Anda di halaman 1dari 10

Tugas Fainal

REVIEW JURNAL IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN ROGRAM GIZI

NAMA : ESTI

NIM : S.0019.G.005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDARI

PROGRAM STUDI S1 GIZI

2022
Jurnal 1

Syukur (1988:398) menjelaskan bahwa pengertian dan unsur unsur pokok dalam proses
implementasi sebagai berikut :
1. Proses implementasi program ialah rangkaian kegiatan tindak lanjut yang terdiri atas
pengambilan keputusan, langkah langkah yang strategis maupun operasional yang ditempuh
guna mewujudkan suatu program atau kebijaksanaan menjadi kenyataan, guna mencapai
sasaran yang ditetapkan semula.
2. Proses implementasi dalam kenyataanya yang sesunguhnya dapat berhasil, kurang berhasil
ataupun gagal sama sekali ditinjau dari hasil yang dicapai “outcomes” serta unsur yang
pengaruhnya dapat bersifat mendukung atau menghambat sasaran program.
3. Dalam proses implementasi sekurangkurangnya terdapat empat unsur yang penting dan mutlak
yaitu :
a. Implementasi program atau kebijaksanaan tidak mungkin dilaksanakan dalam ruang hampa.
Oleh karena itu faktor lingkungan akan mempengaruhi proses implementasi program pada
umumnya.
b. Target group yaitu kelompok yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat
program tersebut.
c. Adanya program yang dilaksanakan.
d. Unsur pelaksanaan atau implementer, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan implementasi tersebut.

Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan lembaga yang bertanggung jawab
menjalankan program perbaikan gizi masyarakat, dalam rangka menjalankan tugas perbaikan
gizi masyarakat Dinas Kesehatan dibantu oleh Puskesmas, puskesmas sungai malang salah satu
puskesmas pembantu program perbaikan gizi masyarakat, secara umum tugas dan fungsi
puskesmas mempersiapkan, memelihara dan mempertahankan orang agar mempunyai status gizi
baik, Pelayanan imunisasi dan posyandu merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh
puskesmas sungai malang, Pemenuhan gizi balita sangat penting untuk diupayakan, pemenuhan
nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi balita akan mempengaruhi perkembangan otak, aktivitas
fisik dan kongnitifnya.
Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukan bahwa :

1). Aspek Lingkungan, a) Lingkungan ekonomi, kondisi ekonomi masyarakat memiliki dampak
yang kuat terhadap keberhasilan program perbaikan gizi masyarakat khususnya upaya
perbaikan gizi balita, puskesmas sungai malang membina 21 desa, dari 21 desa binaan pada
umumnya mata pencarian masyarakat bertani dan peternak, dari kasus yang ditemukan 537
balita berstatus gizi kurang di Kelurahan Sungai Malang rata-rata keluarga yang mengalami
masalah ekonomi, kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap daya beli atau
konsumsi gizi yang diberikan orang tua terhadap anaknya, sehingga Program perbaikan gizi
yang dirasakan sangat baik tetapi para sasaran kebijakan masih mengalami kondisi ekonomi
yang masih kurang maka akan menghambat keberhasilan suatu kebijakan maupu program, b)
Lingkungan Keluarga, Lingkungan keluarga berupa pola asuh atau interaksi anak dengan
orangtua, berdasarkan kasus dan wawancara peneliti masih banyak ditemukan orang tua di
Kelurahan Sungai Malang yang pola asuhnya terhadap anak tidak memperhatikan
keseimbangan gizi, seperti pola pemberian asi terhadap anak minimal 6 bulan, masih banyak
keluarga yang kurang menyadari bahwa gizi anak merupakan investasi masa depan. 2). Target
Group, Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Pada tahun 2015 – 2019 yang menyatakan
bahwa ukuran keberhasilan Program Gizi ditetapkan dengan Standar Minimum 20% Secara
Nasional. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan sebagian besar Petugas Dinas
Kesehatan dan Petugas Puskesmas Sungai Malang yang menjalankan program perbaikan gizi
masyarakat tak sepenuhnya memahami ukuran atau standar keberhasilan program gizi secara
nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Penetapan perbaikan gizi Masyarakat yang
dicanangkan Pemerintah sebesar 20% Secara Nasional akan berhasil apabila pelaksana
kebijakan melakukan kegiatan-kegiatan inovasi dibidang kesehatan gizi, Ketika ukuran
kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan dilevel pelaksana kebijakan
dan warga, maka agak sulit memang merealisasikan. 3). progam/kegiatan yang dilaksanakan,
Salah satu kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan
Puskesmas Sungai Malang dalam rangka menjaga perbaikan gizi balita berupa pelayanan
imunisasi dan posyandu, kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Sungai Malang, Selain melakukan kegiatan rutin pegawai Dinas Kesehatan dan
Puskesmas selalu melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap keluarga agar yang
anaknya berstatus gizi kurang, pemantauan tersebut berupa aktivitas melakukan kunjungan
kepada keluarga yang anaknya diduga mengalami permasalahan gizi, dalam rangka
meningkatkan gizi masyarakat di kelurahan sungai malang Dinas Kesehatan, Pusekesmas
Sungai Malang dibantu oleh Dinas KKKBN dengan programnya Bina Keluarga Harapan yang
menempatkan 3 orang kader pada setiap desa di Hulu Sungai Utara. 4). Pengelolaan dan
Pengawasan, Pengelolaan dan Pengawasan program perbaikan gizi masyarakat kategori balita
berstatus gizi kurang di Kelurahan Sungai Malang belum Sepenuhnya optimal, Setelah
ditetapkannya program perbaikan gizi masyarakat pada tahun 2014 perhatian dan pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya berjalan dengan baik hal tersebut
diliat masih kurangnya koordinasi antar lintas sektor dalam menjalankan program gizi
masyarakat khususnya peningkatan gizi pada balita. Walaupun kegiatan-kegiatan rutin telah
dilakukan akan tetapi dalam hal pengawasan belum sepenuhnya optimal.

