Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326652751

KINERJA KADER KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI


KABUPATEN KUDUS

Article  in  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan · July 2018


DOI: 10.26751/jikk.v9i2.470

CITATION READS

1 837

2 authors:

Ika Tristanti Fania Khoirunnisa


Universitas Muhammadiyah Kudus 8 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   
22 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

maternal health View project

Health Child View project

All content following this page was uploaded by Ika Tristanti on 17 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


192 | Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199

KINERJA K ADER KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN POSYANDU


DI KABUPATEN KUDUS
Ika Tristantia,*, Fania Nurul Khoirunnisa b
a,b
STIKES Muhammadiyah Kudus
ikatristanti@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak
Kader kesehatan merupakan ujung tombak pelaksanaan Posyandu di masyarakat. Kader
kesehatan mempunyai tugas untuk mengelola pelaksanaan Posyandu, mulai dari persiapan,
pelaksanaan dan pasca pelaksanaan Posyandu di setiap bulan. Banyak Posyandu yang mati suri
atau keberadaannya ada tetapi tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat
dilihat dari strata Posyandu yang kebanyakan masih ada dalam strata Madya dan Purnama.
Keberadaan kader kesehatan memegang peran utama dalam pelaksanaan Posyandu. Tetapi yang
menjadi kendala adalah kinerja kader Posyandu yang dianggap masih kurang dan banyak kader
yang memutuskan berhenti menjadi kader. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
kader dalam pelaksanaan Posyandu di Kabupaten Kudus. Metode penelitian menggunakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Jumlah informan ada 11 orang kader .
Pengambilan data dilakukan secara wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara
dengan pertanyaan bersifat terbuka. Triangulasi dilakukan dengan melakukan wawancara
dengan Bidan Desa.Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018 di wilayah Kabupaten
Kudus. Hasil penelitian didapatkan bahwa kader kesehatan sudah mengetahui tugas dan
tanggungjawabnya sebagai kader kesehatan. Pemberian insentif bagi kader dianggap dapat
meningkatkan motivasi kader dalam menjalankan tugas. Pengakuan resmi dari pemerintah atau
desa dianggap sebagai suatu bentuk penghargaan bagi kader. Kelengkapan sarana prasarana serta
dukungan dari pemerintah desa sangat membantu pelaksanaan tugas kader. Perlu adanya
pelatihan bagi kader untuk meningkatkan kompetensi kader terutama bagi kader kesehatan baru.

Kata kunci : Kinerja, Kader, Posyandu


Abstract
Community health workers are the spearhead of Posyandu implementation in the community.
Community Health workers have some duties starting from the preparation, implementation and post-
implementation of Posyandu every month. Many Posyandu are exists but does not work as expected. This
can be seen from the strata's of Posyandu, most of them are madya and Purnama. The competencies of
community health workers have a main role in Posyandu. The problem is some of the community health
workers have a low performance, and they decided to not working again. The aim of this study is to
determine the performance of community health workers in Kudus regency. The method is used
qualitative research with phenomenology approach. There are 11 informans from community health
workers. The data collection use in-depth interviews with open questionnaire. Triangulation is done by
interview with the Midwife. The study was held on March-April 2018 in Kudus Regency. The result shows
that community health workers are aware of their duties and responsibilities. Incentives can elevate the
motivation of community health workers to do their duties. Official recognition from the government or
village is considered as a appreciation for the community health workers. The completeness of
infrastructure and support from the village government is very helpful for the implementation of their
duties. There needs to be training for community health workers to improve their competencies
especially for new community health workers.

