Anda di halaman 1dari 177

LAPORAN AKHIR PUSKESMAS

PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE FEBRUARI 2022-FEBRUARI 2023

PESERTA PIDI:
dr. Nur Jadi
PEMBIMBING :
dr. Hj. Adolfina

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON


PUSKESMAS KUMBEWAHA
PUSKESMAS BANABUNGI
SULAWESI TENGGARA
2022-2023

STASE PUSKESMAS
LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH

BORANG INTERNSIP 2022 DR. NUR JADI


Peserta PIDI ; dr. Nur Jadi
Pendamping ; dr.Hj. Adolfina

F1 PROMOSI KESEHATAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 2 LAPORAN PELATIHAN
1.PELATIHAN KADER POSBINDU LANSIA DI DESA HOLIMOMBOJAYA
LATAR BELAKANG
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan Usaha
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang ada di desa. Kegiatan
difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan
dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Survailans berbasis
masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan
oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman
kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan.Kegiatan-kegiatannya
berupa: Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat,
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan
dini faktor resiko PTM. Sedangkan sasaran utama Posbindu adalah kelompok
masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Wadah
pelaksanaan posbindu adalah Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi
dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja
atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat
dalam jumlah berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja,
klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun bermasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM
dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat,
serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.
Adapun unit posbindu itu sendiri dijalankan dengan adanya batuan dari
masyarakat yaitu kader setempat , perlunya pelatihan kader setempat untuk lebih
meningkatkan pemahaman masyarakat utamanya dalam promosi kesehatan terkait
kesehatan peserta posbindu. Pentingnya monitoring rutin faktor resiko penyakit
PTM sehingga diperlukan kader yang aktif dalam menjalankan kegiatan posbindu
yang dipprakarsai oleh tenaga kesehatan yang menjadi penanggung jawab utama.

PERMASALAHAN
Puskesmas Kumbewaha Meliputi cakupan wilayah desa dengan jarak puskesmas
ke setiap desa cukup jauh , seperti salah satunya desa Holimombo Jaya. Tidak
semua masyarakat memiliki fasilitas kendaraan untuk datang ke puskesmas dalam
rangka memeriksakan kesehatannya. Pandemi Covid 19 yang berlangsung lama
juga membuat khawatir sebagian masyarakat untuk datang berobat langsung ke
puskesmas, sehingga perlu dilakukan pelayanan tertentu seperti Posbindu lansia

2
dalam setiap desa untuk membantu masyarakat utamanya yang tidak memiliki
atau susah dalam fasilitas kendaraan, mencegah perburukan penyakit ringan
menjadi berat dengan melakukan skrining penyakit lebih dini dan pengobatan
yang lebih awal salah satunya melalui posbindu. Dengan demikian perlu dibentuk
kader aktif dan juga didampingi dengan pelatihan khusus dalam menjlankan
posbintu itu sendiri.
INTERVENSI DAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan posbindu lansia rutin dilakukan setiap bulannya sehingga
dibutuhkan kader aktif dalam keghiatan posbindu . Adapun kegiatan ini:
Topik Kegiatan : Pembinaan Kader Aktif Posbindu Lansia
Waktu dan tempat
Hari/tanggal: Kamis, 07/ JULI / 2022
Waktu : 09.00 WITA – Selesai
Tempat pelaksanaaan: Balai Pertemuan Desa Holimombo Jaya
Sasaran : Kader aktif Posbindu desa holimombo jaya
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : Leaflet Penyakit Tidak Menular Hipertensi dan Diabetes
Pelaksana: Dokter umum interensip, pelaksana program Posbindu PKM
Kumbewaha, Kader desa penanggung jawab Posbindu
Peserta: 8 orang kader program posbindu lansia desa Holimombo Jaya
Pelasanaan kegiatan :
Kegiatan yang dilakukan yaitu berupa pemberian materi tambahan terkait
pelatihan kader posbindu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes.
Pelatihan cara pendataan Pasien Hipertensi dan Diabetes dan pelaporan setiap
kegiatan Posbindu dengan pembuatan buku catatan bulanan terkait pengobatan
dan jadwal kontrol rutin
Pelatihan kader dalam upaya promotif preventif penyakit hipertensi dan diabetes,
diantaranya juga berupa monitoring faktor resiko bersama PTM secara rutin dan
periodik setiap Bulannya dengan pembagian kuesioner keluarga terdiagnosis
MONITORING DAN EVALUASI
Adapun pelaksanan pembinaan kader Posbindu dilakukan di desa Holimombo
Jaya dimana
kegiatan ini berlangsung sesuai rencana dan dan jawal yang ditentukan

3
Perserta dapat hadir dalam kegiatan ini secara tepat waktu dan lengkap
Peserta dapat memahami materi yang diberikan dan berperan secara aktif dalam
berdiskusi melalui Tanya jawab
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kemampuan kader aktif dalam melakukan
pelayanan kegiatan posbindu dapat lebih dimaksimalkan , materi dan ilmu yang di
dapatkan dapat diaplikasikan sehingga penaganan kasus kasus ptm yang ada dapat
segera ditangani sehingga meminimlakan terjadinya komplikasi yang lebih lanjut
dan pentingnya promosi kesehatan dalam pencegahan penyakti utamanya mereka
yang memiliki faktor resiko penting. Diharapkan kader sebagai bagian utama
dalam pelayanan di masyarakat khususnya posbindu lebih jeli dan kompoten lagi
dalam pendeteksian masalah kesehatan terkait PTM.
2.PELATIHAN KADER POSYANDU BAYI BALITA DESA MANURU
LATAR BELAKANG
Posyandu sudah dikenal sejak lama sebagai pusatpelayanan kesehatan
dasar bagi ibu dan balita. Kini, Posyandu dituntut untuk mampu menyediakan
informasi kesehatan secara lengkap dan mutahir sehingga menjadi sentra kegiatan
kesehatan masyarakat. Posyandu merupahkan salah satu upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2018). Dengan demikian
Posyandu merupakan kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
Berdasrkan hal tersebut, tujuan didirikannya Posyandu adalah untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga
kecil bahagia dan sejahtera.

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara
pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan
angka kematian bayi dan angka kelahiran. Oleh karena itu, Posyandu merupakan
wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan
keluarga berencanayang dikelola oleh masyarakat. Program ini dilaksanakan oleh
kader yang sebaiknya telah dilatih di bidang kesehatan dan Kelarga berencana.

4
AnggotaPosyandu berasal dari anggota PKK, tokoh masyarakat dan para kader
masyarakat. Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat
dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat,
kegiatan diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas
kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya.

Adapun kegiatan pembinaan kader oleh tenaga kesehatan sagat perlu dilakukan
untuk mencapai pelayanan yang lebih baik dan bermutu di posyandu. Pembinaan
kader posyandu diharapkan mampun meningkatkan kemampuankader posyandu
dalam system yang sebaiknya berjalan. Seperti system 5 meja yang meliputi
pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pengisian KMS, dan system infirmasi
posyandu. Tujuan pelaksaan kegiatan ini diharapkan dapat membentuk kader aktif
yang kompoten dalam menajalankan program posyandu kedepannya.

PERMASALAHAN
Kegiatan posyandu akan berjalan dengan lancar jika didampingi atau dilaksanakan
oleh penyelenggara yang aktif dan berkompoten atau terlatih.

Kegiatan posyandu menjadi tempat awal bagi masyarakayta khususnya yang


memiliki bayi balita sebagai tempat untuk memantau tumbuh dan kembangnya
setiap bulan,sehingga tidak ada lagi bayi bayi yang terlambat penanagannya jika
terjadi masalah gizi

Jumlah stunting yang masih tinggi dalam Wilayah cakupan puskesmas


Kumbewaha sehingga Salah satu hal utama yang perlu dilakukan dengan baik
adalah melalui kegiatan posyandu dengan pembinaan kader aktif sehingga deteksi
maslaah stunting dapat dituntaskan.

GAMBARAN PELAKSANAAN
Kegiatan yang dilakukan dengan sasaran utama para penyelenggara kader
posyandu , kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjadi
bagian utama dalam mendeteksi dan melaporkan kendala yang ditemukan di
lingkungan masyarakat khusunya kali ini posyandu
Adapun kegiatan yang dilakukan

5
Topi kegiatan: Pembinaan Pengisian buku , kelengkapan dan deteksi masalah KIA
di Posyandu Manuru
Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Senin & selasa, 14-15 Maret 2022
Pukul : 10.00 – 11.30 WITA
Tempat : Posyandu Manuru Posko 1
Sasaran : Pelaksana Kegiatan Posyandu yaitu Kader Posyandu Manuru
Metode : Ceramah, Edukasi dan simulasi tata posyandu
Media : Buku Panduan KIA, Alat Antropometri
Materi : Materi yang diberikan berupa , pentingnya deteksi dini kesehatan ibu dan
anak di posyandu, Tatacara pengisian Buku KIA, cara pengisian/ plot untuk
deteksi stunting pada anak, cara pengukuran berat dan tinggi badan anak yang
benar serta pentingnya deteksi dini perkembangan anak sesuai KPSP.
Pelaksana kegiatan: Dokter Umum Interensip, Penanggung jawab Program
Posyandu dan Program kesehatan Gizi.
Jumlah peserta : 17 orang yang teridir dari 14 kader aktif dan 3 penanggung jawab
program termasuk Promosi kesehatan dan petugas gizi
Jumlah kader Posyandu Manuru dari 3 Posko desa sebanyak 14 orang, dimana
setiap posyandu terdiri atas 5 kader dengan susunan ketua, sekretaris, bendahara
dan anggota. Dengan kategori usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun.
Ringkasan pelaksanaan :
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan kesesuaian waktu kader dan pelasana program
untuk dilakukan pembinaan kader. Kegiatan berlangsung diawali dengan
pelaksanaan rutin posyandu yang dilanjutkan dengan pembinaan kader lama dan
baru yang bertugas di posyandu manuru, adapun runtutan kegiatan yang dilakukan
Pelatihan kader dilaksanakan dengan memahamkan mekanisme kerja posyandu
berupa pemantauan pertumbuhan balita, yang dasarnya bersumber dari berat
badan hasil penimbangan balita bulanan yang diisikan ke dalam KMS untuk
dinilai baik (N) atau tidaknya (T). Tiga bagian penting dalam pemantauan
pertumbuhan adalah : ada kegiatan penimbangan yang dilakukan secara terus
menerus secara teratur, ada kegiatan mengisikan data berat badan anak ke dalam
Kartu Menuju Sehat (KMS) serta ada penilaian naik atau turunnya berat badan
anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya.

6
Setelah kegiatan berlangsung dilakukan sesi diskusi terkait kendala yang dialami
petugas posyandu untuk dilakukan pemecahan amsalah bersama.
MONITORING DAN EVALUASI
Para kader berperan secara aktif di desa Manuru dan aktif hadir tiap bulan dalam
kegiatan posyandu. Namun ada beberapa balita yang sulit di follow up disebabkan
karena orang tua balita tidak membawa anaknya ke posyandu. Sehingga ada
beberapa balita yang menderita gizi kurang atau balita yang tidak sesuai dengan
arah garis pertumbuhan yang tidak terdata. Maka dari itu diperlukan keaktifan
kader dalam mengajak dan mensosialisasikan jadwal kegiatan posyandu ke
masyarakat desa Borong Lamu agar tidak ada anak yang sampai mengarah ke Gizi
buruk dan dapat dilakukan perbaikan gizi. Dan pemberitahuan kepada para kader
apabila terdapat masalah gizi untuk mengarahkan orang tua pasien konsul ke
dokter di puskesmas.
Adapun kegiatan pembinaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan jadwal dan
rncana yang ditetapkan
Peserta dapat hadir tepat waktu dan memperhatikan materi serta mengikuti
pelaksanaan kegiastan dengan baik
Peserta berperan aktif dalam kegiatan simulasiyang diberikan
Peserta dapat memahami materi dan simulasi yang diberikan dengan baik
Digarapkan dengan adanya kegiatan ini kemampuan kader lebih kompoten dari
sebelumnya dan dapat mengaplikasikannya dalam setiap kegiatan posyandu yang
rutin dilakukan di desa manure yang menjadi wilayah cakupan puskesmas
Kumbewaha. dengan demikian diharapkan semua bayi balita dan bumi serta ibu
dapat terdata dan segera terlaporkan ke puskesmas jika terdapat kendala baik dari
segi gizi maupun masalah kesehatan lainnya yang berkaitan dengan tumbuh
kembang anak dan kesehatan ibu hamil.

ADVOKASI 3 RUMAH 2X KUNJUNGAN/ 6 LAPORAN


ADVOKASI KELUARGA PRASEHAT BARU/LAMA KELUARGA TN JRN
KUNJUNGAN 1 DAN KUNJUNGAN 2
KUNJUNGAN 1
IDENTITAS KELUARGA
Keluarga Tn.JRN yang bermukim di desa sumber sari . keluarga terdiri dari 4
orang yaitu Tn,JRN 38 Tahun, Istri 35 tahun dan dua orang anak berusia 10 tahun
dan 6 tahun. Keluarga ini sudah memenuhi beberapa indikator keluarga sehat
(keluarga prasehat)dengan nilai Indeks Keluarga Sehat 0,75 .

7
LATAR BELAKANG
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS –PK) merupakan
salah satu program dari agenda ke 5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah
meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu 1). Penerapan
paradigama sehat, 2) penguatan pelayanan kesehatan, dan 3) pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Pelaksanaan intervensi keluarga sehat ini, merupakan
salah satu upaya untuk mengupdate indeks keluarga sehat (IKS) baik ditingkat
keluarga sampai tingkat kecamatan. Dan diharapkan dari kegiatan ini, IKS
terdapat perubahan ke tingkat yang lebih baik. Dalam rangka pelaksanaan
program Indonesia sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk status
kesehatan sebuah keluarga yaitu:
1. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di tenaga kesehatan
3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
4. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
5. Bayi mendapatkan air susu ibu eksklusif
6. Pengobatan tuberkulosisi sesuai standar terhadap penderita
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota kerluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga menggunakan akses jamban sehat
Pengkategorian keluarga menurut IKS adalah sebagai berikut.

    - Keluarga Sehat : IKS di atas 0,800

    - Keluarga Pra Sehat : IKS 0,500-0,800

8
    - Keluarga Tidak Sehat : IKS kurang dari 0,500

Rekapitulasi IKS keluarga kemudian digunakan untuk


menghitung/menetapkan IKS suatu wilayah (desa/kelurahan, kecamatan, dan
seterusnya) yang menunjukkan status kesehatan masyarakat wilayah tersebut.

Dari indikator tersebut diharapkan mampu mencerminkan keluarga sehat dalam


satu lingkungan masyarakat sebagai mitra dari puskesmas. Dan menjadi perhatian
khususnya semuanya ini butuh peran langsung dari pihak kesehatan khususnya,
dinas kesehatan setempat, dinas kesehatan provinsi , kementrian dan tanggung
jawab lintas sektor itu sendiri.
PERMASALAHAN:
Pelaksanaan pendataan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PISPK) secara nasional belum pernah mencapai target kesehatan. Berdasarkan
data BPS tahun 2017 angka atau capaian Indeks Keluarga sehat khsusunya di
Sulawesi selasatan sebagai pemegang IKS tertinggi baru mencapai 5,34 % daris
eluruh jumalh penduduk dan terendah ada di daerah Maluku dengan capaian IKS
0,00%. Sementara itu untuk Sulawesi tenggara sendiri capaian IKS baru
mencapaui 0,4%. Ini masih perlu menjadi perhatian khusus Perlu beberapa
kebijakan untuk mempercepat akselerasi pendataan dan perlu intervensi program
dalam rangka meningkatkan capaian Indeks Keluarga Sehat. Masih rendahnya
capaian Indeks keluarga sehat , temuan dan penerapan pemantauan sehingga perlu
dilakukan intervensi lanjutan untuk pemenuhan keluarga sehat.

PERENCANAAN:
- Melakukan koordinasi dengan programer dan Mengatur jadwal
pelaksanaan Program untuk turun lapangan dalam rangka penilaian dan
pembinaan keluarga sehat ataupun prasehat.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan dengan melakukan survey terhadap beberapa keluarga di
lapangan yang bertempatkan di desa Sumber Sari yang merupakan satu desa
pelosok yang termasuk dalam cakupan wilayah Puskesmas Kumbewaha.pada
kegiatan kali ini penilaian dan KIE dilakukan pada setiap keluarga, adapun
pelaksanaan kegiatan :
Hari : Selasa, 29 Maret 2022
Pukul : 09.00 s/d Selesai
Tempat : Desa Sumber Sari

9
Metode : Tanya Jawab, pemeriksaan dan pemantauan. Edukasi dan konseling
Media : Poster Indeks Keluarga Sehat
Sasaran : Keluarga Prasehat desa SumberSari
Pelaksana Kegiatan : Dokter Umum Internsip, Programmer PIS-PK, Penanggung
Jawab Program Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan.
Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan , kegiatan dilakukan dengan
melakukan survey langsung di lapangan , adapun runtutan kegiatan :
- Surveyor mendatangi rumah warga yang menjadi sasaran program
- Surveyor mengucapkan salam, memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud kedatangan
- Surveyor meminta data keluarga (kartu tanda penduduk, kartu keluarga,
kartu JKN, buku KIA)
- Surveyor mencatat data keluarga
- Surveyor melakukan tanya jawab terkait pertanyaan dari 12 indikator
- Surveyor melakukan pemeriksaan tekanan darah, menjelaskan hasil
pemeriksaan dan pendataan
- Surveyor melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
sasaran
- Surveyor mengucapkan terima kasih dan berpamitan
- Surveyor merekapitulasi hasil pendataan terkait permasalahan kesehatan
yang ditemukan
- Surveyor menyampaikan hasil temuan kepada pelaksanaan program sesuai
dengan permasalahan keseharan yang ditemui
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
yang belum mempunyai air bersih
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
yang belum mempunyai jamban keluarga
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
yang anggotanya masih merokok
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
Untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan terutama setelah terdapat
gejala penyakit

Hasil Survei yang dilakukan terhadap keluarga yang termasuk keluarga sehat dan
prasehat menunjukkan masih adanya beberapa rumah yang belum termasuk dalam
keluarga sehat. Salah satu yang menjadi pemantauan yang termasuk keluarga pra
sehat adalah keluarga Tn.JRN yang bermukim di desa sumber sari . keluarga

10
terdiri dari 4 orang yaitu Tn. JRN, Istri dan dua orang anak. Keluarga ini sudah
memenuhi beberapa indikator keluarga sehat . DARI 12 INDIKATOR
KELUARGA SEHAT YANG SUDAH DIPENUHI YAITU SEBANYAK 8
KATEGORI DIANTARANYA:
1. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di tenaga kesehatan
3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
4. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
5. Bayi mendapatkan air susu ibu eksklusif
6. Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
7. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
8. Keluarga menggunakan akses jamban sehat
DARI 8 KATEGORI TERSEBUT YANG SUDAH MEMENUHI SYARAT
YAITU
1. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di tenaga kesehatan
3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
4. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
5. Bayi mendapatkan air susu ibu eksklusif
6. Keluarga menggunakan akses jamban sehat
Dari 12 indikator lainnya yang tidka dilakukan yaitu
1. Masih ada keluarga yang merokok
Dari hasil pemeriksaan kesehatan didapatkan keluarga dalam keadaan sehat , tidak
sedang dengan keluhan yang mengarahkan ke penyakit hipertensi, diabetes ,
penyakit tuberkulosisi maupun adanya gangguan kejiwaan dalam keluarga.
Dengan demikian IKS Keluarga tn. JRN . dinilai 6/(12-4) : 0,75 termasuk kategori
keluarga Pra Sehat
Berdasarkan hal ini keluarga selanjtunya diberikan edukasi terkait indikator
keluarga sehat yang sudah dipenuhi untuk dipertahankan, yang belum sepenunya
memenuhi syarat seperti

11
Penggunaan air bersih dan semua anggota keluarga sebaiknya terdaftar dalam
jaminan kesehatan dimana hanya orang tua yang terdaftar sementara kedua
anaknya belum memiliki kartu jaminan kesehatan.
Ayah sebagai kepala keluarga yang masih merokok, diedukais untuk tidak
merokok dalam rumah , sebisa ungking mengurangi kebiasaan merkok dan
berhenti merokok mengingat dampak dan efek buruknya terhadap kesehatan
pribadi danorang lain.
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan ini berjalan lancar dan sesuai dengan rencana
Pelaksanaan kegiatan berjalan tepat waktu
Kegiatan ini diikuti oleh keluarga kunjungan dan menyambut baik petugas
kesehatan
Keluarag antusias dan turut aktif untuk mengikuti kegiatan Advokasi ini
Dengan adanya kegiatan ini diahrapkan keluarga dapat mengimplementasikan
dalam kehidupan kesehariannya , menerapkan perilaku kesehatan dalam keluarga
dan lingkungan serta menjadi contoh bagi masyarakat lainnya dalam mencapai
keluarga yang sehat.
Setelah kegiatan ini juga akan dilakukan evaluasi ulang untuk memantau keadaan
keluarga dan diharapkan memenuhi indikator untuk menjadi keluarga sehat.

KUNJUNGAN 2
IDENTITAS KELUARGA
Keluarga Tn.JRN yang bermukim di desa sumber sari . keluarga terdiori dari 4
orang yaitu ayah kandung, ibu kandung dan dua orang anak berusia 15 tahun dan
10 tahun. Keluarga ini sudah memenuhi beberapa indikator keluarga sehat
(keluarga prasehat)

12
LATAR BELAKANG
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS –PK) merupakan
salah satu program dari agenda ke 5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah
meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu 1). Penerapan
paradigama sehat, 2) penguatan pelayanan kesehatan, dan 3) pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Pelaksanaan intervensi keluarga sehat ini, merupakan
salah satu upaya untuk mengupdate indeks keluarga sehat (IKS) baik ditingkat
keluarga sampai tingkat kecamatan. Dan diharapkan dari kegiatan ini, IKS
terdapat perubahan ke tingkat yang lebih baik. Dalam rangka pelaksanaan
program Indonesia sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk status
kesehatan sebuah keluarga yaitu:
7. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
8. Ibu melakukan persalinan di tenaga kesehatan
9. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
10. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
11. Bayi mendapatkan air susu ibu eksklusif
12. Pengobatan tuberkulosisi sesuai standar terhadap penderita
13. Penderita hipertensi melakukan pengobatan
14. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
15. Anggota kerluarga tidak ada yang merokok
16. Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
17. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
18. Keluarga menggunakan akses jamban sehat
Dari indikator tersebut diharapkan mampu mencerminkan keluarga sehat dalam
satu lingkungan masyarakat sebagai mitra dari puskesmas. Dan menjadi perhatian
khususnya semuanya ini butuh peran langsung dari pihak kesehatan khususnya,

13
dinas kesehatan setempat, dinas kesehatan provinsi , kementrian dan tanggung
jawab lintas sektor itu sendiri.

PERMASALAHAN:
Adapupun permasalahan yang masih kurang dalam perhatian keluarga terhadap
beberapa indikator kesehatan yaitu
- Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya dan manfaat penggunaan
air bersih serta syarat-syarat air bersih
- Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya merokok baik untuk diri sendiri
maupun lingkungan
- Kesulitan ekonomi keluarga untuk membuat jamban sehat
- Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya penggunaan jamban yang tidak
sehat, manfaat penggunaan jamban sehat, dan syarat jamban sehat

PERENCANAAN:
- Melakukan koordinasi dengan programer dan Mengatur jadwal
pelaksanaan Program untuk turun lapangan dalam rangka penilaian dan
pembinaan keluarga sehat ataupun prasehat.

PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan dengan melakukan survey terhadap beberapa keluarga di
lapangan yang bertempatkan di desa Sumber Sari yang merupakan satu desa
pelosok yang termasuk dalam cakupan wilayah Puskesmas Kumbewaha.pada
kegiatan kali ini penilaian dan KIE dilakukan pada setiap keluarga, adapun
pelaksanaan kegiatan :
Hari : Selasa, 17 Mei 2022
Pukul : 09.00 s/d Selesai
Tempat : Desa Sumber Sari
Metode : Tanya Jawab, pemeriksaan dan pemantauan. Edukasi dan konseling
Media : tidak ada media khusus
Sasaran : Keluarga Tn JRN yang menjadi Keluarga Binaan Sebelumnya

14
Pelaksana Kegiatan : Dokter Umum Internsip, Programmer PIS-PK, Penanggung
Jawab Program Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan.
Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan , kegiatan dilakukan dengan
melakukan survey langsung di lapangan , adapun runtutan kegiatan :
- Surveyor mendatangi rumah warga yang menjadi sasaran program
- Surveyor mengucapkan salam, memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud kedatangan
- Surveyor meminta data keluarga (kartu tanda penduduk, kartu keluarga,
kartu JKN, buku KIA)
- Surveyor mencatat data keluarga
- Surveyor melakukan tanya jawab terkait pertanyaan dari 12 indikator
- Surveyor melakukan pemeriksaan tekanan darah, menjelaskan hasil
pemeriksaan dan pendataan
- Surveyor melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
sasaran
- Surveyor mengucapkan terima kasih dan berpamitan
- Surveyor merekapitulasi hasil pendataan terkait permasalahan kesehatan
yang ditemukan
- Surveyor menyampaikan hasil temuan kepada pelaksanaan program sesuai
dengan permasalahan keseharan yang ditemui
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
yang belum mempunyai air bersih
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
yang belum mempunyai jamban keluarga
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
yang anggotanya masih merokok
- Memberikan KIE, analisis penyebab masalah dan solusi kepada keluarga
Untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan terutama setelah terdapat
gejala penyakit

Pada kegiatan kunjungan kedua ini merupakan langkah untuk pemantauan


keluarga prasehat sebelumnya untuk memantau pengaplikasian dan edukasi yang
telah diberikan , berdasarkan Hasil Survei yang dilakukan sebelumnya terhadap
keluarga prasehat adalah keluarga Tn.JRN yang bermukim di desa sumber sari .
keluarga terdiri dari 4 orang yaitu Tn.JRN , Istri dan dua orang anak.
Berdasarkan pemantauan kedua ini penialian indikator keluarga sehat sudah
terpenuhi yaitu :

15
1. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di tenaga kesehatan
3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
4. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
5. Bayi mendapatkan air susu ibu eksklusif
6. Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
7. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
8. Keluarga menggunakan akses jamban sehat
Dimana semua nggota keluarga sudah memiliki jaminan kesehatan / BPJS,
penggunaan air bersih sudah memenuhi kriteria dimana tempat penampungan
sudah pada tempat yang baik dan dikuras setiap 2 sampai 3 kali seminggu
Dari pemeriksaan kesehatan lanjutan tidak ada keluhan terkait penyakit hipertensi,
diabetes, tuberculosis dan masalah gangguan kejiwaan.
Akan tetapi kebiasan merokok tn JRN , belum bisa dikurangi , tetapi sudah
menghindari untuk tidak merokok di dalam rumah . masih merokok sekitar 12-16
batang perhari.
Selanjutnya diedukasi kembali untuk perlahan menghentikan kebiasaan
merokoknya.
Berdasarkan pemantauan kedua ini Nilai Indeks Keluarga Tn. JRN mencapai 8/9 :
0,89 sudah termasuk kategori keluarga Sehat
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan ini berlangsung sesuai jadwal dan rencana, dimana pelaksanaan
kegiatan berjalan dengan lancar.keluarga yang dilakukan kunjungan juga
menerima dengan baik dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini dan
mengerti terkait konseling dan edukasi yang diberikan. Setelah kegiatan ini
keluarga lebih paham dan mengerti terkait keluarga sehat dibandingkan
sebelumnya dan juga akan dilakukan evaluasi ulang untuk memantau keadaan
keluarga dan diharapkan memenuhi indikator untuk menjadi keluarga sehat
dan menjadi contoh dalam lingkungan masyarakatnya

16
KEMITRAAN 1 LAPORAN UKS
PEMBINAAN UNIT KESEHATAN SEKOLAH DI SD NEGERI 53 BUTON
IDENTITAS SEKOLAH
Sekolah Dasar Negeri 53 Buton, merupakan salah satu sekolah dasar yang
merupakan wilayah cakupan puskesmas Banabungi , berlokasi di desa
Holimombo Jaya . Sekolah Ini memiliki Jumlah Siswa Sekitar 251 orang dengan
jumlah Laki-laki 137 siswa, dan perempuan sebanyak 114 siswa. Sekolah ini
mulai rutin dilakukan pembinaan Unit Kesehatan Sekolah Baik seperti
Penyuluhan , praktikum Penaganan awal kecelakaan dan Pembagian serta
pengadaaan imunisasi.
LATAR BELAKANG
Langkah dalam meningkatkan kualitas hidup yang sehat sudah seharusnya
dimulai sejak dini, memperkenalkan bagaimana hidup sehat tak hanya dilakukan
oleh petugas kesehatan melainkan sejak dini dari lingkugan keluarga itu sendiri.
Pendidikan sehat dalam keluarga akan berkembang dan membawa dampak positif
pada lingkungan. Kesehatan merupakan salah satu karunia Tuhan yang yang harus
dijaga dan dipertahankan sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita.
Memperkenalkan dunia kesehatan sejak dini selain di lingkungan keluarga
juga dilakukan di lingkungan sekolah salah satunya. Salah satu program yang ada
di sekolah yaitu UKS ( usaha kesehatan sekolah) yang dibina oleh guru dan
tenaga kesehatan dengan pelaku terlibat adalah para siswa yaitu usaha untuk
membina dan mengembangkan kebiasaan serta perilaku hidup sehat pada peserta
didik usia sekolah yag dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.
Setiap sekolah di Indonesia memiliki berbagai fasilitas salah satunya
adalah UKS. UKS merupakan satu hal yang penting yang harus ada di sekolah.
UKS (Usaha kesehatan sekolah) adalah upaya pendidikan dan pelayanan
kesehatan yang terdapat di sekolah dengan siswa dan lingkungan hidupnya
sebagai sasaran utama.Menurut keputusan Menteri Kesehatan
828/MENKES/SK/IX/2008, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya
terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan
hidup sehat selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang
berada di sekolah (Harmawan, 2015).

17
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memiliki beberapa fungsi seperti,
sebagai fungsi pendidikan, menjaga dan memelihara pelayanan, pemeliharaan
umum terhadap murid dan warga sekolah, mencegah penyakit menular,
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), pengawasan kebersihan sekolah,
peningkatan kesehatan siswa dan warga sekolah (Hidayat, 2017). Fungsi UKS
tersebut dijalankan berdasarkan TRIAS UKS yaitu, pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat (DepkesRI, 2017).
Sedangkan menurutSetiwan & Hidayat (2017), UKS juga memiliki berbagai
fungsi seperti mejadikan UKS sebagai fungsi pendidikan, menjaga dan
memelihara pelayanan, pemeliharan umum terhadap murid dan warga sekolah,
pencegah penyakit menular, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K),
pengawasan kebersihan sekolah, peningkatan kesehatan siswa dan warga sekolah.
Pada survey Kementrian Kesehatan pada tahun 2015 yang disebutkan
dalam “Pedoman Aksel UKS 2016” pencapaian hasil pelaksanaan UKS
mengalami perbedaan disetiap Provinsi, bahkan antar Kabupaten/Kota dalam satu
Provinsi juga mengalami berbedaan. Untuk cakupan penjaringan kesehatan pada
tingkat SD/MI pada tahun 2013 pencapaianya secara nasional hanya sebesar
73,91%, dengan presentase disetiap provinsi yang tidak merata, berkisar antara
13,68-100%. Hasil evaluasi didapat berdasarkan tiga komponen yaitu sumber
daya manusia, manjemen, dan sarana/prasarana. Dari survey tersebut didapatkan
SDM yang kurang memdai seperti : masih banyak guru pembina UKS yang belum
dilatih, masih banyak yang belum memiliki kader dan dokter kecil. Dari segi
manajemen ditemukan masih tidak berfungsinya kelembagaan TP(Tim Pembina)
UKS. Sarana dan Prasarana ditemukan masih banyak sekolah yang belum
mempunyai ruang UKS(KemenKes, 2015). Masalah tersebut terjadi karena fungsi
UKS tidak terlaksana dengan baik disebagian besar sekolah di Indonesia. Manfaat
UKS seharusnya bisa meningkatkan kesehatan peserta didik di sekolah sesuai
dengan UU 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 79 yaitu “kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam
lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan
berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya

18
manusia yang berkualitas”(DepkesRI, 2017). Salah satu Fungsi UKS bertahan
dengan baik dapat dilakukan dengan beberapa strategi yang disebutkan oleh
(KemenKes, 2015), diantaranya yaitu : Memperkuat dasar hukum, meningkatkan
kemampuan, peran, fungsi dan tanggung jawab kelembagaan TP UKS. Selain itu
juga meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga terlatih UKS, memantapkan
peran aktif peserta didik dalam pelaksanaan UKS, tidak terlepas dari peran guru,
orang tua dan masyarakat sekolah. Memperkuat kemitraan dan peran masyarakat
juga merupakan strategi yang dapat menjadikan fungsi UKS menjadi optimal.
PERMASALAHAN
-Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam lingkungan sekolah masih
menjadi perhatian khusus utamnya dalam lingkungan sekolah, sebagai tempat
berkumpul rutin dalam satu waktu menjadi hal yang mungkin atau memiliki
resiko besar terhadap kejadian suatu penyakit dengan resiko penularan yang
tinggi. Sanitasi lingkungan dan higienitas tubuh yang baik akan membantu dalam
mencegah atau mengatasi permasalah kesehatan utamanya di lingkungan sekolah.
-Angka kesakitan yang masih tinggi , dibarengi jumlah kehadiran siswa untuk
datang belajar yang kurang karena sakit.
Adapun pelaksanan kegiatan pembinaan UKS di SD N 53 Buton sebelumnya
sempat tertunda dikarenakan adanya Pandemi Coivd 19 yang berlangsung lama
sehingga kegiatan pembinaansebelumnya sempat di batasi. Kegiatan pembinaan
akan diaktifkankembali seperti sebelum masa pandemi dengan tetap
memperhatikan protocol kesehatan.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan pada anak sekolah
dasar yang melibatkan semua kelas , dalam hal ini sekolah dasar kelas 1 sampai
kelas 6. Penyuluhan PHBS, Higienitas dan Sanitasi lingkungan serta dilanjutkan
dengan melakukan pemberian Tablet obat Cacing disesuiakn dengan jadwal
Puskesmas. Sebagai program lanjutan yang dilakukan setiap tahun sebanyak 2
kali atau setiap 6 bulan.

19
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan dengan turun langsung di lapangan yaitu Sekolah Dasar
Negeri 53 Buton
Topic kegiatan : pembinaan Unit Kesehatan Sekolah SDN 53 Buton
Hari : Jumat , 27 Mei 2022
Pukul : 08.30 s/d Selesai
Tempat : Sekolah Dasar Negeri 53 Buton
Sasaran : Siswa Siswi Serta Guru Pendamping yang terlibat dalam UKS
Metode : Ceramah dan Praktik Langsung
Media : Poster PHBS dan Slide Presentasi . alat dan bahan praktik cuci tangan ,
set kebersihan gigi dan mulut, serta kotak P3K lengkap untuk simulasi
penanganan luka.
Pelaksana: Dokter Umum Interensip, Petugas Penanggung jawab Program
Puskesmas Banabungi
Peserta : Guru Sekolah dasar dan para siswa siswi Sekolah Dasar Negeri 53 Buton
yang dihadiri total sebanyak kurang lebih 230 siswa dari jumlah total 251 siswa.
Materi diberikan perkelas terkait perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan,
mencuci tangan dengan baik sebelum makan dan menjaga kebersihan kuku ,
higienitas tubuh dan nutrisi serta dibarengi dengan pengenalan terkait penyakit
kecacingan, bagaimana gejalanya, penyebabnya dan apa saja kerugian atau
dampak dari kecacingan. Pelatihan tambahan dalam PHBS ini juga dilakukan
praktik langsung seperti bagaimana cara mencuci tangan yang baik danbenar serta
waktu waktu yang tepat untuk mencuci tangan. Pemilihan makanan yang bergizi
dan sehat. Penanganan awal pada keadaan Mimisan /epiktaksis. Cara penanaganan
dan perawatan luka serta menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Setelah penyuluhan berlangsung kegiatan dibarengi dengan pemberian obat
cacing mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
MONITORING & EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan baik, berjalan sesuai jadwal dan
rencana
Kegiatan Penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
Peserta dapat hadir sesuai rencana
Setiap peserta aktif ikut mendengarkan materi, dan juga perwakilan praktikan
memahami dan mengerti yang disampaikan,

20
Selama kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan penuh
perhatian.
Pembinaan unit kesehatan sekolah akan berjalan dan dilanjutkan sesuai jadwal
yang ditentukan dankesediaan pihak sekolah selanjutnya.
Dengan adanya kegiatan tambahan ini diharapkan semua peserta dapat mengambil
pelajaran ilmu dan mengaplikasikan dalam kesehariannya.
Setelah materi selesai dilanjutkan dengan kegiatan pembagian tablet obat cacing
pada setiap siswa untuk dikonsumsi di rumah masing masing , dan pada beberapa
siswa yang tidak hadir diberikan kepada guru untuk dibawakan langsung ke
rumah masing masing.
Kekurangan : pembagian obat cacing dilakukan tanpa didampingi oleh orang tua
sehngga tidak dapat dijamin untuk setiap anak meminum sampai di rumah mereka
masing masing, dengan demikian setiap guru diingatan juga untuk memberitahu
orang tua siswa untuk mengingatkan anaknya mengonsumsi tablet obat cacing
yang telah diberikan di sekolah.
PENYULUHAN 7 LAPORAN
PENYULUHAN KESEHATAN JIWA
LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang integral dari kesehatan. Menurut World
health Organisation (WHO) dalam Yosep (2007), kesehatan jiwa bukan hanya
tidak ada gangguan jiwa melainkan mengandung berbagai karakteristik yang
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Sedangkan menurut undang-undang
Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2014, menjelaskan bahwa kesehatan jiwa
adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Gangguan kesehatan jiwa secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu orang
dengan masalah kejiwaan (ODMK) orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). ODMK
adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/ kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami
gangguan jiwa. ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No. 18 Tahun
2014).
Prevalensi terjadinya gangguan jiwa berat di Indonesia berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2013 sebesar 1,7 per mil gangguan jiwa berat terbanyak di DI

21
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi selatan, Bali dan Jawa Tengah (Balitbang Depkes RI,
2013). Kondisi diatas menggambarkan prevalensi masalah kesehatan jiwa baik
ringan sampai berat cukup tinggi dan membutuhkan penanganan yang serius dan
berkesinambungan.
Salah satu gangguan jiwa berat adalah Skizofrenia dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi. Dari data yang ditemukan pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tengara di tahun 2017, terdapat 1.054 jiwa pasien dengan rawat inap,
dan 10.275 jiwa pasien dengan kunjungan rawat jalan. Kategori 10 besar penyakit
rawat inap terbanyak adalah Skizofrenia dengan total 800 jiwa, dan 10 besar
penyakit rawat jalan terbanyak adalah 3.498 jiwa pasien dengan Skizofrenia.
Dengan angka tersebut mennjadi tantangan sendiri terhadap tenaga kesehatan
dalam mencapai tujuan kesehatan yang baik terkait masalah kesehatan jiwa.
Kesinambungan antara pelayanan dan juga pemberian informasi yang tepat pada
masyarakat diharapkan nantinya akan menurunkan angka gangguan kesehatan
jiwa khususnya.
Adapun Jumlah Penderita Gangguan Jiwa yang Berada di wilayah puskesmas
kumbewaha selama tahun 2021 yang terdata yaitu sebanyak 2 orang , angka ini
merupakan jumlah yang kecil namun perlu diperhatikan karena banyaknya jumlah
gangguan jiwa yang terdeteksi hanya yang mengalami keluhan dan dibawa
berobat ke Puskesmas. Oleh karenaya perlu dilakukan kegiatan yang menjadi
sarana bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang lebih terkait maslah
kesehatan jiwa salah satunya penyuluhan.
Adapun kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dengan pendekatan keluarga , pengobatan dan pencegahan yang
tentunya diawali dengan peningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan
jiwa. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi sarana skrining awal
dan deteksi dini maslaah kejiwaan. Keluarga yang memiliki anggota dengan
gangguan kejiwaan dapat segera di obati atau dilakukan pelayanan nantinya demi
mencegah perburukan penyakit.
PERMASALAHAN
Masalah kesehatan jiwa di Masyrakat yang masih menjadi hal tabuh dan
kepercayaan kepercayaan akan mitos tentang penyakit jiwa.
Kurangnya perhatian keluarga terhadap pasien dengan gangguan jiwa, sehingga
perlu dukungan keluarga itu sendiri demi kontinuitas pengobatan penderita
gangguan jiwa
Masih adanya penderita gangguan jiwa yang melkaukan perawatan di rumah
dengan cara dipasung

22
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan atau konseling dan edukasi terkait gangguan
kejiwaan ini dilakukan di Ruang pelayanan Puskesmas Kumbewaha, pelaksanaan
ini dilakukan bertepatan dengan hari kerja pelayanan puskesmas bersamaan
dengan jadwal kontrol atau pengobatan pasien dengan gangguan kejiwaan dan
pelayanan kesehatan umum.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Topic Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan Jiwa
Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari/Tanggal : Kamis, 21 April 2022
Tempat : Ruang pelayanan Umum Puskesmas Kumbewaha
Pukul : 09.00 WITA – selesai
Metode : Metode yang digunakan Metode Ceramah dan Tanya Jawab
Media : Tidak ada media khusus yang digunakan hanya Penyampaian
Materi
Sasaran : Masyarakat Kumbewaha , Utamanya peserta yang hadir dalam
Pelaksana : Dokter Umum Interensip, Penanggung jawab Program Kesehatan
Jiwa
Peserta : 20 orang yang terdiri dari pengunjung puskesmas Kumbewaha
yang datang berobat termasuk keluarga pasien dengan gangguan kejiwaan.
Materi Kegiatan: Adapun materi yang disampaikan terkait konseling kesehatan
jiwa itu sendiri adalah pengertian dari kesehatan jiwa, apa itu gangguan kejiwaan,
faktor faktor yang menjadi penyebab timbulnya gangguan kejiwaan, jenis jenis
gangguan kejiwaan dan bagaimana terapi serta peranan keluarga dalam
permasalahan kesehatan jiwa.
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan konseling dan penyuluhan terkait kesehatan jiwa dilakukan
di ruang pelayanan kesehatan Puskesmas Kumbewaha.
- Kegiatan Penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
- Peserta dapat hadir sesuai rencana
- Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Selama kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat diimplementasikan sehingga
mampu membawa perubahan perilaku masyarakat utamnya pencegahan dini dari
gangguan kejiwaan, meningkatnya peranan Masyarakat terhadap anggota keluarga

23
yang menderita gangguan kejiawaan, serta meningkatnya kualitas hidup pasien
dengan gangguan kejiawaan.
PENYULUHAN KB
Penyuluhan Keluarga Berencana Dan Pemilihan Jenis Kontrasepsi
LATAR BELAKANG
Program Pelayanan kesehatan Keluarga salah satunya keluarga Berencana (KB) di
Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak
meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu angka kesertaan ber-KB
(Contraceptive Prevalence Rate=CPR) dan unmet need. Kedua indikator
merupakan indikator tambahan pada tujuan kelima Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu peningkatan kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya
adalah persalinan oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan Angka
Kematian Ibu (AKI). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan,
maka akan semakin rendah angka kematian ibu. Oleh karena itu, peningkatan
pelayanan KB tidak semata-mata untuk pengendalian penduduk namun akan
berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.
Kesehatan reproduksi dalam Program Kependudukan Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) adalah kegiatan peningkatan kualitas kesehatan
reproduksi yang didalamnya menyangkut peningkatan kelangsungan hidup ibu,
bayi dan anak. Kondisi saat ini tentang kesehatan reproduksi sangat
mengkhawatirkan seperti Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak di Indonesia
saat ini masih rendah, hal ini terlihat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi. Rasio kematian ibu di Indonesia diperkirakan
sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008-2012.
Dibandingkan dengan target, rasio kematian ibu yang merupakan salah satu
indikator Millenium Development Goals (MDG’s) yang harus dicapai tahun 2015
yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum
memenuhi target atau perlu diturunkan lagi. Salah satu program Keluarga
Berencana untuk menurunkan AKI yaitu dengan KB Pasca Persalinan. KB Pasca
Persalinan adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan
6 minggu atau 42 hari setelah melahirkan.
Berdasarkan Risfaskes tahun 2011, persentase Puskesmas yang memiliki asupan
sumber daya lengkap untuk program KB secara nasional hanya 32,2%. Sebagian
besar Puskesmas (97,5%) telah melaksanakan kegiatan pelayanan KB,
mempunyai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB sebesar 98,3%,
mempunyai tenaga kesehatan terlatih KB sebesar 58%, mempunyai pedoman
masih 58% dan terlaksananya bimbingan evaluasi oleh kabupaten/kota sudah
71,2%. Mengacu pada data tersebut, terlihat ada beberapa kegiatan yang masih

24
perlu ditingkatkan seperti jumlah tenaga kesehatan terlatih, ketersediaan pedoman
dan penguatan bimbingan evaluasi terkait KB.
Untuk puskesmas Kumbewaha sendiri persentase cakupan keluarga yang
mengikuti program KB masih tergolong cukup rendah yaitu sekitar 38,68 %
sementara jumlah persalinan kian meningkat dan jarak kehamilan yang begitu
dekat. Jumlah persalinan terdata selama tahun 2021 yaitu 66,67 %, jika
dibandingkan dengan kepesertaan ber-KB jumlah ini masih mencapai 50%.
Dengan data jumlah kematian neonatal terdata Desa Manuru paling tinggi dari
semua desa cakupan wilayah kerja PKM Kumbewaha.
Oleh karena itu, KB pasca persalinan diharapkan dapat menurunkan kejadian
kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat sehingga diharapkan dapat
berkontribusi dalam menghindari terjadinya komplikasi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yang sering menyebabkan kematian ibu dan bayi. Salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan KB yaitu dengan
penyuluhan Tentang Keluarga Berencana.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sekaligus
memberikan informasi secara lengkap, jelas dan benar sebelum mendapatkan
pelayanan kontrasepsi. Sehingga pelayanan KB pasca persalinan akan berjalan
dengan baik, cakupan pelayanan KB pasca persalinan meningkat sehingga dapat
menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi.
PERMASALAHAN
Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya ketersediaan,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB dalam masyarakat. Selain itu
pelayanan KB utamanya KB pasca persalinan ini belum terlaksana dengan baik,
terbukti dengan cakupan pelayanannya yang masih rendah, termasuk capaiannya
dalam program Jampersal yang didanai oleh pemerintah. Berbeda dengan paket
pelayanan untuk antenatal, pertolongan persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang
telah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, maka sebaliknya dengan paket
pelayanan untuk KB belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Jumlah
cakupan masih belum mencapai maksimal.

