Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN ANALISA SWOT PROGRAM GIZI (ASI EKSKLUSIF)

DI PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO

Disusun Untuk Memenuhi Syarat


Tugas Praktik Program Profesi Ners XXII Stase Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh:
1. Wirid Aji Syahrani (J230195143)
2. Tyan Adhi Kurnia Murti (J230195141)
3. Diah Ayu Agustriana (J230195087)
4. Eka Nurhayati (J230195093)
5. Evi Indriyani (J230195099)
6. Linggar Pangukir R (J230195110)
7. Natalia Dwy Nurjanah (J230195119)
8. Rita Dwi Kusumawati (J230195131)
9. Tiara Bestari (J230195138)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat dalam program ASI eksklusif sangat penting untuk
mencapai kesejahteraan hidup bagi setiap individu maupun masyarakat luas yang
sering disebut sebagai indicator keberhasilan pembangunan kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehtan dalam mencapai sasaran dan target
dipengaruhi oleh keberhasilan dalam menciptakan dan melestarikan perilaku
hidup sehat masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Program peningkatan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas. Hal
ini dikarenakan memberikan dampak luas terhadap status gizi dan kesehatan
balita didukung pula konfersi tingkat tinggi tentang kesejahteraan anak
menyepakati bahwa semua keluarga harus mengetahui arti penting dan
mendukung dalam tugas pemberian ASI saja selama enam bulan untuk
perempuan pada kehidupan pertama bagi anak (Kemenkes RI, 2013).
Penelitian menunjukkan bahwa menyusui memiliki dampak kesehatan jangka
panjang untuk bayi dan ibu. Sebuah meta analisis 2016 dari penelitian dalam
aspek kesehatan-konsekuensi pemberian ASI untuk ibu dan anak didapatkan bayi
yang disusui untuk periode yang lebih lama memiliki mordibitas dan mortalitas
infeksi yang lebih rendah, lebih sedikit gigi maloklusi dan kecerdasan yang lebih
tinggi dari pada bayi yang tidak disusui atau disusui untuk periode yang lebih
singkat. Selain itu, menyusui juga dapat melindungi bayi yang tiba-tiba
mengalami syndrome kematian (SIDS), mengurangi resiko nekrotik
ansenterocolitis (NEC) untuk bayi premature, dan melindungi anak melawan
kelebihan berat badan dan diabetes dikemudian hari (Dellen, et al, 2019).
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Baki, pelaksanna
program gizi selama ini partisipasi masyarakat masih dalam kategori baik,
beberapa target sasaran untuk program ASI eksklusif sesuai dengan target yang
ditentukan kabupaten hanya saja untuk keberhasilan program memang fluktuatif,
penyebabnya bisa karena anak pada saat ditimbang tidak maksimal (anak dalam
kondisi batuk, pilek demam) sehingga asupan makan menurun, bisa juga karena
faktor pola asuh dan faktor ekonomi keluarga. Berdasarkan data tersebut
kelompok bertujuan untuk melakukan analisa program gizi yang berfokus dalam
pencapaian ASI eksklusif.
B. Tujuan
Tujuan dari analisa program puskesmas ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Mengetahui hasil pelaksanaan program gizi fokus dalam pencapaian ASI
ekslusif pada tahun sebelumnya yang dilakukan di Puskesmas Baki dalam
rangka pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hasil pelaksanaan program gizi fokus dalam pencapaian ASI
ekslusif sebelumnya.
b. Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pelaksanaan program gizi fokus
dalam pencapaian ASI ekslusif sebelumnya.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hasil analisis SWOT ini sangat berguna bagi mahasiswa untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menambahkan pengalaman
dan juga meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan diri secara lebih
optimal dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan masukan untuk mengembangkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat wilayah kerja Puskesmas Baki khususnya dalam
program gizi fokus dalam pencapaian ASI ekslusif.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan tambahan informasi bagi masyarakat mengenai program
gizi fokus dalam pencapaian ASI ekslusif meliputi pengertian, tujuan, manfaat
dari ASI ekslusif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan Utama

Pelayanan Kesehatan Utama atau Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan
kesehatan pokok yang berdasarkan metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, negara
untuk memelihara setiap tingkat perkembangan untuk hidup secara mandiri (self reliance)
dan menentukan nasib sendiri ( self determination) (Mubarak, 2012).

Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal
sebagai berikut:

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi


pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarikat, keluarga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat

Adapun tujuan umum dari pelayanan kesehatan utama adalah mencoba menemukan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai
tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Sedangkan tujuan
khususnya adalah:

1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani


2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber-sumber lain dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fungsi dari Pelayanan Kesehatan Utama/ Primary Health Care (PCH) meliputi:
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis dan pengobatan, pelayanan
tindak lanjut, pemberian sertifikat. Adapun prinsip dasar dari Pelayanan Kesehatan Utama
ada lima yaitu pemerataan upaya kesehatan, penekanan pada upaya preventif,
menggunakan tegnologi tepat guna, melibatkan peran serta masyarakat, melibatkan
kerjasama lintas sektoral. Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan Utama meliputi
penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan
pengobatan serta pencegahannya, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi,
pencegahan penyakit menular, pengadaan obat essensial, sanitasi dan pengadaan air bersih
serta perawatan lanjut usia.

Strategi Pelayanan Kesehatan Utama adalah memotivasi masyarakat agar dapat


merawat dan mengatur din sendiri serta memelihara kesehatan, peningkatan gizi
masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk KB, penyediaan air yang memenuhi syarat
kesehatan, sanitasi yang baik, imunisasi, tindakan preventif, kontrol terhadap penyakit
endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat
terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.

Hubungan antara Pelayanan Kesehatan Utama dan Komunitas adalah untuk


melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan
menjadi tingkat rumah tangga (individu dan keluarga), tingkat masyarakat (pimpinan atau
tokoh), tingkat rujukan pertama serta menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dan
lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan
dalam hal kesehatan perorangan Komunitas sebagai subjek sekaligus objek dalam PKU
(Pelayanan Kesehatan Utama) diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
menjaga kesehatannya. Sebagai akhir dari tujuan PKU diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana ia tinggal.

B. Konsep Keperawatan Komunitas

Pelayanan Kesehatan Utama atau Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan
kesehatan pokok yang berdasarkan metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, negara
untuk memelihara setiap tingkat perkembangan untuk hidup secara mandiri (self reliance)
dan menentukan nasib sendiri ( self determination) (Mubarak, 2012).
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal
sebagai berikut:

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi


pelayanan keSehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarikat, keluarga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat

Adapun tujuan umum dari pelayanan kesehatan utama adalah mencoba menemukan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai
tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Sedangkan tujuan
khususnya adalah:

1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani


2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber-sumber lain dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.

Fungsi Dari Pelayanan Kesehatan Utama/ Primary Health Care (PHC) meliputi:
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis dan pengobatan, pelayanan tindak
lanjut, pemberian sertifikat. Adapun prinsip dasar dari Pelayanan Kesehatan Utama ada
lima yaitu pemerataan upaya kesehatan, penekanan pada upaya preventif, menggunakan
teknologi tepat guna, melibatkan peran serta masyarakat, melibatkan kerjasama lintas
sektoral. Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan Utama meliputi penyuluhan kesehatan
terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pengobatan serta
pencegahannya, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, pencegahan
penyakit menular, pengadaan obat essensial, sanitasi dan pengandaan air bersih serta
perawatan lanjut usia.

Strategi Pelayanan Kesehatan Utama adalah memotivasi masyarakat agar dapat


merawat dan mengatur din sendiri serta memelihara kesehatan, peningkatan gizi
masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk KB, penyediaan air yang memenuhi syarat
kesehatan, sanitasi yang baik, imunisasi, tindakan preventif, kontrol terhadap penyakit
endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat
terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.

Hubungan antara Pelayanan Kesehatan Utama dan Komunitas adalah untuk


melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan
menjadi tingkat rumah tangga (individu dan keluarga), tingkat masyarakat (pimpinan atau
tokoh), tingkat rujukan pertama serta menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dan
lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan
dalam hal kesehatan perorangan Komunitas sebagai subjek sekaligus objek dalam PKU
(Pelayanan Kesehatan Utama) diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
menjaga kesehatannya. Sebagai akhir dari tujuan PKU diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana ia tinggal.

C. Konsep Keperawatan Komunitas


Keperawatan Komunitas atau community health nursing merupakan praktik untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pengetahuan
dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat. Pengertian lain dari
keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk
meningkatkan status kesehatan komunitas (Kholifah dan Widagdo 2016).
Keperawatan Komunitas adalah proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah
individu namun juga meliputi keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya.
Paradigma pelayanan keperawatan yang mengalami perubahan menjadi upaya promotif
dan preventif semakin menekankan peran perawat yang tidak hanya membantu seorang
individu untuk bebas dari penyakit yang diderita namun juga lebih pada menstimulasi
tumnbuhnya kemandirian Masyarakat dalam melaksanakan upaya preventif dan promotif
yang pada akhirnya mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Perawat sebagai pemberi asuhan yang komprehensif mampu menekan stresor dan
meningkatkan peran komunitas dalam mengatasi stresor melalui upaya pencegahan
primer, sekunder dan tersier (Fallen & Dwi K,2010).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistentatis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Keperawatan
komunitas perlu dikembangkan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunikasi
secara aktif. Dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation/ANA
dalam Effendi & Mahfudli (2009) didasarkan pada asumsi:

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat komplek


2. Pelayanan kesehatan primer sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan
kesehatan
3. Keperawatan merupakan system pelayanan kesehatan diman pendidikan dan penelitian
sebagai landasan praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Keperawatan komunitas pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat
pada prakteknya memerlukan acuhan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan
penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas, salah satunya adalah konsep
keperawatan dikarakteristikan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi konsep
manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan.

Gambar 1. Paradigma Keperawatan

Teori Betty Neuman memperlihatkan bahwa melihat semua aspek seperti stressor karena
dampak stressor lingkungan. Tujuan keperawatan untuk menjaga stabilitas sistem klien,
membantu klien dalam memonitoring dirinya untuk memcapai derajat kesehatan yang optimal
(Rector, 2018)
Konsep utama Betty Neuman antara lain:

1. Sehat merupakan suatu titik keadaan yang baik. Semua bagian pada diri klien berada dalam
keadaan harmonis atau seimbang, kesehatan optimal tercapai dan kesehatan merupakan
energi.
2. Manusia terdiri dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Klien
adalah manusia yang diancam bisa karena faktor lingkungan yaitu faktor internal maupun
eksternal yang dapat mempengaruhi sitem. Lingkungan juga merupakan kekuatan-kekuatan
diluar sistem klien
3. Lingkungan merupakan mobilisasi klien terdiri dari struktur komponen sebagai stabilitas
maupun integritas.
Model teori Betty Neuman dilandasi teori sistem terdiri dari individu, keluarga atau
kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan komunitas. Kesehatan masyarakat
ditentukan oleh hasil interaksi antara komunitas, lingkungan dan tenaga kesehatan dengan
cara pencegahan yaitu:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dari arti sebenarnya terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi
yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer mengidentifikasi faktor resiko terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan promosi dan pendidikan kesehatan. Pencegahan ini mencakup
peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan
derajat kesehatan masyarakat yang ditentukannya masalah kesehatan Pencegahan sekunder
menekankan pada diognosa dini, intervensi tepat, memperpendek waktu sakit dan menekan
tingkat keparahan.
3. Pencegahan Tersier
Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadinya
gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak
hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada
tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuan.

Model komunitas menurut Neuman 1974 dalam Alligood tahun 2014 untuk menekankan
filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya, terdiri dari beberapa
komponen keperawatan komunitas, yaitu:

1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/ keperawatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh
sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota kelurga lainnya baik secara
fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri dari atas keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian
darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan
saling berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/ keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga lain,
dan keluarga-keluarga yang ada disekitamya.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan dan termasuk diantaranya adalah;
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhan seperti: Ibu hamil, bayi ban' lahir, anak balita, anak usia sekolah,
usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan diantaranya adalah: penderita penyakit menular seperti:
TBC, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya. Penderita yang menderita penyakit tidak
menular, seperti: diabetes militus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan
lainnya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantarannya: WTS, pengguna
narkoba, pekerjaan tertentu, dan lainnya.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi diantarannya adalah: panti Werdha, panti
asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dan lainnya), penitipan anak
balita.

4. Tingkat komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat
wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.

D. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Perawat sebagai salah satua tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi dalam
meningkatkan kesehatan komunitas. Perawat dituntut mempunyai sekumpulan
kemampuan/ kompetensi yang telah ditetapkan oleh kebijakan organisasi dengan merujuk
pada persepsi dan harapan komunitas terhadap pelayanan keperawatan komunitas yang
diberikan (Kholifah dan Widagdo 2016). Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh
perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah (Mubarak, 2012) :
1. Sebagai Pendidik dan konsultan (Health Education and counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik di rumah, puskesmas dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan dan psikologi atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut masalah-maSalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, obbervasi dan pengumpulan data.
3. Koordinator Pelayanam Kesehatan (Coordinator of Services)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya, pelayanan kesehatan masyarakat dan
puskesnias dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team
kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan.
Dengan demikian pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan
yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya.
4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan
pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organizator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi
dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dan tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi
dalam kegiatan pengembanagan pengorganisasian masyarakat dalam bidang
kesehatan.
6. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat.
7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan dan yang dihadapi sehari-hari. Perawat kesehatan
diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

8. Sebagai Pengelola kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
E. Asuhan Keperawatan Komunitas

Sesuai dengan teori Neuman dalam Fallen dan Dwi (2010), kelompok atau komunitas
dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor utama yaitu komunitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri
dari lima tahapan.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan yang diahadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologi, psikologis, sosial ekonomi, maupun
spiritual kemudian melakukan pengumpulan dan mengidentifikasi data klien.

Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah:

a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur,
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai¬nilai, keyakinan serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neumen)
1) Perumahan: rumah yang diuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan
2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuklmeningkatkan pengetahuan
3) Keamanan dan keselamatan dilingkungan tempat tinggal, apakah dapat
menimbulkan stress
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan, apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai
bidang tennasuk kesehatan
5) Pelayanan kesehitan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan
atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi

6) Sistem komunikas, sarana komunikasi yang dapat dimanfaatkan di komunitas


untuk meningkatkan pengetahuan seperti gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, koran atau leaflet.
7) Ekonomi, tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR (Upah Menimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR
sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau,
misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi
tersebut.
8) Rekreasi, apakah tersedia sarana dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas karena dapat mengurangi stres.
c. Status kesehatan komunitas dilihat dengan biostatistik, vital statistik, antara lain
angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
Anderson & Mc. Forlace tahun 1985 menjelaskan pengkajian komunitas
terdiridari demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk
riwayat kesehatan, faktot-faktor lingkungan, lingkungan fisik, pendidikan,
keamanan, transportasi, politik pemerintahan, pelayanan kesehatan sosial,
komunitas dan reaksi. Semua dikaji langsung menggunaan data statistik, angket
maupun wawancara. Langkah mengidentifikasi masalah kesehatan melalui
pendekatan sosial sebagai berikut:
1) Pengenalan Masyarakat
a) Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakt (camat, kepala desa, dip,
tokoh masyarakat, tokoh agama maupun sesepuh.
b) Mengenal struktur pemerintahan desa.
c) Mengenal organisasi masyarakat (BPD, PKK, Karang Taruna).
d) Pemetaan wilayah binaan.
2) Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah dilakukan dengan pengumpulan data (survey)
atau Survei Mawas Diri dengan menggunkan instrument pengumpulan data,
contoh wawancara, observasi, studi dokumentasi, pemerikasaan fisik.
Meliputi keadaan geografis, demografi, data kultural, data kesehatan, sarana
dan prasarana.
2. Diagnosa Keperawatan Komunitas atau Kelompok dan Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa
seberapa mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada
masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut disusun diagnosa keperawatan
komunitas terdiri dari masalah kesehatan, karakteristik populasi, karakteristik
lingkungan misalkan antara lain:

a. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di


RW 03 keluiahan Gumpang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tubuh.
b. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam
pelaksanaan musyawarah masyarakat desa/ RW.
c. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, Label ataupun melalui
sosio drama.
3. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien. Tahap ke dua merupakan tindakan menetapkan yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dalam rencana pelaksanaan kegiatan kaji faktor yang
mempengaruhi yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi masyarakat
seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam pelaksanaan
pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan
Pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berkomunikasi, mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. kegiatan yang dibentuk
secara bergotong royong untuk menolong mereka sendiri dalam mengenal
dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakit berperan serta dalam
pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c. Tahap pendidikan dan latihan


1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa keperawatan
4) Melatih kader
5) Kepatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
Tahap ini merupakan tahap yang struktus untuk menjalankan tugas agar
sesuai dan terarah akan adanya penanggung jawab. Kepemimpinan juga
merupakan suatu proses yang dapat mempengaruhi aktifitas kelompok

e. Tahap koordinasi intersektoral dan tahap akhir


Seluruh kegiatan masyarakat bisa dibagi ke dalam sektor-sektor yang
merupakan kumpulan kegiatan yang bisa diidentifikasi karena
mempunyai kesamaan karakteristik. Pengelolaan dalam melaksanakan
koordinasi antar sektor akan mengoptimalkan kinerja yang bisa berbentuk
maksimalisasi, stabilisasi, minimisasi, dan sinkronisasi untuk cepat
memecahkan dan mengendalikan suatu masalah.

4. Tahap pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan antar lain:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku gaya hidup sehat
c. Sebagai advocad komunitas dan memfasilitasi kebutuhan komunitas
d. Pada kegitan praktek komunitas berfokus kepada pencegahan yaitu:
1) Pencegahan primer.
Pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup kegiatan kesehatan serta perlindungan khusus.

2) Pencegahan sekunder
Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat dengan ditemukan masalah kesehatan.

3) Pencegahan tersier
Kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dr kemampuan keluarga.
5. Tahap evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibanding dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Penilaina dapat dilakukan secara penilaian formatif
(selama pelaksanaan kegiatan) dan penilaian sumatif (setelah pelaksanaan
kegiatan). Penilain dan pemantauan penting artinya untuk mengkaji ulang
perencanan pembinaan dalam pelaksanaan perawatan kesehatan yang telah
disusun mencapai sasaran atau tidak, selain itu penting juga untuk
pengembangan perencanaan selanjutnya. Fokus dan evaluasi pelaksanaan
keperawatan komunitas adalah:
a. Relevaansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta
c. Evisiensi biaya
Bagaimanakah pencarian sumber dana serta keunagan program

d. Efektiftas kerja
Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakah yang dilaksanakan

e. Dampak
Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yang terjadi dalam enam bulan atau satu tahun.

F. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu
lemak dan air yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu, dan bermanfaat sebagai
makanan bayi (Maryunani, 2012). ASI Eksklusif menurut World Health
Organization (WHO, 2017) adalah memberikan hanya ASI saja tanpa
memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai
berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah
pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, tetapi tetap diberikan
kepada anak sampai berusia 2 tahun. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
saja pada bayi urur 0-6 bulan tanpa memberikan tambahan cairan lain seperti
susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa pemberian tambahan
makanan padat seperti pisang, pepya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Wiji,
2013).
Pemberian ASI dianjurkan selama 6 bulan, setelah 6 bulan bayia kan
diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI tetapi masihdi anjurkan
untuk tetap diberikan ASI sampai dengan usia 2 tahun.Bayi harus diberikan
ASI secara eksklusif tanpa dibatasi frekuensidan durasinya, setiap ibu
menghasilkan ASI sebagai makanan alamiyang disediakan untuk bayi. Proses
menyusui yang benar merupakansalah satu cara yang dapat diandalkan untuk
mendorong prosespemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Roesli,2013).
2. Manfaat ASI Eksklusif
PemberianASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat
bagi bayi dan ibu.Manfaat bagi bayi diantaranya adalah perlindungan terhadap
infeksi gastrointestinal baik di Negara berkembang dan di Negara
industri.Meyusui meningkatkan kecerdasan, kehadiran di sekolah, dan
dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi ketika kehidupan dewasa
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Berikut merupakan berbagai manfaat ASI
bagi ibu dan bayi menurut Wiji (2013):
a. Bagi Bayi
Manfaat ASI bagi bayi adalah :
1) Dapat memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan
yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik,
dan mengurangi kemungkinan obesitas.
2) Mengandung antibodi
Bayi baru lahir secara alami mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan ataudaya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah
kelahirannya.Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri
immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada
saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun dan yang
dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu
periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut
hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI. Air
susu ibu merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya
tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai
panyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
ASI mengandung komposisi yang tepat karena ASI berasal dari
berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi
yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
untuk kehidupan 6 bulan pertama.ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal, komposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan
dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi
yang paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan
mencukupikebutuhan tumbuh bayi hingga usia bayi 6 bulan. Memberi
rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan
bayi
4) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang
ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
5) ASI dapat meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega
3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapatkan ASI Eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebihcerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. Menyusui juga membantu
perkembangan otak.
b. Bagi Ibu
Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu sebagai berikut:
1) Aspek kontasepsi
Ibu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan dengan
cara menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsi bagi ibu. Hal ini
dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada puting susu ibu
merangsang ujung saraf sensori sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan
kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang
efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila hanya diberikan
ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali. Tapi jika
ibu sudah mengalami menstruasi maka ibu diwajibkan untuk
menggunakan alat kontrasepsi lain karena ASI yang diharapkan
sebagai alat kontrasepsi sudah dianggap gagal dengan adanya tanda
menstruasi tadi.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi ada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi
anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang
menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Dengan
menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga
timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan
terpakai. Dan jika timbunan lemak menyusust, berat badan ibu akan
cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
4) Ungkap kasih sayang
Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang nyata dari ibu
kepada bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat
karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan
antara kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak jantung ibu,
merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.
G. Gizi ASI Eksklusif
1. Kandungan Gizi Dalam ASI Berdasarkan Komposisinya
a. Kolostrum : Keluar dihari ke-1 sampai ke-3 kelahiran bayi, berwarna
kekuningan, kental. Kolostrum mengandung zat gizi dan antibody lebih
tinggi daripada ASI matur. Kandungan gizi antara lain protein 8,5%,
lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1
%.
b. ASI Masa Transisi Keluar dari hari ke 4 sampai hari ke 10 kelahiran bayi.
Kadar protein semakin rendah sedangkan kadar lemak, karbohidrat
semakin tinggi, dan volume meningkat.
c. ASI Matur : Keluar dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat
ASI relatif stabil. Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan
utama dalam ASI sebagai sumber energi untuk otak.
ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral serta
vitamin yang paling sesuai disbanding dengan PASI atau makanan
pendamping ASI manapun. Selai zat gizi tersebut ASI juga mengandung zat
protektif berupa laktobasilus bifidus,laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan
C4, faktor antistreptokokus, antibodi, imunitas seluler dan tidak
menimbulkan alergi (Mufdlilah, 2017).
2. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi pada Bayi
Kebutuhan gizi makro dan mikronutrient untuk bayi per kilogram berat
badan bayi perhari lebih besar dibanding usia yang lain. Hal tersebut
dibutuhkan untuk mempercepat pembelahan sel dan sintesa DNA selama
masa pertumbuhan terutama energi dan protein. Bayi usia 0 – 6 bulan dapat
mencukupi kebutuhan gizinya hanya dengan ASI saja, yaitu dengan
mengkonsumsi 6 – 8 kali sehari atau lebih pada masa awal dan 6 bulan
selanjutnya dapat mulai dikenalkan dengan makanan tambahan berupa
Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk mencukupi kebutuhan gizinya.
a. Gizi bayi usia 0 – 6 bulan
Dalam usia 0 – 6 bulan, makanan yang paling tepat pada bayi
adalah ASI ( Air Susu Ibu), karena komposisi zat gizi yang ada pada ASI
paling tepat untuk bayi pada usia ini. Menurut World Health Organization
(WHO) asi eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain
baik bubuk susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan
lainnya. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum
mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna
makanan selain ASI. Anjuran pemberian ASI eksklusif 6 bulan ini
dikeluarkan juga oleh The American Dietetic Assosiation pada bulan
Oktober 2001 bersamaan dengan diterbitkannya panduan berjudul
“Exclusive Breastfeeding for 6 month and Breastfeeding with
Complementary Foods for at Least 12 months is the ideal feeding pattern
for infants“ para ibu yang bekerja dan merasa kesulitan untuk memberikan
ASI kepada bayinya, dapat memompa air susunya sebelum berangkat
bekerja untuk kemudian diberikan kepada bayi dengan menggunakan
sendok.
Minuman yang terbuat dari susu hewan terutama susu sapi, dapat diberikan
kepada bayi sebagai pelengkap atau pengganti ASI dalam kondisi-kondisi
antara lain:
1) Air susu ibu (ASI) tidak keluar.
2) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan
ASI.
3) ASI keluar tetapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi.
4) ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui bayinya
karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun atau tugas
lainnya) untuk beberapa kali jadwal menyusui ASI dapat diganti
dengan minuman buatan.
Perbandingan Kadar Gizi dalam ASI dengan Susu Sapi Murni
Macam zat gizi Kadar Zat Gizi dalam Setiap 100 ml
ASI Susu Sapi (Murni)
Protein 1,2 gr 3,3 gr
Lemak 3,8 gr 3,8 gr
Laktosa 7,0 gr 4,8 gr
Kalori 75 kal 66 kal
Kapur 30 mg 125 mg
Besi 0,15 mg 0,10 mg
Vitamin A 53 kl 34 kl
Vitamin B1 0,11 mg 0,7 mg
Vitamin C 4,3 mg 1,8 mg
Sumber: (Mardalena, Ida & Suryani, Eko, 2016)
b. Kebutuhan Energi dan Gizi Bayi
1) Energi
Kebutuhan energy masa bayi lebih besar dari masa dewasa,
Kebutuhan Basal Metabolisme Rate hampir 2 kali kebutuhan dewasa.
Kondisi ini berkaitan dengan proses tumbuh kembangnya yang
berjalan sangat pesat.
Kebutuhan energi pada bayi bergantung pada banyak factor yaitu
antara lain:
a) Ukuran dan komposisi tubuh
b) Jenis kelamin, genetik
c) Tingkat metabolisme
d) Kondisi medis, suhu tubuh
e) Aktifitas fisik Dll
Tujuan pemenuhan energy pada bayi antara lain:
a) Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikomotorik
b) Untuk melakukan aktifitas fisik
c) Untuk pemenuhan kebutuhan hidup yaitu pemeliharaan dan atau
pemulihan serta peningkatan kesehatan bayi.
Kebutuhan energi pada tahun pertama adalah 100-110
Kkal/kgBB/hr. Penggunaan energy tersebut adalah sebesar 50% untuk
metabolism basal, 5-10% untuk SDA, 12% untuk pertumbuhan 25%
untuk aktifitas dan 10% terbuang melalui feses. Adapun anjuran
pemenuhan energy sehari diperoleh dari 50-60% Karbo hidrat, 25-35%
lemak dan 10-15% dari protein. Kebutuhan energi bayi 0-6 bulan pada
bayi laki-laki yaitu 472-645 Kkal/kgBB/hr dan pada bayi perempuan
yaitu 438-593 Kkal/kgBB/hr .
2) Protein
Protein merupakan sumber asam amino essensial untuk
pertumbuhan dan pembentukan serum, haemoglobin, enzim, hormon
dan antibodi, memelihara sel-sel tubuh yang rusak, menjaga
keseimbangan asam basa, cairan tubuh serta sebagai sumber energi.
Jenis protein yang disarankan adalah yang mengandung asam amino
essensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan dan mudah
diserap oleh tubuh. Jenis protein ini adalah protein berkulitas tinggi
dan biasanya bersumber dari hewani. Selama 6 pulan pertama
kebutuhan protein bayi dapat dipenuhi dari ASI atau Pengganti ASI,
selanjutnya ditambah dari susu formula dan Makanan Pendampin ASI.
Protein dalam tubuh bayi berfungsi sebagai :
a) Zat pengatur, pembangun dan memperbaiki jaringan seperti mata,
kulit, otot, jantung,paru-paru, otak dan organ lainnya.
b) Membentuk enzim, hormone, antibody dan komponen penting
lainnya.
c) Membantu proses regulasi.
Kebutuhan protein pada bayi 0-6 bulan adalah 2,2 g/KgBB/hr.
3) Lemak
Lemak merupakan substansi yang terdiri atas lemak, minyak
dan cholesterol.Asam lemak merupakan bagian terbesar dari lemak
dan harus tersedia dalam diet sehari-hari karena tidak dapat disintesa
dalam tubuh. Asam lemak tersebut disebut asam lemak esensial yang
terdiri dari 2 jenis yaitu: asam linoleat dan asam (AL) dan asam Alfa
Linolenat (ALL).
Kebutuhan akan lemak pada bayi 0-6 bulan dapt dipenuhi
seluruhnya dari ASI. Setelah usia 6 bulan bayi harus mendapatkan
tambahan lemak dari makanan. Fungsi lemak dalam tubuh adalah
anatara lain:
a) Mensuplai hampir 50% energi untuk kebutuhan sehari, kondisi ini
dapat dipenuhi dari ASI atau susu formula serta MP-ASI.
b) Memacu penyimpanan lemak tubuh untuk menjaga suhu tubuh
dan melindungi organorgan penting tubuh.
c) Membantu penyerapan vitamin larur lemak.
d) Membantu menyediakan asam lemak esensial untuk
perkembangan otak, kesehatan kulit, rambut serta mata, serta
melindungi dari penyakit.
Kebutuhan lemak pada bayi tidak dinyatakan dalam angka mutlak
tetapi dalam proporsi yaitu 15-20% dari total energi pada usia 6 bulan
pertama dan selanjutnya meningkat maksimal 30-35% dari total energi
sehari.
4) Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah mensuplai energy untuk
pertumbuhan, dan aktifitas. Jenis Karbohidrat yang paling cocok untuk
bayi adalah Laktosa yang terdapat dalam ASI atau PASI. Untuk bayi
yang mengalami lactos intoleran dimana tidak dapat memetabolisme
laktosa dan galaktosa dalam sistim pencernaannya diberikan susu
formula bebas laktosa seperti susu soya yang mengandung karbohidrat
dalam bentuk sukrosa, sirup jagung, tepung tapioka.
Setelah bayi berusia 6 bulan, bayi membutuhkan karbohidrat
tambahan yang diberikan berupa MP-ASI seperti sereal, produk
tepung-tepungan dan buah-buahan. Jenis karbohidrat yang tidak dapat
diserap oleh tubuh akan difermentasikan di usus bagian bawah, kondisi
ini sering menyebabkan bayi mengalami diare, sakit perut dan muntah,
untuk itu bayi usia kurang dari 6 bulan tidak dianjurkan untuk
mengkonsumsi jus buah ataupun sayuran. Asupan Karbohidrat sehari
untuk bayi dianjurkan sekitar 40-60% total energi sehari.
5) Mikronutrien
Zat gizi mikro yang dibutuhkan bayi hampir semua terpenuhi
dari ASI jika konsumsi ASInya cukup. Namun kandungan vitamin D
yang diperlukan untuk penyerapan calsium dan pembentukan tulang
dalam ASI tergolong rendah sehingga perlu suplementasi pada
kondiskondisi khusus misak defisiensi. Vitamin D juga perlu diberikan
melalui paparan sinar matahari. Vit K pada ASI juga lebih rendah
daripada susu formula sehingga bayi yang kurang ASI akan
mengalami defisiensi vit K. Untuk ibu menyusui yang kurang
mendapatan asupan lauk hewani atau ibu menyusui yang menjalankan
diet vegetarian asupan vit B 12 pada bayinya perlu diwaspadai
(Kemenkes RI, 2017).
3. Takaran ASI pada Bayi Sehat Usia 0 – 6 Bulan