Key words : performance, community health workers, Posyandu


Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199 | 193
Apabila seorang kader tidak mengetahui
PENDAHULUAN
dengan baik tentang perkembangan pada balita
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya
tersebut, maka kader tidak akan mampu
adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
melaksanakan perannya dalam perkembangan
bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan
anak seperti melakukan penyuluhan pada
hidup sehat bagi penduduk agar dapat
orang tua mengenai perkembangan dan prinsip
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
stimulasi, serta melakukan deteksi dini pada
yang optimal . Pembangunan sektor kesehatan
perkembangan balita.(Mahmudah, Cahyati, &
diarahkan untuk memperluas jangkauan dan
Wahyuningsih, 2013)
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar
Posyandu merupakan wadah untuk
terutama bagi ibu dan anak .Kegiatan untuk
mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam
memperluas jangkauan dan meningkatkan
bidang kesehatan dan keluarga berencana yang
mutu pelayanan kesehatan adalah posyandu.
dikelola oleh masyarakat. Pelayanan kesehatan
Pusat layanan kesehatan beraneka ragam
dasar di Posyandu meliputi KIA (Kesehatan
bentuk nya, bisa rumah sakit, puskesmas,
Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),
posyandu, dan lain sebagainnya. Posyandu
imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.
adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan
Masyarakat masih lebih banyak sebagai objek
yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan
dari pada sebagai subjek pembangunan
dukungan teknis dari petugas
kesehatan. Pencapaian hasil kegiatan posyandu
kesehatan .Pelaksanan kegiatan posyandu
program gizi dapat dilihat melalui balok
adalah kader kesehatan yang berasal dari
SKDN (S = jumlah anak balita yang ada di
masyarakat setempat dan bekerja secara
wilayah kerja posyandu tertentu, K = jumlah
sukarela. Kader memegang peranan yang
anak balita yang memiliki KMS (Kartu
sangat penting dalam pelaksanaan posyandu di
Menuju Sehat), D = jumlah anak balita yang
lapangan sehingga keberadaannya perlu
datang ditimbang, N = jumlah anak balita yang
dipertahankan. (Dewi, 2017)
menunjukkan kenaikan berat badannya). Data
Pada kegiatan posyandu tersebut tenaga
pada balok SKDN sesuai fungsinya dapat
kesehatan dibantu oleh warga masyarakat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
setempat yang disebut kader. Kader inilah
kelompok data yang dapat digunakan untuk
yang nantinya menjadi motor penggerak atau
pemantauan pertumbuhan balita di suatu
pengelola dari upaya kesehatan primer.
wilayah, yaitu N/D, kelompok lainnya adalah
Melalui kegiatannya sebagai kader di
yang digunakan untuk tujuan pengelolaan
diharapkan mampu menggerakkan masyarakat
program/kegiatan di posyandu, yaitu D/S dan
untuk melakukan kegiatan yang bersifat
K/S. D/S (jumlah balita yang datang ke
swadaya dalam rangka peningkatkan status
posyandu setiap bulan untuk ditimbang
kesehatan. Dari beberapa tugas yang dimiliki
dibandingkan jumlah semua balita di wilayah
oleh kader, salah satunya adalah dalam
posyandu) memberikan gambaran tingkat
kesehatan anak yaitu perkembangan anak
partisipasi masyarakat dalam kegiatan
balita.Dalam perkembangan balita, kader
penimbangan bulanan. Target atau “standar
memiliki peran dalam melakukan penyuluhan
cakupan minimal untuk D/S adalah 85%”.
pada orang tua (Ibu) mengenai kesehatan anak,
(Sari, 2015)
pemantauan dan stimulasi/rangsangan dini
Posyandu yang selama ini menjadi ujung
perkembangan serta melaporkan ke sarana
tombak penanggulangan masalah gizi di
kesehatan apabila menemukan anak yang
masyarakat mengalami penurunan fungsi dan
terlambat perkembangannya. Banyak faktor
kinerja, diduga sekitar 40% posyandu tidak
yang mempengaruhi kemampuan kader dalam
lagi aktif akibat berbagai penyebab. Dukungan
menjalankan tugasnya, diantaranya adalah
masyarakat dirasakan sangat kurang akibat
