Anda di halaman 1dari 6

PRIMARY HEALTH CARE (PHC)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
Semester Genap Tahun Akademik 2021/2022

Dosen Pengajar :

dr. Adi Sasongko, MA.

Disusun Oleh :
Kelompok Presentan Kelompok Opponent
(Kelompok 6) (Kelompok 3)
Aditya Rahmat Setiawan 2106762061 Alvian Dicky I. 2106762143
Almira Fanny R 2106762124 Irmania Wahyuningtyas 2106762401
Nur Fitriani 2106762553 Izmy Insani Firdaus 2106762420
Wiky Fhalyang R 2106762742 Suharti 2106762673
Vera Wahyuni U. 2006539292

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2022
Masukan dari Dosen & Sesi Tanya Jawab
1. Masukan Dosen
● Pada power point slide 29 “Peran Praktisi di Masyarakat” dapat ditambahkan
keterangan dari setiap poin bahasan, karena di slide masih membingungkan
untuk dibaca. Maka perlu diperbaiki slide tersebut.
2. Pertanyaan 1 dari Opponent
Dalam konferensi Alma ata terdapat kesepakatan HFA dimana didalamnya
terdapat “masyarakat dilibatkan dalam pelayanan kesehatan primer” bagaimana
keterlibatan masyarakat pada masa ini, kemudian bagaimana peran petugas dan
pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat agar mau terlibat dalam upaya
kesehatan primer tersebut ? (Suharti)
Jawaban :
Dalam kesepakatan HFA pada masa itu yaitu dilakukannya pelayanan
kesehatan primer. Kemudian dibentuk lah PHC dimana prisip penting dari PHC itu
sendiri adalah partisipasi masyarakat . Pada masa ini masalah kesehatan lebih banyak
dibandingkan dengan petugas kesehatan sehingga hadirnya kader dari masyarakat
dalam upaya kesehatan primer bisa diterima dan dilaksanakan. Pada masa ini
keterlibatan masyarakat sudah cukup terbangun sejalan dengan program Indonesia
Sehat yang dilaksanakan melalui pendekatan keluarga atau yang disebut dengan
gerakan kesehatan masyarakat. Dalam melakasanakan program indonesia sehat
pemerintah melalui puskesmas telah diminta untuk meningkatkan jangkauan sasaran
dan akses pelayanan kesehatan dengan cara kunjungan keluarga sebagai upaya
pendekatan keluarga. Di Indonesia sendiri PHC dilakasanakan melalui jaringan
berbasis Komunitas dan partisipasi masyarakat contoh yang sering kita lihat yaitu
posyandu dan posbindu yang ada diwilayah kecamatan ataupun kelurahan. Dalam hal
ini juga puskesmas mengupayakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Tidak
hanya itu dalam upaya kesehatan primer pemerintah juga bekerja sama dengan sektor
lain seperti pertanian, peternakan, pendidikan dan lain-lain . (Wiky)
3. Pertanyaan 2 dari Opponent
Dijelaskan peran kader salah satunya yaitu menghubungkan masyarakat
dengan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi masalah
yang sedang dihadapi mereka. Bisa dijelaskan dan diberi contoh dalam bentuk apa
sumber-sumber tersebut? Lalu bagaimana cara pemanfaatannya dan mengembangkan
sumber tersebut menjadi sebuah inovasi di permasalahan masyarakat? (Irmania)
Jawaban :
Kader di masyarakat itu kan mendapat pembinaan dari petugas puskesmas.
Nah dari situ, kader dan petugas itu diambil contoh program Posyandu yang
dilaksanakan secara bersama antara kader dan petugas. Kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan secara rutin adalah pelayanan Keluarga Berencana, kesehatan ibu dan
anak, imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan diare. Pelaksanaan program
posyandu ini memiliki pengaruh dan perubahan sosial yang sangat besar. Perubahan
sosial tersebut berupa perubahan cara pandang masyarakat mengenai kesehatan,
terutama kesehatan ibu dan anak, pemantauan tumbuh kembang anak, deteksi
penyakit sejak dini, dan masih banyak keuntungan lain yang menimbulkan perubahan
cara pandang masyarakat terhadap kesehatan. Salah satu perubahan yang paling besar
adalah perubahan cara pandang pengobatan dan kesehatan yang tadinya bersifat
alternative berubah ke pengobatan dan kesehatan medis. (Almira)
Menambahkan, jadi intinya sumber-sumber yang ditanyain itu ada
pengetahuan, keterampilan, serta sarana. Nah dari sumber itu bisa dilakukan
pembangunan kader yaitu pendidikan gizi dari pendidikan bisa dibuat keterampilan
yaitu modifikasi menu seperti itu. Lalu dari sumber tersebut dikembangkan menjadi
sebuah inovasi inovasi sesuai perbaikan gizi itu yaitu dengan cara memanfaatkan
momentum rendahnya prevalensi gizi seimbang di masyarakat dan mulai
dilaksanakan kegiatan penyuluhan gizi dan pemanfaatan makanan sehat dari rumah
hingga sekolah. Melalui upaya ini diharapkan status gizi keluarga dapat ditingkatkan
dan prevalensi stunting dapat diturunkan. (Wiky)
4. Pertanyaan 3 dari Opponent
Mengapa kredibilitas itu sangat penting dilakukan oleh seorang kader
agar PHC tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya? (Izmy)
Jawaban: Peran penting seorang kader sangat dibutuhkan terutama pada faktor
kredibilitasnya dimana hal itu merupakan hal yang penting karena kredibilitas itu
dapat mengembangkan perannya untuk mengelola suatu upaya kesehatan primer,
dari situ peran serta petugas kesehatan atau lembaga kesehatan profesional
setempat menjadi penting untuk membantu kader setempat untuk memperoleh
kredibilitas dimata masyarakat dan di sekitar lingkungan itu, masih menyangkut
dengan peran seorang kader itu memang membutuhkan kredibilitas yaitu dari segi
kemampuan ataupun dari segi kepercayaan yang ada pada masyarakat itu sendiri.

