Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PRAKTIKUM PROMOSI KESEHATAN

TATANAN KOMUNITAS
EFEKTIFITAS METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI KADARZI
PADA IBU PKK DI KELURAHAN SUMAMPIR PURWOKERTO

Oleh
Kelompok 3
Kelas B (2013)
Uswatun Khasanah

G1B013001

Khaisar Putri H

G1B013013

Lala Shofia Latifah

G1B013034

Edoargo Billawa Y

G1B013036

Annisa Nursalamah L

G1B013075

Fadhila Suryantini

G1B013086

Tri Mei Indriani

G1B013095

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber
daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami
masalah gizi pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang
dan meningkatkan kesakitan, penurunan produktivitas serta kematian.
Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2005 - 2009 telah bertekad menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi setinggitingginya 20%, termasuk prevalensi gizi buruk menjadi
setinggitingginya 5% pada tahun 2009. (Depkes, 2005)
Guna mencapai tujuan tersebut Departemen Kesehatan telah
menyusun Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, melalui 4
strategi utama yaitu menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk
hidup sehat, meningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan yang
berkualitas, meningkatkan sistem surveilans dan informasi kesehatan serta
meningkatkan pembiayaan kesehatan. Berdasarkan UU RI No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38
tahun 2007 tentang Pembiayaan Urusan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Propinsi

dan

menegaskan, informasi

Pemerintah
status

gizi

Daerah
memegang

Kabupaten/Kota
peranan

penting

dalam menentukan perencanaan program di daerah.


Dalam rangka mencapai tujuan RPJMN dan Rencana Strategi
Departemen

Kesehatan

2005-2009,

Departemen

Kesehatan

akan

melaksanakan Program Perbaikan Gizi agar seluruh keluarga menjadi


keluarga sadar gizi (KADARZI) yang merupakan salah satu komponen
DESA SIAGA. KADARZI adalah keluarga yang mengenal masalah gizi
dan mampu mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar
untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu,
menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat


(Suparmanto, 2006).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, yang
mengerti dan memahami pentingnya fungsi serta manfaat gizi (Depkes RI,
2004). Keluarga sadar gizi (kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota
keluarganya (Suparmanto, 2006).
Salah satu program Menteri Kesehatan dalam memperbaiki
kesehatan masyarakat adalah melalui keluarga sadar gizi (kadarzi) yang
diupayakan atas dasar pemberdayaan masyarakat, untuk mengetahui
tingkat keberhasilannya dilihat dari minimal lima indikator yang dapat
dengan mudah dilaksanakan oleh keluarga atau ibu yaitu menimbang berat
badan, memberikan ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan, makan
beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi
(tablet besi untuk ibu hamil dan kapsul vitamin A untuk anak) sesuai
anjuran. (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia, anemia gizi besi juga masih merupakan salah satu
masalah gizi di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu : kurang kalori
protein, defisiensi vitamin A dan gondok yang utama di Indonesia. Anak
balita yang mengkonsumsi tablet tambah darah baru mencapai 43%,
anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di
dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia (Arisman, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui

efektivitas

metode

diskusi

terhadap

peningkatan pengetahuan dan sikap mengenai Keluarga Sadar Gizi


(KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan karakteristik responden (usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan pendapatan) mengenai efektifitas
metode diskusi tingkat pengetahuan dan sikap mengenai
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) pada Ibu PKK di Desa
Adisara Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas
2) Mendeskripsikan pengetahuan mengenai Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas sebelum dan
sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode
diskusi.
3) Mendeskripsikan sikap mengenai Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas sebelum dan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode diskusi.
4) Mengetahui peningkatan pengetahuan mengenai Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas sebelum dan
sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode
diskusi.
5) Mengetahui perubahan sikap mengenai Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas sebelum dan
sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode
diskusi.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES)
Memberikan informasi tambahan dan wawasan kepada mahasiswa
tentang peningkatan pengetahuan dan sikap mengenai Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas, sehingga diharapkan mampu

