Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING

A. LATAR BELAKANG

Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dari


pendidikan kita, mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah merupakan
suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada
umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan
mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu
adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan kemampuannya). Kepribadian
menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi
masalah akademik dan ketrampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang adalah merupakan suatu gambaran mutu dari orang
bersangkutan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah Bimbingan dan Konseling di Dunia Internasional?


2. Bagaimana Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Dunia Internasional

Latar belakang perkembangan profesi konseling tidak dapat dipisahkan dari


dua jalur penanganan terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Barat,
yaitu tradisi gangguan mental dan penanganan masalah-masalah pendidikan dan
pekerjaan di sekolah.1
Evolusi profesi konseling dapat terlihat pada rangkaian perjalanan profesi ini
yang disusun secara kronologis sebagai berikut :

1. Era Tahun 1900-1909 (Era Perintisan)

Tiga tokoh utama pada periode ini adalah Jesse B. Davis, Frank Parsons,
dan Clifford Beers. Davis adalah orang pertama yang mengembangkan program
bimbingan yang sistematis di sekolah-sekolah. Pada tahun 1907, sebagai pejabat
yang bertanggung jawab pada the Grand Rapids (Michigan) school system, ia
menyarankan agar guru kelas yang mengajar English Composition untuk
mengajar bimbingan satu kali seminggu yang bertujuan untuk mengembangkan
karakter dan mencegah terjadinya masalah. Sementara itu, Frank Parsons di
Boston melakukan hal yang hampir sama dengan Davis. Ia memfokuskan pada
program pengembangan dan pencegahan. Ia dikenal karena mendirikan Boston’s
Vocational Bureau pada tahun 1908. Berdirinya biro ini mempresentasikan
langkah maju diinstitusionalisasikannya bimbingan karier (vocational guidance).
Pada tahun yang sama ketika Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau
(1908), William Heyle juga mendirikan Community Psychiatric Clinic untuk
pertama kalinya. Selanjutnya, The Juvenille Psychopathic institute didirikan untuk
memberi bantuan kepada para pemuda di Chicago yang mempunyai masalah.
Dalam keadaan tersebut terlibat pula para psikolog. Tentu saja tidak mungkin

1
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Penerbitan UMM, 2006), hal. 23

2
berbicara soal kesehatan mental tanpa melibatkan orang-orang yang cukup
terkenal, seperti Sigmund Freud dan Joseph Breuer.2

2. Era Tahun 1910-1970

Pada era ini konseling mulai diinstitusionalisasikan dengan didirikannya the


National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1913. Selain itu,
pemerintah Amerika Serikat mulai memanfaatkan pelayanan bimbingan untuk
membantu veteran perang.3
Istilah bimbingan (guidance) ini kemudian menjadi label populer bagi
gerakan konseling di sekolah-sekolah selama hampir 50 tahunan. Program
bimbingan yang terorganisasikan mulai muncul dengan frekuensi tinggi di jenjang
SMP sejak 1920-an, dan lebih intensif lagi di jenjang SMA dengan pengangkatan
guru BK yang khusus dipisahkan untuk siswa laki-laki dan siswa perempuan.
Titik inilah era dimulainya pemfungsian disiplin, kelengkapan daftar hadir selama
satu tahun ajaran dan tanggung jawab administrasi lainnya. Akibatnya banyak
program pendidikan dekade ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa-
siswa yang mengalami kesulitan akademis atau pribadi dengan mengirimkan
mereka ke guru BK untuk mengubah perilaku atau memperbaiki kelemahan.
Selain jenjang SMP dan SMA, gerakan konseling untuk SD tampaknya
juga dimulai di akhir dekade 1920-an hingga awal dekade 1930-an, dipicu oleh
tulisan-tulisan dan kerja keras William Burnham yang menekankan peran guru
untuk memajukan kesehatan mental anak yang memang banyak diabaikan
diperiode tersebut.4
Pada dekade 1940-an ditandai munculnya teori konseling Non-Directive
yang dipelopori oleh Carl Rogers. Ia mempublikasikan buku yang berjudul
Counseling and Psychotherapy pada tahun 1942. Pada tahun 1950-an muncul pula
berbagai organisasi konseling yaitu the American Personnel and Guidance

2
Bimo walgito, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hal. 15
3
Gantina Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), hal. 38-39
4
Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hal. 13-14

3
Association (APGA). Selanjutnya disahkannya the National Defense Education
Act (NDEA) pada tahun 1958. Undang-undang ini memberikan dana bagi sekolah
untuk meningkatkan program konseling sekolah. Konseling mulai melakukan
diversifikasi ke area yang lebih luas diawali pada tahun 1970. Konseling mulai
berkembang di luar sekolah seperti di lembaga-lembaga komunitas dan pusat-
pusat kesehatan mental.5

3. Era Tahun 1980-an

Dekade ini profesi konseling sudah mulai berkembang dengan munculnya


standarisasi training. Pada tahun 1981 dibentuk the Council for Accreditation of
Counseling and Related Educational Program (CACREP). CACREP berfungsi
untuk melakukan standarisasi pada program pendidikan konseling di tingkat
master dan doktor pada bidang konseling sekolah, konseling komunitas, konseling
kesehatan mental, konseling perkawinan dan keluarga, dan konseling di
Perguruan Tinggi.

4. Era Tahun 1990-an

Pada akhir ke-19-an, spesialis psikiatri telah mendapat tempat


berdampingan dengan spesialis pengobatan lain. Dengan makin stabilnya posisi
psikiatri dalam penanganan gangguan psikologis atau yang lebih dikenal dengan
sakit mental, muncullah psikiatri sebagai spesialisasi baru. Spesialisasi baru ini
dipelopori oleh Van Ellenberger Renterghem dan Van Eeden.6
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, sejumlah permasalahan sosial
mempengaruhi anak-anak yang pada gilirannya mengakselerasi pertumbuhan
konseling SD. Isu-isu seperti penyalahgunaan obat, penganiayaan anak, pelecehan

5
Gantina Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), hal. 39
6
Ibid., hal. 40

4
seksual dan pengabaian anak, plus meningkatnya minat dan atensi, bagi
pencegahannya, mengarah kepada pemandatan konseling SD.7

B. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia

1. Sebelum Kemerdekaan

Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan


Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah
(Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah). Para siswa dididik
untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini upaya
bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan masa itu
yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi, rasa nasionalisme
rakyat Indonesia ternyata sangat tebal sehingga upaya penjajah banyak mengalami
hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme dan kemerdekaan berusaha
untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah
satu di antaranya adalah Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang
dengan gigih menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut
pandangan bimbingan hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan
bimbingan.

2. Dekade 40-an (Perjuangan)

Dalam bidang pendidikan, pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan
dan keterbelakangan merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar
bagi pendidikan pada saat itu. Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik
bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka sesuai

7
Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hal. 23

5
dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Hal ini pulalah yang menjadi fokus utama
dalam bimbingan pada saat itu.

3. Dekade 50-an (Perjuangan)

Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam
berbagai kegiatan pendidikan. Upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi
lebih banyak dilakukan oleh guru di kelas atau di luar. Akan tetapi, pada
hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan benar-benar
menghadapi tantangan dalam membantu siswa di sekolah agar dapat berprestasi
meskipun dalam situasi yang amat darurat.

4. Dekade 80-an

Pada dekade 80-an ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan


terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang
profesional. Dengan demikian, maka upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih
mengarah kepada profesionalisasi yang lebih mantap.

Pada saat ini, profesi konselor secara legal formal telah diakui dalam sistem
pendidikan nasional. Konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling
merupakan profesi yang sudah diakui keberadaannya di sekolah. Hal ini dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008
tentang Guru pada pasal 15 yang mengatakan bahwa guru bimbingan dan
konseling atau konselor adalah guru pemegang sertifikat pendidikan.8

BAB III
8
Gantina Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), hal. 44

6
PENUTUP

KESIMPULAN

Gerakan bimbingan dan konseling sekolah yang selama bertahun-tahun


beroperasi secara unik di dalam pendidikan di Amerika serikat, awalnya hanya
berfokus pada bimbingan siswa untuk memilih karir yang akan dipilihnya nanti.
Namun, setelah beberapa dekade berlalu, fokus awal itu sekarang sudah menyebar
lantaran beberapa faktor.
Di Indonesia sendiri awalnya bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu
merupakan suatu hal yang masih baru. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti
bahwa bimbingan dan konseling di Indonesia belum ada sama sekali.
Sesungguhnya, bimbingan dan konseling telah lama dikenal di Indonesia, hanya
saja berbeda dalam pendekatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Andi

Offset.

Komalasari, Gantina dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT.

Indeks.

Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: Penerbitan UMM.

Gibson, Robert L. dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan

Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai