DI PUSKESMAS SEMEMI
PROPOSAL
Oleh:
ANJAR ARUM SITI MASITOH
P27824416049
PENDAHULUAN
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) adalah dana yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan
disimpan sendiri di rumah atau dikelola oleh kader desa siaga yang telah ditunjuk yang akan
diambil saat persalinan dan pasca persalinan . Tabulin merupakan salah satu indikator
(Dinkes Surabaya, 2019 dalam Nurchakim, 2019). Menurut Kementrian Kesehatan (2011)
tabulin bersifat insidensial, keberadaannya terutama pada saat mulainya kehamilan dan dapat
berakhir pada saat seorang ibu sudah melahirkan, tabungan ini akan sangat membantu bagi
ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan terutama kendala dalam hal
biaya sudah dapat teratasi, hal ini juga sangat berdampak pada psikologis ibu, ibu hamil
Keberadaan ibu hamil di suatu wilayah dapat diketahui dengan adanya cakupan
kunjungan kehamilan pertama (K1), dengan adanya pendataan ibu hamil K1 setiap ibu hamil
dapat terpantau keberadaannya, sehingga pelaksanaan P4K dapat dilakukan sedini mungkin.
Capaian cakupan ibu hamil K1 di kota Surabaya tahun 2018 adalah 99,51 % dari 46.721 ibu
hamil di Surabaya. Di wilayah Puskesmas Sememi cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah
991 dari 976 ibu hamil (101,54 %) (Profil Kesehatan Surabaya, 2018). Pada studi
pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 1 November 2019 di Puskesmas Sememi,
menurut pernyataan dari tiga kader di Puskesmas Sememi terdapat beberapa RW yang
program tabulinnya belum berjalan dengan baik. Pelaksaaan tabulin yang tidak berjalan baik
akan berakibat pada keterlambatan penanganan medis karena terdapat kendala biaya,
keterlambatan tersebut biasa disebut dengan “Empat Terlambat” yaing terdiri dari 1)
rujukan 3)Terlambat mendeteksi resiko tinggi pada ibu dan bayi 4) Terlambat penanganan di
tempat rujukan.
Notoatmodjo (2014) terdapat 3 faktor penyebab yang dapat mempengaruhi peran kader.
menyebutkan faktor predisposisi terkait faktor dalam diri kader (usia, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pendapatan, masa kerja, sikap, motivasi), faktor pendukung terkait
hal yang mempengaruhi kader berperilaku (infrastruktur), dan faktor pendorong yang
menguatkan perilaku kader (dukungan sosial). Pelaksanaan peran kader posyandu akibat
pengaruh dari berbagai faktor, salah satunya motivasi yang sifatnya terus menerus. Motivasi
dianggap sebagai kekuatan yang muncul dari dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu
karena ada kebutuhan. Motivasi dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Seseorang yang
memiliki motivasi tinggi cenderung bekerja lebih baik dari pada yang memiliki motivasi
Untuk meningkatkan peran serta kader sesuai dengan jurnal dari Shoefi Dieni M. yang
berjudul Peran dan Motivasi Kader dalam Pelaksanaan Kelurahan Siaga Aktif Wonokromo
Surabaya tahun 2015, harus terdapat beberapa upaya dari pihak puskesmas dan swasta,
dukungan dari pihak puskesmas dapat berupa pembinaan dan pendampingan yang dilakukan
tenaga kesehatan khusunya bidan untuk meningkatkan kemampuan kader dalam mendeteksi
maupun mencari solusi atas masalah kesehatan yang dihadapi, kemitraan dengan pihak
swasta menambah dukungan sosial secara materiil untuk menunjang kegiatan yang dilakukan
kader, dukungan secara materiil ini merupakan imbalan yang didapatkan kader atas
persetujuan dari kerja sama yang dilakukan oleh pihak swasta, serta faktor intrinsik dari
kader sendiri yaitu rasa bangga dapat berkontribusi pada kesehatan masyarakat, untuk itu
perlu adanya penghargaan terhadap status kader yang dimiliki, di kota Surabaya terdapat
penghargaan untuk kader dengan kinerja baik yang disebut Kader Teladan Kota Surabaya.
