Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karuniannya,sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman Program Prioritas Nasional
Puskesmas Pemulutan.
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi Tim Prioritas Nasional Puskesmas
dalam melaksanakan Program ini agar tersistematis, efektif dan efesien. Pedoman
Program Prioritas Nasional mencakup Alur Pelaksanaan Program, Standar Fasilitas,
Tata Laksana Pelayanan, Keselamatan Sasaran, Keselamatan Kerja, dan Pengendalian
Mutu.
Penanggulangan Stunting
Imunisasi
Tuberkulosis
No Nama Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ada Sesuai
9 Vitamin A Sesuai sasaran
sasaran
Ada Sesuai
10 Tablet Tambah Darah Sesuai sasaran
sasaran
Hasil monitoring dan evaluasi ini selanjutnya dibahas di dalam rapat/lokakarya mini
bulanan bersama Lintas Program terkait untuk ditindak lanjuti. Selanjutnya
dipublikasikan di dalam rapat/lokakarya mini triwulan bersama Lintas Program dan
Lintas Sektor. Pembahasan dilakukan secara terintegrasi untuk tindak lanjut yang
akan dilakukan sehingga didapatkan hasil yang efektif dan efesien.
BAB V
LOGISTIK
Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari
manajemen logistik adalah tersedianya setiap bahan setiap saat dibutuhkan, baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efesien. Dengan
demikian manejemen logistik dapat dipahami sebagai proses pergerakkan dan
pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk
dimanfaatkan, untuk operasional secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk
menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah
sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa
lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat
dipakai lagi.
Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:
A. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Peralatan Pendukung Program
Fungsi perencanaan adalah menghitung berapa besar kebutuhan bahan
logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun
atau sesuai kebutuhan.
Prosedur perencanaan kebutuhan, yaitu:
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. Jumlah pembelian/pengadaan pada periode
c. Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan
(dapat didasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang
terbaru) sehingga akan diketahui kebutuhan untuk pengadaan bahan logistik
tersebut.
C. Pengadaan
Pengadaan yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan
logistik yang telah direncanakan, melalui :
1. Pembelian atau pengadaan dari Pemerintah melalui Dinas Kesehatan
2. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari puskesmas.
Prosedur pengadaan obat di puskesmas :
a. Permintaan obat ditulis pada lembar Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat
dari Apotik oleh petugas.
b. LPO diberikan kepada petugas apotik untuk ditindaklanjuti.
c. Obat yang telah tersedia direkap jumlah yang di dapat apakah telah sesuai
permintaan.
d. Obat didistribusikan kepada sasaran sesuai pendataan dan kebutuhan lainnya.
Prosedur pengadaan peralatan pendukung program :
a. Dilakukan pengecekan rutin, sehingga diketahui peralatan yang tidak dapat
digunakan atau tidak dapat diperbaiki, dan direncanakan dalam anggaran rutin
atau diganti yang baru.
b. Pengajuan pengadaan peralatan baru diketahui Koordinator Program Prioritas
Nasional dan Koordinator UKM dan Kepala Puskesmas, pengajuan ditujukan
kepada tim pengadaan barang puskesmas.
Pedoman Program Prioritas Nasional 36
c. Bila sudah terealisasi Koordinator Penanggung Jawab Program menerima alat
dan menandatangani buku penerimaan barang serta menuliskan pada buku
inventaris.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan termasuk dalam fungsi penerimaan barang.
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat.
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga
beban.
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap pakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian.
Prosedur penyimpanan :
1. Pengecekan Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta
waktu penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja
(SPK) atau purchase order (PO).
2. Pengecekan Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna,
kemasan, bau, noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas
bahan.
3. Pengecekan Kesesuain waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu
SP/PO
4. Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang.
5. Penyimpanan barang sesuai dengan system dan metode yang berlaku di
puskesmas.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality control) dalam manjemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pasien. Pengendalian mutu pada pelayanan
kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan
dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu
model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check,
Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous
improvement) atau kaizen mutu pelayan kesehatan.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman yang tertulis dan dapat dijadikan pedoman kerja bagi
tenaga pelaksana.
1. Tiap pedoman yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosuder untuk melakukan suatu aktifitas
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelaksanaan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis akan menjamin
konsistensi hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh Koordinator Kepala Puskesmas dan Tim Mutu
5. Standar opersional prosedur dan instruksi kerja di buat oleh Koordinator
Program Prioritas nasional dan disahkan oleh Kepala Puskesmas
6. Audit internal yang dilakukan oleh Tim Mutu
7. Upaya Peningkatan cakupan balita gizi kurang dan ibu hamil KEK
mendapat PMT
Judul Upaya peningkatan cakupan balita gizi kurang dan ibu
hamil KEK mendapat PMT
Dasar Pemikiran Adanya kasus gizi kurang dan ibu hamil KEK
Dimensi Mutu Meningkatnya cakupan balita gizi kurang dan ibu hamil
KEK mendapat PMT
Tujuan Meningkatkan status gizi balita dan ibu hamil sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
DO Pemberian Makanan Tambahan adalah serangkaian
8.2.2. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB)
1. Upaya Peningkatan Cakupan Kunjungan Bumil Dan Pelayanan Kesehatan
Bumil
Judul Upaya peningkatan cakupan kunjungan Bumil dan
Pelayanan Kesehatan Bumil
Dasar Pemikiran Cakupan kunjungan Bumil dan Pelayanan Kesehatan
Bumil harus mencapai target
Dimensi Mutu Meningkatnya Cakupan kunjungan Bumil dan
Pelayanan Kesehatan Bumil
Tujuan Memberikan pengetahuan tentang pentingnya
memeriksakan kehamilan secara rutin setiap bulan
Pedoman Program Prioritas Nasional 51
melalui Kelas Ibu Hamil dan pemantauan ibu hamil
Resti agar dapat dilakukan pencegahan dan
penanggulangannya sejak dini.
DO Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar bagi para
calon ibu tentang Kesehatan bagi ibu hamil secara
keseluruhan dengan memberikan edukasi tentang
proses kehamilan dan persalinan lancer serta
pengetahuan dasar pemeliharaan bayi pada fase awal
kehidupannya.
Tipe Indikator Indikator mutu pelayanan
Satuan Pengukuran Persentase kunjungan ibu hamil pertama (K1) dan
kunjungan ibu hamil lengkap (K6)
Numerator Jumlah kunjungan ibu hamil (K1 dan K6)
Denumerator Jumlah sasaran ibu hamil yang ada
Target Pencapaian 100% (2022-2024)
Kriteria Inklusife
Formula Jumlah K1 / K6 : jumlah sasaran bumil yang ada x
100%
Desain Pengumpulan Format laporan K1 dan K6
Data
Sumber Data Kohort ibu hamil
Besar Sampel Jumlah sasaran bumil
Frekwensi Setiap bulan
Pengumpulan Data
Periode Pengumpulan Setiap bulan
Data
Periode Analisa Data Tri bulan
Penyajian Data Minlok bulanan
Instrument Dokumentasi kegiatan
Pengambilan Data
Penanggung Jawab Pemegang Program KIA
PENUTUP