Dosen Pengampu :
Dewi Erowati, S.Gz, MPH
Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Program Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025
menjelaskan bahwa gizi merupakan salah satu indikator penilaian keberhasilan sebuah
negara membangun kesehatan dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas (Depkes RI, 2009). Sampai saat ini, permasalahan gizi yang menjadi
masalah utama di dunia adalah malnutrisi. Malnutrisi dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak dan meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit (Katz dkk, 2006).
Menurut WHO (2010), sebanyak 103 juta balita di negara berkembang
mengalami underweight atau berat badan terlalu rendah. Pada tahun 2012 menurut hasil
UNICEF diperkirakan sebanyak 165 juta anak usia di bawah lima tahun di seluruh
dunia mengalami stunted. Tingkat prevalensi stunting tinggi di kalangan balita terdapat
di Afrika (36%) dan Asia (27%) dan sering belum diakui sebagai masalah kesehatan
masyarakat (WHO, 2012). Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), di Indonesia terlihat
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Prevalensi sangat pendek turun sebesar 0,8%, tetapi prevalensi pendek naik sebesar
1,2%. Prevalensi sangat kurus turun sebesar 0,9% dan prevalensi kurus turun sebesar
0,6%. Prevalensi sangat gemuk turun sebesar 2,1% dan prevalensi gemuk turun sebesar
0,3%.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pembuatan program pemberian PMT
ini bertujuan agar kasus underweight menurun karena salah satu indicator stunting
adalah underweight. Hal ini menjadi salah satu cara mencegah kenaikan angka stunting
dan menurunkan angka underweight.
1.2 Tujuan
1. Menurunkan angka underweight pada balita
2. Diketahuinya pengaruh pemberian PMT pada balita
3. Diketahuinya status gizi pada balita yang belum mendapat PMT
4. Diketahuinya status gizi pada balita yang sudah mendapat PMT
• Pelaporan
Laporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya yang disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tersebut. Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas
kesehatan yang dapat dilakukan baik secara tertulis ataupun lisan tentang hasil
dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan penelitian Sugianti (2017) pelaporan dilakukan setekah
program PMT-P berakhir dan tidak ada pemantauan selama program
berlangsung. Seharusnya pelaporan dilakukan setiap satu bulan sekali, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dari pelaksanaan program PMT-P yang
dilaksanakan mulai bulan pertama, bulan kedua dan bulan ketiga. Berdasarkan
penelitian Hadiriesandi (2016) menyatakan bahwa pelaporan dilakukan dari
bidan desa ke puskesmas dan puskesmas ke dinas kesehatan yang dilakukan
setiap satu bulan sekali. Penelitian Indriati (2015) menyebutkan bahwa
pleaporan dari bidan desa ke puskesmas dilakukan setiap bulan sekali, namun
pelaporan menggunakan buku pantauan berat badan yang ada di posyandu yang
kemudian di rekap oleh petugas gizi puskesmas. demikian pula TPG puskesmas
di Kabupaten Wonogiri telah melakukan pencatatan dan pelaporan, namun hal-
hal yang dilaporkan belum mengacu pada petunjuk teknis pemberian makanan
tambahan pemulihan, hal ini disebabkan tidak adanya format baku untuk
pencatatan dan pelaporan kegiatan PMT-P.