Jurnal 2

Sumber daya lokal adalah kemampuan atau kekuatan atau daya yang dimiliki oleh suatu daerah yang
dapat dikembangkan untuk menghasilkan manfaat bagi daerah tersebut. Potensi lokal dapat dinilai dari
unsur-unsur modal sosial, sistem sosial, dan sistem budaya. Modal sosial adalah sumberdaya yang
muncul dari hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar individu maupun institusi yang melahirkan
ikatan emosional berupa kepercayaan, hubungan-hubungan timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial,
nilainilai dan norma-norma yang membentuk struktur masyarakat yang berguna untuk koordinasi dan
kerjasama dalam mencapai tujuan. Sistem sosial adalah merupakan komplek aktivitas serta tindakan
yang berpola dari manusia dalam masyarakat, yang dapat berupa keakraban sosial (kohesi sosial) serta
kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan. Sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan sebagai
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, konsep-konsep, nilai-nilai, norma, peraturan. Gagasan itu tidak
berada lepas satu dari yang lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. Wilayah Puskesmas
Lamper Tengah merupakan daerah urban yang terletak di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Gambaran status gizi balita pada trimester pertama (bulan Januari, Februaari dan Maret) tahun 2016,
terbanyak dengan kasus gizi kurang yaitu sebanyak 216 balita (12,98%). Kasus gizi lebih sebanyak 4,87%
yang mengalami peningkatan sejak tahun 2014 hingga tahun 2015, dan tidak ditemukan balita dengan
gizi buruk. Unsur modal sosial terdiri dari citizenship, social organization, dan social support. Dari hasil
penelitian di wilayah Puskesmas Lamper Tengah didapatkan gambaran : Citizenship, terlihat terutama
pada ketua kader posyandu yang merupakan orang yang paling aktiv dan kreatif. Mengikuti banyak
pelatihan, lomba kesehatan dan tugas yang berkaitan dengan posyandu, PHBS, bumil, pemantauan
jentik, dan pengurus keluarga berencana. Ketua kader hamper selalu hadir dalam setiap kegiatan
posyandu di setiap pos, dan pernah menjemput ibu dan balita gizi buruk di rumahnya dengan naik
sepeda motor untuk dibawa ke puskesmas yang kemudian dengan ambulance dibawa ke rumah gizi. Hal
ini dilakukan oleh karena ketua kader menyenangi dan merasa bangga dengan kegiatan yang
dilakukannya, serta mempunyai banyak waktu luang. Cytizeship lainnya tergambar pada partisipasi dari
beberapa anggota kader posyandu yang mendukung program puskesmas berkaitan dengan gizi buruk.
Melakukan komunikasi dengan keluarga balita, aktif mengajak ibu balita untuk menimbangkan balitanya
dan mengikuti program di rumah gizi. Walaupun dari 10 kader disetiap pos hanya sekitar 3 sampai
dengan 5 orang yang aktif membantu, oleh karena alasan bekerja dan banyak urusan rumah. Partisipasi
aktif lainnya merupakan kerjasama di tingkat DKK Kota Semarang yaitu dengan anggota organisasi
keagamaan wanita (Aisyiah) di tingkat pusat (DKK), yang selalu hadir saat diundang rapat koordinasi dan
berupaya melakukan apa yang telah disepakati bersama dinas kesehatan. Termasuk juga kerjasama
dengan perguruan tinggi kesehatan di Kota Semarang. Social organization yang terlibat langsung
terutama adalah posyandu. Merupakan organisasi yang tidak sepenuhnya merupakan organisasi sosial,
oleh karena ada di bawah koordinasi puskesmas.

Program gizi di wilayah puskesmas Lamper Tengah yang rutin berasal dari kegiatan posyandu dengan
sistem 5 meja. Masing-masing meja mempunyai kegiatan berlainan yang berupa pendaftaran,
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pencatatan, konseling gizi, dan pelayanan
kesehatan. Untuk konseling gizi, pelayanan kesehatan dan pengukuran tinggi badan dilakukan sesuai
kebutuhan. Kegiatan tambahan saat posyandu berupa pemberian PMT untuk balita, yang biasanya
berupa kacang hijau atau nasi sayur dan lauknya atau buah atau puding. Dana PMT didapat dari
swadaya masyarakat, kadang juga mendapat bantuan dari rumah zakat. Untuk 3 bulan terakhir ini di RW
01 wilayah Peterongan mendapat bantuan Rp 200.000 – Rp 250.000 per bulan. Dana yang dikeluarkan
dalam membuat PMT untuk 63 balita sekitar tiga ratus ribuan. Pembuatan PMT disepakati secara
bergantian tiap RT. Aktivitas kegiatan posyandu ini dipengaruhi oleh wilayah Puskesmas Lamper Tengah,
yang terdiri dari daerah dengan tingkat ekonomi kurang, cukup dan baik, dengan karakter yang berbeda-
beda. Beberapa RT juga terletak di daerah elit kota dan dijalan besar pusat kota , seperti RW 4 (daerah
Taman Belimbing) dan RW 7 yang terdiri dari 9 RT tetapi hanya 4 RT yang aktif, lainnya dapat dikatakan
tidak ada aktivitas PKK maupun posyandu. Koordinasi dengan puskesmas dilakukan setiap bulan pada
hari kamis minggu terakhir, yang membahas mengenai program posyandu, masalah yang dihadapi
kader, kadang juga diberi penyuluhan kesehatan. Satu pos diwakili oleh 2 kader. Pertemuan dipimpin
oleh tenaga puskesmas. Organisasi sosial lainnya yang berpartisipasi adalah: 1) organisasi keagamaan
wanita (Aisyiah), yang berupa tenaga pendampingan dan dikoordinir ditingkat DKK, 2) Rumah zakat,
adalah satu lembaga yang bergerak dalam banyak bidang seperti kesehatan, pendidikan dan sosial
lainnya, termasuk pelayanan ambulans gratis dan rumah bersalin gratis yang diperuntukkan bagi
masyarakat tidak mampu. Social support yang ada terutama dari dukungan neneknya, yang terlihat
menjaga balita, jika ibu berhalangan atau sedang bekerja, sedangkan kepedulian dari lingkungan sekitar
atau tetangga dapat dikatakan tidak ada, karena semua sibuk bekerja, dari pagi sampai sore disibukan
dengan urusannya masing-masing. Berkaitan dengan sistem budaya yang me rupakan kebudayaan
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, konsep-konsep, nilai-nilai, norma, peraturan,
kepercayaan, kebiasaan, tradisi dan mitos. Sistem budaya yang mempengaruhi pola asuh gizi balita
berkaitan dengan kebiasaan, norma dan nilai, seperti yang tergambar sebagai berikut: 1) Kebiasaan,
terdiri dari: (1) kebanyakan ibu mempunyai kegiatan mencari tambahan uang atau bekerja, dan
beberapa ibu balita mempunyai kebiasaan sambil berdagang sekaligus mengasuh anaknya, (2) ibu balita
yang bekerja dipasar dan tidak punya keluarga dekat dalam satu rumah terlihat meninggalkan anak
balitanya untuk diurus oleh kakaknya yang masih duduk di SD, (3) pelayanan kesehatan untuk keluarga
yang sakit pada saat ini dengan fasilitas BPJS, (4) pada balita (Putri) dengan gizi kurang, anak susah untuk
makan 3 kali sehari, sering mau makan hanya dengan lauk krupuk saja, tetapi anak suka makan jajanan
sosis dan chiki sehingga untuk memenuhi kebutuhan makanan anak maka Ibu terpaksa memenuhi
keinginan jajan anaknya. Dalam sehari rata-rata menghabiskan uang jajan Rp 5.000,-. 2) Norma, yang
berkaitan dengan program status gizi adalah: (1) ibu balita, sangat patuh dengan larangan suaminya
untuk tidak membawa balita mengikuti program perbaikan gizi bagi putranya. Dengan alasan, anaknya
sudah dibawa berobat ke RS dan dinyatakan sehat sehat saja tidak ada keluhan sakit, walaupun agak
kurus, (2) adanya rasa malu dan gengsi jika anak mengikuti program gizi buruk. 3) Nilai, yang
mempengaruhi pola asuh gizi adalah: (1) Orang tua menyadari bahwa anak dengan gizi kurang atau gizi
buruk merupakan anak yang bermasalah atau anak dengan nilai kualitas SDM yang rendah. sehingga
orangtua yang sudah tahu anaknya masuk dalam kategori gizi buruk akan malu dan menghindar dengan
berbagai alasan seperti pulang kampong, bekerja sampai sore, agar tidak mengikuti intervensi perbaikan
gizi.Dan masalahnya tidak diketahui oleh orang banyak, (2) Ibu balita gizi buruk pernah dianjurkan,
bahkan akan diantar oleh ketua kader ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan, tetapi ibu balita
menolak. Dengan alasan jauh, disana cuman dipegang-pegang saja dan tidak ada perbaikan. Sistem
sosial merupakan kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Sistem sosial yang berupa kekerabatan, kerjasama dan rasa gotong royong dalam
perawatan balita tidak terlihat, masyarakat cenderung mengatasi masalahnya sendiri, masing-masing
disibukan dengan persoalan sendiri. Berdasarkan deskripsi data tentang modal sosial, sistem budaya,
dan sistem sosial serta hasil observasi maka didapatkan analisis SWOT yang menggambarkan tentang
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Jurnal 3

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan permaslahan ke dalam 4 (empat) indikator yang merupakan
fungsi dari manajemen yang dapat menerangkan bagaimana program perbaikan gizi masyarakat di kota
pekanbaru ini berjalan sehingga dapat mencapai target dalam perbaikan gizi masyarakat yaitu untuk
mengurangi kasus gizi buruk di Kota Pekanbaru hingga dibawah 1%. Untuk mengetahui bagaimana
program perbaikan gizi masyarakat di Kota Pekanbaru tersebut, penulis meneliti dengan menggunakan
teori manajemen menurut Sudirdjo dengan indikatornya adalah sebagai berikut: Perencanaan
(planning),Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Directing), Pengawasan (Controlling).

1. Perencanan (Planning)
Dalam melakukan perencanaan maka harus ada penetapan tujuan dilaksanakan program, apa saja
kegiatan yang berkaitan dengan program , sasaransasaran dari program dan kegiatan itu, serta
bagaimana penganggarannya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dalam melaksanakan
program perbaiakn gizi masyarakat di Kota Pekanbaru ini telah dilakukan perencanaan oleh Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru. Perencanaan yang telah dibuat Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yaitu
untuk menjalankan program perbaikan gizi masyarakat di Kota Pekanbaru, hal ini telah tertuang
dalam Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 93 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang telah
menetapkan fungsi Dinas Kesehatan adalah untuk program perbaikan gizi masyarakat. Program
perbaikan gizi masyarakat terdiri dari beberapa kegiatan yang di fokuskan kepada ibu dan balitanya
terutama pada kasus gizi buruk. Target dari program ini adalah untuk mengurangi kasus gizi buruk
yang ada di Kota Pekanbaru hingga dibawah 1%. Selain telah ditetapkannya program serta telah
direncanakan kegaitan apa saja untuk menjalankan program tersebut, dan adanya penetapan tujuan
dan sasaran terkait program itu, dinas kesehatan kota Pekanbaru juga telah menganggarkan untuk
program ini baik itu melalui penganggran dari pemerintah pusat (APBN) maupun pemerintah daerah
(APBD). Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru telah memasukkan program ini kedalam RENSTRA
(Rencana Strategis) yang berlaku selama lima tahun, kemudian dijabarkan dalam bentuk RENJA
(Rencanaa Kerja), lalu diajukan dalam RKA (Rencana Kegiatan Anggaran), Setelah disahkan oleh
pemerintah barulah keluar DPA (Dokumen Penggunaan Anggaran). DPA terkait program perbaikan
gizi masyarakat di Kota Pekanbaru ini telah tertuang dalam rekening DPA nomor 20.02 dan 20.03
yang ada setiap tahunnya. Adapun kegiatan yang masuk kedalam Dokumen Penggunaan Anggaran
yaitu pemberian makanan tambahan, penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi,
gangguan akibat kirang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat mikro lainnya.
Sementara itu kegiatan yang termasuk sebagai upaya perbaiakan gizi khususnya untuk mengurangi
gizi buruk terdiri dari kegiatan: pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita, pemberian
makanan tambahan KLB gizi buruk, pemberian makanan pendamping ASI, pendampingan kasus gizi
buruk, pembentukan TFC/ Pusat Pemulihan Gizi (PPG), pelatihan keluarga sadar gizi (KADARZI),
pemantauan status gizi, konseling menyusui, MPASI, KPASI, serta pemberian vitamin A dan
obatobatan
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan
tujuantujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah
struktur organisasi. Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanismemekanisme formal
organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi,
atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Pengorganisasian yang
bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat di Kota Pekanbaru sudah
jelas terarah dengan adanya tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Dinas Kesehatan sehingga pegawai
mengetahui peran dan fungsinya agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugasnya. Dalam
menjalankan program perbaikan gizi masyarakat dilakukan oleh bidang kesehatan masyarakat,
khususnya seksi kesehatan keluarga dan gizi. Tetapi dalam pelaksanaannya juga melibatkan pihak
puskesmas, dan kader. Pihak Puskesmas bertugas untuk melakukan kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat seperti dalam kegiatan penimbangan balita setiap bulannya di posyandu, pemberian
makanan tambahan, dan lain sebagainya. Sedangkan kader bertugas untuk mengenjarkan ke
masyarakat tentang kegiatan-kegiatan kesehatan, khususnya soal gizi. Selain dalam menjalankan
kegiatankegiatan terkait program perbaikan gizi masyarakat, untuk penanganan, pencegahan, kasus gizi
buruk pada balita maka, Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Nomor:
440/DKK-KESMAS/SK/2017 tentang Penunjukan Tim Manajemen Penanggulangan Gizi Buruk Tingkat
Kota Tahun 2017, dibentukanlah tim ini untuk melacak kasus, serta membuat laporan hasil investigasi
terhadap KLB gizi buruk. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tim ini sebenarnya telah lama ada,
namun baru tahun 2017 tim ini dibuatkan SK nya. Tugas tim ini melakukan pelacakan mengenai kasus
gizi buruk bersama dengan pihak puskesmas dengan melibatkan kader, kemudia memberikan laporan
tentang temuan kasus baik itu kepada RT, RW, lurah, camat, serta dinas kesehatan Provinsi Riau. Namun
untuk kasus gizi buruk dalam penanganannya tidak saja hanya melibatkan orang dari dinas
kesehatan,bagian atau seksi gizi dan masyarakat saja, melainkan terlibatnya kerjasama melalui lintas
program dan lintas sektoral. Lintas program disini merupakan bagian-bagian lain yang ada di dinas
kesehatan, sedangkan untuk lintas sektoral melibatkan RT, RW, lurah,camat, tokoh masyarakat, maupun
SKPD lainnya.
3. Pengarahan (Directing)
Directing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,
perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas
dapat dilaksanakan dengan baik dan benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan
suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan sebagai unsurunsur program.
Directing juga sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terdapat pada tugas
yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan
lancar, dengan pengarahan staff yang telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas dibidangnya
masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang telah ditentukan. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan untuk program perbaikan gizi masyarakat dinas kesehatan kota Pekanbaru telah
membuat programprogram prioritas yang telah dilakukan, seperti melalui program balita kurang energi
protein (KEP) dan bumil kurang energi kronik (KEK), program kurang vitamin A (KVA), program anemia
gizi besi, program gangguan akibat kurang yodium (GAKY), dan program gizi lebih. Dinas kesehatan
bersama puskesmas, dan kader juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mendeteksi,
menanggulangi, dan memantau balita gizi buruk dan kurang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu:
pemberian makanan tambahan (PMT Balita), Pemberian makanan tambahan (PMT) KLB gizi buruk, MP-
ASI, pendampingan kasus gizi buruk, pembentukan TFC/PPG (Pusat Pemantauan Gizi), pelatihan
keluarga sadar gizi (KADARZI), pemantauan status gizi (PSG), konseling menyusui, MP-ASI, KP-ASI, dan
pemberian vitamin serta obat-obatan. Pengarahan yang dilakukan untuk program perbaikan gizi
masyarakat di Kota pekanbaru ini terdiri dari: a) Bimbingan Bimbingan merupakan pertolongan yang
diberikan individu untuk menolong individu lain dalam membuat keputusan ke arah yang dituju, dan
mencapai tujuannya dengan cara yang paling baik . Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bentuk
bimbingan yang diberikan dinas kesehatan seperti pada kegiatan pemberian PMT pada balita.
Pemberian makanan tambahan dilakukan oleh petugas puskesmas dan kader, bersamaan dengan
kegiatan posyandu yang dilakukan setiap bulannya saat pengecekan, imunisasi, serta penimbangan
balita di posyandu. Kemudian pada kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) KLB gizi buruk,
kegiatan ini dilakukan dinas kesehatan, dan puskesmas, serta kader ketika terjadi penemuan kasus.
Kemudian kegiatan MPASI jika MP_ASI tersedia maka akan diberikan langsung kepada ibu balita. Selain
itu ada kegiatan pendampingan kasus gizi buruk. Pendampingan kasus gizi buruk pada kegiatan ini yang
lebih banyak terlibat juga puskesmas dan kader, karena petugas puskesmas yang akan selalu melakukan
pemantauan secara langsung terhadap KLB gizi buruk, mulai dari kasus ditemukan, hingga
perkembangan ketika kasus ditangani. Pihak puskesmas memberikan bimbingan kepada orang tua
tentang bagimana untuk perawatan balita gizi buruk,tanda-tanda yang harus dipahami orang tua,
karena berdasrkan hasil penelitian orang tua untuk pengetahuan soal kesehatan terutama gizi masih
rendah, untuk temuan kasus gizi buruk setelah dilakukan kronologis kejadian, dilakukan pendataa, orang
tua setelah kelahiran jarang melakukan pemeriksaan pada anaknya. Kemudian ada kegiatan
pembentukan pusat pemulihan gizi, pusat pemulihan gizi dikelola oleh dinas kesehatan kota Pekanbaru
mulai tahun 2014, pemulihan status gizi yang dilakukan ditempat ini untuk penderita gizi buruk tetapi
yang faktor penyebabnya intek atau kekurangan makanan. Di tempat ini keadaan status gizi dilakukan
oleh ahli gizi atau perawat yang dibayar selama melakukan perawatan, di tempat ini juga keluarga
penderita gizi buruk juga dapat tinggal selama anaknya melakuakn perawatan. Kemudian untuk kegiatan
berikutnya adanya pelatihan keluarga sadar gizi, pelatihan ini dilakukan kepada kader-kader yang telah
ditunjuk di setiap wilayah yang ada di pekanbaru, pada pelatihan itu selain tentang gizi yang baik, juga
sekaligus membahas tentang kelompok pendukung ASI. Pelatihan biasanya dilakukan di Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru. Kemudian dibentuknya Kelompok Pendukung ASI, kelompok ini melalui kader dilakukan
pelatihan dan bimbingan, kemudian mereka melakukan sharing di masyarakat tentang ASI, kelompok ini
dibentuk agar pemberian ASI lebih meningkat, karena apabila ASI terpenuhi maka gizi pada anak akan
tercukupi.

Anda mungkin juga menyukai