
(8,77%) di urutan ke empat , serta Jawa pendekatan proaktif yang di laksanakan
Barat (7,09%) di posisi ke lima dari total secara terintegrasi yang melibatkan
jumlah lansia di Indonesia (BPS, 2009). peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS.
Seiring dengan semakin meningkatnya Penyakit Kronis yang di alami oleh
populasi lansia, pemerintah telah masyarakat dewasa ini, akan memberikan
merumuskan berbagai kebijakan dampak dan beban bagi keluarga, bila
pelayanan kesehatan usia lanjut yang penanganan di lakukan secara tidak
ditujukan untuk meningkatkan derajat intesif dan berkelanjutan. Manfaat
kesehatan/mutu kehidupan lansia untuk penanganan yang intesif bagi penderita,
mencapai masa tua bahagia dan berdaya adalah dapat mengenal tanda bahaya, dan
guna dalam kehidupan tindakan segera bila mengalami
keluarga/masyarakat sesuai dengan kegawatdaruratan
keberadaannya. Di pelayanan kesehatan Pelaksanaan posyandu lansia dan
tingkat masyarakat ada Posyandu lansia, prolanis di puskesmas perlu dilakukan
sedangkan untuk pelayanan kesehatan dengan manajemen yang baik dengan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, memperhatikan aspek perencanaan,
dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
adalah Rumah Sakit (Fallen, 2010). Penilaian keberhasilan program harus
dimulai dari awal kegiatan yang meliputi dengan lokasi Posbindu yang jauh / tidak
masukan, proses, dan keluaran dengan terjangkau menjadikan lansia malas
aspek teknis dan manajerial termasuk datang ke Posbindu karena terjadinya
penyediaan sarana, prasarana, dan kelelahan fisik ataupun kekhawatiran
informasi yang digunakan untuk dalam perjalanan menuju lokasi
perencanaan lebih lanjut (Departemen Posbindu.
Kesehatan, 2008). Dalam penelitian Sutini (2010) ada
Posyandu lansia dan prolanis banyak beberapa faktor yang menjadi kendala
memberikan manfaat bagi lansia yang pada posyandu lansia seperti pengetahuan
mengikutinya. Apabila program lansia yang rendah tentang manfaat
Posyandu lanisia dan prolanis tidak posyandu, jarak rumah dengan lokasi
terlaksana maka kegiatan pembinaan posyandu yang jauh dan sulit dijangkau,
kesehatan lansia, pencatatan dan dukungan keluarga yang kurang, sikap
pelaporan status kesehatan lansia, proses kader/petugas kesehatan, pihak
monitor kesehatan lansia melalui pemerintah/institusi, keterampilan kader
pemeriksaan lansia, pengkajian indeks serta ada tidaknya sarana dan prasarana
kemandirian dan indeks masa tubuh yang dibutuhkan.
lansia, upaya preventif terhadap status Evaluasi pengembangan program
kesehatan lansia secara berkala, tidak posyandu lansia sangat penting untuk
dapat terlaksana. dilakukan. Dengan melakukan evaluasi
Adapun beberapa kendala pengembangan program posyandu lansia
pelaksanaan posyandu lansia serta yang ada di masyarakat, bisa diketahui
prolanis, misalnya: pengetahuan lansia kekurangan dan kelebihan program
yang rendah tentang manfaat Posbindu posyandu lansia yang akhirnya bisa
sehingga lansia tidak datang ke Posbindu menentukan apakah program yang telah
karena mereka merasa keadaan kesehatan dilaksanakan dapat mencapai hasil yang
baik. Kurangnya dukungan sosial / sudah ditentukan. Evaluasi program dapat
keluarga yang mengakibatkan lansia digunakan sebagai bahan pertimbangan
kurang termotivasi untuk datang rutin ke bagi pengambil keputusan dalam
Posbindu. Kesan yang buruk terhadap menentukan alternatif kebijakan dengan
petugas Posbindu sehingga lansia tidak mengetahui seberapa tinggi mutu suatu
mempunyai kesiapan untuk menghadiri program sebagai hasil dari pelaksanaan
kegiatan di Posbindu. Jarak rumah
atau tanggal yang ditetapkan jatuh pada Tabel 1. Data dan Kode Informan PKM
Rancaekek dekat pedesaan
hari libur. Jarak Posyandu Lansia yang
dekat dengan Puskesmas Induk No Kode Keterangan
1 Bd. B Pemegang
(Puskesmas Rancaekek) adalah Posyandu Program Lansia di
Puskesmas
Lansia Kencana, Posyandu Lansia Rancaekek
2 Kd. 1B Kader
Bojong Dan Posyandu Lansia Kencana 3 Kd. 2B Kader
4 Kd. 3B Kader
mukti sedangkan empat Posyandu Lansia Kd. 4B Kader
5
lainnnya berada jauh + 2-7 km dari
Puskesmas Induk. Berdasarkan hasil 1) Input
observasi, wawancara mendalam dan Hasil penelitian mengenai evaluasi
rekap laporan yang dilakukan peneliti input didapatkan beberapa tema penting
diperoleh bahwa kunjungan Posyandu diantaranya adalah kesiapan sarana, obat
Lansia di tujuh Desa/Kelurahan ini masih dan SDM, serta dukungan pembiayaan.
