Penurunan Stunting
Abstrak
Boedingi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Lasolo Kepulauan Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi
Tenggara Indonesia, Secara umum mayoritas penduduk dari desa ini
adalah suku Bajo. Sebelum aktivitas perusahaan tambang masuk ke
desa mata pencaharian penduduk adalah nelayan. Seiring berjalannya
waktu hampir seluruh masyarakat kini lebih memilih bekerja di
perusahaan. Di Kabupaten Konawe Utara sendiri saat ini capaian
prevalensi Stunting telah menunjukkan tren positif. Berdasarkan hasil
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2020 sebesar 30,1%, tahun
2021 sebesar 29,5%, dan tahun 2022 sebesar 21,6%. Melaksanakan
training pembuatan Moringa Juice yaitu pembudidayaan daun kelor
yang dikemas menjadi produk jus agar sayuran kelor dapat
dikomsumsi dengan cita rasa yang berbeda dari biasanya dan akan
digemari oleh anak- anak. Rencana strategis yang telah dilakukan
untuk pengembangan asset adalah melakukan Training of Trainer
(TOT) terhadap masyarakat desa.
1. PENDAHULUAN
1
Priyono, “Strategi Percepatan Penurunan Stunting Perdesaan (Studi Kasus Pendampingan Aksi
Cegah Stunting Di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang),” Jurnal Good Governance 16, no. 2
(2020): 149–174.
2
Kinanti Rahmadhita, “Permasalahan Stunting Dan Pencegahannya,” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada 11, no. 1 (2020): 225–229.
Untuk melakukan kajian dan analisis tentang efektivitas
program percepatan penurunan stunting maka penulis perlu
memahami tentang konsep efektivitas program. Dalam Ensiklopedi
Umum Administrasi, efektivitas berasal dari kata kerja efektif, berarti
terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam suatu
perbuatan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas
disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya”.
2. METODE PENGABDIAN
5
Ari Dermawan, Mahanim Mahanim, and Nurainun Siregar, “Upaya Percepatan Penurunan
Stunting Di Kabupaten Asahan,” Jurnal Bangun Abdimas 1, no. 2 (2022): 98–104.
Boedingi kurang untuk didapatkan, dan tumbuhan yang dapat
tumbuh salah satunya adalah daun kelor.
6
Norsanti, “EFEKTIVITAS PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI KECAMATAN
BATUMANDI KABUPATEN BALANGAN (Studi Kasus Pada Desa Mampari Dan Desa Banua Hanyar).”
b. Tahapan Dream (Memimpikan) Setelah melakukan
wawancara kepada masyarakat, mahasiswa KKN Kerjasama
Desa Boedingi mulai mengetahui impian atau keinginan
masyarakat Desa Boedingi yaitu agar anak-anak mereka
mendapatkan tumbuh kembang yang baik dan dapat sukses
kedepannya. Setelah memahami keinginan dan impian
masyarakat maka langkah selanjutnya yaitu merancang
sebuah kegiatan untuk memenuhi impian Masyarakat.
c. Tahapan Design (Merancang) Proses merencanakan ini
merupakan proses cara memanfaatkan potensi yang
ditemukan secara bersama. Misalnya keluarga sehat
berdasarkan Indeks Keluarga Sejahtera di wilayah Konawe
Utara, produk pencegah stunting yang dapat dibuat dan
menjadi makanan yang dapat dikomsumsi dengan cita rasa
yang enak. Serta merancang akan produk yang dihasilkan
akan disertakan dengan pemberian penyuluhan dalam basis
training kepada Masyarakat Desa Boedingi.
d. Tahapan Define (Menentukan) Pada tahap ini merupakan
sebuah proses pelaksanaan dari program yang sudah
dirancang di tahap Design. Selama program berlangsung,
juga memperoleh umpan balik dari tokoh masyarakat
hingga program kerja yang dilaksanakan dapat dicapai dan
memperoleh dukungan penuh dari seluruh pihak yang
terkait.
e. Tahapan Destiny (Lakukan), Langkah yang terakhir adalah
melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk
memenuhi impian masyarakat berupa kegiatan Pengabdian
Masyarakat dalam program penyuluhan Kesehatan berbasis
training, “Sosialisasi Pencegahan Stunting Basis Training”
Pada Kegiatan Posyandu di desa Boedingi 7.
3. DESKRIPSI UMUM LOKUS PENGABDIAN KKN
Boedingi merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Lasolo Kepulauan Kabupaten Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara Indonesia. desa ini merupakan pecahan dari desa
Boenaga. Boedingi merupakan salah satu desa penghasil tambang nikel
yang ada di Sulawesi Tenggara. Secara umum mayoritas penduduk
dari desa ini adalah suku Bajo. Sebelum aktivitas perusahaan tambang
masuk ke desa mata pencaharian penduduk adalah nelayan. Seiring
berjalannya waktu hampir seluruh masyarakat kini lebih memilih
bekerja di perusahaan.
Kondisi ekonomi masyarakat beragam tetapi sebagian besar
masuk kategori menengah keatas, walaupun tidak dapat dipungkiri
masih ada yang menengah kebawah. Kondisi pendidikan di desa ini
belum terlalu memadai. Fasilitas sekolah masih cukup terbatas
sehingga masih perlu banyak perbaikan-perbaikan dibidang ini.
Dibidang kesehatan, desa boedingi bekerjasama dengan pihak
kecamatan selalu mengadakan pengecekan rutin secara gratis yang
dilakukan sekali dalam sebulan. Karena menjadi salah satu desa
dengan aktivitas tambang yang cukup aktif tentu kesehatan menjadi
hal utama yang perlu diperhatikan. Terutama untuk anak-anak karena
banyak anak di Indonesia mengalami beberapa penyakit seperti
stunting dan lain sebagainya. Kesehatan menjadi salah satu aspek
penting yang perlu diperhatikan baik oleh pemerintah desa karena
merupakan amanat konstitusi. Sehingga perlu upaya-upaya kongkret
agar kesehatan masyarakat dan anak-anak dapat terjamin dengan baik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah dan
7
Agus Salim Chamidi, Benny Kurniawan, and Agus Nursoleh, “Pengembangan Petani Organik
Melalui Pendekatan ABCD” 03, no. 1 (2023): 2–6.
mengonsumsi tanaman atau sayur-sayuran serta makanan yang sehat
bagi tubuh. Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat adalah
dengan budidaya tanaman kelor dan mengolahnya bukan hanya
sebagai sayur tetapi mengolahnya menjadi minuman herbal ataupun
jus sehingga anak-anak menyukai minuman tersebut.
Moringa atau kelor memiliki banyak manfaat bagi kesehatan,
salah satunya dapat mencegah stunting sehingga mengonsumsi dengan
rutin sangat baik bagi kesehatan. Tetapi penting untuk diingat
pengolahan moringa atau kelor ini tentu dengan pihak yang ahli dalam
hal ini petugas kesehatan kecamatan ataupun dokter yang paham
tentang hal itu.
4. HASIL
Hasil yang didapatkan mahasiswa pada tahap pelaksanaan
menunjukkan bahwa aspek tugas atau fungsi lembaga terkait dalam
Upaya percepatan penurunan stunting efektif jika melaksanakan tugas
atau fungsinya, begitu juga suatu program akan efektif jika tugas dan
fungsi para implementor dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun
yang menjadi pelaksana (implementor) dalam Program Percepatan
Penurunan Stunting adalah Puskesmas di Desa Boedingi. Pada
program ini Puskesmas akan menunjuk kader PMT berdasarkan usulan
dari bidan desa, dimana jumlah kader PMT pada tiap desa.
Kader PMT akan memberikan makanan tambahan kepada bayi
yang masuk kategori stunting setiap hari selama tiga bulan. Selain
pemberian makanan tambahan kepada balita stunting, pihak
Puskesmas bekerja sama dengan bidan desa juga memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan ibu yang mempunyai
anak balita tentang pentingnya memperhatikan gizi anak.
Berdasarkan penelitian, pelaksanaan tugas atau fungsi
pelaksana program Percepatan Penurunan Stunting cukup terlaksana
karena pihak Puskesmas sudah bekerja sama baik dengan petugas gizi,
bidan desa dan juga kader untuk menjalankan program ini di Desa
Boedingi.
Namun salah satu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
tugas pelaksana program ini adalah jumlah kader PMT yang masih
kurang memadai tiap desa sehingga cukup kerepotan untuk memasak
dan mendistribusikan makanan tambahan kepada anak stunting. Selain
itu kurangnya pengetahuan kader PMT tentang Bina Keluarga Balita
mengakibatkan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang
5. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di desa Boedingi, efektivitas Program
Percepatan Penurunan Stunting ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut yaitu :
1. Faktor Pendukung Kerjasama antara petugas gizi dari UPT
Puskesmas lasolo kepulauan dan kader PMT. Adanya kerjasama
antara lintas sekor yaitu petugas gizi, kapala desa, bidan desa, dan
kader desa sehingga kegiatan yang mendukung penurunan stunting
bisa berjalan, seperti posyandu, Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dan kegiatan-kegiatan lain dalam program percepatan
penurunan stunting. Semua petugas bekerja sama dalam
menentukan pelaksanaan kegiatan, mengarahkan masyarakat agar
merubah pola pikir dan menambah pengetahuan tentang
pentingnya memahami pola asuh anak dan asupan gizi yang baik
untuk anak.
2. Faktor-faktor Penghambat
a. Akses menuju desa Boedingi yang sulit, perlu kurang lebih dua
jam menggunakan perahu.
b. Kurangnya pendanaan. Kurangnya dana menjadi salah satu
faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan, belum lagi jika
kegiatannya berupa sosialisasi yang harus mendatangkan
masyarakat karena masyararakat mau ikut berpartisipasi jika
ada insentif untuk merekab.
c. Pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua yang rendah juga
menjadi penghambat program ini karena baik tidaknya cara
mendidik anak juga juga dipengaruhi oleh pendidikan orang
tuanya. Biasanya semakin tinggi pendidikan orang tua maka
pengetahuan dan wawasan mereka juga semakin luas termasuk
tentang pola asuh dan asupan gizi anak. Pengetahuan orang tua
terutama ibu mengenai gizi akan menentukan perilaku orang tua
dalam memenuhi asupan gizi si ibu ketika hamil, menyusui dan
menyediakan makanan untuk anaknya setelah lahir. Kader PMT
hanya bertugas memberikan makanan tambahan kepada anak
balita tiga kali sehari selama tiga bulan selebihnya asupan gizi
anak akan diatur oleh orang tua terutama ibu.
d. Kurangnya sosialisasi tentang pola asuh anak. Faktor
pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang baik sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan program penurunan angka
stunting karena bagaimana pengasuhan mereka terhadap
anaknya sangat ditentukan oleh pengetahuan dan pemahaman
mereka. Minimnya pengetahuan orang tua ini, salah satunya
disebabkan jarangnya sosialisasi dari kader kepada ibu-ibu yang
mempunyai anak balita. Para kader juga ada yang belum
mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita sehingga ini
mengakibatkan para kader juga masih minim pengetahuannya
tentang bina keluarga balita.
e. Rencana strategis yang telah dilakukan untuk pengembangan
asset adalah melakukan Training of Trainer (TOT) terhadap
masyarakat desa.
6. KESIMPULAN
Kesimpulan dari Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini adalah
dapat memberikan manfaat Kepada masyarakat di Desa Boedingi,
Moringa Juice sebagai salah satu produk yang dapat dipasarkan
melalui pendekatan ABCD. Diperlukannya koordinasi yang kuat antara
apparat desa, tim puskesmas kecamatan dan kader maka akan
mengoptimalisasikan penggunaan, pembuatan serta penyebarluasan
produk pada Masyarakat desa boedingi.
DAFTAR PUSTAKA
Chamidi, Agus Salim, Benny Kurniawan, and Agus Nursoleh.
“Pengembangan Petani Organik Melalui Pendekatan ABCD” 03, no. 1
(2023): 2–6.
Dermawan, Ari, Mahanim Mahanim, and Nurainun Siregar. “Upaya
Percepatan Penurunan Stunting Di Kabupaten Asahan.” Jurnal
Bangun Abdimas 1, no. 2 (2022): 98–104.
Norsanti. “EFEKTIVITAS PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING DI KECAMATAN BATUMANDI KABUPATEN
BALANGAN (Studi Kasus Pada Desa Mampari Dan Desa Banua
Hanyar).” Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan 3, no. 1 (2021):
10.
Priyono. “Strategi Percepatan Penurunan Stunting Perdesaan (Studi Kasus
Pendampingan Aksi Cegah Stunting Di Desa Banyumundu,
Kabupaten Pandeglang).” Jurnal Good Governance 16, no. 2 (2020): 149–
174.
Rahmadhita, Kinanti. “Permasalahan Stunting Dan Pencegahannya.”
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 11, no. 1 (2020): 225–229.