Umur Kebutuhan dalam ml Pemberian


1 hari 5-7 ml sekali minum Setiap 2 jam sekali
3 hari 22-27 ml 8-12 x/hari
1 minggu 45-60 ml sekali minum atau 8-12 x/hari
400-600 / hari
1 bulan 80-150 ml sekali minum 8-12 x/hari
1,5 – 2 jam sekali pada siang
3 jam sekali pada malam hari
6 bulan 720 ml / hari 720 ml / hari ditambah asi perah
Sumber : (Mufdlilah, 2017).

H. MP – ASI (Makanan Pendamping ASI)

Merupakan makanan bayi yang menyertai pemberian ASI yang diberikan


ketika bayi berusia 6 bulan karena ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi. MP – ASI harus mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi selama
periode penyapihan yaitu pada saat makanan atau minuman lain diberikan
bersama dengan pemberian ASI.
1. Tujuan pemberian MP – ASI:
a. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah mulai berkurang.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam macam
makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyak dan menelan.
d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
lebih tinggi.
2. Jenis MP – ASI:
a. Buah buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah. Misalnya
pisang ambon, pepaya, jeruk, tomat.
b. Makanan lunak dan lembek. Misalnya bubur susu, nasi tim.
c. Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.
3. Bentuk bentuk makanan bayi:
a. Usia 6 bulan
Pada awal pemberian MP – ASI sebaiknya diberikan dalam porsi
kecil, bahkan tekstur makanan pendamping ASI hari pertama harus cair
menyerupai ASI. Hal tersebut bertujuan untuk membantu bayi dalam
menyesuaikan diri dengan makanan barunya sehngga tidak merasa asing
dengan makanan baru. Salah satu kondisi yang memungkinan adalah
bayi menolak pemberian makanan pada tahap awal pemberian MP –
ASI, berikan secara pelan pelan jangan menunda bayi anda lapar atau
juga masih kenyang. Hal tersebut dikarenakan ketika bayi sedang marah
atau menangis akan membuat bayi menolak MP – ASI karena rasa lapar.
b. Usia 7 – 8 bulan
Pada usia ini bayi sudah dapat diperkenalkan dengan makanan
saring, tentunya dengan tekstur yang kebih kasar namun masih dapat
disesuaikan dengan pencernaan bayi. Berikan dalam porsi kecil. Dalam
usia ini bayi masih diberikan ASI meskipun dalam jumlah terbatas.
c. Usia 9 bulan
Pada usia ini bayi dapat diperkenalkan pada tekstur makanan
yang lebih kasar dari sebelumnya. Sebagai tahap awal, dapat diberikan
tim saring dengan tim biasa sehingga tidak membuat pencernaan
terkejut. Apabila pada hari hari terakhir bati menerima maka dapat
diberikan nasi tim dengan campuran lauk dan sayuran. Dengan begitu
anak aan terbiasa dengan makanan sehat keluarga.
d. Bayi usia 12 bulan
Pada usia 12 bulan, anak sudah dapat diberikan menu makanan
seperti menu keluarga, hal ini berhubungan dengan pertumbuhan gigi
bayi pada usia ini. Meskipun begitu perhatikan pula bumbu yang
digunakan dalam menu makanan, hindari menggunakan bumbu dengan
bau yang tajam dan juga tekstur yang terlalu keras. Ajaklah untuk
makan bersama dengan keluarga di meja makan sehingga terbiasa
dengan pola makan keluarga, siapkan pula piring dan sendok dengan
bahan khusus bayi. Pemberian makanan pendamping asi, sebaiknya
dilakukan pada usia 6 bulan dikarenakan pada usia ini bayi anda sudah
mulai mengalami perkembangan pencernaan yang sempurna. Pemberian
yang lebih awal akan meningkatkan resiko kuman mudah masuk ke
dalam tubuh bayi, hal tersebut juga dapat terjadi apalagi jenis makanan
atau alat makan bayi belum terjaga kebersihan. Banyak penelitian yang
menemukan bahwa pemberian makanan pendamping asi dibawah usia 6
bulan akan meningkatkan resiko diare, sembelit, demam,dan juga batuk-
pilek. Salah satu makanan dan minuman yang baik dan aman sebelum
usia 6 bulan hanya asi eksklusif yang mengandung kecukupan nutrisi
yang dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan bayi
(Kemenkes RI, 2017).
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Puskesmas Baki
1. Letak geografis
Kecamatan Baki merupakan salah satu kecamatan yang berada di
wilayah Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 23 km2 yang terdiri dari
14 desa yaitu Desa Baki pandeyan, Bentakan, Duwet, Gedongan, Gentan,
Jetis, Kadilangu, Kudu, Mancasan, Menuran, Ngrombo, Purbayan, Siwal
dan Waru. Dalam 14 desa terdapat 28 dusun, 111 RW, dan 363 RT. Jumlah
penduduk kecamatan Baki sebanyak 70.073 jiwa dengan jumlah rumah
sebanyak 20.824 bangunan yang terdapat 22.055 KK. Secara geografis
Kecamatan Baki merupakan dataran rendah. Letak geografis Puskesmas
Baki dapat dikatakan strategis karena berada dijalan utama yang
menghubungkan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Klaten.
Selain itu, batasan dengan Kota Surakarta.
Kecamatan Baki memiliki satu puskesmas pusat yaitu Puskesmas Baki
yang berkelas Rawat Inap beralamatkan di Jl. WR Supratman No. 20, Kec.
Baki. Sarana dan jejaring Puskesmas Baki yaitu puskesmas induk terdiri
dari pelayanan rawat inap, rawat jalan dan PONED, 4 unit pustu, 2 unit
pusling, 14 unit PKD, 14 orang bidan desa, 5 unit klinik, 11 unit praktik
dokter mandiri, 12 unit BPM, 10 unit apotik, 110 posyandu balita, 88
posyandu lansia, dan 14 posbindu.
2. Visi, Misi, Tujuan, Moto Dan Tata Nilai Puskesmas
Visi
“Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar yang paripurna, merata dan
mandiri menuju masyarkat sehat.”
Misi
a. Memberdayakan tenaga, sarana dan prasarana di Puskesmas maupun
wilayah kerjanya.
b. Mengupayakan pelayanan kesehatan secara merata dan
berkesinambungan diseluruh wilayah.
c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan dengan mengupayakan perilaku hidup bersih
dan sehat.
d. Memberdayakan peran serta masyarakat, lintas sektor dan swasta
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan.
Tujuan
“Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal di wilayah Kecamatan
Baki”
Moto
“Bersama SEHATI menuju Kecamatan Baki sehat”
Tata Nilai
a. Senyum dalam melayani pelanggan.
b. Empati kepada pasien dan rekan kerja.
c. Handal dan cekatan dalam melayani.
d. Amanah dalam melaksanankan tugas.
e. Tertib pelayanan dan administrasi.
f. Ikhlas membantu masyarakat.
B. Program Puskesmas
Puskesmas Baki adalah suatu Unit Pelaksanaan Teknis Daerah
(UPTD) bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung serta sebagai pusat pengembangan dan
pembinaan peran serta masyarakat di Kecamatan Baki. Berdasarkan SK
KAPUSK Nomer 445_4/064/108/SK/2016 tentang jenis –jenis pelayanan
UPTD Puskesmas Baki, program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
terdiri dari:
1. Unit Kesehatan Perorangan (UKP): rawat inap (IGD, persalinan), poli
umum, poli gigi, poli ibu dan anak, imunisasi, poli TB, poli KB, fisioterapi,
kefarmasian, laboratorium, dan konsultasi gizi dan sanitasi.
2. Unit Kesehatan Masyarakat (UKM):
Puskesmas Baki adalah suatu organisasi fungsional kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung serta sebagai pusat
penegmbangan dan pembinaan peran serta masyarakat di Kecamatan Baki.
Pelayanan kesehanan di Puskesmas Baki dilaksanakan didalam gedung
maupun diluar gedung, dalm pemberian pelayanan pukesmas Baki bantu
oleh 4 puskesmas pembantu yang membantu puskesmas dalam pelayanan
kesehatan masyarakat. Program yang dilaksanakan oleh puskesmas terdiri
dari bebrapa program yaitu :
1) UKP
Terdiri dari poli umum, poli gigi, poli TB, poli HIV, poli IVA, poli
lansia, KIA, MTBS, Kefarmasian, Laboratorium/
2) UKM : P2
a) Pencegahan: Imunisasi.
b) Pengendalian penyakit menular: (P2ML dan P2B2)
P2ML meliputi TB, HIV, Kusta, ISPA, Typoid, Diare. dan P2B2
:DBD, Cikungungnya, Rabies