25
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka dukungan
manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari Perencanaan,
Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi.Dalam program KB ini,
terdapat dua kementerian/lembaga yang memegang peranan penting yaitu
Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana 3 Kementerian Kesehatan
dan BKKBN.Koordinasi yang baik dan berkesinambungan antara BKKBN dan
Kementerian Kesehatan beserta jajaran di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dalam manajemen pelayanan KB menjadi hal yang sangat penting.
Melalui tujuan inilah kita perlu melakukan penguatan informasi pada masyarakat
dengan memberikan penyuluhan atauapun tambahan pengetahuan untuk
terciptanya kesinambungan antara pelayanan dan peserta Keluarga Berencana.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Topik kegiatan : Penyuluhan Keluarga Berencana Dan Pemilihan Jenis
Kontrasepsi
Waktu dan Tempat Kegiatan :
Hari/Tanggal : Kamis, 14 April 2022
Tempat : Posyandu Wapomaru Jaya, Desa Manuru
Pukul : 09.00 WITA – selesai
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Media : Slide Materi Keluarga Berencana
Pelaksana : Dokter Umum Interensip, Penanggung jawb Program KIA, Kader
Posyandu
Sasaran : Ibu hamil dan Pasca Melahirkan yang Datang Ke Posyandu
Manuru
Pelasanaan kegiatan: penyuluhan ini dilakukan bersamaan dengan terlaksanaanya
posyandu bayi dan balita serta bumil. Materi diberikan setelah rangakaian acara
posyandu selesai. Kegiatan Ini diwalai dengan perkenalan serta Pembukaan Oleh
MC, dilanjutkan dengan pemberian materi, setelah itu proses Tanya jawab dengan
Peserta yang hadir.
Materi : Penyuluhan terkait masalah Keluarga berencana diberikan berupa
apa itu KB , manfaat KB , Jenis Jenis KB yang tersedia dan dapat digunakan serta

26
efektifitasnya. Serta bagaimana pelaksanaan dan pemasangan masing masing jenis
KB. Efek samping sementara dan juga bagaimana penanganannya. Waktunya
dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada: Status menyusui,
Metode kntrasepsi yang dipilih, Tujuan reproduksi untuk membatasi atau hanya
memberi jarak.
Peserta : jumlah peserta yang hadir sebanyak15 Orang peserta yang terdiri
dari Orang tua yang melakukan penimbangan berat badan anak, bumil dan peserta
KB.
MONITORING & EVALUASI
Pelaksaanaan pemberian materi dan penyuluhan terkait KB berjalan dengan
lancar, dimana para Ibu peserta yang hadir yang sebelumnya masih banyak yang
belum mengetahui beberapa hal terkai Keluraga Berencana menjadi lebih paham,
Di akhir acara peserta dipersilahkan untuk bertanya. Kemudian peserta diberi
kesempatan untuk dapat mengingat kembali materi penyuluhan yang sudah
diberikan dengan cara Pemateri memberikan pertanyaan kepada peserta seputar
materi tersebut, seperti apa saja jenis-jenis KB Pasca persalinan, keuntungan dan
kerugian dari jenis-jenis KB. Sebagian besar peserta dapat mengingat informasi
tersebut dan diharapkan dapat mengimplementasikannya.
- Kegiatan Penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
- Peserta dapat hadir sesuai rencana
- Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Selama kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian.

Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan


peserta dan juga menjadi wadah serta meningkatkan kesadaran keluarga utamanya
untuk ikut melaksanakan Program Keluarga Berencana. Sehingga capaian
pelayanan KB di PKM Kumbewaha utamnya dapat meningkat.
PENYULUHAN KESLING
PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MASYARAKAT
DESA SUMBER SARI
LATAR BELAKANG
Paradigma sehat berlandaskan asas gerakan pembangunan berwawasan kesehatan
yang dicanangkan oleh departemen kesehatan merupakan cara pandang, pola pikir
atau model

27
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh
banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. berdasarkan paradigma sehat
ditetapkan visi indonesia
sehat 2010, dimana ada 3 pilar utama yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata. mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar
(30-35% terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk
mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. salah satunya melalui program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Secara umum, gerakan PHBS meliputi berbagai langkah untuk membiasakan diri
dalam menjalani perilaku hidup sehat. PHBS mencakup beberapa seperti,
Mengonsumsi makanan sehat dan bersih, termasuk sayur dan buah-buahan,
Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, memotong kuku yang panjang, dan
menyikat gigi 2 kali sehari, Berolahraga secara rutin, Membuang sampah pada
tempatnya, , Menghindari dan tidak mengonsumsi narkoba, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Adapun gerakan yang berbasis kesehatan lingkungan
yang termaktub dalam gerakan PHBS itu sendiri yaitu : Mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, Menggunakan toilet untuk buang air besar maupun kecil
dan menjaga kebersihannya, Menggunakan air bersih, Memberantas jentik
nyamuk,,Menghentikan kebiasaan merokok.
Di beberapa daerah di Indonesia, terutama di bagian pelosok, penerapan PHBS
mungkin masih memiliki banyak kendala. Kendala tersebut umumnya berkaitan
dengan ketiadaan air bersih, serta fasilitas sanitasi dan pelayanan kesehatan yang
belum memadai. Namun, kendala tersebut tidak hanya ada di daerah pelosok saja.
Meski layanan kesehatan dan akses informasi di perkotaan lebih mudah
dijangkau, masih banyak masyarakat perkotaan yang belum sadar akan
pentingnya PHBS.
Penerapan PHBS seharusnya menjadi kebiasaan sehari-hari. Meski terkesan
sederhana, pada kenyataannya, masih banyak orang yang kurang
memperhatikan pentingnya PHBS bagi kesehatan diri sendiri, keluarga, dan
lingkungan sekitar. Gerakan PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesehatan masyarakat yang diterapkan di lingkungan rumah tangga, sekolah,
tempat kerja, maupun masyarakat umum. Pemberian informasi salah satunya
melalui kegiatan penyuluhan sendiri dapat menjadi salah satu gerakan yang
digunakan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat untuk lebih
memahami bagaiamana pentingnya pengaplikasian gerakan PHBS baik untuk diri
sendiri , keluarga dan lingkungan. Selain itu penyuluhan ini bertujuan untuk
memberikan motivasi sekaligus membangkitkan semangat masyarakat agar
penerapan PHBS menjadi salah satu prioritas yang menjadi kebutuhan masyarakat
dalam menjaga kesehatannya.

28
PERMASALAHAN
Penerapan PHBS meskipun sederhana tapi masih menjadi hal penting yang harus
diperhatikan. Dimanan kegiatan berasas gerakan PHBS sudah sering dilakukan
akan tetapi penerapannya dalam kehidupan sehari hari dalam lingkungan
masyarakat masih minim. Berbagai kendala ataupun sekedar acuh dan kurangnya
pengetahuan terkait masalah kesehatan sering kali menjadi penyebab utama
masyarakat tidak begitu memperhatikan penerapannya. Berdasarkan data temuan
penyakit berbasis lingkungan pada tahun 2021 masih menjadi bagian dari 10
penyakit terbesar salah satunya Diare, dimana kesehatan lingkungan memiliki
peran besar dalam kejadian penyakit ini seperti menjaga makanan yang sehat dan
bersih, lingkungan tepat tinggal dan penggunaan air yang bersih serta penerapan
cuci tangan rutin pada setiap kondisi yang masih dianggap sepele. Selain itu
mengingat situasi Masa pandemic yang masih berlangsung protocol kesehatan
serta gerakan PHBS sangat penting utnuk diterapkan.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Kegaiatan penyuluhan ini dilakukan sebagai Salah satu upaya dalam
menjaga kesehatan dan mengurangi penyebaran penyakit akibat lingkungan,
penyuluhan dan diskusi interaktif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
sekaligus menjadi dorongan untuk masyarakat dalam penerapan PHBS yang lebih
baik.
Topik : Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Desa Sumber
Sari
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal kegiatan : Sabtu, 05 Maret 2022
Waktu pelaksanaan: 09.00 WITA- selesai
Tempat kegiatan: Balai Desa Sumber Sari Kecamatan Siontapina
Metode : Ceramah dan Praktik langsung, serta Tanya Jawab
Media : Poster PHBS dan Protokol Kesehatan Pencegahan Penyakit
Sasaran: Masyarakat Desa Sumber Sari
Pelaksana : Dokter umum internsip, Penanggung Jawab program Kesling PKM
Kumbewaha

29
Peserta : Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sebanyak 60 orang yang
terdiri dari Lansia dan Dewasa yang turut hadir dalam kegiatan Vaksinasi Covid-
19
Pelaksanaan : kegiatan penyuluhan diawali dengan sambutan dan perkenalan oleh
penanggung jawab program sebagai mc kegiatan yang dilanjutkan dengan
pemberian materi penyuluhan . setelah itu dilanjutkan dengan sesi diskusi berupa
Tanya jawab untuk memastikan materi yang diberikan sudah dipahami terkait
pentingnya PHBS dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari.kegiatan ini
diselingi dengan adanya kegiatan Vaksinasi Covid-19 . kegiatan dilakukan
sebelum dilakukannya vaksinasi COVID-19.
Materi Penyuluhan: materi penyuluhan yang diberikan terdiri dari beberapa hal
penting terkait PHBS , apa itu PHBS, pentingnya Penerapan PHBS dalam
kehidupan sehari hari .berbagai penyakit akibat lingkungan yang dapat dicegah
dalam penerapan PHBS, serta simulasi dalam mencuci tangan yang baik dan
benar.
MONITORING DAN EVALUASI
Selama proses penyuluhan berlangsung
 Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
 Kegiatan penyuluhan dapat hadir sesuai rencana
 Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
 Selama penyuluhan berlangsung semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian.
 Tidak semua peserta vaksinasi mengikuti kegiatan penyuluhan karena
kegiatan luar yang mendesak.

Melalui penyuluhan yang diberikan masyarakat juga mulai lebih paham terkait
betapa pentingnya PHBS diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Diharapkan
kedepannya setelah mengikuti kegiatan ini masyarakat dapat
mengimplementasikan dalam kehidupan kesehariannya untuk mencapai kualitas
hidup sehat yang lebih baik.
PENYULUHAN KESEHATAN IBU DAN ANAK ( KIA) IMUNISASI
Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap Di Posyandu Posko 1 Desa Sumber
Sari

30
LATAR BELAKANG
Dalam program imunisasi , pemberian imunisasi dasar lengkap (IDL) pada
bayi merupakan suatu keharusan. Sebagaimana tujuan yang akan dicapai
imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan
penyakit dan sangat berperan dalam menanggulangi masalah kesehatan. dengan
demikian anak yang diimunisasi tidak akan mudah tertular penyakit infeksi , tidak
mudah menderita sakit, pencegahan terjadinya wabah dan mencegah
kemungkinan terjadinya kematian akibat oenyakit. Pentingnya imunisasi
didasarkan pada paradigm sehat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan
hal terpenting dalam peningkatan suatu kesehatan. adapun pelaksanaan imunisasi
utamanya pada masyarakat yang masih menganggap tabuh masalah imunisasi
masih menjadi tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan untuk mencapai
tingkat kesehatan yang sesuai dengan mutu pelaksanaan imunisasi itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya kegiatan imunisasi
(belum diimunisasinya seorang bayi), antara lain keterlibatan (kinerja) petugas
kesehatan dan partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua, terutama ibu sebagai
pengasuh bayi merupakan aktor penentu pemberian imunisasi pada seorang bayi
minimal sampai 9 bulan dan merupakan faktor utama dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan
banyaknya isu yang melingkupi sekaligus menjadi kendala dalam pelaksanaan
imunisasi bayi, antara lain: salah satu efek samping imunisasi (adanya reaksi
panas pada badan balita sehingga bayi atau anak dianggap sakit setelah
diimunisasi) sehingga orang tua menolak membawa anaknya untuk memperoleh
imunisasi. Selain faktor isu di atas, faktor kurangnya pengetahuan masyarakat
terutama ibu bayi tentang pentingnya imunisasi itu sendiri turut berperan penting
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan Imunisasi. Tentu saja faktor
pengetahuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari pendidikan kesehatan yang
dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini ibu balita tentang imunisasi.
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh di unit pelayanan kesehatan milik
pemerintah, seperti Rumah Sakit, Puskesmas bahkan Posyandu yang tersebar
diseluruh tanah air. Namun Pelaksanaan kegiatan imunisasi khususnya di
Indonesia menurun selama terjadinya pandemic dimana sebelumnya mulai tahun
2017 hingga 2018 capaian imunisasi cukup signifikan meningkat. Pada akhir
tahun 2019 sampai 2021 target capaian imunisasi di Indonesia berdasarkan data
2020 mencapai 84,2% dan menurun signifikan pada tahun 2021 hanya mencapai
58,7% dari target 79,6%. Capaian ini menjadi perhatian khusus bagi tenaga
kesehatan untuk meningkatkan upaya kesehatan salah satunya melalui program
imunisasi. Di puskesmas Kumbewaha sendiri pada tahun 2021 berdasarkan data
untuk capaian imunisasi dasar lengkap sudah mencapai target 95 % dari target
pencapaiannya. Sementar itu data terakhir pada bulan januari sampai april 2022
capaian imunisasi mencapai 86,02 % . mengingat capaian ini sudah cukup tinggi
dibandingkan dengan capaian imunisasi nasional, akan tetapi belum mencakup

31
secara kesuluruhan yang menjadi target capaian imunisasi dasar lengkap.
Penyebab masalah ini dikarenakkan berbagai faktor salah satunya kurang nya
pengetahuan masyarakat sehingga masih ada yang menoalk untuk diberikan
imunisasi pada anaknya. Berdasarkan hal tersebut sehingga penting untuk
dilakukankegiatan salah satunya penyuluhan Imunisasi di Masyarakat.
Adapun tujuan kegiatan ini diharapkan mampu menjadi sarana masyarakat
untuk memperoleh informasi serta menignkatkan pengetahuna tentang
pentiongnya imuniasi pada anak , manfaatnya dan apa saja keuntungan jika
mendapatakan imunisasi. Mengurangi ketakutan masyarakat akan adanya efek
samping dan juga penanganan jika adanya KIPIsehingga masyarakat tidak takut
untuk mengikut sertakan anaknya mendapatkan imunisasi.
PERMASALAHAN:
Adapupun permasalahan maslaah imunisasi di masyarakat umumnya yaitu
- Masyarakat masih ada yang belum tau mengenai imunisasi dasar
- Ketakutan masyarakat akan kejadian KIPI yang dialami setelah imunisasi
- Masyarakat juga belum mengetahui bagaimana penanganan KIPI
- Banyaknya informasi Hoax terkait imunisasi yang tersebar di masyarakat

PERENCANAAN
Kegiatan dilaksanakan di satu titik Posyandu dengan memberikan penyuluhan dan
edukasi terkait imunisasi, manfaat dan tujuan imunisasi, kejadian KIPI dan
penanganannya, serta efek atau apa yang terjadi pada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi jika terkena suatu penyakit. Manfaat imunisasi pada
generasi sebagai penerus bangsa dan Negara. Dengan penyuluhan dilakukan di
posyandu bersamaan dengan hari penimbangan berat badan anak, imunisasi dan
pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil.
PELAKSANAAN
Topik kegiatan : Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap Di Posyandu Posko 1
Desa Sumber Sari
Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 7 april 2022
Tempat : Posyandu Posko 1 Desa Sumber Sari
Waktu: 08.00 WITA s/d Selesai
Metode : Metode Ceramah dan Tanya Jawab
Media : Poster Imunisasi dan Buku KIA

32
Sasaran : Masyarakat Desa Khususnya Orang tua Anak Desa Sumber Sari
Petugas yang Terlibat: Dokter Umum Internsip, Bidan Desa, Petugas Promosi
Kesehatan, Kader Desa
Jumlah Peserta : 10 orang petugas terlibat dan 20 peserta Posyandu yang terdiri
dari Ibu dari anak yang melakukan penimbangan dan pasien Bumil yang
melakukan ANC
Pelaksanaan Kegiatan : Kegiatan penyuluhan yang diberikan pelaksanaannya
dilakukan setelah kegiatan Posyandfu selesai yaitu setelah pengukuran
pertumbuhan anak dan pemeriksaan ibu hamil. Pemberian materi dijelaskan
menggunakan poster dan juga buku pegangan kesehatan IBU dan Anak yang
disusul dengan kegiatan diskusi berupa Tanya jawab dan sharing pengalaman
setelah pemberian materi.
Materi Kegiatan : adapun materi yang diberikan berupa pengertian imunisasi ,
pentingnya pemberian imunisasi, jenis jenis imunisasi dan jadwal pemberiannya,
hoax dan fakta terkait imunisasi, serta efek samping atau KIPI pasca pemberian
imunisasi dan penanganannya. Kejadian KIPI pada anak dengan kondisi tertentu
bisa saja terjadi seperti utamnya demam sebagai efek dari imunisasi itu, para ibu
diajarkan juga untuk tidak panic dan bagaimana penanganan yang diebrikan serta
segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat jika terjadi kondisi yang berat .
adapun mengenai masalah informasi Hoax yang tersebar di berbagai media
ataupun masyarakat diberikan pengarahan untuk menelaah informasi sebelumnya
kepada khususnya petugas kesehatan atau tim medis terkait, agar tidak terjadi
miskomunikasi antara msyarakat dan petugas . selain itu diberikan ajakan juga
kepada peserta untuk mengajak tetangga attaupun masyarakat sekitar yang belum
tahu pentingnya imunisasi agar segara datang dan memberikaan pelayanan terbaik
untuk anaknya sebagai generasi penerus kedpannya untuk bangsa dan Negara.
MONITORING DAN EVALUASI
Masih banyak para peserta belum mengetahui mengenai imunisasi, manfaat dan
tujuan, serta penanganan KIPI setelah imunisasi. Kebanyakan hanya sekedar tahu
dan menjalani imunisasi begitu saja, sebagian juga hanya mengikuti seakan sudah
menjadi tradisi saja imunisasi itu. Setelah diberikan penyuluhan mereka mulai
mengerti tentang imunisasi manfaat dan tujuannya, dan antusias untuk bertanya.

33
Intervensi dilakukan dengan metode penyuluhan yang dihadiri para ibu-ibu,
bidan, dan kader desa.
- Kegiatan Penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
- Peserta dapat hadir sesuai rencana
- Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Selama kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian
Diharapkan kedepanya juga pelaksaaan imunisasi ini mendapat sambutan
yang baik dari masyarakat , materi yang diberikan dapat diimplementasikan
dalam keluarga maupun aling mengajak untuk mengikut sertakan anaknya
dalam program kesehatan pemberian imunisasi dasar lengkap.
PENYULUHAN DIABETES MELITUS
LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis serius yang terjadi
karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula
darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkannya. Diabetes menjadi salah satu dari empat penyakit tidak
menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada
tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes
di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat
sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang
dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan
berat badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes
meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di
negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).
Selain penyakit kardiovaskuler, DM juga merupakan salah satu penyebab
utama penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan juga
amputasi (Marshall dan Flyvbjerg, 2006 dalam Hill, 2011). Dampak lain dari
diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun. Diabetes dan
komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penderita diabetes
dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi nasional melalui biaya medis
langsung, kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Pendekatan yang efektif sangat
dibutuhkan untuk mencegah diabetes tipe 2 dan untuk mencegah komplikasinya,

34
seperti olahraga teratur, pola makan sehat, menghindari merokok, serta
mengontrol kadar lemak dan tekanan darah.
Adapun jumlah penderita diabetes di puskesmas Kumbewa yang terdata
dan mendapatkan pelayanan selama tahun 2021 yaitu sebanyak 31 orang penderita
dimana ini termasuk jumlah yang cukup tinggi dan tersebar di beberapa wilayah
kerja puskesmas Kumbewaha. penyakit diabetes dianggap sebagai penyakit sudah
tidak tabuh di masyarakat sehingga kesdaran masyarakat untuk berobat juga sudah
cukup tinggi, namun masih banyak belum berobat secara teratur. Penyuluhan tak
hanya untuk memberikan pemahaman kepada para penderita tetapi juga orang
yang sehat dengan mengetahui tanda dan gejala serta faktor resiko baik yang
dihindari maupun yang tidak bisa dimodifikasi sehingga temuan atau jika pasien
memiliki gejala yang demikian mengarah ke penyakit diabetes dapat segera
ditangani.
PERMASALAHAN
Pemahaman masyarakat yang kurang mengenai DM seringkali
menimbulkan permasalahan antara lain: kadar gula darah yang tidak terkontrol,
sulit mengendalikan faktor risiko DM, diet DM yang tidak bisa terkendali,
penyakit komplikasi yang mulai muncul dan hingga rujukan vertikal yang
mungkin dibutuhkan oleh pasien.
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan mengenai Diabetes Militus ,
adapun kegiatan
Penyuluhan mengenai materi DM dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
dan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai DM, khususnya penderita
DM usia lanjut. Indikator keberhasilannya adalah GDS terkendali <140 mg/dL.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat memotivasi peserta untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik.
Agar penderita yang sedang dalam pengobatan diupayakan dapat mengontrol
penyakitnya secara rutin dan menjalani pengobatan yang teratur

35
Memberikan kesadaran kepada masyarakat yang bukan penderita baik memiliki
faktor resiko atau tidak untuk dapat melakukan pencegahan dan kontrol gula darah
jika memiliki keluhan yang mengarah ke DM.
Dalam pelaksanaanya, penyuluhan ini dirangkaikan dengan konsultasi
medis/edukasi, pemeriksaan kesehatan dan gula darah, pemeriksaan tekanan
darah, serta pemberian terapi medis, kegiatan ini juga sekaligus dirangkaiakn
dengan pemeriksaan kesehatan pada remaja, dewasa dan lansia.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Topik Kegiatan : Penyuluhan Penyakit Diabetes Militus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 April 2022
Waktu : 16.00 WITA -selesai
Tempat : Posbindu di Desa Karya Jaya
Metode : Metode yang digunakan yaitu dengan Ceramah dan Tanya jawab
Media : Poster Penyakit Diabetes Militus
Sasaran: Lansia Penderita Diabetes Militus serta Peserta yang hadir dalam
Kegiatan Posbindu Baik remaja maupun dewasa.
Petugas Terlibat : Dokter Umum Interensip sebagai pemateri, dan Penanggung
Jawab Program
Jumlah Peserta : peserta yang hadir dalam kegiatan 25 orang, yang terdiri dari
Lansia, Dewasa dan Remaja.
Proses Kegiatan : Kegiatan Penyuluhan Ini dilakukan setelah proses skrining
pemeriksaan gula darah dan tekanan darah di Posbindu. Kegiatan penyuluhan
dilakukan dengan pemaparan materi melalui poster dan setelah kegiatan dilanjut
dengan proses diskusi berupa Tanya jawab.
Materi Kegiatan : materi yang diberikan selama kegiatan yaitu Pengertian diabetes
militus, faktor resiko dan penyebabnya, penatalaksanaan Diabetes Militus,
Kontrol penyakit DM , pentingnya pengobatan yang teratur dan kontrol gula darah
secara teratur , bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang
terjadi.
MONITORING DAN EVALUASI
Penyuluhan yang dilaksanakan akan dilakukan monitoring lanjut setiap bulannya
melalui penanggung jawab program di puskesmas kumbewaha. evaluasi berupa

36
skrining rutin bagi masyarakat yang memuiliki faktor resiko dan kontrol bagi
penderita yang tengah menjalani pengobatan.
- Kegiatan Penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
- Peserta dapat hadir sesuai rencana
- Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Selama kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian
Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan para peserta dapat lebih
memahami tentang penyakit diabetes, serta dapat melakukan kontrol rutin
dan pengobatan yang teratur utamanya bagi penderita untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Sehingga semua penderita DM di Puskesmas
Kumbewaha dapat menajlani hidup yang lebih berkualitas.
PENYULUHAN GIZI
Penyuluhan ASI Eksklusif, ASI Lanjutan dan MPASI
LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir hingga usia 2 tahun merupakan masa yang sangat penting untuk
diberikan Nutrisi yang cukup dan tepat untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangannya yang merupakan tahap Golden Periode. Pemberian nutrisi
makanan dilakukan secara bertahap berdasarkan usia sesuai dengan kemampuan
cerna di masa mereka. Mulai dari pemberian ASI esklusif, ASI lanjutan dan
Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan sampai enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). Sementara itu
untuk ASI Lanjutan yaitu pemberian ASI setelah ASI eksklusif sampai usia 2
tahun yang dibarengi dengan pemberian makanan pendamping.
Pemberian ASI eksklusif sangat penting untuk meningkatkan asupan gizi, status
kesehatan sebab ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung
zat gizi dan antibodi untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi yang signifikan
bermanfaat pada saat anak memasuki usia balita, selain itu ASI juga mengandung
suplemen imun dan antibody ibu yang akan diwariskan untuk anaknya yang tidak
dimiliki oleh susu formula apapun. Adapun ASI lanjutan tetap diberikan dengan
MPASI dikarenakan setelah masa 6 bulan pertama kehidupan perkembangan dan
pertumbuhan bayi sudah membutuhkan energi yang lebih banyak diiringi dengan

37
perkembangan pencernaan yang sudah mulai menyesuaikan sehingga perlu
tambahan makanan pendamping untuk mencukupi nutrisi pada bayi sampai 2
tahun .
Pentingnya pemberian ASI eksklusif tercantum pada UU Nomor 36 Tahun 2009
pasal 128 yang mengatur tentang ASI eksklusif terutama pada ayat 1 bahwa setiap
anak berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan.Hal
ini diperkuat pada PP Nomor 33 Tahun 2012 yang mengatur tentang pemberian
ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin hak bayi mendapatkan ASI eksklusif,
perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI serta meningkatkan peran dan
dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Melalui penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait


nutrisi untuk anaknya utamanya pada masa golden periode ini. Perubahan pola
perilaku ibu terkait pemberian makanan pada bayinya dan juga sebagai dukungan
dari pihak terkait dengan pemberian informasi yang tepat sedini mungkin demi
terjaminnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Masih adanya ibu yang belum mencoba memberikan ASI untuk anaknya dan
lebih memilih memberikan susu formula, dengan alasan ASI yang sedikit karena
jarang menyusui. Pemberian makanan instan / makanan ringan kepada anaknya
dan terkait masalah stunting yang masih cukup tinggi di cakupan puskesmas
Kumbewaha karena pemberian makanan pada bayi yang kurang tepat.
PERENCANAAN
Kegiatan dilaksanakan di satu titik Posyandu dengan memberikan penyuluhan dan
edukasi terkait masalah gizi dan pemberian nutrisi utamanya ASI Esklusif, ASI
Lanjutan dan MPASI. Penyuluhan dilakukan setelah kegiatan pemantauan tumbuh
kembang anak berupa penimbangan berat dan tinggi badan anak.
PELAKSANAAN
Topik kegiatan : Penyuluhan ASI EKSLUSIF DAN MPASI ANAK
Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 10 Maret 2021

38
Tempat : Posyandu Melati Desa Kumbewaha
Waktu: 09.00 WITA s/d Selesai
Metode : Ceramah dan Tnaya Jawab
Media : Poster Indeks Keluarga Sehat dan Banner Gizi Seimbang
Sasaran : Masyarakat Desa Kumbewaha Khusunya Ibu Hmil dan yang memiliki
anak usia 0-2 tahun
Petugas yang Terlibat: Dokter Umum Internsip, Bidan Desa, Petugas Promosi
Kesehatan, Kader Desa
Jumlah Peserta : 10 orang petugas terlibat dan 40 peserta Posyandu yang terdiri
dari Ibu dari anak yang melakukan penimbangan dan pasien Bumil yang
melakukan ANC
Pelaksanaan:
Penyuluhan ini oleh Dokter Internsip dengan pemberian materi berupa Asi
ekslusif yaitu ASI yang diberikan pada anak usia 0-6 bulan , Asi Lanjutan sejak
bayi usia 6 bulan sampai 2 tahun, dan MPASI sebagai pendamping saat
pemberian ASI lanjutan , mulai dari segi tujuan, manfaat terhadap tumbuh dan
kembang anak, manfaatnya terhadap ibu dan keluarga, kandungan ASI itu sendiri
dan bagaimana tahapan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada usia 6 bulan
keatas. Selain itu juga dijelaskan sedikit terkait kondisi yang dapat dialami pada
anak dengan kekurangan gizi seperti anak yang Stunting, Gangguan belajar dan
Konsentrasi, serta bahaya konsumsi makanan instan atau makanan ringan pada
usia dini. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan setelah pengukuran berat dan tinggi
badan bayi serta kegiatan ANC Pada Bumil. Setelah penyampaian materi
dipersilahkan kepada peserta yang ingin bertanya atau memberi tanggapan.
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegitan Ini berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Hasil
penyuluhan terkait pemberian ASI Eksklusif, Lanjutan dan makanan pendamping
ASI, meningkatkan pemahaman ibu bagaimana harusnya memberikan nutrisi
yang tepat bagi anaknya. Antusias ibu untuk bertanya memberiakn umpan balik
yang positif , pengetahuan tentang bahaya makanan instan/makanan ringan juga
mulai disadari oleh ibu yang sering memberikan kepada anaknya. Selama

39
kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan penuh
perhatian .peserta mulai paham dengan materi dan pengetahuan tambahan yang
disampaikan. Diharapkan setelah kegiatan ini ,kedepannya para ibu yang mulai
sadar akan pentingnya pemberian ASI pada anaknya dapat membantu terciptanya
generasi yang cerdas dan juga tercapainya tingkat kesehatan yang baik untuk anak
kita.
PENYULUHAN TUBERKULOSIS
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis Yang utamanya menyerang saluran
pernafasan yaitu paru-paru. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit
yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama
kematian di dunia. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden
TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China,
Philipina, dan Pakistan. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994
kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Survei Prevalensi Tuberkulosis
prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu
juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-
laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat. Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun
2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar
759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA
positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas.
Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah tersendiri di masyarakat,
banyaknya ketaakutan untuk pengobatan yang teramat lama, kepatuhan berobat
dan bahkan putus berobat ditengah menjalani pengobatan. Dengan meningktakan
pengetahuan masyarakat terkait masalah tuberculosis terkhususnya didaerah
pedalaman mungkin akan mengurangi sedikit resiko penularan maupun kejadian
penyakit tuberculosis itu sendiri. Diharapkan kedepannya ketika pasien sudah
mengalami gejala gejala yang mengarahkan penyakit sudah segera datang utnuk
mendapatkan pengobatan yang tepat.
Sampai saat ini WHO merekomendasikan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse) dalam penatalaksanaan kasus TB, selain relatif
tidak mahal dan mudah, strategi ini dianggap dapat menurunkan resiko terjadinya
kasus resistensi obat terhadap TB. Pencegahan yang terbaik adalah dengan
standarisasi pemberian regimen yang efektif, penerapan strategi DOTS dan
pemakaian OAT dalam bentuk fixed dose combination (FDC) adalah yang sangat
tepat untuk mencegah terjadinya resistensi OAT.

40
Adapun Salah satu faktor yang mempengaruhi penemuan kasus TB paru
adalah kurangnya kesadaran penderita untuk mengakses pelayanan kesehatan
serta penjaringan suspek TB dan pengetahuan dari masyarakat sendiri mengenai
penyakit TB paru. Sehingga perlu dilakukan kegiatan untuk menignkatkan
pengetahuan masyarakat terkait Penyakit TB.
Melalui Proses penjaringan TB di Puskesmas Kumbewaha Jumlah Penyakit
TB masih tergolong tinggi dimana dari semua Cakupan Wilayah Puskesmas Desa
Sumber Sari merupakan salah satu yang memiliki Jumlah Penderita TB yang
tinggi Yaitu sebanyak 4 orang. Dengan angka tersebut menandakan penyebaran
penyakit TB masih cenderugan tinggi sehingga perlu dialkukan kegiatan utnuk
menignkatkan kesadaran masyarakat utnuk lebih memahami penyakit TB.
Kegiatan yang dilakukan salah satunya berupa penyuluhan Penyakit TB.
Adapun tujuan kegiatan ini yaitu untuk memberikan sekaligus
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB, menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk datang berobat jika memiliki gejala ataupun keluhan
penyakit TB sehingga proses penjaringan dan pengobatan TB dapat terlaksana
dengan baik dan menurunkan angka kejadian TB di masyarakat.
PERMASALAHAN
Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui gejala gejala penyakit
terkhususnya tuberculosis yang membuat masyarakat tidak datang untuk
mendapatkan pengobatan. Beberapa diantaranya yang menjalani pengobatan
belum mengetahui pentignnya berobat teratus dan komplikasi yang ditimbulkan
tanpa pengobatan maupun pengobatan yang tidak tuntas. Kepatuhan berobat
karena Pengawasan Minum Obat dari keluarga yang masih perlu ditingkatkan.
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan di posyandu terkhusus kepada
peserta yang hadir yang tercakup dalam puskesmas Kumbewaha. kegiatan ini
dilaksanakan dengan selingan pemeriksaan kesehatan dan konseling terkait
penyakit pasien. Kegiatan dihadiri oleh peserta yang melakukan kontrol rutin
pemeriksaan kehamilan, penimbangan berat badan bayi dan imunisasi.
Penyuluhan dilakukan setelah kegiatan posyandu berjalan. Pelaksanaan Kegiatan:
Topik Kegiatan : Penyuluhan Penyakit Tuberkulosis
Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari / Tanggal : Kamis, 7 april 2022

41
Tempat : Posyandu Posko Harapan Kita Desa Sumber Sari
Waktu: 09.00 WITA s/d Selesai
Metode : Metode Ceramah dan Diskusi berupa Tanya Jawab peserta
Media : pemberian Materi diberikan dengan menggunakan Poster Penyakit TB
Sasaran : Masyarakat Desa Sumber Sari
Petugas yang Terlibat: Dokter Umum Internsip, Bidan Desa, Petugas Promosi
Kesehatan, Kader Desa
Jumlah Peserta : 10 orang petugas terlibat dan 30 peserta Posyandu yang terdiri
dari Ibu dari anak yang melakukan penimbangan dan pasien Bumil yang
melakukan ANC
Pelaksanaan Kegiatan : Kegiatan yang diberikan berupa penyuluhan materi
penyakit TB yang dilakukan setelah kegiatan Posyandu Berlangsung
(penimbangan bayi balita dan pemeriksaan ibu hamil) setelah Penyampaian materi
kegiatan dilanjutkan dengan Tanya jawab peserta.
Materi Kegiatan : Adapun penyuluhan yang dilaksanakan terkait bagaimana
penyakit Tuberkulosisi itu sebenarnya, proses penularan dan faktor resiko yang
menyebabkannya , komplikasi yang ditimbulkan, pengobatan yang harus
dijalankan dan bagaimana sebaiknya dalam mencegah penularan penyakit
tuberculosis utamanya jika dalam keluarga.
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksaanaan kegiatan yang dilakukan di Desa Sumber Sari Posko Posyandu
Harapan Kita berupa penyuluhan yang dirangkaikan dengan kegiatan posyandu
rutin berjalan dengan lancar,
- Kegiatan Penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
- Peserta dapat hadir sesuai rencana
- Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Selama kegiatan berlangsung , semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian
Beberapa diantara keluarga peserta ada yang menjalani pengobatan dan telah
menjalani pengobatan rutin dan sudah dinayatakan sembuh. Beberapa peserta
yang belum paham sebelumnya juga banyak antusias untuk bertanya terkait
penyakit tuberculosis itu sendiri. Setelah kegiatan penyuluhan dan Tanya jawab
peserta mulai paham dan mengerti terkait materi yang diberikan. Diharapkan
dengan adanya kegiatan ini dapat diimplementasikan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk Datang berobat ke puskesmas sehingga penyebaran TB dapat
ditekan.
PENYULUHAN HIPERTENSI
Penyuluhan dan Edukasi Penyakit Degeneratif Hipertensi

42
LATAR BELAKANG
Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi
merupakan salah satu penyakit pada sistem peredaran darah dimana pada kondisi
cukup istirahat dan tenang tekanan darah sistol lebih dari 140 mmHg, tekanan
darah diastol lebih dari 90 mmHg yang diukur 2 kali dengan selang waktu 5
menit.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular tetapi
keberadaannya merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di beberapa
kota di Indonesia. Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi adalah
usia, faktor genetik dan perilaku. Faktor perilaku ini memegang peranan yang
sangat penting. Beberapa orang terdiagnosis hipertensi di usia muda dan tanpa
adanya riwayat keluarga yang hipertensi.
Perilaku yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi adalah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi makanan tinggi lemak, konsumsi garam yang berlebih,
minum minuman beralkohol, overweight, stress dan kurangnya aktivitas fisik atau
olahraga.Gejala penyakit hipertensi terkadang tidak dirasakan oleh penderita, atau
hanya dianggap sebagai hal hal yang tidak perlu dicurigai sebagai gejala awal
hipertensi. Hal ini menyebabkan seringkali penderita terdiagnosis hipertensi
setelah menderita cukup lama.
Hipertensi dianggap sebagai penyakit yang tidak membahayakan, padahal
apabila penyakit hipertensi ini terjadi pada jangka waktu yang cukup lama maka
akan menyebabkan kesakitan pada organ organ tubuh lainnya seperti ginjal,
jantung dan otak. Faktor pemicu terjadinya hipertensi sekarang tidak lagi hanya
karena faktor usia. Saat usia semakin tua maka terjadinya kemunduran beberapa
fungsi organ karena makanan dan aktivitas selama hidup dapat meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi.
Berdasarkan data tahun 2021 di puskesmas kumbewaha sendiri tercatat
sebanyak 1112 penderita dimana Desa Karya Jaya merupakan desa dengan
penderita Hipertensi tertinggi ke tiga setelah Kumbewaha dan Manuru dengan
total penderita sebanyak 337 penderita, selainmemperhitungkan jarak desa yang
amat jauh dari Puskesmas juga memperheatikan kondisi penderita yang

43
merupakan lansia sehingga penyuluhan kesehatan salah satunya dilakukan di desa
karya Jaya.
Untuk dapat merubah suatu kebiasaan maka harus ada upaya yang
dilakukan sebagai salah satu upaya merubah perilaku yaitu dengan promosi
kesehatan. Adapun tujuan utama pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk
memberikan edukasi terkait manajemen pengobatan hipertensi sehuingga
antusaias masyarakat untuk mengontrol penyakitnya cenderung lebih baik dari
sebelumnya. Pengobatan yang teratur dan segera ke fasilitas kesehatan jika
terdapat hal hal yang tidak diinginkan terkait kondisi penyakitnya.selain itu juga
bertujuan untuk enignkatakan kesadaran masyarakat untuk pentingnya
pencegahan penyakit dengan menghindari berbagai macam faktr resiko tersering
dalam kejadian penyakit hipertensi ini.
PERMASALAHAN
Masih banyak peserta yang belum mengetahui bahwa hipertensi adalah penyakit
yang wajib dikontrol,
Masih banyak peserta yang tidak rutin minum obat hipertensi,
Masih banyak peserta yang Pola hidupnya kurang sehat sehingga Tekanan Darah
tidak terkontrol.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Topik Kegiatan : Penyuluhan Penyakit Hipertensi
Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari/ Tanggal : Senin, 11 April 2022
Waktu : 16.00 WITA -selesai
Tempat : POSBINDU di Desa Karya Jaya
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Media : tidak ada media khusus yang digunakan , pemberian materi diberikan
secara lisan dibarengi dengan kegiatan skrining
Petugas Terlibat : Dokter Umum Interensip sebagai pemateri, dan Penanggung
Jawab Program
Jumlah Peserta : peserta yang hadir dalam kegiatan 30 orang, yang terdiri dari
Lansia, Dewasa dan Remaja.