penelitian tentang Tingkat Motivasi terhadap Pelaksanaan Peran Kader dalam Program
Penulis membatasi penelitian pada tingkat motivasi terhadap pelaksanaan peran kader dalam
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana tingkat motivasi terhadap pelaksanaan peran kader dalam program
Menganalisis tingkat motivasi terhadap pelaksanaan peran kader dalam program tabulin
di Puskesmas Sememi
c. Menganalisa tingkat motivasi terhadap peran kader dalam program tabulin di Puskesmas
Sememi.
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung konsep di bidang ilmu kebidanan khususnya
mengenai tingkat motivasi terhadap pelaksanaan peran kader dalam program tabulin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan sebagai dasar
b. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat itu sendiri, pemerintah membuat program pelatihan untuk kader kesehatan
agar kader-kader kesehatan di desa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih.
Dengan harapan, kader dapat menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar tecipta
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat terutama pada ksehatan ibu dan anak guna
Pengertian kader yang terdapat pada Permenkes no. 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak adalah setiap orang yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk
Menurut Sulistyorini, C.I dkk, 2010, seorang warga masyarakat dapat diangkat menjadi
Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relative homogeny dibatasi
secara normative dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang
diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa
saja yang harus dilakukan oleh individu dalam situasi tertentu dalam memenuhi
penghargaan diri atau orang lain terhadap mereka (Friedman et al, 2010) .
Defini peran menurut Soekanto (2009) adalah proses dinamis kedudukan (status).
Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik dalam
melaksankan tugas, kewajiban, atau tanggung jawab yang telah diberikan oleh masing-
Kementerian Kesehatan RI (2010) memaparkan tiga peran dari kader secara umum,
a. Penggerakan Masyarakat
kemampuan untuk membuat masyarakat ikut terlibat dengan semangat sosial. Semangat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2010) menjelaskan upaya perbaikan gizi keluarga
dapat dilakukan kader melalui pendampingan dengan upaya Keluarga Sadar Gizi.
Upaya tersebut diharapkan adanya perilaku keluarga yang mendukung perbaikan gizi.
b. Penyuluhan
Teknis penyuluhan yang dapat dilakukan oleh kader, baik secara perorangan
Media yang digunakan berupa buku KIA, lembar balik, atau contoh makanan.
2. Penyuluhan kelompok
kelompok masyarakat. Kegiatan dimulai dengan penjelasan materi oleh kader dan
c. Pemantauan
1. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan saat kegiatan posyandu berakhir. Rumah yang
Ibu yang balitanya tidak hadir ke posyandu selama dua bulan berturut-turut.
c. sakit;
d. balita kegemukan;
e. ibu hamil yang tidak menghadiri kegiatan posyandu selama dua bulan
berturut-turut;
g. ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul yodium;
2. Pemeriksaan jentik
Peran mengacu pada organisasi perilaku yang bersifat homogen dan secara
normatif diharapkan dari individu (role occupan) dalam situasi sosial (Mubarak, 2009).
Pelaksanaan dari peran merupakan bentuk perilaku nyata. Pembahasan mengenai faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan peran sama halnya dengan faktor yang mempengaruhi
perilaku seperti pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, informasi
(Fitriyah, 2011). Suliha (2002) dalam Fitriyah (2011) memiliki pendapat berbeda
mengenai faktor yang mempengaruhi peran, Terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat berupa keaktifan kader. Beberapa faktor
Faktor predisposisi terkait faktor yang berada di dalam diri individu meliputi
1) Usia
dan psikologis terkait perkembangan mental dan pola pikir individu (Fitriyah,
2011). Kader dengan usia produktif merupakan faktor penunjang terpenting dalam
pemahaman terhadap suatu objek masih optimal, kader yang terlalu muda
kestabilan emosi belum terbentuk atau pada usia lanjut adanya degenerai
berdampak pada ingatan maupun pemahaman sehimgga peran serta kegiatan tidak
menyatakan bahwa seseorang yang tergolong dalam rentang usia dewasa awal (26-
35 tahun) dan dewasa akhir (36-45 tahun) lebih layak menjadi kader. Dewasa masih
kepada masyarakat.