c) Pengendalian penyakit tidak menular: (PTM, Gizi, KIA)
PTM meliputi hipertensi, kanker serviks, stroke, diabetes militus, ca
mammae, obesitas, kesehatan jiwA. Gizi meliputi ASI eksklusif,
pengukkuran gizi, dan KIA meliputi KB, K1, K2, K4, nifas,
persalinan
3) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA)
adalah alat management untuk melakukan pemantauan program KIA dan
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindakan
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi, bayi
dan balita. Dengan management PWS KIA diharapkan cakupan
pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran disuatu wilayah kerja
sehingga kasus dengan resiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan
sedini mungkin untuk dapat memperoleh penangan yang memadai.
4) Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan energy protein, anemia gizi lebih. Peningkatan
survey gizi dan perberdayaan usaha perbaikan gizi keluarga/masyarakat.
5) Program Kesehatan Lingkungan
Menggalakkan perilaku pola hidup bersih dan sehat dengan kegiatan
antara lain :
a) Melaksanan inspeksi kesehatan lingkungan untuk tempat-tempat
umum dan tempat pengelolaan makanan.
b) Surveilans dalam rangka pengawasan kualitas air bersih dan air
minum.
c) Pemberdayaan masyarakat melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) meliputi : Menentutan kegiatan STBM, pemicuan
STBM, kampanye CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), penyuluhan
hygenis sanitasi pangan disekolah
a) sekolah
6) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)
Definisi epideminologi menurut WHO (2016) adalah ilmu yang
mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa-peristiwa kesehatan
dan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan yang meningkatkan
sekelompok masyarakat dan mengarahkan ilmu tersebut untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan.. program pencegahan adalah
mnecegah agar penyakit menular tidak menyebar didalm masyarakat,
yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host
melalui kegiatan penyulihan dan imunisasi, pengobatan dengan
pemberian pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan
ditempat kejadian lanjut dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan ; pemutusan rantai penularan atau upaya
pencegahan misalnya : abatitasi pada KLB, DBD, kaporisasi pada
sumur-sumur yang tercemar pada KLB Diare, dan sebangainya.
Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/
pemantauan (surveilans ketat) dan logistic.
7) Program Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit pengindraan di Puskesmas Baki pada tahun 2019
menunjukan bahwa penyakit yang paling sering dilaporkan adalah
penyakit oriris media unspecified dengan angka penemuan sebanyak 127
jiwa, pada gangguan refreksi ditemukan sebanyak 307 jiwa,
konjungtivitis sebanyak 63 jiwa, sinusitis ditemukan sebanyak 42 jiwa,
stomatitis sebanyak 18 jiwa dan dermatitis sebanyak 600 jiwa.
a) Mengadakan Posyandu di 14 desa yaitu : Desa Kudu, Bakipandean,
Bentakan, Jetis, Ngrombo, Purbayan, Duwet, Kadilangu, Menuran,
Gedongan, Mancasan, Gentan, Siwal, Waru dengan sasaran usia 15-
59 tahun.
b) Mengadakan pemeriksaan IVA tes setiap hari selasa dan kamis.
c) Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan jiwa dan NAPZA di 2 desa dan
1 sekolah dalam 1 tahun.
C. Sumber Daya Manusia
1. Medis: 4 dokter umum dan 2 dokter gigi
2. Keperawatan: 14 orang
3. Perawat gigi: 1 orang
4. Kebidanan: 34 orang
5. Asisten Apoteker: 2 orang
6. Kesehatan masyarakat umum: 1 orang
7. Sanitasi lingkungan: 2 orang
8. Nutrisionis: 2 orang
9. Fisioterapis: 1 orang
10. Analis kesehatan/ laborat: 2 orang
11. Rekam medis: 1
12. Struktural: 1orang
13. Dukungan manajemen: 12 orang
D. Gambaran Umum Program Gizi Puskesmas Baki Tahun 2019
1. Kegiatan Program Gizi
a. UKP adalah kegiatan program gizi yang meliputi konseling pada
pasien rawat inap dan penyelenggaraan maksimal bagian pasien rawat
inap.
b. UKM meliputi pemantauan kesehatan pada ibu hamil, anak, balita,
lansia dan remaja. Pada anak dilakukan penimbangan rutin setiap
bulan dan diketahui status gizi balita, pada ibu hamil di cek LILA
(lingkar lengan atas) dan Hb, pada remaja di dilakukan pemantauan pil
pintar.
2. Capaian Upaya Gizi
Hasil capaian upaya gizi bulan desember tahun 2019 di Puskesmas
Baki dengan indikator persentase balita yang ditimbang berat badanya
(D/S) target >80, sasarn 4568, hasil kegiatan bulan ini tidak diketahui,
bulan lalu 4016 sampai dengan bulan ini 4016 dengan hasil pencapaian
87,9%. Persentase balita yang naik berat badanya (N/D) >80, sasaran
4016, dengan hasil kegiatan bulan lalu tidak diketahui, bulan ini 3182,
sampai bulan ini 3182, pencapaian 79,2%. Indikator balita dibawah garis
merah target 100, sasaran 13, hasil kegiatan bulan lalu tidak diketahui,
bulan ini 13, sampai dengan bulan ini 13 capaian target 100%.persentasi
balita kurus atau kurang target <5, sasaran 4016, hasil kegiatan bulan lalu
tidak diketahui, bulan ini 147, sampai dengan bulan ini 147, pencapaian
3,66%. Persentasi ibu hamil menndapat tablet Fe 90t target >90, sasaran
1003, dengan hasil bulan lalu 852, bulan ini 79 dan sampai bulan ini 931,
pencapaian 92,8. Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
target >45, sasaran 75, hasil bulan lalu tidak diketahui, bulan ini 35,
sampai bulan ini 35, dengan pencapaian 48,61%. Persentase ibu hamil
KEK target <14, sasaran 1003, hasil kegiatan 79, hasil kegiatan bulan lalu
79, bulan ini 11, sampai dengan bulan ini 90, dengan target 8,97%.
Persentase ibu hamil anemi target <13, sasaran 1003, hasil kegiatan bulan
lalu 70, bulan ini 1, sampai dengan bulan ini 71, dengan persentase
7,08%. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi umur 6-11
bulan target 85, sasaran 464, hasil kegiatan bulan lalu tidak diketahui,
bulan ini 464, sampai dengan bulan ini 464, dengan pencapaian 100%.
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita umur 12-59 bulan 2
kali setahun target 85, sasaran 3825, hasil kegiatan bulan lalu tidak ada,
bulan ini 3825, sampai bulan ini 3825, dengan pencapaian 100%.
Pemberian PMT-P pada balita kurus target 85, sasaran 99, dengan hasil
bulan lalu tidak ada, bulan ini 84, sampai dengan bulan ini 84, pencapaian
84,8%. Ibu hamil KEK mendapat PMT pemulihan dengan target <80,
sasaran 7, hasil bulan lalu tidak ada, bulan ini 7, sampai dengan bulan ini
7, dengan pencpaian 100%. Rumah tangga mengkonsumsi garam
beryodium target >90, sasaran 2683, dengan hasil bulan lalu tidak
diketahui, bulan ini 2533, sampai dengan bulan ini 2533, pencapaian
94,41%. Pemberian tablet tambah darah remaja putri target >25, sasaran
1043, hasil kegiatan bulan lalu tidak diketahui, bulan ini 390, sampai
dengan bulan ini 390, pencapaian 37,4%.
3. Patisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam kategori baik, sesui dengan terget yang
telah ditentukan kabupaten. Partisipasi masyarakat D/S tertinggi di desa
B.Pandeyan 97,4, dan terendah di desa Kudu 71,9. Keberhasilan program
N/D di desa Duwet 97,1 dan terendah di desa Mancasan 39,4. Persentase
gizi kurang tertinggi di desa Mancasan 9,12 dan terendah di desa Gentan
0,71. Hasil capaian pemberian ASI Ekslusif bayi usia 6 bulan dengan
jumlah 72, jumlah ke E6 35 (48,61%). Persentase asi ekslusif tertinggi di
desa Kadilangu dan Waru mencapai 100 dan terendah di desa Duwet.
4. Kegiatan bulan Desember :
a. PMT Penyuluhan
b. Bantuan Operasi Kader
c. Pemantauan Status Gizi
d. Konseling
e. Pemberian Fe Pada Bumil
f. Pemberian Fe Pada Remaja Putri
g. Pelacakan Gizi Kurang Baik Dan Gizi Buruk
ANALISA SWOT

Strenghts (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)


Man Man Man Man
- Untuk menjalankan Jumlah SDM dengan beban - Jumlah kader setiap - kader memiliki banyak
program ini sudah kerja tidak sesuai desa berbeda-beda. Desa tugas tidak hanya
terdapat 2 orang petugas Ngrombo 36 orang, mengenai asi eksklusif
dari puskesmas Desa Mancasan 54 saja, sehingga terdapat
- Sudah terdapat kader di orang, Desa Gedongan masyarakat yang belum
seluruh desa 31 orang, Desa Jetis 49 teredukasi pentingnya
- Sudah ada 1 bidan desa orang, Desa Bentakan asi eksklusif dan
yang bertanggung jawab 30 orang, Desa Kudu 38 kesadaran masyarakat
di setiap desa orang, Desa Kadilangu juga rendah
25 orang, Desa Baki
Pandeyan 36 orang,
Desa Menuran 41 orang,
Desa Gentan 112 orang,
Desa Purbayan 73
orang, Desa Siwal 35
orang, Desa Duwet 30
orang, dan Desa Waru
61 orang
- Rata-rata jumlah kader
setiap desa adalah 46
orang
- Mayoritas kader
memiliki keaktifan yang
baik

Material Material Material Material


- Adanya fasilitas - Kurangnya kesadaran - Adanya Posyandu dapat - Kurangnya angka bayi
penunjang puskesmas dan partisipasi dimanfaatkan secara yang naik timbangannya
(rawat inap dan masyarakat untuk maksimal sebagai sarana
laboratorium) datang menimbang bayi pendekatan pelayanan
- Adanya Posyandu dan balita Puskesmas kepada
terjalin hubungan yang masyarakat sehingga
baik antara kader menjangkau pelayanan
posyandu, masyarakat di seluruh wilayah
yang mempunyai bayi
dan balita untuk
meningkatkan status
kesehatan

Metode Metode Metode Metode


- Adanya promosi - Cakupan pelaksanaan - Terdapat kader - Kurangnya pengetahuan
kesehatan terkait program gizi ASI kesehatan di wilayah masyarakat dan
program gizi ASI eksklusif masih terbatas puskesmas dukungan dari keluarga
eksklusif - Promosi kesehatan ASI terhadap manfaat dan
- Adanya kerja sama eksklusif sudah pentingnya ASI
antara petugas dilakukan setiap eksklusif
puskesmas dengan kader bulannya oleh petugas
desa dalam kesehatan melalui kelas
memonitoring program hamil, posyandu, dan
gizi ASI ekslusif kunjungan nifas
Machine Machine Machine Machine
- Sudah adanya program - Pencapaian program gizi - Beberapa masyarakat - Jika promosi kesehatan
gizi cakupan ASI ASI eksklusif fluktuatif sudah sadar pentingnya tidak digencarkan, tidak
eksklusif, KIA dan meskipun sudah ASI eksklusif untuk banyak masyarakat yang
posyandu yang telah dilakukan promosi bayi mereka mengikuti program gizi
terjadwal, termasuk di kesehatan setiap bulan - Meskipun fluktuatif, ASI eksklusif
dalamnya konseling gizi pencapaian cukup baik
dan ASI, pelatihan dan
pembelajaran ASI
eksklusif, serta kelas
hamil
Money Money Money Money
- Adanya alokasi dana dari Kurangnya alokasi dana Kinerja petugas puskesmas Beberapa masyarakat ada
puskesmas dari puskesmas dan kader desa cukup baik yang berasal dari ekonomi
rendah
STRATEGI

A. Strategi SO
1. Meningkatkan kerjasama dengan dokter spesialis dan ahli gizi sebagai
konsultan melaui program kunjungan ahli
2. Terus memberikan pembekalan dan pelatihan bagi para kader tentang
masalah gizi terutama ASI eksklusif
3. Meningkatkan mutu pelayanan medis gizi
B. Strategi WO
1. Optimalisasi program manajemen laktasi 3 periode
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di Puskesmas
sehingga kegiatan penyuluhan, konseling maupun KIE-ASI dapat lebih
maksimal
3. Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program gizi terutama
ASI eksklusif, jika perlu dengan memberikan reward
C. Strategi ST
1. Melakukan survey dan memberikan kuesioner pada masyarakat wilayah
Puskesmas Baki untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka
tentang ASI eksklusif
2. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan (penyuluhan,
konseling, pembagian leaflet, pemasangan poster)
D. Strategi WT
1. Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat ataupun organisasi
masyarakat setempat dalam mendung program gizi puskesmas; ASI
eksklusif
2. Mengadakan penyuluhan rutin serta memperbaiki perencanaan dan
strategi program penyuluhan
3. Membangun koordinasi yang baik antara puskesmas, kader, maupun tokoh
masyarakat setempat untuk melaksanakan program gizi puskesmas; ASI
eksklusif
4. Perluasan cakupan pelaksanaan program gizi ASI eksklusif
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Didalam laporan ini dapat kami simpulkan bahwa :
1. Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan perseorangan pada tingkat pertama, yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
2. Puskesmas Baki terletak di Jl. WR. Supratman No.20, Dusun II,
Kadilangu, Kec. Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk
mendukung operasional puskesmas, dengan dibantu oleh 4 sub puskesmas
(pustu).
3. Dalam laporan ini kami mengambil program gizi ASI eksklusif dengan
presentase pencapaian 48,61% dengan target >45%, dan sasaran 75%.
4. Dalam pemecahan masalah kami menggunakan analisa SWOT yang
mencakup man, material, method, machine dan money
B. SARAN
Saran dari kelompok berdasarkan dengan analisa SWOT yang telah dilakukan
antara lain:
1. Sebaiknya meningkatkan kerjasama dengan dokter spesialis dan ahli gizi
sebagai konsultan melaui program kunjungan ahli
2. Sebaiknya meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di
Puskesmas sehingga kegiatan penyuluhan, konseling maupun KIE-ASI
dapat lebih maksimal
3. Sebaiknya meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan
(penyuluhan, konseling, pembagian leaflet, pemasangan poster)
4. Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat ataupun organisasi
masyarakat setempat dalam mendung program gizi puskesmas; ASI
eksklusif
DAFTAR PUSTAKA

Dellen, S. A. Van., Wisse, B., Mobach, M. P., Dijkstra, A. 2019. The Effect of a
breastfeeding support programme on on breastfeeding duration and
exclusivity: a quasi-experiment. BMC Public Health.
Http://doi.org/10.1186/s12889-019-7331-y.
Haryono R, Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
Kemenkes, RI. 2011. Menejemen Bayi Berat Lahir Rendah Untuk Bidan di Desa.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.
Kemenkes, RI. 2013. Pedoman Perancangan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.
Kemenkes RI. 2017. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Edisi
2017.
Kemenkes, RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Indonesia.
Mardalena, Ida & Suryani, Eko. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Ilmu
Gizi. Pusdik SDM Kesehatan. Badan Pengembangan Pemberdayaan Sumber
Daya Mnusia Kesehatan.
Maryunani A. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: Trans info media.
Mufdlilah. 2017. Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program Asi
Eksklusif
Roesli U. 2013. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara.
WHO. 2017. Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health
Of Infants. In :WHO. 2017; 1-3.
Wiji, N R. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai