Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
Kelompok Presentan Kelompok Opponent
(Kelompok 6) (Kelompok 3)
Aditya Rahmat Setiawan 2106762061 Alvian Dicky I. 2106762143
Almira Fanny R 2106762124 Irmania Wahyuningtyas 2106762401
Nur Fitriani 2106762553 Izmy Insani Firdaus 2106762420
Wiky Fhalyang R 2106762742 Suharti 2106762673
Vera Wahyuni U. 2006539292
BPJS Kesehatan jawab kalau dari program Kemenkes sendiri untuk mengenai
BPJS kesehatan atau pengguna jaminan kesehatan nasional itu diadakan
dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan yang yang menyediakan
layanan yang bersifat untuk mengamati mempromosikan mencegah dan
mendiagnosis mengobati atau memberikan pelayanan kesehatan lainnya di
mana Fasilitas Kesehatan tingkat pertama itu seperti Puskesmas dokter kelas D
klinik utama yang bisa diakses oleh masyarakat.
Pelayanan kesehatan di Indonesia lebih dominan pada layanan kuratif dan jika
dilihat di era UHC atau jaminan kesehatan nasional yang operasionalnya
dalam bentuk BPJS Kesehatan membuat Puskesmas kewalahan dengan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya kuratif. Sistem BPJS Kesehatan dengan uang
yang sekian triliun berfokus pada kegiatannya sekitar 95% untuk pelayanan
kuratif dengan sistem BPJS Kesehatan, akibatnya pelayanan preventif dan
promotif kurang ditangani dengan baik. Kenyataannya model layanan dengan
universal health coverage (UHC) yang terjadi saat ini pembinaan Posyandu
terkendala dan pembinaan UKS terkendala.
Bagaimana kondisi Puskesmas yang seperti saat ini dan peserta di Puskesmas
yang banyak yang membuat penyedotan itu jadinya lebih kearah kuratif.
Lebih tepatnya harus ada kebijakan-kebijakan tertentu dari UHC agar BPJS
bisa dilakukan upaya kuratif, preventif, dan rehabilitatif sehingga pengguna
BPJS dari masyarakat kecil dan menengah keatas bisa menggunakan BPJS
sebagaimana mestinya.
Permasalahannya tidak hanya terjadi pada saat bayi itu lahir tetapi dari siklus
ibunya hamil yang membuat anak tersebut apa bisa stunting atau tidak ketika
dilahirkan. Pendampingan batita untuk stunting jadi walaupun Posyandu sudah
tersebar dan kader sudah ada namun masih ada beberapa masyarakat terutama
dengan di pelosok yang rendah dan lingkungan juga yang mempengaruhi, jadi
masyarakat kalau ke Posyandu masih enggan dengan alasan masih sibuk
dengan pekerjaan rumah, kemudian jika misal pun ke Posyandu tetapi anak
tersebut masih dengan kategori warna merah atau kuning itu biasanya alasan
ibunya bahwa anak tersebut tidak mau makan, misalnya puskesmas sudah
pemberian PTM berupa biskuit tambahan tetapi ketika disalurkan tidak semua
anak mau, mungkin hari itu mau tapi besoknya bisa saja anak tersebut bosan.
Kemudian kesadaran dari Ibu terkait hal ini. Masalah lainnya karena kontrol di
Posyandu realitanya lebih banyak menangani balita daripada menangani ibu
hamil sehingga kemudian Puskesmas memunculkan program baru kelas ibu
hamil yang dikumpulkan ibu hamil kemudian diberikan penyuluhan supaya
lebih bisa menangani memelihara kondisi kehamilannya dengan baik sehingga
tidak ada potensi melahirkan bayi yang punya bakat atau rentan untuk menjadi
sunting tetapi kembali dan masalah lainnya Puskesmas sibuk dengan layanan
pasien sakit dimana upaya preventif dan promotif seperti menjadi kurang
dijalankan.