44
Pelaksanaan : kegiatan ini dilakukan dibarengi dengan pemeriksaan skrining
secara langsung pada semua peserta yang hadir. Setelah itu dilanjutkan dengan
pemberian materi terkait penyakit hipertensi dan dialnjutkan dengan kegiatan
diskusi berupa Tanya jawab.
Materi kegiatan : materi kegiatan berupa penyuluhan terkait apa itu hipertesi,
bagaimana tand adan gejalanya, bagaimana pencegahan hipertensi, apa saja faktor
resiko penyebabnya, bagaimana pengobatan dan pencegahan komplikasi akibat
hipertensi dan pentingnya dukungan keluarga dalam membantu penanganan
hipertensi khususnya pada pasien Lansia.
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan penyuluhn ini berlangsung di desa Karya Jaya bersamaan dengan
dilakukannya POSBINDU Lansia, Dewasa dan Remaja. Kegiatan penyuluhan
dilakukan beriringan dengan dilakukannya skrining kesehatan, kontrol tekanan
darah, dan pemeriksaan tambahan berupa asam urat dan kolesterol sesuai dengan
keluhan yang dialami pasien setelah konsultasi penyakit atau gejala yang
dideritanya. Sebelum pelaksanaan saat dilakukan interaksi Tanya jawab peserta
masih ada peserta yang belum mengetahui bahwa hipertensi adalah penyakit yang
wajib dikontrol. Namun setelah dilakukan Penyuluhan tentang hipertensi peserta
antusias untuk bertanya dan mulai paham setelah menerima informasi yang
diberikan.
 Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
 Kegiatan penyuluhan dapat hadir sesuai rencana
 Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
 Selama penyuluhan berlangsung semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian.
 Tidak semua peserta vaksinasi mengikuti kegiatan penyuluhan karena
kegiatan luar yang mendesak.

Diharapkan setelah kegiatan ini , materi yang diberikan dapat diimplementasikan


dalam kehidupan sehari hari pasien khususnya enderita ataupun yang memiliki
faktor resiko menderita hipertensi. Kontrol penyakit secara rutin untuk memantau
kondisi dan melakukan pola hidup sehat yang dapat mencegah kejadian hipertensi.

45
F2 KESEHATAN LINGKUNGAN
BINA RUMAH SEHAT 2 RUMAH (1X KUNJUNGAN / BULAN)6 LAPORAN
KELUARGA TN JU
BULAN 1
IDENTITAS KELUARGA
Keluarga Tn. JU merupakan salah satu keluarga yang tinggal di desa Dongkala
sudah sejak lama. Keluarga Tn. JU terdiri dari 4 Anggota Keluarga yang terdiri
Tn. JU sebagai kepala keluarga yang berusia 31 tahun dan istrinya Ny,.HM yang
berusia 32 tahun. Serta 2 orang anak berusia 10 tahun dan 6 tahun. Pekerjaan
sebagai Nelayan dan wiraswasta
LATAR BELAKANG:
. Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja/belajar.

Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-


elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka
sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan
perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
Menurut Hendrik L. Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu: faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi, salah
satunya berhubungan dengan lingkungan fisik. Lingkungan yang berhubungan
dengan aspek fisik contohnya sampah, air limbah, udara, tanah, ikim, perumahan,
dan sebagainya.

46
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan.
Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan
limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan
pencemaran tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka kejadian
penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.(4) Salah satu penyakit yang
berhubungan dengan rendahnya sarana sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat
adalah infeksi penyakit kulit yang disertai dengan rasa gatal, eritema, papula,
vesikula, erosi, membasah diskuamasi, linkenifikasi, edema dan lain sebagainya.
Penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit kulit masih sering ditemui
di tempat yang memiliki kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang sehat
dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan
yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain
penyakit kulit. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat
menyebabkan banyak penyakit kulit. Kurangnya air bersih khususnya untuk
menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata.
Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai
kesempatan untuk berkembang.
Timbulnya penyakit kulit juga dipengaruhi oleh perilaku seseorang dimana
perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, diantaranya adalah
sikap dan pengetahuan dari pribadi masing-masing. Jika seseorang mempunyai
pengetahuan yang kurang maka akan memperbesar faktor kejadian dari suatu
penyakit ini. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit kulit adalah
daya tahan tubuh, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor personal
hygiene (kebersihan pribadi). Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan
personal hygiene yang jelek.
Personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk
mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene
meliputi kebersihan mulut dan gigi, kebersihan mata, kebersihan rambut,

47
kebersihan tangan, kebersihan kaki, dan kebersihan kulit. Kebersihan kulit
merupakan faktor utama yang dapat menimbulkan penyakit kulit.
Kegiatan kali ini dilakukan di satu desa yaitu Desa Karya Jaya yang
merupakan wilayah cakupan Puskesmas Kumbewaha sebagai desa yang
masyarakat didalamnya masih ada beberapa yang belum memiliki atau belum
termasuk kedalam rumah sehat. Selain itu pada kegiatan ini juga diiringi dengan
konseling dan edukasi terklait bagaimana itu rumah sehat dan syarata syarat
terkait rumah sehat yang mampu menciptakan kesehatan lingkungan .
PERMASALAHAN
1. Masih ada sebagian air rumah tangga yang berwarna keruh dan berbau,
tempat penampungan air yang lama dan tidak dibersihkan, penampungan
air yang dekat dengan tempat pembuangan akhir atau jamban.
2. Masalah ketersediaan jamban pada beberapa keluarga yang belum ada,
pembungan tinja di sungai dan pembungan tinja atau jamban sementara
berupa cemplung yang tidak diebrikan penutup.
3. Masih ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah dan belum
memahami terlalu jauh efek rokok terhadap kesehatan baik diri sendiri
maupun keluarga utamnya anak
4. Masih ada beberapa yang belum menumbuhkan karakter peduli
Lingkungan, dan masih ada yang sering membuang sampah tidak pada
tempatnya.
5. Kondisi fisik beberapa rumah seperti ventilasi rumah yang sangat minim
sehingga kurang pencahayaan dan dapus kayu yang memiliki saluran asap
yang kurang memadai.

GAMBARAN PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan pertama terhadap salah satu
keluarga yang bertempatkan di desa Dongkala yang merupakan salah satu desa
dalam cakupan wilayah Puskesmas Kumbewaha. Pada kegiatan kali ini penilaian
dan KIE dilakukan pada setiap anggota keluarga, adapun pelaksanaan kegiatan :
TopiK Kegiatan : BINA RUMAH SEHAT KELUARGA
Hari / Tanggal: Jumat, 3 Juni 2022
Pukul : 15.00 WITA – Selesai

48
Tempat : Desa Dongkala
Metode kegitatan: Penyuluhan dan Edukasi serta Tanya Jawab
Media: Leaflet rumah sehat
Sasaran : Keluarga yang belum mencapai 4 indikator rumah sehat (penggunaan air
bersih, jamban keluarga, kebiasaan merokok,pembuangan sampah)
Pelaksana Kegiatan : Dokter Umum Internsip, Penanggung Jawab Program
Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan.
Peserta : 4 anggota Keluarga Tn. JU
Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, kegiatan dilakukan dengan
melakukan kunjungan langsung di lapangan, adapun runtutan kegiatan :
- Pelaksana mendatangi rumah warga yang menjadi sasaran program
- Pelaksana mengucapkan salam, memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud kedatangan
- Pelaksana meminta data keluarga (kartu tanda penduduk dan kartu
keluarga)
- Pelaksana mencatat data keluarga
- Pelaksana melakukan pemantauan terkait penyediaan air bersih,
penyediaan jamban, keluarga yang merokok, dan pembuangan sampah
sementara.
- Pelaksana melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
sasaran
- Pelaksana mengucapkan terima kasih dan berpamitan
- Pelaksana merekapitulasi hasil pendataan terkait permasalahan kesehatan
yang ditemukan
- Pelaksana menyampaikan hasil temuan kepada pelaksanaan program
sesuai dengan permasalahan keseharan yang ditemui.

Keluarga sasaran kunjungan yaitu Keluarga Tn. JU merupakan salah satu keluarga
yang tinggal di desa Dongkala sudah sejak lama. Keluarga Tn. JU terdiri dari 4
Anggota Keluarga yang terdiri Tn. JU sebagai kepala keluarga yang berusia 31
tahun dan istrinya Ny,.HM yang berusia 32 tahun. Serta 2 orang anak berusia 10
tahun dan 6 tahun. Pekerjaan sebagai Nelayan dan wiraswasta
Hasil kunjungan yang dilakukan terhadap keluarga sasaran ini menunjukkan
masih kurangnya pengetahuan terkait masalah Kesehatan lingkungan.
Dalam pemantauan awal ini, dilakukan pengecekan beberapa rumah sekaligus dan
dilakukan pemilihan target yang akan dilakukan pembinaana rumah sehat .

49
pemantauan awal dilakukan pada keluarga Tn.JU dimana didapatkatkan sudah
menggunakan air bersih melalui air tanah atau sumur bor. Untuk keperluan mandi
dan mencuci sedangkan untu keperluan masak keluarga menggunakan air isi
ulang Galon melalui depot air minum setempat.
Untuk masalah jamban , keluarga ini sudah memiliki jamban permanen di rumah
sudah sejak lama. Jamban dalam kondisi memungkinakan dan penggunaan yang
sehat . hanya saja tempat untuk penampungan air mandi terlalu dekat dan sedikit
lebih rendah dibawah level kloset jamban sehngga memungkinkan untuk terkena
percikan saat membersihkan sehingga diedukasi untuk menggunakan tempat
penyimpanan air yang lebih tinggi seperti ember ukuran besar .
Tempat penampungan air sementara juga tanpa penutup sehingga memungkinkan
untuk tempat berkembang jentik jentik , keluarga diedukasi untuk menguras bak
penampungan sementara air setiap 2 sampai 3 kali seminggu demi menghindari
tumbuhnya jentik jentik atau minimal menggunakan penutup.
Selain itu, keluarga ini masih belum memiliki tempat pembuangan sampah
sementara, mereka memusnahkan sampah mereka dengan cara dibakar
dipekarangan rumah. Kegiatan bakar-membakar sampah tersebut dilakukan
sebanyak 2-3 kali dalam seminggu selain di bakar sampah sehari hari juga masih
dilakukan penimbungan di belakang rumah ,sampah yang menumpuk
menghadirkan bau yang tidak sedap , selain itu pengolahannya juga belum
terpisah antara sampah organic dan non organic. . Selain itu, terdapat salah satu
anggota keluarga yang merokok, yaitu Kepala Keluarga. Oleh karena itu,
diberikan edukasi terkait merokok untuk dikurangi bahkan berhenti dan sebisa
mungkin merokok diluar ruangan atau ditempat terbuka. Dan diberikan edukasi
mengenai pemilahan dan pengadaan tempat sampah.

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan berlangsung dengan lancar dan sesuai rencana
Kegiatan dihadiri oleh pelaksana dan peserta sesuai jadwal yang ditentukan
Keluarga yang menjadi binaan rumah sehat sangat antusias untuk mengikuti
kegiatan pembinaan rumah sehat

50
Keluarga menjadi lebih paham terkait hal hal kecil yang masih sering diacuhkan
untuk kesehatan dan berusaha lebih baik lagi kedepannya demi lingkungan yang
sehat.
Setelah kegiatan ini juga akan dilakukan evaluasi ulang untuk memantau keadaan
Kesehatan keluarga dan diharapkan keluarga ini dapat mulai untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diberikan. Kunjungan akan dilakukan setiap bulannya
untuk memantau keadaan keluarga dan lingkungan rumah pada bulan Juli 2022 .

51
BULAN 2
IDENTITAS KELUARGA
Keluarga Tn. JU merupakan salah satu keluarga yang tinggal di desa Dongkala
sudah sejak lama. Keluarga Tn. JU terdiri dari 4 Anggota Keluarga yang terdiri
Tn. JU sebagai kepala keluarga yang berusia 31 tahun dan istrinya Ny,.HM yang
berusia 32 tahun. Serta 2 orang anak berusia 10 tahun dan 6 tahun. Pekerjaan
sebagai Nelayan dan wiraswasta
LATAR BELAKANG:
. Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja/belajar.

Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-


elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka
sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan
perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
Menurut Hendrik L. Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu: faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi, salah
satunya berhubungan dengan lingkungan fisik. Lingkungan yang berhubungan
dengan aspek fisik contohnya sampah, air limbah, udara, tanah, ikim, perumahan,
dan sebagainya.

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan.


Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan

52
limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan
pencemaran tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka kejadian
penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.(4) Salah satu penyakit yang
berhubungan dengan rendahnya sarana sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat
adalah infeksi penyakit kulit yang disertai dengan rasa gatal, eritema, papula,
vesikula, erosi, membasah diskuamasi, linkenifikasi, edema dan lain sebagainya.
Penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit kulit masih sering ditemui
di tempat yang memiliki kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang sehat
dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan
yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain
penyakit kulit. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat
menyebabkan banyak penyakit kulit. Kurangnya air bersih khususnya untuk
menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata.
Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai
kesempatan untuk berkembang.
Timbulnya penyakit kulit juga dipengaruhi oleh perilaku seseorang dimana
perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, diantaranya adalah
sikap dan pengetahuan dari pribadi masing-masing. Jika seseorang mempunyai
pengetahuan yang kurang maka akan memperbesar faktor kejadian dari suatu
penyakit ini. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit kulit adalah
daya tahan tubuh, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor personal
hygiene (kebersihan pribadi). Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan
personal hygiene yang jelek.
Personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk
mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene
meliputi kebersihan mulut dan gigi, kebersihan mata, kebersihan rambut,
kebersihan tangan, kebersihan kaki, dan kebersihan kulit. Kebersihan kulit
merupakan faktor utama yang dapat menimbulkan penyakit kulit.

53
Kegiatan kali ini dilakukan di satu desa yaitu Desa Karya Jaya yang
merupakan wilayah cakupan Puskesmas Kumbewaha sebagai desa yang
masyarakat didalamnya masih ada beberapa yang belum memiliki atau belum
termasuk kedalam rumah sehat. Selain itu pada kegiatan ini juga diiringi dengan
konseling dan edukasi terklait bagaimana itu rumah sehat dan syarata syarat
terkait rumah sehat yang mampu menciptakan kesehatan lingkungan .
PERMASALAHAN
1. Masih ada sebagian air rumah tangga yang berwarna keruh dan berbau,
tempat penampungan air yang lama dan tidak dibersihkan, penampungan
air yang dekat dengan tempat pembuangan akhir atau jamban.
2. Masalah ketersediaan jamban pada beberapa keluarga yang belum ada,
pembungan tinja di sungai dan pembungan tinja atau jamban sementara
berupa cemplung yang tidak diebrikan penutup.
3. Masih ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah dan belum
memahami terlalu jauh efek rokok terhadap kesehatan baik diri sendiri
maupun keluarga utamnya anak
4. Masih ada beberapa yang belum menumbuhkan karakter peduli
Lingkungan, dan masih ada yang sering membuang sampah tidak pada
tempatnya.
5. Kondisi fisik beberapa rumah seperti ventilasi rumah yang sangat minim
sehingga kurang pencahayaan dan dapus kayu yang memiliki saluran asap
yang kurang memadai.

GAMBARAN PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan pertama terhadap salah satu
keluarga yang bertempatkan di desa Dongkala yang merupakan salah satu desa
dalam cakupan wilayah Puskesmas Kumbewaha. Pada kegiatan kali ini penilaian
dan KIE dilakukan pada setiap anggota keluarga, adapun pelaksanaan kegiatan :
TopiK Kegiatan : BINA RUMAH SEHAT KELUARGA
Hari / Tanggal: Selasa , 5 Juli 2022
Pukul : 15.00 WITA – Selesai
Tempat : Desa Dongkala

54
Metode kegitatan: Penyuluhan dan Edukasi serta Tanya Jawab
Media: Poster Indeks Keluarga Sehat
Sasaran : keluarga TN. JU binaan rumah sehat sebelumnya
Pelaksana Kegiatan : Dokter Umum Internsip, Penanggung Jawab Program
Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan.
Peserta : 4 anggota Keluarga Tn. JU
Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, kegiatan dilakukan dengan
melakukan kunjungan langsung di lapangan, adapun runtutan kegiatan :
- Pelaksana mendatangi rumah warga yang menjadi sasaran program
- Pelaksana mengucapkan salam, memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud kedatangan
- Pelaksana meminta data keluarga (kartu tanda penduduk dan kartu
keluarga)
- Pelaksana mencatat data keluarga
- Pelaksana melakukan pemantauan terkait penyediaan air bersih,
penyediaan jamban, keluarga yang merokok, dan pembuangan sampah
sementara.
- Pelaksana melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
sasaran
- Pelaksana mengucapkan terima kasih dan berpamitan
- Pelaksana merekapitulasi hasil pendataan terkait permasalahan kesehatan
yang ditemukan
- Pelaksana menyampaikan hasil temuan kepada pelaksanaan program
sesuai dengan permasalahan keseharan yang ditemui.

Keluarga sasaran kunjungan yaitu Keluarga Tn. JU merupakan salah satu keluarga
yang tinggal di desa Dongkala sudah sejak lama. Keluarga Tn. JU terdiri dari 4
Anggota Keluarga yang terdiri Tn. JU sebagai kepala keluarga yang berusia 31
tahun dan istrinya Ny,.HM yang berusia 32 tahun. Serta 2 orang anak berusia 10
tahun dan 6 tahun. Pekerjaan sebagai Nelayan dan wiraswasta
Hasil kunjungan yang dilakukan terhadap keluarga sasaran ini menunjukkan
adanya perubahan setelah kunjungan sebelumnya
Dalam pemantauan kedua ini, untuk penggunaan air bersih seperti untuk minum
tetap menggunakan air isi ulang gallon seperti biasanya, dan kadang air gallon
juga sudha dimasak sebelum dikonsumsi untuk keperluan minum.

55
Untuk masalah jamban , tempat penampungan air yang dekat dengan jamban
sudah diganti dengan ember yang lebih besar dan lebih tinggi sehingga
meminimalisis adanya kontaminasi air setelah membersihkan di dekat jamban.
Tempat penampungan air sementara untuk keperluan dapur dan lainnya juga
sudah dibrian penutup sehingga kevcil kemungkianan untuk nyamuk berkembang
biak . selain itu keluarga juga sudah mulai menguras bak saat terlihat sudah
banyak kotoran air yang mengendap di dasar tempat penampungan air.
Untuk tempat sampah sendiri belum disediakan tetapi sudah dikumpulkna di
dalam kantongan plastic dan sudah terpisah antara sampah yang mudah hancur
dan sampah yang tidak mudah hancur, keluarga juga sudah membersihkan
halaman tempat biasa sampah ditampung sehingga bau tak sedap sudah tidak ada.
selanjutnya keluarga juga diedukasi terkait sampah organic yang bisa dikuburkan
untuk dijadikan pupuk pada tanaman seperti sisa sisa makanan dan sebagianya.
Untukmasalah rokok kepala keluarga masih belum berubah kebiasaan merokok
tetap berjalan namun sudah mulai jarang merokok di rumah , tn, Ju menghabiskan
sekitar 1- 2 bungkus perhari selama bekerja di laut. Selanjutnya keluarga
diedukasi untukmengurangi intensitas merokoknya danmenghindari merokok di
dalam rumah serta mengganti pakaian segera setelah merokok saat berkumpul
dengan keluarga demi menghindari pengaruh rokok pada keluarga nantinya.

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan berlangsung dengan lancar dan sesuai rencana
Kegiatan dihadiri oleh pelaksana dan peserta sesuai jadwal yang ditentukan
Keluarga yang menjadi binaan rumah sehat sangat antusias untuk mengikuti
kegiatan pembinaan rumah sehat
Keluarga menjadi lebih paham terkait hal hal kecil yang masih sering diacuhkan
untuk kesehatan dan berusaha lebih baik lagi kedepannya demi lingkungan yang
sehat.
Setelah kegiatan ini juga akan dilakukan evaluasi ulang untuk memantau keadaan
Kesehatan keluarga dan diharapkan keluarga ini dapat mulai untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diberikan. Kunjungan akan dilakukan setiap bulannya

56
untuk memantau keadaan keluarga dan lingkungan rumah pada bulan Agustus
2022 .

BULAN 3
IDENTITAS KELUARGA
Keluarga Tn. JU merupakan salah satu keluarga yang tinggal di desa Dongkala
sudah sejak lama. Keluarga Tn. JU terdiri dari 4 Anggota Keluarga yang terdiri
Tn. JU sebagai kepala keluarga yang berusia 31 tahun dan istrinya Ny,.HM yang
berusia 32 tahun. Serta 2 orang anak berusia 10 tahun dan 6 tahun. Pekerjaan
sebagai Nelayan dan wiraswasta
LATAR BELAKANG:
. Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja/belajar.

Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-


elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka
sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan
perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
Menurut Hendrik L. Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu: faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi, salah
satunya berhubungan dengan lingkungan fisik. Lingkungan yang berhubungan
dengan aspek fisik contohnya sampah, air limbah, udara, tanah, ikim, perumahan,
dan sebagainya.

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan.


Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan

57
limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan
pencemaran tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka kejadian
penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.(4) Salah satu penyakit yang
berhubungan dengan rendahnya sarana sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat
adalah infeksi penyakit kulit yang disertai dengan rasa gatal, eritema, papula,
vesikula, erosi, membasah diskuamasi, linkenifikasi, edema dan lain sebagainya.
Penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit kulit masih sering ditemui
di tempat yang memiliki kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang sehat
dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan
yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain
penyakit kulit. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat
menyebabkan banyak penyakit kulit. Kurangnya air bersih khususnya untuk
menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata.
Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai
kesempatan untuk berkembang.
Timbulnya penyakit kulit juga dipengaruhi oleh perilaku seseorang dimana
perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, diantaranya adalah
sikap dan pengetahuan dari pribadi masing-masing. Jika seseorang mempunyai
pengetahuan yang kurang maka akan memperbesar faktor kejadian dari suatu
penyakit ini. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit kulit adalah
daya tahan tubuh, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor personal
hygiene (kebersihan pribadi). Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan
personal hygiene yang jelek.
Personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk
mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene
meliputi kebersihan mulut dan gigi, kebersihan mata, kebersihan rambut,
kebersihan tangan, kebersihan kaki, dan kebersihan kulit. Kebersihan kulit
merupakan faktor utama yang dapat menimbulkan penyakit kulit.

58
Kegiatan kali ini dilakukan di satu desa yaitu Desa Karya Jaya yang
merupakan wilayah cakupan Puskesmas Kumbewaha sebagai desa yang
masyarakat didalamnya masih ada beberapa yang belum memiliki atau belum
termasuk kedalam rumah sehat. Selain itu pada kegiatan ini juga diiringi dengan
konseling dan edukasi terklait bagaimana itu rumah sehat dan syarata syarat
terkait rumah sehat yang mampu menciptakan kesehatan lingkungan .
PERMASALAHAN
1. Masih ada sebagian air rumah tangga yang berwarna keruh dan berbau,
tempat penampungan air yang lama dan tidak dibersihkan, penampungan
air yang dekat dengan tempat pembuangan akhir atau jamban.
2. Masalah ketersediaan jamban pada beberapa keluarga yang belum ada,
pembungan tinja di sungai dan pembungan tinja atau jamban sementara
berupa cemplung yang tidak diebrikan penutup.
3. Masih ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah dan belum
memahami terlalu jauh efek rokok terhadap kesehatan baik diri sendiri
maupun keluarga utamnya anak
4. Masih ada beberapa yang belum menumbuhkan karakter peduli
Lingkungan, dan masih ada yang sering membuang sampah tidak pada
tempatnya.
5. Kondisi fisik beberapa rumah seperti ventilasi rumah yang sangat minim
sehingga kurang pencahayaan dan dapus kayu yang memiliki saluran asap
yang kurang memadai.

GAMBARAN PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan pertama terhadap salah satu
keluarga yang bertempatkan di desa Dongkala yang merupakan salah satu desa
dalam cakupan wilayah Puskesmas Kumbewaha. Pada kegiatan kali ini penilaian
dan KIE dilakukan pada setiap anggota keluarga, adapun pelaksanaan kegiatan :
TopiK Kegiatan : BINA RUMAH SEHAT KELUARGA
Hari / Tanggal: Jumat, 5 Agustus 2022
Pukul : 15.00 WITA – Selesai
Tempat : Desa Dongkala

59
Metode kegitatan: Edukasi dan Tanya Jawab
Media: Tidak Ada Media Khusus
Sasaran : Keluarga Tn. JU binaan rumah sehat sebelumnya
Pelaksana Kegiatan : Dokter Umum Internsip, Penanggung Jawab Program
Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan.
Peserta : 4 anggota Keluarga Tn. JU
Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, kegiatan dilakukan dengan
melakukan kunjungan langsung di lapangan, adapun runtutan kegiatan :
- Pelaksana mendatangi rumah warga yang menjadi sasaran program
- Pelaksana mengucapkan salam, memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud kedatangan
- Pelaksana meminta data keluarga (kartu tanda penduduk dan kartu
keluarga)
- Pelaksana mencatat data keluarga
- Pelaksana melakukan pemantauan terkait penyediaan air bersih,
penyediaan jamban, keluarga yang merokok, dan pembuangan sampah
sementara.
- Pelaksana melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
sasaran
- Pelaksana mengucapkan terima kasih dan berpamitan
- Pelaksana merekapitulasi hasil pendataan terkait permasalahan kesehatan
yang ditemukan
- Pelaksana menyampaikan hasil temuan kepada pelaksanaan program
sesuai dengan permasalahan keseharan yang ditemui.

Keluarga sasaran kunjungan yaitu Keluarga Tn. JU merupakan salah satu keluarga
yang tinggal di desa Dongkala sudah sejak lama. Keluarga Tn. JU terdiri dari 4
Anggota Keluarga yang terdiri Tn. JU sebagai kepala keluarga yang berusia 31
tahun dan istrinya Ny,.HM yang berusia 32 tahun. Serta 2 orang anak berusia 10
tahun dan 6 tahun. Pekerjaan sebagai Nelayan dan wiraswasta
Hasil kunjungan yang dilakukan terhadap keluarga sasaran ini menunjukkan
adanya perubahan setelah kunjungan sebelumnya
Dalam pemantauan ketiga ini, kriteria penggunaan air bersih sudah memenuhi
syarat rumah sehat , begitu pula untuk masalah jamban dan tempat penampungan
air sementara. Pengelolahan sampah juga sudah mulai baik dengan pemisahan

60
sampah organic dan non organik, pembakaran sampah masih dilakukan jka truk
pengangkut sampah telat melakukan pengangkutan .
Untuk masalah kebiasaan merokok tn. Ju masih belum bisa diubah Tn . Ju sudah
mulsi merubah kebiasana merokok dengan mengurangi jumlah rokok dari 2
bungkus menjadi 1 bungkus perhari, tidak lagi merokok di dalam rumah dan di
dekat keluarga terutama anak anaknya.

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan berlangsung dengan lancar dan sesuai rencana
Kegiatan dihadiri oleh pelaksana dan peserta sesuai jadwal yang ditentukan
Keluarga yang menjadi binaan rumah sehat sangat antusias untuk mengikuti
kegiatan pembinaan rumah sehat
Keluarga menjadi lebih paham terkait hal hal kecil yang masih sering diacuhkan
untuk kesehatan dan berusaha lebih baik lagi kedepannya demi lingkungan yang
sehat.
Setelah kegiatan keluarga binaan rumah sehat tn. JU lebih paham tentang
pentingnya rumah sehata sebagai indikator keluarga sehat dan juga kaitannya
dengan kesehatan keluarga dan lingkungan. Keluarga tn. JU akan terus berusaha
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh terkait rumah sehat dan jga sebagai
contoh bagi keluarga lainnya.

F3 KESEHATAN KELUARGA
ANTE NATAL CARE 5 LAPORAN
PASIEN ANC 1
JUDUL : ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL NY. DN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DN, Berusia 21 tahun , dengan Berat Badan 47 Kg dan
Tinggi Badan : 151 cm. saat ini sedang Hamil anak ke -2 , dengan usia
Kehamilan 24 minggu. (G2P1A0 GRAVID 24 Miinggu). Pekerjaan
wiraswasta

61
LATAR BELAKANG
Pelaksanaan program Ante Natal Care atau seing dikenal sebagai ANC
merupakan salah satu program yang rutin dilakukan utamanya di puskesmas
Kumbewaha setiap bulannya dalam untuk memberikan pelayanan kepada ibu
hamil sekaligus untuk mencapai tujuan kesehatan ibu dan anak. Hal ini sudah
menjadi target bersama dan juga merupakan tujuan dari Milineum
Development Growth (MDG), tepatnya pada tujuan 4 dan 5 yaitu menurunkan
angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Program kesehatan ibu
dan anak merupakan unsur penting pembangunan, hal ini mengandung
pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon penerus bangsa yang
akan dapat memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi
ibu dan anak yang sehat.
Dalam usaha mencapai tujuan MDG sekaligus pembangunan kesehatan,
peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan untuk menurunkan angka
kematian ibu. Dengan upaya-upaya yang terkait kehamilan, kelahiran dan
nifas. Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir
tahun 1980-an melalui Safe Motherhood, program yang mendapat perhatian
besar serta dukungan dari berbagai negara. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan upaya untuk menajamkan strategi serta
intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS)
yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Salah satu program dari
Kementrian Kesehatan dalam upaya pencapaian MDG yaitu berupa
peningkatan pelayanan kesehatan ibu dengan memprioritaskan pada
menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992. Untuk
mempercepat pencapaian program MDG ini, diperlukan upaya percepatan
penurunan kematian ibu dan bayi melalui peningkatan pengetahuan dan
perubahan perilaku ibu dan keluarga serta aksi dari berbagai pihak terkait
untuk mendukung berjalannya program ini.
PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Penggenalan dan pelaksanaan Ante Natal Care pada Ibu hamil adalah sarana
belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir serta
deteksi dini terkait adanya keluhan ataupun permasalahan yang ada pada ibu
hamil. Masih banyaknya ibu hamil yang jarang memeriksakan kehamilannya
sejak awal kehamilan. Persalinan tanpa persiapan yang matang dari ibu hamil
itu sendiri merupakan salah satu langkah awal untuk menjalankan pelaksanaan
program in sekaligus untuk menjalin interaksi yang baik antara ibu hamil
maupun antara ibu hamil dan petugas terkait. Selain itu, melalui pelaksanaan
ANC yang rutin ini diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan
pemahaman ibu hamil tentang kehamilan dan persalinan serta perawatan

62
bayi,dan dengan demikian juga akan menjadi sarana dalam perbaikan masalah
kesehatan terkait ibu hamil kedepannya.
PELAKSANAAN
Kegiatan ante natal care ini rutin dilakukan setiap bulannya pada ibu hamil
baik untuk kunjungan melalui posyandu ataupun kunjungan langsung ke
pelayanan kesehatan puskesmas. Adapun kegiatan ini:
Topik kegiatan : Pemeriksaan Ante Natal Care pada Ibu hamil
Hari/tanggal . Senin : 14 Maret 2022
Pukul : 08.30 WITA– selesai
Tempat : Posyandu Sangia Manuru
Metode : edukasi dan konseling, Tanya jawab dan pemeriksaan langsung
Media : tidak ada media khusus
Pelaksana: Dokter Umum Interensip, Bidan Desa selaku penanggug jawab
Program KIA
Peserta : Ibu Hamil yang datang melakukan pemeriksaan/ Kontrol kehamilan
Pelaksanaan :
1. Kegiatan ini dilakukan dengan mendata ibu hamil yang melakukan
kunjungan .
2. Melakukan anamnesis rutin pada ibu hamil terlebih dahulu terkait keluhan
atau masalah yang dialami saat ini, riwayat persalinan yang lalu serta
riwayat reproduksi saat ini, kemudian dilanjutkan
3. Pemeriksaan status gizi ibu : Timbang Badan dan Ukur Tinggi Badan,
Ukur Tekanan Darah, Nilai Status Gizi (pengukuran LiLA), dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik secara umum dari head to toe
4. Pemeriksaan leopold mulai dari pengukuran Tinggi Fundus Uteri,
Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
5. Skrining Status Imunisasi TT (dan Pemberian Imunisasi TT bila
diperlukan )
6. Pemberian Tablet Besi (90 Tablet selama kehamilan)
7. Pemeriksaan atau Test Laboratorium(Hb, Golongan Darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya), Gula darah, pemeriksaan protein urin
khususnya untuk ibu dengan faktor resiko eclampsia, yang pemberiannya
disesuaikan dengan trimester kehamilan)
8. Pasien selanjutnya diarahkan dan inform consent untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan HbsAg, HIV, dan Sifilis.
9. Penatalaksaaan sesuai dengan keluhanyang dirasakan ibu.

63
10. Selanjutnya dilakukan pengisian buku KIA sesuai dengan temuan yang
didapatkan pada ibu hamil.
11. Memberikan edukasi kepada ibu hamil terkait kondisi dan kehamilannya
serta penjelasan, tanda gawat janin, suplementasi gizi selama kehamilan,
terkait tanda persalinan persiapan persalinan dan hal hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan didapatkan hasil :


IDENTITAS
Nama : Ny. DN
Umur: Berusia 21 tahun
Berat Badan : 47 Kg
Tinggi Badan : 151 cm
Pekerjaan : wiraswasta
saat ini sedang Hamil anak ke -2 , dengan usia Kehamilan 24 minggu. (G2P1A0
GRAVID 24 Miinggu)
Anamnesis :
KU: pasien datang untuk kontrol kehamilannya
Riwayat Sekarang : saat ini pasien datang untuk melakukan kontrol terhadap
kehamilannya, saat ini tidak ada keluhan bermakna , hanya saja kadang ibu
merasakan adanya nyeriperut pada bagian bawah sesekali. Keluhan pusing , sakit
kepala tidak ada, keluhan mual dan muntah sebelumnya ada namun tidak terlalu
berat utamanya pada pagi hari dan pada awal awal kehamilan. Demam tidak ada.
batuk dan sesak tidak ada, penurunan berat badan tidak ada, nafsu makan baik ,
nyeri perut bawah sesekali namun tidak mengganggu aktivitas, nyeri ulu hati tidak
ada, buang air besar lancar , buang air kecil normal namun lebi serign dari
biasanya, nyeri saat berkemih tidak ada, kencing terputus putus tidak ada, nyeri
perut sekitar kemaluan tidak ada. riwayat kencing bernanah atau darah tidak ada,
kencing berpasir tidak ada. keluhan lainnya tidak ada. riwayat konsumsi obat
obatan selama hamil tidak ada, hanya berupa vitamin dan tabet tambah darah.
Riwayat Obstetri :
Riwayat haid sebelumnya sejak usia 13 tahun ,dengan siklus teratur sekitar 28 hari
dengan lama haid sekitar 6-7 hari. Prdarahan 1 sampai 2 kali ganti pembalut
sehari.

64
Riwayat HPHT : 04/09/2021 dengan Taksiran Persalinan tanggal 11/06/2022, saat
ini pasien belum pernah melakukan USG hanya berupa pemeriksaan ANC di
Posyandu.
Pasien saat ini sedang mengandung anak kedua , gerakan janin dirasakan aktif,
dengan jarak anak pertama sekitar 3 tahun , riwayat anak pertama lahir dengan bb
3,2 kg, lahir secara normal dibantu oleh bidan.
Riwayat kontrasepsi sebelumnya ada yaitu menggunakan KB Suntikan 3 bulan
setelah melahirkan anak pertama , tidak ada keluhan selama penggunaan
kontrasepsi sebelumnya.
Riwayat imunisasi TT: ibu sudah mendapatkan suntikan TT lengkap pada
kehamilan sebelumnya.
Riwayat penyakti dahulu : riwayat hipertensi dan diabetes tidak ada, riwayat
alergi dan asma tidak ada, riwayat kejang atau epilepsy sebelumnya tidak ada,
riwayat operasi sebelumnya tidak ada. riwayat penyakit tiroid tidka ada, riwayat
penyakit kanker dan kista sebelumnya tidak ada. riwayat keputihan sebelumnya
ada namun sudah membaik.
Yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisis :
Pemeriksaan tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, pernafasan: 20x /
menit dan Suhu : 36,5 * C. BB: 49 kg, TB: 151 cm, Lila 24,0 cm, IMT: 21,4
kg/m2
Keadaan umum pasien bumil , baik dan gizi cukup.
Pemeriksaan Head to toe: kepala: normocefal, mata: ikterik tidak ada, konjungtiva
pucat tidak, mulut tidak ada peradangan , karies pada gigi ada minimal. Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening. Paru-paru: ronkhi dan wheezing tidak ada ,
bunyi nafas vesicular, jantung: bunyi jantung I/II murni regular tidak didapatkan
adanya murmur, abdomen tampak cembung , ekstremitas tidak ada edema dan
tanda tanda peradangan, CRT < 2 detik kesan normal
Pemeriksaan Leopold :
TFU : 20 cm , LP : 32, TBJ: 640 gram
Leopold 1: Tinggi fundus didapatkan settinggi 20 cm , dengan fundus berada
ditepi dan pada bagian fundus teraba bagian lebar dan lunak yaitu bokong
Leopold II: Teraba bagian lebar pada perut kanan dan bagian bagian kecil dan
lunak pada bagaian perut kiri kesan punggung kanan
Leopold III: bagian terendah janin didapatkan bagian padat keras dan bulat kesan
presentasi kepala .

65
Leopold IV: Perlimaan 5/5 kesan bagian terendah janin belum memasuki pintu
atas panggul,
pada pemeriksaan DJJ didapatkan 218 x/ menit bernilai normal.
Pemeriksaan laboratorium :
Hemoglobin : 11,9 gr/dl , GDS : 115 gr/dl,
HbsAg : negatif ( pada pemeriksaan sebelumnya)
HIV : Negatif
Sifilis : pemeriksaan strip kosong (belum tersedia)
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan Ante Natal Care berjalan dengan lancar dan sesuai yang
diharapkan
Pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai waktu yang ditentukan
Peserta ibu hamil yang melakukan ANC cukup antusias dan aktif mengikuti
kegiatan
Setelah kegiatan ibu menjadi lebih paham terkait kehamilannya dan persiapan
untuk kelahiran
Diharapkan setelah kegiatan konseling dan edukasi terkait kehamilan pasien
ibu menjadi lebih antusias lagi untuk tetap rutin melakukan pemeriksaan
antenatal care selanjutnya. Diharapkan ilmu yang diberikan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari. Pada hasil pemeriksaan ny.dn
didapatkan hasil dimana kesehatan ibu danjanin dalam kondisi baik . untuk
pemeriksaan USG akan dijadwalkan melalui jadwal kunjungan rumah sakit,
selanjutnya diberikan suplemen tambahan juga berupa tablet tambah darah dan
asam folat. Adapun jadwal kunjungan selanjutnya yaitu pada tanggal 14 april
2022. Atau kapanpun jika ada keluhan bermakna selama kehamilan.

KB SUNTIK 2 LAPORAN ( 1 BULAN DAN 3 BULAN)


KELUARGA BERENCANA KB SUNTIK
Pelayanan KB Suntik Ny FY
PASIEN KB SUNTIK 1
Tanggal kegiatan : 14 maret 2022
Pendamping: dr. Hj. Adolfina

66
Judul kegiatan : PELAYANAN KB SUNTIK NY. FY
Identitas pasien: NY.FY, 24 tahun, BB: 64Kg, TB: 161 cm, P1A0, Usia Anak
20 Bulan. Pekerjaan sebagai IRT
LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan program skala nasional untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk di suatu Negara. Program keluarga
berencana bertujuan untuk memenuhi permintaan (Widya febriyani,2020).
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program pembatasan jumlah anak
yakni dua untuk setiap keluarga dengan slogan 2 anak cukup. Program tersebut
diharapkan meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya utamanya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
wanita untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat
menghindari kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa
bahaya tambahan.
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting
untuk mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan
bahwa cakupan kesertaan KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate hanya
meningkat 0,5% dari 57,4% (SDKI 2012) menjadi 57,9%, angka kehamilan pada
remaja atau Age Specific Fertility Rate 15-19 tahun masih tinggi, yaitu 48/1000
perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya indikator-indikator yang tercapai
tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate dan berdampak pada
tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Untuk KB sendiri terdiri dari berbagai macam jenis salah satunya yaitu
penggunaan KB suntik. KB suntik merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
juga dianjurkanutamnya ketika seseorang lebih cenderung lupa dalam konumsi
KB pil , atau tidak ingin memasang KB iplant ataupun IUD. Memiliki masalah
kesehatan tertenstu seperti anemia, kejang, kelaian endometrium atau riwayat
firbroma pada uterus. Kontrasepsi suntikan juga terdiri dari dua macam yaiotu
KB suntikan 1 bulan dan 3 bulan. Seperti halnya Kontrasepsi lain KB suntik juga
memiliki banyakkelebihan dan kekurangan dan disesuaikan dengan minat dan
juga indikasi maupun kontraindikasi pada setiap akseptor KB.
PERMASALAHAN
Berdasarkan data 2021 di puskesmas kumbewaha sendiri capaian untuk keluarga
atau ibu yang mengikuti program KB hanya sekitar 38,6% dari total ibu yang
menjalani persalinan di puskesmas sebanyak 66%. Hal ini perlu menjadi perhatian
khsuus sebagai salah satu capaian program atau indikator keluarga sehat di
masyarakat.
Minimnya keikutsertaan keluarga dalam program ini merupakan salah satu tanda
kurangnya capaian sebagai indikator keluarga sehat. Sehingga perlu dilakukan
pemaksimalan dan pemantapan dalam meningkatkan pelayanan KB di

67
masyarakat. Khususnya bagi semua pasangan usia subur yang memiliki faktor
resiko tertentu yaitu usia diatas 40 tahun, memiliki 4 orang anak atau lebih,
obesitas atau kegemukan, dan jarak kehamilan yang dekat atau reproduksi yang
terlalu cepat.
Masih rendahnya keikutsertaan keluarga yang menjalankan program KB disusul
jumlah penduduk danp asangan usia subur yang meningkat dengan segala faktor
resiko masing masing individu atau keluarga perlu menjadi perhatian khusus bagi
tenaga kesehatan. peningkatan layanan KB yang perlu dimaksimalkan dan juga
pemberian edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti program
keluarga berencana.

GAMBARAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan
Kegiatan pelayanan KB rutin dilaksanakan tiap hari di Poli KIA Puseksmas
Kumbewaha sesuai jam pelayanan mulai pukul 08.00 - 15.30 WITA, atau peserta
dapat juga melakukannya dengan datang ke Posyandu atau Pustu sesuai jadwal
posyandu..
Jenis Kontrasepsi : Kontrasepsi KB Suntik 3 bulan (Depoprovera)
Waktu dan tempat
Hari /tanggal: kamis 14 maret 2022
Pukul :09.00-selesai
Tempat kegiatan: Posyandu Manuru
Metode : Edukasi dan Tanya Jawab
Media : Poster Jenis Jenis Kontrasepsi
Pelaksana: Dokter umum interensip, penanggung jawab program
Peserta : Ibu yang datang melakukan pemeriksaan dan ingin Kontrasepsi
Pelaksanaan :
Kegiatan pelayanan KB dilakukan di posyandu pada pasien yang melakukan
kunjungan langsung ke posyandu.
Selanjutnya akan dilakukan pendataan , anamnesis dan pemeriksaan fisik
dilanjutkan skrining kontrasespsi. Dimana setiap ibu yang datang, utamanya
postpartum akan diberikan edukasi dan konseling terkait program KB , jenis jenis
KB dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada ibu untuk menentukan
pilihan KB nya setelah diberikan beberapa penjelasan ibu diberikan kesempatan
untuk memilih jenis KB yang diinginkan. Inform consent terkait pilihan KB ibu
dilanjutkan dengan pemasangan atau tindakan KB. Adappun setelah penjelasan
terkait KB akseptor memilih untuk melanjutkan menggunakan kontrasepsi
suntikan 3 bulan.

68
Identitas Pasien :
Nama : Ny. FY
Umur: 24 Tahun
Pekerjaan : IRT
Jumlah anak: 1
Anamnesis : Pasien ingin menjarangkan kehamilannya
Riwayat sekarang : pasien datang dengan tujuan untuk memeriksakan
kesehatannya dan ingin menjarangkan kehamilannya dengan melakukan
Kontrasepsi. Saat ini pasien tidak ada keluhan . sakit kepala ,pusing, mual dan
muntah tidak ada, demam tidak ada, nafsu makan baik , demam tidak ada. buang
air besar dan buang air kecil lancar.
saat ini pasien ingin melanjutkan Kontrasepsi suntikan 3 bulan , alasan pasien
memilih untuk menggunakan jenis kntrasepsi ini karena lebih mudah dan tidak
terlalu ribet , dengan mempertimbangkan jarak rumah dan lokasi untuk
mendapatkan suntikan , selain itu pasien juga tidak ingin mendapatkan IUD
ataupun Implant karena pasien tidak ingin menjarangkan kehamilannya terlalu
lama dan sewaktu waktu dapat dilakukan program hamil jika diinginkan. Pasien
sudah menggunakan KB suntik ini sejak melahirkan anak pertama sejak usia 6
bulan. Selama penggunaan KB tidak ada keluhan tambahan selain adanya
peningkatan berat badan dan haid yang tidak terlalu teratur. Keluhan lainnya tidak
ada.
Riwayat obstetri:
Riwayat haid dahulu dimulai sejak usia 12 tahun, Riwayat hair teratur sebelumnya
dengan siklus normal 28 hari dengan lama haid kurang lebih 5 sampai 7 hari. Kira
kira 1 sampai 2 kali ganti pembalut setiap harinya.
Riwayat haid terakhir sekitar 6 hari yang lalu dan belum pernah berhubungan
dengan suami sejak haid terkahir.
Saat ini pasien baru melahirkan anak pertama dan sudah berusia 9 bulan, pasien
mendapatkan KB untuk yang kedua kalinya yaitu kontrasesi suntikan 3 bulan.
Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit alergi tidak ada ,asma tidak ada,
hipertensi dan diabetes tidak ada, riwayat kelainan perdarahan tidak ada, riwayat
kanker atau tumor sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit kista tidak ada. riwayat
penyakit hati dan ginjal tidak ada.
Pemeriksaan fisis:
Kondisi umum: kesadaran kompos mentis , sehat dan gizi baik.

69
Tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi: 80x/menit
Pernafasan: 20x/menit
Suhu: 36,8 *C
BB: 64 kg, TB: 161 cm,
Status gizi : IMT : 24,6 kg/m2 (overweight)
Kepala dan leher: Konjungtiva pucat(-), sklera ikterik (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1, Hidung : rhinorrhea (-), telinga : cerumen
minimal, tidaka da tanda peradangan, otorrhea (-).pembesaran KGB (-).
Thorax:
Inspeksi: simetris kiri=kanan, retraksi (-)
Palpasi: sela iga kiri=kanan
Perkusi: Sonor kiri=kanan
Auskultasi: Rh (-/-) Wh (-/-), BJ I/II Reguler tidak ada murmur.
Abdomen: Cembung, nyeri tekan tidak ada, pembesaran hepar dan lien tidak
ada, fundus tidak teraba
Ekstremitas: tidak ada kelainan, edema tidak ada, CRT< 2 det, turgor kulit
baik
Pemriksaan laboratorium: tidak dilakukan pemeriksaan khusus
Berasarkan pilihan pasien yang ingin menggunakan kontrasepsi suntikan 3
bulan . adapun prosedur pelaksanaan KB suntik yaitu:
Prosedur Suntik KB
1. Mencuci tangan, memberikan informasi tentang KB yang tersedia,
anamnesa data pasien, menjelaskan prosedur dan tujuannya.
2. Dilakukan penapisan :HPHT, paritas, riwayat persalinan, dll. setelah klien
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta timbang berat badan,
3. Memberikan persetujuan tertulis inform consent pada acceptor untuk
ditanda tangan sebagai persetujuan sebelum tindakan
4. pasien dipersilahkan naik ketempat tidur. Atau dapat juga dengan posisi
berdiri. Pasien disiapkan dengan posisi miring.
5. Siapkan alat dan bahan, Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang
menutupi karet, hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas yang

70
telah dibasahi dengan alkohol. Bila menggunakan jarum atau spoit sekali
pakai, segera buka plastiknya . Balikkan vial dengan mulut vial ke bawah.
Masukkan cairan suntik dalam spoit, gunakan jarum yang sama untuk
menghisap kontrasepsi suntik .
6. Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara, keluarkan isinya kemudian desinfeksi area penyuntikan dengan
kapas alkohol. Sebelum penyuntikan obat, perlahan tarik sedikit pompa,
bila ada darah masuk ke dalam spoit tarik keluar jarum lakukan kembali
aspirasi apabila tidak terdapat darah masukkan obat perlahan. suntikkan
secara intra muskular dalam di daerah pantat (daerah gluteal).
7. Kompres area tusukkan dengan air hangat (bila perlu). Setelah selesai
jarum dibuang ditempat sampah medis lalu klien dirapikan.
8. Dokumentasikan/ Lakukan pecatatan hasil tindakan lalu pasien diberi
kartu Akseptor dan jadwal yang suntik selanjutnya.
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan KB berjalan lancar dan sesuai rencana
Pelaksanaan kb berjalan sesuai waktu dan tempat pelayanan kontrasepsi
Akseptor dapat memahami penjelasan yang diberikan terkait kontrasepsi
dan antusias untuk menggunakan kontrasepsi berdasarkan pilihannya
Prosedur pemberian kontrasepsi berjalan dengan lancar.
Evaluasi selanjutnya adalah dengan penentuan jadwal kontrol untuk suntik KB
suntik KB 3 bulan, perawatan pasca pemasangan, efek samping dan komplikasi
pelayanan KB khususnya bagi akseptor baru. Kegiatan ini tetap memperhatikan
protokol kesehatan terhadap infeksi virus COVID-19. Pada pasien ini dianjurkan
untuk datang kontrol rutin jika ada keluhan bermakna atau sesuai jadwal
selanjutnya yaitu pada tanggall 06 Juni 2022
KB IMPLAN 1 LAPORAN
PASIEN KB IMPLANT
Tanggal kegiatan : 16 maret 2022
Pendamping: dr. Hj. Adolfina
Judul kegiatan : PELAYANAN KB IMPLAN NY. WN
Identitas pasien: NY.WN, 27 tahun, BB: 60 Kg, TB: 152 cm, P2A1, Pekerjaan
sebagai IRT
LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan program skala nasional untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk di suatu Negara. Program keluarga
berencana bertujuan untuk memenuhi permintaan (Widya febriyani,2020).
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program pembatasan jumlah anak
yakni dua untuk setiap keluarga dengan slogan 2 anak cukup. Program tersebut

71
diharapkan meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya utamanya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
wanita untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat
menghindari kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa
bahaya tambahan.
Adapun kontrasepsi dalam bentuk sediaan implan sebagai salah satu metode
kontrasepsi yangkerap kali juga digunakan. Kontrasepsi implant yang tersedia
merupakan hormone sintesis progesterone sebagai kontrasepsi. Adapun
penggunaan kontrasepsi implant itu sendiri dapat menjangkau sampai 3 tahun
yang dipasang secara subdermal pada lengan non dominan. Selain itu kontrasepsi
implant juga dapat digunakan sebaga salah satu terapi sulih hormone dan
kontrasepsi emergensi. Setiap kontrasepsi tentunya memiliki efek samping
maupun kontraindiaksi saat akan menggunakannya sehingga perlu diperhatikan
melalui wawancara akseptor KB dan juga melalui pemeriksaan langsung.
Adapun Kontraindikasi dalam penggunaan KB implant yaitu kehamilan baikyang
sudah ppasti atau belum, adanya hipersensitivitas terhadap kandungan hormone
kb implant, gangguan perdarahan, penyakit diabetes militus , gangguan hati,
riwayat penyakit kanker serta riwayat perdarahan pervaginam tanpa sebab yang
diketahui dengan pasti.
PERMASALAHAN
Berdasarkan data 2021 di puskesmas kumbewaha sendiri capaian untuk keluarga
atau ibu yang mengikuti program KB hanya sekitar 38,6% dari total ibu yang
menjalani persalinan di puskesmas sebanyak 66%. Hal ini perlu menjadi perhatian
khsuus sebagai salah satu capaian program atau indikator keluarga sehat di
masyarakat. Minimnya keikutsertaan keluarga dalam program ini merupakan
salah satu tanda kurangnya capaian sebagai indikator keluarga sehat. Sehingga
perlu dilakukan pemaksimalan dan pemantapan dalam meningkatkan pelayanan
KB di masyarakat. Khususnya bagi semua pasangan usia subur yang memiliki
faktor resiko tertentu yaitu usia diatas 40 tahun, memiliki 4 orang anak atau lebih,
obesitas atau kegemukan, dan jarak kehamilan yang dekat atau reproduksi yang
terlalu cepat.
Masih rendahnya keikutsertaan keluarga yang menjalankan program KB disusul
jumlah neduduk danpasangan usia subur yang meningkiat dengan segala faktor
resiko masing masing individu atau keluarga perlu menjadi perhatian khusus bagi
tenaga kesehatan. peningkatan layanan KB yang perlu dimaksimalkan dan juga
pemberian edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti program
keluarga berencana.
GAMBARAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan

72
Kegiatan pelayanan KB rutin dilaksanakan tiap hari di Poli KIA Puseksmas
Kumbewaha sesuai jam pelayanan mulai pukul 08.00 - 15.30 WITA, atau peserta
dapat juga melakukannya dengan datang ke Posyandu atau Pustu sesuai jadwal
posyandu..
Jenis Kontrasepsi : Kontrasepsi IMPLAN (Levonorgestrel)
Waktu dan tempat
Hari /tanggal: Senin 16 April 2022
Pukul :13.00-selesai
Tempat kegiatan: Poli KIA Puskesmas Kumbewaha
Metode : Konseling dan edukasi , Tanya jawab
Media : poster Jenis Jenis alat kontrasepsi
Pelaksana: dokter umum interensip , penanggung jawab program
Peserta : orang tua/ibu yang ingin menunda kehamilannya
Pelaksanaan : Kegiatan pelayanan KB dilakukan di poli KIA pada pasien yang
melakukan kunjungan langsung ke puskesmas.
Selanjutnya akan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dilanjutkan skrining
kontrasespsi. Dimana setiap ibu yang datang yang ingin menunda/menjarangkan
kehamilannya, utamanya postpartum akan diberikan edukasi dan konseling terkait
program KB , jenis jenis KB dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menentukan pilihan KB nya setelah diberikan beberapa penjelasan ibu
diberikan kesempatan untuk memilih jenis KB yang diinginkan. Inform consent
terkait pilihan KB ibu dilanjutkan dengan penjelasan lebih lanjut terkait KB
pilihannya dan pemasangan atau tindakan KB.

Identitas Pasien :
Nama : Ny. WN
Umur: 27 Tahun
Pekerjaan : IRT
Jumlah anak: 2
Anamnesis : Pasien Ingin menjarangkan kehamilan
Riwayat sekarang : pasien datang dengan tujuan untuk memeriksakan
kesehatannya dan ingin menunda kehamilan berikutnya. Pasien baru saja
melakukan section caesaria satu bulan yang lalu. yaitu anak kedua dengan indikasi
letak lintang. Saat ini pasien ingin menjarangkan kehamilannya. Keluhan saat ini
tidak ada, sakit kepala dan pusing tidak ada, mual dan muntah tidak ada, batuk
dan sesak tidak ada, demam tidak ada. penuruan berat badan bermakna setelah
melahirkan ada, buang air besar dan buang air kecil lancar. Saat ini pasien belum

73
pernah haid sejak melakukan Operasi SC , dan belum pernah melakukan
hubungan seksual dengan suami sejak 1 bulan setelah operasi.
Riwayat obstetri:
Riwayat haid dahulu dimulai sejak usia 16 tahun, Riwayat haid teratur
sebelumnya dengan siklus normal 28 hari dengan lama haid kurang lebih 7 hari.
Kira kira 1 sampai 2 kali ganti pembalut setiap harinya.
Pasien belum pernah haid sejak satu bulan terakhir pasca oprerasi, dan belum
pernah melakukan hubungan seksual setelahnya.
Saat ini pasien baru saja melakukan operasi section caesaria 1 bulan yang lalu
dengan indikasi posisi janin melintang. Pasien sudah memiliki 2 orang anak saat
ini dan yang terakhir baru berusia 1 bulan dengan selisih jarak 4 tahun anak
pertama.
Riwayat KB sebelumnya ada menggunaskan KB suntikan 3 bulan pada saat
sebelum mengandung anak kedua. Saat penggunaan kb tidak ada keluhan yang
memperberat ataupun efek samping yang bermakna sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit alergi tidak ada ,asma tidak ada,
hipertensi dan diabetes tidak ada, riwayat kelaian perdarahan tidak ada, riwayat
kanker atau tumor sebelumnya tidak ada, riwayat kista tidak ada. riwayat penyakit
hati dan ginajl tidak ada.
Pemeriksaan fisis:
Kondisi umum: kesadaran kompos mentis , sehat dan gizi baik.
Tanda Vital:
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Nadi: 80x/menit
Pernafasan: 20x/menit
Suhu: 36,5 *C
BB: 60 Kg, TB: 152 cm, IMT: 25,9 Kg/m2 (overweight)
Kepala dan leher: Konjungtiva pucat(-), sklera ikterik (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1, hidung: rhinore(-), telinga otorrhea(-),
cerumen minimal. pembesaran KGB (-).
Thorax:
Inspeksi: simetris kiri=kanan, retraksi (-)

74
Palpasi: sela iga kiri=kanan
Perkusi: Sonor kiri=kanan
Auskultasi: Rh (-/-) Wh (-/-) BJ I/II Reguler
Abdomen: Cembung, nyeri tekan tidak ada,pembesaran hepar dan lien tidak
ada. fundus tidak teraba.
Ekstremitas: tidak ada kelainan, edema tidak ada, CRT< 2 det, turgor kulit
baik
Pemriksaan laboratorium: tidak dilakukan pemeriksaan khusus

Setelah penejelasan mengenai kontrasepsi ibu memilih untuk mnggunakan


kontrasepsi implant. adapun prosedur pelaksanaan KB implan yaitu:
Prosedur Implan KB
1. Mencuci tangan, memberikan informasi tentang KB yang tersedia,
anamnesa data pasien, menjelaskan prosedur dan tujuannya.
2. Memberikan kesempatan ibu untuk memilih jenis kontrasepsi yang
diinginkan, setelah itu diberikan penjelasan lebih lanjut terkait kontrasepsi
pilihan ibu, prosedur dan pemasangan.
3. Dilakukan penapisan :HPHT, paritas, riwayat persalinan, dll. setelah klien
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta timbang berat badan, pasien
dipersilahkan naik ketempat tidur.
4. Memberikan persetujuan tertulis inform consent pada acceptor untuk
ditanda tangan sebagai persetujuan sebelum tindakan
5. Menyiapkan alat dan bahan sembari Pasien disiapkan dengan posisi
berbaring di tempat tidur yang disediakan
6. Menentukan tempat pemasangan implant pada lengan yang
nondominan.
7. Daerah tempat pemasangan implant ditutup dengan kain steril yang
berlubang
8. Lakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6-10cm diatas lipatan siku.
9. Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5cm dengan scalpel yang
tajam.
10. Troika dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan
bawah kulit.
11. Kemudian kapsul dimasukkan kedalam troika dan didorong dengan
plunger sampai kapsul terletak dibawah kulit.
12. Kemudian dilakukan secara berturut-turut sampai kapsul kedua.

75
13. Kedua kapsul dibawah kulit diletakkan sedemikian rupa sehingga
susunannya seperti huruf V. setelah kedua kapsul berada dibawah
kulit,troika ditarik pelan-pelan keluar.
14. Control luka apakah ada perdarahan atau tidak.
15. Jika tidak ada perdarahan tutup luka dengan kasa steril, kemudian
diplester, umumnya tidak diperlukan jahitan.
16. Nasehati pasien agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan
dating kembali jika ada keluhan-keluhan yang mengganggu
17. Dokumentasikan/ Lakukan pecatatan hasil tindakan lalu pasien diberi
kartu Akseptor dan jadwal yang suntik selanjutnya.
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan KB berjalan lancar dan sesuai rencana
Pelaksanaan kb berjalan sesuai waktu dan tempat pelayanan kontrasepsi
Akseptor dapat memahami penjelasan yang diberikan terkait kontrasepsi
dan antusias untuk menggunakan kontrasepsi berdasarkan pilihannya
Prosedur pemberian kontrasepsi berjalan dengan lancar.
Evaluasi selanjutnya adalah dengan penentuan jadwal kontrol untuk pemasangan
implan,dan jadwal aff atau pencabutan implan, perawatan pasca pemasangan, efek
samping dan komplikasi pelayanan KB khususnya bagi akseptor baru. setelah
pemasangan implan pasien juga diberikan pengobatan tambahan berupa : asam
mefenamat 500 mg 3 dd 1, vitamin c tablet 1 dd 1, dan amoxicilin tab 500 mg 3
dd 1. Kegiatan ini tetap memperhatikan protokol kesehatan terhadap infeksi virus
COVID-19. Pada pasien ini dianjurkan untuk datang kontrol rutin jika ada
keluhan bermakna atau terdapat keluhan yang memberat .selanjutnya datang
kontrol 3 hari kedepan untuk memastikan luka tetap bersih bebas infeksi dan
mengganti atau melepas verban. sesuai jadwal selanjutnya yaitu pada tanggall 19
April 2022 dan untuk kontrol masalah pelepasan KB IMPLAN yaitu 3 tahun
pasca pemasangan (16 april 2025) atau kapan saja saat Akseptor ingin melepaskan
implannya kemudian hari.

KB IUD 1 LAPORAN
Pasien KB IUD SPIRAL
Tanggal kegiatan : 15 /08/ 2022
Pendamping: dr. Hj. Adolfina
Judul kegiatan : PELAYANAN KB IUD NY. ES
Identitas pasien:
Ny. ES, 34 tahun , BB: 69 Kg, TB: 166 cm. P4A0 .Pekerjaan sebagai IRT

76
LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan program skala nasional untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk di suatu Negara. Program keluarga
berencana bertujuan untuk memenuhi permintaan (Widya febriyani,2020).
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program pembatasan jumlah anak
yakni dua untuk setiap keluarga dengan slogan 2 anak cukup. Program tersebut
diharapkan meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya utamanya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
wanita untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat
menghindari kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa
bahaya tambahan.
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting
untuk mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan
bahwa cakupan kesertaan KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate hanya
meningkat 0,5% dari 57,4% (SDKI 2012) menjadi 57,9%, angka kehamilan pada
remaja atau Age Specific Fertility Rate 15-19 tahun masih tinggi, yaitu 48/1000
perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya indikator-indikator yang tercapai
tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate dan berdampak pada
tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Jenis dan bentuk kontrasepsi di zaman yang modern ini sudah berkembang pesat,
mulai dari kontrasepsi hormonal oral,suntik, implant, AKDR/IUD, sampai
kontrasepsi tempel. Adapun jenis kontrasepsi IUD/AKDR terbagi menjadi dua
jenis ada yangmenggunakan hormonal dan non hormonal. Untuk IUD non
hormonal biasa digunakan bahan yang terbuat dari tembaga (Cupper T CU 380).
AKDR sendiri merupakan pilihan metode kontrasespsi yang dipasang ke dalam
rahim dengan menghambat motilitas sperma karena kemampuan spermisidal
sehingga menghambat terjadinya pembuahan. Selain itu juga sebagai penghancur
ovum yang telah terfertilisasi dan mencegah inplantasi ke Rahim karena efek
inflamasi yang dihasilkan. Selain jangka waktu yang cukup lama untuk
penggunaan AKDR ini juga tidak mempengaruhi proses menyusui dan
peningkatan berat badan sehingga efektif untuk para ibu yang ingin diet
khususnya. Adapun efek samping yang paling sering terjadi yaitu volume
perdarahan haid yang lebih banyak saat menstruasi, disminoe, dan siklus
menstruasi yang cenderung memanjang. Namun hanya berlangsung pada tahun
pertama pemakaian. Adapun kontraindikasi utama yaitu sedang hamil,
bentukuterus yang abnormal, adanya proses infeksi dan riwayat kehamilan diluar
kandungan. Sehingga proses skrining dan pemeriksaan khsusus sebelum
pemasangan AKDR sanagt penting utnuk dilakukan.
PERMASALAHAN
Berdasarkan data 2021 di kabupaten buton khususnya sendiri untuk keluarga atau
ibu yang mengikuti program KB sekitar 72,17% dari total pasangan usia subur.

77
Hal ini perlu menjadi perhatian khsuus sebagai salah satu capaian program atau
indikator keluarga sehat di masyarakat. keikutsertaan keluarga dalam program KB
yang belum mencapai maksimal merupakan salah satu tanda kurangnya capaian
sebagai indikator keluarga sehat. Sehingga perlu dilakukan pemaksimalan dan
pemantapan dalam meningkatkan pelayanan KB di masyarakat. Khususnya bagi
semua pasangan usia subur yang memiliki faktor resiko tertentu yaitu usia diatas
40 tahun, memiliki 4 orang anak atau lebih, obesitas atau kegemukan, dan jarak
kehamilan yang dekat atau reproduksi yang terlalu cepat.
Masih rendahnya keikutsertaan keluarga yang menjalankan program KB disusul
jumlah neduduk dan pasangan usia subur yang meningkat dengan segala faktor
resiko masing masing individu atau keluarga, perlu menjadi perhatian khusus bagi
tenaga kesehatan. Peningkatan layanan KB yang perlu dimaksimalkan dan juga
pemberian edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti program
keluarga berencana.
GAMBARAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan
Kegiatan pelayanan KB rutin dilaksanakan tiap hari di Poli KIA Puskesmas
Banabungi sesuai jam pelayanan mulai pukul 08.00 - 15.30 WITA, atau peserta
dapat juga melakukannya dengan datang ke Posyandu atau Pustu sesuai jadwal
posyandu..
Jenis Kontrasepsi : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim /IUD ( Copper T 380A )
Waktu dan tempat
Hari /tanggal: jumat 12 agustus 2022
Pukul : 10.00-selesai
Tempat kegiatan: Poli KIA Puskesmas Banabungi
Metode : Edukasi dan Konseling
Media : poster Jenis Jenis alat kontrasepsi
Pelaksana : Dokter Umum Internsip dan Penanggung jawab Program
Pelaksanaan : Kegiatan pelayanan KB dilakukan di poli KIA pada pasien yang
melakukan kunjungan langsung ke puskesmas.
Selanjutnya akan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dilanjutkan skrining
kontrasespsi. Dimana setiap ibu yang datang yang ingin menunda/menjarangkan
kehamilannya, utamanya postpartum akan diberikan edukasi dan konseling terkait
program KB , jenis jenis KB dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menentukan pilihan KB nya setelah diberikan beberapa penjelasan ibu
diberikan kesempatan untuk memilih jenis KB yang diinginkan. Inform consent
terkait pilihan KB ibu dilanjutkan dengan penjelasan lebih lanjut terkait KB
pilihannya dan pemasangan atau tindakan KB.

Identitas Pasien :

78
Nama : Ny. ES
Umur: 34 Tahun
Pekerjaan : IRT
Jumlah anak: 4
Anamnesis : Pasien Ingin menjarangkan Kehamilannya
Riwayat sekarang : pasien datang dengan tujuan untuk memeriksakan
kesehatannya dan ingin menunda kehamilannya berikutnya dalam jangka waktu
lama karena baru saja melahirkan anak ke 4. saat ini pasien tidak ada keluhan.
Keluhan pusing, sakit kepala , mual dan muntah tidak ada. batuk dan sesak tidak
ada, demam tidak ada, penurunan berat badan tidak ada. buang air besar dan
buang air kecil lancar.
Riwayat obstetri:
Riwayat haid dahulu dimulai sejak usia 14 tahun, Riwayat haid teratur
sebelumnya dengan siklus normal 28 hari dengan lama haid kurang 8 hari. Kira
kira 1 sampai 2 kali ganti pembalut setiap harinya.
Riwayat haid terkahir sekitar 7 hari yang lalu dan belum pernah berhubungan
dengan suami sejak haid terkahir.
Saat ini pasien sudah memiliki 4 orang anak. Anak terakhir berusia 2 bulan dan
dengan jarak masing masing antara 4 sampai 5 tahun. Saat ini sedang menyusui.
riwayat kontrasepsi sebelumnya yaitu menggunakan kb suntikan 3 bulan setelah
melahirkan anak pertama dan kedua. Riwayat KB pil sebelumnya setelah
melahirkan anak ketiga. Dan belum ber KB setelah melahirkan anak ke 4. Tidak
ada keluhan bermakna selama penggunaan KB sebelumnya hanya saja pasien
mengeluhkan peningkatan beratbadan berlebih setelah penggunaan KB suntikan
dan pil.
Riwayat penyakit dahulu: pasien dengan riwayat infeksi saluran kemih sudah
sejak lama sekitar 1 tahun yang lalu. riwayat keputihan tidak ada. riwayat kelainan
perdarahan sebelumnya tidak ada. riwayat penyakit asma dan alergi tidak ada,
riwayat hipertensi dan diabetes tidak ada, riwayat kanker dan penyakit tumor
sebelumnya tidak ada, riwayat kista sebelumnya tidak ada, riwayat operasi
sebelumnya tidak ada. riwayat hamil di luar kandungan dan endometriosis tidak
ada.
Pemeriksaan fisis:
Kondisi umum: kesadaran kompos mentis , sehat dan gizi baik.
Tanda Vital:

79
Tekanan darah : 110/80 mmhg
Nadi: 80x/menit
Pernafasan: 18x/menit
Suhu: 36,5 *C
BB: 69 Kg, TB: 166 cm, IMT: 25,03 Kg/m2 (overweight)
Kepala dan leher: Konjungtiva pucat(-), sklera ikterik (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1, Hidung : rhinorrhea (-), telinga : cerumen
minimal, tidak ada tanda peradangan, otorrhea (-).pembesaran KGB (-).
Thorax:
Inspeksi: simetris kiri=kanan, retraksi (-)
Palpasi: sela iga kiri=kanan
Perkusi: Sonor kiri=kanan
Auskultasi: Rh (-/-) Wh (-/-), BJ I/II Reguler tidak ada murmur.
Abdomen: Cembung, nyeri tekan tidak ada, pembesaran hepar dan lien tidak
ada, fundus tidak teraba
Ekstremitas: tidak ada kelainan, edema tidak ada, CRT< 2 det, turgor kulit
baik
Pemeriksaan Ginekologi :
Inspeksi : tidak tampak kelainan pada genitalia luar , massa dan benjolan tidak
ada, peradangan tidak ada, pada pemeriksaan inspeksi menggunakan spekulum :
tanda keputihan tidak ada, kelaiann pada serviks tidak ada. lendir ada perdarahan
tidak ada.
Palpasi bimanual : tidak teraba massa ataupun benjolan pada jalan lahir, seviks
gerakan bebas tidak terhalang, ukuran uterus kecil kira kira sebesar telur ayam,
posisi posterolateral , nyeri tekan adneksa tidak ada. benjolan atau massa disekitar
adneksa tidak ada.
Pemeriksaan laboratorium: tidak dilakukan pemeriksaan khusus
Setelah diberikan penjelasan terkait jenis kontrasepsi, pasien ingin melanjutkan
untuk menggunakan kontrasepsi dalam Rahim. Adapun prosedur pemasangan
AKDR/IUD:
Prosedur Kontrasepsi AKDR

80
1. Mencuci tangan, memberikan informasi tentang KB yang tersedia,
anamnesa data pasien, menjelaskan prosedur dan tujuannya. Memberikan
kesempatan ibu untuk memilih jenis kontrasepsi yang diinginkan
selanjutnya konseling khusus terkait kontrasepsi pilihan.
2. Dilakukan penapisan :HPHT, paritas, riwayat persalinan, dll. Setelah itu
klien dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta timbang berat badan,
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan Ginekologi untuk sebagai salah satu
prosedur untuk seleksi pasien sebelum pemasangan AKDR
3. Memberikan persetujuan tertulis inform consent pada acceptor untuk
ditanda tangani sebagai persetujuan sebelum tindakan
4. Menyiapkan alat dan bahan sembari pasien dipersilahkan naik ketempat
tidur. Pasien disiapkan dengan posisi lithothomi.
5. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada
saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien
untuk mengajukan pertanyaan
(PERSIAPAN AKDR)
Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
 Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda
tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke
pangkal lengan sehingga lengan akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung
inserter dari bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan
lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
 Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan
ukuran kavum uteri
 Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
 AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

6. Tindakan Pemasangan
 Pakailah sarung tangan yang baru
 Pasanglah spekulum vagina untuk melihat serviks
 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
 Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)
 Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch
tehnique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum
uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun
bibir spekulum.
 Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde

81
 Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada
di dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung
inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
 Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan
yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
 Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal
(sejajar lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada
tenakulum, masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher
biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
 Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan
tetap menahan pendorong
 Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke
serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya
tahanan
 Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR
kurang lebih 3-4 cm
 Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah
terkontaminasi
 Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin
0,5%
 Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-60 detik
 Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin
0,5%
7. Tindakan Pasca Pemasangan
 Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan
sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan (tempat sampah medik)
 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, buka dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
klorin 0,5%
 Cuci tangan dengan air dan sabun
 Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit
sebelum memperbolehkan klien pulang
8. Konseling Pasca Pemasangan
 Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan
kapan harus dilakukan
 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping
 Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun

82
 Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke puskesmas setiap saat bila
memerlukan
 konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut
dicabut.
 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
9. Dokumentasikan/ Lakukan pecatatan hasil , pasien diberi kartu Akseptor
dan jadwal kunjungan selanjutnya
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan KB berjalan lancar dan sesuai rencana
Pelaksanaan kb berjalan sesuai waktu dan tempat pelayanan kontrasepsi
Akseptor dapat memahami penjelasan yang diberikan terkait kontrasepsi
dan antusias untuk menggunakan kontrasepsi berdasarkan pilihannya
Prosedur pemberian kontrasepsi berjalan dengan lancar.
Evaluasi selanjutnya adalah dengan penentuan jadwal kontrol pasca pemasangan
utamanya setelah proses haid jika pada pemeriksaan benang secara mandiri tidak
ditemukan ,dan apabila ada efek samping dan komplikasi pelayanan KB
khususnya bagi peserta baru. Pasien juga dijelaskan tentang kontrasepsi darurat
segera datang ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilan jika tidak ditemukan
benang dan telah berhubungan sebelumnya. Kegiatan ini tetap memperhatikan
protokol kesehatan terhadap infeksi virus COVID-19.
Pada pasien ini dianjurkan untuk datang kontrol rutin jika ada keluhan bermakna
atau sesuai jadwal selanjutnya yaitu pada tanggal 12 Agusuts 2027.

KB PIL 1 LAPORAN
Pasien KB PIL
Tanggal kegiatan : 14 maret 2022
Pendamping: dr. Hj. Adolfina
Judul kegiatan : PELAYANAN KB PIL NY. HR
Identitas pasien:
Ny. HR, 31 tahun , BB: 70 Kg, TB: 159 cm. Pekerjaan sebagai IRT dan
Pedagang
LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan program skala nasional untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk di suatu Negara. Program keluarga
berencana bertujuan untuk memenuhi permintaan (Widya febriyani,2020).
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program pembatasan jumlah anak
yakni dua untuk setiap keluarga dengan slogan 2 anak cukup. Program tersebut
diharapkan meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya utamanya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan

83
wanita untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat
menghindari kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa
bahaya tambahan.
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting
untuk mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan
bahwa cakupan kesertaan KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate hanya
meningkat 0,5% dari 57,4% (SDKI 2012) menjadi 57,9%, angka kehamilan pada
remaja atau Age Specific Fertility Rate 15-19 tahun masih tinggi, yaitu 48/1000
perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya indikator-indikator yang tercapai
tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate dan berdampak pada
tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Jenis dan bentuk kontrasepsi di zaman yang modern ini sudah berkembang pesat,
mulai dari kontrasepsi hormonal oral,suntik, implan sampai kontrasepsi tempel.
Adapun jenis kontrasepsi oral yang masih sering digunakan dalam masyarakat.
Jenis kontrasepsi oral terdiri darei kombinasi hormon progesteron dan estrogen .
Selain sebagai kontrasespsiada umumnya juga dapat digunakan sebagaio
kontrasepsi darurat. Pil kb juga sebagai salah satu kontrasepsi yang digunakan
untuk menangani masalah disminore dan endometriosis. untuk sediaan sendiri
terdapat sediaan tablet 21 hari dan tablet 28 hari dimana 7 hari terakhir merupakan
placebo. kedua sediaan ini disebut monofasik adapun sediaan trifasik yang terdiri
dari 3 kombinasi konsentrasi obat. efek samping dan cara penggunaanya
tergantung masing masing jenis sediaannya. ADAPUN kontraindikasi
penggunaan pil kbyaitu kehamilan, penderita dengan resiko tinggi tromboemboli.
Kelaian payudara , kelainan hati dan empedu, kelaian perdarahan , riwayat
migraine , dan adanya gangguan perdarahan pervaginam yang tidak diketahui
penyebabnya.
PERMASALAHAN
Berdasarkan data 2021 di puskesmas kumbewaha sendiri capaian untuk keluarga
atau ibu yang mengikuti program KB hanya sekitar 38,6% dari total ibu yang
menjalani persalinan di puskesmas sebanyak 66%. Hal ini perlu menjadi perhatian
khsuus sebagai salah satu capaian program atau indikator keluarga sehat di
masyarakat. Minimnya keikutsertaan keluarga dalam program ini merupakan
salah satu tanda kurangnya capaian sebagai indikator keluarga sehat. Sehingga
perlu dilakukan pemaksimalan dan pemantapan dalam meningkatkan pelayanan
KB di masyarakat. Khususnya bagi semua pasangan usia subur yang memiliki
faktor resiko tertentu yaitu usia diatas 40 tahun, memiliki 4 orang anak atau lebih,
obesitas atau kegemukan, dan jarak kehamilan yang dekat atau reproduksi yang
terlalu cepat.
Masih rendahnya keikutsertaan keluarga yang menjalankan program KB disusul
jumlah neduduk danpasangan usia subur yang meningkiat dengan segala faktor
resiko masing masing individu atau keluarga perlu menjadi perhatian khusus bagi

84
tenaga kesehatan. peningkatan layanan KB yang perlu dimaksimalkan dan juga
pemberian edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti program
keluarga berencana.
GAMBARAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan :
Kegiatan pelayanan KB rutin dilaksanakan tiap hari di Poli KIA Puseksmas
Kumbewaha sesuai jam pelayanan mulai pukul 08.00 - 15.30 WITA, atau peserta
dapat juga melakukannya dengan datang ke Posyandu atau Pustu sesuai jadwal
posyandu..
Jenis Kontrasepsi : Kontrasepsi Oral KB PIL Kombinasi 28 Hari
(Levonolgrestel/Etinil Estradiol)
Waktu dan tempat
Hari /tanggal: kamis 10 mei 2022
Pukul :09.00-selesai
Tempat kegiatan: Posyandu Manuru
Metode : Edukasi dan Konseling
Media : poster Jenis Jenis alat kontrasepsi
Pelaksana : dokter umum intrnsip dan penanggung jawab program
Pelaksanaan : Kegiatan pelayanan KB dilakukan di poli KIA pada pasien yang
melakukan kunjungan langsung ke puskesmas.
Selanjutnya akan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dilanjutkan skrining
kontrasespsi. Dimana setiap ibu yang datang yang ingin menunda/menjarangkan
kehamilannya, utamanya postpartum akan diberikan edukasi dan konseling terkait
program KB , jenis jenis KB dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menentukan pilihan KB nya setelah diberikan beberapa penjelasan ibu
diberikan kesempatan untuk memilih jenis KB yang diinginkan. Inform consent
terkait pilihan KB ibu dilanjutkan dengan penjelasan lebih lanjut terkait KB
pilihannya dan pemasangan atau tindakan KB.

Identitas Pasien :
Nama : Ny. HR
Umur: 31 Tahun
Pekerjaan : IRT
Jumlah anak: 2
Anamnesis : Pasien Ingin menunda Kehamilannya
Riwayat sekarang : pasien datang dengan keluhan ingin menunda kehamilannya,
sekaligus memerikasakan kesehatannya. Saat ini pasien tidak ada keluhan . sakit

85
kepala ,pusing mual dan muntah tidka ada, demam tidak ada, nafsu makan baik ,
demam tidak ada. buang air besar dan buang air kecil ada.
Pasien sudah memiliki 2 orang anak , dengan riwayat kehamilan normal pada
kedua anaknya, riwayat abortus tidak ada, persalinan normal untuk semua
kehamilannya. Pasien sebelumnya melahirkan pervaginam di rumah untuk anak
pertama kedua dan ketiga melahirkan di rumah dibantu dengan bidan. Saat ini
anak terakhir berusia 4 tahun. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. riwayat
KB sudah sejak lama sekitar 3 tahun , 2 tahun sebelumnya menggunakan KB
suntik dan saat ini ingin melanjutkan KB pil. KB Pil sudah dikonsumsi sejak 3
bulan terakhir dan hari ini datang kontrol untuk pengambilan obat. Pasien
sementara tidak haid dan terakhir haid 1 minggu yang lalu. Siklus teratur setiap
bulan. Konsumsi obat teratur tiap hari. Pasien belum melakukan hubungan sejak
selesai masa haid 7 hari lalu. Terakhir mengonsumsi obat 1 hari yang lalu. buang
air besar dan buang air kecil lancar.
Riwayat obstetri:
Riwayat haid dahulu dimulaisejak usia 12 tahun, Riwayat haid teratur sebelumnya
dengan siklus normal 28 hari dengan lama haid kurang lebih 5 sampai 7 hari. Kira
kira 1 sampai 2 kali ganti pembalut setiap harinya.
Riwayat haid terkahir sekitar 7 hari yang lalu dan belum pernah berhubungan
dengan suami sejak haid terkahir.
Saat ini pasien sudah memiliki 2 orang anak. Dan ank terakhir berusia 1 tahun dan
anak pertama berusia 5 tahun. Riwayat kontrasepsi sebelumnya yaitu
menggunakan kb suntikan 3 bulan setelah melahirkan anak pertama. Tidak ada
keluhanselama penggunaan KB.
Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit alergi tidak ada ,asma tidak ada,
hipertensi dan diabetes tidak ada, riwayat kelaian perdarahan tidak ada, riwayat
kanker atau tumor sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit kista sebelumnya tidak
ada. riwayat penyakit hati dan ginjal tidak ada.
Pemeriksaan fisis:
Kondisi umum: kesadaran kompos mentis , sehat dan gizi baik.
Tanda Vital:
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Nadi: 80x/menit
Pernafasan: 20x/menit
Suhu: 36,5 *C

86
BB: 70 Kg, TB: 159 cm , IMT: 27,6 Kg/m2 (overweight)
Kepala dan leher: Konjungtiva pucat(-), sklera ikterik (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1, Hidung : rhinorrhea (-), telinga : cerumen
minimal, tidaka da tanda peradangan, otorrhea (-).pembesaran KGB (-).
Thorax:
Inspeksi: simetris kiri=kanan, retraksi (-)
Palpasi: sela iga kiri=kanan
Perkusi: Sonor kiri=kanan
Auskultasi: Rh (-/-) Wh (-/-), BJ I/II Reguler tidak ada murmur.
Abdomen: Cembung, nyeri tekan tidak ada, pembesaran hepar dan lien tidak
ada, fundus tidak teraba
Ekstremitas: tidak ada kelainan, edema tidak ada, CRT< 2 det, turgor kulit
baik
Pemriksaan laboratorium: tidak dilakukan pemeriksaan khusus
Setelah diberikan penjelasan terkait jenis kontrasepsi, pasien tetap ingin
melanjutkan kontrasepsi oral. adapun prosedur pelaksanaan Kontrasepsi Oral 28
Hari yaitu:
Prosedur Kontrasepsi Oral
1. Mencuci tangan, memberikan informasi tentang KB yang tersedia,
anamnesa data pasien, menjelaskan prosedur dan tujuannya. Memberikan
kesempatan ibu untuk memilih jenis kontrasepsi yang diinginkan
selanjutnya konseling khusus terkait kontrasepsi pilihan.
2. Dilakukan penapisan :HPHT, paritas, riwayat persalinan, dll. setelah klien
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta timbang berat badan,
3. Memberikan persetujuan tertulis inform consent pada acceptor untuk
ditanda tangani sebagai persetujuan penggunaan kontrasepsi
4. Penjelaskan kepada pasien tentang cara konsumsi KB pil kombinasi
28 hari
5. Pasien harus minum Pil KB sebanyak 1 kali perhari pada jam yang
sama dengan mengikuti alurpada kemasan
6. Kombbinasi pil kontrasepsi oral kombinasi dimulai pada haripertama
siklus haid atau dalam 4 hari berikutnya.
7. Jika konsumsiobat dimulai setelah 5 hari setelah siklus, harus
digunakan metode kontrasepsi tambahan seperti penggunaan
KOndom.

87
8. Karena pasien mendapatkan pil KB 28 tablet, pasien dapat memulai
konsumsi kemasan berikutnya seger setelah habis. Sebanyak 7 tablet
terakhir pil KB 28 hari tidak mengandung hormon.
9. Jika lupa meminum obat, waktu dan durasi keterlambatan
minumobat sangat penting untuk menentukan penanganannya.
Pasien yang lupa minum pil 2 hari berturut turut memiliki resiko
kehamilan yang cukup tinggi sehngga perlu metode kontrasepsi
tambahan.
10. Dokumentasikan/ Lakukan pecatatan hasil , pasien diberi kartu Akseptor
dan jadwal kunjungan selanjutnya
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan KB berjalan lancar dan sesuai rencana
Pelaksanaan kb berjalan sesuai waktu dan tempat pelayanan kontrasepsi
Akseptor dapat memahami penjelasan yang diberikan terkait kontrasepsi
dan antusias untuk menggunakan kontrasepsi berdasarkan pilihannya
Prosedur pemberian kontrasepsi berjalan dengan lancar.
Evaluasi selanjutnya adalah dengan penentuan jadwal kontrol untuk pengambilan
obat PIL KB ,dan apabila ada efek samping dan komplikasi pelayanan KB
khususnya bagi peserta baru. Pasien juga dijelaskan tentang kontrasepsi darurat
jika lupa minum obat setelah melakukan hubungan dan untuk segera datangke
puskesmas untuk memeriksakan kehamilan. Pada pasien ini juga diberikan obat
terkait keluhan pasien yang didiagnosis dengan keluhan dyspepsia, yaitu :
omeprazole tab 20 mg yang dikonsumsi dua kali sehari 1 jam sampai 30 menit
sebelum makan pagi dan malam. Dan diberikan vitamin serta obat paket PIL KB
untuk 28 hari. Kegiatan ini tetap memperhatikan protokol kesehatan terhadap
infeksi virus COVID-19.
Pada pasien ini dianjurkan untuk datang kontrol rutin jika ada keluhan bermakna
atau sesuai jadwal selanjutnya yaitu pada tanggal 08 Juni 2022

IMD ASI EKSLUSIF 2 LAPORAN


KONSELING DAN EDUKASI IMD DAN ASI EKSLUSIF NY RW
LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). Sejak bayi lepas
dari plasenta pemberian Asi sangat dianjurkan dengan pengenalan kepada bayi
sejak dilahirkan yaitu dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dimana bayi yang
dilahirkan baik melalui persalinan normal utamanya langsugn diarahkan untuk

88
dilakukan IMD selain untuk menguji kepekaan dan juga untuk melatih bayi sejak
pertama kali kehidupan diluar rahim.
Pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan asupan gizi, status kesehatan sebab
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi dan
antibodi untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi yang signifikan bermanfaat pada
saat anak memasuki usia balita.
Pentingnya pemberian ASI eksklusif tercantum pada UU Nomor 36 Tahun 2009
pasal 128 yang mengatur tentang ASI eksklusif terutama pada ayat 1 bahwa setiap
anak berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan.Hal
ini diperkuat pada PP Nomor 33 Tahun 2012 yang mengatur tentang pemberian
ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin hak bayi mendapatkan ASI eksklusif,
perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI serta meningkatkan peran dan
dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Intensitas konseling juga merupakan salah satu yang mempengaruhi peningkatan
pengetahuan ibu, sehingga semakin sering terjadi kontak antara ibu dan konselor
maka semakin sering ibu mendapatkan informasi yang secara tidak langsung
meningkatkan pengetahuan ibu. Manfaat lain dari intensitas konseling yang sering
adalah adanya pengulangan informasi yang menjadi faktor pendukung dalam
pemahaman ibu terhadap informasi tersebut. Informasi atau pengetahuan yang
sering dan berulang-ulang dapat meningkatkan retensi pengetahuan seseorang.
PERMASALAHAN
Masih ada Ibu yang Enggan mencoba memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
dengan alasan ASI nya sedikit,
Masih ada ibu yang sudah menambahkan SUSU FORMULA pada bayi yang
seharusnya hanya mengkonsumsi ASI EKSKLUSIF.

JUDUL :Konseling Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Ny. RP


Pada Ibu post-partum
IDENTITAS
NY. RP. 18 tahun, P1 A0 , persalianan normal pervaginam pada usia kehamilan
38 minggu. melahirkan anak pertamanya dengan BBL : 2600 Gram, PBL: 47 cm ,

89
dan LK: 28 cm.
PELAKSANAAN
Topik Kegiatan : Konseling dan Edukasi IMD dan ASI EKSLUSIF
WAKTU DAN TEMPAT
Hari / Tanggal : Kamis / 14 April 2022
Tempat : Puskesmas Kumbewaha
Waktu: 10.00 WITA s/d Selesai / 13.00 WITA – Selesai
Metode : Ceramah , Edukasi dan Praktik
Media : Tidak ada media khusus
Pelaksana : Dokter Umum Interensip , Bidan Penanggung Jawab Program
Peserta : Ibu yang baru saja melahirkan anaknya secara normal pervaginam di
Puskesmas Kumbewaha
Ringkasan pelaksanaan :
Kegiatan ini dilakukan pada ibu yang baru saja melahirkan di puskesmas, dimana
ibu yang baru selesai melahirkan, diberikan edukasi untuk dilakukan IMD pada
bayinya secara langsung .
Adapun keterangan terkait Pasien yaitu :
ny. RP 18 tahun , P1A0, melahirkan anak pertamanya dengan usia bayi 38 minggu
atau cukup bulan , dengan ketuban Jernih, lahir spontan pervaginam , segera
menangis, gerakan aktif, ketuban jernih. BB: 2600 gram, PBL: 47 cm , dan LK:
28 cm.

Setelah itu tahapan persiapan untuk IMD pada bayi ini :

Persiapan Pasien
Persiapan pasien didahului dengan edukasi saat pemeriksaan antenatal
mengenai prosedur pelaksanaan IMD pada ibu dan juga keluarga yang menemani
proses persalinan. Sebelumnya memastikan tidak ada kontraindikasi pelaksanaan
IMD dan faktor-faktor lain yang dapat menghambat. Ibu dan keluarganya
diharapkan mampu menjaga agar bayi tidak terjatuh selama proses IMD.

Peralatan

90
Peralatan yang diperlukan adalah selimut dan topi bayi untuk menjaga
tubuh bayi tetap hangat jika ruang persalinan dingin.[20]
Posisi Pasien
Ibu dalam posisi terlentang, bayi diletakkan dalam posisi telungkup di
antara perut dan payudara ibu.

Langkah langkah IMD

Prosedural IMD meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Setelah bayi lahir dan pemotongan tali pusat dilakukan, apabila bayi tidak
membutuhkan resusitasi maupun tindakan medis lainnya, cukup keringkan
bagian kepala wajah, dan bagian tubuh bayi lainnya kecuali kedua tangan
bayi
2. Bayi diletakkan dalam posisi tengkurap di antara dada dan perut ibu, jika
bayi lahir dengan operasi sesar, bayi diletakkan di atas dada ibu. Kepala
bayi diposisikan menghadap ke arah kepala ibu
3. Kedua tangan bayi diletakkan di dekat kedua puting ibu. Aroma dari sisa
cairan amnion pada tangan bayi akan membantu mengarahkannya untuk
mencari puting payudara ibu yang memiliki aroma serupa.Oleh karena itu
area dada ibu juga tidak boleh dibersihkan untuk mempermudah proses
bayi menemukan puting ibu
4. Jika ruangan persalinan dingin, selimuti bagian tubuh bayi dan ibu dan
kenakan topi di kepala bayi
5. Setelah 12–44 menit, bayi akan mulai bergerak dengan menendang dan
menggerakkan lengan dan mulai mencari puting
6. Umumnya, bayi mulai dapat menemukan puting dan mulai menyusu pada
menit ke 27–71. Durasi menyusu pertama ini biasanya berlangsung hanya
sebentar, sekitar 15 menit, tetapi kontak kulit dengan kulit dapat
dilanjutkan hingga 1 jam
7. Selama proses IMD, bayi harus dijaga agar tetap hangat, dijaga agar tidak
terjatuh, dan dipastikan tidak ada hambatan pada jalan napas bayi
8. Observasi terhadap kesadaran dan tanda vital ibu juga harus dilakukan
sebagaimana mestinya. Jika kondisi ibu atau bayi menjadi tidak stabil,
proses IMD harus segera dihentikan
Setelah kegiatan IMD ibu dan keluarga diberikan motivasi untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai definisi dan manfaat Inisiasi Menyusu Dini dan Asi

91
Ekslusif yang meliputi pentingnya pemberian ASI selama 6 bulan pertama,
perawatan payudara, posisi menyusui dan perlekatan bayi, ketidakcukupan ASI,
Penyimpanan dan cara penyajian ASI perah.
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan IMD berjalan lancar
Pemantauan bayi saat IMD dilakukann setiap 15 menit
Pemantauan meliputi posisi hidung dan mulut bayi tidak terhalang, warna kulit
pink, pernafasan dan suhu tubuh tetap normal, ibu dan bayi tidak pernah ditinggal
sendirian.
Bayi mendapatkan putting susu ibu sebelium 1 jam.
Penyampaian informasi kepada sasaran dengan metode yang baik akan
menignkatkan pengetahuan para ibu hamil, tentang IMD dan ASI Ekslusif
sehingga ibu mulai paham dan antusias untuk memberikan ASI Ekslusif sebaik
mungkin pada anaknya.
Setelah IMD dilakukan jaga bayi agar suhu tubuh tetap hangat dan tempatkan ibu
dan bayi di ruangan yang sama.

F4 PELAYANAN GIZI
MONITORING BAYI DAN ANAK 5 LAPORAN KEGIATAN
Dokter buat dalam kelompok umur 0-6 bulan, 6-12 bulan, 12-18 bulan, 0-24 bulan
( sama format laporannya tp lokasi berbeda) dan 24 – 60 bulan ( ada tambahan
dalam laporannya)
KEGIATAN 1 POSYANDU WABOKO BOKO
Judul : Monitoring pertumbuhan & perkembangan Bayi/anak balita di Posyandu
Waboko Boko Desa Labuandiri
Identitas : Bayi kelompok umur 0-6 bulan yang berkunjung di Posyandu
Waboko Boko
LATAR BELAKANG:
Seribu hari pertama kehidupan atau yang dikenal usia anak sejak
masih dalam kandungan mulai dari proses pembuahan sampai usia 2 tahun
merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada usia ini merupakan masa emas “Golden Periode”

92
untuk perkembangan dan pertumbuhan anak sehingga sangat penting untuk
dilakukan pemantauan secara berkala dalam mengawal pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pertumbuhan rata rata anak usia 2 tahun sudah hampir mencapai
setengah dari tinggi badan orang dewasa, dengan kapasitas perkembangan
otak sudah mencapai sekitar 80% dari otak orang dewasa. Walaupun masa 2
tahun ini terbilang periode yang sangat singkat atau pendek tapi mulai dari
sinilah awal bagi anak untuk mulai menyesuaikan dan menerima berbagai
hal dari luar lingkungannya. Yang kesemuanya itu perlu peran yang sangat
besar bagi orang tua maupun kita semua yang berada di sekitarnya untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kita sebagai orang
tua ataupun yang berada dekat dengan mereka harus betul memanfaatkan
periode ini , memberikan stimulasi yang positif, mulai dari masukan untuk
pembelajaran nilai nilai moral yang baik, contoh yang baik, memberikan
nutrisi yang seimbang serta pelayanan kesehatan yang terbaik untuk anak.
Adapun strategi yang bisa kita lakukan untuk pemantauan tumbuh
kembang dengan cara pemantauan berkala pada bayi balita mulai dari usia
0-12 bulan dengan pengukuran setiap bulan, usia 1- 3 tahun setiap 3 bulan,
usia 4- 6 tahun setiap 6 bulan dan 6 sampai 18 tahun setiap 1 tahun. Selain
itu tujuan kegiatan pemantaaun ini sekaligus sebagai proses skrining untuk
menemukan sedini mungkin adanya masalah seperti:
-Penyimpangan pertumbuhan: misalnya status gizi kurang atau buruk, anak
pendek.
-Penyimpangan perkembangan: misalnya terlambat bicara.
-Penyimpangan mental emosional anak: misal gangguan konsentrasi dan
hiperaktif.
Diharapkan dengan demikin orang tua juga dapat mengetahui
pertumbuhan anak dan perkembangannya ,selain itu juga untuk menindak
lanjuti segera mungkin pada beberapa kondisi yang ditemukan agar
memberikan hasil yang lebih baik.

93
PERMASALAHAN
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan masih menjadi masalah yang
cukup tinggi kuhususnya di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
2018, anak bayi balita dengan kasus gizi buruk masih dalam kisaran 13, 8 % dari
tahun 2013 mencapai 13, 9 %, dan kejadian anak dengan perawatan pendek
mencapai 29,9% dengan rincian perawakan sangat pendek mencapai 12, 8 % dan
perawakan pendek mencapai 17,1%.
Dari data tersebut masih menunjukkan tingginya angka gangguan
pertumbuhan anak di Indonesia yang tentunya juga berpengaruh terhadap
perkembangan mereka. Dari sinilah seharusnya kita bisa melihat gambaran untuk
segera meninjau dan menindak lanjuti masalah ini , dengan peran tenaga
kesehatan dan juga khususnya kepedulian oran tua terhadap anaknya agar masalah
penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan lanjutan bisa kita hindari sedini
mungkin.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi:
Monitoring pertumbuhan & perkembangan Bayi/anak balita di Posyandu Waboko
Boko Desa Labuandiri
Pelaksanaan:
Kegiatan Monitoring Tumbuh Kembang Bayi kelompok umur 0-6 bulan di
Posyandu Waboko Boko Desa Labuandiri
Hari/tanggal : Selasa 8 Maret 2022
Pukul : 09.00 WITA s/d selesai
Tempat : Posyandu Waboko Boko Desa Labuandiri
Sasaran : Bayi kelompok umur 0-6 bulan yang berkunjung di Posyandu Waboko
Boko
Media : Timbangan Dacin, Pengukur Panjang bayi, Pita pengukur lingkar kepala,
Buku KIA, KMS dan KPSP
Metode : Pemeriksaan langsung, edukasi dan konseling
Proses pelaksanaan:
Kegiatan diawali dengan pendataan bayi kelompok umur 0-6 bulan yang
berkunjung ke Posyandu, kemudian dilanjutkan dengan penimbangan berat badan

94
dan pengukuran panjang badan. Hasil pengukuran diinterpretasikan
menggunakan grafik/table BB/U, grafik/table BB/PB, grafik/tablePB/U.
Kemudian dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi dan hasilnya
diinterpretasikan menggunakan grafik Lingkar Kepala. Selanjutnya dilakukan
penilaian perkembangan balita menggunakan kuisioner KPSP sesuai usia. Selain
itu dilakukan Tes Daya Dengar dengan menggunakan instrument TDD sesuai
usia anak dan dinterpretasikan.
Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 orang anak kelompok umur 0-6 bulan,
didapatkan:
Jumlah anak yang memiliki status gizi normal: 11 orang anak, status gizi kurus: 2
orang anak, sangat kurus: 0 orang anak ,dan status gizi berlebih/ gemuk: 6 orang
Jumlah anak yang memiliki LKA normal: 19 orang anak , dan
mikrosefal/makrosefal: 0 orang anak
Jumlah anak dengan gangguan Perkembangan Sesuai: 16 orang anak ,
Meragukan: 3 orangg anak dan Menyimpang : 0 orang anak.
Jumlah anak dengan gangguan Daya Dengar Normal : 19 orang anak dan Curiga
ada gangguan:0 orang
Ibu bayi/anak tersebut juga diberikan edukasi konseling mengenai tumbuh
kembang bayi/anak.
Petugas yang terlibat: Dokter Internship, petugas posyandu, kader.
MONITORING DAN EVALUASI
• Kegiatan Posyandu terlaksana sesuai jadwal yang direncanakan
• Kegiatan Posyandu dapat hadir sesuai rencana
• Ibu aktif dalam kegiatan penimbangan berat badan bayi/anaknya dan penilaian
perkembangan bayi/anaknya.
• Dengan adanya penilaian tumbuh kembang ini, diharapkan ibu rutin membawa
anaknya ke Posyandu sehingga dapat memantau pertumbuhan/perkembangan
bayi/anaknya dan Diharapkan ibu terus memberikan stimulasi pada bayi sehingga
bayi dapat tumbuh dan berkembang sesuai usianya.
DETEKSI STUNTING 2 LAPORAN KASUS
KASUS 1
IDENTITAS
Nama : An. GH (Laki-laki )
Tgl lahir: 15-08-2018
Usia : 43 bulan (3 tahun 7 bulan)
BB : 10.2 kg

95
TB : 89 cm
Status Gizi Berdasarkan
Hasil Antropometri (Kurva WHO Birth to 5 year)
BB/U : -3 SD sampai dengan < -2 SD ( -3.32 ) (sangat Kurus)
TB/U : -3 SD sampai dengan < -2 SD ( -2.74 ) (Pendek)
BB/TB : -3 SD sampai dengan < -2 SD ( -2.78 ) (Gizi Kurang)
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang wajib diperhatikan
sejak usia dini. Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan akan berakibat
terhadap kesejahteraaan dan masa depan anak. Salah satu gangguan dalam
pertumbuhan anak yang saat ini sedang marak dibicarakan adalah stunting .
Menurut WHO , Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang diakibatkan oleh malnutrisi yang kronik (gizi buruk), infeksi berulang, dan
stimulasi psikososial yang inadekuat ( tidak punya cukup kesempatan untuk
bermain dan belajar). Stunting menyebabkan anak tidak mencapai pertumbuhan
dan potensi kognitif yang optimal. Masih banyak perdebatan terkait istilah
stunting dimana kebanyakan stunting diartikan sebagai kasus malnutrisi atau
perawakan yang pendek saja padahal stunting meliputi banyak aspek dari segi
pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum untuk istilah stunting meliputi
nutritional stunting atau perawakan pendek karena malnutrisi.
Pada 1000 hari pertama kehidupan sejak masa konsepsi hingga usia 2
tahunmerupakan masa emas dalam pertumbuan dan perkemabnagn anak.
Sehingga pada usia ini perlu diperhatikan sebagai salah satu faktor resiko usia
yang menjadi penyebab awal mula stunting.
Untuk mencegah terjadinya stunting diperlukan penanganan yang
komprehensif terhadap semua pihak yang terkait dengan pertumbuhan anak yaitu
orang tua terutama ibu, keluarga, lingkungan serta tenaga kesehatan dalam
melakukan pemantauan pertumbuhan anak. Berbagai upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka menanggulangi terjadinya stunting terdapat lima pilar
penanganan stunting yaitu 1) komitmen dan visi pimpinan tertinggi Negara, 2)
kampanye nasional berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen
politik dan akuntabilitas, 3) konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program
nasional, daerah, dan masyarakat, 4) mendorong kebijakan “nutritional food
security”, 5) pemantauan dan evaluasi. Kelima pilar tersebut dilakukan secara
terintegrasi dan saling terkait antar komponen .
Oleh karenanya, sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
stunting di Kecamatan Siotapina Wilayah kerja Puskesmas Kumbewaha dilakukan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui deteksi dini dan edukasi terhadap
orang tua balita, sehingga diharapkan stunting dapat dicegah dan diatasi sedini
mungkin. Baik melalui program yang diajalnkan posyandu maupun melalui

96
sweeping lapangan dengan ini diharapkan dapat mengatasi dan mengurangi
kejadian stunting.
PERMASALAHAN
Secara global kasus stunting sendiri masih sangat tinggi begitu juga di
Indonesia. Stunting diperkirakan dialami oleh 21,9% balita atau 194 juta anak
balita di seluruh dunia pada tahun 2018. Di asia tenggara diperkirakan sekitar
14,4juta balita mengalami stunting. Sementara itu Berdasarkan hasil RISKESDAS
2018 menyatakan bahwa masih ada 30% balita di Indonesia dengan masalah
stunting, meskipun kasus ini menurun dari tahun ketahun akan tetapi sejumlah ini
masih sangat besar dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Secara
stunting walaupun bukan penyebab utama mortalitas akan tetapi stunting dapat
meningkatkan mnorbiditas dan mortalitas infeksi, terutama pneumonia dan diare,
serta sepsis, tuberculosis paru, meningitis dan hepatitis.
Sejak tahun 2021 angka atau prevalensi stunting khususnya di daerah
buton mencapai 21,32 % dari semua jumlah bayi yang terdeteksi. Jumlah ini
merupakan kasus yang sangat tinggi dan perlu menjadi perhatian khusus
dimasyarakat utamanya dalam ruang lingkup kesehatan.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Topik kegiatan : Deteksi Dini Kasus Stunting di Wilayah Puskesmas Kumbewaha
Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Jumat , 18 maret 2022
Pukul : 08.30 WITA – SELESAI
Tempat : Posyandu Wopumaru Desa Manuru
Metode : Skrining , Edukasi dan Konseling
Media : Buku KIA dan Alat Ukur Antropometri ( Dacing dan meteran)
Sasaran : Bayi Balita usia 0- 60 bulan yang termasuk dalam wilayah Puskesmas
Kumbewaha
Pelaksana : Dokter Umum Interensip, Penanggung Jawab Program, petugas Gizi
dan Kader Posyandu
Pelaksanaan :
Awalnya dilakukan pendataan terhadap bayi dan balita yang datang berkunjung ke
posyandu
Selanjutnya dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan bayi/balita,lingkar
kepala dan dilakukan skrining perkembangan KPSP sesuai usia

97
Dilakukan pengisian buku KIA dan Ploting pada kurva pertumbuhan, jika
didapatkan kondisimenyimpang diarahkan untuk mendapatkan konseling khusus.
Berdasarkan temuan kasus Stunting , selantunya akan dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik lanjutan dan edukasi terkait temuan kasus, kondisi bayi dan
balita kepada ibu, dampak atau efek jangka panjang , masalah kesehatan
yangmenjadi penyebab , dan bagaimana penanganannya.
Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan kondisi kesehatan tertentu dan rujukan
kasus jika perlu pada kondisi khsuus yang membutuhkan penanganan dokter
tumbuh kembang anak, serta .pemberian intervensi berupa pengaturan gizi/ nutrisi
harian bayi/balita,
Dokumentasi temuan kasus stunting , Pemberian edukasi dan konseling tentang
kepatuhan pemberian pengobatan dan nutrisi anak dan kontrol rutin setiap
bulannya. Perbaikan sanitasi lingkungan serta edukasi ibu terkait perilaku hidup
bersih dan sehat
Adapun pasien bayi/balita pada kegiatan kali ini:
IDENTITAS
Nama : An. GH (Laki-laki )
Tgl lahir: 15-08-2018
Usia : 43 bulan (3 tahun 7 bulan)
BB : 10.2 kg
TB : 89 cm
Status Gizi Berdasarkan
Hasil Antropometri (Kurva WHO Birth to 5 year)
BB/U : -3 SD sampai dengan < -2 SD ( -3.32 ) (sangat Kurus)
TB/U : -3 SD sampai dengan < -2 SD ( -2.74 ) (Pendek)
BB/TB : -3 SD sampai dengan < -2 SD ( -2.78 ) (Gizi Kurang)
Berdasarkan temuan diatas bayi/balita termasuk dalam nutritional Stunting

Anamnesis:
Sata ini anak dengan kondisi batuk sudah sejak lama dan kambuh kambuhan.
Selain itu pasien juga sering terkena flu yang berkepanjangan dan butuh waktu
lama untuk penyembuhan. Nafsu makan yang tidak baik saat sakit ,penignkatan
berat badanyang tidak mencapai target sesuai usianya sejak usia 2 tahun. Konsisi
saat ini anak sedang batuk sesekali namun sudah perbaikan , tidak beribat ke
puskesmas. Hanya membeliobat batuk warung. Riwayat demam pernah namun
sekrang sudah tidak lagi. Diare tidak ada. mual danmuntah tidak ada. buang air
besar dan buang air kecil speerti biasa. Riwayat penyakit kejang demam
sebelumnya tidak ada.

Riwayat kelahiran :

98
Riwayat kelahiran Anak lahir normal pervaginam dibantu oleh bidan dan dukun
bersalin dengan berat badan 2500 gram dann panjang badan 48 cm, cukup bulan
dan sesuai masa kehamilan. Tidak ada kelainan setelah lahir. Pasien merupakan
anak kedua dengan jarak lahir sekitar 2 tahun.
Riwayat ASI Eksklusif tidak sampai 6 bulan hanya sampai 4 bulan dilanjutkan
susu formula dan makanan tambahan MPASI. sekarang sudah diberikan makanan
rumah sejak usia dua tahun lebih. Anak malas makan nasi maupun ikan dan jarang
diberikan tambahan susu formula, namun hingga saat ini sudah diberikan susu
formula dan makanan tambahan berupa biscuit. Riwayat imunisasi anak lengkap
sampai usia 9bulan dan untuk imunisasi kejar belum karena kondisi anak yang
sering sakit. dan juga pemberian vitamin A sudah

Riwayat kehamilan ibu : Kondisi ibu saat mengandung dalam keadaan baik, tidak
ada kelainan tertentu, riwayat penyakit tiroid sebelumnya tidak ada dalam
keluarga, pertambahan beratbadan ibu selama hamil juga baik.

Riwayat keluarga : Ayah bekerja sebagai nelayan dan Ibu tidak bekerja (Ibu
Rumah Tangga). Riwayat keluarga dengan batuk lama tidak ada berobat paket
sebelumnya tidak ada. riwayat keluarga dengan perawakan pendek sebelumnya
tidak ada. gangguan tiroid/gondok sebelumnya tidak ada, riwayat hipertensi dan
diabetes sebelumnya tidak ada.

Pemeriksaan Fisis :
KU: Composmentis , sakit sedang , Gzi kurang.
Nadi : 90x/menit, pernafasan: 24x / menit dan Suhu : 36,5 * C.
Pemeriksaan Head to toe
kepala: normocefal, mata: ikterik tidak ada, konjungtiva pucat tidak, mulut
tidak ada peradangan , karies pada gigi ada minimal. Faring :hperemis ,
tonsil t1-t2, detritus tidak ada. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Hidung : rhinore ada, edema concha ada pada notril sinistra, Telinga :
othotrrea tidak ada, cerumen ada minimal. Kering dan tidak lengket. Tanda
peradangan lainnya tidak ada. leher : kelaian pada legher tidak ada,
pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.
thorax :
bunyi nafas bronchovesicule, wheezing dan ronkhi tidak ada. bunyi nafas
tambahan tidak ada. perkusi sonor, palpasi iga tampak gambang, krepitasi
tidak ada.
bunyi jantung 1/II murni regular, tidak ada murmur.

99
Abdomen :
Sedikit cembung , peristaltic normal, erkusi timpani, nyeri tekan tidak
tampak, pembesaran lien dan hepar tidak ada.
Ekstremitas : tidak ada kelainan, simetris kiri dankanan, edema tidak ada,
turgor kulit kering, CRT < 2 Detk , normal.
MONITORING EVALUASI
Kegiatan ini berlangsung sesuai rencana dan berjalan lancar
Pelaksaan kegiatan berjalan tepat waktu
Skrining pertumbuhan dan perkembangan untuk deteksi dini stunting saant
antusias diikuti oleh peserta
ibu / orangtua yang anaknya terdeteksi dengan kondisi stunting turut aktif dan
antusias untuk memperbaiki kondisi anaknya kedepan
setelah kegiatan ini ibu menajdi lebih paham terkait masalah stunting , bahaya
stunting terhadap masa depan anak, bagaimana pencegahaannya dan
penanganannya kedepannya.
Diharapkan denagn adanya kegiatan ini antusiasme ibu atau orang tua menjadi
lebih tinggi dalam mencegah terjadinya stunting pada anaknya dan dapt
mengimplementasikan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat
berbagi informasi kepada masyarakat lainnya yang dapat membantu dalam
mencegah tigginya kasus stunting. Adapun ibu dengan anak stunting diberikan
edukasi untuk selalu datang memeriksakan kondisi kesehatannya settiap bulannya
untuk memantau pertumbuan dan perkembangan anaknya. Setelah intervensi
nutrisi dan pengobatan akan dilaukan kontrol rutin saat pengobatannya. Atau
segera ke pelayanan kesehatan jika ada ondisi tertentu pada anak yang semakin
berat.
SUMPLEMENTASI GIZI 2 LAPORAN KEGIATAN
Sesuaikan dengan jenis pemberian suplemen, untuk VIT A perkelompok,
PMT Bumil/Stunting perpasien
PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN A PADA ANAK DI POSYANDU
CAKALANG 1 DESA HOLIMOMBO JAYA
IDENTITAS PASIEN
Bayi/Balita Berusia 6 bulan sampai 59 bulan yang datang berkunjung ke
posyandu Cakalang 1 Desa Holimombo Jaya

100
LATAR BELAKANG
Pemberian suplemen vitamin A adalah program intervensi pemberian
kapsul vitamin A bagi anak usia 6 sampai 59 bulan dan ibu nifas yang bertujuan
untuk m,encegah kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan vitamin A
(KVA) yang masih cukup tinggi pada balita.
Setiap bulan Februari dan Agustus yang merupakan Bulan pemberian
Vitamin A, diposyandu atau di fasilitas kesehatan dibagikan vitamin A secara
gratis untuk anak balita. Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah
yang tersebar di seluruh dunia terutama di Negara berkembang dan dapat terjadi
pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan . Salah satu dampak kurang
vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6
bulan s/d 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Pemberian vitamin A sebanyak 2 kali dalam satu tahun dibuktikan dapat
mencegah kekurangan vitamin A dan kebuatan Senja , yang juga meningkatkan
kekebaklan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada
balita , karena vitamin A dapat mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit
yang sering terjadi pada penyakit campak dan diare.
PERMASALAHAN
Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang
Energi Protein (KEP) atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat
kurang,termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita
kurang vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut,campak,cacar air,diare dan infeksi lain karena daya tahan anak
menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A dapat juga terjadi pada keluarga
dengan penghasilan cukup.Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang
tua terutama ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga
dapat menyebabkan kekurangan vitamin A. Sehingga dilakukan pemberian
vitamin A dan langsung di konsumsi saat itu untuk memastikan anak sudah
mendapatkan vitamin A.
PELAKSANAAN
Kegiatan Bayi/Balita Berusia 6 bulan sampai 59 bulan yang datang
berkunjung ke posyandu Cakalang 1 Desa Holimombo Jaya

101
Waktu Dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat, 5 Agustus 2022
Pukul : 08.00 s/d Selesai
Tempat : Posyandu Cakalang 1
Metode : Edukasi dan Konseling , Pembagian tablet Vitamin A
Sasaran : Bayi/Balita Berusia 6 bulan sampai 59 bulan yang datang
berkunjung ke posyandu Cakalang 1 Desa Holimombo Jaya
Pelaksana : Dokter Umum Interensip , Bidan Penanggung Jawab Program
Pelaksaaan Kegiatan :
Kegiatan ini diawali dengan melakukan pendataan anak bayi / balita yang
disesuaikan dengan berdasarkan usia 6-11 bulan dan 12-59 bulan.
Setelah itu dilakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan anak
Bayi balita yang telah dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan
diarahkan untuk dilakukan edukasi dan konseling terkait pemberian vitamin
A, mulai dari apa itu vitamin A, manfaat vitamin A , cara pemberian , dan
bahaya yang ditimbulkan jika anak kekurangan Vitamin A.
Pembagian Vitamin A sesuai Usia , diberikan Tablet Biru (100.000 SI) Untuk
anak bayi usia 6-11 bulan, dan Tablet merah (200.000 SI) untuk anak usia
balita 12-59 bulan.
Cara pemberian vitamin A:
1. Melakukan cuci tangan rutin
2. Memastikan anak belum mendapatkan vitamin A sekitar 6 bulan
sebelumnya
3. Persiapkan bayi/balita dalam posisi duduk atau dipangku oleh orang
tuanya
4. Siapkan alat berupa gunting dan Caapsul vitamin A , disesuaikan usia
5. Potong ujung kapsul dengan gunting yang bersih atau steril
6. Arahkan kea rah mulut bayi dan pencet , pastikan anak menelan
semua isi kapsul dan tidak membuang sedikit pun isi kapsul
7. Untuk anak yang bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul
untuk diminum
8. Dilakukan dokumentasi dan pencatatan pemberian Tablet Vitamin A
pada Buku KIA

102
Adapun jumlah Bayi Balita yang hadir pada kegiatan ini sebanyak 9 bayi
usia antara 6-11 bulan dan 15 Balita usia 12-59 bulan.
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan Kegiatan berjalan dengan lancar dan sesuai yang diharapkan
Pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai waktu yang ditentukan
Peserta ibu yang membawa anaknya secara antusias dan aktif mengikuti
kegiatan sampai selesai
Setelah kegiatan ibu menjadi lebih paham terkait manfaat pemberian Vitamin
A untuk anaknya, dan bagaiamana peranan vitamin A dalam kesehatan dan
untuk masa depan anak.
Diharapkan setelah kegiatan Ini ibu lebih antusias untuk memperhatikan
segala kebutuhan gizi untuk anaknya termasuk salah satunya pemberian
suplemen vitamin A. sekaligus dapat mengajak masyarakat lainnya yang tidak
berkesempatan hadir membawa anaknya utnuk datang ke pelayanan kesehatan
untukmendapatkan vitamin A untuk anaknya. Selain itu dengan kegiatan ini
juga dapat mengurangi angka kejadian penyakit kelaian pada mata, komplikasi
campak dan diare. Adapun ibu diedukasi juga untuk mengikuti jadwal
pemberian vitamin A selanjutya yaitu setiap 6 bulan sekali.
PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH (TABET FE) PADA IBU HAMIL
IDENTITAS PASIEN
Ny.YR 35 Tahun, BB: 69 kg, TB: 160 cm , G2P1A0 Gravid 24 minggu.
Pekerjaan IRT. Belum pernah mengonsumsi Tablet Tambah Darah selama
Kehamilan.
LATAR BELAKANG
Pemberian suplemen tambahan berupa tablet tambah darah atau tablet fe
sangat penting untuk kesehatan terutama bagi mereka yang memiliki atau sedang
mengalami gejala kurang darah dan juga utamanya pada ibu hamil untuk
membantu pemenuhan gizi dan kebutuhan antara ibu dan janin yang sedang
dikandugnnya.
Indonesia di dalam jumlah Kematian Ibu, 359 per 100.000 kelahiran
hidup, hal disebabkan oleh penyebab langsung antara lain komplikasi perdarahan
yang bisa terjadi selama masa kehamilan, eklamsia, infeksi, nifas, partus macet,
emboli, dll, sedangkan untuk penyebab tidak langsung antara lain yaitu gangguan
pada masa kehamilan contohnya seperti kekurangan energi protein, kekurangan

103
energi kronis, dan anemia (Depkes RI, 2013). Di dunia, 34 % ibu hamil dengan
anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang. Menurut WHO pada
tahun 2005, terdapat anemia dalam kehamilan sebanyak 55 % di seluruh dunia.
Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia,yaitu ibuhamil
dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama
antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Di Indonesia, 63,5
% ibu hamil dengan anemia. Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar
62,3% berupa anemia defisiensi besi (ADB) (WHO,2005).
Mengingat beberapa hal tersebut menjadi dasar penting bagi kita untuk
membantu sekaligus membantu memantau dan memberikan suplemen tambahan
salah satunya berupa tablet tambah darah atau Fe baik pada remaja maupun ibu
hamil, untuk mencegah komplikasi komplikasi yang dapat ditimbulkan untuk ibu
dan janinnya. Menurut Riskesdas 2013 sekitar 89,1% ibu mengkonsumsi zat besi
selama kehamilan namun hanya 33,3% yang mendapatkan tablet besi hingga lebih
dari 90 tablet. Pemberian tablet besi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
anemia defisiensi besi pada ibu hamil, mencegah terjadinya perdarahan pada saat
persalinan, dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi janin dan dapat menurunkan
angka kematian ibu karena anemia ataupun perdarahan (Kemenkes,2013).
PERMASALAHAN
1. Tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilan di puskesmas sehingga sulit
untuk mengontrol tablet Fe saat pandemic Covid 19
2. Sebagian ibu hamil masih belum sadar tentang pentingnya mengkonsumsi
tablet Fe selama kehamilan
3. Banyak keluhan dari efek samping tablet Fe seperti mual sehingga banyak ibu
hamil yang enggan meminumnya.
4. Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya anemia pada ibu hamil dan skrining
awal anemia pada kehamilan.
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan yaitu dengan memberikan edukasi berkala tentang
pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah (tablet Fe) selama kehamilan dan
dibarengi dengan pembagian tablet Fe kepada ibu-ibu hamil saat kunjungan untuk

104
pemeriksaan Ante Natal Care (ANC). Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap
bulannya.
PELAKSANAAN
Kegiatan Pembagian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Kumbewaha
Hari/tanggal : Senin, 25 April 2022
Pukul : 09.00 s/d Selesai
Tempat : Puskesmas Kumbewaha
Metode : Edukasi dan Konseling , Pembagian tablet TTD
Sasaran : Ibu Hamil yang datang untuk kontrol ANC di Puseksmas Kumbewaha
Pelaksana : Dokter Umum Interensip , Bidan Penanggung Jawab Program
Pelaksaaan Kegiatan :
Kegiatan diawali dengan registrasi Ibu hamil yang memeriksakan diri ke
puskesmas
Dilanjutkan dengan pemeriksaan Antenatal care (anamnesisi, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan laboratorium)
Pemberian Tablet Tambah Darah
Dokumentasi kegiatan dan pencatatan dalam buku KIA
Adapun terkait pasien :
IDENTITAS
Nama : Ny. YR
Umur: Berusia 35 tahun
Berat Badan : 69 Kg
Tinggi Badan : 160 cm
Pekerjaan : IRT
saat ini sedang Hamil anak ke -2 , dengan usia Kehamilan 24 minggu. (G2P1A0
GRAVID 24 Minggu)
Anamnesis :

KU: pasien datang untuk kontrol kehamilannya


Riwayat Sekarang : saat ini pasien datang untuk melakukan kontrol
terhadap kehamilannya, saat ini tidak ada keluhan bermakna , hanya saja

105
kadang ibu merasakan adanya nyeriperut pada bagian bawah sesekali.
Keluhan pusing Kadang kadang namun tidak terlalau menganggu aktivitas,
sakit kepala tidak ada, keluhan mual dan muntah sebelumnya ada namun
tidak terlalu berat utamanya pada pagi hari dan pada awal awal kehamilan.
Demam tidak ada. batuk dan sesak tidak ada, penurunan berat badan tidak
ada, nafsu makan baik , nyeri perut bawah sesekali namun tidak
mengganggu aktivitas, nyeri ulu hati tidak ada, buang air besar lancar ,
buang air kecil normal namun lebi serign dari biasanya, nyeri saat berkemih
tidak ada, kencing terputus putus tidak ada, nyeri perut sekitar kemaluan
tidak ada. riwayat kencing bernanah atau darah tidak ada, kencing berpasir
tidak ada. keluhan lainnya tidak ada. riwayat konsumsi obat obatan selama
hamil tidak ada, pasien baru pertama kali memeriksakan kehamilannya
sejak kehamilan kedua.
Riwayat Obstetri :
Riwayat haid sebelumnya sejak usia 13 tahun ,dengan siklus teratur sekitar
28 hari dengan lama haid sekitar 6-7 hari. Prdarahan 1 sampai 2 kali ganti
pembalut sehari.
Riwayat HPHT : 04/10/2021 dengan Taksiran Persalinan tanggal 11/07/2022,
saat ini pasien belum pernah melakukan USG hanya berupa pemeriksaan
ANC di Posyandu.
Pasien saat ini sedang mengandung anak kedua , gerakan janin dirasakan
aktif, dengan jarak anak pertama sekitar 3 tahun , riwayat anak pertama
lahir dengan bb 3,2 kg, lahir secara normal dibantu oleh bidan.
Riwayat kontrasepsi sebelumnya ada yaitu menggunakan KB Suntikan 3
bulan setelah melahirkan anak pertama , tidak ada keluhan selama
penggunaan kontrasepsi sebelumnya.
Riwayat imunisasi TT: ibu sudah mendapatkan suntikan TT lengkap pada
kehamilan sebelumnya.
Riwayat penyakti dahulu : riwayat hipertensi dan diabetes tidak ada,
riwayat alergi dan asma tidak ada, riwayat kejang atau epilepsy sebelumnya
tidak ada, riwayat operasi sebelumnya tidak ada. riwayat penyakit tiroid
tidka ada, riwayat penyakit kanker dan kista sebelumnya tidak ada. riwayat
keputihan sebelumnya ada namun sudah membaik. Riwayat anemia
sebelumnya ada. sebelum kehamilan anak pertama.
Yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisis :
Pemeriksaan tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, pernafasan:
20x / menit dan Suhu : 36,5 * C. BB: 69 kg, TB: 160 cm, Lila 24,3 cm, IMT:
26,9 kg/m2

106
Keadaan umum pasien bumil , baik dan gizi cukup.
Pemeriksaan Head to toe: kepala: normocefal, mata: ikterik tidak ada,
konjungtiva pucat tidak, mulut tidak ada peradangan , karies pada gigi ada
minimal. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Paru-paru: ronkhi
dan wheezing tidak ada , bunyi nafas vesicular, jantung: bunyi jantung I/II
murni regular tidak didapatkan adanya murmur, abdomen tampak
cembung , ekstremitas tidak ada edema dan tanda tanda peradangan, CRT <
2 detik kesan normal
Pemeriksaan Leopold :
TFU : 20 cm , LP : 32, TBJ: 640 gram
Leopold 1: Tinggi fundus didapatkan settinggi 20 cm , dengan fundus berada
ditepi dan pada bagian fundus teraba bagian lebar dan lunak yaitu bokong
Leopold II: Teraba bagian lebar pada perut kanan dan bagian bagian kecil
dan lunak pada bagaian perut kiri kesan punggung kanan
Leopold III: bagian terendah janin didapatkan bagian padat keras dan bulat
kesan presentasi kepala .
Leopold IV: Perlimaan 5/5 kesan bagian terendah janin belum memasuki
pintu atas panggul,
pada pemeriksaan DJJ didapatkan 218 x/ menit bernilai normal.
Pemeriksaan laboratorium :
Hemoglobin : 11,4 gr/dl , GDS : 115 gr/dl,
HbsAg : negatif ( pada pemeriksaan sebelumnya)
HIV : Negatif
Sifilis : pemeriksaan strip kosong (belum tersedia)
Setelah dilakukan pemeriksaan pada ibu dilanjutkan dengan pemberian
tablet tambah darah selama 1 bulan pertama
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan Kegiatan berjalan dengan lancar dan sesuai yang diharapkan
Pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai waktu yang ditentukan
Peserta ibu hamil yang melakukan ANC cukup antusias dan aktif mengikuti
kegiatan pembagian suplemen TTD
Setelah kegiatan ibu menjadi lebih paham terkait kehamilannya , tanda dan
gejala anemia, bahaya anemia serta efek samping yang dapat terjadi saat

107
melahirkan dengan kondisi anemia.
Diharapkan setelah kegiatan pemberian TTD ini, konseling dan edukasi terkait
kehamilan pasien ibu menjadi lebih antusias lagi untuk tetap rutin melakukan
pemeriksaan antenatal care selanjutnya. Diharapkan ilmu yang diberikan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari. Pada hasil pemeriksaan ny.dn
didapatkan hasil dimana kesehatan ibu dan janin dalam kondisi baik . untuk
pemeriksaan USG akan dijadwalkan melalui jadwal kunjungan rumah sakit,
selanjutnya diberikan suplemen tambahan berupa tablet tambah darah dan
asam folat. Sebanyak 30 tablet pertama 1dd1 ( 90 Tablet selama kehamilan).
Adapun pasien diarahkan untuk datang pada bulan berikutnya untuk
mendapatkan tablet tambah darah tambahan sekaligus memeriksakan
kehamilannya.

F5 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

VAKSINASI DASAR/BIAS 5 LAPORAN KEGIATAN


PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR DI POSYANDU HOLIMOMBO
Identitas Sasaran
Bayi dan anak balita yang berusia antara 0 sampai 24 bulan di Desa Holimombo
yang belum mendapatkan imunisasi dasar
LATAR BELAKANG
Dalam program imunisasi , pemberian imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi
merupakan suatu keharusan. Sebagaimana tujuan yang akan dicapai imunisasi
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan
sangat berperan dalam menanggulangi masalah kesehatan. dengan demikian anak
yang diimunisasi tidak akan mudah tertular penyakit infeksi , tidak mudah
menderita sakit, pencegahan terjadinya wabah dan mencegah kemungkinan
terjadinya kematian akibat oenyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
paradigm sehat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan hal terpenting
dalam peningkatan suatu kesehatan. adapun pelaksanaan imunisasi utamanya pada
masyarakat yang masih menganggap tabuh masalah imunisasi masih menjadi
tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang sesuai dengan mutu pelaksanaan imunisasi itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya kegiatan imunisasi
(belum diimunisasinya seorang bayi), antara lain keterlibatan (kinerja) petugas
kesehatan dan partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua, terutama ibu sebagai
pengasuh bayi merupakan aktor penentu pemberian imunisasi pada seorang bayi
minimal sampai 9 bulan dan merupakan faktor utama dalam menentukan

108
keberhasilan pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan
banyaknya isu yang melingkupi sekaligus menjadi kendala dalam pelaksanaan
imunisasi bayi, antara lain: salah satu efek samping imunisasi (adanya reaksi
panas pada badan balita sehingga bayi atau anak dianggap sakit setelah
diimunisasi) sehingga orang tua menolak membawa anaknya untuk memperoleh
imunisasi. Selain faktor isu di atas, faktor kurangnya pengetahuan masyarakat
terutama ibu bayi tentang pentingnya imunisasi itu sendiri turut berperan penting
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan Imunisasi. Tentu saja faktor
pengetahuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari pendidikan kesehatan yang
dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini ibu balita tentang imunisasi.
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh di unit pelayanan kesehatan milik
pemerintah, seperti Rumah Sakit, Puskesmas bahkan Posyandu yang tersebar
diseluruh tanah air. Adapun imunisasi yang diberikan pada bayi diantaranya yaitu
pemberian pada bayi yang baru lahir/segera setelah lahir , bayi harus dibverikan
vaksin hepatitis B 0-7 hari (HB 0 ) 1 dosis. Kemudian pada usia 1 bulan diberikan
satu dosis imunisasi BCG dan Polio, kemudian pada usia dua, tiga dan empat
bulan diberikan imunisasi pentavalen dan imunisasi polio, dengan masing masing
satu dosis. Kemudian pada usia 9 bulan diberikan imunisasi campak. Adapun
imunisasi pentavalen yang dimaksudkan salah satunya yaitu Imunisasi DPT yang
merupakan salah satu imunisasi yang wajib diberikan pada bayi. DPT singkatan
dari Difteri Pertusis Tetanus, yaitu vaksin yang terbuat dari toksoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah dilemahkan.Imunisasi
ini bermanfaat mencegah infeksi penyakit difteri dan pertusis atau batuk 100 hari.
Tak hanya itu, selain dari program tetap dalam pelaksanaan posyandu yang
dilaksanakan setiap bulannya , pemerintah dan kementrian kesehatan juga
menggencarkan kegiatan khusus tiap tahunnya demi tercapainya kesehatan anak
dengan indikator imunisasi yang lengkap, salah satunya yaitu dalam memperingati
kesehatan anak nasional maka dilakukan juga pekan imunisasi serentak , Bulan
imunisasi anak nasional (BIAN) dengan program ini selain dilakukan sweeping
pada keluarga yang belum lengkap imunisasi anaknya tetapi juga dilakukan secara
door to door untuk memberikan imunisasi pada anak yang utamanya belum
menerima atau melakukan imunisasi lengkap.
PERMASALAHAN
Adapupun permasalahan yaitu
- Masyarakat masih banyak belum tau mengenai imunisasi dasar
- Masyarakat takut untuk anaknya diimunisasi karena KIPI.
- Masyarakat juga belum mengetahui bagaimana penanganan KIPI.

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


Pelaksanaan kegiatan Imunisasi :

109
Topik Kegiatan : Pelaksanaan Imunisasi Dasar di Posyandu Holimombo
Hari : Rabu, 09 Juni 2022
Pukul : 09.00 s/d Selesai
Tempat : Posyandu Holimombo, Desa Holimombo
Metode : Skrining, pemberian/penyuntikan Vaksin dan eduaksi perorangan
Media : Tidak ada media khusus
Sasaran : Bayi dan anak balita yang berusia antara 0 sampai 24 bulan di Desa
Holimombo yang belum mendapatkan imunisasi dasar
Pelaksana : Dokter umum Interensip, Pelaksana dan Penanggung jawab Imunisasi,
Kader Posyandu
Peserta : kegiatan ini dihadiri oleh orangtua , bayi dan balita yang akan melakukan
Imunisasi dasar.
Pelaksanaan kegiatan :
Kegiatan ini diawali dengan pendataan bayi balita yang datang ke posyandu
disesuaikan dengan jumlah bayi terdaftar sebelumnya dan bayi baru lahir.
Dilanjutkan Penimbangan.
Setelah Pendataan Imunisasi sesuai usia, selanjutnya bayi balita diskrining layak
imunisasi,kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi.
edukasi diberikan terkait imunisasi, manfaat dan tujuan imunisasi, kejadian KIPI
dan penanganannya, serta efek atau apa yang terjadi pada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi jika terkena suatu penyakit, manfaat imunisasi pada
generasi sebagai penerus bangsa dan Negara, terkhususnya pada Ibu yang baru
dan belum memiliki pengalaman terhadap imunisasi anaknya.
Jumlah total bayi yang diimunisasi sebanyak 15 orang dengan rincian 6 balita
mendapatkan campak, 4 balita dengan imunisasi campak lanjutan, 4 dengan
imunisasi (DPT-HB-Hib) 2 dan Polio 3 ,1 bayi mendapat imunisasi BCG dan
Polio 1
MONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan kegiatan imunisasi ini berjalan dengan lancar, dimana semua ibu
Antusias untuk membawa bayinya ke posyandu selain untuk melakukan
pengukuran terhadap bayinya juga untuk memberikan kesehatan paripurna pada
anaknya dengan mendapatkan Imunisasi dasar lengkap dan juga imunisasi

110
lanjutan. Terkhusus untuk bayi baru dan terutama ibu dari bayi baru diberikan
edukasi kembali terkait imunisasi , kejadian KIPI yang mungkin saja terjadi,
manfaat dan tujuan imunisasi itu sendiri dan berapakali pelaksanaan imunisasi
dasar yang wajib untuk diperoleh anaknya. Setelah kegiatan ini ibu menjadi lebih
paham dan antusias untuk membawa anaknya utnuk mendapatkan imunisasi
lengkap juga untuk menciptakan generasi unggul yang sehat dan bebas terhindar
dari penyakit menular khususnya sesuai dengan tujuan dan jenis imunisasi yang
diberikan. Bayi balita yang telah mendapatkan imunisasi dijadwalkan untuk
datang pada bulan berikutnya pada tanggal 9 Juli 2022
VACCINATOR COVID 1 LAPORAN
Vaccine Penuh (Dosis 1 dan 2) dan Booster COVID-19 Tenaga Kesehatan
Puskesmas Kumbewaha

LATAR BELAKANG
Virus merupakan salah satu agen penyakit menular yang harus
diwaspadai , dalam 20 tahun terakhir beberapa penyakit epidemi yang disebabkan
oleh virus terdeteksi salah satunya yaitu Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
yang merupakan penyakit menular disebabkan oleh Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), jenis corona virus baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya dan menjadi pathogen penyebab utama
outbreak penyakit sistem pernafasan yang dapat menular dari manusia ke
manusia. Pada tanggal 11 maret 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID -19
menjadi pandemic dunia. Adapun Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Peningkatan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan menyebar ke
berbagai negara di seluruh dunia dalam waktu singkat. Untuk Indonesia sendiri
per tanggal 11 oktober 2021 jumlah kasus COVID-19 sudah mencapai kurang
lebih 4 juta kasus.dengan puncak pada bulan januari dan bulan juli 2021 dengan
kasus harian mencapai 51.00 kasus baru dan angka kematian 200 kasus perhari.
Higga saat ini terdapat pula varian baru dari COVID-19 yaitu B.1.1.529 yang
diberi nama Omicron yang diketahui bahwa angka kematian yang disebabkan oleh

111
varian omicron cukup rendah dibandingkan varian Delta sebelumnya tapi
penyebarannya lebih cepat. Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah
menjangkau seluruh wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau
jumlah kematian semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat.
Upaya pengendalian pun dilakukan dengan cara mulai dari gerakan memakai
masker, mencuci tangan rutin , dan menghindari kerumunan , dan saat ini juga
mulai dilakukan pemberian vaksinasi untuk mengurangi kasus kematian akibat
COVID-19. Persiapan di Indonesia sendiri mulai dari penyimpanan dan
pendistribusian vaksin juga dilakukan. Keberadaan vaksin diharapkan mampu
untuk mencegah penyebaran dan angka kematian akibat virus COVID-19.
Adapun pemberian vaksin COVID-19 terdiri dari vaksin pertama, kedua dan
vaksinasi booster. Dimana vaksinasi booster ini dilakukan dengan tujuan untuk
lebih meningkatkan level kekebalan tubuh terhadap COVID-19 dengan
mengembangkan respon memori imun yang optimal saat terpapar virus .
Pelaksanaan vaksinasi booster dikuhususkan utamanya bagi mereka yang telah
melakukan vaksinasi dosis lengkap yaitu vaksin pertama dan kedua dengan
minimal 6 bulan setelah pemberian vaksinasi dosis lengkap dengan usia 18 tahun
keatas.

PERMASALAHAN
Keselamatan dan kesehatan tenaga kesehatan yang bertugas dalam penanganan
COVID-19 juga terkena dampak pandemi ini. Data yang dihimpun oleh Badan
PPSDMK menunjukkan bahwa hingga 11 September 2020, sebanyak 105 tenaga
kesehatan meninggal dalam penanganan COVID-19. Tenaga kesehatan memiliki
faktor risiko yang sangat tinggi terpapar COVID-19. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan tenaga kesehatan dalam
hubungannya dengan keselamatan pasien.
INTERVENSI
Sebagai upaya perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan serta
meminimalisir angka kematian tenaga kesehatan yang menangangi COVID-19,

112
sejumlah kebijakan strategis telah disusun diantaranya pembatasan jam kerja,
mencukupi keperluan APD, meningkatkan mutu dalam pencegahan &
pengendalian infeksi, meningkatkan screening, penguatan protokol kesehatan di
segala lini serta dukungan psikologis pada nakes dan pemberian Vaccine Covid 19
buat nakes di pelayanan kesahatan
RINGKASAN PELAKSANAAN
Salah satu pencegahan yang dilakukan Puskesmas Kumbewaha dalam menjaga
kesehatan para nakes adalah dengan melakukan vaccine COVID-19. Adapun
Pelaksanaan Kegiatan :
Topik Kegiatan : Vaccine Covid 19 Dosis 1, 2 dan Booster di Puskesmas
Kumbewaha
Waktu dan tempat
Hari,/tanggal : Senin 25 april 2022
Pukul : 21.00 WITA – Selesai
Tempat : Aula Puskesmas Kumbewaha
Sasaran : Semua Tenaga Kesehatan terlibat di Puskesmas Kumbewaha yang
belum melakukan Vaksin COVID-19 sampai Dosis Booster
Pelaksana : Dokter Umum Internsip, Kepala Puskesmas , dan Team Penanggung
Jawab Program Vaksinasi.
Jumlah Peserta : 23 Orang peserta
Pelaksanaan kegiatan :
Adapun kegiatan ini diawali dengan mendata secara keseluruhan petugas
kesehatan Puskesmas Kumbewaha yang belum melakukan vaksin Covid 19
sampai Booster.
Dengan tetap menjalankan protocol kesehatan , Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan fisik mulai dari pengukuran tekanan darah , suhu dan dilanjutkan
dengan skrining kelayakan untuk mendapatkan Vaksin.
Setelah itu peserta yang telah di skrining akan diarahkan oleh petugas untuk
dilakukan vaksin covid 19. Adapun jenis vaksin yang digunakan yaitu vaksin
Sinovac/ Sinopharm untuk dosis 1 dan 2, serta vaksin Pfizer untuk dosis Booster.

Adapun langkah langkah penyuntikan vaksin Covid 19:

113
 Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
 Lakukan cuci tangan rutin dan menggunakan sarung tangan sekali pakai
 Persiapkan dan posisikan pasien , Pasien diposisikan dalam posisi duduk,
dengan lengan diletakkan di pinggang untuk merelaksasikan otot , dimana
untuk daerah penyuntikan di tentukan pada daerah deltoid , 1/3 lengan
atas yang tidak dominan.
 Bersihkan kulit pada area yang akan diinjeksi dengan alkohol swab,
 Siapkan obat ke dalam spuit, untuk vaksin sinovac ( 0,5 cc dosis) dosis 1 dan
2 dan untuk vaksin Pfizer pada booster sebanyak 0,03 cc dosis.
 Suntikkan obat ke dalam otot dengan memposisikan jarum 90 derajat dari area
penyuntikan, Pastikan posisi jarum intramuskuler melalui konfirmasi gerakan
jarum dari sisi ke sisi yang terbata, Lakukan aspirasi untuk memastikan injeksi
tidak masuk ke pembuluh darah,
 Tunggu sebentar, kemudian tarik jarum dengan cepat dan berikan tekanan
lembut di atas tempat yang disuntikkan dengan kapas kering,
 Tutup area penyuntikan dengan perban perekat
 Buang alat habis pakai kedalam sampah medis, lakukan cuci tangan rutin.
 Setelah selesai penyuntikan dilakukan pencatatan No. Batch Vaksin yang
disuntikkan dan waktu penyuntikan.
 Setelah itu peserta dipersilahkan untuk istirahat selama 30 menit untuk
dilakukan observasi terkait adanya kemungkinan kejadian KIPI
Adapun Jumlah Peserta yaitu sebanyak 23 orang peserta pertugas kesehatan
Puskesmas Kumbewaha yang belum melakukan vaksin dosis 1, dosis 2 dan
booster. Dengan rincian peserta yang mendapatkan Dosis 1 sebanyak 3 orang,
Dosis 2 sebanyak 5 orang dan Dosis Booster 12 orang. 3 orang tunda vaksin
karena kondisi Hamil Awal Bulan dan fisik yang sementara tidak memungkinkan.
MONITORING DAN EVALUASI
Pemeriksaan ini diikuti oleh semua tenaga medis yang ada baik yang
terdaftar ataupun tidak, bidan dan perawat serta staf terkait di puskesmas
Kumbewaha. Saat screening, beberapa tenaga medis tidak dapat dilakukan
vaksinasi kedua dikarenakan sedang Hamil awal bulan trimester pertama dengan
kondisi yang belum memungkinkan, sementara itu beberapa petugas dapat
dilakukan vaksinasi dosis kedua dan vaksinasi dosis Booster. Setelah dilakukan
observasi 30 menit pada semua peserta tidak didapatkan kejadian KIPI yang berat
selain nyeri pada tempat penyuntikan. Untuk jadwal vaksin selanjutnya
dijadwalkanminimal 1 bulan untuk lanjut vaksin kedua dengan maksimal jarak 6

114
bulan ,dan minimal 3 bulan setelah mendapatkan vaksin kedua untuk vaksin
booster selanjutnya.

TRACING PENYAKIT MENULAR 2 LAPORAN


KEGIATAN 1 TRACING TUBERCULOSIS
JUDUL KEGIATAN
TRACING PENYAKIT MENULAR TUBERKULOSIS DI DESA LAHINDARO
PUSKESMAS KUMBEWAHA
IDENTITAS KELOMPOK
Yang menjadi sasaran tracing merupakan semua keluarga yang beresiko utamanya
yang memiliki keluarga yang sedang menjalani pengobatan Tuberkulosis untuk
kali ini merupakan keluarga tn. LK di desa Lahindaro dimana pasien sedang
menjalani pengobatan paket 6 bulan TB paru BTA Positif dengan Rifamfisin
Sensitif. , pernah kontak dengan penderita dengan intensitas tinggi dan
masyarakat sekitar daerah kontak yang memiliki keluhan yang mengarah ke
tuberculosis.
LATAR BELAKANG
Penyakit menular masih menjadi permasalahan dasar di lingkungan
kesehatan yang berpola sepertihalnya fenomena gunung es, dimana temuan
kasus terbanyak hanya terdapat pada mereka yang datang berobat
sementara yang memiliki keluhan dan mengidap penyakit banyak yang
enggan memeriksakan diri secara langsung kepada tenaga kesehatan , entah
karena permsalahan takut akan penyakitnya atau memilih membiarkannya
begitu saja. Salah satu penyakit menular yang masih menjadi perbincangan
dalam dunia internasional utamanya Negara berkembang yaitu
Tuberkulosis.
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit yang mematikan di
dunia. Satu pertiga dari populasi di dunia terinfeksi TB. Pada tahun 2015,
10,4 juta orang di dunia menderita TB. Dan TB merupakan pembunuh
nomer satu orang yang terinfeksi HIV. WHO telah menerbitkan laporan TB
global setiap tahun sejak 1997. Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk
memberikan penilaian yang komprehensif dan terbaru dari epidemic TB dan
kemajuan pencegahan, diagnosis, dan terapi pada tahap negara, regional dan
global.

115
Berdasarkan data dari WHO Global tuberculosis Report 2016
menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222,
menempati posisi kedua dengan TB tertinggi di dunia (WHO, 2016). TB di
Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah
penyebab kardiovaskular Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan
memiliki target “Indonesia Bebas TB”. Indonesia mencanangkan target
eliminasi TB di tahun 2030.
Untuk mencapai target hal itu, peran serta masyarakat sangat
diperlukan, terutama dalam membantu menemukan kasus TB Secara
langsung dimasyarakat seperti pelaksanaan tracing terkait penyakit temuan
TB dan membantu melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB
sampai sembuh, agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan.
Adanya dukungan dari masyarakat dapat memberikan semangat positif dan
kepatuhan pasien dalam minum obat.
PERMASALAHAN
Angka penyebaran kasus tuberculosis yang belum selesai tuntas di lapangan,
penyakit tuberculosis yang masih tinggi di masyarakat dan penularannya masih
sulit untuk dicegah langsung dari kalangan masyarakat.
Fenomenal penyakit menular TB dimana temuan kasus kebanyakan hanya
dilakukan pada mereka yang datang berobat sementara banyak masyarakat dengan
riwayat kontak atau dengan keluhan yang mengarah ke Tuberkulosis tidak datang
ke pelayanan kesehatan. dibuktikan dengan kasus TB yang terus menerus ada di
kalangan masyarakat.
Anggapan terkait penyakit TB yang dianggap sebagai penyakit kututkan di
masyarakat sehingga takut untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan.
Belum optimalnya pengobatan dikarenakan pasien yang tidak patuh dalam
berobat, kurang kontrol dan kurangnya dukungan keluarga karena tingkat
pengetahuan penyakit yang masih minim.
INTERVENSI DAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan adanya temuan kasus yang datang
berobat ke puskesmas Kumbewaha dimana pasien yang terdeteksi terdata tinggal
di Desa Lahindaro. Adapun bentuk kegiatan :
Topik kegiatan : Tracing penyakit menular tuberculosis di desa lahindaro
Waktu dan tempat

116
Hari/tanggal : Rabu 31 Maret 2022
Waktu : 15.00 WITA- Selesai
Tempat: Rumah Keluarga Tn. LK Desa Lahindaro
Metode : Skrining , Konseling dan Edukasi
Media : tidak ada media khsusus
Sasaran : Keluarga Tn.LK yang tinggal serumah, sering kontak, dan masyarakat
sekitar tempat tinggal yang memiliki keluhan Batuk atau yang mengarah ke
Tuberkulosis
Pelasana : Doker Umum Interensip, Penanggung jawab Program
Peserta : 3 orang anggota keluarga tn. Lk, 2 orang kontak dengan keluhan yang
sama yang merupakan tetangga penderita.
Ringkasan Pelaksanaan:
Kegiatan Ini dilakukan dengan adanya temuan warga yang terdeteksi sebagai
Penderita Tuberkulosis berdasarkan wilayah tempat tinggal penderita khususnya
keluarga atau riwayat kontak dengan keluhan yang sama. Adapun rincian
pelaksanaan kegiatan tracing:
Berdasarkan temuan kasus pasien dilanjutkan dengan mendata identitas terkait
kontak dalam keluarga maupun masyarakat sekitar
Pembuatan daftar kontak pasien mulai dari kontak erat, kontak sedang atau kontak
yang diduga menjadi awal mula penyebaran penyakit yang diderita pasien
Selanjutnya merupakan tindak lanjut dimana petugas akan turun langsung
kelapangan untuk melakukan skrining, konseling dan edukasi terkait kejadian
penyakit tuberculosis yang ada di dalam lingkungan masyarakat khususnya
keluarga kontak
Setelah proses skrining selesai dan temuan gejala yang mengarah ke penderitya
TB akan diberikan POT/TABUNG Penampung dahak untuk pemeriksaan TB ,
adapun untuk keluarga tinggal serumah semua diberikan Pot penampung dahak
sebanyak 3 anggota keluarga dan 2 orang tetangga pasien yang termasuk dalam
kontak erat.
Selanjutnya pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengirimkan sampel ke rumah
sakit untuk dilakukan pemeriksaan TCM Tes Cepat Molekuler untuk mendeteksai
adanya Bakteri TB Dan tingkat resistensi obat.
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan berlangsung dengan lancar dan sesuai rencana

117
Petugas dan peserta hadir di tempat sesuai dengan jadwal yang ditentukan
Keluarga terdata menerima dengan baik dan antusias untuk mengikuti skrining
Selain itu dengan penjelasan yang diberikan terkait penyakit tuberculosis juga
mulai dipahami dengan baik dan diharapkan setelah kegiatan ini dapat
diimplementasikan dalam kehidupan terkait bagaimanan pencegahan Penyakit
menular TB yang ada atau diderita, faktor resiko apa saja yang menjadi penyebab
TB, bagaimana pengobatannya jika didapatkan hasil yang positif atau negative
terhadap kecurigaan Penyakit TB dan diharapkan keluarga juga dapat menagjak
masyarakat untuk datang berobat jika memiliki keluhanyang sama dengan
penderita.
Adapun untuk kegitan ini memakan waktu sekitar 1 pekan setelah kegiatan
skrining untuk penerimaan hasil.
Setelah satu minggu berjalan hasil yang ditemukan diaman didapatkan 1 orang
yang merupakan tetangga pasien juga menderita tuberculosis TB paru BTA Positif
dengan rifamfisin sensitive. Sementara 4 orang lainya didapatkan hasil yang
negative. Untuk penderita dilakukan pendataan untuk mendapatkan pengobatan
paket selama 6 bulan sebagai kasus TB kategori 1 atau kasus baru. Dan
dilanjutkan dengan monitoring TB setiap bulannya.
Bagi yang memberikan hasil negative akan diberikan terapi pencegahan
tuberkulosis
PENAPISAN TB 5 LAPORAN
PENAPISAN PASIEN TERSANGKA TB 1
Penapisan Pasien Tersangka TB 1 yang datang Berobat Ke Puskesmas Banabungi
IDENTITAS :
Tn. LBH, laki laki berusia 59 tahun. BB: 78 kg, TB: 169 cm Pekerjaan
Pensiunan. Tidak ada riwayat pengobatan TB sebelumnya
LATAR BELAKANG
Penyakit menular masih menjadi permasalahan dasar di lingkungan
kesehatan yang berpola sepertihalnya fenomena gunung es, dimana temuan
kasus terbanyak hanya terdapat pada mereka yang datang berobat
sementara yang memiliki keluhan dan mengidap penyakit banyak yang
enggan memeriksakan diri secara langsung kepada tenaga kesehatan , entah
karena permsalahan takut akan penyakitnya atau memilih membiarkannya
begitu saja. Salah satu penyakit menular yang masih menjadi perbincangan

118
dalam dunia internasional utamanya Negara berkembang yaitu
Tuberkulosis.
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit yang mematikan di
dunia. Satu pertiga dari populasi di dunia terinfeksi TB. Pada tahun 2015,
10,4 juta orang di dunia menderita TB. Dan TB merupakan pembunuh
nomer satu orang yang terinfeksi HIV. WHO telah menerbitkan laporan TB
global setiap tahun sejak 1997. Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk
memberikan penilaian yang komprehensif dan terbaru dari epidemic TB dan
kemajuan pencegahan, diagnosis, dan terapi pada tahap negara, regional dan
global.
Berdasarkan data dari WHO Global tuberculosis Report 2016
menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222,
menempati posisi kedua dengan TB tertinggi di dunia (WHO, 2016). TB di
Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah
penyebab kardiovaskular Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan
memiliki target “Indonesia Bebas TB”. Indonesia mencanangkan target
eliminasi TB di tahun 2030.
Untuk mencapai target hal itu, peran serta masyarakat sangat
diperlukan, terutama dalam membantu menemukan kasus TB Secara
langsung dimasyarakat seperti pelaksanaan tracing terkait penyakit temuan
TB dan membantu melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB
sampai sembuh, agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan.
Adanya dukungan dari masyarakat dapat memberikan semangat positif dan
kepatuhan pasien dalam minum obat.
PERMASALAHAN
Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui gejala penyakit yang
dideritanya dan cenderung tidak memeriksakan diri secepatnya ke fasilitas
pelayanan kesehatan saat memiliki keluhan utamanya nang mengarahkan ke
tuberkulosisi.
Tingkat kepedulian masyarakat untuk melakukan pengobatan masih kurang
dikarenakan rasa takut dan khawatir memiliki penyakit yang diduganya.

119
Tingginya kasus tuberkulosisi di masyarakat yang masih menjadi fenomena
gunung es, sehingga penyebaran dan pengobatan tidak seimbang antara kasus
yang didapat maupun yang tidak.
RINGKASAN PELAKSANAAN
Topik kegiatan : Penapisan Pasien Tersangka TB 1 yang datang Berobat Ke
Puskesmas Banabungi
Waktu dan tempat
Hari / tanggal: Jumat ,08/07/2022
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : puskesmas Banabungi
Metode : Skrining dan Evaluasi
Sasaran : Pasien dengan tersangka TB yang belum mendapatkan Pengobatan TB
Pelaksana : Dokter Umum Interensip, Penanggung Jawab Program TB
Ringkasan pelaksanaan :
Skrining TB dilakukan pada seluruh pasien yang mengalami datang dengan gejala
yang mengarahkan ke penyakit tuberkulosis atau memiliki kondisi tertentu yang
dapat meningkatkan risiko TB Paru, yang meliputi: ,Batuk kronis (selama dua
minggu atau lebih), Batuk berdarah, Nyeri dada, Demam, Kelelahan, Keringat di
malam hari, Berat badan menurun tanpa penyebab yang jelas. Riwayat kontak
dengan penderita yang berobat TB sebelumnya tidak diketahui
Selain itu, perlu dipertimbangkan utamanya jika terdapat kondisi yang
meningkatkan risiko pasien untuk terkena TB Paru yaitu:
- Tenaga medis yang melakukan kontak dekat dengan penderita TB atau
terpapar bakteri TB saat bekerja
- Tinggal atau bekerja di daerah dengan tingkat penularan TB yang tinggi
- Terpapar penderita TB aktif
- Memiliki kondisi medis yang mengganggu sistem kekebalan tubuh, seperti
mengalami HIV, menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker, serta
mengonsumsi imunosupresan
- Menggunakan obat-obatan terlarang
Selain proses skrining melalui Tanya awab dengan keluhan pasien akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisis utamanya, untuk menilai penyebaran TB
apakh hanya terletak menginfeksi paru paru atau menyebar ke organ lain baik itu
kelenjar limfa atau gejala lain yang ditemukan seperti adanya Gibbus pada tulang
belakang. Pemeriksaan lanjutan dengan temuan yang mengarahkan ke penderita

120
Tuberkulosis akan dilakukan pemeriksan sputum atau dahak untuk menilai lebih
lnjut adanya bakteri atau tidak dan pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen jika
pemeriksaan dahak memberikan hasil yang negative.
ADAPUN TERKAIT PASIEN :
Tn. LBH, laki laki berusia 59 tahun. BB: 78 kg, TB: 169 cm Pekerjaan
Pensiunan. Tidak ada riwayat pengobatan TB sebelumnya
Saat ini pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang sering kambuh sekitar
1 bulan yang lalu, saat pertama kali pengobatan pasien sempat membaik dan
beberapa minggu kemudian gejala batuk kambuh. Pasien datang untuk ketiga
kalinya dengan keluhan batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan
pengobatan obat batuk berdahak, awalnya pasien merasakan batuk pilek namun
tidak kunjung membaik dar 2 minggu lalu, saat ini badan terasa pegal dan sering
merasakan demam dan berkeringat maam sejak seminggu terakhir. Batuk
berdahak kadang berwarna keputihan dan kekuningan , riwayat batuk disertai
darah sebelumnya ada, namun tidak terus menerus, batuk disertai dengan rasa
tertekan atau sedikit nyeri pada bagian dada kanan. Demam berlangsung sejak 5
hari terakhir. Riwayat sesak tidak ada, mual dan muntah tidak ada, mual kadang
dirasakan hanya ketika telat makan karena pasien sebelumnya memiliki riwayat
maag sudah sejak lama namun sudah berangsur membaik. Buang air besar dan
buang air kecil lancar.
Riwayat penyakit lain seperti hipertensi dan diabetes disangkal, riwayat penyakit
alergi sebelumnya disangkal, riwayat merokok ada sudah sejak lama namun sudah
berhentui sejak batuk yang dirasakan sekitrar 1 bulan yang lalu. Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama tidak ada, riwayat kontak dengan penderita keluhan
yang sama sebelumnya ada rekan kerja namun hanya batuk biasa, riwayat kontak
dengan penderita yang berobat paket 6 bulan sebelumnya tidak diketahui.
Nafsu makan pasien baik dan tidak ada penurunaan berat badan yang bermakna
dalam 1 bulan terakhir.
Pemeriksaan fisis :
Pemeriksaan fisis pasien: Kondisi umum sakit sedang, komposmentis, gizi
kurang.pemeriksaan tanda vital, tekanan darah: 110/80 mmhg, Nadi : 78x/menit,
pernafasan 18x/meenit, suhu , 36,3*C, SpO2: 99%. Pemeriksaan head to toe:
kepala : normocephal,tidak ada kerontokan pada rambut, konjungtiva pucat tidak
ada, sclera ikterik tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada. Mulut:
karies ada minimal, peradangan tidak daa, tonsil T1-T1 hipere,mis dan detritus
tidak ada, faring hiperemis tidak ada. Telinga : otorrhea tidak ada, peradangan
tidak ada, cerumen ada minimal. Hidung , rhinore tidak ada. Thorax : pergerakan
dada simetris saat inpirasi dan ekspirasi , bunyi napas vesicular kiri normal dan
kanan menurun, wheezing dan ronkhi tidak ada. perkusi sonor pada kedua lapang

121
paru. Tidak ada tanda krepitasi. Abdomen : abdomen cembung,peristaltic normal,
perkusi timfani, palpasi , tidak ada nyeri tekan, pembesaran hepar dan lien tidak
ada, nyeri tekan epigastrium tidak ada. ascites tidak ada, Ekstremitas: edema tidak
ada, CRT < 2 det normal, turgor kulit normal, tidak ada kelainan.
Pemeriksaan penunjang tambahan :
Pada pasien diminta untuk mengeluarkan dahak pada pot yang disediakan untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan dahak berupa pemeriksaan TCM . dari
pemeriksaan yang dilakukan ditemukan hasil positif Mycobacterium Tuberculosis
dengan rifamfisin sensitive. sehingga pasien didiagnosis menderita TB Paru
terkonfirmasi Bakteriologis
Penatalaksanaan
FDC OAT KAT 1: 2RHZE fase intensif + 4RH Fase lanjutan , 1 dd tab 5
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan Penapisan pasien tersangka TB berjalan dengan lancar
Pasien dapat berkerja sama dengan petugas dengan baik
Pemeriksaan TCM memakan waktu sekitar 5 hari
Setelah hasil pemeriksaan didapatkan dilanjutkan dengan pemberian pengobatan
Setelah diberikan edukasi pasien lebih paham akan penyakitnya dan antusaias
untuk melakukan pengobatan sampai tuntas
Diharapkan setelah kegiatan ini pasien dapat berobat secara teratur sekaligus
dapat membantu tenaga kesehatan untuk edukasi masyarakat sekitarnya jika
memiliki keluhan yang serupa agar segera datang berobat dengan demikian
penemuan kasus TB di masyarakat dapat teratasi.

PENGOBATAN TB 5 LAPORAN
PENGOBATAN TB PARU BTA POSITIF (Tn. LBH)
IDENTITAS PASIEN/KETERANGAN TERKAIT PASIEN:
Tn. LBH, laki laki , 59 tahun. BB: 74 kg, TB: 169 cm . Pekerjaan: PETANI
LATAR BELAKANG:
-Latar Belakang:
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit yang mematikan di
dunia. Satu pertiga dari populasi di dunia terinfeksi TB. Pada tahun 2015,
10,4 juta orang di dunia menderita TB. Dan TB merupakan pembunuh
nomer satu orang yang terinfeksi HIV. WHO telah menerbitkan laporan TB

122
global setiap tahun sejak 1997. Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk
memberikan penilaian yang komprehensif dan terbaru dari epidemic TB dan
kemajuan pencegahan, diagnosis, dan terapi pada tahap negara, regional dan
global.
Berdasarkan data dari WHO Global tuberculosis Report 2016
menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222,
menempati posisi kedua dengan TB tertinggi di dunia (WHO, 2016). TB di
Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah
penyebab kardiovaskular Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan
memiliki target “Indonesia Bebas TB”. Indonesia mencanangkan target
eliminasi TB di tahun 2030.
Untuk mencapai target hal itu, peran serta masyarakat sangat
diperlukan, terutama dalam membantu menemukan kasus TB dan
membantu melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sampai
sembuh, agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan. Adanya
dukungan dari masyarakat dapat memberikan semangat positif dan
kepatuhan pasien dalam minum obat.

PERMASALAHAN
A. Identitas pasien:
Nama : Tn. LBH
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PETANI

B. Anamnesis
Keluhan utama: batuk berdahak satu bulan
Riwayat penyakit sekarang:
Saat ini pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang sering kambuh
sekitar 1 bulan yang lalu, saat pertama kali pengobatan pasien sempat
membaik dan beberapa minggu kemudian gejala batuk kambuh. Pasien

123
datang untuk ketiga kalinya dengan keluhan batuk berdahak yang tidak
kunjung sembuh dengan pengobatan obat batuk berdahak, awalnya pasien
merasakan batuk pilek namun tidak kunjung membaik dari 2 minggu lalu,
saat ini badan terasa pegal dan sering merasakan demam dan berkeringat
malam sejak seminggu terakhir. Batuk berdahak kadang berwarna keputihan
dan kekuningan , riwayat batuk disertai darah sebelumnya ada, namun tidak
terus menerus, batuk disertai dengan rasa tertekan atau sedikit nyeri pada
bagian dada kanan. Demam berlangsung sejak 5 hari terakhir. Riwayat sesak
tidak ada, mual dan muntah tidak ada, mual kadang dirasakan hanya ketika
telat makan karena pasien sebelumnya memiliki riwayat maag sudah sejak
lama namun sudah berangsur membaik. Buang air besar dan buang air kecil
lancar. Nafsu makan pasien baik dan tidak ada penurunaan berat badan yang
bermakna dalam 1 bulan terakhir.

Riwayat penyakit dahulu: pasien belum pernah mengalami gejala serupa


sebelumnya. Riwayat asma (-), alergi makanan (-), obat-obatan (-), debu
(-), Riwayat Diabets dan Hipertensi tidak ada. Pasien seorang merokok
namun sudah berhenti sekitar 1 bulan yang lalu

Riwayat penyakit keluarga: keluhan yang sama dalam keluarga tidak


ada atau menjalani pengobatan selama 6 bulan.

C. Pemeriksaan fisik:
Kesan umum: sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda vital:
TD: 110/80 mmHg
RR: 20x/menit
HR: 78x/menit
Suhu: 37.6 C

124
Gizi: IMT: 25,9 kg/m2
Status Gizi: Gizi Berlebih/overweight
Kepala dan leher: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1, pembesaran KGB (-).
Thorax:
Inspeksi: simetris kiri=kanan, retraksi (-)
Palpasi: sela iga kiri=kanan
Perkusi: Sonor kiri=kanan
Auskultasi: Rh (-/-) Wh (-/-) BJ I/II Reguler
Abdomen: tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas: tidak ditemukan kelainan

D. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Tes Molecular Cepat (TCM): MTB detected (+),
Rifampisin Resistance Not Detected

GAMBARAN PELAKSANAAN
-Perencanaan dan Pemilihan Intervensi:
1. Diagnosis: TB Paru BTA positif
2. Penatalaksanaan:
Farmakologi:
a. Terapi OAT kategori 1: 2RHZE/4H3R3
Jenis obat yang diberikan OAT KDT : 5 tablet tiap hari selama 2 bulan
(tahap intensif) dan 5 tablet 3 kali seminggu selama 4 bulan (tahap lanjutan)
b. Ambroxol tab 30 mg 3x1
c. Paracetamol tab 500 mg 3dd1

Non Farmakologi:
-Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur

125
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
tuberkulosis
-Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring: pasien mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur dan
pengawasan ketaatan minum obat dibantu oleh keluarga (pengawas minum
obat).
Evaluasi: dilakukan evaluasi klinis tiap minggu saat pasien kontrol rutin ke
puskesmas. Evaluasi klinis berupa keluhan yang dialami sudah berkurang
atau belum, berat badan serta efek samping obat. Selain itu dilakukan juga
evaluasi mikrobiologi Evaluasi mikrobiologi berupa konversi sputum akhir
bulan II, akhir bulan V, dan akhir bulan ke VI (akhir pengobatan).

PENELITIAN / EVALUASI
EVALUASI PROGRAM PELAKSANAAN DAN CAPAIAN IMUNISASI
DASAR PADA ANAK DI PUSKESMAS KUMBEWAHA PERIODE
JANUARI - APRIL TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Evaluasi Program Puskesmas “Evaluasi Percepatan Pelaksanaan Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Anak Periode Januari – April Tahun 2022 ” ini sebagai tugas Program
Internsip Dokter Indonesia.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan laporan ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya
sangat penulis harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj
Adolfina atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala
dalam proses penyusunan laporan ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.

126
Penulis berharap semoga laporan Evaluasi Percepatan Pelaksanaan Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Anak Periode Januari – April Tahun 2022 ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya serta dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas segala bantuan dan perhatian baik
berupa tenaga, pikiran dan materi pada semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih.

Buton, Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, salah satunya
bidang teknologi informasi dan kesehatan, membawa dampak signifikan
terhadap perubahan sosial dalam lingkungan masyarakat lebih baik dalam
dunia kesehatan. Semakin tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat
akan semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap kesehatan. Seiring dengan
hal tersebut kesejahteraan masyarakat utamanya dalam dunia kesehatan juga
dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup mulai sejak dini agar
terhindar dari berbagai macam kondisi tertentu yang menyebabkan kualitas
kesehatan individu terganggu.
Pada tahun 2017 , World Health Organization (WHO) mencanangkan
tema kesehatan yaitu ‘Together we can make #vaccineWork For Everyone”
Sebagai salah satu kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
kita akan pentingnya menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan tiap
individu dengan imunisasi penuh sepanjang hidup dan tujuannya untuk
pembangunan berkelanjutan. Sebagai bagian dari kampanye tersebut , WHO
dan mitra mengarahkan kepada 3 hal utama yaitu, menyoroti pentingnya

127
imunisasi sebagaiprioritas investasi kesehatan global tertinggi,
mempromosikan pemahaman tentang langkahlangkah tindakan yang
diperlukan untuk mencapai global vaccine action plan , dan memamerkan
peran imunisasi dalam pembangunan berkelanjutan dan keamanan kesehatan
global .(WHO, 2017)
Hingga saat ini imunisasi masih menjadi topik pembicaraan dalam
dunia kesehatan internasional, pentingnya kesadaran bersama untuk
memuliakan kesehatan menjadi prioritas setiap Negara baik negara maju
maupun negara berkembang sebagai komitmen bersama untuk mencapai apa
yang menajadi tujuan SDGs. Salah satunya yaitu menjamin kehidupan yang
sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
Imunisasi memberikan kesehatan di awal kehidupan dan menawarkan setiap
anak kesempatan untuk kehidupaan bagi kesehatan remaja antenatal dan bayi
baru lahir. (Makarim, FR.2017)
Didalam profil kesehatan Indonesia menyatakan bahwa pada tahun
2019 imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 93,7%. Angka ini sudah
memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 93%. (Profil Kesehatan
Indonesia, 2019). Sementara itu , berdasarkan laporan tahun 2021 Capaian
imunisasi rutin mengalami penurunan sejak tahun 2020 yakni 58,4% dari
target 79,1%. Cakupan imunisasi yang rendah dan tidak merata dapat
menyebabkan timbulnya akumulasi populasi rentan yang tidak kebal terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). (Widyawati, 2022).
Menurut dari beberapa penelitian yang dilakukan menyebutkan
beberapa hambatan yang menjadi kendala dalam pemberian imunisasi yaitu
seperti tradisi (budaya), dukungan keluarga, tingkat pendidikan orang tua,
pengetahuan ibu, pekerjaan orang tua, akses atau jangkaun pelayanan
imunisasi, sikap dan perilaku ibu, informasi terkait imunisasi, keterbatasan
waktu, komposisi vaksin, usia ibu, status imunisasi, peran petuga kesehatan,
dukungan tokoh agama, kepatuhan ibu, kehadiran balita serta pendapatan
orang tua. (Zafirah. 2021)

128
Berdasarkan data tersebut, capaian imunisasi di Indonesia dan
pelaksanannya masih perlu menjadi perhatian dan dititik beratkan mulai dari
proses pelaksanaan program di lapangan, kepatuhan masyarakat, dan juga
dari semua pihak terkait untuk menyelaraskan dan mencapai target imunisasi
nasional kesehatan yang lebih baik. Meningkatkan pemahaman masyarakat
terkait imunisasi rutin dan lengkap akan menjadi kerja sama yang baik antara
tenaga kesehatan dan masyarakat dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap
pada anak. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan penelitian
mengenai capaian dan kendala serta peningkatan pelaksanaan imunisasi dasar
lengkap pada anak utamanya di puskesmas Kumbewaha.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang
dibahas pada penelitian ini adalah : “Bagaimana capaian pelaksanaan
imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kumbewaha Periode
Januari- April 2022”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi capaian pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada
anak di uskesmas Kumbewaha Periode Januari- April 2022”
2. Tujuan Khusus
3. Untuk mengetahui penyebab masalah pencapaian imunisasi dasar
lengkap pada anak di Puskesmas Kumbewaha Periode Januari- April
2022”
4. Untuk mengetahui proses pemecahan masalah pencapaian imunisasi
dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kumbewaha Periode Januari-
April 2022”
5. Untuk mengetahui upaya kesehatan yang dilakukan dalam menangani
masalah pencapaian imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas
Kumbewaha Periode Januari- April 2022”
1.4 Manfaat
1. Untuk Mahasiswa / Peserta PIDI

129
Sebagai tambahan ilmu dan literatur mengenai Upaya Kesehatan
dalam pencegahan dan pengendalian penyakit yang dapat dilakukan
dengan imunisasi dan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada anak di
Puskesmas Kumbewaha Periode Januari- April 2022”
2. Untuk perangkat Puskesmas
Sebagai literatur mengenai Upaya Kesehatan dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit yang dapat dilakukan dengan imunisasi dan
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada anak di Puskesmas Kumbewaha
Periode Januari- April 2022”
3. Untuk masyarakat
Sebagai tambahan pengetahuan dalam membantu pelaksanaan dan
mencapai target kesehatan nasional khususnya di wilayah Puskesmas
Kumbewaha kedepannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar imunisasi


2.1.1 Pengetian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan. Imunisasi adalah proses memasukkan antibodi ke dalam tubuh agar
didapatkan kekebalan yang tidak dibentuk sendiri oleh tubuh kita, tetapi
diperoleh dari luar tubuh. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit
tersebut ia tidak menjadi sakit. Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat
kebal atau resisten terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian
vaksin. Vaksin merangsang system kekebalan tubuhsendiri untuk melindungi
orang terhadap infeksi atau penyakit berikutnya.
2.1.2 Pengertian vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan

130
yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

2.1.3 Penyelenggaraan imunisasi


Penyelenggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan imunisasi. Yang dapat
melaksanakan pelayanan imunisasi adalah pemerintah, swasta, dan masyarakat,
dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.
2.1.4 Tujuan pemberian imunisasi
Mengapa imunisasi penting? Alasannya, secara umum imunisasi
mempunyai dua tujuan berikut ini.
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/
kelurahan
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun)
c. Eradikasi polio
d. Tercapainya eliminasi campak
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis (safety injection practise and waste disposal management).
2.1.5 Sasaran imunisasi
A. Sasaran Imunisasi Pada Bayi

B. Sasaran Imunisasi Pada Balita


Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah
Jenis Usia Jumlah Interval
Pemberian
Imunisasi Pemberian Pemberian minimal
DPT-HB-Hib 18 bulan 1
Hepatitis B 0–7 hari 1 -
Campak 24 bulan 1
BCG 1 BULAN 1 -

Polio / IPV 1, 2, 3,4 bulan 4 4 minggu

DPT-HB-Hib 2, 3, 4 bulan 3 4 minggu

Campak 9 bulan 1 -

DPT-HB-Hib 18 bulan 1 -
131
Campak 24 bulan 1 -
2.1.6 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Imunisasi selain untuk pembentukan system imun dan untuk lebih
meningkatkan kekebalan tubuh , memiliki tujuan utama yakni untuk mengurangi
kejadian atau bahkan mengeradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan. imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun
yang terdiri atas imunisasi terhadap penyakit: hepatitis B; poliomyelitis;
tuberkulosis; difteri; pertusis; tetanus; pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan campak.

A. Hepatitis B
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati
(penyakit kuning). Penularan secara horizontal: dari darah dan produknya,
Suntikan yang tidak aman, Transfusi darah, Melalui hubungan seksual. Penularan
secara vertical:Dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Pada penderita
terinfeksi dapat timbul gejala seperti Merasa lemah, Gangguan perut ,Gejala lain
seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. , Warna kuning bisa
terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis yang
menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular
Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
B. Tuberculosis
Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa disebut juga
batuk darah. Penyebaran dapat melalui Melalui pernafasan yaitu Lewat bersin
atau batuk , kontak erat secara langsung dan penggunaan alat konsumsi secara
bersama sama dalam waktu yang lama. Gejala awal: lemah badan, penurunan
berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya:
batuk terus-menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah. Gejala lain:
tergantung pada organ yang diserang. Adapun komplikasi yang dapat
ditimbulkan yaitu Kelemahan dan kematian akibat efusi pleura maupun sepsis.
C. Poliomyelitis
Penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus polio tipe
1, 2, atau 3. Secara klinis menyerang anak di bawah umur 15 tahun dan menderita
lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP). Penyebarannya Melalui
kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Setelah terinfeksi penderita dapat
mengalami keluhan seperti Demam, Nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada
minggu pertama. Pada kasus berat dapat menyebabkan kematian jika otot
pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

D. Difteri

132
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria,
penularannya Melalui kontak fisik dan pernafasan. Adapun gejala dan tanda
terinfeksi Difteri yaitu: • Radang tenggorokan
• Hilang nafsu makan
• Demam ringan
• Dalam 2–3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil.
Komplikasi dapat berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian
E. Pertussis
Penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis. Penularannya dapat melalui (batuk rejan) Melalui percikan
ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala dan tanda berupa
Pilek ,Mata merah, Bersin , Demam , Batuk ringan yang lama-kelamaan menjadi
parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan keras. Komplikasi dapat berupa
pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian
F. Tetanus
Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan
neurotoksin. Penyebarannya dapat Melalui kotoran yang masuk ke dalam luka
yang dalam. Adapun gejala dan tanda berupa Gejala awal: kaku otot pada rahang,
disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan
demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai
dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya kejang yang hebat dan tubuh
menjadi kaku. Komplikasi yang dapat terjadi berupa Patah tulang akibat kejang,
Pneumonia ,Infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
G. Pneumonia dan Meningitis akibat Haemophilus Influenza Tipe B
Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dibeberapa organ,
seperti meningitis, epiglotitis, pneumonia, artritis, dan selulitis. Banyak
menyerang anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 6 bulan–1 tahun.
Penyebaran virus secara Droplet melalui nasofaring. Tanda dan gejala yang
ditimbulkan cukup berat . Pada infeksi yang mencapai selaput otak akan timbul
gejala menigitis (demam, kaku kuduk, kehilangan kesadaran), Pada paru
menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot pernafasan), terkadang
menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat pendengaran.
H. Campak
Penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles.
Penyebarannya dapat melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita
• Gejala awal: demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjunctivitis (mata
merah) dan koplik spots.
• Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh
dan tangan serta kaki.
• Diare hebat
• Peradangan pada telinga
• Infeksi saluran napas (pneumonia)
2.1.7 Imunologi PD3I

133
Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang
tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus
atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinaktifkan. Jenis kekebalan terbagi
menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Kekebalan Aktif Perlindungan yang
dihasilkan oleh sistem kekebalan seseorang sendiri dan menetap seumur hidup
terbagi menjadi dua yaitu Aktif Alamiah yang didapatkan ketika seseorang
menderita suatu penyakit dan Aktif Buatan yang didapatkan dari pemberian
vaksinasi. Semntara itu Kekebalan Pasif merupakan Kekebalan atau perlindungan
yang diperoleh dari luar tubuh bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Seperti halnya
kekebalan aktif , kekebalan pasif dibedakan menjadi dua yaitu Pasif Alamiah
merupakan Kekebalan yang didapat dari ibu melalui plasenta saat masih berada
dalam kandungan dan Kekebalan yang diperoleh dengan pemberian air susu
pertama (colostrom). Sementara itu Kekebalan Pasif Buatan diperoleh dengan
cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari satu individu ke tubuh orang lain
sebagai serum. Contoh: pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk
ular berbisa.
2.1.8 Jenis imunisasi
1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus.
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan:
1. Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain
paris.
- Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.
- Cara pemberian dan dosis: Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
- Efek samping: 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul
bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam
waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan
parut dengan diameter 2–10 mm.
- Penanganan efek samping
▪ Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.

134
▪ Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
2. Vaksin DPT-HB-HIB
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b
secara simultan.
- Cara pemberian dan dosis: Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas. Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
- Kontra indikasi: Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius .
- Efek samping: Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.
Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
- Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
3. Vaksin Hepatitis B
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg.
- Cara pemberian dan dosis: Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara
intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan).
- Kontra indikasi: Penderita infeksi berat yang disertai kejang. Efek Samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
- Penanganan Efek samping:

135
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
4. Vaksin Polio Oral
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan
3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
- Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
- Cara pemberian dan dosis: Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
- Kontra indikasi: Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
- Efek Samping: Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila
muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.
- Penanganan efek samping: Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.
5. Vaksin IPV (inactive polio vaccine)
Bentuk suspensi injeksi.
- Indikasi: Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada individu di mana
vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
- Cara pemberian dan dosis: Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-
turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan. IPV dapat
diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut
dengan interval satu atau dua bulan.
- Kontra indikasi: Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis
progresif. Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya. Penyakit
demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh. Alergi terhadap
Streptomycin.

136
- Efek samping: Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi,
dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa
bertahan selama satu atau dua hari.
- Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam)
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
6. Vaksin Campak
Vaksin virus hidup yang dilemahkan.
- Indikasi: Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
- Cara pemberian dan dosis: 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.
- Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau
individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,
limfoma.
- Efek samping: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
- Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap perlu penanganan dokter
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita),
anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur

137
1. Vaksin Dt
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
- Indikasi: Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-
anak.
- Cara pemberian dan dosis: Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun.
- Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
- Efek Samping: Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
- Penanganan Efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak.
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam)
 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
2. Vaksin Td
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
- Indikasi: Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia
7 tahun.
- Cara pemberian dan dosis: Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.
- Kontra indikasi: Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
- Efek samping: Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi
penyuntikan (20–30%) serta demam (4,7%)
3. Vaksin TT
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung
toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat.
- Indikasi: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
- Cara pemberian dan dosis: secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis 0,5 ml.
- Kontra indikasi: Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya. Hipersensitif
terhadap komponen vaksin. Demam atau infeksi akut. Efek samping: Jarang

138
terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang
bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
- Penanganan efek samping: Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin.
a. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog
fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up
Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).
b. Imunisasi khsusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan
perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar
biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis
Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies
b. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid,
Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis,
dan HPV
2.1.9 Jadwal imunisasi
A. Jadwal Imunisasi Dasar
Usia Pemberian Jenis Imunisasi

0-7 hari Hepatitis B 0 (Hb0)

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan Polio 2, (DPT,HB, Hib) 1

3 bulan Polio 3 (DPT,HB, Hib) 2

4 bulan Polio 4, IVP, (DPT,HB, Hib) 3

9 bulan Campak

B. Jadwal Imunisasi lanjutan

C. Jadwal Imunisasi Anak Sekolah


Usia Pemberian Jenis Imunisasi

139
Usia Pemberian Jenis Imunisasi DT, Campak

18 Bulan DPT,HB, Hib

24 Bulan Campak

Kelas 1 SD

Kelas 2 SD Td

Kelas 3 SD Td

2.2 Penyelenggaraan Imunisasi Wajib


2.2.1 Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi Wajib
Perencanaan imunisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan
oleh petugas yang profesional. Perencanaan disusun secara berjenjang mulai dari
puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat (bottom up). Perencanaan
imunisasi wajib meliputi: (Kemenkes RI. 2017).
1. Penentuan Sasaran Imunisasi Rutin Wajib
a. Bayi pada Imunisasi Dasar
Jumlah bayi baru lahir dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang lain. Dapat
juga dihitung dengan rumus: Bayi = CBR x Jumlah Penduduk. Sasaran ini
digunakan untuk menghitung imunisasi HB 0, BCG, dan Polio 1. Jumlah bayi
yang bertahan hidup (surviving infant) dihitung/ditentukan dengan rumus:
Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi – (IMR x Jumlah bayi). Sasaran ini
digunakan untuk menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia 2–11
bulan. Jumlah batita dihitung berdasarkan jumlah Surviving Infant (SI).
b. Anak Sekolah Dasar
Pada Imunisasi Lanjutan Jumlah sasaran anak sekolah didapatkan dari
data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan atau Kementerian Agama
(untuk siswa MI) atau pendataan langsung pada sekolah.
c. Wanita Usia Subur (WUS)
Pada Imunisasi Lanjutan Batasan Wanita Usia Subur (WUS) adalah
antara 15–49 tahun. Rumus untuk menghitung jumlah sasaran WUS = 21,9% x
Jumlah Penduduk. Wanita Usia Subur terdiri dari WUS hamil dan tidak hamil.
2.2.2 Penyimpanan Vaksin
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah
ditetapkan
Kabupaten/Kota Puskesmas

Vaksin Polio disimpan Semua vaksin disimpan

140
pada suhu -15o – (-25o C pada suhu 2o s.d. 8o C
pada freeze room/freezer. pada lemari es.

Vaksin lainnya disimpan Khusus vaksin Hepatitis


pada suhu 2o - 8o C pada B, pada bidan desa
coldroom atau lemari es. disimpan pada suhu
ruangan, terlindung dari
sinar matahari langsung.

Sumber: Kemenkes RI 2017.


2.2.3 Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan
Pemantauan merupakan fungsi penting dalam manajemen program agar kegiatan
sejalan dengan ketentuan program. Beberapa alat pemantauan yang dimiliki
adalah sebagai berikut:
A. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Alat pemantauan ini untuk meningkatkan cakupan, sifatnya lebih memantau
kuantitas program. Prinsip PWS:
1) Memanfaatkan data yang ada dari cakupan/laporan cakupan imunisasi.
2) Menggunakan indikator sederhana tidak terlalu banyak Indikator PWS, untuk
masing-masing antigen: (a) Hepatitis B 0–7 hari: Jangkauan/aksesibilitas
pelayanan; (b) BCG: Jangkauan/aksesibilitas pelayanan; (c) DPT-HB 1:
Jangkauan/aksesibilitas pelayanan; (d) Campak: Tingkat perlindungan
(efektivitas program); (e) Polio 4: Tingkat perlindungan (efektivitas program); (f)
Drop out DPT-HB1–Campak: efisiensi/manajemen program.
3) Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat.
4) Teratur dan tepat waktu (setiap bulan) (a) Teratur untuk menghindari
hilangnya informasi penting; (b) Tepat waktu agar tidak terlambat dalam
mengambil keputusan.
5) Lebih dimanfaatkan sendiri atau sebagai umpan balik untuk dapat mengambil
tindakan daripada dikirimkan laporan.
B. Data Quality Self Assessment (DQS)
DQS terdiri dari suatu perangkat alat bantu yang mudah dilaksanakan
dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. DQS dirancang untuk pengelola
imunisasi pada tingkat nasional, provinsi atau kabupaten/kota untuk
mengevaluasi aspek-aspek yang berbeda dalam rangka menentukan keakuratan
laporan imunisasi dan kualitas sistim pemantauan evaluasi.
Pemantauan mengacu pada pengukuran pencapaian cakupan imunisasi
dan indikator sistem lainnya. Misalnya, pemberian imunisasi yang aman,
manajemen vaksin, dan lain-lain. Pemantauan berkaitan dengan pelaporan karena
melibatkan kegiatan pengumpulan data dan prosesnya. DQS bertujuan untuk
mendapatkan masalah-masalah melalui analisis dan mengarah pada peningkatan
kinerja pemantauan kabupaten/kota dan data untuk perbaikan.
C. Effective Vaccine Management (EVM)

141
EVM adalah suatu cara untuk melakukan penilaian terhadap manajemen
penyimpanan vaksin, sehingga dapat mendorong suatu provinsi untuk
memelihara dan melaksanakan manajemen dalam melindungi vaksin. EVM
didasarkan pada prinsip jaga mutu. Kualitas vaksin hanya dapat dipertahankan
dan ditangani dengan tepat mulai dari pembuatan hingga penggunaan. Manajer
dan penilai luar hanya dapat menetapkan bahwa kualitas terjaga apabila rincian
data arsip dijaga dan dapat dipercaya. Jika arsip tidak lengkap atau tidak akurat,
sistem penilaian tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun vaksin disimpan dan
didistribusikan secara benar, sistem tidak dapat dinilai. Dengan demikian, vaksin
tidak terjamin mutunya dan tidak dapat dinilai memuaskan dalam EVM.
D. Supervisi Suportif
Supervisi suportif merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan, meliputi pemantauan, pembinaan, dan
pemecahan masalah, serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk
melihat bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar
dalam rangka menjamin tercapainya tujuan kegiatan imunisasi.
Supervisi suportif didorong untuk dilakukan dengan terbuka, komunikasi
dua arah, dan membangun pendekatan tim yang memfasilitasi pemecahan
masalah. Kegiatan supervisi dimanfaatkan untuk melaksanakan “on the job
training” terhadap petugas di lapangan. Supervisi diharapkan akan menimbulkan
motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas lapangan. (Kemenkes RI. 2017).
2. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan
apabila dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Berdasarkan sumber
data, ada 2 macam evaluasi, yaitu evaluasi dengan data sekunder dan evaluasi
dengan data primer:
A. Evaluasi dengan Data Sekunder
Angka-angka yang dikumpulkan oleh puskesmas, selain dilaporkan perlu pula
dianalisis. Cara menganalisis data harus baik dan teratur sehingga akan
memberikan banyak informasi penting yang dapat menentukan kebijaksanaan
program.
- Stok Vaksin
- Indeks Pemakaian Vaksin
- Suhu Lemari Es
- Cakupan per Tahun
B. Evaluasi Data Primer
1. Survei Cakupan (Coverage Survey).
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat cakupan imunisasi. Adapun
tujuan lainnya adalah untuk memperoleh informasi tentang distribusi umur saat
diimunisasi, mutu pencatatan dan pelaporan, sebab kegagalan imunisasi, dan
tempat memperoleh imunisasi.
2. Survei Dampak

142
Tujuan utamanya adalah untuk menilai keberhasilan imunisasi terhadap
penurunan morbiditas penyakit tertentu
3. Uji Potensi Vaksin Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui potensi dan
keamanan dari vaksin serta untuk mengetahui kualitas cold chain/pengelolaan
vaksin.
2.3 Pelaksanaan Pemberian Imunisasi
2.3.1 Penyuluhan sebelum dan sesudah pelayanan vaksin
Penyuluhan menjadi sangat penting untuk menurunkan, bahkan memberantas
kematian, khususnya pada bayi akibat tetanus, campak, TBC, dipteri, dan
hepatitis. Kesadaran orang dewasa, khususnya orangtua bayi terlebih lagi ibu dari
bayi, untuk membawa bayinya ke sarana pelayanan kesehatan terdekat, misalnya
posyandu, untuk memperoleh imunisasi yang lengkap. Penyuluhan yang
diberikan berupa manfaat imunisasi, efek samping dan cara penanggulangannya,
serta kapan dan di mana pelayanan imunisasi berikutnya dapat diperoleh.
Berbagai macam alat peraga untuk mendukung penyuluhan yang akan Anda
berikan terhadap sasaran, yaitu ibu yang memiliki bayi, salah satunya poster.
Poster bertujuan untuk memengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada
objek atau materi yang diinformasikan atau juga untuk memengaruhi seseorang
atau kelompok untuk mengambil suatu tindakan yang diharapkan. Poster dapat
diletakkan di ruang tunggu Puskesmas, digunakan sebagai alat bantu peragaan
saat melakukan ceramah atau penyuluhan, bahan diskusi kelompok, dan lainnya.
Adapun langkah langkah atau strategi yang dapat diambil pada pemberian
Imunisasi kepada Bayi/Anak
a. Mengucapkan salam dan terima kasih kepada orangtua atas kedatangannya dan
kesabarannya menunggu.
b. Menjelaskan jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi.
c. Menjelaskan manfaat pemberian imunisasi.
d. Menjelaskan efek samping setelah pemberian imunisasi dan apa yang harus
dilakukan jika terjadi efek samping.
e. Menjelaskan kapan ibu perlu membawa bayinya ke pusat kesehatan atau RS
jika terjadi efek samping yang hebat.
f. Menjelaskan secara lengkap jika bayi harus mendapatkan imunisasi lengkap
secara berurutan.
g. Menuliskan tanggal untuk pemberian imunisasi berikutnya pada buku KIA dan
memberitahukan kepada orangtua kapan harus kembali untuk mendapatkan
imunisasi berikutnya.
h. Menjelaskan kepada orangtua tentang alternatif tanggal dan waktu jika tidak
bisa datang pada tanggal yang sudah dituliskan.
2.3.2 Melakukan skrining dan pengisian register
A. Pemeriksaan Sasaran
Setiap sasaran yang datang ke tempat pelayanan imunisasi, sebaiknya diperiksa
sebelum diberikan pelayanan imunisasi. Tentukan usia dan status imunisasi

143
terdahulu sebelum diputuskan vaksin mana yang akan diberikan, dengan langkah
sebagai berikut:
- Mengidentifikasi usia bayi;
- Mengidentifikasi vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh bayi;
- Menentukan jenis vaksin yang harus diberikan;
- Imunisasi untuk bayi sakit atau mempunyai riwayat kejang demam sebaiknya
dikonsultasikan kepada dokter spesialis anak;
- Kontraindikasi terhadap imunisasi.
B. Skrining
Pelaksanaan imunisasi harus dilakukan melaluiproses skrining terlkebih dahulu
untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan sebelumnya. Adapun beberapa
pertanyaan yang diajukan sebelum melakukan pemberian imunisasi yaitu:
Bagaimana Keadaan Anda Tujuannya untuk Menjaring
dan Anak Anda Hari Ini? Penyakit yang Sedang
Diderita
Apakah anak Anda alergi Alergi yang serius terhadap
terhadap makanan atau obat vaksin merupakan
tertentu? kontraindikasi untuk
imunisasi.
Apakah ada masalah pada Pertanyaan ini untuk
anak Anda setelah membuktikan ada tidaknya
pemberian imunisasi yang reaksi setelah pemberian
lalu? imunisasi yang lalu, dan
untuk mengetahui kondisi
setelah suntikan pertusis
untuk pemberian lanjutan,
misalnya demam tinggi atau
episode Hypotonic
Hyporesponsive. Apabila
terdapat reaksi tidak
diberikan lagi imunisasi
tersebut.
Apakah anak mempunyai Pertanyaan ini untuk
riwayat penyakit keganasan menemukan anak-anak
atau mendapat pengobatan dengan immunodefisiensi
steroid dalam waktu lama? yang umumnya tidak boleh
menerima vaksin hidup,
terutama OPV.
Apakah ada orang-orang di OPV tidak boleh diberikan
rumah Anda yang kepada anak sehat apabila
bermasalah dengan sistem tinggal serumah dengan
kekebalan? orang-orang dengan
imunodefisiensi.

144
Apakah anak Anda pernah Pertanyaan ini
menerima produk darah mengidentifikasi precaution
dalam tahun terakhir, seperti untuk pemberian vaksin yang
transfusi darah atau hidup, seperti MMR atau
gammaglobulin? vaksin varicella, yang tidak
harus diberikan kepada orang
yang telah menerima antibodi
pasif dalam 3 bulan terakhir.
Pertanyaan ini juga untuk
menemukan penyakit yang
diderita sebelumnya.
C. Dokumentasi Kegiatan
Pengisian Buku Register Dokumentasi setiap kegiatan sangatlah penting. Dalam
pelayanan imunisasi, instrumen yang digunakan untuk dokumentasi adalah buku
register. Buku tersebut akan membantu dalam pelaksanaan imunisasi dan untuk
memonitor pelayanan imunisasi yang diberikan kepada sasaran (Kemenkes RI.
2017).
2.3.3 Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman
terhadap fakta-fakta, kebutuhan dan perasaan klien. Klien mempunyai hak untuk
menerima dan menolak pelayanan imunisasi. Petugas klinik berkewajiban untuk
membantu klien dalam membuat keputusan secara arif dan benar. Semua
informasi harus diberikan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah
dimengerti oleh klien.
A. Lingkup Konseling:
1. Konseling membantu klien agar dapat membuat keputusan tentang imunisasi
yang akan diterima.
2. Konseling mencakup komunikasi dua arah di antara klien dan konselor.
3. Dalam konseling memberikan informasi yang objektif, pemahaman isi informasi
dapat diimplementasikan oleh klien.
4. Empat pesan penting yang perlu disampaikan kepada orangtua, yaitu:
5. Manfaat dari vaksin yang diberikan (contoh BCG untuk mencegah TBC).
6. Tanggal imunisasi dan pentingnya buku KIA disimpan secara aman dan dibawa
pada saat kunjungan berikutnya.
7. Efek samping ringan yang dapat dialami dan cara mengatasinya, serta tidak perlu
khawatir.
8. Lima imunisasi dasar lengkap untuk melindungi si buah hati sebelum usia 1
tahun.
2.3.4 Pemberian imunisasi dengan menggunakan vaksin yang tepat dan aman

145
1. Vaccine Carrier Vaccine carrier diletakkan di meja yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung.
2. Sebelum Pelaksanaan Imunisasi:
a. Memeriksa label vaksin dan pelarut;
b. Memeriksa tanggal kadaluwarsa;
c. Memeriksa VVM;
d. Jangan gunakan jika vaksin tanpa label, kadaluwarsa, dan dengan status VVM
telah C atau D.
3. Penyuntikan yang Aman Alat suntik yang bisa digunakan untuk menyuntikkan
vaksin adalah sebagai berikut
a. Menggunakan Alat Suntik Auto-Disable (AD).
Alat suntik auto-disable adalah alat suntik yang setelah satu kali
digunakan secara otomatis menjadi rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
b. Cara Penggunaan Alat Suntik Prefilled Injection Device (PID).
Alat suntik prefilled injection device adalah jenis alat suntik yang hanya
bisa digunakan sekali pakai dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabriknya.
Alat suntik ini digunakan terutama untuk hepatitis B pada bayi baru lahir.
c. Syringe Sekali Buang (Disposable).
Syringe yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposable single-
use) tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena risiko
penggunaan kembali syringe disposable menyebabkan risiko infeksi yang tinggi.
4. Melarutkan Vaksin dengan Pelarut
1. Pelarut tidak boleh saling bertukar.
2. Gunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin.
3. Pelarut harus sama suhunya sebelum dicampur dengan vaksin. Karena itu, pelarut
harus dimasukkan ke dalam lemari es minimal 12 jam sebelum digunakan, agar
suhunya seimbang.
4. Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum sasaran datang.
5. Kita harus membuang vaksin yang telah dicampur dengan pelarut setelah 3 jam
(untuk vaksin BCG) atau setelah 6 jam (untuk vaksin campak) atau pada akhir
pelayanan imunisasi.
6. Sewaktu pelayanan imunisasi, menyimpan vaksin yang telah dicampur dengan
pelarut ataupun vaksin yang sudah dibuka diletakkan di atas bantalan busa yang
ada di dalam vaccine carrier.
5. Uji Kocok (Shake Test)

146
Pembekuan merusak potensi vaksin dari DT, TT, Hepatitis B, dan DPT/HB.
Apabila dicurigai bahwa vaksin pernah beku, perlu dilakukan uji kocok (shake
test) untuk menentukan apakah vaksin tersebut layak dipakai atau tidak.
6. Cara Meningkatkan Keamanan Suntikan
A. Melakukan Bundling yaitu tersedianya suatu kondisi di mana
• Vaksin dengan mutu terjamin dan pelarut yang sesuai;
• Alat suntik Auto-Disable Syringe (ADS);
• Kotak pengaman limbah alat suntik. Bundling tidak berarti sebagai sesuatu yang
dikemas secara bersamaan, tidak harus berasal dari satu pabrik, namun ketiganya
harus tersedia saat diperlukan.
B. Menyiapkan lokasi suntikan dengan tepat dan bersih. Vaksin disiapkan hanya
apabila sasaran ada. Segera siapkan vaksin waktu akan memberikan suntikan.
Jangan mempersiapkan beberapa alat suntik vaksin terlebih dahulu sebelum
sasaran siap.
C. Jangan membiarkan jarum terpasang di bagian paling atas tutup botol vaksin.
D. Ikuti petunjuk khusus tentang penggunaan, penyimpanan, dan penanganan
vaksin.
E. Ikuti prosedur yang aman untuk mencampur vaksin.
F. Gunakan alat suntik dan jarum baru untuk setiap anak.
G. Posisi anak harus benar, sesuai umur, lokasi penyuntikan. Antisipasi jika terjadi
gerakan mendadak selama dan setelah penyuntikan. (Dian ,NH dkk. 2014)
2.4 Kejadian ikutan pasca imunisasi
2.4.1 Pengertian
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang
terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi.
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi dengan KIPI diperlukan
pelaporan dan pencatatan semua reaksi yang tidak diinginkan yang timbul setelah
pemberian imunisasi. Surveilans KIPI sangat membantu program imunisasi,
khususnya untuk memperkuat keyakinan masyarakat akan pentingnya imunisasi
sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif. (Watson C. 1997)
2.4.2 Penyebab KIPI
Selama ini, persepsi awam dan juga kalangan petugas menganggap
semua kelainan dan kejadian yang dihubungkan dengan imunisasi sebagai reaksi
alergi terhadap vaksin. Akan tetapi, telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety
Comittee, Institute of Medicine (IOM) United State of America (USA),
menyatakan bahwa sebagian besar 109 Kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI)
KIPI terjadi secara kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat
imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
(programmatic errors). (Akib. 2011)
Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KomNas-PP) KIPI
mengelompokkan etiologi KIPI dalam 2 (dua) klasifikasi, yaitu klasifikasi

147
lapangan (untuk petugas di lapangan) dan klasifikasi kausalitas (untuk telaah
Komnas KIPI). (Kemenkes RI, 2017)
2.4.3 Pemantauan kipi
Penemuan kasus KIPI merupakan kegiatan penemuan kasus KIPI atau
diduga kasus baik yang dilaporkan orangtua/pasien, masyarakat ataupun petugas
kesehatan. Pemantauan KIPI merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari
penemuan, pelacakan, analisis kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini,
merespons KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi
terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi. Bagian terpenting dalam
pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi KIPI secara lengkap agar dapat
cepat dinilai dan dianalisis untuk mengidentifikasi dan merespons suatu masalah.
Respons merupakan tindak lanjut yang penting dalam pemantauan KIPI.
2.4.4 Penanggulangan KIPI
Tatalaksana KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan kasus, pelacakan
kasus lebih lanjut, analisis kejadian, tindak lanjut kasus, dan evaluasi, Dalam
waktu 24 jam setelah penemuan kasus KIPI yang dilaporkan oleh orang tua
(masyarakat) ataupun petugas kesehatan, maka pelacakan kasus harus segera
dikerjakan. Pelacakan perlu dilakukan untuk konfirmasi apakah informasi yang
disampaikan tersebut benar. Apabila memang kasus yang dilaporkan diduga
KIPI, maka dicatat identitas kasus, data vaksin (jenis, pabrik, nomor batchlot),
petugas yang melakukan, dan bagaimana sikap masyarakat saat menghadapi
masalah tersebut.Selanjutnya perlu dilacak kemungkinan terdapat kasus lain yang
sama, terutama yang mendapat imunisasi dari tempat yang sama dan jenis lot
vaksin yang sama.Pelacakan dapat dilakukan oleh petugas Puskesmas atau
petugas kesehatan lain yang bersangkutan. Sisa vaksin (apabila masih ada) yang
diduga menyebabkan KIPI harus disimpan sebagaimana kita memperlakukan
vaksin pada umumnya (perhatikan cold chain).
Kepala Puskesmas atau Pokja KIPI daerah dapat menganalisis data hasil
pelacakan untuk menilai klasifikasi KIPI dan dicoba untuk mencari penyebab
KIPI tersebut. Dengan adanya data kasus KIPI dokter Puskesmas dapat
memberikan pengobatan segera. Apabila kasus tergolong berat, penderita harus
segera dirawat untuk pemeriksaan lebih lanjut dan diberikan pengobatan segera.
Evaluasi akan dilakukan oleh Pokja KIPI setelah menerima laporan. Pada kasus
ringan tatalaksana dapat diselesaikan oleh Puskesmas dan Pokja KIPI hanya perlu
diberikan laporan. Untuk kasus berat yang masih dirawat, sembuh dengan gejala
sisa, atau kasus meninggal, diperlukan evaluasi ketat dan apabila diperlukan
Pokja KIPI segera dilibatkan. Evaluasi akhir dan kesimpulan disampaikan kepada
Kepala Puskesmas untuk perbaikan program yang akan datang.

BAB III
METODE

3.1 LANGKAH LANGKAH PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM

148
3.1.1 Identifikasi Masalah Pada Pelaksanaan Imunisasi di Puskesmas
Kumbewaha Bulan Januari- April 2022
Target
3.1.2 No Indikator Capaian (%)
(%)

Pelaksanaan Imunisasi Dasar


1 95 % 86,02 %
Wajib Bulan Januari- April

Pelaksanaan Imunisasi DPT dan


2 95 % 13,2 %
Campak Lanjutan Januari - April

Prioritas Masalah Pada pelaksanaan imunisasi dasar wajib dengan Metode


USG
U = urgency (seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas)
S = seriousness (seberapa serius dampak yang diakibatkan isu tersebut)
G = growth (seberapa besar kemungkinan isu tersebut semakin memburuk
apabila dibiarkan)
Kriteria kegawatan masalah :

Program U S G Total

Pelaksanaan Imunisasi Dasar Wajib 4 4 5 13

Pelaksanaan Imunisasi Lanjutan 3 3 5 11

3.1.3 Analisis penyebab masalah pelaksanaan imunisasi di puskesmas


Kumbewaha pada bulan maret dan april 2022 menggunakan diagram
fishbone (Terlampir)

Manusia Metode

Kurangnya Anak sakit saat Metode


pengetahuan akan diimunisasi edukasi yang
terkait kurang menarik
imunisasi
Tidak paham Kelompok/orang
terkait PD3I tua antiimunisasi

Aktivitas
yang padat
EVALUASI
CAPAIAN
PELAKSANA
AN
IMUNISASI DI
PUSKESMAS
KUMBEWAH
Alat A PERIODE
media Ekonomi
JANUARI
SAMPAI
promosi masyarakat
APRIL 2022
Tidak ada
mengenai rendah
Imunisasi 149
Kurangn
ya
sarana
penyuluh
Sarana Dana Lingku
ngan

3.1.4 Prioritas penyebab masalah pencapaian pelaksanaan imunisasi dasar wajib


di puskesmas kumbewaha pada bulan maret sampai april 2022 dengan
metode ITR :
Cara pemilihan yang dipergunakan. Cara yang dianjurkan adalah dengan
teknik kriteria matrik (criteria matrix technique). Kriteria yang dapat dipergunakan
banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
 Pentingnya masalah
Makin penting masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Ukuran
pentingnya masalah banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah:
- Besarnya masalah (prevalence), akibat yang ditimbulkan oleh masalah
(severity), kenaikan besarnya masalah (rate of increase), derajat keinginan
masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need), keuntungan sosial
karena selesainya masalah (social benefit), rasa prihatin masyarakat terhadap
masalah (public concern), suasana politik (political climate)
 Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut.
Kelayakan teknologi yang dimaksudkan disini adalah menunjuk pada pengasaan
ilmu dan teknologi yang sesuai.

150
 Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah
(resources availability) makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya
yang dimaksudkan di sini adalah yang menunjuk pada tenaga (man), dana
(money), dan sarana (material).
Berilah nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting)
untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya
paling besar. Secara sederhana pemilihan prioritas masalah dengan teknik
kriteria matriks ini dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.
(importancy/technology/resource)

Penyebab Masalah I T R Total

Kurangnya pengetahuan terkait imunisasi 5 1 5 25

Jumlah anak yang sakit 4 1 5 20

Rutinitas yang padat 1 1 5 5

Media edukasi yang kurang menarik 5 5 3 75

Kelompok/ orang tua anti imunisasi 5 5 3 75

Berdasarakan akumulasi penyebab masalah diatas yang dapat menajdi prioritas utama
penyebab masalah yaitu
1. Kelompok orang tua yang antiimunisasi
2. Media edukasi yang kurang menarik
3. Kurangnya pengetahuan terkait imunisasi
4. Jumlah anak sakit saat akan melakukan imunisasi
5. Rutinitas orang tua yang padat
3.1.5 Alternatif solusi masalah pencapaian dan pelaksanaan imunisasi di
puskesmas kumbewaha tahun 2022
No. Solusi Masalah Tujuan Deskripsi Peserta/ Total
Sasaran

1. Penyuluhan Berkala dan Meningkatkan Penyuluhan Masyarak Rp.


edukasi pada orang tua pengetahuan dilakukan at 150.000
khususnya bagi yang orang tua terkait setiap setempat / (uang
memiliki anak untuk imunisasi yang kunjugan Orang tua transport)
pertama kali dan akan rutin bulanan di anak /
pasangan usia subur dilakukan demi posyandu/pusk PUS
mencegah esmas
penyakit melibatkan
utamanya PD3I kader aktif dan
bidan yang

151
membantu
persalinan untk
pendataan

2. membuat booklet dan Membantu Mendesain Orang tua Rp.


pamflet sebagai media dalam semenarik anak / 500.000
edukasi serta Mading meningkatkan mungkin masyaraka
informasi jadwal pengetahuan sekaligus t setempat
munisasi anak sekaligus melampirkan
sebagai salah berbagai
satumedia penyakit PD3I
edukasi dan jadwal
pelaksanaan rutin untuk
imunisasi imunisasi anak

3.1.6 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah pelaksanaan imunisasi dasar wajib


di wilayah puskesmas Kumbewaha 2022
Dalam menentukan prioritas dari solusi penyelesaian masalah, pendekatan yang
dilakukan adalah menggunakan matriks MxIxV/C, dengan komponen :
 Magnitude : seberapa besar alternatif solusi ini mampu untuk memecahkan
masalah
 Importance : seberapa permanen solusi ini dapat memecahkan masalah
 Vulnerability : seberapa cepat solusi ini dapat menyelesaiakan masalah
 Cost : besar biaya solusi

Alternatif Effectivity
No. Penyelesaian C MxIxV/C
Masalah M I V

1. Melakukan 5 4 4 1 80
penyuluhan dan
edukasi langsung pada
orang tua anak,
pasangan usia subur,
masyarakat setempat.

2. membuat booklet dan 5 3 4 2 30


pamflet sebagai media
edukasi serta madding
jadwal imunisasi

152
3.1.7 Rekomendasi Intervensi Program
Judul Penyuluhan dan Pembuatan Booklet,pamflet edukasi dan
madding jadwal imunisasi terkait imunisasi dasar wajib
dan lanjutan serta penyakit PD3I

Rumusan Masalah Capaian imunisasi dasar wajib belum mencapai target


maksimal

Penyebab Masalah Adanya hambatan dalam pelaksanaan imunisasi dasar wajib

Tujuan Tujuan umum : agar imunisasi dasar wajib setiap anak dapat
terpenuhi demi mencegah kejadian PD3I
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan imunitas setiap anak dengan pemberian
munisasi dalam mencegah kejadian PD3I
2. Menignkakan pengetahuan orang tua atau masyarakat
umum sejak dini akan pentingnya imunisasi

Rincian Kegiatan Kegiatan dilakukan dengan penyuluhan yang dirangkaiakn


dengan pembagian booklet dan pamflet yang berisi
Gambaran pelaksanaan imunisasi dan PD3I, dengan
desainyang lebih menarik dan mudah dipahami utamanya
orang tua ataupun pasangan usia subur demi lancarnya
kegiatan Imunisasi tanpa hambatan penerimaan dari
masyarakat. Pembuatan madding informasi jadwal khusus
imunisasi anak ukuran 30x20 cm yang terbuat dari karton
tebal untuk kemudian dipajang di rumah sebagai pengingat
orang tua.

Tempat Balai desa, posyandu dan Puskesmas wilayah Kumbewaha

Waktu Diskusi dokter dengan orang tua dan pasangan usia subur
tersebut dan menetapkan indikator keberhasilan, monitoring,
dan evaluasi dilakukan tiap bulan khususnya anak yang telah
berjalan atau belum melakukan imunisasi.

Estimasi Biaya Biaya yang diperlukan disesuaikan dengan keperluan


kegiatan

Metode Evaluasi Pendataan anak yang melakukan imunisasi di tiap bulannya

Indikator Keberhasilan Antusias orang tua dan anak untuk aktif melakukan
imunisasi dasar tiap bulannya sampai lengkap

153
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil dan Wilayah Puskesmas


4.1.1 Visi dan Misi Puskesmas Kumbewaha
A. Latarbelakang Puskesmas
Sesuai dengan visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat, merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang ditandai dengan
penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dan dengan prilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan oleh
puskesmas terpadu dan berkesinambungan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian
besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Penyelenggaraan puskesmas di era desentralisasi hanya dapat
digolongkan menjadi program kesehatan dasar dan program kesehatan
pengembangan. Program kesehatan dasar puskesmas yang ditetapkan
berdasarkan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia serta mempunyai
daya ungkit tinggi dalam mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan
internasional yang berkaitan dengan kesakitan, kecacatan dan kematian. Program
kesehatan dasar tersebut meliputi: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
KIA/KB, perbaikan gizi, P2M, dan pengobatan. Sedangkan program kesehatan
pengembangan hendaknya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan
masyarakat setempat terutama yang bersifat KLB atau sesuai dengan tuntutan
masyarakat sebagai program inovatif dengan mempertimbangkan ketersediaan
dan kemampuan sumber daya setempat serta dukungan dari masyarakat.
Profil puskesmas sebagai sarana informasi kesehatan dapat memberikan
bukti-bukti dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan kesehatan baik
pada tingkat puskesmas secara berkala.
B. Visi Puskesmas
Terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Kabupaten sehat
C. Misi Puskesmas
1. Menggerakan masyarakat untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
Serta mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengantisipasi kasus penyakit
sedini mungkin.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan di
wilayah Kerja Puskesmas Kumbewaha.
D. Motto dan Tujuan Puskesmas

154
a. SENYUM “ Sehat dan Nyaman Untuk Masyarakat”
TUJUAN adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yg bertempat tinggal di wilayah Kerja Puskesma
Kumbewaha maupun diluar kerja Puskesmas Kumbewaha. Upaya-upaya
kesehatan untuk mencapai Visi dan Misi diatas telah dilakukan, namun hasilnya
belum optimal. Pengelolaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan dilakukan melalui sistem manajemen kesehatan yang didukung oleh
sistem informasi kesehatan agar lebih berhasil guna dan berdaya guna untuk
kepentingan bersama.
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara evisien
2. Tujuan Khusus
- Tersedianya acuan dalam rangka pengumpulan data, pengolahan, analisis serta
pengemasan informasi.
- Tersedianya berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistim
pencatatan dan pelaporan dari masing unit-unit programmer
- Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan informasi dalam
menyusun alokasi dana/anggaran program kesehatan.
- Tersedianya bahan untuk penyusunan profil kesehatan tingkat Kabupaten dan
Propinsi

4.1.2 Geografis Wilayah dan Demografis


A. Keadaan Geografis
Puskesmas Kumbewaha merupakan salah satu dari 13 Puskesmas yang
ada di Kabupaten Buton, yang terletak di Desa Kumbewaha Kecamatan
Siotapina. Jarak dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buton ± 46, km2.
Puskesmas Kumbewaha terletak di ibukota Kecamatan Siotapina, jalan
poros Pasarwajo Lasalimu dengan luas wilayah 126,1 km2. Wilayah kerja
Puskesmas tersebut berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lambusango
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Pasarwajo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lasalimu Selatan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kuraa Kecamatan Siotapina
Keadaan alam di wilayah kerja Puskesmas Kumbewaha terdiri dari
dataran (53%), pegunungan/bukit (47%). Iklim di wilayah kerja
Puskesmas Kumbewaha adalah iklim tropis dengan musim hujan

155
umumnya bulan Desember - Mei dan musim kemarau terjadi bulan Juni -
November. Suhu udara rata-rata berkisar antara 27 ºC - 37 ºC.

B. Keadaan Demografis (Kependudukan)


Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kumbewaha adalah 7.418 jiwa tahun 2021 sesuai Pendataan
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga Tahun 2021 (PIS-PK),
yang tersebar dalam 5 (Lima) wilayah Pedesaan.
1. Desa Manuru
2. Desa Kumbewaha
3. Desa Karya Jaya
4. Desa Labuandiri
5. Desa sumber Sari

NO Kel/Desa JIWA WUS BUMIL

1 Manuru 1.311 467 50

2 Kumbewaha 2.481 543 31

3 Karya Jaya 527 115 6

4 Labuandiri 968 212 12

5 Sumber Sari 2.131 287 30

6 Jumlah 7.418 1625 128

Sumber : Data Primer Wilayah Puskesmas Kumbewaha 2022


Adapun Angka Atau Jumlah Kelahiran Perdesa Wilayah Puskesmas
Kumbewaha Terhitung Dari Januari - Sampai April 2022

NO Kel/desa Laki-laki Perempuan JIWA

1 Manuru 20 21 41

2 Kumbewaha 27 27 54

156
3 Karya Jaya 5 12 17

4 Labuandiri 10 6 16

5 Sumber Sari 14 15 29

6 Jumlah 76 81 157

Sumber : Data Primer Wilayah Puskesmas Kumbewaha per April


2022

Angka Surviving Infant Perdesa Wilayah Puskesmas Kumbewaha


Terhitung Dari Januari 2022 Sampai April 2022

NO Kel/desa Laki-laki Perempuan JIWA

1 Manuru 21 24 45

2 Kumbewaha 24 22 54

3 Karya Jaya 6 5 11

4 Labuandiri 7 9 16

5 Sumber Sari 12 15 27

6 Jumlah 70 75 145

Sumber : Data Primer Wilayah Puskesmas Kumbewaha per April


2022
Angka Batita Perdesa Wilayah Puskesmas Kumbewaha Terhitung
April 2022

NO Kel/desa Laki-laki Perempuan JIWA

1 Manuru 86 91 177

2 Kumbewaha 86 100 186

157
3 Karya Jaya 16 19 35

4 Labuandiri 36 31 67

5 Sumber Sari 56 47 103

6 Jumlah 280 288 568

Sumber : Data Primer Wilayah Puskesmas Kumbewaha per April


2022
Sebaran sosial ekonomi masyarakat dan latar belakang penddikan
Tabel distribusi penduduk menurut pekerjaan dan Pendidikan
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8

1 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS 642 3,737 4,379

2 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF 557 552 1,109 86.8 14.8 25.3

3 PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN:


a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 925 913 1,838 144.1 24.4 42.0
b. SD/MI 741 747 1,488 115.4 20.0 34.0
c. SMP/ MTs 481 396 877 74.9 10.6 20.0
d. SMA/ MA 471 333 804 73.4 8.9 18.4
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 2 2 0.0 0.1 0.0
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 2 3 5 0.3 0.1 0.1
g. AKADEMI/DIPLOMA III 50 48 98 7.8 1.3 2.2
h. S1/DIPLOMA IV 16 14 30 2.5 0.4 0.7
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 1 0 1 0.2 0.0 0.0

Sumber: UPTD Puskesmas Tahun 2021

4.2 Hasil dan Pembahasan Pelaksanaaan Program Kerja


4.2.1 Hasil Pelaksanaan Program
Target
No Indikator Capaian (%)
(%)

Pelaksanaan Imunisasi Dasar


1 95 % 86,02 %
Wajib Bulan Januari- April

Pelaksanaan Imunisasi DPT dan


2 95 % 13,2 %
Campak Lanjutan Januari – April

158
Berdasarakan tabel capaian imunisasi diatas , terkait pelayanan dan
pelaksanaan hasil imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan , dapat
dilihat bahwa capaian pelaksanaan imunisasi dasar terhitung dari januari
sampai april 2022 mencapai 86,02 % dari target capaian 95 % sedangkan
untuk imunisasi lanjutan DPT dan Campak 13,2 persen dari jumlah target 95
%. Dari angka tersebut untuk capaian imunisasi sudah terbilang cukup tinggi
jika dibandingnkan dengan capaian secara nasional dimana pencapaian
imunisasi rutin mulai menurun sejak pandemic yaitu tahun 2020, sementara
itu per tahun 2021 hanya mencapai 58,4 % dari target 79,1 %.
Namun demikian dari angka tersebut menunjukkan belum
maksimalnya anak yang mendapatkan imunisasi yang harus diberikan.
Adapun salah satu faktor penyebab yang menjadi kendala saat dilapangan
yaitu, masih adanya orang tua yang tidak memperhatikan jadwal imunisasi
rutin anaknya untuk dibawa ke pelayanan imunisasi di posyandu sesuai jadwal
yang telah ditentukan bersama, tingkat pengetahuan ibu atau orangtua yang
kurang terkait pelaksanaan imunisasi, tujuan dan manfaat diberikannya
imunisasi serta , penyebaran hoax terkait imunisasi yang berbarengan dengan
vaksinasi COVID-19.
Adapun beberapa anak yang tidak diimunisasi sesuai jadwal
dikarenakan sedang sakit atau demam yang menjadi kendala sebagai
kontraindikasi pelaksanaan imunisasi. Kurangnya media edukasi yang
menarik juga menjadisalah satu perhatian pelaksana atau petugas kesehatan
untuk lebih meningkatkan antusias orang tua dalam melakukan imunisasi pada
anaknya.
Dari beberapa penyebab masalah yang telah di uraikan yang menjadi
prioritas penyebab masalah berdasarkan metode ITR yang tertinggi adalah
media edukasi yang kurang menarik serta etnis orang tua yang tidak ingin
melakukan imunisasi pada anaknya dikarenakan pula kurangnya pengetahuan
terkait imunisasi anak.
Adapun alternative solusi penyeleaian masalah yang diharapkan
mampu merubah dan memperbaiki padangan serta antusiasme orang tua untuk

159
melakukan imunisasi rutin pada anaknya dan terjadwal yaitu dengan kegiatan
meningkatkan penyuluhan dan penyediaan media edukasi yang menarik
seperti booklet dan pamflet serta papan imformasi sebagai media atau alat
yang menjadi alarm bagi setiap orang tua di rumah jika memiliki anak yang
menjadi peserta imunisasi wajib, jika hanya dibandingkan dengan jadwal pada
buku KIA seringkali ibu atau orang tua terlupa akan imunisasi pada anaknya.
Namun program tersebut perlu peran serta masyarakat terlebih keluarga demi
tercapainya pelaksanaan imunisasi dan agar setiap anak memperoleh haknya
untuk mendapatkan imunisasi lengkap
4.2.2 Pembahasan Pelaksanaan Program
Evaluasi program ini bertujuan untuk meninjau permasalahan yang
menyebabkan pencapaian imunisasi belum maksimal di Puseksmas Kumbewaha.
Penyuluhan dan edukasi melalui booklet, pamflet yang berisikan mengenai
fakta dan mitos terkait imunisasi dan penyediaan papan informasi per rumah
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan
imunisasi yang dimulai dari kesadaran orang tua akan pentingnya imunisasi pada
anaknya demi mencegah kejadian Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
PD3I.
Tujuan utama program ini diharapkan agar setiap anak memperoleh haknya
untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap maupun imunisasi lanjutan melalui
eduaksi dan pendekatan terhadap orang tua. Yang tentunya akan berdampak pada
maksimalnya capaian imunisasi baik di wilayah puskesmas maupun secara nasional.
Adapun program ini sebagai salah satu penyelesaian masalah imunisasi yang
belum mencapai target maksimal yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat terkait pentingnya imunisasi demi mencegah penyakit yang sudah
seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi yaitu , tuberculosis, difteri, pertussis,
polio, campak dan rubella. Karena sejumlah penyakit ini sangat mempengaruhi
kualitas hidup anak kita kedepannya jika terjangkit. Kemudian edukasi perorangan
melalui booklet dan pemberian pamflet setiap orang tua serta Pembuatan papan
informasi jadwal imunisasi anak di setiap rumah untuk lebih menambah wawasan
serta kepatuhan dalam menjalankan imunisasi rutin setiap bulannya sampai selesai.
penelitian yang dilakukan oleh Kharin,AN dkk dalam Jurnal Pengabdian
Masyarakat Tentang , Pengetahuan Dan Hubungannya Dengan Sikap Orang Tua
Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Dikabupaten Bogor, salah satunya dengan
pemberian edukasi melalui tulisan berupa poster yang dibuat semenarik mungkin
memberikan hasil yang cukup sinifikan dibandingkan sebelum intervensi, dimana
penggunaan poster fakta dan mitos terkait imunisasi yang sebelumnya diberikan
kuesioner ternyata lebih menambah dan meningkatkan pengetahuan sekaligus
antusiasme ibu untuk melaksanakan imunisasi pada anaknya.
Program tersebut juga perlu peran serta keluarga agar setiap orang tua lebih
memperhatikan jadwal maupun keterlibatan dalam imunisasi dasar lengkap.
Penyuluhan , pemberian booklet dan pamflet, serta pembuatan papan informasi atau

160
biasa di kenal dengan Mading yang berisi jadwal imunisasi di setiap rumah dibuat
sedemikian rupa dan menarik agar antusiasme orangtua dalam mengaplikasikan
pelaksanaan imunisasi ini dapat ditingkatkan. Sebagaimana halnya program ini akan
terjalin dan dapat dilakukan jika tenaga kesehatan mendapatkan dukungan langsung
dari masyarakat setempat, keluarga dan utamnya orang tua anak dalam melakukan
imunisasi rutin.

BAB V
PROPOSAL

5.1 Proposal Usulan Solusi Terhadap Masalah yang ditemui pada Program
Puskesmas
5.1.1 Latar Belakang
Hingga saat ini imunisasi masih menjadi topik pembicaraan dalam dunia
kesehatan internasional, pentingnya kesadaran bersama untuk memuliakan
kesehatan menjadi prioritas setiap Negara baik negara maju mauunnegara
berkembang sebagai komitmen bersama untukmencapai apa yang menajdi tujuan
SDGs. Salah satunya yaitu menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Komitmen global mengarahkan
pada perluasan akses imunisasi sebagai perawatan kesehatan primer yangkuat dan
cakupan kesehatan universal. Imunisasi memberikan kesehatan di awal
kehidupan dan menawarkan setiap anak kesempatan untuk kehidupaan yang sehat
ssejak awal. Juga merupakan salah satu strategi mendasar dalam prioritas
kesehatan lainnya, mengendalikan virus hepatitis , untuk membatasi resistensi
antimikroba, untuk menyediakan platform bagi kesehatan remaja antenatal dan
bayi baru lahir. (Makarim, FR.2017)
Meskipun imunisasi bertujuan baik untuk dunia kesehatan , tapi tetap
saja pasti menuai pro kontra dalam kehidupan masyarakat , kajian keamanan dan
efektivitas pemberian imunisasi dasar pada bayi dan anak masih menjadi
problematika sosial di masyarakat. Isu penolakan vaksin hingga munculnya
kelompok anti vaksin menyebabkan keresahan tidak hanya di kalangan dunia
kesehatan , namun juga orang tua yang berniat memberikan vaksin anaknya.
Hingga saat ini imunisasi dasar wajib merupakan program nasional yang
dicanangkan untuk meningkatkan deraat kesehatan dan mengurangi persebaran
penyakit PD3I. Oleh karenanya perlu menjadi bahan edukasi kepada khalayak
luas untuk mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap program
imunisasi di daerah.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya pada Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang
pemberiannya tidak hanya kepada bayi dan balita saja tetapi dapat diberikan juga
untuk remaja dan dewasa (Kemenkes, 2016). Secara umum imunisasi bekerja
dengan cara memberikan bakteri atau virus yang dilemahkan baik hidup maupun
mati untuk tubuh kita membentuk antibodi terhadap suatu penyakit tertentu.
Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang tergolong murah (cost-

161
effective) karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi angka kecacatan dan
kematian akibat PD3I.
Program Perluasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Imunisasi
(EPI), menitikberatkan pada enam penyakit utama pada masa kanak-kanak
(difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, dan tuberkulosis), berhasil secara
dramatis menaikkan cakupan imunisasi di negara-negara berkembang dari 5% di
tahun 1970an menjadi lebih dari 80% dari kohort kelahiran pada 1990-an. Tidak
semua 80% diimunisasi sepenuhnya, diperkirakan bahwa upaya ini
menyelamatkan dua sampai tiga juta jiwa per tahun (Pang, 2006).
Di Indonesia sendiri, imunisasi masih menjadi masalah yang simpang
siur, pencapaian target setiap tahun yang tidak merata dari berbagai provinsi di
Indonesia menjadi perhatian besar bagi dunia kesehatan. Didalam profil
kesehatan Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2019 imunisasi dasar lengkap
di Indonesia sebesar 93,7%. Angka ini sudah memenuhi target Renstra tahun
2019 yaitu sebesar 93%. Sedangkan menurut provinsi, terdapat 15 provinsi yang
mencapai target Renstra tahun 2019. Telah diketahui bahwa seluruh bayi di
Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jambi, DI
Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL). Provinsi dengan capaian imunisasi dasar lengkap paling rendah yaitu Aceh
(50,9%). Capaian imunisasi dasar lengkap di Provinsi Jawa Timur adalah
99,34%. Terdapat 14 Kabupaten/Kota dengan cakupan 100% atau lebih.
Kabupaten Bojonegoro memiliki cakupan tertinggi yaitu 112,4% dan Kabupaten
Bangkalan memiliki cakupan terendah yaitu 72,02%, khususnya di Kecamatan
Socah wilayah kerja Puskesmas Jaddih dengan capaian sebesar 341 bayi (80,6
%), yang seharusnya dengan target 415 bayi (98%) dari total 423 bayi (Profil
Kesehatan Indonesia, 2019).
Sementara itu , baru baru ini berdasarkan laporan tahun 2021 Capaian
imunisasi rutin mengalami penurunan sejak tahun 2020. Plt Dirjen Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI dr. Maxi Rein
Rondonuwu mendorong terus pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan
untuk mengejar target cakupan imunisasi 79,1%. Berdasarkan laporan data
imunisasi rutin bulan Oktober 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru
mencapai 58,4% dari target 79,1%. Banten baru mendekati target cakupan
imunisasi dasar lengkap yakni 78,8%. Sementara itu ada sejumlah daerah lain
yang cakupan imunisasi dasar lengkapnya di atas 60% antara lain Sulawesi
Selatan, Bengkulu, Sumatera Utara, Bali, Gorontalo, Lampung, Bangka Belitung,
Jawa Timur, Jambi. “Ini mestinya jadi pembelajaran bagi provinsi lain. Cakupan
imunisasi yang rendah dan tidak merata dapat menyebabkan timbulnya akumulasi
populasi rentan yang tidak kebal terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). (Widyawati, 2022).
Faktor yang menjadi penentu dalam pemberian imunisasi di masyarakat
adalah perilaku masyarakat itu sendiri. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
tidak terpenuhinya pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi secara
merata. Menurut dari beberapa penelitian yang dilakukan menyebutkan beberapa
hambatan yang menjadi kendala dalam pemberian imunisasi yaitu seperti tradisi
(budaya), dukungan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, pengetahuan ibu,
pekerjaan orang tua, akses atau jangkaun pelayanan imunisasi, sikap dan perilaku

162
ibu, informasi terkait imunisasi, keterbatasan waktu, komposisi vaksin, usia ibu,
status imunisasi, peran petuga kesehatan, dukungan tokoh agama, kepatuhan ibu,
kehadiran balita serta pendapatan orang tua. (Zafirah. 2021)
Berdasarkan data tersebut, capaian imunisasi di Indonesia dan
pelaksanannya masih perlu menjadi perhatian dan dititik beratkan mulai dari
proses pelaksanaan program di lapangan, kepatuhan masyarakat, dan juga dari
semua pihak terkait untuk menyelaraskan dan mencapai target imunisasi nasional
kesehatan yang lebih baik. Meningkatkan pemahaman masyarakat terkait
imunisasi rutin dan lengkap akan menjadi kerja sama yang baik antara tenaga
kesehatan dan masyarakat dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada anak.
Terlepas darisegala kemungkinan yang terjadi dilapang mulai dari jumlah
anak yang tidak diimunisasi karena berhalangan atau sementara sakit, sehingga
terjadi penundaan imunisasi, kurangnya pengetahuan orang tua terkait bahaya
penyakit yang dapat terjadi jika anak tidak diimunisasi, dan kelompok yang
menjadi bagian anti vaksin atau imunisasi yang menyebabkan kurangnya
partisipasi orang tua dalam menjalankan program imunisasi. Diharapkan dengan
adanya peningkatan kegiatan tenaga kesehatan , mulai dari penyuluhan dan
sweeping dapat menjadi barrier dalam menanggulangi menurunnya angka
capaian imunisasi rutin lengkap pada anak.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan
penelitian mengenai capaian dan kendala serta penignkatan pelaksanaan
imunisasi dasar lengkap pada anak utamanya di puskesmas Kumbewaha.

5.1.2. Tujuan
Mendorong masyarakat khususnya orang tua dalam mengambil
langkah yang tepat untuk melibatkan anaknya sebagai peserta terdaftar di
Puskesmas Kumbewaha dalam pelaksanaan program pemberian
imunisasi dasar lengkap maupun imunisasi lanjutan demi mencegah
kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

5.1.3. Sasaran Kegiatan


Seluruh masyarakat atau orang tua khususnya pasangan
usia subur atau yang memiliki anak usia 0- 2 tahun yang teraftar
sebagai peserta atau warga wilayah Puskesmas Kumbewaha.
5.1.4. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah PROGRAM PELAKSANAAN
IMUNISASI DASAR LENGKAP DAN LANJUTAN PADA
ANAK.
5.1.5. Bentuk Kegiatan

163
 Aktivitas Penyuluhan, Inform Consent dan Konsultasi
Medis/Edukasi
Jadwal Penyuluhan disesuaikan dengan Pertemuan Bulanan
Posyandu dan konsultasi tergantung kunjungan antara pasien
dengan faskes pengelola. Edukasi melalui booklet, pembagian
pamflet tentang hal hal penting terkait imunisasi dan
pelaksanaannya.
Pembuatan papan informasi atau madding rumah terkait
penjadwalan imunisasi sesuai anggota keluarga atau anak yang
mengikuti program imunisasi lengkap dan lanjutan. Dan
memberi himbauan agar melakukan imunisasi rutin pada anaknya
demi menjaga kualitas hidup sehat dan mencegah dari PD3I.
5.1.6. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini akan diselenggarakan pada bulan September
2022 dengan pertemuan disesuaikan jadwal posyandu dan setiap
adanya kunjungan persalinan di Wilayah Puskesmas Kumbewaha.
tempat pelaksanaan kegiatan yaitu di ruang KIA dan Posyandu
Wilayah Puskesmas Kumbewaha.
5.1.7. Estimasi Dana
Estimasi dana akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
kepala Puskesmas Kumbewaha

5.1.8. Penutup
Demikianlah proposal ini disusun, kami yakin bahwa
terlaksananya semua agenda acara tersebut sepenuhnya atas dasar
partisipasi dan kerjasama yang baik oleh semua pihak. Atas dasar
itulah kami mengajak semua pihak untuk dapat terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam upaya pelaksanaan
Imunisasi dasar lengkap dan Imunisasi lanjutan dengan tujuan
tercapainya generasi sehat berkualitas. Atas perhatian dan kerja
samanya, kami ucapkan terima kasih.

164
BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan dan Saran Puskesmas Kumbewaha

a. Simpulan
Berdasarkan hasil wawancara, peninjauan lapangan dan pengolahan
data primer yang ada di Puskesmas Kumbewaha Per Januari sampai April
2022. dapat disimpulkan bahwa

1. Capaian imunisasi pada triwulan pertama untuk imunisasi dasar belum


mencapai maksimal sekitar 86,02% dan imunisasi dasar lanjutan
sebesar 13,2%.

2. Adapun yang menjadi penyebab masalah adalah sebagai berikut:


a. Tingkat pengetahuan orang tua terhadap imunisasi yang rendah
b. Jumlah kunjungan anak sakit saat akan diimunisasi
c. Aktivitas yang padat sehingga orangtua lupa membawa anaknya
untuk mendapatkan imunisasi
d. Media edukasi yang kurang menarik sehingga pasien tidak
memahami betapa pentingnya pelaksanaan imunisasi rutin yang
lengkap
e. Kelompok atau orang tua yang anti terhadap imunisasi, karena
pengetahuan, kesibukan dan informasi hoax yang tersebar.
3. Adapun alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a. Memberikan penyuluhan tambahan terkait imunisasi kepada
masyarakat khususnya pasangan usia subur
b. Membuat booklet , pamflet sebagai media edukasi
c. Membuat Mading atau Papan Informasi jadwal Imunisasi anak di
setiap rumah, dengan tujuan sebagai media pengingat untuk
pelaksanaan imunisasi pada anaknya

b. Saran

165
Berdasarkan masalah pencapaian imunisasi yang belum maksimal,
sebainya pihak puskesmas menindak lanjuti pelaksanaan demi pencapaian
imunisasi yang dapat melibatkan semua pihak, khususnya orang tua anak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan lanjutan. Dengan tujaun agar
setiap anak terbebas dari PD3I. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa
penyuluhan, penyediaan sarana dan prasarana, booklet, pamflet dan
embuatan Mading Informasi dan Jadwal Imnusisasi setiap anak di rumah.
Dengan demikian output yang diharapkan semua anak mendapatkan
imunisasi rutin yang lengkap termasuk imunisasi dasar dan lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Akib P.A., Purwanti A. 2011. Kejadian Ikutan pasca Imunisasi (KIPI)


Adverse Events Following Imumunization (AEFI). Dalam Pedoman
Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat. Penyunting: Ranuh Gde,
Suyitno H, Hadinegoro S.R.S, Kartasasmita C.B, Ismoedijanto dkk.
Jakarta: IDAI.
Dian NH, Elis M, Ester R, Fia S, Hendro S, Heni S. 2014 Buku Ajar
Imunisasi . Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan:
Jakarta Selatan.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI.
2017. Modul Pelatihan Imunisasi bagi petugas Puskesmas (Basic
Health Worker’s training module).
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI.
2017. Petunjuk Teknis Introduksi Imunisasi DTP-HB-Hib
(Pentavalen) Pada Bayi dan Pelaksanaan Imunisasi Lanjutan Pada
Anak Balita.
Ditjen PP & PL Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat
Puskesmas. Jakarta: Ditjen PP & PL Depkes RI.
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

166
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2017.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Makarim F.R. Kewajiban Imunisasi Dasar, Manfaat Dan Keamanan. Riptek
Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 87-96
Nanda K, A., Amelia, Fidelia C, Fairuz AD, Aulia RF, Annisa AJ, dkk. 2021.
Pengetahuan, Pendidikan, Dan Sikap Ibu Terhadap Imunisasi Dasar
Lengkap Di Kabupaten Bogor. Jurnal Pengabdian Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Universitas Indonesia. Hal 25-31.
Profil Kesehatan Indonesia. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Watson C, penyunting. National Immunisation Program: The Australian
Immunisation Handbook. Edisi ke-6. Commonwealth of Australia:
National Health and Medical Research Council 1997
Widyawati, MKM. 2022. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Baru 58,4%,
Kemenkes Dorong Pemda Kejar Target. Kemkes.go.id. Jakarta : Biro
Komunikasi dan pelayanan Masyarakat.
World Health Organization (WHO). World Immunization Week 2017
#VACCINESWORK. US. 2017 Vaccine-preventable diseases:
monitoring system 2011 global summary. WHO- UNICEF estimates
of DTP3 coverage.[Accessed: 1 Feb 2012]. Available from:
http://www.who.int/immunization_monitoring/en/globalsummary/ti
meseries/tswucoveragedtp3.htm
Zafirah, Fira. 2021. Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Yang Berumur 29 Hari – 11
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaddih Kabupaten Bangkalan
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, April 2021, 1 (4), 341-348.
Available online at
http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index

167
LAPORAN KASUS
HERPES ZOOSTER THORACAL SINISTRA 5 April 2022
Narasumber : dr. Hj. Adolfina

Peserta Hadir : Dokter Pendamping , Peserta PIDI

Pendamping : dr. Hj. Adolfina

Jenis Laporan Kasus : dipersentasikan di depan pendamping

Topik Kegiatan : Medik

Judul Laporan : Penanganan pada penderita Herpes Zooster

SUBJEKTIF : S O A P Pasien
S: Identitas Pasien : tn. AWH , Laki- laki berusia 17 tahun, TB: 167,5 cm , BB: 47 kg,
Pekerjaan : Pelajar.

Anamnesis :
Pasien laki laki berusia 17 tahun datang ke poli puskesmas dengan keluhan muncul bisul pada
dada dan punggung belakang bagian kiri yang dirasakan sudah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
muncul awalnya hanya berupa bisul kecil yang terasa gatal pada punggung belakang bagian kiri
dan kemudian setelah dua hari semakin menyebar ke area dada kiri. Bisul dirasakan gatal dan
nyeri terutama saat disentuh oleh pakaian atau terkena udara dingin. Nyeri dirasakan terus
menerus dan terasa berdenyut serta terasa panas, pasien mengatakan kurang lebih nyerinya 7/10
jika dapat digambarkan. Keluhan demam, batuk , mual dan muntah tidak ada . riwayat buang air
besar dan buang air kecil lancar. Tidak ada riwayat penyakit yang sama sebelumnya, tidak ada
riwayat penyakit cacar air sebelumnya, riwayat masa kecil tidak diketahui.. Tidak ada keluhan
yang sama dalam keluarga ataupun teman di lingkungannya. Riwayat penyakit alergi tidak ada,
riwayat penyakit ginjal sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit diabetes dan hipertensi dalam
keluarga tidak ada. Pasien merupakan seorang perokok dan riwayat sering mengonsumsi alkohol,
riwayat mengonsumsi obat obatan sebelumnya tidak ada. keluhan seperti ini baru pertama kali
dirasakan oleh pasien dan belum pernah berobat sebelumnya.

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


Pemeriksaan Fisis:
KU sakit sedang , komposmentis, VAS : 7/10, TD: 120/80 mmHg, N 90X/menit, P: 20x/menit,
S: 36,5*C, SpO2: 98%, BB; 47 kg, TB; 167,5 cm , IMT : 16,8 Kg/m2 (Gizi Kurang)

Kepala: Konjungtiva pucat -/-, Sclera ikterik -/-, Rhinore tidak ada, Otore tidak ada, pembesaran
kelenjar getah bening tidak ada.

Mulut; Karies ada, tidak ada tanda peradangan, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1.

Thoraks: pergerakan dada simetris bilateral, auskultasi vesicular(+/+), wheezing (-/-), rhonki

(-/-).

Status lokalis: pada regio thoracal tampak lesi dermatom setinggi thoracal 3-5 sinistra, tampak
vesicle yang bergerombol, multiple , berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi antara 0,3-
0,5 cm, berisi cairan bening dengan dasar eritem yang tersebar, unilateral, tidak menyilang garis
tengah tubuh.

Jantung: Bunyi jantung I/II regular , bising (-)

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


Abdomen: datar, peristaltik (+) kesan normal, nyeri tekan epigastrium kiri (-),ascites(-),
pembesaran hepar dan lien tidak ada. nyeri tekan abdomen tidak ada.

Ekstremitas: Akral hangat , edema tidak ada. CRT < 2 det kesan normal

Diagnosis
Pasien didiagnosis sebagai Herpes Zooster Thoracalis Sinistra berdasarkan anamnesis dari
manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien.

Tatalaksana :
Terapi non farmakologi:

- Menghindari menggaruk area vesikel untuk mencegah luka dan infeksi opportunistic
- Menggunakan pakaian yang halus untuk menghindari gesekan berlebihan
- Menjelaskan pasien tentang penyakitnya
- Menjaga lesi kulit tetap bersih , menggunakan pakaian yang longgar
- Kompres dingin untuk membantu meredakan nyeri
- Istirahat, jangan stress dan makan makanan bergizi
- Kurangi/ berhenti konsumsi alkohol dan merokok

Terapi farmakologi :

- Acyclovir tab 400 mg 5x2 tab selama 7 hari berturut turut


- Acyclovir zalf 3 dd zalf 1 sampai bisul menghilang
- Asam Mefenamat tab 500mg 3 dd 1 pc selama keluhan nyeri
- Vitamin B1 3 dd 1 selama 10 hari
- Vitamin B6 3 dd 1 selama 10 hari

Anjuran untuk kontrol kembali setelah pengobatan habis atau jika keluhan semakin
memberat selama pengobatan

OBJEKTIF : Tinjauan Pustaka


Definisi :
Herpes zoster atau shingles merupakan manifestasi klinis karena reaktivasi virus varisela zoster
(VZV). Selama terjadi infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa
menuju ujung saraf sensorik. Kemudian menuju ganglion dorsalis. Dalam ganglion, virus
memasuki masa laten dan tidak mengadakan multiplikasi lagi. Reaktivasi terjadi jika sistem

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


imun tubuh menurun (Schmader KE.2012). Karakteristik penyakit ini ditandai dengan adanya
ruam vesikular unilateral yang berkelompok dengan nyeri yang radikular sekitar dermatom.
(Paller AS.2016)

Epidemiologi
Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan
biasanya jarang mengenai anak-anak. Di Amerika Serikat lebih dari 1 juta kasus herpes zoster
setiap tahun dan lebih dari 90 persen orang dewasamemiliki bukti serologi infeksi virus varicella
zoster dan beresiko menjadi herpes zoster. Insiden herpes zoster sekitar 3 - 4 kasus per 1000
orang. Orang yang berusia diatas 85 tahun dan tidak mendapatkan vaksinasi beresiko 50%
menderita herpes zoster dan 3 %pasien memerlukan perawatan di rumah sakit. Frekuensi untuk
terjadinya herpes zoster akan meningkat jika seseorang terinfeksi human immunodeficiency virus
(HIV), mengalami keganasan hematologi, melakukan transplantasi organ atau tulang belakang,
menderita lupus eritematosus dan sedang melakukan terapi immunosupresif. Herpes zoster
terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi pada orang yang seropositif HIV daripada mereka
yang seronegatif. Pada orang yang seropositif HIV terjadi insiden kasus 29,4% herpes zoster per
1000 orang setahun dibandingkan dengan 2,0% kasus per 1000 orang setahun dengan HIV
seronegatif (Pusponegoro,dkk.2014)

Etiologi;
Penyebab utama dari penyakit herpes zoster adalah VZV (varicella zoster virus ). Virus
varicella sendiri merupakan golongan virus herpes yang memiliki nukleus deoxyribonucleic acid
(DNA). Virus varicella zoster dapat menyebabkan infeksi klinis utama pada manusia yaitu
varisela dan herpes zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada
individu yang berkontak dengan virus varicella zoster. Varisela zoster mengalami reaktivasi,
menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama herpes zoster. Faktor risiko utama
untuk herpes zoster adalah bertambahnya usia. Dengan meningkatnya waktu setelah infeksi virus
varicella, ada penurunan tingkat kekebalan sel T terhadap virus varisella zoster (Mancini AJ.
2011). Orang dengan riwayat keluarga menderita herpes zoster akan lebih besar terkena herpes
zoster daripada orang yang tidak ada riwayat keluarga herpes zoster. Varisela yang terjadi saat
dalam masa kandungan atau awal masa kanak-kanak, dimana ketika sistem kekebalan selular

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


tidak sepenuhnya matang, berhubungan dengan herpes zoster di masa kanak-kanak. Risiko
terjadinya herpes zoster sama untuk perempuan dan laki-laki. (Pusponegoro, dkk.2014)

Patofisiologi
Infeksi primer dengan VZV atau varicella pada umumnya ringan, merupakan
penyakit self-limited yang biasanya ditemukan pada anak-anak ditandai dengan demam ringan
dan disertai vesikel berisi cairan yang gatal pada seluruh tubuh. Sesudah infeksi primer varicella,
VZV menetap dan laten dalam akar ganglion sensoris dorsalis. Sesudah beberapa dekade, virus
neurotropik ini dapat mengalami reaktivasi dan menyebabkan herpes zoster. Herpes Zoster
ditandai dengan erupsi vesikel unilateral yang nyeri, khasnya mengikuti dermatom saraf
sensorik. Varicella ditransmisi melalui rute respirasi.Virus menginfeksi sel epitel dan limfosit di
orofaring dan saluran nafas atas atau pada konjungtiva, kemudian limfosit terinfeksi akan
menyebar keseluruh tubuh. (Schmader KE,dkk.2012)

Virus kemudian masuk kekulit melalui sel endotel pembuluh darah dan menyebar ke sel
epitel menyebabkan ruam vesikel varicella. Penularan dapat terjadi melalui kontak lesi di kulit.
Lesi vesikular akan berubah menjadi pustular setelah infiltrasi sel radang. Selanjutnya lesi akan
terbuka dan kering membentuk krusta, umumnya sembuh tanpa bekas. Waktu dari pertama
kali kontak dengan VZV sampai muncul gejala klinis adalah 10-21 hari, rata-rata 14 hari. Setelah
infeksi primer, virus akan menginfeksi secara laten neuronganglia cranial dan dorsal.6 Reaktivasi
virus varicella-zoster (VZV) sepanjang penyaluran saraf sensorik yang menginervasi telinga,
biasanya mencakup ganglion geniculatum, yang menyebabkan herpes zoster otikus. Gejala
terkait, seperti gangguan pendengaran dan vertigo, diperkirakan terjadi sebagai akibat penularan
virus melalui kedekatan langsung saraf kranial VIII kenervus VII pada sudut serebello pontine
atau melalui vasa vasorum yang melakukan perjalanan dari nervus VII ke yang lain. (Tom WL,
dkk.2011)

Diagnosis
Penegakan diagnosis pada Herpes Zooster dapat dilakukan dengan anamnesis terkait
manifestasi yang dialami seorang pasien , kemudian pemeriksaan fisik dan bisa dilanjutkan
dengan beberapa pemeriksaan tambahan sebagai penunjang. Penderita dengan keluhan Herpes
zoster sangat khas dan spesifik yaitu dari segi manifestasi klinis pasien biasanya datang dengan

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


keluhan adanya bintil bintil berair yang makin meluas pada sesisi tubuh yang disertai rasa nyeri
atau gatal, adapun gejala tambahan yang dapat dialami oleh pasien berupa demam , gejala flu ,
atau flu like syndrome.sedangkan , pada pemeriksaan fisik untuk gejala ringan sampai berat
biasanya didapatkan vesikel multipel bergerombol berisi cairan jernih di atas dasar kulit yang
eritema yang sifatnya unilateral atau bersesuaian dengan dermatom tubuh. (PERDOSKI, 2017)

Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks, biasanya didahului gejala sistemik seperti demam, anoreksia dan
malaise dengan gejala klinis ditemukan vesikel yang berkelompok diatas kulit yang
eritematosa, terdapat cairan yang jernih kemudian bisa menjadi seropurulen. Bisa
ditemukan krusta dan ulserasi yang dangkal. Lokasi pada bibir atau genitalia.
2. Dermatitis venenata, dengan gejala klinis ditemukan eritema, edema, vesikel, bula,
dan rasa panas di daerah kontak. (Schmader KE,dkk.2012)

Pemeriksaan Penunjang:
1. pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, Jumlah leukosit, laju sedimentasi eritrosit (LED), dan
elektrolit serum sangat membantu dalam membedakan sifat infeksi dan inflamasi dari
herpes zoster okustik.
2. pemeriksaan PCR
Untuk menegakkan diagnosis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
polymerase chain reaction (PCR) merupakan tes yang paling sensitif dan spesifik dengan
sensitifitas berkisar 97-100%, membutuhkan setidaknya satu hari untuk mendapatkan
hasilnya. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat. Tes ini
dapat menemukan asam nukleat dari virus varicella zoster.
3. Tzank Test
Pada infeksi virus dapat ditemukan sel datia berinti banyak yang merupakan sel berukuran
besar yang mengandung 4–10 inti dan badan inklusi intranuklear asidofilik. Pemeriksaan
Tzanck sangat sederhana, memberikan hasil yang cepat dan sensitif. Pemeriksaan dilakukan

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


terhadap kerokan pada dasar vesikel yang diwarnai dengan hematoksilin eosin, giemsa atau
papanicolau. (Dworkin R,dkk.2007)

Penatalaksanaan :
Tujuan utama terapi pada pasien herpes zoster yaitu untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah kearah yang lebih parah, mengurangi rasa nyeri akut dan kronis dan mengurangi
komplikasi. (Gnann J, dkk.2002). Terapi antiviral yang dapat diberikan asiklovir, famciclovir,
valacyclovir, obat ini dapat menghambat polymerase VZV. (Schmader KE,dkk.2012)
Secara umum obat ini aman dan ditoleransi aman pemberian pada orang tua. Efek
samping biasanya mual, muntah, diare, sakit kepala pada 8%-17% pasien. Asiklovir diberikan 5
kali 800 mg sehari selama 7–10 hari atau famciclovir diberikan 250-500 mg 3 kali sehari selama
7 hari. Obat ini diekresikan di ginjal sehingga dosisnya harus disesuaikan karena memungkinkan
terjadinya insufisiensi ginjal atau alternatif obat lain yaitu valacyclovir diberikan sebanyak 1000
mg 3 kali sehari. Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan insufisiensi ginjal, trombotik
trombositopeni purpura atau hemolitik uremik sindrom dan dosis 8000 mg sehari pada pasien
dengan defisiensi sistem imun.
Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder misalnya kulit menjadi bernanah dan
terkelupas. Untuk pengobatan secara topical diberikan tergantung stadium herpes zoster.
Pemberian bedak dapat diberikan jika masih dalam stadium vesikel tujuannya supaya vesikel
tidak pecah sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. Dilakukan kompres terbuka bila terjadi erosif
dan dapat diberikan salep antibiotik bila terjadi ulserasi. KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
diberikan untuk mencegah penularan, menjaga lesi tetap kering, dan menjaga kebersihan lesi
untuk mengurangi resiko superinfeksi bakteri. (PERDOSKI, 2017)

Komplikasi :
Komplikasi herpes zoster yaitu neuralgia postherpetik (PHN) dan masalah oftalmik.
Neuralgian postherpetik biasanya didefinisikan sebagai rasa sakit pada dermatom yang masih
ada selama satu bulan setelah onset ruam, kadang-kadang bisa terjadi selama tiga bulan.
Meskipun PHN dapat hilang setelah beberapa bulan, juga dapat berkembang menjadi sindrom
sakit terus - menerus. Komplikasi yang lain dapat juga menyebabkan pneumonitis dan ensefalitis

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


Prognosis : Bonam , Prognosis pada Herpes Zooster Cenderung baik jika dilakukan pengobatan secara
dini. (Weaver B.2009)
ASSESMENT
Herpes zoster dapat terjadi akibat dari infeksi VZV yang mengalami reaktivasi setelah
masa dorman di ganglion dorsalis. Mula-mula penderita mengalami demam atau panas, sakit
kepala, lemas danfotofobiaakutdisertai nyeri yang terbatas pada satu sisi tubuh saja. Pada fase
akut selanjutnya muncul makula kecil eritematosa di bagian tubuh yang nyeri, dalam 1-2 hari
akan berubah cepat menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi vesikel, semakin hari
menyebar dan membesar, dapat disertai dengan rasa gatal dan nyeri yang tak tertahankan.
Kemunculan vesikel baru lebih dari satu minggu hal tersebut berhubungan dengan sindrom
imunodefisiensi. Cairan vesikel akan menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang sehingga
akan menjadi pustula. Lesi kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga
terbentuk umbilikasi dan akhirnya akan menjadikrusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12
hari, krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu, dan sembuhdalamwaktu 3-4 minggu.
Pada kasus, riwayat menderita varicella sebelumnya tidak diketahui, adapun regio herpes
zoster yang ditemukan yaitu pada region thoracal setinggi vertebra Thoracalis T3-T5. Ditemukan
vesikel bergerombol multiple , berbentuk bulat dengan ukuran 0,3-0,5 cm berisi cairan bening
pada permukaan kulit yang eritematous bersifat unilateral, tidak melewati garis tengah tubuh,
hal ini sesuai dengan Gambaran khas klinis dari herpes zoster yang diderita oleh pasien.
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat
dipertimbangkan untuk mendiagnosis herpes zoster yaitu seperti pemeriksaan sediaan apusan
dengan pewarnaan Tzank, yang akan ditemukan giant cell pada sediaan. Namun pada pasien
tidak diperiksakan karena keterbatasan alat dan reagen untuk pemeriksaan, sehingga diagnosis
pada pasien hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Terapi pada penderita dengan herpes zoster adalah terapi antiviral. Terapi yang dapat
diberikan yaitu asiklovir, famciclovir, valacyclovir, obat ini dapat menghambat polymerase
VZV. Secara umum obat ini aman dan ditoleransi aman pemberian pada orang tua. Efek samping
biasanya mual, muntah, diare, sakit kepala pada 8%-17% pasien. Asiklovir diberikan 5 kali 800
mg sehari selama 7–10 hari atau famciclovir diberikan 250-500 mg 3 kali sehari selama 7 hari.
Obat ini diekresikan di ginjal sehingga dosisnya harus disesuaikan karena memungkinkan
terjadinya insufisiensi ginjal atau alternatif obat lain yaitu valacyclovir diberikan sebanyak 1000

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


mg 3 kali sehari. Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan insufisiensi ginjal, trombotik
trombositopeni purpura atau hemolitik uremik sindrom dan dosis 8000 mg sehari pada pasien
dengan defisiensi sistem imun. Pada kasus pasien merupakan pasien anak , akan tetapi berat
badan yang dimiliki sudah mencapai dewasa sehingga dosis yang diberikan sama seperti dosis
dewasa, yaitu diberikan terapi Asiklovir 400 mg , dikonsumsi sebanyak 5 kali sehari dengan
setiap kali minum 2 tablet selama 7 hari. Selain itu juga diberikan salep asyclovir sebanyak 3 kali
pemberian sehari. Pengobatan analgetik dan juga pemberian vitamin B1 dan B6 sebagai
imunosuplemen dan juga neuroprotektor. KIE (komunikasi, informasi, edukasi) diberikan untuk
mencegah penularan, menjaga lesi tetap kering, dan menjaga kebersihan lesi untuk mengurangi
resiko superinfeksi bakteri.

PLANNING
Perencanaan terapi yang diberikan disesuaikan dengan terapi atau medikais yang tersedia di
puskesmas

Terapi non farmakologi:

- Menghindari menggaruk area vesikel untuk mencegah luka dan infeksi opportunistic
- Menggunakan pakaian yang halus untuk menghindari gesekan berlebihan
- Menjelaskan pasien tentang penyakitnya
- Menjaga lesi kulit tetap bersih , menggunakan pakaian yang longgar
- Kompres dingin untuk membantu meredakan nyeri
- Istirahat, jangan stress dan makan makanan bergizi

Terapi farmakologi :

- Acyclovir tab 400 mg 5x2 tab selama 7 hari


- Acyclovir zalf 3 dd zalf 1sampai bisul menghilang
- Asam mefenamat tab 500 mg 3 dd 1 selama keluhan nyeri
- Vitamin B6 3 dd 1 10 hari
- Vitamin B1 3 dd 1 10 hari

Anjuran untuk datang kontrol setelah pengobatan selesai atau saat keluhan memberat selama
pengobatan.

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi


DAFTAR PUSTAKA
Data Primer Pasien Puskesmas Kumbewaha. 2022. Temuan Kasus Klinis pasien dengan
Herpes Zooster Thoracal Sinistra.
Dworkin R, Robert WJ, Judith B, John WG, Myron JL, Miroslav B, dkk. Recommendation
for the Management of Herpes Zoster. Clinical Infectious Diseases 2007; 44: S1-26
Mallory SB, Bree A, Chern P. Illustrated Manual of Pediatric Dermatology Diagnosis and
Management. United Kingdom: Taylor & Francis, 2005
Mancini AJ, Wargon O. Viral infections. In: Schachner LA, Hansen RC. Pediatric
Dermatology (4th ed). Philadelphia: Elsevier, 2011; p. 1425-69.
Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz. Clinical Pediatric Dermatology (5th ed). Canada: Elsevier
Saunders, 2016.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2017.
Pusponegoro EHD, Nilasari H, Lumintang H, Niode JN, Daili SF, Djauzi S. Buku Panduan
Herpes Zoster di Indonesia 2014. Jakarta: Balai Penerbit. FKUI, 2014.
Richard J W, Gnann J. Herpes Zoster. N Engl J Med 2002, vol. 347, no 5
Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zooster. In: Goldsmith A, Katz SI,
Gilchnest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine (8th ed). New York: Mc Graw-Hill, 2012; p. 2383-401.
Tom WL, Freidlander SF. Viral exanthem. In: Irvine AD, Hoeger PH, Yan AC. Harpers’
Textbook of Pediatric Dermatology (3rd ed). Oxford: Blackwell publishing, 2011; p.
49.1-14.
Weaver B. Herpes Zoster Overview Natural History and Incidence. J Am Osteopath Assoc.
2009;109 (2); s2-s6

BORANG INTERNSIP 2022 | dr. Nur Jadi

Anda mungkin juga menyukai