melakukan promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan dengan


metode diskusi.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Memberikan tambahan referensi informasi tentang peningkatan
pengetahuan dan sikap mengenai Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
pada Ibu PKK di Desa Adisara Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas.
3. Bagi Sasaran Penelitian
Memberikan

informasi

mengenai

Keluarga

Sadar

Gizi

(KADARZI) pada Ibu PKK di Desa Adisara Kecamatan Jatilawang


Kabupaten Banyumas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi Kesehatan
Promosi
memandirikan

kesehatan

masyarakat

adalah
untuk

proses

memelihara,

memberdayakan

dan

meningkatkan

dan

melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan


kemampuan, serta pengembangan lingkungan yang sehat (Depkes, 2000).
Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
diri dan lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Depkes, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence
Green (1984) merumuskan definisi sebagai berikut: Promosi Kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan. Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan edukatif untuk
menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam
peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo, 2003).
Di dalam suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya
tujuan promosi kesehatan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik
atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang
digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode dan teknik promosi
kesehatan, adalah dengan cara dan alat bantu apa yang digunakan oleh
pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau
masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Salah satu hal yang dapat dilihat dari hasil promosi kesehatan
dengan metode tertentu adalah efektifitas. Menurut Danfar (2009),

efektivitas berasal dari kata efektif, dimana pengertian efektivitas secara


umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang
telah ditetapkan atau suatu keadaan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat J.Guilbert
mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar yaitu
faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek
belajar. Faktor instrumental terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti
perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak (software)
seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator
belajar serta metode belajar mengajar. Untuk memperoleh hasil belajar
yang efektif, faktor instrumental dirancang sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan materi dan subjek belajar. Misalnya, metode untuk belajar
pengetahuan lebih baik digunakan metode ceramah, sedangkan untuk
belajar sikap, tindakan, keterampilan atau perilaku lebih baik digunakan
metode diskusi kelompok, demonstrasi, bermain peran (role play).
B. Metode Diskusi Kelompok
Salah satu metode yang digunakan dalam promosi kesehatan
adalah diskusi kelompok. Metode diskusi merupakan salah satu metode
yang sering digunakan dalam proses pendidikan. Harus ada partisipasi
yang baik dari peserta yang hadir. Diskusi diarahkan pada keterampilan
berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah
secara efisien, dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah
sikap (Kartono, 1998). Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir
bersama

dan

mengungkapkan

pikirannya,

sehingga

menimbulkan

pengertian pada diri sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada
masalah yang didiskusikan (Lunandi, 1993). Diskusi dipakai sebagai
forum untuk bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk
tanya-jawab yang teratur dengan tujuan mendapatkan pengertian yang
lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan
kebijakan dalam pengambilan keputusan (Kartono, 1998).

Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga


kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi, dan mengajarkan
keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah
antara individu dengan seseorang sebagai sumber informasi yang
terpercaya (Graeff, 1996). Dalam diskusi kelompok agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk
para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadaphadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta
sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain
mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap kelompok
mempunyai

kebebasan/keterbukaan

untuk

mengeluarkan

pendapat

(Notoatmodjo, 2007). Selama berlangsungnya diskusi, penilaian atau kritik


tidak dibenarkan, sebab kritik akan mematikan kreativitas (Effendi, 1992).
Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan
diskusi untuk memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta,
memelihara perhatian yang terus-menerus dari para peserta, memberikan
kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan
menghindari dominasi beberapa orang saja, membuat kesimpulan
pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukan,
memberikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada
kesimpulan yang tepat. Metode diskusi mempunyai kelemahan yaitu jika
peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan
pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu atau beberapa
orang saja. Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta
terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan stuktur yang akan
membantu setiap orang untuk berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan
menyajikan suatu pokok masalah, sebaiknya hal yang kontroversial
(Ewless, 1994). Menurut Suprijanto (2008), ada beberapa teknik yang
dapat digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain:
1. Kelompok buzz (Buzz Groups).

Pada teknik ini peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok


kecil, hasil diskusi kelompok kecil ini dilaporkan pada kelompok
besar. Caranya sekretaris kelompok kecil membuat catatan tentang
ide-ide yang disarankan oleh anggota kelompok dan menyiapkan
kesimpulan yang akan disampaikan kepada kelompok besar setelah
diskusi kelompok buzz selesai. Biasanya sesi buzz memerlukan
waktu 10-20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan.
Kelebihan teknik ini adalah mudah dilakukan, menjamin partisipasi
semua anggota kelompok dan peserta dihadapkan pada suasana
yang tidak terlalu formal, sehingga peserta lebih mudah
mengeluarkan pendapat secara spontan, selain itu teman-teman
sekitar dapat langsung memberi sambutan.
2. Diskusi mangkuk ikan (Fishbowl Discussion).
Pada teknik ini peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok dalam dan kelompok luar. Kelompok dalam bertugas
mendiskusikan sesuatu, sedangkan kelompok luar menyaksikan
jalannya diskusi, tetapi juga boleh berpartisipasi dalam diskusi.
Partisipasi tersebut dapat berupa pertanyaan atau menyumbangkan
gagasan.
3. Teknik urun pendapat.
Teknik ini digunakan dalam memecahkan suatu masalah
dengan mengumpulkan gagasan atau saran-saran dari semua
peserta. Dalam teknik ini tidak ada gagasan atau saran-saran dari
semua peserta yang disalahkan. Semua peserta diberikan
kesempatan yang leluasa untuk berbicara, mengungkapkan gagasan
maupun saran-sarannya. Gagasan tersebut dicatat ketika muncul
dari setiap peserta. Peserta kemudian dibagi menjadi beberapa sub
kelompok dan membahas gagasan tersebut. Kesimpulan dari hasil
diskusi

ditentukan

masing-masing

peserta

pengalaman dan menurut sudut pandang mereka.


C. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

sesuai

dengan

Salah satu sasaran promosi kesehatan adalah komunitas PKK. PKK


merupakan gerakan untuk membantu dan mendukung program-program
pemerintah dengan mendata beberapa aspek yang diperlukan seperti data
warga, ibu hamil, bayi, dan balita, kelahiran, kematian, sampai kegiatan
masyarakat. Organisasi PKK lah yang ikut berperan besar dalam
pembangunan

khususnya

pemberdayaan

masyarakat.

Gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Rakernas VII


PKK Tahun 2010 adalah gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga selanjutnya di singkat PKK, adalah gerakan nasional dalam
pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaanya
dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia dan
berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan
gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan
wadah membina keluarga bermasyarakat baik di perkotaan maupun di
pedesaan yang dapat menghasilkan sinergi untuk keluarga sejahtera yang
mandiri dengan meningkatkan mental spiritual perilaku hidup dengan
menghayati dan mengamalkan Pancasila. Dapat dikembangkan lebih luas
lagi dengan berbagai upaya atau usaha dan kegiatan, seperti meningkatkan
pendidikan dan ketrampilan yang diperlukan, ikut mengupayakan dalam
kehidupan bangsa serta meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatkan
kualitas adan kuantitas pangan keluarga, meningkatkan derajat kesehatan,
kelestarian lingkungan hidup serta membiasakan hidup berencana dalam
semua aspek kehidupan dan perencanaan ekonomi keluarga dengan
membiasakan menabung. Dalam melakukan kegiatan tersebut perlu
adanya pengelolaan PKK baik kegiatan pengorganisasian maupun
pelaksaan program-program, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat (Sutedjo, 2006: 3).
Strategi PKK dalam upaya menjangkau sebanyak mungkin
keluarga, dilaksanakan melalui Kelompok Dasawisma, yaitu kelompok
10 20 KK yang berdekatan. Ketua Kelompok Dasawisma dipilih dari

10

dan oleh anggota kelompok. Ketua Kelompok Dasawisma membina 10


rumah dan mempunyai tugas menyuluh, menggerakkan dan mencatat
kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya, seperti adanya ibu hamil,
ibu menyusui, balita, orang sakit, orang yang buta huruf dan sebagainya.
Informasi dari semuanya ini harus disampaikan kepada kelompok PKK
setingkat diatasnya, yang akhirnya sampai di Tim Penggerak PKK
Desa/Kelurahan. Anggota Tim Penggerak PKK adalah para relawan, yang
tidak menerima gaji, baik perempuan maupun laki-laki, yang menyediakan
sebagian dari waktunya untuk PKK. Walaupun Sasaran PKK adalah
keluarga, khususnya ibu rumah tangga, perempuan, sebagai sosok sentral
dalam keluarga.
D. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Materi promosi kesehatan yang ditujukan untuk komunitas ibu-ibu
PKK, diantaranya adalah KADARZI. Promosi KADARZI adalah upaya
untuk meningkatkan kemampuan keluarga melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat mengenal, mencegah dan
mengatasi masalah gizi setiap anggotanya, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang mendukung upaya KADARZI.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (2007),
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu
keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang
dicirikan minimal dengan:
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai umur enam bulan (ASI eksklusif).
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

11

Sesuai dengan Program Pembangunan Nasional tentang Program


Perbaikan

Gizi

Masyarakat,

tujuan

umum

program

ini

adalah

meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia,


sedangkan tujuan khusus adalah :
1. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status
gizi.
2. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang
baik untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih.
3. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan bermutu
untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
(Indonesian Nutrition Network, 2008)
Sasaran dari KADARZI adalah :
1. Seluruh anggota keluarga.
2. Masyarakat yang terdiri dari : penentu kebijakan, pemerintah
daerah, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, swasta/dunia
usaha.
3. Petugas teknis dari lintas sektor terkait di berbagai tingkat
administrasi.
Menurut Depkes RI (2004), keluarga menjadi sasaran KADARZI
dikarenakan oleh:
1. Pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan
dilaksanakan terutama di tingkat keluarga.
2. Sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga.
3. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya
dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh
kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan.
4. Kebersamaan antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat untuk
memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan.
Strategi untuk mencapai sasaran KADARZI menurut Depkes RI
(2007) adalah sebagai berikut:

12

1. Meningkatkan fungsi dan peran posyandu sebagai wahana


masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan
pertumbuhan balita.
2. Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis
melalui advokasi, sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
dan pendampingan keluarga.
3. Menggalang kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak
lainnya dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan
rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga dan perbaikan
asuhan gizi.
4. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplementasi gizi terutama
zat gizi mikro dan MP-ASI bagi balita GAKIN.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas
dan jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
6. Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas
dan jaringannya.
7. Mengoptimalkan

surveilans

berbasis

masyarakat

melalui

Pemantauan Wilayah Setempat Gizi, Sistem Kewaspadaan Dini


Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk dan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi.

13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pelaksanaan
Metode dalam promosi KADARZI (keluarga Sadar Gizi) pada ibu-ibu
PKK di Desa Adisara Kecamatan Adilawang menggunakan metode diskusi
kelompok. Metode diskusi kelompok membuat peserta promosi kesehatan
berpartisipasi lebih baik. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog,
peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien,
dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap (Kartono,
1998). Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan
mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri
sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada masalah yang
didiskusikan (Lunandi, 1993). Diskusi dipakai sebagai forum untuk
bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tanya-jawab
yang teratur dengan tujuan mendapatkan pengertian yang lebih luas,
kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan
dalam pengambilan keputusan (Kartono, 1998).
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus
merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap kelompok mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat (Notoatmodjo,
2007). Selama berlangsungnya diskusi, penilaian atau kritik tidak
dibenarkan, sebab kritik akan mematikan kreativitas (Effendi, 1992).
Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi
untuk memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta,
memelihara perhatian yang terus-menerus dari para peserta, memberikan
kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan
menghindari dominasi beberapa orang saja, membuat kesimpulan

14

pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukan,


memberikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada
kesimpulan yang tepat. Metode diskusi mempunyai kelemahan yaitu jika
peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan
pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu atau beberapa
orang saja, untuk itu kami sebagai penyelenggara promosi kesehatan harus
bisa membuat para ibu menyampaikan pikiranya secara nyaman sehingga
para ibu dapat menyampaikan segala hal yang difikirkanya.
Pada promosi kesehatan KADARZI yang akan kami lakukan, kami
akan membagi para ibu PKK yang berjumlah 30 orang menjadi 5
kelompok dengan setiap kelompoknya berisikan 6 orang peserta. Setiap
kelompok membahas materi yang berbeda mengenai KADARZI. Setelah
berdiskusi di dalam kelompok lalu perwakilanya menyampaikan hasil
diskusi dan kembali mendiskusikanya dengan kelompok lain.
B. Lokasi
Kegiatan akan dilaksanakan di Komunitas Ibu PKK di Desa
Adisara Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi kegiatan ini adalah ibu-ibu PKK di Desa Adisara
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
2. Sampel
Sampel yang kami gunakan pada kegiatan ini adalah ibuibu PKK di Desa Adisara Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas sebanyak 30 ibu-ibu dengan metode random sampling
yaitu teknik pengambilan sampel sumber data secara acak yang
mewakili populasi.

D. Instrumen

15

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan


peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam
kegiatan Promosi Kesehatan di Komunitas Ibu PKK adalah kuesioner.
E. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai
dilakukan. Tahap pengolahan data penelitian terbagi atas 4, yaitu:
1. Editing
Merupakan kegiatan melakukan pengecekan isi kuesioner,
apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap, jelas, relevan
dan konsisten. Peneliti melakukan pemeriksaan atas kelengkapan
pengisian kuesioner, kejelasan makna jawaban, konsisteni antar
jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman satuan pengukuran.
2. Coding
Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data
jawaban menurut kategori masing-masing. Setiap kategori jawaban
yang bebeda diberi kode berbeda. Hal yang perlu diperhatikan
adalah setiap jawaban yang masuk diberi kode tertentu sesuai
dengan kategorinya, setiap kategori yang sama diberi kategori yang
sama dan antara kategori yang satu dengan yang lain dipisahkan
dengan tegas agar tidak tumpang tindih.
3. Processing
Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data
dari masing-masing respoden ke dalam program komputer. Data
dimasukkan sesuai nomor responden pada kuesioner dan jawaban
responden dalam bentuk angka sesuai nomor responden pada
kuesioner dan jawaban responden dalam bentuk angka sesuai
dengan skor jawaban yang telah ditentukan.
4. Cleaning

16

Cleaning

(pembersihan

data)

merupakan

kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan


atau tidak. Peneliti melakukan cleaning data dengan cara
mengetahui missing data, melakukan validasi data dan mengetahui
konsistensi data.
Analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi variabel dependen dan independen. Analisis univariat
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum masalah penelitian
dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, yakni dengan melihat gambaran distribusi
frekuensi serta persentase tunggal yang terkait dengan tujuan
penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat sehingga
dapat diketahui pengaruhnya. Kegiatan ini untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah sebelumnya perlu
dilakukan uji normalitas terlebih dulu. Uji yang digunakan untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi
normal adalah menggunakan Uji Kolmogrov Smirnov. Bila data
berdistribusi normal maka menggunakan Paired-Samples T Test.
Kesimpulan uji ini diambil dengan ketentuan yaitu bila nilai p
value 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna
(signifikan) atau ada perbedaan rata-rata nilai secara statistik, dan
bila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak
bermakna atau tidak ada perbedaan rata-rata nilai secara statistik.
Namun bila data berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji
normalitas yaitu uji Wilcoxon.

17

F. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal

: Minggu, 5 November 2015

Pukul

: 09.00 WIB selesai

Tempat

: Balai Desa Adisara


Susunan Acara

Minggu, 5 November 2015


No

Waktu

Kegiatan

1.

07.00 - 07.10

Kumpul di kampus Kesmas dan persiapan berangkat

2.

07.10 08.00 Perjalanan ke Balai Desa Adisara

3.

08.00 08.10 Persiapan kegiatan

4.

08.10 - 08.15

5.

08.15 08.30 Sambutan-sambutan

6.

08.30 08.40 Pretest

7.

08.40 08.50 Persiapan diskusi dan pembagian kelompok

8.

08.50 09.05 Diskusi kelompok mengenai KADARZI

9.

09.05 09.30 Pemaparan hasil diskusi

10.

09.30 09.50 Menyamakan persepsi tentang KADARZI

11.

09.50 10.00

12.

10.00 10.15 Pemberian Snack dan Doorprize kepada Ibu PKK

13.

10.15 10.20 Pemberian Kenang-kenangan kepada Pihak Sekolah

Pembukaan

Posttest

18

14.

10.20 - 10.25

Penutupan

G. Tim Pelaksana
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Uswatun
Khasanah
Khaisar Putri
Kasanah
Edoargo
Biliwayudha
Lala Shofia
Latifah
Nur laily

Bidang

NIM

Uraian Tugas

G1B013001

Sekretaris

G1B013013

Divisi acara

G1B013036

Ketua pelaksana

G1B013040

G1B013061

G1B013075

Ilmu

Annisa
6.

Nursalamah
Laksono

Divisi perkap dan


depdok
Divisi Konsumsi
Divisi perkap dan
depdok

7.

Tri Mei Indriani

G1B013095

Divisi acara

8.

Fadhila Suryantini

G1B013086

Bendahara

A. Metode

DAFTAR PUSTAKA

19

Aqib, Z. 2014. Model-model Pembelajaran. Yrama Widya : Jakarta.


Budiarto, E. 2004. Metode Penelitian. EGC : Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Profil Promosi Kesehatan.
Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.
___________________________________. 2007. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta
___________________________________. 2008. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta
___________________________________. 2013. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Depkes RI. 2000. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010, Jakarta.
Djamarah, S.B. 2000. Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Banjarmasin.
Djamarah, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta.
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Hamalik, O. 2003. Proses belajar Mengajar. PT Bumi Aksara : Jakarta
Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan bagi Daerah Bermasalah Kesehatan
(Panduan Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas). Pusat Promosi Kesehatan
Jakarta.
Maulana, H. 2007. Promosi Kesehatan. EGC : Jakarta.
Mutadin, Z. 2002. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi
Offset : Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

20

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Rineka Cipta :

Jakarta.
Oetomo, B.S.D. 2006. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi.
Yogyakarta. Hal 3 bab 2.
Perry, D.A. 1988. Landscape Pattern and Forest Pest. Northwest Environtmental
Journal, 4:213-228.
Qiftiyah, M. 2012. Perbedaan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Diskusi
Terhadap Perilaku Merokok Di SMA Negeri 4 Tuban 2012. Skripsi. Stikes
NU Tuban : Tuban
Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Ruslan, R. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Alfabeta :
Bandung.
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Susenas. 2001. Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Propinsi Jawa Tengah
2001. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah : Semarang.
Taniredja, T., dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta :
Bandung.
Wina, S. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

KUESIONER PENELITIAN

21

EFEKTIFITAS METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI KADARZI
PADA IBU PKK DI DESA ADISARA KECAMATAN JATILAWANG
KABUPATEN BANYUMAS
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden

2. Nama

3. Umur

4. Pekerjaan

(Diisi oleh petugas)

5. Pendidikan terakhir : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
6. Pernahkah anda mendapat pendidikan atau informasi tentang Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi)?
a. Pernah

b. Tidak Pernah

7. Jika pernah darimana sumber informasi yang anda peroleh?


Boleh lebih diisi lebih dari satu!
a. Saudara/keluarga

f. Radio/TV/internet

b. Teman

g. Petugas Kesehatan

c. Koran/buku/majalah

h. Lainnya

B. PETUNJUK
1. Isilah data pada kuesioner ini.

22

2. Bacalah pertanyaan dengan baik dan telitilah sebelum anda menjawab


pertanyaan.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.
4. Untuk kelancaran penelitian, mohon diisi jawaban sesuai dengan
pengetahuan anda, tidak perlu bertanya kepada teman. Jawab dengan jujur
apa adanya.
5. Kerahasiaan anda akan tetap kami jaga.
6. Setelah selesai kembalikan kuesioner pada peneliti.

C. PENGETAHUAN
Berilah tanda () pada kolom huruf (B) apabila pernyataan dibawah ini
BENAR dan pada kolom (S) apabila pernyataan SALAH.
No

Pernyataan
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang

1.

mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap


anggotanya.
Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi

2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

yang baik yang dicirikan minimal dengan menggunakan garam


yodium.
Salah satu perilaku gizi seimbang yaitu memantau pertumbuhan
dan perkembangan apabila anggota keluarga sakit.*
Memantau pertumbuhan anggota keluarga dapat dilakukan dengan
mengukur tinggi badan dan berat badan.
Manfaat memantau pertumbuhan anggota keluarga adalah untuk
mengetahui apakah pertumbuhan normal atau tidak
Pertumbuhan balita dipantau dengan KMS, maka bayi yang
mengalami gizi kurang akan berada di garis berwarna merah.
ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI, susu formula, tambahan
makanan (bubur bayi) selama 6 bulan.*
Garam beryodium adalah garam yang rasanya lebih asin
dibanding dengan garam biasa.*
23

Benar

Salah

9.
10.
11.
12.
13.

Kekurangan yodium pada anak-anak akan mengakibatkan


gangguan pertumbuhan.
Pemberian vitamin A pada balita di Posyandu dilakukan 2x pada
bulan Februari dan Agustus.
Suplemen gizi adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan
mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
Salah satu suplementasi gizi ialah TTD (Tablet Tambah Darah)
yang diberikan untuk ibu hamil.*
Makanan yang beranekaragam ialah makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan

D. SIKAP
Berilah tanda () pada pernyataan berikut sesuai dengan sikap saudara.
SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Pernyataan

SS

Ibu akan mengikuti pertumbuhan anggota keluarga


dengan menimbang berat badan secara teratur.
Ibu akan memantau berat badan anggota keluarga
secara teratur khusunya balita.
Ibu akan memberi ASI karena memberi Air Susu Ibu
lebih murah.
Ibu akan memberi ASI karena memberi Air Susu Ibu
lebih praktis dibanding susu formula.
Ibu bertekad akan memberi susu formula sampai bayi
berusia 2 tahun.
Ibu akan memberi ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan.
Ibu akan mengutamakan makanan yang mengandung
protein, zat lemak dan karbohidrat untuk makanan
sehari-hari
Ibu akan memilih makanan yang diawetkan karena

8.

menurut

ibu

lebih

banyak

kandungan

gizinya

dibandingkan dengan makanan yang diolah secara


alami.
24

TS

STS

Ibu tidak akan mengkonsumsi zat yodium karena ibu


9.

menganggap pembengkakan kelenjar gondok bukan


merupakan akibat kekurangan zat yodium dalam
tubuh.
Ibu akan memberikan suplemen gizi pada anggota

10.

keluarga karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh


anggota keluarga.
Ibu akan memenuhi zat gizi dari makanan karena

11.

menurut Ibu zat gizi paling bagus untuk tubuh terdapat


pada makanan.

25

Anda mungkin juga menyukai