sangat rendah karena hanya 16,29 % dari Berikut hal yang didapatkan dari hasil
jumlah sasaran. Kondisi ini disebabkan wawancara dengan informan tersebut.
oleh banyaknya lansia yang kurang Berdasarkan hasil wawancara
percaya dengan pemeriksaan di Posyandu mendalam terkait dengan kesiapan
Lansia karena petugas kesehatan yang sarana, obat dan SDM sebagai berikut:
memeriksa hanya perawat dan bidan saja “Untuk perlengkapan sarana dan
obat-obatan yang dimiliki saat ini
sementara para lansia sangat
semenjak ada prolanis kita
mengharapkan agar di Posyandu Lansia mendapatkan suntikan dana dari
BPJS untuk melengkapi sarana dan
juga ada dokter. 1 Posyandu Lansia sudah
obat-obatan. sarana yang kita
mengaplikasikan PROLANIS ke dalam punya ada meja dan kursi, alat
tulis, buku pencatatan kegiatan,
pelaksanaan Posyandu Lansia dari bulan
timbangan dewasa, stetoskop,
April 2015. Hasil wawancara mendalam tensimeter, dan Kartu Menuju
Sehat (KMS) lansia, sedangkan
didapatkan transkripsi wawancara
untuk obat-obatan dibawa dari
sebanyak 24 halaman. Dari hasil puskesmas, palingan obat penurun
tekanan darah sama pengontrol
transkripsi lalu dilakukan reduksi untuk
gula darah“……(Bd. A)
kemudian dilakukan koding dan “Kita ada KMS lansia, meja dan
kursi, timbangan, dan buku
kategorisasi. Dibawah ini dibuat kode
catatan, kalau obat-obatan yang
informan yang disajikan sebagai berikut: saya tahu paling sering dibawa
petugas puskesmas obat jantung
pak”…..(Kd. 5A)
masyarakat RW 8 sendiri.
Meskipun ada salah satu atau 3 “Dalam pembiayaan memang
kader yang tidak pernah masih ada kendala…Kendala yang
aktif.”…….(Bd. B) dirasakan mungkin dikarenakan
Peran Puskesmas Rancaekek belum
Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat dalam biaya operasional
Posyandu Lansia,dan hanya
terlihat bahwa Secara keseluruhan kader
mengandalkan iuran warga dan
Posyandu Lansia tidak ada kendala, terkadang dari sumbangan desa,
hal itu mungkin menjadi kendala
banyak yang sudah dilatih dan aktif
untuk membiayai Posyandu Lansia
menjadi kader. Masalah hanya ada di dan melaksanakan Posyandu
Lansia sesuai peraturan menteri
umur saja karena aturan yang
kesehatan tentang Posyandu Lansia
mengharuskan kader berasal dari lansia. hanya saja memang beberapa
bulan belakangan ini kita terbantu
Kemudian, untuk masalah mengenai
dengan adanya PROLANIS dalam
dukungan pembiayaan Posyandu Lansia hal pembiayaan”……(Kd. 4B)
baik dari masyarakat, pemerintah dan
Berdasarkan hasil wawancara di atas
lembaga donor dapat terlihat dari hasil
terlihat bahwa dukungan pembiayaan
wawancara berikut:
menunjukkan sudah ada kesadaran dari
“dulu sebelum ada prolanis untuk
masyarakat terkait pelaksanaan Posyandu
dukungan pembiayaan lebih
banyak dari masyarakat itu sendiri Lansia. Ditambah bantuan biaya dari
pak, biasanya setiap ada Posyandu
pihak BPJS dengan berjalannya
Lansia mereka nyumbang secara
sukarela atau kita sebut PROLANIS. Hal tersebut terlihat dari
“kenclengan”, sedangkan dari
Posyandu Lansia yang menyatakan
pemerintah dan dari sponsor belum
ada, sedangkan semenjak adanya bahwa salah satu upaya dalam
program PROLANIS kita
pembiayaan yaitu mereka melakukan
mendapatkan bantuan dana dari
BPJS”….(Bd. A) kenclengan atau patungan untuk
pembiayaan. Selain itu, bantuan dari
“Untuk pembiayaan kita patungan
dari peserta Posyandu Lansia yang BPJS sangat membantu dalam
datang. Jadi setiap lansia yang
penatalaksanaan penyakit Hipertensi dan
datang ke Posyandu Lansia
memberikan sumbangan secara DM.
sukarela, sedangkan dana dari
pemerintah kita meminta jatah 20%
2) Process
dari dana bantuan pelaksanaan
posyandu yang kegiatannya Hasil penelitian mengenai evaluasi
dilaksanakan berbarengan pada
proses didapatkan beberapa tema penting
pelaksanaan Posyandu Lansia.
Selain itu kita juga ada bantuan diantaranya adalah jenis layanan yang
dana dari BPJS” …..(Bd. B)
diberikan, partisipasi masyarakat,
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Bandung 161
JURNAL SEHAT MASADA Volume XII Nomor 2 Juli 2018 ISSN: 1979-2344
adalah untuk pencegahan dan meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan
peningkatan derajat kesehatan lansia kegiatan (buku register bantu), Kit lanjt
sehingga sejauh ini belum tercapai tujuan usia (timbangan dewasa, meteran,
tersebut. stetoskop dan tensimeter, thermometer),
Dalam hal input banyak faktor yang Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, Buku
menyebabkan belum optimalnya Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
pelaksanaan Posyandu Lansia (BPPK) lanjut usia.
diantaranya belum siapnya Ketidaksiapan SDM juga membuat
keterdukungan dana dari pemerintah pelaksaanaan Posyandu Lansia pada
maupun pihak swasta. Salah satu upaya tahap input belum optimal. Berdasarkan
dalam pembiayaan yaitu mereka hasil observasi lapangan didapatkan
melakukan kenclengan atau patungan untuk jenis tenaga kesehatan yang datang
untuk pembiayaan dan ditambah bantuan pada saat pelaksanaan Posyandu Lansia
dana dari BPJS Kesehatan yang sangat di wilayah kerja puskesmas Rancaekek
membantu dalam pengendalian penyakit semuanya hanya bidan dan dokter.
Kronis. Sarana dan obat-obatan yang ada Terkadang hanya satu orang yang rutin
pada pelaksanaan Posyandu Lansia ada yaitu bidan yang datang pada saat
dengan Mengaplikasikan PROLANIS pelaksanaan salah satu Posyandu Lansia.
sudah lebih lengkap terlihat dari pada Posyandu Lansia di wilayah kerja
sebelumnya. Hal tersebut diperkuat puskesmas Rancaekek Jumlah kader yang
dengan observasi dilapangan di Posyandu datang pada saat pelaksanaan Posyandu
Lansia yang ada diwilayah kerja Lansia di kurang lebih ada 3-4 orang,
puskesmas Rancaekek yang sudah padahal menurut buku panduan
memiliki meja dan kursi, alat tulis, buku pelaksanaan posyandu lansia dari
pencatatan kegiatan, Kit lanjut usia dan Kemenkes (2010) menyatakan bahwa
KMS lansia. Hanya buku pedoman untuk sekali pelaksanaan Posyandu
pemeliharaan kesehatan yang belum Lansia dianjurkan minimal 5 orang kader
dimiliki, padahal menurut Kemenkes yang datang.
(2010) untuk kelancaran pelaksanaan Dalam hal Process berdasarkan hasil
kegiatan Posyandu Lansia maka penelitian terlihat bahwa rata-rata
dibutuhkan sarana dan prasarana kunjungan lansia ke Posyandu Lansia
penunjang meliputi : tempat kegiatan masih rendah walaupun mengalami
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), peningkatan semenjak diaplikasikan
lanjut usia yang tidak datang, dalam Posyandu Lansia dari BPJS
penting sekali bagi kita selaku tenaga sarana, prasarana, sumber dana dan