Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan kependudukan di Indonesia perlu perhatian yang cukup serius dari

semua pihak, baik pihak pemerintah maupun non pemerintah. Pertumbuhan penduduk

yang tidak terkendali menjadi salah satu kendala dalam pembangunan di beberapa

sektor. Jika tidak ditangani, maka berakibat meningkatnya kemiskinan serta kesehatan

masyarakat juga akan menurun, sehingga daya saing dari bangsa semakin rendah. Dari

permasalahan penduduk tersebut maka perlu adanya suatu kebijakan program

pengendalian penduduk. (World Health Organization). Kesejahteraan keluarga

merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian di dalam masyarakat. Keluarga terdiri

dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan peranan

sosial. Salah satu wadah organisasi perempuan dimasyarakat Kelurahan pembataan

adalah pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), yang dimana di selenggarakan

secara nasional oleh Menteri Dalam Negeri Menurut Peraturan Presiden Nomor 99

Tahun 2017 tentang gerakan pemberdayaan dari kesejahteraan keluarga dan

menjalankan 10 program yaitu penghayatan dan pengalaman Pancasila, gotong royong,

pangan, sandang, perumahan tata laksana, pendidikan dan keterampilan, kesehatan,

pengembangan kehidupan koperasi, kelestarian lingkungan hidup dan perencanaan

kesehatan.

PKK adalah sebuah organisasi kemasyarakatan Kota yang ada dipembataan dan

mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, juga berperan

dalam kegiatan pertumbuhan Kota. PKK sebagai gerakan yang tumbuh dari bawah

dengan perempuan sebagai penggerak dalam membangun, membina, dan membentuk

keluarga guna mewujudkan kesejahteraan keluarga sebagai unit kelompok terkecil

1
dalam masyarakat. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 tahun

2017 Tentang Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga dalam undang-

undang pasal 2 yaitu penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan

dilakukan melalui Gerakan PKK. Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun

kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan potensi

yang dimiliki serta mengembangkan potensi tersebut menjadi tindakan nyata.

Pemberdayaan merupakan salah satu upaya untuk menghadapi persoalan

kependudukan terkait dengan pembangunan dibidang kesejahteraan sosial.

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat

penurunan angka kematian. kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) ini termasuk

dalam kelompok kerja (Pokja) IV di dalam program kerja Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang mana kelompok kerja (Pokja) IV mengelola

program kesehatan, kelestarian lingkungan hidup dan perencanaan sehat. Adapun

tugas Kelompok kerja (Pokja) IV yaitu :

(1) Meningkatkan pencapaian tujuan pembangunan millennium antara lain: menghapus

tingkat kemiskinan dan kelaparan (indikator : menurunkan prefalensi anak balita yang

Serta kurang gizi), menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu

hamil, memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya,

menjamin kelestarian lingkungan hidup.

(2) Meningkatkan Budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),

(3) Mengembangkan dan membina pelaksanaan kegiatan Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu),

(4) Memonitor pelaksanaan Sistem Informasi Posyandu (SIP),

(5) Melaksanakan pencatatan ibu hamil, melahirkan, nifas, ibu meninggal, kelahiran dan

kematian bayi dan balita,

2
(6) tanam dan pelihara pohon dalam rangka mewujudkan kelestarian lingkungan,

(7) Mewujudkan keluarga kecil, bahagia salah satunya kegiatan posyandu balita yang

merupakan kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga

berencana.

Pelayanan posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara

menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. (kemenkes, 2011).

Pertumbuhan balita adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25

Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Upaya kesehatan anak adalah setiap

kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan anak dalam

bentuk pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Hasil observasi sementara, peran

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) khususnya dalam upaya penerapan

gizi seimbang pada balita di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sederhana belum

berjalan dengan baik karena kurangnya pengetahuan dan ekonomi orang tua.

Berdasarkan deskripsi latar belakang diatas, maka saya tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita dikelurahan

pembataan”.

1. Evaluasi adalah sebuah proses sistematis pengumpulan dan penganalisisan data

untuk pengambilan keputusan dari aspek program, evaluasi dapat dikatakan suatu

kegiatan pengevaluasian yang dilakukan secara berkesinambungan dan ada dalam

suatu organisasi (Gay dalam Sukardi, 2014:8). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi

3
dengan jenis Evaluasi sumatif (Summative Evaluation) adalah suatu evaluasi yang

memberikan pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan

evaluasi ini menilai sesudah program tersebut berjalan. Evaluasi summative, adalah

evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari suatu program yang

telah selesai dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa

kurun waktu setelah program, guna menilai keberhasilan program. Dari adanya

jurnal terdahulu yang berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan program

posyandu balita secara umum maupun khusus sesuai dengan penelitian:

 menurut Dinar Aditya, Hartuti Purnawen ‘Implementasi program perbaikan gizi balita di

puskesmas Wonosalami kabupaten demak’. Didapatkan hasil Penyelenggaraan

perbaikan gizi balita melalui kegiatan pembagian PMT dan vitamin A, Pemantauan berat

badan balita, kegiatan posyandu dan sosialisasi tentang gizi balita sudah tepat sasaran.

Ketepatan pelaksanaan dalam program perbaikan gizi balita dari desa mranak dan desa

Getas sudah sesuai dan tepat.

 Viska Widiatmadita Wijanarko, Sjamsiar Sjamsuddin, Hermawan (2013) ‘Pelaksanaan

Program Gerakan Tuntas Gizi Buruk (Restu Ibu) Di Kabaupaten Ngawi (Studi Tentang

Pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk).’ Di dapatkan hasil pelaksanaan gerakan tuntas

gizi buruk terdapat tahapan perawatan balita gizi buruk dan balita sangat kurus serta

adanya bantuan untuk peningkatan status gizi balita yang menggunakan dana alokasi

(DAU) Kabupaten 2013.

 Didi Supriyadi ‘Peningkatan Peranan Keluarga Dalam Penanganan Masalah Balita

GIzi Kurang Di Kelurahan Maleer Kecamatan Batununggal Kota Bandung’. Di

dapatkan hasil implementasi model peningkatan peranan keluarga dalam

4
penanganan balita gizi kurang dan pengembangan hubungan keluarga dengan

sistem sumber berdampak positif dalam peningkatan peranan keluarga.

 Hasil Penelitian Oleh Naopa Nisa Mutiya, Nurmalasyiah, Suwandi “Peran (PKK)

dalam upaya penerapan gizi seimbang pada balita di (POSYANDU) di Kelurahan

Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong”. Penelitian ini Hasil

Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Peran (PKK) Dalam Upaya Penerapan Gizi

Seimbang Pada Balita Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kelurahan

Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong sudah berjalan dengan

baik; (2) Faktor yang menghambat Peran (PKK) Dalam Upaya Penerapan Gizi

Seimbang Pada Balita Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kelurahan

Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong adalah Kurangnya

pengetahuan orang tua tentang gizi seimbang dan Ekonomi. Kata Kunci :

Pemberdayaan dan Kesejateraan Keluarga (PKK), Gizi Seimbang dan Balita.

 Hasil Penelitian Oleh Nikmatul Laily Agustin 2019,” Pemberdayaan Perempuan

Melalui Gerakan (PKK) Dalam Menangani Kesehatan Anak Ibu Hamil dan Lansia

Sesuai isi 10 Program Pokok PKK”. bagaimana peran dan efektifitas PKK dalam

menangani kesehatan anak dan ibu. mengetahui faktor pendukung dan

penghambat dalam Menangani Kesehatan anak, ibu dan lansia Penelitian ini

menggunakan metode diskriptif kualitatif untuk memperoleh data yang komprehensif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan

PKK Dalam Meningkatkan Kesehatan Anak, Ibu dan Lansia. PKK berperan penting

tentang posyandu.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah upaya (PKK) dalam penerapan gizi seimbang pada balita di Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) sederhana di Kelurahan Pembataan Kecamatan

Murung Pudak Kabupaten Tabalong?

2. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita di Kelurahan Pembataan

Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong.

1.3 Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui dan menganalisis Program PKK dalam upaya penerapan gizi

seimbang pada balita di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Sederhana di

Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong

 Untuk mengetahui bagaimana evaluasi program PKK dalam penerapan gizi

seimbang di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat Teoritis

1. Mendukung model evaluasi Formatif Menurut Azwar (1996), Teori peran

menekankan sifat individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai

dengan posisi yang ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat. Teori peran

mencoba untuk menjelaskan interaksi antar individu dalam organisasi, berfokus

pada peran yang mereka mainkan. Setiap peran sosial adalah seperangkat hak,

kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan

memenuhi perannya.

2. Menurut Sulistiyani (2004) Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan

dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan

atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki

6
daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Indikator dalam teori ini adalah

kekuatan atau kemampuan dan kemandirian. Mendukung

3. (1) Hasil penelitian Dinar Aditya, Hartuti Purnawen “Implementasi program

perbaikan gizi balita di puskesmas Wonosalami kabupaten demak”.

4. (2) Denny Septian, Rosmalia Helmy “Pengetahuan dan sikap keluarga dengan

perilaku keluarga sadar gizi (kadarzi)”.

5. (3) Inong Retno Gunanti “Pemberdayaan Kader Posyandu Melalui penerapan

Metode Konseling Gizi Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembinaan Program

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)”. Tetapi tidak di dukung Hasil Penelitian (1) Didi

Supriyadi “Peningkatan Peranan Keluarga Dalam Penanganan Masalah Balita Gizi

Kurang Di Kelurahan Maleer Kecamatan Batununggal Kota Bandung”. (2) Radika

Wahyu Setyoaji “Dampak Program kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) terhadap peningkatan pemberdayaan Ekonomi Perempuan Di

dusun Sosoran Desa Candimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.”

Manfaat praktis

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi untuk pelaksanaan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upaya penerapan gizi

seimbang bagi balita di kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong

2. Memberikan pendapat atau masukan yang membangun bagi tim penggerak

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) untuk lebih aktif lagi dalam

memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penerapan gizi

seimbang bagi balita di kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak

Kabupaten Tabalong.

7
3. Bagi kader Posyandu balita agar lebih meningkatkan pelayanan untuk program

Posyandu balita di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai pedoman atau

acuan, sehingga penelitian ini menjadi relevan yaitu:

1. Hasil Penelitian Oleh Dinar Aditya, Hartuti Purnawen “Implementasi program

perbaikan gizi balita di puskesmas Wonosalami kabupaten demak”. Di dapatkan

hasil (a) Penyelenggaraan perbaikan gizi balita melalui kegiatan pembagian PMT

dan vitamin A, Pemantauan berat badan balita, kegiatan posyandu dan sosialisasi

tentang gizi balita sudah tepat sasaran. (b) Ketepatan pelaksanaan dalam program

perbaikan gizi balita dari Desa Mranak dan Desa Getas sudah sesuai dan tepat. (c)

Ketepatan target belum tercapai di lihat dari masih adanya balita gizi buruk di Desa

Getas. (d) ketepatan lingkungan di sini belum berjalan baik di lihat dari pihak swasta

yang belum bergabung dengan pemerintah. (e) Ketepatan Proses, hasilnya sudah

tepat.

2. Hasil Penelitian Oleh Viska Widiatmadita Wijanarko, Sjamsiar Sjamsuddin,

Hermawan (2013) “Pelaksanaan Program Gerakan Tuntas Gizi Buruk (Restu

Ibu) Di Kabupaten Ngawi (Studi Tentang Pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor 8

Tahun 2013 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk).” Di

8
dapatkan hasil pelaksanaan gerakan tuntas gizi buruk terdapat tahapan perawatan

balita gizi buruk dan balita sangat kurus serta adanya bantuan untuk peningkatan

status gizi balita yang menggunakan dana alokasi umum (DAU) Kabupaten 2013.

Selain itu dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan

penghambat yang melibatkan SKPD dan pihak-pihak terkait.

3. Hasil Penelitian Oleh Didi Supriyadi “Peningkatan Peranan Keluarga Dalam

Penanganan Masalah Balita Gizi Kurang Di Kelurahan Maleer Kecamatan

Batununggal Kota Bandung”. Di dapatkan hasil implementasi model peningkatan

peranan keluarga dalam penanganan balita gizi kurang dan pengembangan

hubungan keluarga dengan sistem sumber berdampak positif dalam peningkatan

peranan keluarga. Namun demikian, upaya perbaikan model berupa peningkatan

kapasitas kader posyandu dalam pemberian dukungan terhadap keluarga balita

melalui pelatihan dan pendampingan serta menjaga relasi dengan sistem sumber

harus selalu di tingkatkan.

4. Hasil Penelitian Oleh Naopa Nisa Mutiya, Nurmalasyiah, Suwandi “Peran

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Upaya Penerapan

Gizi Seimbang Pada Balita di Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Sederhana

di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong”.

Penelitian ini bertujuan :1) Untuk mengetahui dan menganalisis Peran

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upaya penerapan gizi

seimbang pada balita di Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Sederhana di

Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong; 2) Untuk

mengetahui dan menganalisis Faktor Penghambat Peran Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upaya penerapan gizi seimbang pada balita di

Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Sederhana di Kelurahan Pembataan

Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Hasil Penelitian ini menunjukkan

9
bahwa (1) Peran Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Upaya

Penerapan Gizi Seimbang Pada Balita Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Sederhana Di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong sudah berjalan dengan baik; (2) Faktor yang menghambat Peran

Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Upaya Penerapan Gizi

Seimbang Pada Balita Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Sederhana Di

Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong adalah

Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi seimbang dan Ekonomi. Kata Kunci :

Pemberdayaan dan Kesejateraan Keluarga (PKK), Gizi Seimbang dan Balita.

5. Hasil Penelitian Oleh Nikmatul Laily Agustin 2019,” Pemberdayaan Perempuan

Melalui Gerakan (PKK) Dalam Menangani Kesehatan Anak Ibu Hamil dan

Lansia Sesuai isi 10 Program Pokok PKK”. bagaimana peran dan efektifitas PKK

dalam menangani kesehatan anak dan ibu. mengetahui faktor pendukung dan

penghambat dalam Menangani Kesehatan anak, ibu dan lansia Penelitian ini

menggunakan metode diskriptif kualitatif untuk memperoleh data yang komprehensif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan

PKK Dalam Meningkatkan Kesehatan Anak, Ibu dan Lansia. PKK berperan penting

tentang posyandu.

2.2 Landasan Teori

A. Pengertian Evaluasi

Pengertian evaluasi Secara umum evaluasi adalah suatu proses menilai, mengukur,
mengoreksi dan perbaikan pada suatu kegiatan yang diselenggarakan dengan
membandingkan proses rencana dengan hasil yang dicapai. Apa itu evaluasi juga dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan mengumpulkan informasi mengenai kinerja sesuatu
(metode, manusia, peralatan), dimana informasi tersebut akan dipakai untuk
menentukan alternatif terbaik dalam membuat keputusan. Tujuan evaluasi ini biasanya
adalah untuk mengumpulkan data dan membandingkannya dengan standar tujuan yang
ingin dicapai, sehingga bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jadi apa

10
itu evaluasi sederhananya merupakan proses yang dapat membantu seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli

 Anne Anastasi. Menurut Anne Anastasi (1978), arti evaluasi adalah proses sistematis
untuk menentukan sejauh mana tujuan instruksional dicapai oleh seseorang. Evaluasi
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah
berdasarkan tujuan yang jelas.
 Sajekti Rusi. Menurut Sajekti Rusi (1988), pengertian evaluasi adalah proses menilai
sesuatu, yang mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik secara kuantitatif
(pengukuran) maupun kualitatif (penilaian).
 William A. Mehrens dan Irlin J. Lehmann. Menurut William A.Mehrens dan Irlin J.
Lehmann (1978), pengertian evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh,
dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan.
 A.D Rooijakkers. Menurut A.D Rooijakkers, pengertian evaluasi adalah suatu usaha
atau proses dalam menentukan nilai-nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga
diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran
untuk keperluan pengambilan keputusan.
 Abdul Basir. Menurut Abdul Basir (1996), arti evaluasi adalah proses pengumpulan data
yang deskriptif, informatif, prediktif, dilaksanakan secara sistematik dan bertahap untuk
menentukan kebijaksanaan dalam usaha memperbaiki pendidikan.

B. Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik, evaluasi

adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu berjalan

dengan baik atau tidak. Evaluasi mempunyai defenisi yang beragam, William N.

Dunn, memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa: ’Secara umum istilah evaluasi

dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan

penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil

kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi

berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan’.

(Dunn, 2003:608).

Pengertian diatas menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan merupakan hasil kebijakan

dimana pada kenyataan-nya mempunyai nilai dari hasil tujuan atau sasaran

kebijakan. Bagian akhir dari suatu proses kebijakan adalah evaluasi kebijakan.

11
Menurut Lester dan stewart yang dikutip oleh Leo Agustino dalam bukunya yang

berjudul Dasar-Dasar Kebijakan Publik bahwa evaluasi ditujukan untuk melihat

sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah

kebijakan telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang

diinginkan (Dalam Leo, 2006:186). Jadi, evaluasi dilakukan karena tidak semua

program kebijakan public dapat meraih hasil yang diinginkan.

C. Pendekatan Evaluasi Kebijakan

Dunn dalam Nugroho (2017:324-325) mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga)

pendekatan besar dalam evaluasi kebijakan, yakni:

A. Evaluasi Semu

Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil

kebijakan tanpa berusaha menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil

tersebut kepada target kebijakan. Evaluasi semu berasumsi bahwa ukuran tentang

manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang terbukti sendiri atau tidak kontroversial.

B. Evaluasi Formal

Evaluasi Formal adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil

kebijakan, namun mengevaluasi hasil tersebut atas tujuan program kebijakan yang

telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan. Evaluasi formal berasumsi

bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai adalah tujuan dan target yang diumumkan

secara formal.

C. Evaluasi Keputusan Teoritis

12
Evaluasi keputusan teoritis adalah kegiatan evaluasi yang menggunakan metode-

metode deskriptif untuk mengumpulkan informasi yang valid dan akuntabel

mengenai hasil kebijakan, yang dinilai secara eksplisit oleh para pelaku kebijakan.

Evaluasi jenis ini bertujuan untuk menghubungkan antara hasil kebijakan dengan

nilai-nilai dari para pelaku kebijakan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan evaluasi kebijakan yang

bersifat formal karena evaluasi ini di dasarkan pada tujuan program Kampung

Keluarga Berencana. Pendekatan evaluasi formal menjadikan tujuan program atau

kebijakan sebagai alat ukur yang efektif untuk melakukan evaluasi.

D. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap sebuah data yang dikumpulkan melalui

asesmen. Data yang dikumpulkan tersebut dapat digunakan untuk proses pengambilan

keputusan dengan data yang telah diperoleh melalui pengukuran baik menggunakan

instrumen tes maupun non tes. Secara harfiah evaluasi berasal dari kata evaluation

dalam Bahasa inggris. Kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan Istilah Bahasa

Indonesia ‘evaluasi’.

Arikunto mendefinisikan bahwa, Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang

berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari

informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi,

prosedur, serta alternative strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah di

tentukan.

Istilah evaluasi terkadang digunakan untuk merujuk secara khusus pada bagian

keputusan. Evaluasi sering diatur dalam konteks siklus pemantauan, evaluasi, dan

review. Sedangkan menurut UCLA (National Study Committeeon Education)

mengemukakan definisi mengenai evaluasi yaitu merupakan proses atau kegiatan

13
pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan. Evaluasi juga di gunakan untuk menilai dan membandingkan

sejauh mana kegiatan itu tercapai. Sebagai mana yang di kutip dari kamus Oxford

Advanced learner’s Dictionary of Current yaitu : Evaluation is to find out, decide the

amount or value yang di artikan kedalam Bahasa Indonesia; evaluasi ada suatu upaya

untuk menentukan jumlah atau nilai. Menurut Supriyanto (1988) tujuan evaluasi adalah :

1. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program. Sehubungan

dengan ini perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain memeriksa

kembali kesesuaian dari program dalam hal perubahan-perubahan kecil yang terus-

menerus, mengukur kemajuan terhadap target yang direncanakan, menentukan

sebab dan faktor di dalam maupun di luar yang mempengaruhi pelaksanaan suatu

program.

2. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan perencanaan dan pelaksanaan

program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman mengenai

hambatan dari pelaksanaan program yang lalu dan selanjutnya dapat dipergunakan

untuk memperbaiki kebijaksanaan dan pelaksanaan program yang akan datang.

3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana dan sumber daya manajemen

saat ini serta di masa mendatang.

E. Program

Menurut Suharsimi Arikanto dan Cepi Safruddin (2004:2) terdapat dua pengertian istilah

secara umum dan khusus. Menurut pengertian program diartikan sebagai rencana.

Sedangkan pengertian secara khusus, program didefinisikan sebagai suatu unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,

berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang. Definisi lain di kemukakan oleh Tayibnapis (2000:9)

14
Yang mengartikan program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang

dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Ada tiga pengertian dan

ditekankan dalam menentukan program, yaitu

(1) realisasi dan implementasi suatu kebijakan,

(2) terjadi dalam waktu yang relative lama-bukan kegiatan tunggal tetapi jamak

berkesinambungan, dan

(3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Melalui segala bentuk rencana dan akan lebih terorganisir dan lebih mudah dalam

pengoprasionalannya. “A programme is collection of interrelated project designes to

harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy

abjetives”. Yaitu Program adalah kumpulan proyek-proyek yang telah terancang untuk

melaksanakan suatu kegiatan-kegiatan yang harmonis dan berintegritas untuk mencapai

sasaran kebijaksanaan secara keseluruhan. Proses untuk mengetahui apakah tujuan

sudah dapat direalisasikan.

Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program

dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Mudah / Tidaknya Masalah dikendalikan:

a. Kesulitan teknis

b. Keragaman perilaku kelompok sasaran

c. Presentase kelompok sasaran dibanding jumlah

4. Populasi

5. Ruang lingkup perubahan perilaku.

 Kemampuan Kebijaksanaan Untuk Menstrukturkan Proses Implementasi:

1. Kejelasan dan konsistensi tujuan

15
2. Digunakan teori kasual yang memadai

3. Ketetapan alokasi sumber daya

4. Keterpaduan hierarki dalam dan diantara lembaga pelaksana

5. Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana

6. Rekrutmen pejabat pelaksana

7. Akses pihak luar

 Variable diluar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi:

1. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi

2. Dukungan politik

3. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok pemilih

4. Dukungan dari pejabat atasan

5. Komitmen dan keterampilan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana.

Tahap-tahap dalam Proses Implementasi (Variabel Tergantung) Output

kebijakan dari badan-badan pelaksana kepatuhan kelompok sasaran terhadap

output kebijakan dampak nyata output kebijakan dampak output kebijakan

sebagaimana dipersepsi Perbaikan mendasar dalam Undang-Undang aturan

yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui perkiraan anggaran yang

dibutuhkan untuk strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih

mudah untuk di operasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang

diuraikan. “A programme is collection of interrelated project designed

toharmonize and integrated various action an activities for achieving averral

policyabjectives”. (suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang

berhubungan telah di rancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut

16
secara keseluruhan. Menurut Charles O. jones, pengertian program adalah cara

yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang

dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai

program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau

sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya

juga di identifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat

diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis

jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai

melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius

terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi

solusi terbaik (Jones, 1996: 295).

F. Evaluasi Program

Evaluasi program menurut Cronbach dan Stufflebeam adalah upaya

menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan dan

menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator

bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program (Cronbach, 1982).9

Patton; 1997 menyatakan bahwa, Program evaluation is the systematic collection

of information about the activities, characteristic, and outcome of program to

make judgement about the program, improve program effectiveness, and/or

inform decisions about future program development. Evaluasi program adalah

pengumpulan informasi yang sistematis mengenai kegiatan, karakteristik, dan

hasil dari program untuk membuat penilaian mengenai program ini,

17
meningkatkan efektifitas program, dan atau menginformasikan keputusan

mengenai pengembangan program di masa depan. Sedangkan Definisi lain

mengenai evaluasi program datang dari Joint Committee on Standars for

Education Evaluation (1981) yang mengatakan bahwa evaluasi program adalah

evaluasi yang menilai aktivitas kegiatan dengan menyediakan data yang

berkelanjutan.

G. Model-Model Evaluasi

a. Goal oriented evaluation Model Menurut Tyler

Model ini merupakan model yang muncul paling awal, yang menjadi obyek

adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program

dimulai. Adapun prosedur yang perlu diikuti untuk membentuk ujian

pencapaian, yaitu:

1) Mengenal pasti sasaran program yang hendak dijalankan.

2) Menguraikan setiap tujuan dalam bentuk tingkah laku da nisi kandungan.

3) Mengenal pasti situasi dimana tujuan yang hendak digunakan.

4) Menentukan arah untuk mewakili situasi.

5) Menentukan arah untuk mendapatkan hasil.

Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai perbandingan antara hasil yang

dikehendaki dengan hasil yang sebenarnya. Menurut Tyler (1951 dalam Azizi,

2008).

Penilai harus menilai tingkah laku peserta didik, pada perubahan tingkah laku

yang dikehendaki dalam pendidikan. Dalam model ini, langkah pertama adalah

18
mengenali tujuan suatu program, kemudian indikator-indikator pencapaian tujuan

dan alat pengukuran diketahui pasti.

b. Goal Free Evaluation Model Menurut Michael Scriven

Dalam pelaksanaan suatu evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan

apa yang menjadi tujuan program, yang perlu diperhatikan dalam program

tersebut adalah bagaimana kerjanya program dengan jalan mengidentifikasi

penampilan-penampilan yang terjadi baik hal-hal yang positif (hal yang

diharapkan) maupun hal-hal negatif (hal yang tidak diharapkan). Maksudnya

bukan lepas sama sekali dari tujuan, akan tetapi lepas dari tujuan khusus dan

hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program bukan

secara perkomponen.

c. Formatif & Summatif Evaluation Model Menurut Michael Scriven

 Evaluasi Formatif

Istilah evaluasi formatif diperkenalkan oleh Mochael Scriven pada tahun 1967

yang awalnya menggunakan istilah outcome evaluation of an intermediate

stage in development of teaching instrument. Evaluasi formatif adalah

evaluasi yang di desain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek,

terutama ketika objek tersebut sedang dikembangkan. Sepanjang

pelaksanaan kebijakan, program atau proyek dapat dilakukan evaluasi

formatif sesuai dengan kebutuhan atau kontrak kerja evaluasi. Dalam proses

pembelajaran atau mata kuliah evaluasi formatif dilaksanakan dalam bentuk

ujian tengah semester. Sedangkan dalam evaluasi program atau proyek

dilaksanakan sesuai dengan termin kontrak kerja. Misalnya, jika dalam

kontrak pelaksanaan evaluasi ada termin kerja 25%, 50%, dan 75% maka

19
evaluasi formatif harus dilaksanakan tiga kali untuk mengukur pencapaian

kinerja ketiga termin tersebut.

Evaluasi formatif dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik.

b) Untuk mengukur apakah klien/partisipan bergerak ke arah tujuan yang

direncanakan.

c) Untuk mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai

rencana.

d) Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi

penyimpangan.

 Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program. Evaluasi ini

mengukur kinerja akhir objek evaluasi. Evaluasi sumatif berupaya untuk

mengukur indikator-indikator sebagai berikut.

a) Sukses keseluruhan pelaksanaan program

b) Mendapatkan manfaat dari program

c) Keefektifan pelayanan program

d) Mengambil keputusan apakah, program harus dihentikan, dikembangkan,

dihentikan atau dilaksanakan di tempat lain.

 Menurut Azwar (1996), Jenis evaluasi antara lain:

2. Evaluasi formatif (Formative Evaluation) yaitu suatu bentuk evaluasi yang yang

dilaksanakan pada tahap pengembangan program dan sebelum program dimulai.

Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk

mengembangkan program, agar program bisa lebih sesuai dengan situasi dan

20
kondisi sasaran. Evaluasi formative, adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan program dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaki program.

Evaluasi ini dilakukan untuk memperbaiki program yang sedang berjalan dan

didasarkan atas kegiatan sehari-hari, minggu, bulan bahkan tahun, atau waktu yang

relatif pendek . Manfaat evaluasi formative terutama untuk memberikan umpan balik

kepada manajer program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan

yang dihadapi. Evaluasi formative sering disebut sebagai evaluasi proses atau

monitoring.

3. Evaluasi proses (Process Evaluation) adalah suatu proses yang memberikan

gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan

memastikan ada dan terjangkaunya elemen¬elemen fisik dan struktural dari pada

program.

4. Evaluasi sumatif (Summative Evaluation) adalah suatu evaluasi yang memberikan

pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini

menilai sesudah program tersebut berjalan. Evaluasi summative, adalah evaluasi

yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari suatu program yang telah

selesai dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa

kurun waktu setelah program, guna menilai keberhasilan program.

5. Evaluasi dampak program adalah suatu evaluasi yang menilai keseluruhan

efektifitas program dalam menghasilkan target sasaran.

6. Evaluasi hasil adalah suatu evaluasi yang menilai perubahan-perubahan atau

perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas atau indikator status kesehatan lainnya

untuk sekelompok penduduk tertentu.

D. CIPP Evaluation Model Menurut Stufflebeam.

21
Model ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilah program pendidikan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan,

tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme

pelaksanaan program itu sendiri. Stufflebearn melihat tujuan evaluasi sebagai:

1) Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan

alternatif.

2) Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat program

pendidikan atau obyek.

3) Membantu pengembangan kebijakan dan program.

Model CIPP ini dikembangkan oleh stufflebeam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State

University. CIPP yang merupakan sebuah singkatan, yaitu context evaluation (evaluasi

konteks), input evaluation (evaluasi masukan), process evaluation (evaluasi proses) dan

product evaluation (evaluasi terhadap hasil). Adapun penjelasan nya adalah sebagai

berikut:

a) evaluasi konteks utamanya mengarah pada identifikasikekuatan dan kelemahan

organisasi dan pada pemberian masukanuntuk memperbaiki organisasi.37 Tujuan

pokok dari evaluasi konteksadalah menilai seluruh keadaan organisasi,

mengidentifikasikelemahannya, menginventarisasi kekuatannya yang bisa

dimanfaat-kan untuk menutupi kelemahannya, mendiagnosis masalah-masalahyang

dihadapi organisasi, dan mencari solusi-solusinya. Evaluasikonteks juga bertujuan

untuk menilai apakah tujuan-tujuan danprioritas-prioritas yang telah ditetapkan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pihak-pihak yang menjadi sasaran organisasi.

b) evaluasi proses pada dasarnya memeriksa pelaksanaanrencana yang telah

ditetapkan. Tujuannya adalah memberikan masukan bagi pengelola atau manajer

dan stafnya tentang kesesuai-an antara pelaksanaan rencana dan jadwal yang

sudah dibuat sebelumnya dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.Apabila

22
rencana tersebut perlu dimodifikasi atau dikembangkan, evaluasi proses

memberikan petunjuknya. Masih ada tujuan-tujuan lain yang patut diperhatikan,

yakni menilai secara periodik seberapa jauh penerimaan para partisipan program

dan keberhasilan mereka dalam melaksanakan peran-peran mereka; dan

memberikan catatan yang lengkap tentang pelaksanaan rencana dan

perbandingannya dengan tujuan awalnya. Evaluasi proses dapat meninjau kembali

rencana organisasi dan evaluasi-evaluasi terdahulu untuk mengidentifikasi aspek-

aspek penting dari organisasi yang harus dimonitor.Di sini yang mesti diingat adalah

bahwa evaluasi proses terutama bertujuan untukmemastikan prosesnya.

Penyimpangan-penyimpangan dari rencana semula dijelaskan. Fungsi utama dari

evaluasi proses ialah memberi-kan masukan yang dapat membantu staf organisasi

menjalankan program sesuai dengan rencana, atau mungkin memodifikasi rencana

yang ternyata buruk. Pada gilirannya, evaluasi proses menjadi sumber informasi

yang vital untuk menafsirkan hasil-hasil evaluasi produk.

c) evaluasi produk bertujuan untuk mengukur, menafsirkan, dan menilai capaian-

capaian program. Lebih jelasnya, evaluasi produk bertujuan untuk menilai

keberhasilan programdalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sasaran

program.Penilaian-penilaian tentang keberhasilan program atau organisasi

inidikumpulkan dari orang-orang yang terlibat secara individual atau kolektif, dan

kemudian dianalisis. Artinya, keberhasilan atau kegagalan program dianalisis dari

berbagai sudut pandang.Langkahnya dapat diawali dengan menilai kinerja

organisasiberdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah di diagnosis sebelumnya.

Berikutnya, evaluasi produk juga memeriksa dampak-dampak program, baik yang

sesuai dengan tujuan dan maksud program maupun tidak, yang positif maupun

negatif. Evaluasi produk kerap kali diperluas dengan menilai dampak-dampakjangka

panjang dari program. Fungsi akhirnya adalah menentukan apakah program atau

23
organisasi perlu dilanjutkan, diulang, dan/atau dikembangkan di tempat-tempat lain,

atau sebaliknya dihentikan.Empat jenis evaluasi tersebut disajikan dalam tabel di

bawah ini.

d) Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan

informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia

dalam mencapai tujuan program. Evaluasi input meliputi analisis personal yang

berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia,

alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu

program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program,

desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan.

Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam

menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat

digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada.

Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-

sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan

efisien.

E. Discrepancy Model Menurut Provus

Provus mendefinisikan evaluasi sebagai alat untuk membuat pertimbangan

(judgement) atas kekurangan dan kelebihan suatu objek berdasarkan diantara

standard dan kinerja. Model ini juga dianggap menggunakan pendekatan formatif

dan berorientasi pada analisis system. Sementara pencapaiannya adalah lebih

kepada apakah yang sebenarnya terjadi. Dalam model evaluasi ini, kebanyakan

informasi yang diperoleh berbeda dengan yang dikumpulkan. Adapun caranya, yaitu:

1) Merencanakan bentuk penilaian, menentukan kemantapan suatu program.

2) Penilaian input, bertujuan membantu pihak pengurus dengan memastikan

sumber yang diperlukan mencukupi.

24
3) Proses penilaian, memastikan aktivitas yang dirancang berjalan dengan lancar

dan memiliki mutu seperti yang diharapkan.

4) Penilaian hasil, judgement di tahap pencapaian suatu hasil yang direncanakan.

Evaluasi Discrepancyc (Provus, 1971) adalah suatu model evaluasi program yang

menekankan pentingnya pemahaman sistem sebelum evaluasi. Model ini

merupakan suatu prosedur problem solving untuk mengindentifikasi kelemahan

(termasuk dalam pemilihan standar) dan untuk mengambil tindakan korektif. Dengan

model ini, proses evaluasi pada langkah-langkah dan isi kategori sebagai cara

memfasilitasi perbandingan capaian program dengan standar, sementara pada

waktu yang sama mengidentifikasi standar untuk dipergunakan dalam perbandingan

di masa depan, karena program terdiri atas langkah-langkah pengembangan,

aktivitas evaluasi banyak diartikan adanya integrasi pada masing-masing komponen

nya, berupa:

a. Dalam definition stage (tahap definisi), staf program mengorganisir a)gambara

n tujuan, proses, atau aktivitas dan kemudian b) menggambarkan sumber daya

yang diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah dasar dimana evaluasi berk

elanjutan tergantung.

b. Dalam installation stage (langkah instalasi), desain/ definisi program menjadi

standar baku untuk diperbandingkan dengan penilaian operasi awal program.

Gagasannya adalah untuk menentukan sama dan sebangun, sudah atau

tidaknya program telah diterapkan sebagaimana desainnya.

c. Dalam product stage (tahap produk), pengumpulan data dan analisa yang

membantu ke arah penentuan tingkat capaian sasaran dari outcome. Dalam

tahap 4 ini pertanyaannya adalah “Apakah sasaran program telah dicapai?”

Harapannya adalah untuk merencanakan follow up jangka panjang pemahaman

atas dampak.

25
d. Dalam product stage (tahap proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan

data untuk menjaga keterlaksanaan program. Gagasannya adalah untuk

memperhatikan kemajuan kemudian menentukan dampak awal, pengaruh, atau

efek.

e. (optional) tahap costbenefit menunjukkan peluang untuk membandingkan hasil

dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang serupa.

H. Pengertian Efektivitas

Pengertian Efektivitas – Kata efekt

ivitas berasal dari kata dasar efektif dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), Kata efektif memiliki makna efek, akibat, pengaruh atau membawa hasil.

Sedangkan pengertian efektivitas adalah daya guna, keaktifan dan adanya kesesuaian

suatu kegiatan seseorang dalam melaksanakan tugas dengan tujuan yang telah dicapai.

Efektivitas pada umumnya memiliki hubungan antara hasil yang di harapkan dengan

kenyataan hasil yang telah dicapai.

Dengan kata lain, makna dari efektivitas adalah menunjukkan seberapa jauh

pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Menurut

Sondang P. Siagian

dalam Buku Manajemen sumber daya manusia

(2001:4), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana

dalam jumlah yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

jumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya Efektivitas menunjukan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

I. Pengertian Pelaksanaan

26
Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata

dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Rencana yang disunsun akan

memiliki nilai jika di laksanakan dengan efektik dan efesien. Dalam pelaksanaan, setiap

organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat,

maka proses pendidikan seperti yang diinginkan sulit terealisasi (Mulyasa, 2007:21).

J. Posyandu Balita

Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk

masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas,

dimana program ini dapat dilaksanakan dibalai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-

tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat (Ismawati, dkk 2010). Posyandu

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Besumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).

Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan

masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu

hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga dalam setiap posyandu tentu akan

berpengaruh pada status gizi anak balitanya karena salah satu tujuan posyandu

adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu

hamil (Adisasmito, 2007). Posyandu yang merupakan pusat kegiatan masyarakat,

dimana masyarakat sekaligus dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana dan

kesehatan. Disamping itu, posyandu dapat dimanfaatkan sarana untuk tukar

27
pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan masalah yang

duhadapi masyarakat (Depkes RI,2005).

Adapun Pengertian, Tujuan, Sasaran, Manfaat dan jenis pelaksanaan posyandu Balita:

1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana

masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan

kesehatan antara lain : gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan

penanggulangan diare. Definisi lain Posyandu adalah salahsatu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat

penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

2. Tujuan Posyandu Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur.Posyandu

direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh

kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda

dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota

masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh

LKMD dengan syarat; mau dan mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca

dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi

masyarakat. Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil,

ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Biasanya

dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat

danditentukan masyarakat sendiri.

28
3. Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui dan pasangan usia subur.

4. Manfaat posyandu berbeda-beda tergantung dari mana sisi kita melihat menurut

Depkes RI (2006) adalah :

1) Bagi Masyarakata.Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

Memperoleh bantuan secara professional dalam pemecahan maslaah kesehatan

terutama terkait kesehatan ibu dan anak (KIA)c.Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan

terpadu kesehatan dan sektor terkait

2) Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat Mendapatkan informasi

terdahulu tentang upaya kesehatanyang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

3) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membentuk masyarakat

dalam menyelesaikan maslah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

4) Bagi Puskesmas.Optimalisasi fungsi puskesmas sabagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat

pelayanan kesehatan strata pertama. Dalam lebih spesifik membantu masyarakat

dalampemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat. Meningkatkan efisiensi

waktu, tenaga dan dana melaluipemberian pelayanan secara terpadu. Bagi sektor

terkait:

1.Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan, masalah

sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB

sesuai kondisi setempat.

2.Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.

5. Pelaksanaan Posyandu

29
Menurut Syarifuddin, Theresia, dan Jomima (2011), penyelenggaraan

dilakuka n oleh kader yang terlatih dibidang kesehatan, berasal dari PKK, tokoh

masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan tim pembina PKMD

tingkat kecamatan. Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader

bersama KKL LKMD (Kelompok Kerja LKMD di tingkat kedukuhan) dengan

bimbangan tim LKMD tingkat kecamatan.Posyandu sebaiknya berada pada tempat

yang mudah didatangi oleh masyarakat ditentukan oleh masyarakat sendiri, dengan

demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada,

rumah penduduk, kepala dusun, tempat pertemuan RT/RW atau tempat khusus yang

dibangun masyarakat (Syarifuddid, Theresia, dan Jomima, 2011).

Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan. Berikut ini

adalah beberapa kegiatan utama posyandu:

6. Jenis pelayanan kesehatan pada posyandu.

1. . Program kesehatan Ibu dan Anak

Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan balita

secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak dan mendeteksi

sejak dini bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang. Jenis pelayanan yang

diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan, pengukuran

tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan

konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA

atau KMS.

30
2. Imunisasi

Imunisasi wajib merupakan salah satu program pemerintah yang mengharuskan setiap anak

usia di bawah 1 tahun untuk melakukan vaksinasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

telah menetapkan ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan, yaitu imunisasi hepatitis B, polio,

BCG, campak, dan DPT-HB-HiB.

Dalam hal ini, posyandu menjadi salah satu pihak yang berhak menyelenggarakan program

imunisasi tersebut. Tak hanya anak, ibu hamil pun juga dapat melakukan vaksinasi di

posyandu, misalnya vaksinasi tetanus, hepatitis, dan pneumokokus.

3. Peningkatan status gizi

Melalui kegiatan pemantauan gizi, posyandu berperan penting dalam mencegah risiko stunting

pada anak. Pelayanan gizi di posyandu meliputi pengukuran berat dan tinggi badan, deteksi dini

gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, dan pemberian suplemen. Apabila ditemukan ibu

hamil dengan kondisi kurang energi kronis (KEK) atau balita yang pertumbuhannya tidak sesuai

usia, kader posyandu dapat merujuk pasien ke puskesmas.

Posyandu di lihat dari aspek gizi seimbang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Gizi Seimbang:

a. Kecukupan Gizi

1.Energi Kebutuhan energi anak secara perorangan didasarkan pada kebutuhan energi

untuk metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan aktivitas. Energi untuk metabolisme

basa bervariasi sesuai jumlah dan komposisi jaringan tubuh yang aktif secara metabolik

bervariasi sesuai umur dan gender. Aktifitas fisik memerlukanenergi di luar kebutuhan

untuk metabolisme basal. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh

dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi di luar

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan

energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk

31
mengeluarkan sisa dari tubuh.Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan

sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu

bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni.

Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan

sumber energi. Energi merupakan kemampuan atau tenaga untuk melakukan kerja yang

diperoleh dari zat-zat gizi penghasil energi. Berdasarkan hasil Angka Kecukupan Gizi

(2019),angka kecukupan energi untukanak usia 6-11 bulan adalah sebesar

800kkal/orang/hari,anak berusia 1-3 tahun adalah sebesar 1350kkal/orang/hari,

sedangkan untuk anak berusia 4-6 tahun adalah sebesar 1400kkal/orang/hari.

2.Karbohidrat

Karbohidrat-zat tepung/ pati-gula adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan

energi, energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh

baik yang disadari maupun yang tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan, usus,

dan organ-organ lain dalam tubuh. Pangan sumber karbohidrat misalnya

sereal, biji-bijian, gula, buah-buahan, umumnya menyumbang paling sedikit 50% atau

separuh kebutuhan energi keseluruhan. Anjuran konsumsi karbohidrat menurut Angka

Kecukupan Gizi (2019) sehari bagi anak usia6-11 bulan sebesar 105gram, anak usia 1-3

tahun sebesar 215 gram, dan untuk usia anak 4-6 tahun sebesar 220 gram. Dan 3 Protein

Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan. Perubahan komposisi tubuh,

dan pembentukan jaringan baru. Selama pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat

dari 14,6% pada umur satu tahun menjadi 18-19%pada umur empat tahun, yang sama

dengan kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan diperkirakan

berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh. Protein diperlukan untuk

pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh, serta membuat enzim

pencernaan dari zat kekebalan yang bekerja untuk melindungi tubuh balita. Protein

32
bermanfaat sebagai presekutor untuk meurotransmitter demi perkembangan otak

yang baik nantinya. Kebutuhan protein menurut Angka Kecukupan Gizi (2019), untuk anak

usia 6-11 bulan sebesar 15 gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan anak usia 4-

6 bulan sebesar 25 gram.Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada:

(1) kecukupan untuk pertumbuhan,

(2) mutu protein yang dimakan,

(3) kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial yang

10saling melengkapi bila dimakan bersama,

(4) kecukupan asupan vitamin, mineral, dan energi.

4.Lemak

Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Balita

membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang dewasa karena tubuh mereka

menggunakan energi yang lebih secara proporsional selama masa pertumbuhan dan

perkembangan mereka. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 35

gram, usia 1-3 tahun sebesar 45 gram, dan anak usia 4-6 tahun sebesar 50 gram.

5.Serat

Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah dalam usus

kecil dan penting untuk mencegah sembelit, serta gangguan usus lainnya. Serat dapat

membuat perut anak menjadi cept penuh dan terasa kenyang, menyisakan ruang untuk

makanan lainnya sehingga sebaiknya tidak diberikan secara berlebih. Kecukupan

serat untukanak usia 6-11 bulan sebesar 11 gram/hari, anak usia 1-3 tahun adalah

19gram/hari, sedangkan anak 4-6 tahun adalah 20g/hari.

33
6.Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil

untuk beberapa proses penting yang dilakukan di dalam tubuh. Fungsi vitamin adalah

untuk membantu proses metabolisme, yang berarti kebutuhannya ditentukan oleh asupan

energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan

oleh tubuh untuk berbagai fungsi. Mineral penting untuk prosestumbuh kembang secara

normal. Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat, mineralisasi

tulang yang tidak cukup, cadangan besi yang kurang, dan anemia.

b. Sumplementasi gizi

yang berarti adanya defisiensi gizi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Salah satu

upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi yang ada adalah dengan pemberian

suplementasi gizi kepada sasaran yang membutuhkan. Berbagai intervensi baik spesifik telah

ditetapkan oleh pemerintah seperti pemberian fortifikasi zat gizi dalam makanan, supplementasi

Vitamiin A pada balita dan ibu nifas, tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja putri,

taburia, Pemberian makanan tambahan (PMT) balita kurus, PMT ibu hamil KEK ( Kekurangan

energy kronik), ANC terpadu, promosi ASI eksklusif dan lainnya. Untuk lebih meningkatkan

efisiensi dan efektifitas program perbaikan gizi, pelaksanaan kegiatan yang bersifat integral

memenuhi syarat yang utama, dan untuk menyamakan persepsi dalam suplementasi, perlu ada

upaya sosialisasi tentang suplementasi, mulai dari kebijakan sampai dengan evaluasi

keberhasilan yang sudah dilaksanakan.

34
2.3 Kerangka Konseptual

Program Posyandu Balita

Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 Gizi tentang gizi
Seimbang

Model Evaluasi Menurut Azwar


(1996)
1. Evaluasi Sumatif

2.

Model Evaluasi Sumatif:


Efektivitas:
1. Kelengkapan
2. Sumber daya Manusia

Jenis pelayanan kesehatan


pada Posyandu Balita menurut
Depkes RI (2006):
1. Peningkatan Gizi
2. Imunisasi
3. Kesehatan ibu dan anak

Program Program
posyandu balita posyandu balita
berhasil belum berhasil

35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif

sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam

bidang ilmu sosial, termasuk juga ilmu pendidikan. Metode penelitian kualitatif berguna untuk

pemahaman yang lebih mendalam tentang makna (arti subjektif dan penafsiran) dan konteks

tingkah laku serta proses yang terjadi pada faktor-faktor yang berkaitan dengan tingkah laku

tersebut. (Bullock, 2005:117). penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif maka penelitian ini

tidak ditentukan batas waktu secara jelas sampai peneliti memperoleh pemahaman yang benar-

benar mendalam tentang obyek yang diteliti, namun karena berbagai pertimbangan dan

keterbatasan waktu, biaya dan tenaga maka peneliti ini dapat diakhiri dan dibuat laporan nya,

jika dianggap telah mencapai data dan analisis data sesuai dengan rancangan

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kelurahan Pembataan

Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Alasan peneliti melakukan penelitian di

Kelurahan Pembataan dikarenakan ingin mengetahui Peran PKK dalam Upaya Penerapan Gizi

Seimbang Bagi Balita di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kelurahan Pembataan

Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong.

3.3 Jenis Sumber Data

Secara garis besar, sumber data dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Data Primer

36
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber

aslinya yang berupa wawancara, jejak pendapat dari individu atau kelompok (orang)

maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan

kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset

(metode survei) atau penelitian benda (metode observasi).

Sedangkan data primer merupakan data yang diambil dari sebuah penelitian dengan

menggunakan instrument yang dilakukan pada saat tertentu dan hasilnya pun tidak dapat di

generalisasikan hanya dapat menggambarkan keadaan pada saat itu seperti kuesioner.

Data primer biasa berasal dari kuesioner, wawancara atau hasil pengamatan terhadap

obyek tertentu. Kuesioner ini bersifat fleksibel sebab digunakan oleh banyak jurusan. Jadi

hampir semua jurusan bisa menggunakan instrument ini disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian. Namun kelemahan dari instrument ini adalah tidak mampu digeneralisasi. Artinya

ya hasilnya hanya dapat melihat kejadian pada waktu pengambilan data itu, tidak dapat

disimpulkan lebih jauh dimana missal tahun depan apakah hasilnya seperti itu atau tidak.

Ambil contoh penelitian mengenai sabun dimana peneliti ingin tahu nih produk sabun yang

mana lebih disukai oleh masyarakat. Peneliti bisa saja menggunakan data sekunder yaitu

meminta laporan toko, warung, swalayan mengenai data penjualan sabun. Merk apa aja

yang dijual lalu yang laris dipasaran mana saja.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau

secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

Data sekunder (dalam bahasa yang sederhana dan lebih mudah dipahami ya teman-teman)

merupakan data yang sudah tercatat dalam buku atau pun suatu laporan namun dapat juga

merupakan hasil dari hasil labolatorium. Data sekunder biasa digunakan pada penelitian

akutansi dengan melibatkan laporan keuangan. Mahasiswa kedokteran, peternakan,

37
pertanian yang melibatkan data laboratorium dan penelitian terhadap tanaman atau mancit

atau orang juga bisa. data sekunder dengan penelitian pencatatan laboratorium. Misalnya

pengaruh penggunaan obat nyamuk terhadap daya hidup nyamuk. Tentu saja penggunaan

obat nyamuk dengan dosis tertentu akan berpengaruh terhadap daya hidup nyamuk.

Semakin tinggi dosis yang ada pada obat nyamuk tersebut maka jumlah nyamuk yang hidup

pun akan semakin berkurang.

3.4 Informan

Informan adalah kehadiran seseorang yang dimintai informasi terkait objek yang diteliti

ia mempunyai banyak informasi terkait dengan data dari arti penelitian yang dilakukan,

oleh karena itulah penyebutan informan lebih lekat dengan narasumber yang biasanya

ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa “kasus” satu kesatuan unit,

diantaranya yaitu yang berupa lembaga atau organisasi atau institusi sosial. informan

atau narasumber kunci yang dikenal dengan key informan. Informan kunci adalah orang-

orang yang paling banyak

menguasai informasi atau paling banyak tahu terkait objek yang sedang diteliti tersebut.

Atau dengan kata lain informan kunci adalah mereka yang posisi sosialnya dalam

pengaturan penelitian memberi mereka pengetahuan khusus tentang orang lain, proses

atau kejadian yang lebih luas, rinci atau istimewa daripada orang biasa, dan oleh karena

itu merupakan sumber informasi yang sangat berharga bagi seorang peneliti, tidak

terkecuali di tahap awal sebuah proyek.

Informasi yang dimaksud tersebut adalah sebuah pihak yang terkait dengan

implementasi pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) Kelurahan Pembataan:

1. Bidan Posyandu : 1 orang

2. Ketua Kader : 2 orang

3. Ibu Balita : 2 orang

38
3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari

dekat kegiatan yang dilakukan.

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat pengamatan

langsung. Peneliti melakukan pengamatan di tempat terhadap objek penelitian

untuk diamati menggunakan pancaindra. Peneliti diposisikan sebagai pengamat

atau orang luar. Dalam mengumpulkan data menggunakan observasi, peneliti

dapat menggunakan catatan maupun rekaman. Observasi dapat bersifat

partisipatoris, yaitu ketika peneliti turut bergabung dan melakukan aktivitas

bersama objek pengamatannya.

2. Dokumentasi Untuk mencari informasi yang diperlukan maka peneliti

mengumpulkan bahan tertulis seperti berita di media, notulen-notulen rapat,

surat menyurat dan laporan-laporan. Pengumpulan dokumen ini mungkin

dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketepatan informasi yang diperoleh

dari wawancara.

3. Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau lebih

untuk menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang lain dan

mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung alat

pemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi (laten)

atau manifest. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilaksanakan

secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah

dipersiapakan sebelumnya. Wawancara yang terstruktur dengan baik akan

39
mempermudah pewawancara melakukan pekerjaannya. Wawancara terstruktur

adalah teknik wawancara dimana pewawancara sudah menyiapkan daftar

pertanyaan sehingga proses wawancara akan terarah dengan baik.

 Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal

sebelumnya.

 Responden selalu menjawab pertanyaan.

 Pewawancara selalu bertanya.

 Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi

harus selalu bersifat netral.

 Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat

sebelumnya.

 Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Wawancara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan-

permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara juga digunakan apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah respondenya sedikit/kecil.

Untuk melakukan wawancara, ada anggapan yang harus atau perlu dipegang

yaitu:

1. Bahwa subyek atau responden adalah yang paling tau tentang dirinya sendiri.

2. Bahwa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah hal yang sebenar-

benarnya.

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Langkah langkah membuat wawancara yang terstruktur:

40
-Pengumpulan data diri tentang narasumber sendiri, kompetitornya, lingkungan Dan
keluarganya;

-menentukan tujuan wawancara

-menentukan topik wawancara

-Menyusun poin-poin penting atau garis besar pertanyaan yang akan diajukan.

-memilih dan menyusun pertanyaan dengan gaya kalimat yang tepat Dan sesuai

dengan narasumber.

-menentukan intonasi yang sesuai jika mengajukan pertanyaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama

proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah

sistematis. Dimulai dari Wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi,

selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpilkan data. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik analisis data model interaktif dari Matthew B. Milles dan A.

Michael Huberman (Sugiyono, 2014:91) terdiri dari pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpilan. Teknik analisis data dalam penelitian ini

mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman tersebut. Analisis

data merupakan pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisis data yang diperoleh

dari lapangan dengan tujuan agar data yang disajikan mempunyai makna. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model interaktif

dengan menggunakan analisis data Miles, Huberman dan Saldana (2014). Adapun

penjelasan dari analisis data model interaktif ini sebagai berikut :

41
Data Collection Data Display

Data
Reduction Condusin Drawing

Dari hasil wawancara keseluruhan dapat disimpulkan Peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) dalam membina masyarakat khususnya pada kegiatan Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) sudah sangat berperan.

1. Pengumpulan Data (Data Collection): Data yang dikelompokkan selanjutnya di susun

dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna

sesuai dengan masalah penelitian.

2. Penyajian Data (Sata Display): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan

apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan (Condusion Drawing/ Verifiying): pengambilan kesimpulan

berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat

memberi jawaban atau masalah penelitian.

4. Reduksi Data (Data Reduction): kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan

pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian,

selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah.

42
3.7 Standar kriteria keberhasilan pelaksanaan program posyandu balita

dikelurahan pembataan

76-100= berhasil (semua baik)

51-75= berhasil (semua baik)

26-50= (cukup berhasil)

0-25= (tidak berhasil)

3.8 Waktu Penyusunan Penelitian

Waktu penyusunan proposal dengan judul Peran Pemberdayaan Dan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Pada Balita Di Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) Sederhana Di Kelurahan Pembataan Kecamatan

Murung Pudak Kabupaten Tabalong.Kemudian di lakukan seminar terhadap

proposal yang di buat pada bulan Mei 2021. Selanjutnya penelitian lapangan dan

analisis data pada bulan juni sampai bulan September 2021 kemudian penyesalan

penulisan skripsi dilakukan pada bulan September 2021.

43
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Posyandu Balita


A. Nama Balita Berdasarkan Berat Badan Anak.

1. Nama balita di Kelurahan Pembataan berdasarkan umur 0-11 bulan, Imunisasi

pada 10 Maret 2020.

NO Bulan April Anak Berat Badan Anak


Imunisasi Rendah
1. Atha alfariz 5,9(kg)
2. M. hafi 6,1(kg)
3. M. afkar 6,7(kg)
4. Adnan 8(kg)
Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.
2. Nama balita di Kelurahan Pembataan berdasarkan umur 0-11 bulan

Imunisasi pada 10 April 2020.

NO Bulan April Anak Berat Badan Anak


Imunisasi Rendah
1. M. Faqih 6,9(kg)
2. M. Gibran 9(kg)
3. Naura 7(kg)
4. M. Arkan 8(kg)
Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.
3. Nama balita di Kelurahan Pembataan berdasarkan umur 0-11 bulan

Imunisasi pada 10 Agustus 2020.

NO Bulan April Anak Berat Badan Anak


Imunisasi Rendah
1. Raditya 10(kg)

2. Adnan 12,5(kg)
3. M.hafi 8(kg)

44
Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.
4. Nama balita di Kelurahan Pembataan berdasarkan umur 0-11 bulan Imunisasi

pada 10 September 2020.

NO Bulan April Anak Berat Badan Anak


Imunisasi Rendah
1. Bimo Abizar 7,9(kg)
2. Amora 5,6(kg)
3. Afifah 6,8(kg)
4. Salsabilla 4,8(kg)
Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.
5. Nama balita di Kelurahan Pembataan berdasarkan umur 0-11 bulan

Imunisasi pada 10 November 2020

NO Bulan April Anak Berat Badan Anak


Imunisasi Rendah
1. Luna calisya 8,9(kg)
2. Ahmad risky 7,3(kg)
3. M. Faqih 5,1(kg)
4. Dania 6,5(kg)
5. Salsabila 5,3(kg)
Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.
6. Nama balita di Kelurahan Pembataan berdasarkan umur 0-11 bulan

Imunisasi pada 10 Desember 2020

NO Bulan April Anak Berat Badan Anak


Imunisasi Rendah
1. M. faqih 5,1(kg)
2. M. Devin 7,4(kg)
3. Rahmaniah 6,6(kg)
4. Gusti mussa 7,5(kg)
5. Ahmad risky 7,6(kg)
Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.

45
B. Susunan Pengurus Kegiatan Posyandu balita

Adapun Susunan Kader Posyandu Balita di Kelurahan Pembataan Kecamatan

Murung Pudak Kabupaten Tabalong sebagai berikut:

NO Nama Jabatan
1 Sri Wahyuni Ketua
2 Yuliana Sekretaris
3 Siti Nurhandayani Bendahara

Sumber=Data Posyandu Balita diKelurahan Pembataan.

c. Peran Kader Posyandu Balita

menurut Depkes RI (2003), berbagai peran kader, khususnya pada kegiatan Posyandu,

antara lain:

1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat:

2. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain untuk

melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal masalah dan

potensi.

3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas hasil

SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal kegiatan

Sedangkan peranan kader dalam penyelenggaraan posyandu, antara lain :

1. Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat

2. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum pelaksanaan

Posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga)

46
3. Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang hadir di

posyandu.

4. Melakukan penimbangan bayi dan balita.

5. Mencatat hasil penimbangan pada KMS.

6. Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja IV.

7. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya pada bumil,

ibu yang mempunyai bayi atau balita, pasangan usia subur.

 Kader posyandu berperan dalam mem-berdayakan masyarakat meliputi:

motivator kesehatan, menggerakkan masyarakat mengi-kuti kegiatan posyandu,

penyediaan tanaman obat keluarga, menggalang dana swadaya masyarakat,

usaha perbaikan gizi balita dan keluarga dengan memanfaatkan pekarangan

keluarga; penyuluh kesehatan, mengajak untuk melakukan PHBS, menjaga

kebersihan dan sanitasi lingkungan; memberikan pelayanan kesehatan melalui

posyandu yaitu melakukan pendaftaran anggota posyandu, penimbangan bayi dan

balita, pencatatan perkembangan balita, penyuluhan tumbuh kembang balita,

pemberian kapsul vitamin A, serta pemberian imunisasi bayi dan balita.Peran kader di

pemberdayaaan masyarakat lahir sebagai manifestasi faktor motivasi untuk

meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat, kemampuan

mengidentifikasi kebutuhan dan hambatan dalam pelayanan kesehatan,

pemahaman sumber daya yang tersedia di masyarakat, kemampuan koordi-nasi

dengan tokoh masyarakat, pemerintahan dan petugas kesehatan untuk mendorong

masyarakat berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan secara mandiri.

 Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu

a) Memindahkan catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku register

atau buku bantu kader.

47
b) Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu

pada bulan berikutnya.

c) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan

mengajak para ibu balita untuk datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

 Menggerakan tokoh masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan

posyandu langsung ketengah masyarakat.

a) Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat.

b) Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan dan sebagai usaha

kesehatan masyarakat lainnya, termasuk pelaksanaan imunisasi.

 Fungsi Kader Balita

a) Kader mengenal masalah yang ada dimasyarakat secara nyata.

b) Kader dapat mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi yang

ada di masyarakat.

c) Kader merencanakan kegiatan sesuai dengan potensi yang ada.

d) Kader melaksanakan pembinaan dan kegiatan yang telah direncanakan.

Kegiatan Posyandu Balita di Kelurahan Pembataan

Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong

NO Kegiatan Program Posyandu Balita


1 Kesehatan ibu dan anak
2 Imunisasi
3 Peningkatan Gizi
Sumber=Dapertemen Kesehatan 2006.

Program pada Posyandu balita ada tiga macam, yaitu Peningkatan gizi, Kesehatan ibu dan

anak, dan Imunisasi balita.

48
4.2 Deskripsi dan Hasil Penelitian
Dengan menggunakan model Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) adalah untuk

mengetahui program posyandu balita di Kelurahan Pembataan apakah sudah berhasil

dalam pelaksanaannya pada akhir program.Peneliti menggunakan satu dimensi evaluasi

dikemukakan oleh Azwar (1996), yaitu Efektifitas.

Evaluasi sumatif (Summative Evaluation) adalah suatu evaluasi yang memberikan

pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilai

sesudah program tersebut berjalan. Evaluasi summative, adalah evaluasi yang dilakukan

untuk melihat hasil keseluruhan dari suatu program yang telah selesai dilaksanakan.

Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa kurun waktu setelah program,

guna menilai keberhasilan program.

Menurut Sondang P. Siagian efektivitas adalah daya guna, keaktifan dan adanya

kesesuaian suatu kegiatan seseorang dalam melaksanakan tugas dengan tujuan yang telah

dicapai. Efektivitas pada umumnya memiliki hubungan antara hasil yang di harapkan

dengan kenyataan hasil yang telah dicapai. Menunjukkan seberapa jauh pencapaian hasil

yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. dalam Buku Manajemen sumber daya

manusia (2001:4), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana

dalam jumlah yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah barang

atas jasa kegiatan yang dijalankannya Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi

tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

a) Sarana prasarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI nenyatakan bahwa sarana adalah

segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.

Dan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Untuk mencapai

49
maksud dan tujuan program posyandu balita dibutuhkannya sarana prasarana sebagai

faktor penunjang diselenggarakan pelaksanaan posyandu balita.

1. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita pada usia 0-11 bulan (studi

kasus di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong) pada kesehatan ibu dan anak dalam kelengkapan sarana

prasarana.

Berdasarkan pelaksanaan kesehatan ibu dan anak dalam kelengkapan yang

tersedia di posyandu sederhana kelurahan pembataan dapat dilihat pada

wawancara dibawah ini:

 Pernyataan dari bidan posyandu sederhana di kelurahan pembataan yang menyatakan

bahwa: ‘Untuk kelengkapan sudah cukup baik, tapi kami belum memiliki ruangan

posyandu sendiri’. (wawancara 3 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Sudah lengkap seperti timbangan untuk balita sudah ada.’ (wawancara 5 Agustus

2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Semua nya lengkap alat seperti timbangan masih sangat baik.’ (wawancara 5 Agustus

2021).

 Tanggapan ibu balita I yang menyatakan bahwa:

‘Menurut saya di posyandu sederhana sudah cukup baik semua nya lengkap.’

(wawancara 7 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita II yang menyatakan bahwa:

‘Lengkap aja sudah diposyandu ini.’ (wawancara 7 Agustus 2021).

50
Dari hasil wawancara Kesehatan ibu dan anak dengan lima informan tersebut menyatakan

bahwa pelaksanaan tentang Kesehatan ibu dan anak dinilai sudah baik dan cukup lengkap.

Berdasarkan analisis di atas evaluasi program posyandu balita di Kelurahan pembataan

Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong dari segi kelengkapan tentang Kesehatan ibu

dan anak di kategorikan sudah berhasil.

2. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita pada usia 0-11 bulan (studi

kasus di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong)

pada Imunisasi dalam kelengkapan sarana prasarana.

Berdasarkan pelaksanaan Imunisasi dalam kelengkapan yang tersedia di posyandu sederhana

kelurahan pembataan dapat dilihat pada wawancara dibawah ini:

 Pernyataan dari bidan posyandu sederhana di kelurahan pembataan yang menyatakan

bahwa: ‘Untuk kelengkapan Imunisasi sudah baik dan kita laksanakan kegiatan nya

setiap bulan’. (wawancara 3 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Sudah lengkap mulai dari bidan dan alat untuk imunisasi sangat ada diposyandu sini.’

(wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Semua nya lengkap tetapi ada anggota ibu imunisasi yang pindah rumah dan tidak

melapor ke posyandu sehingga arsip data masih ada.’ (wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita I yang menyatakan bahwa:

‘Menurut saya di posyandu sederhana sudah sangat baik dalam kegiatan imunisasi

semua nya lengkap anak kami di data dibuku KMS dan di timbang sebelum imunisasi.’

(wawancara 7 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita II yang menyatakan bahwa:

51
‘Kegiatan Imunisasi di posyandu sudah baik dan lengkap semua karena langsung ada

bidan yang turun’ (wawancara 7 Agustus 2021).

Dari hasil wawancara Imunisasi dengan lima informan tersebut menyatakan bahwa

pelaksanaan tentang Imunisasi dinilai sudah baik dan cukup lengkap. Berdasarkan analisis di

atas evaluasi program posyandu balita di Kelurahan pembataan Kecamatan Murung Pudak

Kabupaten Tabalong dari segi kelengkapan tentang Imunisasi di kategorikan sudah berhasil.

3. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita pada usia 0-11 bulan (studi kasus di

Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) pada

Peningkatan Gizi dalam kelengkapan sarana prasarana.

Berdasarkan pelaksanaan Peningkatan Gizi dalam kelengkapan yang tersedia di posyandu

sederhana kelurahan pembataan dapat dilihat pada wawancara dibawah ini:

 Pernyataan dari bidan posyandu sederhana di kelurahan pembataan yang menyatakan

bahwa: ‘Untuk Peningkatan Gizi pada balita sudah rutin di kasih biskuit sebagai

makanan tambahan ’. (wawancara 3 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Semua lengkap dan kalau ada balita yang kurang gizi akan segera dibawa dan dirujuk

ke puskesmas terdekat.’ (wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Menurut ibu tentang peningkatan gizi sudah lengkap semua vitamin sudah kami kasih

ke ibu balita.’ (wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita I yang menyatakan bahwa:

‘iyaa sudah lengkap, kalau ada imunisasi anak saya diberi biskuit dan juga vitamin.’

(wawancara 7 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita II yang menyatakan bahwa:

‘sangat baik dan sudah lengkap di posyandu sini’. (wawancara 7 Agustus 2021).

52
Dari hasil wawancara Peningkatan Gizi dengan lima informan tersebut menyatakan bahwa

pelaksanaan tentang Peningkatan Gizi dinilai sudah baik dan cukup lengkap. Berdasarkan

analisis di atas evaluasi program posyandu balita di Kelurahan pembataan Kecamatan Murung

Pudak Kabupaten Tabalong dari segi kelengkapan tentang Peningkatan Gizi di kategorikan

sudah berhasil.

b) Sumber Daya Manusia

Menurut pendapat dari Hasibuan, sumber daya manusia (SDM) merupakan ilmu dan seni

mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

1. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita pada usia 0-11 bulan (studi

kasus di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong) pada kesehatan ibu dan anak dalam Sumber Daya Manusia

Berdasarkan pelaksanaan kesehatan ibu dan anak dalam sumber daya manusia yang

tersedia di posyandu sederhana kelurahan pembataan dapat dilihat pada wawancara

dibawah ini:

 Pernyataan dari bidan posyandu sederhana di kelurahan pembataan yang menyatakan

bahwa: ‘Untuk sumber daya manusia nya seperti kader dan anggota nya sudah cukup

dalam pelaksanaan kesehatan pada ibu dan anak.’ (wawancara 3 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Menurut ibu sudah mencukupi sumber daya manusia nya dari masyarakatnya dan

pegawai diposyandu nya sudah banyak.’ (wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Sudah mencukupi seperti adanya ibu bidan dalam kegiatan ibu dan anak.’ (wawancara

5 Agustus 2021).

53
 Tanggapan ibu balita I yang menyatakan bahwa:

‘Petugas posyandu nya sudah banyak dan tidak antri menunggu lama .’

(wawancara 7 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita II yang menyatakan bahwa:

‘Sudah mencukupi, karena pelayanan berjalan dengan baik.’ (wawancara 7 Agustus

2021).

Dari hasil wawancara Kesehatan ibu dan anak dalam sumber daya manusia dengan lima

informan tersebut menyatakan bahwa dalam pelaksanaan Kesehatan ibu dan anak sumber

daya manusia nya dinilai sudah baik dan sangat mencukupi Berdasarkan analisis di atas

evaluasi program posyandu balita di Kelurahan pembataan Kecamatan Murung Pudak

Kabupaten Tabalong dari segi kelengkapan Sumber Daya Manusia nya tentang Kesehatan

ibu dan anak di kategorikan sudah berhasil.

2. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita pada usia 0-11 bulan (studi

kasus di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong) pada Imunisasi dalam Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan pelaksanaan Imunisasi dalam sumber daya manusia yang tersedia di

posyandu sederhana kelurahan pembataan dapat dilihat pada wawancara dibawah ini:

 Pernyataan dari bidan posyandu sederhana di kelurahan pembataan yang menyatakan

bahwa: ‘Untuk sumber daya manusia nya, seperti ibu balita selalu rutin membawa anak

nya Imunisasi di posyandu.’ (wawancara 3 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘kalau menurutku sudah mencukupi, karena dalam kegiatan imunisasi ibu balita akan

dilayani dengan baik oleh petugas kami.’ (wawancara 5 Agustus 2021).

54
 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Kegiatan imunisasi rutin dilaksanakan dan kami memberi biskuit maupun vitamin untuk

balita.’ (wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita I yang menyatakan bahwa:

‘Sumber daya manusia nya yaitu pegawai nya sudah cukup dalam pembagian

tugasnya.’

(wawancara 7 Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita II yang menyatakan bahwa:

‘Sudah mencukupi, pada kegiatan Imunisasi bidan beserta kader menyampaikan materi

yang mudah dipahami.’ (wawancara 7 Agustus 2021).

Dari hasil wawancara Imunisasi dalam sumber daya manusia nya dengan lima informan

tersebut menyatakan bahwa dalam pelaksanaan Imunisasi yang rutin dilaksanakan sumber

daya manusia nya dinilai sudah baik dan sangat mencukupi Berdasarkan analisis di atas

evaluasi program posyandu balita di Kelurahan pembataan Kecamatan Murung Pudak

Kabupaten Tabalong dari segi kelengkapan Sumber Daya Manusia nya tentang Imunisasi di

kategorikan sudah berhasil.

3. Evaluasi Pelaksanaan Program Posyandu Balita pada usia 0-11 bulan (studi

kasus di Kelurahan Pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten

Tabalong) pada Peningkatan Gizi dalam Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan pelaksanaan Peningkatan Gizi dalam sumber daya manusia yang tersedia

di posyandu sederhana kelurahan pembataan dapat dilihat pada wawancara dibawah

ini:

55
 Pernyataan dari bidan posyandu sederhana di kelurahan pembataan yang menyatakan

bahwa: ‘Untuk Sumber daya manusia nya sudah mencukupi’. (wawancara 3 Agustus

2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Sudah mencukupi, sudah jarang ditemukan balita yang kurang gizi di posyandu kami.’

(wawancara 5 Agustus 2021).

 Tanggapan dari salah satu Anggota Kader Posyandu Balita yang menyatakan bahwa:

‘Peningkatan gizi sudah mencukupi, dan sumber daya manusia kami(petugas kesehatan

kami) banyak dan bisa memantau apabila ada balita yang kurang gizi.’ (wawancara 5

Agustus 2021).

 Tanggapan ibu balita I yang menyatakan bahwa:

‘Sumber Daya Manusia nya sudah banyak diposyandu sini.’ (wawancara 7 Agustus

2021).

 Tanggapan ibu balita II yang menyatakan bahwa:

‘Sudah mencukupi semua berjalan dengan baik’. (wawancara 7 Agustus 2021).

Dari hasil wawancara Peningkatan Gizi dalam sumber daya manusia nya dengan lima informan

tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan tentang Peningkatan Gizi dinilai sudah baik dan

sangat mencukupi. Berdasarkan analisis di atas evaluasi program posyandu balita di

Kelurahan pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong dari segi kelengkapan

Sumber Daya Manusia nya tentang Peningkatan Gizi di kategorikan sudah berhasil.

Dari tabel data laporan Imunisasi di posyandu sederhana balita usia 0-11 bulan Kelurahan

Pembataan di atas dapat dilihat bahwa dalam pencatatan laporan imunisasi yang tertera kurang

lengkap, yaitu dapat dilihat dari data tersebut tertulis dari bulan maret 2020, bulan april 2020

dan langsung ke bulan agustus 2020, bulan september 2020, bulan November 2020 dan data

terakhir bulan desember 2020. Dari data tersebut dapat dilihat dari bulan mei 2020 sampai juli

2020 tidak ada. Tetapi untuk kegiatannya sudah dilaksanakan dengan rutin walaupun

56
pencatatan nya saja yang kurang rapi dan kurang lengkap. Jika dihubungkan dengan

pelaksanaan pemeriksaan imunisasi dan peningkatan gizi yang mana dengan tujuan

mengetahui perkembangan kesehatan balita tersebut maka ini dapat dikatakan sebuah kendala

untuk mencapai tujuan tersebut. Karena kurangnya antusias ibu balita untuk imunisasi ke

posyandu.

4.3 Pembahasan

Efektivitas dalam Pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara kepada kader, bidan dan ibu balita di Kelurahan pembataan,

mereka merasa senang dengan pelayanan yang disediakan seperti kelengkapan dan adanya

kader, maupun bidan dan petugas kesehatan yang ramah. Yang di berikan oleh posyandu

balita. Mereka juga merasa cukup terbantu dengan adanya kader yang datang ke rumah warga

untuk imunisasi balita yang tidak bisa berhadir karena adanya pandemi jadi kegiatan imunisasi

tidak diadakan.

Efektivitas menurut Sondang P. Siagian efektivitas adalah suatu pemanfaatan sarana

prasarana, sumber daya dalam jumlah tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan untuk

menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang akan dijalankan oleh seseorang atau

sesuatu perusahaan.

Efektivitas dalam pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan, jika dilihat dari

teori Azwar (1996) dari segi kelengkapan dalam kegiatan kesehatan ibu dan anak yang

melakukan pelayanan memberikan perawatan kesehatan untuk balita seperti pemberian vitamin

maupun biskuit pada ibu hamil dan pemeriksaan anak yang ke posyandu sudah dikatakan

sangat baik hal ini di buktikan dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan.

Efektivitas dalam pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan, jika dilihat dari

teori Azwar (1996) dari segi kelengkapan dalam kegiatan Imunisasi bidan dan kader

57
memberikan pelayanan yang baik dan membagikan vitamin kepada balita sudah dikatakan

sangat baik hal ini di buktikan dengan hasil wawancara yang telah lakukan.

Efektivitas dalam pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan, jika dilihat dari

teori Azwar (1996) dari segi kelengkapan dalam kegiatan peningkatan gizi pada balita posyandu

selalu mendata agar gizi buruk tidak ada lagi dan kalau pun ada langsung di rujuk ke

puskesmas, posyandu memberikan suplemen kepada ibu balita yang berkunjung dan sudah

dikatakan sangat baik hal ini di buktikan dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan.

Efektivitas dalam pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan, jika dilihat dari

teori Azwar (1996) dari segi sumber daya manusia dalam kegiatan kesehatan ibu dan anak

posyandu telah mengupayakan agar ibu hamil dan balita tercukupi pemberian vitamin nya.

Dapat dikatakan sudah berhasil hal ini di buktikan dengan hasil wawancara yang telah saya

lakukan.

Efektivitas dalam pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan, jika dilihat dari

teori Azwar (1996) dari segi sumber daya manusia dalam kegiatan imunisasi kader dan bidan

rutin melaksanakan kegiatan nya agar semua balita sehat dan dikatakan sudah berhasil hal ini

di buktikan dengan wawancara yang saya lakukan.

Efektivitas dalam pelaksanaan Program Posyandu balita pada usia 0-11bulan, jika dilihat dari

teori Azwar (1996) dari segi sumber daya manusia dalam kegiatan peningkatan gizi pada balita

kader sudah memberikan vitamin kepada balita setiap imunisasi diadakan dikatakan belum

berhasil karena ada balita yang dirujuk ke puskesmas.

Selain itu penelitian ini mendukung Undang-Undang Kemendagri dan Otonomi Daerah nomor:

53 tahun 2000 tentang gerakan PKK juga mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Hasil Penelitian Nikmatul Laily Agustin 2019,” Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan

(PKK) Dalam Menangani Kesehatan Anak Ibu Hamil Sesuai isi 10 Program Pokok PKK”.

bagaimana peran dan efektifitas PKK dalam menangani kesehatan anak dan ibu. mengetahui

faktor pendukung dan penghambat dalam Menangani Kesehatan anak dan ibu Penelitian ini

58
menggunakan metode diskriptif kualitatif untuk memperoleh data yang komprehensif Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan PKK Dalam

Meningkatkan Kesehatan Ana dam ibu. PKK berperan penting tentang posyandu.

Selain itu juga mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan Dinar Aditya, Hartuti Purnawen

“Implementasi program perbaikan gizi balita di puskesmas Wonosalami kabupaten demak”.

Selain itu juga mendukung penelitian terdahulu Oleh Didi Supriyadi “Peningkatan Peranan

Keluarga Dalam Penanganan Masalah Balita Gizi Kurang Di Kelurahan Maleer Kecamatan

Batununggal Kota Bandung”. Tujuan gerakan PKK memberdayakan keluarga dalam menuju

terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak

mulia dan berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender,

serta kesadaran hukum dan lingkungan. Untuk melihat bagaimana evaluasi program PKK

dalam pemberdayaan pendekatan Efektivitas, Efesiensi, Kecukupan, perataan, Responsivitas,

Ketepatan. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif dengan teknik observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Selain itu penelitian-penelitian ini mendukung terhadap teori yang dikemukakan Azwar (1996)

mengatakan bahwa Evaluasi sumatif (Summative Evaluation) adalah suatu evaluasi yang

memberikan pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini

menilai sesudah program tersebut berjalan.

59
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan.

Evaluasi pelaksanaan program posyandu balita pada usia 0-11 bulan(studi kasus kelurahan

pembataan Kecamatan Murung Pudak Kabupaten tabalong). Dikategorikan cukup berhasil.

5.2 Saran-Saran

Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, saran yang perlu disampaikan yaitu:

1) Diharapkan kepada kader posyandu balita lebih kreatif dalam mengajak ibu balita hadir di

kegiatan imunisasi yang diadakan, memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada ibu

balita maupun masyarakat tentang penting nya imunisasi pada balita.

2) Diharapkan pada dinas kesehatan yang bersangkutan dengan program posyandu balita

agar dapat membangun gedung atau ruangan untuk kegiatan posyandu

3) Dan diharapkan kepada kader maupun petugas kesehatan nya agar lebih ditingkatkan lagi

dalam pencatatannya dan pengarsipan data agar data nya lengkap dan detail.

60
DAFTAR PUSTAKA

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tim Penggerak PKK Pusat. (2010). Hasil
Rapat Kerja Tahunan Nasional VII PKK Tahun 2010.Jakarta: Tim Penggerak PKK Pusat.
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga.


Jakarta: Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Pasolong, H (2017) Teori Administrasi Publik Bandung : Alfabeta.

Buku Manajemen sumber daya manusia (2001:4),

Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kualitatif , Kuantitatif dan R&D Bandung : Alfabeta

Wirawan (2013) Evaluasi kinerja sumber daya manusia : Teori aplikasi dan penelitian Jakarta
Selemba Empat.

Saptari, Ratna. 1997. Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Pustaka Utama
Grafiti.

Hena Herlina, 2019 Fungsi pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (pkk) dalam
meningkatkan pemberdayaan perempuan Di desa maasawah kecamatan cimerak Kabupaten
pangandaran (provinsi Jawa Barat).

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi 2018 .Pedoman Penulisan Skripsi Dan Penulisan Usulan
penelitian Kelurahan Pembataan.

Referensi, antara lain: Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat,
EGC; Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Depkes RI 2003;

Undang-Undang

Dapertemen Kesehatan Indonesia Republik Indonesia 2003.

Kemendagri dan Otonomi Daerah nomor: 53 tahun 2000 tentang gerakan PKK

Keputusan Rakernas Nomor: 02/KEP/RAKERNAS VI PKK/IV20015, 2005

61
LAMPIRAN-LAMPIRAN

62
Tentang pedoman kelembagaan PKK,dan Lampirannya.

 Foto Wawancara bersama bidan, kader dan petugas posyandu sederhana

63
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENDAMPING POSYANDU

1. Evaluasi pelaksanaaan program posyandu balita (studi kasus kelurahan Pembataan


Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) Pada ibu dan anak dalam
Kesehatan.

Bagaimana kesehatan ibu dan anak di posyandu sederhana Pembataan?


a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup baik
d. Tidak baik

2. Evaluasi pelaksanaaan program posyandu balita (studi kasus kelurahan Pembataan


Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) pada imunisasi dalam kesehatan
balita
Bagaimana imunisasi dalam kesehatan balita di posyandu sederhana? (Apakah ada
kendala).
a. Tidak ada kendala
b. Adanya kendala
c. Langsung di tindak
d. Tidak adanya tindakan

3. Evaluasi pelaksanaaan program posyandu balita (studi kasus kelurahan Pembataan


Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) pemantauan gizi dalam kesehatan
balita
Bagaimana pemantauan gizi dalam kesehatan balita di posyandu?
a. Sangat baik
b. Kurang baik
c. Baik
d. Kurang

4. Evaluasi pelaksanaaan program posyandu balita (studi kasus kelurahan Pembataan


Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) pada kesehatan ibu dan anak
dalam sumber daya manusia
Apakah sudah sangat mencukupi?

a. Sangat mencukupi
b. Belum tercukupi
c. Tercukupi
d. Tidak cukup

64
5. Evaluasi pelaksanaaan program posyandu balita (studi kasus kelurahan Pembataan
Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) pada Imunisasi balita dalam
sumber daya manusia
Apakah bidan dan kader tegas dalam pembagian tugasnya?
a. Sangat tegas
b. Tegas
c. Cukup tegas
d. Tidak tegas

6. Evaluasi pelaksanaaan program posyandu balita (studi kasus kelurahan Pembataan


Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong) pada pemantauan gizi dalam
sumber daya manusia
Apakah bidan dan kader sudah memantau balita yang gizi nya kurang?
a. Sudah dan langsung ditangani
b. Kurang me-mantau
c. Tidak me-mantau
d. Kurang di tangani

65

Anda mungkin juga menyukai