pengetahuan kader tentang posyandu,
keberadaan posyandu dianggap menjadi
pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.
tanggung jawab petugas kesehatan. Pandangan
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
yang demikian sangat bertentangan dengan
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
konsep posyandu yang diharapkan dapat
pengetahuan.(Sari, 2015)
menjadi milik masyarakat. Keberadaan
194 | Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199
posyandu yang seyogyanya mengemban peran bersedia bekerja dengan sukarela, serta
lini terdepan bagi pelaksanaan program memiliki kemampuan dan waktu luang.
kesehatan, khususnya program kesehatan ibu Pengetahuan dan keterampilan yang
dan anak (KIA), belum berjalan sebagaimana diperlukan kader harus disesuaikan dengan
mestinya akibat partisipasi masyarakat dalam tugas mereka dalam rangka mengembangkan
perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan program kesehatan di desanya. Kurangnya
posyandu yang rendah. Untuk itu, upaya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan
peningkatan peran posyandu yang partisipatif pengetahuan dan keterampilan yang memadai
amat penting dan dapat terwujud jika bagi kader menyebabkan kurangnya
berlandaskan pada kebutuhan nyata dan pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya
kebutuhan yang diinginkan atau dirasakan oleh informasi serta kurangnya koordinasi antara
masyarakat.(Djafar, 2014) petugas dengan kader dalam pelaksanaan
Fungsi kader adalah mampu melaksanakan kegiatan posyandu dapat mengakibatkan
sejumlah kegiatan yang ada di lingkungannya. rendahnya tingkat kehadiran anak bawah lima
Kegiatan yang dilakukan sifatnya sederhana tahun (balita) ke posyandu. Hal ini juga akan
akan tetapi juga harus berguna untuk menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini
masyarakat dan kelompok. Adapun berbagai tumbuh kembang balita. Keaktifan kader
macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh Posyandu bisa dipengaruhi oleh beberapa
kader kesehatan, misalnya:Pemberian obat faktor, baik faktor dari luar kader posyandu
cacing, diare, larutan gula garam, dan lain- maupun faktor dari dalam kader posyandu.
lain.Melakukan kegiatan penimbangan bayi Faktor dari dalam bisa terjadi karena
dan balita serta memberikan penyuluhan kurangnya pengetahuan dan motivasi yang ada
tentang gizi masyarakat secara rutin. dalam diri kader tersebut, sehingga
Melakukan pemberantasan terhadap berbagai menimbulkan perilaku ketidakhadiran dalam
penyakit menular, mendata kasus kesehatan, menjalankan tugasnya. Faktor dari lingkungan
memberikan laporan mengenai vaksinasi, seperti kebijakan program, sarana prasarana
pendistribusian obat atau alat kontrasepsi KB, pendukung juga akan mempengaruhi perilaku
juga pemberian berbagai bentuk penyuluhan seseorang dalam menjalankan sebuah
tentang pentingnya Norma Keluarga Kecil tindakan.(Caturininngsih, Mestuti, Kes, & Atik,
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).Memberi dan 2010)
membimbing materi kesehatan tentang
METODE PENELITIAN
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan
Jenis penelitian yang digunakan adalah
sarana air sederhana.Melakukan program dana
penelitian deskriptif kualitatif.Metodologi
sehat, pos kesehatan desa, dan berbagai
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
program kesehatan lainnya.(Tristanti &
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
Risnawati, 2017)
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
Dalam posyandu seorang kader merupakan
perilaku yang diamati. Penelitian ini dilakukan
salah satu bagian utama yang menentukan
di wilayah Kabupaten Kudus pada bulan Maret
berjalan atau tidaknya kegiatan posyandu.
dan April 2018. Populasi penelitian ini adalah
Tugas kader dalam posyandu dimulai dari
seluruh kader posyandu di wilayah Kabupaten
persiapan sebelum pelaksanaan posyandu,
Kudus. Sampel penelitian berjumlah 11 orang
menyiapkan alat, tempat, sarana prasarana, dan
kader dengan teknik pengambilan sampel
mengundang menggerakan masyarakat agar
secara accidental sampling.
mau datang ke posyandu. Pada hari
Jumlah posyandu di Kabupaten Kudus pada
pelaksanaan harus mempersiapkan meja
tahun 2016 adalah 795 posyandu, terdiri atas
pelayanan di posyandu, bahkan sampai akhir-
73 posyandu pratama, 353 posyandu madya,
nya melakukan kunjungan rumah apabila
404 posyandu purnama dan 46 posyandu
banyak yang tidak datang dalam pelayanan
mandiri. (Prov. Jawa Tengah,2016). Rata-rata
posyandu. Kader posyandu diharapkan adalah
setiap Posyandu memiliki 5 orang kader.
orang yang berasal dari anggota masyarakat
Data primer merupakan data yang diperoleh
setempat, dapat membaca dan menulis huruf
langsung dari penelitian (responden) /
latin, berminat dan bersedia menjadi kader,
narasumber dengan cara melakukan tanya
Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199 | 195
jawab secara langsung dan dipandu melalui informasi. Adanya alasan males menunjukkan
pertanyaan yang sesuai dengan fokus bahwa motivasi kader untuk melaksanakan
penelitian yang dipersiapkan oleh peneliti Posyandu kurang. Hal tersebut bisa disebabkan
dengan informan. Informan terdiri dari: oleh karena dia tidak secara sukarela
a. Key Informan atau narasumber dari melaksanakan tugasnya sebagai seorang kader.
penelitian ini adalah Kader 11 Posyandu Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan
b. Informan lain yakni bidan dari 11 desa. pemilihan kader yakni harus dilakukan secara
Kader yang terlibat dalam penelitian ini sukarela . Beberapa kader langsung ditunjuk
terdiri dari 11 orang. Dari karakteristik usia , 5 oleh Bidan atau perangkat desa dan mereka
orang kader berusia < 35 tahun dan 6 kader tidak bisa menolak karena peran mereka
berusia > 35 tahun. Karakteristik pendidikan , sebagai istri perangkat desa jadi mau tidak
2 orang lulus SMP dan 9 orang lulus SMA, mau harus bersedia sebagai kader kesehatan.
dan tidak ada yang lulusan Perguruan Tinggi. Kehadiran kader saat Posyandu juga
Karakteristik pekerjaan, 5 orang ibu rumah dipengaruhi oleh adanya rasa bangga dan
tangga, 1 pegawai negeri, 1 karyawan swasta, eksistensi diri. Kader kesehatan juga
1 buruh dan 3 wiraswasta. Karakteristik masa menyampaikan bahwa mereka merasa bangga
kerja sebagai kader, 7 orang menjadi kader < dapat dipilih sebagai kader, karena tidak
10 tahun, dan 4 orang menjadi kader > 10 semua orang bisa menjadi kader kesehatan.
tahunMetode penelitian berisi jenis penelitian, Mereka merasa senang karena merasa
pendekatan, populasi, sampel teknik sampling, dipercaya dan dihargai walaupun kader
waktu dan tempat penelitian, instrumen kesehatan adalah orang yang bekerja tanpa
penelitian, teknik pengambilan data dan digaji. Tetapi mereka merasa bahwa tugas
analisis data. menjadi kader terasa kurang lengkap karena
penugasannya hanya secara lesan (diminta
HASIL DAN PEMBAHASAN oleh bidan desa dan perangkat desa secara
Kehadiran kader saat Posyandu lesan) dan tidak memiliki surat penugasan atau
Sebelas kader yang diteliti , delapan pengakuan sebagai kader kesehatan. Ada tiga
diantaranya menyatakan selalu hadir dalam dari sebelas orang yang menyampaikan pernah
Posyandu setiap bulan, dalam satu tahun memiliki surat penugasan sebagai kader
frekuensi kehadiran mereka lebih dari delapan kesehatan dari desa tetapi surat itu sudah lama
kali. Ketidakhadiran mereka disebabkan oleh sekali dan belum ada surat perpanjangan lagi,
adanya acara atau kepentingan keluarga seperti padahal pada kenyataannya mereka masih
menghadiri pernikahan saudara, mengikuti bertugas sebagai kader sampai dengan saat ini.
pengajian,sakit, menengok saudara dan Semua kader menyatakan bahwa surat
keperluan yang lain. Jika mereka tidak hadir, penunjukan atau pengangkatan sebagai Kader
mereka telah menginformasikan sebelumnya bukanlah hal utama karena mereka merasa
kepada bidan dan kader yang lain dengan tugas sebagai kader adalah tugas yang mulia
harapan ada yang bertugas menggantikan karena membantu masyarakat secara sukarela
perannya saat Posyandu. dan tidak menuntut penghargaan. Tetapi jika
Kehadiran kader kesehatan dibeberapa ada surat penunjukan dirasa lebih baik agar
Posyandu yang diteliti, telah memenuhi ada pengakuan resmi dari desa atau
persyaratan minimal kehadiran kader dalam masyarakat sehingga dalam melaksanakan
setahun yaitu delapan kali kehadiran. tugas , kader akan lebih semangat. (Penulisan,
Alasan kader yang tidak hadir kurang dari n.d.)
delapan kali dalam setahun antara lain: ada Posyandu merupakan salah satu bentuk
keperluan pergi keluar kota mendadak, lupa, pendekatan partisipasi masyarakat di bidang
capek, males dan sakit. Mereka tidak kesehatan yang dikelola oleh kader Posyandu
melakukan pemberitahuan sebelumnya kepada yang telah mendapatkan pendidikan dan
bidan atau kader kesehatan lainnya dengan pelatihan dari Puskesmas. Kader Posyandu
alas an tidak bisa bertemu, tidak mempunyai mempunyai peran yang penting karena
telepon , tidak mempunyai pulsa, tidak ada merupakan pelayan kesehatan (health
yang bisa dimintai tolong menyampaikan provider) yang berada di dekat kegiatan
196 | Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199
sasaran Posyandu dan memiliki frekuensi tatap kemampuan mereka. Ketika di lakukan
muka kader lebih sering daripada petugas pemeriksaan pengisian KMS ternyata sebagian
kesehatan lainnya. Tugas kader Posyandu besar KMS tidak diisi secara lengkap, grafik
dalam kegiatan KIA di Posyandu adalah tidak dihubungkan dengan garis, status N/TN
melakukan pendaftaran, penimbangan, tidak diisi dan kondisi kesehatan anak bulan
mencatat pelayanan ibu dan anak dalam buku tersebut tidak diisi. Sehingga tidak bisa
KIA, menggunakan buku KIA sebagai bahan disimpulkan bagaimana kondisi tumbuh
penyuluhan, dan melaporkan penggunaan kembang anak bulan tersebut. Kader juga
buku KIA kepada petugas kesehatan. masih mengalami kebingungan terhadap
(Widagdo & Husodo, 2009) tindak lanjut status tumbuh kembang anak
Pemberian insentif berupa uang transport, apakah memerlukan rujukan atau tidak
uang ganti pulsa, seragam kader mampu berdasarkan riwayat pencatatan di KMS.
meningkatkan motivasi kader untuk Kader kesehatan mengalami kesulitan untuk
melaksanakan Posyandu. Mereka melakukan komunikasi atau penyuluhan
menyampaikan sungkan jika tidak hadir saat tentang kondisi anak berdasarkan hasil KMS
Posyandu karena sudah menerima uang karena mereka memiliki keterbatasan
transport, pulsa dan seragam. kemampuan dalam berkomunikasi atau
Pelibatan kader dalam kegiatan di desa , melakukan penyuluhan. Dalam pengisian
misal ketika ada acara kunjungan dari dokumentasi sistem informasi Puskesmas,
Kecamatan dan Kabupaten dirasa sebagai kader juga masih mengalami kebingungan
sebuah penghargaan bagi kader dan sehingga pengisian SIP juga masih belum
menimbulkan rasa bangga sehingga kader maksimal.
menjadi semangat melaksakan tugasnya. Kader merupakan tenaga masyarakat yang
dianggap paling dekat dengan masyarakat.
Ketrampilan kader dalam
Departemen kesehatan membuat kebijakan
melaksanakan tugas di Posyandu
Selama pelaksanaan Posyandu, kader mengenai pelatihan untuk kader yang
dimaksudkan untuk meningkatkan
mempunyai 3 tahap penugasan, yaitu tugas
pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu,
sebelum, saat dan sesudah Posyandu. Sebelum
Posyandu, kader bertugas menginfornasikan dan angka kematian bayi. Para kader
kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki
jadwal pelaksanaan posyandu dan
latar belakang pendidikan yang cukup baik
mempersiapkan alat, serta fasilitas Posyandu.
Saat Posyandu, kader bertugas mengelola meja sehingga memungkinkan mereka untuk
membaca, menulis, dan menghitung secara
I-IV, dan sesudah Posyandu, kader bertugas
sederhana . Kader kesehatan masyarakat
mengunjungi balita-balita yang tidak hadir saat
Posyandu. (Dewi, 2017). bertanggungjawab terhadap masyarakat
setempat serta pimpinan-pimpinan yang
Berdasarkan hasil wawancara dapat
ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan.
diketahui jika ketrampilan kader dalam
melakukan penimbangan masih kurang yakni Di harapkan mereka dapat melaksanakan
petunjuk yang diberikan oleh para
ketika menimbang kader tidak melakukan
pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah
pengecekan terlebih dahulu apakah timbangan
sudah dalam posisi nol atau belum. Selain itu tim kesehatan .
Kader sebagai penggerak Posyandu,
juga kader tidak secara benar-benar mengecek
menjadi kunci keberhasilan Posyandu. Kader
berapa berat badan anak, kader hanya
menanyakan kepada ibu balita saja sehingga Posyandu memiliki tugas yang penting agar
Posyandu dapat berjalan dengan baik, apabila
hasil penimbangan kurang valid. Ketrampilan
kader tidak memahami tugas sebagai kader
kader dalam pengisian Kartu menuju Sehat
masih kurang terutama saat mengisi grafik dengan baik maka Posyandu tidak akan
berkembang bahkan mungkin akan berhenti
tumbuh kembang, menentukan Naik atau
pelaksanaanya .
Tidak Naik serta menyimpulkan tumbuh
kembang anak bulan ini dan tindak lanjutnya. Untuk mengatasi persoalan tersebut
sebaiknya segera dilakukan pelatihan bagi
Kader masih mengalami kebingungan
kader kesehatan. Pelatihan kesehatan yang
sehingga pengisiannya dilakukan sesuai
Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199 | 197
diselenggarakan oleh Puskesmas rata-rata lemah pada responden yang rata-rata
dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Ada pendidikannya rendah, juga menentukan.
tiga orang kader yang pernah ditunjuk oleh Kader yang memiliki pengetahuan yang baik
desa untuk mengikuti pelatihan ketrampilan diharapkan akan dapat memberikan layanan
membuat hiasan nampan, memasak kue/roti, yang baik dan bermutu pada saat Posyandu.
membuat tas dari bahan bekas yang diadakan Pengetahuan kader dapat meningkat seiring
oleh BKKN dan Balai Latihan Kerja dengan lama manjadi kader, pengalaman di
Kabupaten. Tujuan diikutsertakannya kader lapangan dalam menangani kasus dan
dalam pelatihan non kesehatan tersebut agar pelatihan-pelatihan yang telah diikuti. Dengan
kader kesehatan mempunyai ketrampilan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat
tambahan sehingga dapat produktif memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
menghasilkan tambahan uang untuk masyarakat.
meningkatkan kesejahteraan keluarga karena
Kendala yang dialami sebagai kader
sebagian besar kader kesehatan adalah ibu Kendala yang dialami oleh kader kesehatan
rumah tangga.Kader yang belum pernah
selama melaksanakan Posyandu antara lain:
mengikuti pelatihan, mereka mendapatkan
jumlah Makanan tambahan yang diberikan ke
kompetensi tentang pelaksanaan posyandu balita terbatas, masih banyak yang belum
karena diajari oleh bidan desa dan diajari oleh
mendapatkan. Ada Makanan tambahan yang
kader yang lebih pengalaman. Semua kader
kurang layak sehingga masih ditambahi
berpendapat bahwa pelatihan dan penyuluhan anggaran dari desa supaya layak diberikan
yang diberikan kepada kader sangat
untuk balita. Desa dan warga secara swadaya
bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan
mengadakan makanan tambahan untuk
kader. Pelatihan yang diusulkan oleh kader balita.Buku Sistem Informasi Posyandu (SIP)
antara lain: pelatihan tentang tata cara
terlambat pembagiannya sehingga pelaporan
pelaksanaan posyandu yang baik, pelatihan
menjadi terhambat. Animo ibu balita untuk
pengukuran antropometri balita, pelatihan datang ke Posyandu masih kurang. Hal ini
tentang pendokumentasian sistem informasi
disebabkan oleh kurangnya kesadaran
posyandu, pelatihan tentang teknik komunikasi
masyarakat untuk membawa balita ke
yang baik agar kader bisa memberikan Posyandu. Pengorganisasian tugas kader
penyuluhan dan bisa memotivasi warga yang
kurang jelas sehingga menyebabkan
tidak hadir agar mau hadir di Posyandu. Selain
kesenjangan/rasa iri antara kader sehingga
itu, kader juga mengusulkan untuk menyebabkan suasana Posyandu kurang
diselenggarakan pelatihan tentang pengisian
kondusif. Keaktifan setiap kader berbeda-beda,
buku KIA dan pengisian Kartu Menuju Sehat
sehingga bagi kader yang aktif terkadang
(KMS) karena dalam pengisian KMS kader merasa bahwa tugasnya sebagai kader terlalu
masih mengalami kebingungan terutama
berat sedangkan kader yang lain lebih ringan
dalam pengisian grafik pertumbuhan berat
dari dirinya. Hal ini menyebabkan rasa tidak
badan anak, menentukan naik dan tidak naik nyaman dan perlu segera diatasi dengan
sehingga banyak KMS yang tidak lengkap dan
adanya musyawarah bersama membahas
terkesan pengisiannya asal-asalan.
pelaksanaan tugas kader dan perlu pergantian
Pengetahuan kader dapat meningkat seiring atau roling penugasan agar semua kader
dengan lama manjadi kader, pengalaman di
pernah merasakan setiap bagian. Pelaksanaan
lapangan dalam menangani kasus dan
Posyandu masih ada yang di pagi hari
pelatihan-pelatihan yang telah diikuti. Dengan sehingga balita yang datang sedikit.
pengetahuan yang bertambah diharapakan
Banyaknya ibu yang bekerja menjadi kendala
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
jika Posyandu dilaksanakan di pagi hari karena
kepada masyarakat.(Widagdo & Husodo, menyebabkan jumlah kunjungan balita rendah.
2009)
Jumlah buku pegangan kader yang kurang
Keahlian dapat meningkat jika diberikan
sehingga satu buku dipakai lebih dari satu
pelatihan. Namun, diberi pelatihan yang cukup kader sehingga banyak kader yang masih
belum tentu meningkatkan pemanfaatan buku
bingung dalam melaksanakan
KIA karena mungkin faktor daya tangkap yang
tugasnya.Pergantian kader tanpa diikuti
198 | Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199
dengan pendelegasian tugas dan serah terima waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan
tanggung jawab sehingga kader yang baru maka semakin sempit kesempatan untuk
mengalami kebingungan dalam melaksanakan menjadi kader. Hal ini sesuai dengan hasil
tugasnya.Kurangnya pelatihan terutama bagi penelitian Widagdo bahwa sebagian besar
kader baru. Kader dalam pelaksanaan responden bekerja <8 jam per hari merupakan
posyandu merupakan titik sentral kegiatan peluang untuk bisa menjadi kader Posyandu
posyandu, keikutsertaan dan keaktifannya karena salah satu syarat kader adalah punya
diharapkan mampu menggerakkan partisipasi waktu luang. (Widagdo & Husodo, 2009)
masyarakat. Namun keberadaan kader relatif Menurut L. Green, pendapatan merupakan
labil karena partisipasinya bersifat sukarela faktor enabling untuk terjadinya sebuah
sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader perilaku. Seseorang yang mempunyai
akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik pendapatan yang cukup menurut persepsinya,
seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan akan bersedia menjadi kader sebab dalam
keluarga atau kepentingan lainnya maka pelayanannya kader tidak mendapatkan gaji.
posyandu akan ditinggalkan.Kenyataan Syarat untuk menjadi kader adalah punya
dilapangan menunjukkan masih ada posyandu waktu luang, bisa membaca dan menulis huruf
yang mengalami keterbatasan kader, yaitu latin dan suka rela.
tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan Makin tinggi pendidikan makin mudah
posyandu sehingga pelayanan tidak berjalan menerima informasi sehingga makin banyak
lancar. Keterbatasan kader disebabkan adanya pula pengetahuan yang dimiliki . Pendidikan
kader drop out karena lebih tertarik bekerja diperlukan untuk mendapatkan informasi
ditempat lain yang memberikan keuntungan misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan,
ekonomis, kader pindah karena ikut suami, dan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
juga setelah bersuami tidak mau lagi menjadi Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
kader, kader sebagai relawan merasa jenuh dan termasuk juga perilaku seseorang akan pola
tidak adanya penghargaan kepada kader yang hidup terutama dalam memotivasi untuk siap
dapat memotivasi mereka untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
faktor-faktor lainnya seperti adanya Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
keterbatasan pengetahuan karena berdasarkan makin mudah menerima informasi sehingga
penelitian sebelumnya kader yang direkrut makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
oleh staf puskesmas kebanyakan hanya sebaliknya pendidikan yang kurang akan
berpendidikan sampai tingkat SLTA dengan menghambat perkembangannya sikap
pengetahuan yang sangat minim . Sebaliknya seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
seseorang yang memiliki intelegensi dan diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu proses
tingkat pendidikan yang rendah, akan kurang belajar yang berarti di dalam pendidikan itu
aktif pula dalam kegiatan terjadi proses pertumbuhan,perkembangan
posyandu.(Listyaningsih, Widyastuti, & atau berubah ke arah yang lebih dewasa, lebih
Mareta, 2016) . Pergantian kepengurusan yang baik dan matang pada diri individu, kelompok
baru. Hal ini dapat mengakibatkan kader atau masyarakat.
belum mempunyai banyak pengalaman dan Tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
kurang dikenal pengunjung sehingga kurang memiliki wawasan dan ketrampilan yang lebih
komunikasi pada waktu melakukan tugasnya. baik sehingga akan lebih mampu memberikan
Oleh karena itu, dalam meningkatkan bimbingan kepada masyarakat, dan semakin
ketrampilan kader diperlukan adanya banyak waktu luang semakin baik pula
dukungan dari berbagai sektor untuk diadakan pekerjaan yang dilaksanakan oleh seorang
pelatihan kader yang dapat meningkatkan kader posyandu. Menurut teori Lawrence
kemampuan kader dalam memberikan Green, karakteristik sangat berpengaruh pada
pelayanan kepada masyarakat.(Sari, 2015) perilakunya, yaitu predisposing factor yang
Bekerja umumnya merupakan kegiatan salah satunya adalah lama menjadi kader.
yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu Semakin lama menjadi kader diharapkan akan
akan mempunyai pengaruh terhadap semakin banyak pengalaman dan pengetahuan
kehidupan keluarga sehingga semakin banyak sehingga akan dapat melayani masyarakat
Ika Tristanti, Fania Nurul Khoirunnisa / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.2 (2018) 192-199 | 199
yang datang ke pelayanan Posyandu dengan Makroman Kecamatan Sambutan Kota
baik dan bermutu. Samarinda. Ejournal.Ilkom.Fisip-
Unmul.Ac.Id, 5(1), 272–282.
KESIMPULAN Listyaningsih, K. D., Widyastuti, D. E., &
Pemberian insentif bagi kader dianggap Mareta, M. Y. (2016). Hubungan Antara
dapat meningkatkan motivasi kader dalam Tingkat Pengetahuan Kedawung Sragen,
menjalankan tugas. Pengakuan resmi dari 23–28.
pemerintah atau desa dianggap sebagai suatu Penulisan, C. F. (n.d.). contoh format
bentuk penghargaan bagi kader. Kelengkapan penulisan PENYELIDIKANseminar bil 2.
sarana prasarana serta dukungan dari Sari, N. N. (2015). Bimbingan kader posyandu
pemerintah desa sangat membantu dengan kepatuhan kunjungan ibu balita di
pelaksanaan tugas kader. Perlu adanya posyandu. Jurnal Ners LENTERA, 3(1),
pelatihan bagi kader untuk meningkatkan 1–9.
kompetensi kader terutama bagi kader Tristanti, I., & Risnawati, I. (2017). Motivasi
kesehatan baru Kader Dan Kelengkapan Pengisian Kartu
DAFTAR PUSTAKA Menuju Sehat Balita Di Kabupaten
Caturininngsih, R., Mestuti, H., Kes, M. M., & Kudus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 1(1),
Atik, N. U. R. S. R. I. (2010). Jurnal 1–11.
Kesehatan Dan Kebidanan ( Journal Of Widagdo, L., & Husodo, B. T. (2009).
Midwifery And Health ) Hubungan Pemanfaatan Buku Kia Oleh Kader
Pengetahuan Sikap Dan Motivasi Posyandu: Studi Pada Kader Posyandu Di
Knowledge Relationship With Attitude Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem
And Motivation Cadre Presence In The Kabupaten Bojonegoro. Makara,
Service, 23–33. Kesehatan, 13(1), 39–47. Retrieved from
Dewi, D. S. (2017). Peran Komunikator Kader http://journal.ui.ac.id/index.php/health/art
Posyandu Dalam Meningkatan Status icle/viewArticle/348
Gizi Balita Di Posyandu Nurikelurahan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai