Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beranekaragam suku, ra

s, budaya, agama dan gender. Sebagai negara yang luas dan beraneka ragam, tentu

saja Indonesia tidak luput dari berbagai permasalahan sosial. Salah satu permasala

han sosial yang umum dihadapi adalah kemiskinan. Menurut BPS dan Departeme

n Sosial kemiskinan didefinisikan sebagai “ketidakmampuan individu dalam mem

ahami kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.” Disamping itu kemiskinan di

sebabkan ketidakmampuan masyarakat memenuhi kecukupan kebutuhan dasar se

perti sandang, pangan, papan serta pendidikan dan kesehatan (Setiawan, B Dkk, 2

022 : 16 )

Pemahaman mengenai kemiskinan bukan sekedar kondisi dimana seseorang

tidak mampu mencukupi kebutuhan material dasar yang dilihat dari tempat tinggal

namun mencakup rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, tidak memiliki peke

rjaan tetap, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, tidak adanya jaminan ma

sa depan, ketidakmampuan menyalurkan aspirasi, dan ketersisihan dalam peranan

sosial. Oleh karena itu, pengentasan kemiskinan menjadi fokus disetiap pemerinta

han. Strategi pemerintah untuk menekan angka kemiskinan dapat dilakukan berba

gai macam upaya melalui kebijakan yang dirancang oleh Pemerintah Pusat maupu

n Pemerintah Daerah. Program kebijakan kemiskinan yang dirancang oleh pemeri

1
ntah menjadi sebuah indikator penilaian yang baik atau buruknya suatu masa peri

ode pemerintahan.

Program kebijakan pemerintah yang berbasis pemberdayaan masyarakat ber

tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kawasan perdesaan dan p

erkotaan serta memperkuat penyediaan kebutuhan masyarakat. Upaya untuk meni

ngkatkan kualitas hidup, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010

Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan diwujudkan melalui program ke

bijakan berupa memberikan bantuan langsung secara tunai, bantuan fisik berupa b

arang, atau melalui pemberdayaan masyarakat sperti bantuan-bantuan yang diberi

kan diharapkan dapat mempercepat penurunan angka kemiskinan (Amar,Syamsul,

2000 : 24). Penanggulangan atau bantuan yang diberikan kepada yang membutuh

kan diharapkan mempunyai nilai efektif yang bermanfaat untuk masyarakat miski

Efektivitas merupakan tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang dir

encanakan sebelumnya, hal ini dikatakan efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran t

idak sesuai dengan yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efek

tif (Tarigan, K.W (2013). Gibson berpendapat bahwa efektivitas adalah penilaian

yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Sema

kin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang di harapkan “standar” maka mere

ka dinilai semakain semakin efektiv. Berkaitan dengan konsep efektivitas, maka

(Wiyono, 2007:137) mengatakan efektivitas diartikan suatu kegiatan yang dilaksa

nakan dan memiliki dampak serta hsil sesuai dengan yang diharapkan. efektivitas

2
adalah manfaat sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang sec

ara sadar ditetapkan sebelumnya.

Maka dapat dikatakan bahwa efektivitas pelaksanaan adalah tercapainya sua

tu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelaksanaan program sesuai dengan k

etentuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan d

ari suatu organisasi. Untuk mengukur efektivitas pelaksanaan maka kita dapat mel

ihatnya dari optimalisasi tujuan, perspektif sistematika perilaku pegawai dalam or

ganisasi. Salah satu program yang mendukung dalam upaya untuk penanggulanga

n kemiskinan dan meningkatkan kecukupan kebutuhan masyarakat miskin adalah

pada bidang dapur sehat. Program rehabilitasi dapur sehat merupakan program dar

i Pemerintah Kabupaten pulau morotai dalam rangka mendukung penanggulangan

kemiskinan dan upaya memberikan perlindungan pada keluarga miskin guna meni

ngkatkan kesejahteraan.

Dapur Sehat adalah Tempat Tinggal yang secara umum sudah memenuhi sy

arat rumah yang layak huni hanya belum memiliki dapur kondisi dapur yang belu

m memenuhi aspek kesehatan dan keselamatan bagi penghuninya. Pemerintah Ka

bupaten Pulau Morotai bahwa sebagai tindak lanjut Pelaksanaan Proyek Padat Kar

ya Tunai sesuai Permendes Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permend

es Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020,

maka perlu diatur Juknis Pelaksanaan Proyek Padat Karya Tunai Pembangunan R

umah Dapur Sehat Warga Miskin pada Tahun 2020 di Kabupaten Pulau Morotai P

eraturan Bupati Pulau Morotai Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Pe

3
mberian Bantuan Pembangunan Dapur Sehat Warga Miskin melalui APBDeS Tah

un 2020;

Maksud Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman bagi Pemerintah Desa,

masyarakat dan para stakeholder Iainnya dalam melaksanakan Program Padat Ka

rya Tunai Pembangunan Dapur sehat warga miskin yang dilaksanakan secara tran

sparan, partisipatif, selektif dan tertanggung jawab melalui Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa. Tujuan Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan kejelasa

n dan tata cara pelaksanaan Proyek Padat Karya Tunai Pembangunan Dapur sehat

warga miskin sehingga pelaksanaan bisa mencapai hasil sesuai yang diharapkan;

Isu pokok permasalahan dapur sehat antara lain, pengetahuan masyarakat te

ntang dapur sehat. Adapun berbagai kendala dalam hal ini yaitu jangka waktu pen

yelesaian yang masih belum optimal. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya p

emahaman masyarakat dalam menanggapi bantuan yang disediakan oleh pemerint

ah kabupaten pulau morotai dan dalam kelengkapan administrasi masih banyak m

asyarakat yang belum memenuhi syarat administrasi sehingga dalam pelaksanaan

program Rehabilitas dapur sehat masih menjadi kendala. Berdasarkan uraian diata

s, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Efektivitas I

mplementasi Program Dapur Sehat Di Desa Momojiu Kab. Pulau Morotai

Tahun 2018 sampai 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka peneliti mengemukan ru

musan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Efektivitas Implementasi Program Dapur sehat Pada Desa Mom

ujiu di tahun 2018 dan 2019?

2. Faktor apa saja yang menjadi hambatan tentang Implementasi Program Dap

ur Sehat di Desa Momujiu di tahun 2018 sampai 2019?

1.3 Tujuan Penilitian Dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas implementasi program dapur sehat pada desa

momujiu di tahun 2018 dan 2019?

2. Untuk mengatahui seperti apa tantangan dan hambatan implementasi progr

am dapur sehat di sesa momujiu di tahun 2018 dan 2019?

1.3.2. Manfaat Penilitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis, yaitu:

Manfaat penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah

khazanah keilmuan dan khususnya yang berkaitan dengan efektivitas imple

mentasi dapur sehat pada desa momojiu untuk masyarakat berpenghasilan re

ndah.

5
2. Secara Praktis, yaitu:

Bagi penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan dan saran dala

m hal memahami dan solusi terhadap persoalan saat ini dan menjadi satu s

umbangan pemikiran kepada permerintah desa momojiu

3. Secara Akademis,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi/piha

k-pihak yang berkompeten dalam pencarian informasi atau sebagai refrensi

mengenai efektivitas Implementasi dapur sehat

4. Bagi mahasiswa:

Khususnya mahasiswa Fisipol sebagai penambah wawasan keilmuan yang

mempunyai korelasi terhadap keilmuan

1.4 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penelitih menggunakan metode Kualitatif karen

Metode Kualitafif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang di alamai oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,

kondisi maupun peristiwa yang terjadi.(Moelong, 2005 : 6). Olehnya itu penelitih

mengunakan metode ini untuk memahami keefektivan implementasi dapur sehat

di desa momujiu di tahun 2019. Dan dari penemuan analisa tersebut akan peneltih

jabarkan secara Deskrptif.

6
1.4.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penelitih menggunakan Jenis Metode Penelitiannya

adalah Penelitian Kualitatif karen Metode Kualitatif yaitu penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alamai oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, kondisi maupun peristiwa yang terjadi,

(Moelong, 2005 : 6).

Olehnya itu penelitih mengunakan metode ini untuk memahami dan

menganalisa keefektivan implementasi dapur sehat di desa momujiu di tahun

2018 sampai 2019. Dan dari hasil penemuan tersebut akan peneletih jabarkan

secara Deskrptif.

Adapun tempat atau lokasi yang menjadi objek penelitian penulis adalah Di

Desa Momojiu. Penelitian ini di lakukan Pada Pemerintah Desa Momojiu Kabupa

ten Pulau Morotai dan Masyarakat yang mendapatkan Program Dapur Sehat pada

tahun 2018 dan 2019.Waktu Penelitaian di lakukan pada Januari 2023 sampai

denagn Februari 2023.

1.4.2 Lokasi Penelitian

Sedangkan tipe pada penelitian ini adalah tipe Kualitatfi deskriptif. Karena

penelitih memahami fenomena dan menganalisa kondisi yang terjadi di lokasi

penelitian secara langsung dengan sumber-sumber dan data-data yang telah di

kumpulkan oleh penelitih.

1.4.3 Jenis Dan Sumber Data

Pada sebuah penelitian dalam, terdapat teknik pengumpulan data. Teknik

pengumpulan data merupakan teknik atau metode yang di gunakan oleh penelitih

7
untuk mengumpulkan data untuk di telitih. Pada teknik penelitian ini ada 2 cara

dalam tekinik pengumpulan data yang penelitih gunakan yaitu :

1.4.3.1 Data Primer

Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asl

i. Dalam halnya penelitian ini sumber data primer adalah Pemerintah desa

selaku penyelengara program, dan masyarakat terkait selaku objek

penelitian.

1.4.3.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber se

kunder dari data yang kita butuhkan yang digunakan untuk menjelaskan data prim

er. Sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data

yang diharapkan. Data sekunder ini dapat diperoleh dari catatan ataupun tulisan-tu

lisan yang berkaitan dengan objek atau permasalahan yang diteliti seperti buku-bu

ku literature, jurnal, dan arsip-arsip yang ada diperpustakaan-perpustakaan. Pada

penelitian ini data sekunder yang akan penelitih dapatkan yaitu dari Buku Laporan

Pertangungjawaban Program Dapur Sehat 2018 sampai 2019 dari pemerintah desa

selaku penyelengara Program saat melakukan observasi di lapangan.

1.4.4 Teknik Pengumpulau Data

1.4.4.1 Observasi

Observasi dilakukan pada lokasi penelitian dengan mengidentifikasi

masyarakat yang mendapatkan Program dapur sehat di desa Momujiu tahun 2018

sampai 2019, dan kemudian di amati secara telitih keefiktivan implemetasi

program tersebut dari berbagai aspek, seperti kualitas dapur sehat maupun dari

8
aspek kuantitasnya. Sehingga hal tersebut menjadi data analisis pada penelitian

ini.

1.4.4.2 Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data primer dengan bertatap muka untuk b

ertanya langsung kepada responden untuk menanyakan fakta-fakta yang ada dan p

endapat maupun persepsi diri responden, dan bahkan saran-saran responden. Yaitu

dengan wawancara mendalam kepada Pemerintah Desa selaku penyelenggara dan

juga terlebih khusus masyarakat yang menerima bantuan dapur sehat di tahun

2018 sampai 2019.

Kuesioner (angket) dalam penelitian ini menggunakan bentuk check list. P

eneliti membuat 2 (dua) buah kuesioner untuk penelitian ini yakni, satu kuesioner

untuk memperoleh data terkait keefektivan penerapan dapur sehat dan satu kuesio

ner untuk memperoleh data terkait tantangan yang di hadapai saat program

pembuatan dapur sehat berjalan. Kedua kuesioner tersebut peneliti berikan kepada

responden yakni penerima program dapur sehat (masyarakat)

1.4.4.3 Dokumentasi

Definis Dokumentasi menurut Sugiyono adalah suatu cara yang di gunakan

untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan

angka dan gambar yang berupalaporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian (Sugiono, 2015 : 329).

Berdasarkan uraian definisi tersebut, peneliti melihat dan ngenganalisi hasil

lapora tentang realisasi dapur sehat di desa momujiu tahun 2018 sampai 2019 di

di kantor desa selaku pemerintah yang menjalankan Porgram tersebut.

9
1.4.5 Teknik Analisi Data

Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan men

yusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapanga

n dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menj

abarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleon

g (2017:280-281) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutka

n data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Berdasarkan penjelasan taknik analisi data tersebut, dalam penelitian ini

penelitih memilah data-data dari wawancara maupun kuisoner untuk menentukan

pola, dalam hal ini penelitih menggunakan tabel untuk mengkasifikasi sampel

penelitian. Kemudian penelitih menjabarkan data yang ada dalam tabel secara

deskriptif dari fenomena-fenomena yang di temukan di lokasi penelitian.

1.4.5.1 Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pengolahan data yang telah di dapatkan dari

hasil observasi penelitian. Yang mana data yang telah terkumpul dan terekam saat

melakukan penelitian di lapangan, selanjutnya di langkum dan di seleksi untuk

menemukan data-data pokok yang sesuai dengan kebutuhan.

Olehnya itu pada penelitian tahapan ini penelitih akan menyeleksi data-data

temuan yang sesuia dengan kebutuhan penelitian dan tujuan penelitian yaitu

10
terkait dengan Efectifitas Implementasi dapur sehat 2018 sampai 2019 di desa

Momujiu.

1.4.5.2 Penyajian Data

Pada tahapan ini, dilihat dari sudut pandangnya Yuni bahwa Penyeajian data

adalah rangkaian kegiatan dalam proses penyelesaian hasil penelitian dengan

mempergunakan metode analisis sesuai dengan tujuan yang di inginkan, hal ini di

lakukan untuk mempermuda pengolahan data penelitian, (Yuni, 2011 : 104).

Dari definisi tersebut penelitih akan membuat laporan dari data yang telah

di reduksi agar dapat di pahami dan di analisa sesui dengan tujuan penelitian.

1.4.5.3 Penariakan dan Pengujian Data

Penarikan kesimpulakan dan pengujian data merupakan tahapan akhir

dalam teknik analisi data pada sebuah penelitian. Penarikan kesimpulan pada

tahapan yaitu mencari makna dari data-data yang telah di kumpulkan dengan

mengaitakan persamaa, perbedaan untuk di tarik kesimpulan sebagai jawaban dari

data tersebut.

Sedangkan Pengujian data dilakukan untuk menilaian kesesuaian data yang

telah di kumpulakan dengan tujuan untuk kesesuain data yang ada di terori dasar

analisi penelitian dan data fakta yang di temukan di lokasi penelitian yang

objektiv.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan yang menggambarkan isi dari penelitian ini di bagi m

enjadi tiga bab, yaitu:

11
BAB I Pendahuluan berisi mengenai, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tuj

uan Penelitian, Manfaat Penelitian, Teknin Pengumpulan Data,

Teknik, Analisis Data, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasa

n.

BAB II Kajian Teori berisi mengenai, Pengertian Efektivitas, Pengrtian Imple

mentasi Kebijakan, Pengrtian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pena

nggulangan Kemiskinan, Rehabilitas Dapur Sehat, Kerangka Pikir Pen

ilitian, Ahkir Pikir Penilitian

BAB III Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitai, Yaitu menjelaskan

Jumlah Penduduk, Sumber Pendapat, Luas Wilaya dan

Pemerintahannya.

BAB IV Hasil dan Pembahasan. Berisi tentang temuan - temuan yang di

dapatkan di lokasi penelitian dan Analisa Pembahsan berdasarkan data

yang di teumkan di lokasi penelitian.

BAB V Kesimpulan Dan Saran, berisi tentang Kesimpualn yang di temukan

pada loksi penelitian dan Saran-Saran untuk penelitian tersebut.

Pada kesimpulan penelitian ini di simpulkan bahwa efektivitas dapur

sehat di desa momujiu tahun 2018 sampai 2019 berjalan sesuai

dengan apa yang di harapkan oleh pemerintah maupun penerima

program dapur sehat dan juga ada beberapa faktor yang menjadi

kendala dalam implemetasi dapur sehat yaitu Waktu, Biaya dan Mutu

Pembangunan . Pada tahapan saran, agar melakukan penelitian dari

12
aspek infaktrustur, administra yang lebih detail tentang Implementasi

Programs Dapur Sehat.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif berarti dapat membua

hkan hasil, mulai berlaku, ada pengaruh, akibat atau efektifnya. Efektivitas dapat j

uga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan.

Pada umumnya efektivitas merujuk pada taraf pencapaian hasil dan sering at

au senantiasa dikaitkan dengan efisiensi, meski memiliki arti yang berbeda. Efekti

vitas lebih merujuk kepada seberapa jauh tujuan yang telah dicapai dan pada peny

elesaian pekerjaan sesuai dengan batas waktu dari pekerjaan tersebut, sedangkan e

fisiensi merujuk pada cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan memba

ndingkan input dan output-nya. (Djafri,N.2017).  Efektivitas berkaitan dengan hub

ungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai, dim

ana efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan.

Menurut Ari dan Hussein menyebutkan ada 3 (tiga) pendekatan utama dala

m pengukuran efektivitas, yaitu: (Maun, C. E. (2020).

1) Pendekatan sumber (resorce approach), yakni mengukur efektivitas dari input.

Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk mempero

leh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan

organisasi,

14
2) Pendekatan proses (proses approach) adalah untuk melihat sejauh mana efekt

ivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan orises internal atau mekanis

me organisasi,

3) Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, me

ngukur keberhasilan untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana

Menurut Budiani menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas program d

apat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Ketepatan sasaran program

Sejauh mana peserta program tepat dengan sasaran yang sudah ditentuk

an sebelumnya, ketepatan sasaran lebih berorientasi kepada jangka pendek

dan lebih bersifat operasional, penentu sasaran yang tepat baik ditetapkan se

cara indvidu maupun sasaran yang ditetapkan organisasi sesungguhnya sang

at menentukan keberhasilan aktivitas organisasi. Demikian pula sebaiknnya,

jika sasaran yang ditetapkan itu kurang tepat maka akan menghambat pelaks

anaan berbagai kegiatan itu sendiri.

2. Sosialisasi program kemampuan penyelenggara program

Dalam melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pel

aksanaan program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya d

an sasaran peserta program pada khususnya, memberikan informasi merupa

kan langkah awal yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih maks

imal dan memperlancar dalam melanjutkan suatu pekerjaan, karena dengan

memberikan informasi dapat dipergunakan dan meningkatkan pengetahuan

bagi orang yang menerima informasi tersebut.

15
3. Tujuan program

Sejauh mana kesesuaian antara hasil dan tujuan program yang telah dite

tapkan sebelumnya bahwa pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pen

capaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar

pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan baik dala

m arti pentahapan pencapaian bagian bagiannya maupun pentahapan dalam

arti periodesasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor yaitu: kur

un waktu dan sasaran yang merupakan target yang kongkrit.

4. Pemantauan program

Kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program sebagai bent

uk perhatian kepada peserta program. Selanjutnya pengawasan meliputi tind

akan mengecek dan membandingkan hasil yang dicapai dengan standar-stan

dar yang telah digariskan. Apabila hasil yang dicapai menyimpang dari stan

dar yang berlaku perlu dilakukan tindakan korektif untuk memperbaikinya.

2.2 Implementasi Kebijakan

2.2.1 Pengertian Impelementasi Kebijakan

Menurut Meter dan Horn dalam Akib implementasi kebijakan merupakan ti

ndakan yang dilakukan (organisasi) pemerintah atau swata baik secara individu m

aupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan Feis, I.

(2009).

Dalam penelitian Nakamura tentang, Policy Implementation: Topic In Amer

ican Politic. Implementasi adalah apa yang seharusnya terjadi setelah kebijakan di

bentuk. Hal ini sering menjadi bagian yang menarik dari proses pembuatan kebija

16
kan karena merupakan titik dimana ide-ide seharusnya diterjemahkan ke dalam tin

dakan yang meningkatkan hasil yang akan dicapai T.B. Smith mengakui bahwa k

etika kebijakan telah dibuat, selanjutnya kebijakan atau program tersebut harus dii

mplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin harus sesuai dengan apa yang diha

rapkan oleh pembuatan kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperl

ukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. Brian W. Hogwood dan Lewis

A, Gunn dalam Aldi,S. (2021). mengemukakan tahap implementasi kebijakan seb

agai berikut:

a) Tahap I : Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

1) Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan seca

ra jelas.

2) Menentukan standar pelaksana.

3) Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu

pelaksanaan.

b) Tahap II : Merupakan Pelaksanaan program dengan mendayagunakan strukt

ur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode

c) Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan

1) Menentukan jadwal

2) Melakukan pemantuan

3) Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pr

ogram. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggara

n dapat diamil tindakan yang sesuai dengan segera.

17
Secara praksis implementasi kebijakan diperlukan untuk melihat kesesuaian

dan relevansi model deskriptif yang dibuat. Implementasi kebijakan sangat diperl

ukan, karena pada tahap itulah dapat dilihat “kesesuaian” berbagai faktor determi

nan keberhasilan implementasi kebijakan atau program

Agar suatu proses implementasi kebijakan dapat mewujudkan tujuan yang d

iinginkan, maka menurut Darwin dalam Monalisa (2017:18), ada beberapa hal ya

ng harus diperhatikan dalam persiapan proses implementasi kebijakan. Dalam hal

ini, setidaknya ada empat hal penting dalam proses implementasi kebijakan, yakni

pendayagunaan sumber, perlibatan orang atau sekelompok orang dalam implemen

tasi, interpretasi, manajemen program, dan penyediaan layanan dan manfaat pada

public.

Sedangkan menurut Jones dalam Riantor (2010: 29), aktivitas implementasi

kebijakan public melibatkan tiga hal, yakni: Pertama, aktivitas pengorganisasian

merupakan suatu upaya menetapkan dan menata kembali unit-unit, dan model-mo

del yang mengarah pada upaya mewujudkan kebijakan menjadi hasil (outcome) se

suai dengan sasaran kebijakan. Kedua, aktivitas interpretasi merupakan aktivitas y

ang menjelaskan subtansi dari suatu kebijakan dalam bahasa yang lebih operasion

al dan mudah dipahami, sehingga subtansi kebijakan dapat dilaksanakan dan diter

ima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan.Ketiga, aktivitas aplikasi (applicatio

n) merupakan akitivitas penyediaan sarana secara rutin, pembayaran atau lainnya

sesuai dengan tujuan dan sarana kebijakan yang ada.

18
Menurut Cheeema dan Dennis A. Rondinelli dalam Monalisa (2017:19), me

ngemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengruhi implementasi ke

bijakan pemerintah yang bersifat desentralistis, yaitu sebagai berikut:

a) Kondisi lingkungan. Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebija

kan, lingkungan tersebut mencakup sosial cultural serta keterlibatan peneri

ma program.

b) Hubungan antara organisasi. Implementasi sebuah program perlu dukungan

dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu koordinasi dan kerjasama ant

ar instansi sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu program.

c) Sumber daya organisasi untuk implementasi program. Implementasi perlu di

dukung sumberdaya, baik sumber daya manusia (human resources) maupun

sumber sumber daya non manusia (non human resources).

d) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana. Maksudnya mencakup strukt

ur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birok

rasi dimana semua itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

Implementasi kebijakan yang efektif dapat dipahami dan dianalisis dengan

menggunakan berbagai model implementasi kebijakan. Diantaranya Quade dalam

Akib (2010: 4), memberikangambaran bahwa terdapat empat variabel yang perlu

diperhatikan dalam analisis implementasi kebijakan public, yaitu:

a) kebijakan yang diimpikan, yaitu pola interaksi yang diimpikan agar orang y

ang menetapkan kebijakan berusaha untuk mewujudkannya.

19
b) Kelompok target, yaitu subyek yang diharapkan dapat mengadopsi pola inte

raksi baru melalui kebijakan dan subyek yang harus berubah untuk memenu

hi kebutuhannya.

c) Organisasi yang melaksanakan, yaitu biasanya berupa unit atau satuan kerja

birokrasi pemerintah yang bertanggungjawab mengimplementasikan kebijak

an.

d) Faktor lingkungan, yaitu elemen system dalam lingkungan yang mempengar

uhi implementasi kebijakan.

Van Meter dan Van Horn dalam Riyanto (2010: 32), mengajukan model me

ngenai implementasi kebijakan. Dalam model ini Van meter dan Van horn dalam t

eorinya mendasarkan pada argumen bahwa perbedaan perbedaan dalam proses im

plementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksnakan. Kemudi

an ditegaskan pula bahwa perubahan, control dan kepatuhan bertindak merupakan

konsep-konsep yang sangat penting dalam prosedur implementasi.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebi

jakan adalah sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukunga

n bagi keberhasilan implementasi kebijakan. Lingkungan sosial, ekonomi dan poli

tik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja imp

lementasi kebijakan.Karena itu upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kond

isi lingkungan eksternal yang kondusif

2.3 Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Kemiskinan

20
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan deng

an kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk meningkatkan kapasitas

dan kapabilitas masyarakat sebagai sumber daya pembangunan agar mampu meng

enali permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan dan menolong diri men

uju keadaan yang lebih baik, mampu menggali dan memanfaatkan sumberdaya ya

ng tersedia untuk kepentingan diri dan kelompoknya, serta mampu mengeksistensi

kan diri secara jelas dengan mendapat manfaat darinya. Pemberdayaan adalah seb

uah ”proses menjadi”, bukan ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mem

punyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan (Lizard, R.

S 2017)

1. Penyadaran

Dalam tahap penyadaran, target sasaran yaitu masyarakat miskin diberi

kan pemahaman bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadi berada. Di s

amping itu juga diberikan penyadaran bahwa mereka mempunyai kemampu

an untuk keluar dari kemiskinannya. Pada tahap ini, masyarakat miskin dibu

at mengerti bahwa proses pemberdayaan itu harus berasal dari diri mereka s

endiri melalui iformasi aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara al

amiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirn

ya upaya pendampingan.

2. Pengkapasitasan

Tahap pengkapasitasan bertujuan untuk memampukan masyarakat misk

in sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola peluang yang a

kan diberikan. Pada tahap ini sekaligus dikenalkan dan dibukakan akses kep

21
ada sumberdaya kunci yang berada di luar komunitasnya sebagai jembatan

mewujudkan harapan dan eksistessi dirinya. Selain memampukan masyarak

at miskin baik secara individu maupun kelompok, proses memampukan juga

menyangkut organisasi dan sistem nilai. Pengkapasitasan organisasi melalui

restrukturisasi organiasasi pelaksana sedangkan pengkapasitasan sistem nila

i terkait dengan ”aturan main” yang akan digunakan dalam mengelola pelua

ng.

3. Pendayaan,

Pada tahap pendayaan, masyarakat miskin diberikan peluang yang dises

uaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkel

anjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar secara b

ertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasiny

a serta dituntun untuk melakukan self evaluation terhadap pilihan dan hasil

pelaksanaan atas pilihan.

Konsep pemberdayaan masyarakat dapat dikembangkan sebagai mekanisme

perencanaan dan pembangunan yang bersifat bottom up yang melibatkan peran se

rta masyarakat dalam berbagai kegiatan perencanaan dan pembangunan. Dengan

demikian, program penanggulangan kemiskinan disusun sesuai dengan yang dibut

uhkan oleh masyarakat yang berarti dalam penyusunan program penanggulangan

kemiskinan dilakukan penentuan prioritas berdasarkan besar kecilnya tingkat kepe

ntingan sehingga implementasi program akan terlaksana secara efektif dan efisien.

Melalui pemberdayaan, masyarakat akan mampu menilai lingkungan sosial

ekonominya serta mampu mengidentifikasi bidang-bidang yang perlu dilakukan p

22
erbaikan. Tahapan selanjutnya dari pemberdayaan adalah mewujudkan masyaraka

t yang mandiri berkelanjutan. Mandiri adalah langkah lanjut yang rasional dari ma

syarakat yang telah sejahtera. Dalam kata mandiri telah terkandung pengertian ada

usaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan usaha sendiri tanpa tergantu

ng pada orang lain. Dalam pemandirian masyarakat miskin hendaknya tidak meng

abaikan potensi dan kapasitas yang tersisa dalam diri maupun kelompoknya serta

menghindarkan diri dari budaya cepat puas dan merasa cukup. Dalam pemandiria

n masyarakat miskin diajak untuk mengembangkan jejaring komunikasi sehingga

mereka bisa menambah wawasan dan selalu diingatkan untuk memiliki pikiran ya

ng maju berwawasan jauh ke depan untuk menjangkau kondisi yang lebih baik.

Sehingga pemerintah membuatkan sebuah program penaggulangan masyarakat

miskin melalui bidang konstruksi, yaitu pembangunan dapur sehat.

2.4 Konstruksi

Konstruksi proyek adalah kegiatan membangun sarana maupun prasarana.

Dalam bidang asritektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga di kenal sebagai

tata letak sebuah bangunan seperti jembatan, rumah dll. Pelaksanaan proyek

konstruksi dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan

pembangun. tidak direncanakan dan dikoordinasikan secara tepat, penyelesaian

proyek konstruksi yang sudah ada berada diambang pintu dapat terhambat. Untuk

mendapatkan hasil efektif diperlukan jalur komunikasi dan tanggung jawab

vertikal maupun horisontal dalam pengelolaannya (Soeharto, 1990 : 121).

2.4.1 Tahapn Persiapan

23
Tahapan persiapan adalah sebuah perencanaan yang dari berbagai aspek

untuk menjalakan sesuatu, dalam hal ini yaitu konstruksi. Untuk menentukan

sebuah konstruksi yang baik ada beberapa faktor pendukung yang akan di

gunakan dalam menjalakan sebuah proyek.

1. Study kelayakan (Feasibility Study)

Tujuan dari tahapan ini untuk meyakinkan kelayakan pemilik proyek

bahwa konstruksi yang di usulkan layak untuk di laksanakan, baik dari

aspek perencanaan, percepatan, ekonomi (biaya dan sumber pendanaan).

2. Tahapan Penjelasan (Breafing)

Tujun dari tahapan penjelasan adalah untuk memungkinkan pemilik

proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang di ijinkan, sehingga

konsultan perencanaan dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik

proyek dan membuat membuat taksiran biaya yang di perlukan.

3. Tahapan Desain / Perancangan

Pada tahapan ini meliputi 2 hal, yaitu Pra desin dan pengembangan desain.

Tahapan ini untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata

letak, rancangan, metode konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan

persetujuan dari pemilik proyek.

4. Tahapan Pengadaan (Procuremen)

Tahapan ini, untuk menunjuk kontraktor untuk menjadi pelaksana poryek

yang akan di jalankan

2.4.2 Tahapan Pelaksanaan (Construktion)

24
Pada tahapan pelaksanaan ini adalah untuk mewujudkan bagunan yang di

butuhkan oleh pemilik proyek yang sudah di rencanakan oleh konsultan.

2.5 Tantangan Pembangunan

Kegiatan konstruksi (Pembangunan) adalah kegiatan yang harus melalui

suatu proses yang panjang dan didalamnya banyak masalah yang harus

diselesaiakan. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi

maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa

proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2002).

Walaupun secara teoritis pengendalian adalah sangat penting, namun tidak

jarang pada waktu pelaksanaannya pengendalian tersebut tidak berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Pada proyek dengan ukuran dan kompleksitas yang amat

besar, yang melibatkan banyak organisasi ditambah lagi banyaknya kegiatan yang

saling terkait, maka timbul masalah kesulitan koordinasi dan komunikasi

(Ervianto, 2004).

Dari uraian di atas dilihat bahwa faktor penghambat pelaksanaan

pembangunan proyek konstruksi harus diperhitungkan dan dipertimbangkan

secara matang jika proyek akan dilaksanakan (Joyosukarto, 2006).

Sehingga dapat disimpulkan faktor-faktor penghambat proyek:

a. Ketidak jelasan pendefinisian proyek

Pada proyek dengan ukuran dan kompleksitas besar, yang

melibatkan banyak organisasi dan banyak kegiatan yang saling terkait,

25
maka timbul maslah kesulitan koordinasi dan komunikasi. Kesulitan

dapat pula timbul perencana.

b. Koordinasi dan komunikasi

Koordinsasi dan komunikasi yang tidak kantinyu dan tidak

melibatkan organisasi yang terlibat akan mengakibatkan kesalahan

informasi sehingga informasi yang disampaikan tidak tepat.

c. Faktor tenaga kerja

Sumber daya manusia non teknis dalam hal ini pengawas atau

instruktur kurang ahli dibidangnya atau kurang berpengalaman dapat

menyebabkan proyek menjadi tidak efektif dan kurang akurat. Demikian

pula kualitas sumber daya manusia lainnya yang terlibat dalam proyek

konstruksi.

d. Biaya

Biaya dikeluarkan oleh suatu perusahaan industri jasa konstruksi

harus efisien dan ekonomis, sehingga perusahaan tersebut dapat

mengerjakan proyek dengan biaya yang tersedia dan mendapatkan untung

dari operasinya.

e. Mutu

Standar mutu pelaksanaan pekerjaan konstruksi menjadi sangat

penting pengaruhnya bagi perusahaan karena hal ini akan mempengaruhi

citra dab reputasi perusahaan, disamping juga berpengaruh pada biaya

26
proyek. Mutu pelaksanaan konstruksi tersebut harus memenuhi kriteria

yang disyaratkan oleh pemilik dan perencana.

f. Waktu

Suatu proyek disyaratkan dalam jangka waktu tertentu untu dapat

diselesaikan, dalam hal ini perusahaan industri jasa konstruksi setelah

menyatakan kesanggupannya harus dapat memenuhinya dengan

menyelesaikan proyek tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

h. Faktor keamanan

Faktor keamanan di lingkungan lokasi proyek konstruksi harus

diperketat untuk menghindari penjarahan yang dilakukan oleh penduduk

disekitar lokasi yakni dengan meningkatkan jumlah anggota satuan

pengaman.

2.4 Rehabilitasi Dapur Sehat

Rehabilitasi dapur sehat merupakan salah satu program pengentasan kemisk

inan yang dilaksanakan pemerintah daerah yang bergerak di bidang konstruksi.

Olehnya itu perlu di pahami mekanisme kostruksi yang baik dan benar agar sesuai

dengan tunjuan dasar pemerintah.

Dengan cara merehabilitasi atau merenovasi dapur, yang sebelumnya masi

memiliki kondisi dapur yang tidak memenuhi aspek kesehatan den keselamatan b

agi penghuninya.(https:// haliyora.id/2021/11/08)

Rehabilitasi menurut Renwick dan Friefeld merupakan suatu kegiatan multi

disipliner yang memulihkan kembali aspek-aspek fisik, emosi, kognisi, dan sosial

sepanjang kehidupan individu, sehingga bisa melakukan komunikasi, aktivitas har

27
ian, mobilitas, pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan yang bermakna. Sementa

ra itu Murtagh juga menjelaskan bahwa rehabilitasi adalah suatu tindakan atau pro

ses pengembalian sebuah objek pada kondisi yang dapat dipergunakan kembali m

elalui perbaikan atau perubahan yang memungkinkan penggunaan sementara yang

efisien.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi merup

akan suatu proses untuk memperbaiki atau mengubah sebuah objek dari kondisi y

ang tidak bagus ke kondisi yang lebih bagus.

Rumah menurut Aminuddin digambarkan sebagai sesuatu yang bersifat fisik

atau bangunan untuk tempat tinggal atau bangunan pada umumnya (seperti gedun

g dan sebagainya), jika ditinjau secara lebih mendalam bahwa rumah tidak hanya

sekedar bangunan saja melainkan termasuk ke dalam konteks sosial dari kehidupa

n keluarga dimana manusia saling mencintai dan berbagi dengan orang-orang terd

ekatnya. Sementara menurut Suharmadi mendefinisikan rumah sebagai tempat hu

nian atau berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) ser

ta merupakan tempat untuk beristirahat setelah melakukan aktifitas untuk memenu

hi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan menurut Hindarto rumah harus dapat mewad

ahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebu

tuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik, lingkun

gan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor-faktor yang dapat merugikan Kese

hatan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rumah atau dapur

bukan hanya sekedar bangunan untuk menetap dan beristirahat dari berbagai aktiv

28
itas tetapi juga sebagai tempat untuk berkumpul bersama keluarga dan penghuni l

ainnya, maka dari itu rumah atau dapur juga harus terjaga lingkungannya yang ber

sih, sehat dan aman karena akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup pen

ghuninya.

2.5 Kerangka pikir penilitian

Program Dapur Sehat merupakan salah satu program yang dibuat pemerinta

h daerah dengan cara merehabilitasi atau merenovasi dapur, yang sebelumnya mas

i memiliki kondisi dapur yang tidak memenuhi aspek kesehatan den keselamatan

bagi penghuninya. (https://promkes.kemkes.go.id) Seperti yang tercantum dalam

Undang – Undang Nimor 11 tahun 2009 tentang Kesejateraan Sosial, dan Peratura

n Bupati Pulau Morotai Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Pemberia

n bantuan perumahan warga miskin dan pembangunan dapur sehat warga miskin

melalui APBDeS Tahun 2020;

ini bisa dikatakan sangat membantu masyarakat yang mempunyai dapur yan

g tidak layak, dan tidak memenuhi aspek kesehatan den keselamatan, yang berkrit

eria agar dapat merasakan keamanan, kenyamanan, serta kesehatan dalam kesehar

iannya di tempat tinggalnya.

Beberapa pengukuran efektivitas di atas, untuk mengukur efektivitas yang d

atanya berasal dari Pemerintah perlu menggunakan indikator indikator menurut te

ori Edward III karena Pemerintah dianggap lebih mengetahui perihal indikator ind

ikator tersebut seperti; jalannya komunikasi antar pelaksana program, sumber sum

ber yang digunakan untuk melaksanakan program sehingga hasil yang diinginkan

dapat dicapai, disposisi, dan struktur birokrasi dari program yang dilaksanakan ter

29
sebut. Sedangkan untuk pengukuran yang datanya berasal dari masyarakat peneri

ma bantuan digunakan ukuran efektivitas menurut Budiani menyebutkan beberapa

indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelaksanaan program terseb

ut terdapat indikator – indokator yang perlu

diperhatikan seperti:

1. Ketetapan sasaran program yaitu sejauh mana peserta program tepat dengan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Sosialisasi program yaitu kemampuan penyelenggara program dalam melak

ukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan program

dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan sasaran peserta

program pada khususnya

3. Pencapaian tujuan program yaitu sejauhmana kesesuaian antara hasil pelaks

anaan program dengan tujuan yang telah diharapkan sebelumnya

4. Pemantauan program yaitu kegiatan yang dilakukan setelah

Dari aspek tantangan, ada juga faktor -faktor yang menjadi tantangan dalam

Implementasi Program Dapuur Sehat, Seperti :

1. Ketidak jelasan pendefinisian proyek

2. Koordinasi dan komunikasi

3. Faktor tenaga kerja

4. Biaya

5. Mutu

6. Waktu

7. Faktor keamanan

30
2.6 Akhir Pikir Penilitian

Berdasarkan defenisi dan konsep yang ada di atas dapat di simpulkan bahwa

efektivitas implementasi program merujuk pada tingkat pencapaian hasil yang ber

kaitan langsung dengan suatu program proses efektivitas berdasarkan planning ser

ta prosedural yang ada sesuai dengan pendapat para ahli sebelumnya. Namun

daripada itu selain dari efektivitas penerapan program dapur sehat, juga terdapat

tantangan yang di hadapi saat penerapan dapur sehat tersebut. Apabila konsep ters

ebut di kaitkan dengan fungsi pemerintahan dalam hal ini kaitannya dengan salah

satu program yakni Rehabilitas Program Dapur Sehat di Desa Momojiu Kabupate

n Pulau Morotai.

1. Ketetapan sasaran program yaitu sejauh mana peserta program tepat dengan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam hal ini program yang tepat

dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam hal ini program Da

pur Sehat di Desa Momojiu Kabupaten Pulau Morotai

2. Sosialisasi program yaitu kemampuan penyelenggara program dapur sehat d

alam melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksan

aan program ini dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan

sasaran peserta program pada khususnya yang ada di kabupaten pulau morot

ai

3. Pencapaian tujuan program yaitu sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaks

anaan program dapur sehat dengan tujuan yang telah diharapkan sebelumny

a oleh Pemerintah desa momojiu kabupaten pulau morotai.

31
4. Pemantauan program yaitu kegiatan yang dilakkan setelah dilaksanakannya

progam dapur sehat sasaran program ini khusunya yang ada di desa momoji

u kabupaten pulau morotai.

Sedangkan dari aspek tantangan dalam realisasi dapur sehat juga terdapat

beberapa faktornya :

1. Ketidak jelasan pendefinisian proyek

2. Koordinasi dan komunikasi

3. Faktor tenaga kerja

4. Faktor Biaya

5. Faktor Mutu

6. Faktor Waktu

7. Faktor keamanan

32
BAB III

GAMBARAN UMUN LOKASI PENELITIAN

3.1 Kondisi, Letak dan Luas Wilaya Desa

Desa Momujiu adalah salah satu desa yang berada di Kec. Morotai selatan dengan

luas wilayanya 15^2, dengan batasan-batasan wilaya sebagai berikut :

- Sebela Utara : Hutan

- Sebela Selatan : Laut

- Sebela Barat : Desa mandiri

- Sebelah timur : Desa Sabatai Baru

denagn julah penduduk laki-lakinya yaitu 691 jiwa, perempuan 351 jiwa, usia 0-

15 yaitu 340, usia 15-65 yaitu 240, usia 65 keatas yaitu 431. Mayoritas

pekerjaannya Petani.

3.2 Sejarah Desa

Segala Sesuatu yang ada di dunia ini karena ada yang

membuat/menciptakan,begitu juga dengan nama sebuah desa . Nama sebuah desa

ada karena ada yang membuat nama desa tersebut, bila desa-desa lain tidak lepas

dengan sejarah pembentukan, penamaan ,perubahan dan peningkatan jumlah

penduduk, begitu juga dengan Desa Momojiu juga tidak luput dari asal usul

tersebut.

Menurut penuturan para orang tua terdahulu / serta tokoh-tokoh

masyarakat yang dapat dipercaya, belum diketahui secara pasti kapan pertama kali

33
leluhur Mendirikan Desa Momojiu ini, Namun dari Desa Momojiu ini Telah ada

Sebelum Negara Repoblik Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada

Tahun 1945. Namun terdapat peristiwa bersejarah yang mewarnai sepak terjang

peningkatan jumlah penduduk serta penamaan dan pembentukan Desa Momojiu.

Sebagaimana cerita Sesepuh Desa mengatakan, Sebelum terbentuknya

desa, awalnya penduduk yang berdomisili di Desa Daeo dan Mira hanya berkebun

Diwilayah desa Momojiu namun karena perjalanan menuju kebun yang terlalu

jauh akhir banyak yang memutuskan untuk menetap.Pada waktu itu jumlah

penduduknya belum terlalu banyak. Tidak tahu pasti siapa yang memberikan

Penamaan Desa Momojiu ini tapi penamaan ini bermula dari kedatangan

penduduk untuk bermukim didesa ini dan menemukan sebuah Pohon/kayu besar

yang di kenal dalam bahasa lokal yaitu “POHON MIJIU” ditengah

perkampungan.

3.3 demografi Desa


3.1 Jumlah penduduk berdasarkan usia.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
No Usia Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah
.
1. 0-2 20 17 37
2. 3-5 21 22 43
3. 6-10 34 34 68
4. 11-16 52 47 99
5. 17-20 38 32 70
6. 21-25 33 38 71
7. 26-30 22 21 43
8. 31-35 27 23 50
9. 36-40 34 29 63
10. 41-45 13 14 27
11. 46-50 16 24 40
12. 51-55 15 16 31

34
13. 56-64 16 9 25
14 65-Ke atas 8 14 22
TOTAL 349 340 689

3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk

Tabel 3.2 Tingkat pendidikan Penduduk


No Lulusan Sekolah Jumlah Jiwa
.
1. PAUD/TK 84
2. SD 215
3. SMP 231
4. SMA 228
5. D3 10
6. S1 51
7. S2 1

3.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian.

Tabel 3.3 Klasifikasi Profesi Penduduk


N Pekerjaan Jumlah Ket.
o.
1. Petani 96
2. Pedagang 10
3. PNS 24
4. ABRI/POLISI 1
5. Swasta 19
6. Nelayan 24
7. Buruh Kasar 20
8. Sopir Bentor 2
9. Tukang Bangunan 2
10. Tukang Kayu 2
11. Honorer 52
12 Belum Bekerja 27

35
3.4 Kondisi Sosial Ekonomi Desa
Desa Momojiu adalah sebuah desa yang berada diwilayah Kecamatan Morotai
Selatan Kabupaten Pulau Morotai. Dimana keadaan Masyarakat Desa Momojiu sangat
agamais oleh karena Budaya kearifan lokal masih melekat kuat dalam kehidupan
masyarakat.Perkembangan penduduk di Desa Momojiu masih bisa dikategorikan sedang,
hal ini karena didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan
menata kehidupan secara sosial.
Jika dilihat secara cermat, ada beberapa sektor yang mampu mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi di Desa Momojiu, yang paling signifikan adalah
disektor Pertanian/perkebunan dan Nelayan. Ini dilihat dari Luasnya lahan
Pertanian/perkebunan dan masifnya Pengelolaan Sumber daya alam disektor tersebut.
Hasil Pertanian/Perkebunan yang dominan adalah Kelapa (Kopra),Pala,cengkih,Padi
Ladang dan Holtikultura lainnya.

3.5 Pemerintah Desa Momujiu


3.5.1 Struktur Organisasa Pemerintah Desa Momujiu
Struktur Organisasi Pemerintah
Desa Momojiu Kec.Morotai Selatan
Kab.Pulau Morotai

KEPALA DESA
DARMINTO
KURUNG, S.Pi

SEKRETARIS

RASYID
BUEKE

KAUR TATA KAUR


USAHA PERENCANAAN &
KASIE KASI & KEUANGAN
PEMERINTAHAN PELAYANAN UMUM
MUSLIM HOLLE, Hi. ISMIT TJAN
& S.Ip
M. SEHAN KESEJAHTAAN
MANURU ISMAIL WILANI
BENDAHARA

AMRIN
HAMJA,S.Ip

KETUA RW 01 KETUA RW 02
ENDANG HAJI KUSNADI
HASAN UMATERNATE

KETUA RT 01 KETUA RT 0236 KETUA RT 01


FIKRAM MUHAMMAT ALI HAIRAT
MANURU TUSANG SOLEMAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Efektivitas Implementasi Dapur Sehat di Desa Momujiu Kabupaten


Pulau Morotai Tahun 2018 sampai 2019
Penerapan dapur sehat di desa Momujiu dari hasil penelitian ini telah

efektiv implementasinya,karena sudah melalui tahapan-tahapan indikator

keefektivanya. Seperi Ketepatan Sararan, Sosialisasi Program, tujuan program,

dan pemantauan program,

Adapun dengan keevektifan realisati program tersebut terdapat fakto-

faktor yang menjadi tantangan dalam implenetasi dapur sehat tersebut seperti,

Ketidak jelasan pendefinisian proyek, Koordinasi dan komunikasi, Faktor tenaga

kerja, Faktor Biaya, Faktor Mutu, Faktor Waktu, dan Faktor keamanan.

Pada penyaluran dapur sehat di Momujiu tahun 2018 dan 2019 di lihat dari

aspek ketidak layakan dapur yang di gunakan, seperti dapur yang belum beton,

tidak ada toilet di dalam rumah, tidak higenisnya tempat masak. Hal-hal ini yang

menjadi sasaran Program Dapur Sehat. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

4.1.1 Data Penerima Dapur Sehat di Desa momujiu Tahun 2018 dan

2019.

Tabel 4.1 Data Penerima Dapur Sehat 2018.


Anggaran Volume Ket
Nama Anggaran Anggaran Lebar Panjanga Selesai
No
Program Pribadi
1 Subur Hadad Rp. Rp. 4m 5m Selesai
19.000.000 4.000.000
2 Haman Haji Rp. Rp. 6m 3m Selesai
19.000.000 3.000.000
3 Nasirun Turkie Rp. Rp. 4m 6m Selesai

37
19.000.000 5.000.000
4 Usman Wilani Rp. Rp. 4m 6m Selesai
19.000.000 4.000.000
5 Safrudin Rp. Rp. 5m 9m Selesai
Topora 19.000.000 6.000.000
6 Ahmad Doto Rp. Rp. 4m 5m Selesai
19.000.000 3.000.000
7 Rasid Bueke Rp. Rp 5m 7m Selesai
19.000.000 4.000.000
8 Muhmina Rp. Rp. 4m 5m Selesai
Sahupala 19.000.000 4.000.000
9 Anwar Pawane Rp. Rp. 4m 5m Selesai
19.000.000 4.000.000

10 Umar Baharun Rp. Rp. 4m 5m Selesai


19.000.000 4.000.000

Pada tabel 4.1, dapat di lihat bahwa penerima Bantuan Program dapur
sehat di tahun 2018 adalah 10 Orang. Kriteria dari 10 orang di atas telah terseleksi
secara administrasi dan kelayakan dari pemerintah daerah. Setia orang yang
mendapatkan program dapur sehat di berikan anggaran dengan jumlah yang sama
yaitu Rp. 19.000.000. Untuk ketentuan volume ruangan dapur sehat dari
pemerintah yaitu 4 x 5 persegi. Akan tetapi, penerima dapur sehat menawarkan
untuk desain bagunannya agar di serahkan kepada penerima program. Sehingga
dari hal tersebut membutuhkan anggaran tambahan dari penerima program
senigga melengkapi desain bagunan yang di inginkan oleh penerima program.
Dari hal tersebut, dapat di lihat pada tabel 4.1, Bapak Subur Hadad,
dengan anggaran program yang di berikan Rp. 19.000.000, dan menambahkan
uang pribadi sejumlah Rp. 4.000.000 dengan volume bangunan 4 X 5 M persegi
terselesaikan sesuai dengan harapan bapak Sibur Hadad. Begitu juga dengan
Hamani Haji, dengan dana Rp.19.000.000 dan tambahan uang pribadi Rp.
3.000.000 untuk selesaikan bagunan dengan luas 4 X 5 M persegi, dapat
terselesaikan dengan keinginan bapak tersebut.
Tabel 4.2 Data Penerima Dapur Sehat 2019.
Anggaran Volume Ket
Nama Anggaran Anggaran Lebar Panjanga Selesai
No
Program Pribadi
1 Hamima Yallo Rp. Rp. 4m 5m Selesai
19.000.000 4.000.000
2 Mundalia Rp. Rp. 6m 3m Selesai

38
Kapten 19.000.000 3.000.000
3 Hairia Ube Rp. Rp. 4m 6m Selesai
19.000.000 5.000.000
4 Mahruf Pita Rp. Rp. 4m 6m Selesai
19.000.000 4.000.000
5 Mahmud Deto Rp. Rp. 5m 9m Selesai
19.000.000 6.000.000
6 Faujan Thalib Rp. Rp. 4m 5m Selesai
19.000.000 3.000.000
7 Kamarun Rp. Rp 5m 7m Selesai
Bubale 19.000.000 4.000.000
8 Bahrudin Rp. Rp. 4m 5m Selesai
Manuru 19.000.000 4.000.00
0
9 Abdul Amin Rp. Rp. 4m 5m Selesai
Deto 19.000.000 4.000.00
0
10 Kusain Toton Rp. Rp. 4m 5m Selesai
19.000.000 4.000.00
0

Pada tabel 4.2 terdapat 10 orang penerima program dapur sehat di tahun 2019. di
tahun ini juga sistem implementasi dapur sehat masih sama seperti di tahun 2018.
Yaitu dana dari Pemerintah Rp.19.000.000. dengan Volume Ruang 4 x 5 m
persegi. Namun, lagi-lagi penerima program menawarkan agar desain konstruksi
baungannya di pilih oleh penerima Program. Sehingga berdampak pada ketidak
cukupan dana untuk memenuhi semua hasrat desain para penerima program. Dan
hal tersebut betdampak pada biaya tambahan yang harus di keluarkan dari
penerima dapur sehat. Seperti pada Ibu Hamima Yallo, dengan uang Rp.
19.000.000 dari pemerintah, dan tambahan Rp. 4.000.000 untuk memenuhi
kebutuhan desain yang di inginkannya. Hal tersebut berlaku untuk semua nama-
nama yang terdapat pada tabel di attas (Tabel, 4.2)
4.1.2 Efektifitas Implenetasi Dapur Sehat di Desa Momujiu Tahun
2018.
Pada bagian ini, seperti yang sudah di sampaikan pada Bab II, terkait dengan

tolak ukur Efektivitas Program yaitu, di lihat dari Ketepatan Sasaran Program,

39
Sosialisai Program, Tujuan Program, dan Pemantauan Program pada sampel

penelitian ini. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pada bagin ini, penelitih melampirkan tabel untuk mendiskripsikan kondisi yang

terjadi di lokasi penelitian dengan menggunakan kata “Ya dan Tidak” pada Tabel.

Atau dapat di lihat pada Keterangan tabel di bawah ini.

Keterangan Tabel :
No : Tanda Penerima
Nama : Orang-Orang yang menerima program
Ya : Program Yang di Salurkan tepat pada Orangnya / sasaran.
Tidak : Program yang di Salurkan Tidak Tepat pada Orangnya / sasaran.
4.1.1.1 (Ketepatan Sasaran Program) Dapur Sehat kepada
Masyarakat Desa Momujiu 2018.

No Nama Ya Tidak
1 Subur Hadad 
2 Haman Haji 
3 Nasirun Turkie 
4 Usman Wilani 
5 Safrudin Topora 
6 Ahmad Doto 
7 Rasid Bueke 
8 Muhmina Sahupala 
9 Anwar Pawane 
10 Umar Baharun 

Pada tabel di atas dpat dilihat bahwa, 10 orang penerima program mengatakan
IYA . hal tersebut bermaksud bahwa Efektivitas Implementasi Dapur Sehat telah
tepat pada sasaran programnya. Karena dengan indikator-indikar secara
admintsrasi dan survei ketidaklayakan dapur tersebut berdasarkan penilaian
Ppemerintah.

40
Tabel 4.1.1.2 (Sosialisa Program) Dapur Sehat kepada
Masyarakat Desa Momujiu 2018

No Nama Ya Tidak
1 Subur Hadad 
2 Haman Haji 
3 Nasirun Turkie 
4 Usman Wilani 
5 Safrudin Topora 
6 Ahmad Doto 
7 Rasid Bueke 
8 Muhmina Sahupala 
9 Anwar Pawane 
10 Umar Baharun 

Pada tabel 4.2 Indikator sosialisasi program, juga telah tersolialisasi secara
untuk terkait dengan tujuan dan manfaat program dapur sehat untuk mereka,
sehingga dari hasil tabel di atas para penerima program secara keseluruhan
mengatakan “Iya” Indikator sosialisasi program.
Tabel 4.1.1.3 (Tujuan Program) Dapur Sehat kepada
Masyarakat Desa Momujiu 2018

No Nama Ya Tidak
1 Subur Hadad 
2 Haman Haji 
3 Nasirun Turkie 
4 Usman Wilani 
5 Safrudin Topora 
6 Ahmad Doto 
7 Rasid Bueke 
8 Muhmina Sahupala 
9 Anwar Pawane 
10 Umar Baharun 41 
Tabel 3.1.1.4 Tabel 4.1.1.4 (Pemantauan Program) Dapur
Sehat kepada Masyarakat Desa Momujiu 2018

No Nama Ya Tidak
1 Subur Hadad 
2 Haman Haji 
3 Nasirun Turkie 
4 Usman Wilani 
5 Safrudin Topora 
6 Ahmad Doto 
7 Rasid Bueke 
8 Muhmina Sahupala 
9 Anwar Pawane 
10 Umar Baharun 

Tabel 4.1.1.4 Keseluruhan Data Efektivitas Penerima Dapur Sehat desa Momujiu
di tahun 2018

Ketepatan Sosialisasi Tujuan Pemantauan


program program
sasaran pr program
Nama
ogram
No

1 Subur Hadad    
2 Haman Haji    
3 Nasirun Turkie    
4 Usman Wilani    
5 Safrudin Topora    
6 Ahmad Doto    
7 Rasid Bueke    
8 Muhmina    
Sahupala
9 Anwar Pawane  42   
10 Umar Baharun    
4.1.3 Efektifitas Implenetasi Dapur Sehat di Desa Momujiu Tahun 2019.
Tabel 4.1.3.1 (Ketepatan Sasaran Program) Dapur Sehat kepada
Masyarakat Desa Momujiu 2019.

No Nama Ya Tidak
1 Hamima Yallo 
2 Mundalia Kapten 
3 Hairia Ube 
4 Mahruf Pita 
5 Mahmud Deto 
6 Faujan Thalib 
7 Kamarun Bubale 
8 Bahrudin Manuru 
9 Abdul Amin Deto 
10 Kusain Toton 

Tabel 4.1.3.2 (Sosialisa Program) Dapur Sehat kepada Masyarakat Desa


Momujiu 2019

No Nama Ya Tidak
1 Hamima Yallo 
2 Mundalia Kapten 
3 Hairia Ube 
4 Mahruf Pita 
5 Mahmud Deto 
6 Faujan Thalib 
7 Kamarun Bubale 
8 Bahrudin Manuru 
9 Abdul Amin Deto 
10 Kusain Toton 

43
Tabel 4.1.3.3 (Tujuan Program) Dapur Sehat kepada Masyarakat
Desa Momujiu 2019

No Nama Ya Tidak
1 Hamima Yallo 
2 Mundalia 
Kapten
3 Hairia Ube 
4 Mahruf Pita 
5 Mahmud Deto 
6 Faujan Thalib 
7 Kamarun 
Bubale
8 Bahrudin 
Manuru
9 Abdul Amin 
Deto
10 Kusain Toton 

Tabel 4.1.3.4 (Pemantauan Program) Dapur Sehat kepada


Masyarakat Desa Momujiu 2019

No Nama Ya Tidak
1 Hamima Yallo 
2 Mundalia Kapten 
3 Hairia Ube 
4 Mahruf Pita 
5 Mahmud Deto 
6 Faujan Thalib 
7 Kamarun Bubale 
8 Bahrudin Manuru 
9 Abdul Amin Deto 
10 Kusain Toton 
44
Tabel 4.1.3.5Total Keseluruhan data penerima dapur sehat di desa momujiu 2019

Ketepatan Sosialisasi Tujuan Pemantauan pro


program program
sasaran pr gram
Nama
ogram
No

1 Hamima Yallo    
2 Mundalia    
Kapten
3 Hairia Ube    
4 Mahruf Pita    
5 Mahmud Deto    
6 Faujan Thalib    
7 Kamarun    
Bubale
8 Bahrudin    
Manuru
9 Abdul Amin    
Deto
10 Kusain Toton    

4.2 Pembahasan
4.2.1 Keefektivan Implementasi Program 2018

Program Dapur Sehat di Kabupaten Pulau Morotai adalah salah satu

program pemerintah yang di lakukan oleh Pemerintah Daerah untuk membantu

masyarakat yang tidak mampu secara sarana kehidupan, yaitu seperti Dapur yang

tiak layak, tidak higenis dan tidak kondusif untuk di gunakan. Olehnya itu melalu

program pemerintah daerah ini dapat membantuh masyarak agar selalu menjaga

kebersihan dapur maupun keamanan sehingga terciptanya keluarga yang sehat

45
dan aman. Agar menjaga tujuan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan

melalui dapur sehat ini, perlu juga keefektivan implemntasinya Program Dapur

Sehat sehingga dapat tercapai sesuai dengan apa yang di inginkan. Untuk

mengukur efektivitas dimplenetasi dapur sehat, penelitih menggunakan tolak ukur

yang di sampaikan oleh Budiani menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas p

rogram dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebagai beriku

yaitu Ketepatan Sasaran Program, Sosialisai Program, Tujuan Program, dan

Pemantauan Program. Olehnya itu seperti yang di sampaikan oleh Kepala Desa

Momujiu :

Untuk merealisatikan tujuan program pemerintah yakni salah satunya


dengan Ketepatan Sasaran program Dapur Sehat karena dengan begitu dapat
meminimalisir tingkat kemiskinan, karena di lihat keluarga yang tidak memiliki
dapur yang layak di tempati. Olehnya itu perlu adanya program yang membatu
masyarakat dari berbagai aspek, dalam hal ini sarana tempat tinggal atau
renovasi dapur. Agar program ini dapat terselesaikan secara Efektif dan Objektif
(Wawancara, 16 februari 2023)

Pada wawancara di atas, penelitih menganalisa bahwa untuk mencapai

tujuan pemerintah dalam penanganan tingkat kemiskinan, perlu mengikuti

prosedur implementasi program yang teapt sasaran, sehingga sesuai dengan

harapan pemerintah yaitu dengan Pembuatan Dapur Sehat secara efektiv (Selesai)

dapat di lihat pada tabel 3.1.1.1 kolom Ket. Bahwa semua penerima dapur sehat

merasa sesui dengan tolak ukur efektivitas Program Dapur Sehat 3.1.1.4 dan

3.1.3.5.

46
Juga yang di sampaikan oleh salah satu penerima Program Dapur Sehat

2019 yaitu Ibu Hamima Yallo :

Setelah Pembuatan Dapur sehat selesai, sangat membantu saya dalam hal
penyajian makan. Saya sering memasak terlambat karena ada beberapa fasilatas
di dapur yang jangkauannya jauh seperti tempat cuci panci. Hal ini
mempengaruhi pekerjaan saya di dapur. (Wawanca, 15 Februari 2023)
Dapat dilihat pada wawancara tersebut bahwa pembuatan Dapur Sehat

telah selesai di lakukan, dn sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga

fasilitas dapur sehat dapat mempercepat pekerjaan para ibu rumah tangga, hal itu

berdampak pada kenyaman masyarat dalam berkerja. Sehingga tingkat

produktifitas dalam menjalani kehidupan semakin baik. Hal ini berindikasi pada

terciptanya inspirasi karya masak yang dapat di perjual belikan. Sehingga dapat

menanmbah pendapatan pada keluarga tersebut.

Juga di sampaikan oleh Bapak Subur Hadad, penerima dapur sehat di


tahun 2018“ Bahwa saat proses pembuatan dapur sehat ini selesai, terasa
sempurna rumah saya karena semua fasilitas unit yang ada di dalam dapur telah
terpenuhi, karena telah di lakukan juga sosialisasi tentang menfaat dapur sehat
kepada kami dan dapat kami manfaatkan peluang tersebut untuk kesuksesan
program” (Wawancara, 15 Februari 2023)
Dapat di simpulkan dari wawancara tersebut bahwa, ketepatan sasaran

dalam penyaluran dapur sehat kepada Bapak Subur Hadad sangat efektiv karena

telah di lakukannya juga sosialisai tentang manfaat dprogram tersebut. Hal ini

menandakan bahwa salah satu keefektivan Program dapur sehat juga telah di

rasakan oleh Pak Subur Hadad dalam hal ini yaitu Sosialisai Manfaat Program

dapur Sehat kepada Masyarakat.

Untuk bapak Baharudin Manuru, penerima program 2019 “ Saya berharap


Program dapur sehat ini dapat berjalan meluas sampai ke daerah-daerah lain,

47
karena Program ini berdampak singnifikan terhadap inovasi di dapur, karena
dalam proses trealisasi program tersebut semua detail-detail pekerjaan di pantau
dengan sempurna oleh pelaksananya. Meskipun ada beberapa kendala yang saya
alami, tetapi Program dapur sehat dapat di selesaikan secara efektiv.

Menurut bapak Bahrudin Manuru, pada wawancara tersebut bahwa

terdapat beberapa kendala dalam proses pembuatan dapur sehat berjalan, namun

tetap di selesaikan secara maksimal karena telah di lakukan pemantauan program

sampai selesai. Hal ini juga menambah keefectivan realisasi program di desa

momujiu.

4.2.2 Kendala dalam penyelesaian dapur sehat

Dalam menjalankan program pemerinta, ada beberapa masyarakat penerima

dapur sehat yang merasa kesulitan dalam menjalakan promram dapur sehat

tersebut, sehinggal hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereaka. Hal ini

dapat di lihat pada tabela di bawah ini.

Tabel 4.2.1.1 Tantangan Saat proses Program Dapur Sehat Berjalan 2018
No Nama Sulit Kurang Sulit Tidak Sulit
1 Subur Hadad 
2 Haman Haji 
3 Nasirun Turkie 
4 Usman Wilani 
5 Safrudin Topora 
6 Ahmad Doto 
7 Rasid Bueke 

48
8 Muhmina 
Sahupala
9 Anwar Pawane 
10 Umar Baharun 

Tabel 4.2.1.2 Tantangan Saat proses Program Dapur Sehat Berjalan 2019
No Nama Sulit Kurang Sulit Tidak Sulit
1 Hamima Yallo 
2 Mundalia Kapten 
3 Hairia Ube 
4 Hasar Deto 
5 Baharudin 
Manudu
6 Musiyadi Toton 
7 Safrudin Topora 
8 Mahfut Pita  

Dalam perajalan program dapur sehat, selain dari tingkat kesuksesan

yang di dapatkan, terdapat berbagai macam kendala yang telah di hadapai

oleh pengelolah Program Dapur Sehat dan juga Penerima Program. Dalam hal

ini seperti di sampaikan oleh salah satu Tim Pengelola Dapur Sehat yaitu

Rusminto mengatakan

“Ada bebrapa masyarakat yang belum memahami fungsi program dapur


sehat ini secara maksimal. Kami di berikan jugnis dalam pengontrolan
proses dapur sehat berjalan, di dalamnya ada Jangka Waktu maksima yang
di berikan. Artinya bahwa harus di selesaikan pembuatan dapur sehat sesui
dengan waktu yan di tentukan. Karena hal itu membatu memaksimalkan
efisiensi waktu program pemerintah yang sedang berjalan. Namun banyak

49
masyarakat yang mengangap sepele hal tersebut. Hal tersebut bagi kami
menjadi salah satu tantangan tersediri bagi kami, dan dengan solusinya kami
harus melakukan sosialisa program lebih maksimal lagi untuk penerima di
tahun-tahun selanjutnya

Menurutnya, sesuai dengan arahakn pada Jugnis bahwa program

tersebut harus selesai tepat pada waktu yang telah di tentukan. Karena ada

program pemerintah lain yang akan di jalankan kepada masyarakatnya.

Namun masih ada beberapa Masyarakat yang belum memahami mekanisme

Program tersebut secara maksimal.

Namun menurut salah satu Penerima Program, sebut saja Bapak Mahfut
Pita bahwa “Semua program pemerintah yang di berikan kepada kami berdampak
baik, namun perlu dipertimbangakan tentang hal - hal teknisnya di lokasi
pembangunan. Karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan expektasi teori,
contohnya tiba-tiba hal material naik secara signifikan.Hal itu mempengaruhi
teterlambatan pembanguan, karena anggaran yang di alokasikan di takitkan tidak
cukum sampai selesai makanya, kami mencari uang tambahan untuk
mengantisipasi kekurangan anggaran. Dalam mencari tambahan tersebut, kami
membutuhkan waktunya. Olehnya itu kemungkinan penyelesaian dapur tersebut
sempat molor 2 sampai 3 bulan.
Dari pernyataan Bapak Mahfut Pita, menghasilkan kesimpulan bahwa ada

hal-hal yang harus di pertimbangak oleh pembuat kebijakan. Karena dalam hal

penerapan program, ada hal-hal teknis yang menjadi kendala penyelesaian

Program tersebut.

Juga di lanjutkan oleh Bapak Mahmud Deto, penerima program dapur


sehat 2019 bahwa “ Kami sangat senang dengan ada yang telah di berikan oleh
pemerintah, namun yang menjadi kendala bagi kami adalah persiapan yang
matang diri kami untuk bisa menjalankan program tersebut, karena dalam
m,enjalankan program tersebut kami harus memiliki setidaknya jiwa menerima
edukasi dari pemerintah. Kami sering beranggapan bahwa desain dapur sehat
yang tidak sesuai dengan desain konsep bangunan yang kami harapkan. Namun
kami menerima karena ini adalah bahtuan dari pemerintah untuk meminimalisir
angak kemiskinan di desa momujiu.

50
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, dapat di tarik kesimpulan bahwa pemerintah

membuat program untuk menangani tingkat kemiskinan di berbagai daerah di

lakukan dengan berbagai macam cara salah satu Bantua Program Dapur Sehat

kepada masyarakat miskin / dapur yang tidak layak, yang di lakukan oleh

Pemerintah Kab. Pulau Morotai. Oleh karena itu Program dapur sehat dapat

membantu masyarakat Kab. Pulau Morotai seperti kondisi dapur yang lebih

kondusif, unit dapur yang memadai. Hal tersebut dapat meningkatkan kreatifitas

produksi di dapur yang meningkat dan dapat menciptakan sumber pendapatan.

Sehingga Implentasi Penerapan Dapur Sehat telah Efektiv di tahun 2018 dan 2019

telah sesuai dengan tujuan pemerintah.

Selain itu juga, dalam realisasi dapur sehat 2018 dan 2019 terdapat

beberapa hal yang menjadi kendala dalam pembanguan dapur sehat, yaitu dari

aspek administrasi dan juga secara teknis penerapan dapur sehat di desa Joubela

pada tahun 2018 dan 2019.

5.2 SARAN
Berdasarkan dari hasil pengkajian di lokasi penelitian, maka penelitih

berniat memberikan saran, muda-mudahan dapat bermanfaat bagi lembaga

maupun penelitih selanjutnya.

1. Kepada Lembaga, Seperti yang sudah di jelaskan pada bab-bab sebelumnya

bahwa Program pemerintah dalam hal ini Dapur Sehat sangat bermanfaat untuk

52
masyarakat yang membutuhkan olehnya itu perlu inovasi baru untuk bersinergi

bersama pemerintah untuk inovasi-inovasi baru kepada masyarakat yang

membutuhkan.

2. Untuk Penelitih selanjutnya bahwa, masih banyak hal yang belum penelitih

bahas pada penelitian ini, seperti ketepatan administrasi material pembangunan,

kualitas dapur sehat, dan perabotan-perabotan yang bersentuhan langsung dengan

keperluan masyarakat miskin. Olehnya itu, kiranya bisa menjadi acuan untuk

penelitih selanjutnya jika ingin melakukan penelitian Program Dapur Sehat.

53
DAFTAR PUSTAKA

Aldi,S. (2021). Implementasi Program Bantuan Sosial Dalam Upaya Penan

ggulangan Masalah Ekonomi Kota Mataram

Amar,Syamsul. (2000) Analisi Ekonomi tentang Kemiskinan dan

Implementasi tentang kebijaksanaan di Pedesaan di Provinsi

Sumatra Barat. Unair Surabaya.

Budo, A., Tulusan, F., & Tampi, G. (2020). Efektivitas Pelayanan Kesehata

n Di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Jurnal Administrasi Pub

lik, 6(94).

Djafri, N. (2017). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah:(Pengetahua

n Manajemen, Efektivitas, Kemandirian Keunggulan Bersaing dan K

ecerdasan Emosi). Deepublish.

Feis, I. (2009). Implementasi kebijakan: Perspektif, model dan kriteria peng

ukurannya. Gema Eksos, 5(1), 218199.

Lizard, R. S., Kimbal, M., & Lapian, M. (2017). Efektivitas Program Pembe

rdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Paal Dua Kecamatan Paal

Dua Kota Manado. Jurnal Eksekutif, 2(2).

Marwah, A. (2019). Strategi Humas Dalam Pemberian Informasi Publik Ba

ndung Universitas Komputer Indonesia).

Maulana, S. N Dkk. (2021). Implementasi Sistem Informasi Muhammadiya

h Gamping Sleman-DI Yogyakarta

54
Moleong, L. J (2017) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remja.

Rosdakarya.

Setiawan, B. 2022. Aktualisasi Kearifan Lokal Dalam Pembangunan Daera

h Untuk Menciptakan Integrasi Bangsa Indonesia Yang Berbudi Luh

ur Jakarta.

Sutrisno, S. Dkk (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut Ni

ffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. JPPUMA:

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Tarigan, K. W. (2013). Analisis Efektifitas Dan Kontribusi PBB terhadap Pe

nerimaan Pajak di KPP Pratama Kota Manado. Jurnal EMBA: Jurna

l Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).

Wiyono, E.H (2007) Kamus bahasa Indonesia Lengkap dan Ejaan yang

Disempurnakan. Jakarta. Palanta

Yasin, A., Yuniarti, A., & Nugroho, Y. A. (2022). Efektifitas Algoritma Dat

a Mining dalam Menentukan Pendonor Darah Potensial. Syntax: Jur

nal Informatika, 11(01), 12-22.

Undang – Undang Nimor 11 tahun 2009 tentang Kesejateraan Sosial

Peraturan Bupati Pulau Morotai Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk Te

knis Pemberian Bantuan Pembangunan Dapur Sehat Warga Miski

n melalui APBDeS Tahun 2020;

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggula


ngan Kemiskinan Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mas
yarakat Mandiri
https://haliyora.id/2021/11/08/ketua-dprd-morotai-berbahaya-mengganti-nama-
penerima-bantuan-dapur-sehat/ 05 Februari2023

55
https://promkes.kemkes.go.id/program-indonesia-sehat-untuk-mensejahteraka
n-masyarakat 05 Februari 2023

https://lppmstianusa.com/ejurnal/index.php/janmaha/article/view/478 05
Februari 2023

56

Anda mungkin juga menyukai