2) Pendidikan
baru yang diperkenalkan. Pendidikan suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh dan dimililki oleh seorang kader posyandu dengan mendapatkan ijazah
baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT) (Legi, dkk, 2015). Individu dengan
pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami informasi dan ada kecenderungan
2011).
hasil bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir kader maka akan
memungkinkan semakin tinggi pula ilmu yang dimiliki. Ilmu yang dimiliki bisa
masyarakat.
3) Pengetahuan
2014). Kader diharapkan memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai tujuan
dan manfaat posyandu sehingga sikap kader tersebut akan mendukung motivasi
yang tinggi untuk aktif dalam kegiatan posyandu (Sistiriani, et al., 2013). Menurut
penelitian yang dilakukan Suhat & Hasanah (2014) kader yang mempunyai
pengetahuan baik dan cukup tentang Posyandu akan aktif dalam kegiatan posyandu
posyandu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader
4) Status Perkawinan
laki dan perempuan secara sah, baik dari segi agama dan hukum yang dibuktikan
posyandu karena ada dukungan keluarga. Kondisi ini juga dapat menjadi
membagi waktu, perhatian, tenaga yang diberikan kepada masyarakat dan keluarga
(Pinem, 2010).
Menurut jurnal penelitian dari Tucunan & Maramis (2018) kader aktif yang
mendapat dukungan dan cukup dukungan keluarga saat menjalankan tugas sebagai
Statistik dengan hasil nilai probabilitas sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan
0,05. Menurut hasil penelitian ini, untuk nilai p-value kurang dari 0,05 maka artinya
kader, sehingga kader yang mendapat dukungan keluarga akan memiliki peluang
yang lebih besar untuk dapat aktif dalam menjalankan tugas dibanding dengan
5) Pekerjaan
tanggung jawab terhadap kegiatan sosial, salah satunya peranan aktif menjadi kader
menemukan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan kader dengan keaktifan kader
mempunyai resiko untuk pasif dibandingkan dengan kader yang bekerja. Hal ini
disebabkan sebagian besar kader posyandu mempunyai mata pencaharian tidak tetap
dan pekerjaan tidak formal. Kader yang tidak bekerja akan dihadapkan dengan
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, kegiatan sosial di masyarakat akan
hasilnya akan lebih baik ketika memiliki keterampilan yang tinggi dalam
melaksanakan tugasnya (Sondang, 2004 dalam Zainiah, 2014). Lama masa kerja
didukung oleh salah satu hasil studi yang dilakukan oleh Zainiah (2014) di desa
menjadi kader menjadi kader lebih dari 10 tahun memiliki keterampilan yang
tinggi. Kader posyandu yang sudah lama berkontribusi akan merasa memiliki
tanggung jawab terhadap kegiatan posyandu (Melania, 2012 dalam Zainiah, 2014).
7) Sikap
8) Motivasi
Menurut Santoso Soroso “Motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku
yang memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang
diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu (specific goal directed way)” (Fahmi,
2012).
Menurut jurnal penelitian dari Tucunan & Maramis (2018) kader yang aktif
dan cukup aktif merupakan kader dengan motivasi baik. Perhitungan korelasi
probabilitas sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan 0,05. Hasil yang diperoleh p-
value kurang dari 0,05 maka artinya ada hubungan antara Motivasi dengan
Keaktifan Kader Posyandu. Motivasi baik yang terdapat dalam diri kader dapat
mengerakan kader untuk lebih aktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
sebagai kader dibanding dengan kader yang kurang memiliki motivasi dalam
menjalankan tugas.
1) Kelengkapan infrastruktur
Faktor pendorong terkait faktor yang menguatkan perilaku individu yang akan
1) Dukungan sosial
lain atau kelompok. Kontribusi masyarakat, lintas sektoral, swasta penting dalam
aparat desa, dan masyarakat penting dalam kegiatan posyandu. Keterlibatan dari
tokoh masyarakat berupaya membina kader agar aktif dalam kegiatan posyandu
(Ridwan et al. ( 2007 dalam Fatmawati 2012). Dukungan masyarakat tercermin pada
“Suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran
aktif suami, keluarga, dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman
Upaya aktif bidan untuk melibatkan unsur-unsur masyarakat secara partisipatif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan kesehatan ibu dan anak termasuk
kegiatan perencanaan persalinan dan pasca persalinan dalam program ini merupakan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya program P4K ini adalah meningkatnya cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi yang baru lahir melalui peningkatan peran
aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat.
b. Tujuan Khusus Program P4K Selain terdapat tujuan umum, dalam program P4K ini
Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K disetiap rumah ibu hamil
3) Taksiran persalinan
yang sesuai dan disetujui oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca salin sesuai
Menurut Dinas Kesehatan Surabaya (2019) yang dikutip dalam skripsi penelitian
notifikasi (penandaan) Ibu hamil dengan stiker, pendataan donor darah ibu hamil dan
calon pendonor, tabungan ibu bersalin (tabulin), diputuskan pengambil keputusan dalam
keluarga, dan dana sosial bersalin (dasolin), serta persiapan ambulan pengantar
(transportasi)
Kemenkes. (2010), Salah satu unsur dari kesehatan adalah subsistem pembayaran
dalam pelayanan kesehatan. Sebagai bagian integral dari puskesmas reformasi tentu
kesehatan diarahkan untuk terlindungnya ibu dan anak dari ancaman biaya dalam
kehamilan dan dapat berakhir pada saat seorang ibu sudah melahirkan. Tabungan ini akan
sangat membantu terutama bagi ibu hamil dan keluarga yang perekonomian kelas
menengah ke bawah pada saat menghadapi persalinan terutama masalah kendala biaya
sudah dapat teratasi. Secara psikologis ibu akan merasa tenang menghadapi saat persalinan
dan karena pengelolaan biaya keuagan yang dibutuhkan pada saat persalinan. Tabulin ini
di kelola oleh kader desa siaga atau petugas kesehatan, yang akan menjamin akses ibu
dimiliki setiap orang pada setiap fase kehidupannya (Depkes RI. 2010).
2.4,2, Tujuan
indikator persalinan yang di tolong tenaga medis. Intervensi yang dilakukan adalah
hidup perempuan. Salah satu kegiatan ini adalah membuat tabulin,tabulin adalah salah satu
program kesehatan yang dinilai sangat positif karena langsung menyentuh masyarakat.
Tabungan yang bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama yang ekonominya
lemah, program ini sangat tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani dalam mendukung program tersebut
karena penggalangan dana tabungan di lakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran
1. Sebagai tabungan atau simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau pasca
persalinan.
2. Ibu dan keluarga tidak terbebani lagi terhadap kebutuhan akan biaya persalinan.
Keberhasilan pemberdayaan perempuan di sektor kesehatan juga terlihat pada
indikator persalinan yang ditolong medis. Intervensi yang dilakukan adalah menggiatkan
perempuan di sektor kesehatan telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup perempuan.
Salah satu isi kegiatan adalah membuat tabulin (tabungan ibu bersalin), tabulin adalah
salah satu program kesehatan yang dinilai sangat positif langsung menyentuh masyarakat.
Tabungan yang bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama mereka yang
Program ini sangat tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani dalam mendukung program tersebut
karena penggalangan dana tabungan dilakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran
sukarela)melalui tabulin, bumil diharapkan bisa menabung sehingga saat melahirkan tidak
mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana yang bersumber dari
tabungan tersebut. Tabulin merupakan upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka
kematian ibu, meskipun demikian, cara ini belum 100 % menjamin ibu hamil selamat dari
kematian. Dengan menerangkan ke ibu hamil dan keluarganya tentang manfaat dari
tabulin, meskipun orang yang tergolong ke dalalam ekonomi yang lebih, justru orang
tersebut harus memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu dalam
pembiayaan dengan cara menabung, tabungan itu dibentuk berdasarkan rukun warga
Bila posyandu di suatu tempat ada empat, maka tabungannya ada empat di desa
tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu hamil setiap minggunya dan
memberi penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya manfaat tabulin sehingga ibu
hamil mempunyai kesadaran untuk membayar tabulin. Banyak hal yang sebenarnya
menyiapkan tetangga yang bisa mengantar pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba.
Hal ini bisa menginspirasi banyak masyarakat agar di masa mendatang tabulin dapat
persalinannya.
2. Tabulin merupakan tabungan keluarga, bukan tanggung jawab ibu yang harus
menyisihkan uang untuk persalinannya, tetepai suami juga harus menabung untuk
biaya persalinan. Terutama bagi keluarga yang penghasilannya tunggal (suami yang
3. Jika ibu hamil menngalami kesulitan menyampaikan kepada suami, maka kader desa
siaga yang dalam pertemuan bulanannya mengikut sertakan para suami ataupun
4. Waktu perkiraan persalinan sudah dapat diketahui sehingga ibu atau keluarga mampu
memperkirakan kapan biaya akan digunakan. Jika simpanan tidak berupa uang, ibu
dan keluarga harus bisa memperkirakan kapan simpanan bisa diuangkan, misalnya
5. Tabulin dalam bentuk uang, dapat disimpan di bank, dirumah, atau pada bidan,tabulin
dapat diisi dengan mencicil. Tabulin yang disimpan pada bidan dapat dititipkan pada
Motif atau motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan dari dalam
diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Para ahli manajemen sepakat bahwa
motivasi adalah serangkaian upaya untuk memengaruhi tingkah laku orang lain dengan
mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang membuat seorang bergerak. Seseorang
bergerak karena dua sebab yaitu kemampuan (ability) dan motivasi. Kemampuan
dipengaruhi oleh kebiasaan yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan, pelatihan, dan
dari gerak refleks secara biologis dan psikologis menjadi kodrat manusia (Wahjono, 2010).
Motivasi kader kesehatan meliputi motivasi dari dalam (intrinsik) dan dari luar
(ekstrinsik). Motivasi dari dalam atau dikenal dengan motivasi intrinsik yaitu motivasi
yang berasal dari dalam diri individu, adanya dorongan yang bersumber dari dalam diri
tanpa menunggu rangsangan dari luar (Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi kader dapat
a. Motivasi Intrinsik
dikemukakan akan oleh McClelland dalam Learned Needs Theory, individu dengan
needs of achievement (n-ach) yang tinggi tentu memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi (Nursalam dan Efendi, 2011). ntuk dihargai yang berupa adanya pengakuan
terhadap prestasi yang diraih, serupa dengan teori Abraham H. Maslow. Penghargaan
(reward) adalah sesuatu yang disediakan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan
posyandu berupa rasa hormat ataupun status dalam berbagai bentuk seperti pujian,
karena mayoritas kader tertarik dengan hal tersebut. Bentuk pengakuan dan
Individu harus mampu menerima akibat dari perbuatan atau keputusan yang telah
dinilai positif dalam menggerakkan motivasi secara kuat sehingga tercipta prestasi yang
baik (Suarli dan Bahtiar, 2009). Motivasi mewakili proses psikologis yang menyebabkan
timbulnya tanggung jawab dan langkah awal dari kemauan untuk bertindak meraih tujuan.
Hasil penelitian oleh Paramitha (2012), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kinerja kader posyandu diwilayah kerja puskesmas kresik tuo Kecamatan Kayu Aro
kabupaten kerinci tahun 2012. Dipadatkan kesimpulan bahwa variabel individu meliputi
tanggung jawab dan keterampilan memiliki hubungan yang bermakna dengan kinerja kader
posyandu.
perwujudan aktualisasi diri. Pengembangan diri akan mendorong individu bekerja secara
bertanggung jawab sesuai keahlian untuk mencapai standar prestasi yang telah ditetapkan
pendorong juga menentukan bagaimana kader menjalankan perannya. Dalam hal ini, faktor
internal berupa lama kerja, menjadi kader dan pelatihan yang pernah diikuti.
b. Motivasi Ektrinsik
Salah satu studi yang dilakukan oleh Wirapuspita (2013), mendapatkan hasil bahwa
pemberian insentif uang dan non-uang sangat mempengaruhi kinerja kader. Insentif
uang transport pernah didapatkan oleh sebagian kader dan insentif non-uang pernah
didapatkan juga oleh sebagian kader. Ketiadaan dan kurangnya insentif selalu menjadi
alasan penurunan kinerja kader posyandu. Pekerja kesehatan termasuk kader yang
atau insentif lainnya yang sepadan. Insentif menjadi hal penting dalam meningkatkan
kinerja, bukan hanya dalam bentuk uang tapi juga non-uang. Pemberian penghargaan
dalam bentuk uang maupun non-uang dapat mendorong responden bekerja lebih lama
Lingkungan kerja, jarak tempuh, fasilitas yang tersedia akan mampu membangkitkan
motivasi ketika segala persyaratan itu terpenuhi (Danim, 2004 dalam Fatmawati, 2012)
mengungkapkan kondisi yang dapat menghambat kerja kader terkait faktor pencahayaan,
adanya kondisi berbahaya, kebisingan, dan bau. Keseluruhan faktor tersebut terkait
dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman berdasar pada hierarki Maslow. Ketika individu
berada pada tempat yang dirasa aman, maka akan memotivasi individu untuk mengarah
Zulkifli (2003) dalam Fatmawati (2012) menyebutkan kader dipilih atas dasar
oleh kelompok berdasarkan pada hierarki Maslow. Penerimaan kelompok yang diawali
dengan adanya pengakuan atau proses memiliki diindikasikan dengan bentuk kerja sama
yang baik dan supervisi yang mendukung. Supervisi diartikan sebagai pengamatan
langsung dan berkala oleh atasan kepada bawahan untuk menemukan dan membantu
2.5. Tingkat Motivasi terhadap Pelaksanaan Peran Kader dalam Program Tabulin
kegiatan yang difasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam
menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas termasuk
perencanaan mengikuti metode KB pascasalin (Depkes RI, 2009). Menurut Dinas Kesehatan
Surabaya (2019) yang dikutip dalam skripsi penelitian Nurchakim (2019) indikator
keberhasilan Pelaksanaan P4K ditandai dengan adanya notifikasi (penandaan) Ibu hamil
dengan stiker, pendataan donor darah ibu hamil dan calon pendonor, tabungan ibu bersalin
(tabulin), diputuskan pengambil keputusan dalam keluarga, dan dana sosial bersalin
(dasolin), serta persiapan ambulan pengantar (transportasi). Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin)
adalah dana yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan disimpan sendiri di rumah atau dikelola
oleh kader desa siaga yang telah ditunjuk yang akan diambil saat persalinan dan pasca
persalinan. Indikator keberhasilan tabulin dapat dicapai bergantung pada peran kader sebagai
pengelola. Peran diartikan sebagai pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa
saja yang harus dilakukan oleh individu dalam situasi tertentu dalam memenuhi penghargaan
diri atau orang lain terhadap mereka (Friedman et al, 2010). Adapun peran kader yaitu
Pelaksanaan peran merupakan bentuk nyata dari perilaku (Fitriyah, 2011), Terdapat 3
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat berupa
keaktifan kader. Beberapa faktor tersebut yaitu berbagai faktor predisposisi (predisposing
factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).Yang
termasuk dalam faktor predisposisi misalnya adalah karakteristik kader (Usia, tingkat
kepercayaan serta kondisi dari sosial ekonomi kader. Faktor pendorong antara lain dapat
berupa dukungan dari tokoh masyarakat, keluarga, dan dari pemerintah serta sikap dari
petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Pelaksanaan peran kader posyandu akibat pengaruh
dari berbagai faktor, salah satunya motivasi yang sifatnya terus menerus. Motivasi dianggap
sebagai kekuatan yang muncul dari dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu karena ada
motivasi tinggi cenderung bekerja lebih baik dari pada yang memiliki motivasi rendah
(Mangkunegara, 2010). Motivasi kader kesehatan meliputi motivasi dari dalam (intrinsik)
dan dari luar (ekstrinsik). Motivasi dari dalam atau dikenal dengan motivasi intrinsik yaitu
motivasi yang berasal dari dalam diri individu, adanya dorongan yang bersumber dari dalam
diri tanpa menunggu rangsangan dari luar (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Keterangan:
= diteliti = hubungan
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011). Pada bab ini akan dibahas tentang jenis penelitian,
rancangan penelitian, kerangka operasional, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel,
besar sampel, cara pengambilan data, variable penelitian, definisi operasional, teknik dan
instrument pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik pengolahan, analisis, dan
etika penelitian.
Intrinsik
Terlaksana
Rendah Peran Kader
daam
Pelaksanaan
Program
Motivasi Kader Tabulin
Tinggi Tidak
Kesehatan
Terlaksana
Ekstrisik
Rendah
Multistage
random sampling
Pengolahan data:
1. Memeriksa Ulang / Editing
2. Memberikan Kode / Coding
3. Melakukan Tabulas / Tabulating
Gambar 3.2 Kerangka Operasional Peran Kader terhadap Tabulin dalam P4K
Kerangan:
n = besar sampel yang dibutuhkan
N = jumlah populasi
Zα = nilai standar normal 1,96 dengan akurasi α = 0,05
p = proporsi responden, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 - p (100% - p)
d = derajat presisi/ketepatan yang diinginkan 5% = 0,05 jadi d = 0,1
yaitu multistage random sampling. Prinsip pengambilan sampel berdasarkan pada tingkat
wilayah secara bertahap. Wilayah populasi dibagi ke dalam sub wilayah hingga ke dalam
bagian kecil kemudian diambil sampel sebagai bagian populasi (Notoatmodjo, 2010).
Proporsi jumlah dari sampel tiap wilayah diambil berdasarkan perhitungan jumlah sampel
Kelurahan Sememi bagian wilayah kerja Puskesmas Sememi yang terdiri dari
Sembilan RW. Perhitungan jumlah sampel tiap RW sesuai dengan proporsi jumlah kader
dari tiap RW. Teknik pengambilan dari sampel penelitian, secara skematis digambarkan
sebagai berikut:
Wilayah Kerja Puskesmas Sememi
Kelurahan Sememi
Adapun perhitungan dari jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian iiini dijelaskan
Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari suatu ke subjek
perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Dalam penelitian ini variabel
Variabel dependen adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas
(Sastroasmoro & Ismael, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
Defini Operasional merupakan batasan yang harus dibuat pada semua konsep yang ada
agar tidak ada ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut
(Sastroasmoro & Ismael, 2016).