Anda di halaman 1dari 15

A.

KESIMPULAN
a. Surveilans Gizi Secara Pasif
1. Cakupan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan
Balita (D/S)
Data partisipasi masyarakat (D/S) menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat terdapat peningkatan dari tahun
2013 sampai tahun 2017. Capaian terendah terdapat pada
tahun 2014 dengan persentase 48% dan tertinggi tahun 2016
yaitu 88,1%. Dari kelima capaian tersebut masih ada
beberapa yang belum mencapai target 70% yaitu tahun 2014
sebesar 48%, 2015 sebesar 61,7%, dan 2017 sebesar 67,4.
Salah satu penyebab partisipasi masyarakat dalam dalam
penimbangan balita posyandu terjadi penurunan, yaitu karena
tidak semua balita ditimbang rutin oleh orang tua atau
pengasuhnya.
2. Cakupan Pencapaian Program Posyandu (N/D)
Indikator kecenderungan status gizi (N/D) di wilayah
kerja Puskesmas pada tahun 2013, 2014, dan 2015 sejumlah
81,38%, 70,8% dan 72,8% telah mencapai target (70%).
Tetapi pada tahun 2016 terjadi penurunan pencapaian N/D
yaitu sejumlah 65,2% dan 2017 sebesar 61,38%. Hal ini bisa
disebabkan karena beberapa faktor yaitu asupan makan anak
yang tidak mencukupi kebutuhan sehingga berat badan anak
tidak naik dan bisa juga disebabkan oleh anak sakit sehingga
mempengaruhi nafsu makan anak.

3. Pemberian Fe pada ibu hamil


Sebagian besar capaian pemberian tablet Fe pada
Puskesmas Dinoyo belum mecapai target yaitu pada tahun
2013,2014, 2015 dan 2017 masih belum memenuhi target (
90%.), yaitu 72%, 60%, 84% dan 64%. Sedangkan pada
tahun 2016 Puksesmas Dinoyo telah mampu melampaui
target yaitu 90,8%. Cakupan pemberian TTD pada ibu hamil
yang tidak stabil ini sesuai dengan jumlah kunjungan ibu
hamil yang periksa di puskesmas.
4. Cakupan Pemberian Vitamin A Ibu Nifas, Bayi, dan Balita
 Vitamin A Ibu Nifas
Cakupan distribusi kapsul vitamin A di wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo mengalami fluktuasi setiap
tahun. Pada tahun 2014 cakupan vitamin A sebanyak
836 ibu nifas mengalami penurunan pada tahun 2015
sebanyak 706 ibu nifas. Lalu pada tahun 2016 cakupan
vitamin A mengalami peningkatan yaitu sebanyak 708
ibu nifas. Dari tiga tahun berturut-turut cakupan
pemberian vitamin A pada ibu nifas belum memenuhi
target yang ditetapkan oleh Puskesmas setiap tahunnya,
meskipun target setiap tahunnya sudah ada penurunan.
 Vitamin A Bayi
Capaian vitamin A pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo Kota Malang berdasarklan gambar
di atas selama tiga tahun terakhir mengalami
penurunan, yaitu dari tahun 2014 (77%) hingga tahun
2017 turun menjadi (68%). Berdasarkan data tersebut
dapat dikatakan bahwa capain vitamin A bayi masih
berada di bawah target yang ditetapkan. Selisih antara
capaian dan target tertinggi adalah pada tahun 2015
yaitu 18% (67% dari target 85%). Sedangkan selisih
terendah pada tahun 2014 yaitu 8% (77% dari 85%)
dan untuk tahun 2016 yaitu 17% (68% dari 85%).
Dapat disimpulkan bahwa capaian vitamin A pada bayi
di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang
masih berada di bawah target.
 Vitamin A Balita
Capaian vitamin A pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo, Malang berdasarklan gambar di
atas selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan
dan peningkatan, yaitu pada tahun 2014 capaian
vitamin A berada di atas target yaitu (264%), selisih
179% diatas target (85%). Kemudian, pada tahun 2015
mengalami penurunan yang cukup signifikan dan
jumlahnya berada di bawah target yaitu (79%), selisih
6% di bawah target (85%). Sedangkan pada tahun 2016
kembali meningkat, namun tidak signifikan yaitu 84%,
selisih 1% di atas target (85%). Namun, pada tahun
2017 mengalami penurunan hingga dibawah target,
yaitu 74%. Dapat disimpulkan bahwa capaian vitamin
A pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota
Malang tiga tahun terakhir sudah baik, namun masih
fluktuatif.
5. Capaian Program ASI Eksklusif
Capaian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Dinoyo mengalami fluktuasi selama 3 tahun. Pada tahun
2014 capaian ASI Eksklusif sebesar 80%, kemudian pada
tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 61,7% dan pada
tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 84,1% dari
target yaitu sebesar 80%.
6. Cakupan Rumah Tangga yang Mengonsumsi Garam
Beryodium
Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium di wilayah kerja Puskesmas selama periode 5
tahun pada tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami
peningkatan. pada tahun 2013 hasil yang didapatkan sebesar
91% dan pada tahun 2017 hasil yang didapatkan sebesar
97,50% sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar
90%, dapat disimpulkan bahwa periode tahun 2013 hingga
2017sudah memenuhi target.
b. Analisis Program Gizi Puskesmas :
 Pemantauan Balita Gizi Buruk
pemantauan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
Puskesmas Dinoyo dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun
2017 sudah memenuhi target yaitu 100%.
 Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan Tahun 2016
Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan yang
mencapai target (80%) hanya 3 dari 6 kelurahan, yaitu pada
kelurahan Ketawanggede, Dinoyo, dan Merjosari. Cakupan
Pemberian ASI Eksklusif terendah pada kelurahan Tlogomas
yaitu hanya sebesar 50%. Pemberian ASI Eksklusif pada
tahun 2016 terjadi kenaikan dan penurunan. Persentase pola
menyusui pada bayi umur 6 bulan rata-rata adalah 82,9%
sudah melampaui target yaitu 80% pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo.
 Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi Tahun 2016
Cakupan distribusi tablet vitamin A bayi di wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo pada tahun 2017 masih berada dibawah
target nasional yaitu, 85%. Sedangkan total cakupan
distribusi tablet vitamin A bayi di Puskesmas Dinoyo masih
dibawah target nasional, yaitu sebesar 64%. Tetapi pada
kelurahan Merjosari persentase cakupan vitamin A sudah
hampir mencapai target nasional sebesar 84% dan persentase
cakupan terendah berada di kelurahan Tlogomas sebesar
45%.
 Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita Tahun 2017
Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada tahun 2017 di
wilayah kerja Puskesmas Dinoyo masih belum memenuhi
target (85%). Total cakupan distribusi tablet vitamin A balita
di Puskesmas Dinoyo sudah hampir mendekati target
nasional sebesar 84%. Pada bulan februari capaian sasaran
yaitu 61,32 % dan bulan agustus 60,19 % Berdasarkan data
tersebut dapat dikatakan bahwa capain vitamin A bayi masih
berada di bawah target yang ditetapkan yaitu 85%. Hal ini
disebabkan d/s tidak mencapai target juga.
 Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas Tahun 2016
Capaian pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas pada tahun
2016 masih di bawah target, capaian terendah yaitu pada
Kelurahan Ketawanggede yaitu sejumlah 42%. Untuk
capaian pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas yang telah
melebihi target yaitu di kelurahan Tunggulwulung yaitu
sejumlah 144%. Dapat disimpulkan bahwa selama tahun
2016 capaian keseluruhan vitamin A Ibu nifas masih di
bawah target.
 Pemberian Tablet Besi (90 tablet) pada Bumil
Cakupan pemberian tablet Fe pada tahun 2017 masih
dibawah target yang diharapkan yaitu adalah 64,3% dari
90%. Rendahnya cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil
disebabkan karena beberapa hal antara lain, tingginya target
ibu hamil (sasaran), rendahnya kesadaran ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilan baik di posyandu/puskesmas serta
adanya mobilitas ibu hamil yang tinggi (tempat ibu hamil
tinggal dan persalinan berbeda) .
 Pemberian Tablet Besi pada Remaja Putri
Capaian pemberian Fe sudah memenuhi target yaitu
100% remaja putri (5497 anak) sudah mendapatkan tablet Fe.
Dimana target capaian pemberian tablet Fe di wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo yaitu 20% dari total remaja putri (1099
anak). Hal tersebut menunjukkan bahwa program promosi
kesehatan berjalan dengan baik.Sehingga pemberian tablet Fe
memenuhi jumlah seluruh remaja putri di cakupan wilayah
kerja puskesmas dinoyo.
 Pemberian PMT Baduta Kurus selama Satu Semester
Capaian program Pemberian PMT selama satu
semester yaitu bulan Januari sampai Juni 2017 sebesar 100%,
jika dibandingkan dengan target program sebesar 85%,
berada di atas target. Berdasarkan jumlah baduta kurus yang
diberi PMT terjadi peningkatan dan penurunan setiap
bulannya. Tertinggi pada bulan Juni, yaitu 11 baduta, dan
terendah bulan Februari yaitu 1 baduta. Pada masing-masing
kelurahan terjadi peningkatan dan penurunan jumlah
penerima PMT baduta kurus, dan total tertinggi adalah
kelurahan Dinoyo, disusul kelurahan Merjosari, Tlogomas,
dan Ketawanggede. Sedangkan di kelurahan Sumbersari
mulai bulan Januari sampai Juni, tidak ada penerima PMT
baduta kurus.
 Pemberian PMT Ibu Hamil KEK
Capaian program Pemberian PMT selama satu
semester yaitu bulan Januari sampai Juni 2017 sebesar 100%.
Jika dibandingkan dengan target program sebesar 65%,
berada di atas target. Berdasarkan jumlah Ibu Hamil KEK
yang menerima PMT setiap bulannya sudah mencapai target,
kecuali pada bulan April capaian jumlah ibu hamil KEK yang
menerima PMT tidak ada. Pada masing-masing kelurahan
jumlah penerima PMT Ibu Hamil KEK mengalami fluktuatif
dengan jumlah ibu hamil tertinggi adalah kelurahan
Merjosari, disusul kelurahan Tlogomas, Sumbersari, Dinoyo
dan Ketawanggede.
 Cakupan Rumah Tangga yang Mengonsumsi Garam
Beryodium
Pada tahun 2017 cakupan rumah tangga yang
mengonsumsi garam beryodium yaitu 97,50% sedangkan
target yang seharusnya dicapai sebesar 90%, dapat
disimpulkan bahwa cakupan konsumsi garam beryodium
pada 2017 memenuhi target.
c. Data SKDN di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang:
Capaian K/S
a. Capaian K/S Yang Terbaik
Jumlah balita yang mempunyai KMS tertinggi (K/S)
di wilayah kerja puskesmas dinoyo sebesar 105% pada
Kelurahan Merjosari. Hal ini dikarenakan kader posyandu
selalu memperbaharui data balita dan aktif dalam
pendistribusian KMS.
b. Capaian K/S Yang Terburuk
Capaian K/S yang terburuk merupakan jumlah balita
yang mendapatkan KMS yang paling sedikit atau
pendistribusian KMS tidak terlaksanan pada seluruh balita.
Adapun capaian K/S terburuk yang dilihat dari hasil SKDN
adalah desa Ketawanggede yaitu sebesar 52%.Hal ini
dikarenakan kader posyandu yang tidak memperbaharui
data balita dan kurang aktif dalam pendistribusian KMS.
Capaian D/S
a. Capaian D/S Yang Terbaik
Capaian D/S yang terbaik merupakan jumlah balita
yang ditimbang yang paling banyak atau kehadiran
tingginya balita keposyandu. Adapun capaian D/S terbaik
yang dilihat dari hasil SKDN adalah desa merjosari yaitu
sebesar 78,4%. Hal ini dikarenakan kader posyandu aktif
dalam menginformasikan kegiatan posyandu dan keaktifan
ibu balita yang membawa keposyandu tergolong tinggi.
b. Capaian D/S Yang Terburuk
Capaian D/S yang terburuk merupakan jumlah balita
yang ditimbang yang paling sedikit atau kehadiran
rendahnya balita keposyandu. Adapun capaian D/S terburuk
yang dilihat dari hasil SKDN adalah desa tunggulwulung
yaitu sebesar 54,7%. Hal ini dikarenakan kader posyandu
kurang aktif dalam menginformasikan kegiatan posyandu
dan keaktifan ibu balita yang membawa keposyandu
tergolong rendah.
Capaian N/D
a. Capaian N/D Yang Terbaik
Capaian N/D yang terbaik merupakan jumlah balita
yang paling banyak berat badannya meningkat dari balita
yang ditimbang. Adapun capaian N/D terbaik yang dilihat
dari hasil SKDN adalah desa Tlogomas yaitu sebesar
70,1%. Hal ini dikarenakan kader posyandu aktif dalam
menginformasikan pentingkan asupan makan yang
seimbang untuk tumbuh kembang anak dan keaktifan ibu
balita yang memberikan asupan terbaik untuk balita.
b. Capaian N/D Yang Terburuk
Capaian N/D yang terburuk merupakan jumlah balita
yang paling sedikit berat badannya meningkat dari balita
yang ditimbang. Adapun capaian N/D terburuk yang dilihat
dari hasil SKDN adalah desa dinoyo yaitu sebesar 59,7%.
Hal ini dikarenakan kader posyandu kurang aktif dalam
menginformasikan pentingkan asupan makan yang
seimbang untuk tumbuh kembang anak dan keaktifan ibu
balita yang kurang memberikan asupan terbaik untuk balita.
Pencapaian program SKDN
 Pencapaian K/S terkecil adalah kelurahan
Tunggulwulung (63,1%) dan tertinggi adalah kelurahan
Ketawanggede (89,2%)
 Pencapaian D/S terkecil adalah kelurahan
Tunggulwulung (54,7%) dan tertinggi adalah kelurahan
Merjosari (78,4%)
Pencapaian N/D terkecil adalah kelurahan Dinoyo
(59,7%) dan tertinggi adalah kelurahan Tlogomas
(70,1%)
d. Home visit dilakukan kepada pasien yang telah mengikuti
konseling gizi sebanyak 24 pasien
e. Penyuluhan Kelompok Sasaran Program Pemberdayaan
Masyarakat.
Penyuluhan yang terbaik merupakan penyuluhan dengan
peningkatan pengetahuan tertinggi. Adapun penyuluhan dengan
peningkatan pengetahuan tertinggi yaitu penyuluhan yang
dilaksanakan di SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Hasil terbaik
dapat dilihat dari beberapa pertanyaan yang ditanyakan dan yang
diberikan dapat dijawab dengan baik dan benar oleh pemateri dan
peserta.
Penyuluhan yang tergagal merupakan penyuluhan dengan
peningkatan pengetahuan terendah. Adapun penyuluhan dengan
peningkatan pengetahuan terendah yaitu penyuluhan yang
dilaksanakan di Posyandu RW 04 Dinoyo. Hal ini disebabkan pada
saat penyuluhan ibu menyusui sibuk dengan anaknya yang rewel,
sehingga penyuluhan tidak kondusif.
f. Pembinaan pelaksanaan Posyandu
1. Posyandu Balita
Pembinaan posyandu dilakukan di Posyandu Balita
Dinoyo RW 1, Dinoyo RW 2, Dinoyo RW 3, Dinoyo RW 4,
Ketawanggede RW 1, Ketawanggede RW 3, Ketawanggede
RW 4, Ketawanggede RW 5, Merjosari RW 1, Merjosari RW
2, Merjosari RW 3, Merjosari RW 6, Merjosari RW 8,
Sumbersari RW 1, Sumbersari RW 2, Posyandu Terpadu
(Posbindu) Sumbersari RW 3, Sumbersari RW 3,
Ketawanggede RW 3, Tlogomas RW 4, Seruni RW I
Tlogomas, Tlogomas RW 6, dan Tlogomas RW 7. Rata-rata
pembinaan yang dilakukan di posyandu adalah membina
kader yang melakukan kesalahan dalam pengukuran
antropometri seperti pada saat pengukuran bayi dengan
menggunakan baby scale pakaian bayi tidak seminim
mungkin, pada saat mengukur dengan menggunakan dacin
tidak diseimbangkan terlebih dahulu, tidak adanya konseling
gizi, dan pengukuran BB tidak dilaukan setiap bulan tetapi 6
bulan sekali shingga tidak dapat mengetahui pertumbuhan
balita. Selain itu, dilakukan pembinaan mengenai KMS
dengan cara melengkapi dan mencantumkan N untuk naik, T
untuk turun atau tetap, 2T untuk dua kali tidak naik sesuai
dengan KBM (kenaikan berat minimal) pada KMS. Selain itu
Kader harus bisa menjelaskan status perkembangan balita
harus mengikuti KBM yang sudah ditentukan, sehingga
ketika balita dinyatakan naik (N) maka kenaikannya seperti
yang diharapkan di KBM, tidak sekedar naik. Grafik juga
harus dihubungkan untuk mengetahui dan memantau
pertumbuhan dan perkembangan balita.
2. Posyandu Lansia
Posyandu Lansia yaitu Posyandu Lansia Terpadu
(Posbindu) Sumbersari RW 3 dan Merjosari RW 12.
Pembinaan yang dilakukan di Posyandu lansia adalah pada
saat lansia melakukan pengukuran berat badan ataupun tinggi
badan, sebaiknya pakaian yang digunakan seminimal
mungkin (melepas topi, melepas sandal dan menaruh barang
bawaan). Pengukuran TB dan penimbangan BB tidak
dilaukan setiap sehingga tidak dapat mengetahui status gizi
lansia yang benar-benar akurat.
g. Pembinaan hygiene sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo
dengan enam pedagang kaki lima yang sudah tergolong baik.
Namun ada hal yang sering diabaikan oleh penjamah makanan atau
pedagang yaitu belum menjaga kebersihan kuku dan tangan. Selain
hal tersebut, pedagang juga harus memperhatikan tempat berjualan
dan kebersihan alat yang digunakan supaya ditingkatkan secara
bertahap agar tidak terlalu membebani. Pembinaan yang dilakukan
meliputi lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan
produksi, fasilitas dan kegiatan hygiene dan sanitasi, kesehatan dan
hygiene karyawan, penyimpanan, pengendalian proses,
pengawasan oleh penanggung jawab, penarikan produk dan
pencatatan juga dokumentasi.
h. Sarana dan Prasarana UKS
Sarana dan Prasarana SDN Dinoyo 2 Malang sudah baik,
lengkap dan bersih. Sarana dan Prasarana UKS SDN Tlogomas 2
sudah lengkap, hanya saja beberapa barang dalam kondisi kurang
baik seperti microtoise yang sudah lama (berkarat) serta
pemasangan kurang sesuai sehingga dapat mempengaruhi angka
pengukuran dan penanggung jawab UKS mengansitipasi masalah
tersebut dengan menggunakan meteran bangunan.sebagai
pengganti microtoise yang lama. Sarana dan Prasarana UKS SDN
Ketawanggede masih kurang lengkap, karena beberapa sarana dan
prasarana yang penting justru tidak ada di dalam UKS, yaitu
snellen chart, dan perpustakaan UKS. Sarana dan Prasarana UKS
SD Laboratorium UM masih kurang lengkap, sarana dan prasarana
yang penting sudah ada di dalam UKS, yaitu obat-obatan, snellen
chart, namun tidak ada poster kesehatan, perpustakaan UKS.
Sarana dan Prasarana UKS SD Negeri Merjosari 2 sudah
cukup lengkap seperti terdapat peralatan antropometri, snellen
chart tetapi tidak dipasang. Sedangkan sarana dan prasarana UKS
SD Surya Buana cukup lengkap. Karena di dalam ruangan uks
sudah begitu mencukupi untuk siswa sekolah tersebut melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat.
i. Advokasi Konselor ASI
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI
merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena
memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2011 dalam Rachmaniah, 2014).
Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI Eksklusif sangat
dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian ASI
selama 6 bulan tanpa makanan tambahaan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir
hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti, 2011 dalam Rachmaniah,
2014).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
2017 didapatkan cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
adalah 34,92%, sedangkan target cakupan bayi yang mendapat ASI
eksklusif adalah 77%. Sehingga masih banyak bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif, hal ini disebabkan diantaranya adalah
faktor psikologis, pemberi pelayanan persalinan, faktor ibu
berkerja, faktor budaya, faktor promosi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pemberian ASI
secara eksklusif tidak semudah yang dibayangkan. Jika tingkat
pendidikan ibu rendah maka pengetahuan ibu tentang ASI juga
akan rendah sehingga pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan
tidak akan tercapai. Apalagi ditambah dengan ketidaktahuan
masyarakat tentang lama pemberian ASI eksklusif yang benar
sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah. Bahkan hingga saat ini
jangka waktu pemberian ASI yang benar masih menjadi
perdebatan di kalangan dunia kesehatan ( Roesli, 2005 ).
Menurut penelitian Rohani (2007) menunjukan bahwa
tingkat pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian
ASI Eksklusif, hal ini ditunjukan akan terjadi peningkatan
pemberian ASI Eksklusif jika disertai dengan peningkatan
pengetahuan tentang ASI Eksklusif (Sugiarti, 2011). Oleh karena
itu, perlu dilakukan advokasi ASI eksklusif dalam rangka
meningkatkan pemberian ASI eksklusif oleh ibu secara benar.
B. SARAN
1. Sebaiknya sarana dan prasarana seperti leaflet, brosur dan poster di
ruang konsultasi gizi Puskesmas Dinoyo yang terkait dengan materi
diet penyakit anemia ibu hami, hipertensi, kolesterol, DM, dan gizi
seimbang lebih diperbanyak lagi, dikarenakan penyakit-penyakit
tersebut merupakan penyakit yang paling sering dirujuk ke konsultasi
gizi.
2. Pada kegiatan penanganan kasus hal-hal yang sebaiknya dilakukan
adalah memberikan penyuluhan terkait materi gizi seimbang, PHBS,
dan contoh menu makan sehari yang dapat diaplikasikan oeh orangtua
balita dalam kehidupan sehari-hari.
3. Perlu dilakukan pelatihan higene sanitasi yang lebih intens bagi home
industry maupun pedagang kaki lima di wilayah kerja Puskesmas
Dinoyo, hal ini untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan higiene sanitasi para pemilik atau penjamah makanan
baik dalam lingkup home industry maupun pedagang kaki lima agar
sesuai dengan peraturan produksi pangan.
4. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan salah satu media untuk
mengoptimalkan berjalannya suatu program, oleh karena itu
Puskesmas sebagai Tim Pembina UKS tingkat kecamatan perlu
mengadakan kegiatan monitoring dan evaluasi program UKS di setiap
sekolah di wilayah kerja Pusesmas masing-masing agar dapat berjalan
sesuai dengan rencana dan berdaya guna.
5. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kader
posyandu perlu dilakukan kegiatan pembinaan berupa pelatihan kader.
Dalam pelatihan tersebut hal-hal yang harus ditekankan yaitu tentang
cara pengukuran antropometri, 5 kegiatan posyandu, dan tupoksi
posyandu.
6. Untuk meningkatkan pencapaian D/S diperlukan sebuah inovasi baru
untuk menarik minat masyarakat agar membawa balita ke posyandu,
beberapa alternatif cara atau solusis yang dapat ditempuh yaotu
dengan membuat Stempel Balita Sehat, taman posyandu, dan lain
sebagainya.
7. Untuk meningkatkan pencapaian pemberian vitamin A dan tablet Fe
perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat terkait
program pemberian vitamin A dan tablet Fe.
8. Perlu ditingkatkannya motivasi dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan posyandu serta pentingnya peran petugas
kesehatan(bidan, perawat dan ahli gizi) dalam pembinaan kader.
Sarana penyuluhan perlu dilengkapi seperti pengadaan leaflet
sehingga penyuluhan dapat berjalan maksimal dan sebagai alat
edukasi sederhana untuk masyarakat tentang pentingnya kesehatan
dan gizi. Diadakannya evaluasi secara rutin sebagai pemantauan
kinerja posyandu dan hasil pelaksanaan posyandu sehingga
permasalah yang timbul dimasyarakat atau diposyandu dapat segara
diatasi dengan pencarian solusi bersam

Anda mungkin juga menyukai