5. Pertanyaan 4 dari Opponent


Apa keterkaitan antara PHC dengan PKMD? (Alvian)
Jawaban: PKMD → bentuk operasional dari PHC di Indonesia. PKMD
mencakup serangkaian kegiatan swadaya masyarakat berasaskan gotong royong,
yang didukung oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan kesehatan, agar
masyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan
yang lebih baik. Program PKMD mencakup kegiatan seperti: asuransi kesehatan,
pos obat desa (POD), pos kesehatan, tenaga kesehatan sukarela, kader kesehatan,
dan lain-lain. Program PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan
pedesaan yang menyeluruh, dibawah naungan BPD (Badan Perwakilan Desa).
Pendekatan PHC dimantapkan oleh adanya prioritas untuk menurunkan tingkat
kematian bayi, ibu dan tingkat kelahiran. Strategi ditandai dengan pembangunan
jaringan pelayanan ke tingkat masyarakat melalui Posyandu. Posyandu mencakup
tiga unsur utama PHC, yang meliputi peran serta masyarakat, kerjasama lintas
sektoral dan perluasan jangkauan upaya kesehatan dasar (Nur Fitriani).

6. Pertanyaan tambahan dari Pak Adi


a. Bagaimana kondisi saat ini dengan UHC dikaitkan dengan gagasan dasar PHC
yang menekankan pentingnya preventif/promotif?
Jawaban:

BPJS Kesehatan jawab kalau dari program Kemenkes sendiri untuk mengenai
BPJS kesehatan atau pengguna jaminan kesehatan nasional itu diadakan
dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan yang yang menyediakan
layanan yang bersifat untuk mengamati mempromosikan mencegah dan
mendiagnosis mengobati atau memberikan pelayanan kesehatan lainnya di
mana Fasilitas Kesehatan tingkat pertama itu seperti Puskesmas dokter kelas D
klinik utama yang bisa diakses oleh masyarakat.

Pemerintah Indonesia terus berupaya dalam capaian UHC cakupan


kesehatannya menjamin seluruh masyarakat mempunyai akses kebutuhan
pelayanan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang berkualitas
dan efektif. Dalam sidang WHO Executive Board ke 144 tahun 2019 telah
disepakati WHO pertemuan ke 13 mengenai General Program of Work untuk
dicapai pada tahun 2023 oleh semua negara anggota WHO, termasuk
Indonesia.

Target-target tersebut mencakup:


1. Satu milyar orang mendapatkan manfaat UHC,
2. Satu milyar orang lebih terlindungi dari kedaruratan kesehatan; dan
3. Satu milyar orang menikmati hidup yang lebih baik dan sehat.

Upaya-upaya yang telah dilakukan sepanjang satu dasawarsa terakhir dalam


pembangunan kesehatan di Indonesia, sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional, sudah sejalan dengan upaya-upaya yang dicanangkan
dalam Program Kerja WHO.

Tiga outcomes target cakupan kesehatan semesta, yaitu :

1. Penyempurnaan akses terhadap pelayanan kesehatan esensial (essential


health services) yang berkualitas.
2. Pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk
kesehatan.
3. Penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat
kesehatan esensial pada pelayanan kesehatan primer (primary health
care).

Dalam rangka mewujudkan UHC, pemerintah Indonesia telah


menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN/KIS) sejak 1
Januari 2014. Pemerintah sudah menjalankan program ini yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN).
Untuk saat ini untuk preventif dan promotif itu untuk primary health care itu
masih kurang, masih lebih banyak dari kuratif dan rehabilitatif fungsi aslinya
itu masih terbelakang. Ditambah dengan situasi kondisi Covid-19 ini. BPJS
sebagian besar dana nya juga dipergunakan untuk rehabilitatif dan kuratif.

Pelayanan kesehatan di Indonesia lebih dominan pada layanan kuratif dan jika
dilihat di era UHC atau jaminan kesehatan nasional yang operasionalnya
dalam bentuk BPJS Kesehatan membuat Puskesmas kewalahan dengan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya kuratif. Sistem BPJS Kesehatan dengan uang
yang sekian triliun berfokus pada kegiatannya sekitar 95% untuk pelayanan
kuratif dengan sistem BPJS Kesehatan, akibatnya pelayanan preventif dan
promotif kurang ditangani dengan baik. Kenyataannya model layanan dengan
universal health coverage (UHC) yang terjadi saat ini pembinaan Posyandu
terkendala dan pembinaan UKS terkendala.

b. Pemerintah berjuang 50 tahun lebih supaya mendapatkan tempat dan alokasi


sumber daya yang lebih baik namun sekarang pelayanan kesehatan primer di
Puskesmas semakin kuratif, bagaimana pendapatnya?

Jika dari Puskesmas banyaknya peserta dan sekarang semakin banyak


penanganannya kuratif. Dan dari BPJSnya menentukan target-target dipakai
misalkan upaya promotif preventif adanya peserta prolanis kemudian adanya
pemeriksaan kontak tidak langsung.

Bagaimana kondisi Puskesmas yang seperti saat ini dan peserta di Puskesmas
yang banyak yang membuat penyedotan itu jadinya lebih kearah kuratif.

kita memperjuangkan bukan hanya Indonesia yang memperjuangkan


keseimbangan kuratif dan preventif tapi kok ujung-ujungnya masih masuk
sekarang lebih kuratif dominan kita buat orang-orang sebagai orang

Lebih tepatnya harus ada kebijakan-kebijakan tertentu dari UHC agar BPJS
bisa dilakukan upaya kuratif, preventif, dan rehabilitatif sehingga pengguna
BPJS dari masyarakat kecil dan menengah keatas bisa menggunakan BPJS
sebagaimana mestinya.

c. Mengapa meskipun sudah ada posyandu tetap terjadi stunting?

Permasalahannya tidak hanya terjadi pada saat bayi itu lahir tetapi dari siklus
ibunya hamil yang membuat anak tersebut apa bisa stunting atau tidak ketika
dilahirkan. Pendampingan batita untuk stunting jadi walaupun Posyandu sudah
tersebar dan kader sudah ada namun masih ada beberapa masyarakat terutama
dengan di pelosok yang rendah dan lingkungan juga yang mempengaruhi, jadi
masyarakat kalau ke Posyandu masih enggan dengan alasan masih sibuk
dengan pekerjaan rumah, kemudian jika misal pun ke Posyandu tetapi anak
tersebut masih dengan kategori warna merah atau kuning itu biasanya alasan
ibunya bahwa anak tersebut tidak mau makan, misalnya puskesmas sudah
pemberian PTM berupa biskuit tambahan tetapi ketika disalurkan tidak semua
anak mau, mungkin hari itu mau tapi besoknya bisa saja anak tersebut bosan.
Kemudian kesadaran dari Ibu terkait hal ini. Masalah lainnya karena kontrol di
Posyandu realitanya lebih banyak menangani balita daripada menangani ibu
hamil sehingga kemudian Puskesmas memunculkan program baru kelas ibu
hamil yang dikumpulkan ibu hamil kemudian diberikan penyuluhan supaya
lebih bisa menangani memelihara kondisi kehamilannya dengan baik sehingga
tidak ada potensi melahirkan bayi yang punya bakat atau rentan untuk menjadi
sunting tetapi kembali dan masalah lainnya Puskesmas sibuk dengan layanan
pasien sakit dimana upaya preventif dan promotif seperti menjadi kurang
dijalankan.

d. Alasan mengapa Negara-negara maju dapat langsung berbenah dari


keterpurukan pasca PD II dan sedangkan Negara miskin/berkembang tidak?

Jawaban : Hal tersebut dikarenakan ada sekelompok yang memberikan dana


berbentuk uang atau sumber daya pada orang lain (masyarakatnya) untuk
mengembangkan usaha dan hasil usaha/bisnis tersebut dapat dirasakan oleh
kelompok-kelompok. Kemudian usaha-usaha/bisnis tersebut ditingkatkan
sehingga tidak butuh waktu lama untuk terpuruk dari dampak PDII, yang
diterapkan yaitu 'Semangat Membangung Pasca PDII' . Sehingga
negara-negara tersebut semakin cepat berkembang dan maju serta juga mampu
meningkatkan derajat kesehatan, hal tersebut berbeda pada negara ataupun
daerah yang low income/berkembang. Penjelasan tersebut juga termasuk
dengan konsep three down effect.

Anda mungkin juga menyukai