Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“PROMOSI SANITASI PERKOTAAN”

Dosen pengajar : Sri sunarti,M.PH

Disusun Oleh

Andi yuliana suaib 1711102423014

Bayu aji lestari 17111024230160

Mifthaqul nurjanah 17111024230203

Muchammad denny saputra 17111024230205

Nur Hayati 17111024230219

Rieke Chandra Utari 17111024230231

Rischa andra Gianto 17111024230233

Selly Anggraini 17111024230243

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
ini. Makalah ini merupakan tugas kelompok dari mata kuliah Promosi Kesehatan
yang ditempuh di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Terima kasih kami
sampaikan kepada Ibu Sri Sunarti, MPH karena dengan bantuan dan bimbingan
beliau maka makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.

Samarinda, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ...........................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2

Bab II Pembahasan ...........................................................................

2.1 Cakupan sanitasi di daerah perkotaan di Indonesia ................. 3


2.2 Tujuan dari program SPBM ...................................................... 4
2.3 Sasaran program SPBM .......................................................... 5
2.4 Ruang lingkup program SPBM ............................................... 12
2.5 Prinsip dan pendekatan program SPBM ................................ 12
2.6 Struktur organisasi SPBM ...................................................... 14
2.7 STBM dan Karakteristik Perkotaan ............................................
2.8 Sasaran Pengguna Panduan .......................................................
2.9 Tugas Sebagai Promotor Sanitasi ..............................................
2.10 Sistem Sanitasi...…………………………………………………
2.11 Pengarusutamaan Gender dalam Kegiatan Promosi
di Perkotaan......................................................................................
2.12 Lingkungan Yang Mendukung...........................................................

Bab III Penutup ..................................................................................


3.1 Kesimpulan ............................................................................... 16
3.2 Saran ........................................................................................ 16
Daftar Pustaka ................................................................................ 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) merupakan salah


satu komponen Program Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) yang
diselenggarakan sebagai program pendukung PNPM-Mandiri. Program ini
bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok untuk turut berpartisipasi
memecahkan berbagai permasalahan yang terkait pada upaya peningkatan
kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Mekanisme penyelenggaraan Program Perkotaan Berbasis Masyarakat


(SPBM) menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan berbasis
masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara utuh dalam seluruh tahapan
kegiatan, mulai dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan program sampai dengan upaya keberlanjutan, khususnya dalam
hal peningkatan kualitas prasarana dan sarana sanitasi berbasis masyarakat
dalam rangka mendukung upaya pencapaian target MDG pada 2015, yaitu
menurunkan sebesar separuh dari proporsi penduduk yang belum memiliki
akses sanitasi dasar serta sasaran RPJMN 2010-2014 dalam bidang sanitasi
yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan peningkatan layanan
pengelolaan air limbah.

Program SPBM ini dilaksanakan secara bertahap di 1350 kelurahan yang


berada di 34 kabupaten/kota di 5 provinsi terpilih yang sebelumnya menjadi
lokasi pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), lokasi kelurahan
tersebut telah menerima dana BLM sebanyak 3 kali siklus. Hal ini merupakan
perwujudan dari sinergi diantara program pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah. Pada pelaksanaan nantinya program ini akan menggunakan
lembaga masyarakat (BKM/LKM) yang sudah ada dan mempunyai rekam jejak
dan kinerja yang baik dalam mengelola program pemberdayaan masyarakat.
Melalui pelaksanaan Program SPBM ini masyarakat akan merencanakan
program, memilih jenis prasarana/sarana sanitasi komunal yang sesuai dengan
kebutuhan, menyusun rencana kerja, melakukan pembangunan konstruksi
serta mengelola dan melestarikan hasil pembangunan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cakupan sanitasi di daerah perkotaan di Indonesia ?
2. Apakah tujuan dari program SPBM ?
3. Apakah sasaran program SPBM ?
4. Apa saja Ruang lingkup program SPBM ?
5. Bagaimana prinsip dan pendekatan program SPBM ?
6. Bagaimana struktur organisasi SPBM ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui cakupan sanitasi di daerah perkotaan di Indonesia
2. Untuk mengetahui tujuan dari program SPBM
3. Untuk mengetahui sasaran program SPBM
4. Untuk mengetahui Apa saja Ruang lingkup program SPBM
5. Untuk mengetahui Bagaimana prinsip dan pendekatan program SPBM
6. Untuk mengetahui struktur organisasi SPBM ?
BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia serius menangani sanitasi. Keseriusan itu ditunjukkan dalam upayanya


mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) dan upaya memastikan
Akses Universal untuk sanitasi, air bersih dan layanan lainnya pada Tahun 2019.
Melalui berbagai inisiatif, Pemerintah Indonesia juga secara signifikan memperluas
dukungan kepada pengembangan sistem sanitasi yang lebih baik di daerah
perkotaan.

Sampai saat ini tingkat cakupan sanitasi di daerah perkotaan di Indonesia termasuk
rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga (lihat Tabel) sedangkan
penduduk perkotaan di Indonesia meningkat pesat dan diperkirakan akan mencapai
hingga 200 juta orang pada Tahun 2035. Dampak dari rendahnya tingkat cakupan
layanan sanitasi terhadap perkembangan Indonesia cukup serius karena
menyebabkan peningkatan penularan penyakit khususnya pada anak-anak,
menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah seperti kerusakan pada sumber
daya air dan habitat satwa liar. Hal tersebut juga akan mempengaruhi penurunan
peluang dalam sektor pariwisata dan sektor-sektor lain yang bergantung pada
tenaga kerja yang sehat dan lingkungan yang sehat.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan sanitasi di sejumlah daerah perlu


didukung dengan promosi peningkatan mutu sarana sanitasi yang lebih layak
untuk rumah tangga maupun komunitas di daerah perkotaan.
Promosi sanitasi adalah proses dimana masyarakat perkotaan dan rumah tangga
didorong untuk berinvestasi dalam meningkatkan sarana sanitasinya (sesuai
dengan standar yang berlaku) dan merawat sistem sanitasi tersebut (seperti
jamban, tangki septik, sistem pembuangan limbah, dan lain-lain). Sistem sanitasi
ini berfungsi sebagai pemutus mata rantai penularan penyakit yang diakibatkan
oleh sanitasi yang buruk serta untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Selain untuk
meningkatkan kondisi kesehatan secara substansial, sistem sanitasi dan perilaku
sanitasi yang lebih baik juga memiliki dampak yang sangat positif terhadap
martabat, status dan kesejahteraan semua orang.

Promosi untuk peningkatan layanan sanitasi (improved sanitation) merupakan


tanggung jawab semua orang, namun Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
mempunyai peran yang sangat khusus dalam pengembangan dan pengawasan
kegiatan terkait dengan hal-hal tersebut. Melalui Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM), Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk mempromosikan
sanitasi secara nasional. STBM berhubungan dengan sanitasi, kesehatan dan
kebersihan diri (higien) yang dituangkan dalam 5 (lima) pilar STBM. Aspek sanitasi
secara khusus dijelaskan pada tujuan Pilar 1 STBM, yaitu untuk mencapai status
bebas buang air besar sembarangan di tingkat masyarakat yang berarti tidak ada
lagi praktek buang air besar sembarangan atau pembuangan air limbah domestik
yang belum diolah ke tanah atau badan air secara langsung. Peningkatan sarana
sanitasi juga merupakan salah satu upaya dalam mendukung “Akses Universal Air
dan Sanitasi 2019” yang baru-baru ini dicanangkan oleh Pemerintah. Tujuannya
adalah untuk memberikan 100 persen jaminan untuk akses air bersih dan sanitasi
pada akhir Tahun 2019.

Panduan ini disusun sebagai salah satu upaya untuk mendorong tercapainya
kondisi sebagaimana disampaikan pada tujuan Pilar I STBM. Panduan ini disusun
untuk para Promotor Sanitasi di Perkotaan (Urban Sanitation Promoters) yang
tertantang untuk meyakinkan orang untuk berinvestasi dalam perbaikan sanitasi
khususnya di daerah perkotaan. Ini bukan sebuah tugas sederhana. Jika Anda
adalah seorang promotor sanitasi, bersiaplah untuk pekerjaan yang menantang,
sangat diperlukan dan sangat bermanfaat bagi orang banyak.
2.2 Tujuan Program SPBM adalah:

Maksud program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan


masyarakat melalui penyediaan sarana sanitasi komunal berbasis masyarakat
khususnya bagi kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk
miskin.

1. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan


sehat masyarakat.
2. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat dalam
perencanaan dan pembangunan layanan sanitasi yang berkelanjutan.
3. Tersedianya sistem sanitasi komunal yang berkualitas, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat.

2.3 Sasaran Program SPBM


1. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan
sehat melalui kegiatan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS);
2. Tersedianya sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman
(sanitasi komunal) yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan
3. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan
prasarana/sarana penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi
komunal) secara partisipatif, transparan, dapat dipertanggungjawabkan
dan berkelanjutan;
4. Tersusunnya Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation
Improvement Action Plan/CSIAP) yang responsif kepada upaya
peningkatan kualitas sanitasi masyarakat;
5. Meningkatnya kemampuan perangkat pemerintah daerah sebagai
fasilitator pembangunan khususnya di sektor penyehatan lingkungan
permukiman.
2.4 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Program SPBM adalah :

Penyediaan prasarana/sarana sanitasi masyarakat meliputi: (i) fasilitas


MCK komunal dan (ii) instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal;

Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal


perencanaan dan pembangunan khususnya terkait dengan upaya
penyehatan lingkungan permukiman berbasis masyarakat.

Kegiatan penyehatan lingkungan permukiman melalui penyediaan sistem


sanitasi komunal berbasis masyarakat dilaksanakan secara terpadu,
mengacu pada Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RIPJM),
Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK), PJM Pronangkis (Medium Term
Poverty Reduction Plan/MTPRP) dan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi
(Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) yang telah
disusun

2.5 Prinsip dan Pendekatan


a) Prinsip
1. Prinsip dasar Program SPBM adalah:

Tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti program akan


bersaing mendapatkan program dengan cara menunjukkan komitmen
serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai dengan pilihannya.

Pengambilan keputusan berada sepenuhnya ditangan masyarakat,


peran pemerintah dan konsultan pendamping hanya sebatas sebagai
fasilitator.

Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola


sistem yang mereka pilih sendiri, dengan difasilitasi oleh konsultan
pendamping yang mempunyai pengalaman dalam bidang teknologi
pengolahan limbah dan pendampingan sosial.

Pemerintah berperan memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat,


bukan sebagai pengelola sarana.
2. Prinsip penyelenggaraan Program SPBM adalah:

a. Dapat diterima; Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan


musyawarah kelurahan sehingga didukung dan diterima oleh
masyarakat. Hal ini berlaku mulai dari saat pemilihan lokasi
dan penentuan solusi teknis (jenis prasarana/sarana dan
pilihan teknologi yang digunakan), penentuan mekanisme
pelaksanaan kegiatan dan pengadaan, serta penetapan
mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan
sarana sanitasi masyarakat.
b. Transparan; Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara
terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat dan
perangkat pemerintah daerah sehingga memungkinkan
terjadinya pengawasan dan evaluasi oleh semua pihak.
c. Dapat dipertanggungjawabkan; Penyelenggaraan kegiatan
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh
masyarakat.
d. Berkelanjutan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat secara
berkelanjutan yang ditandai dengan adanya pemanfaatan,
pemeliharaan dan pengelolaan sarana secara mandiri oleh
masyarakat pengguna.
e. Kerangka Jangka Menengah; Penyelenggaraan dilaksanakan
pada kerangka jangka menengah sebagai dasar upaya
peningkatan akses terhadap pelayanan prasarana dan sarana
sanitasi bagi penduduk miskin, kaum perempuan dan
kelompok rentan/ marjinal.
f. Sederhana, Tata cara, mekanisme dan prosedur dalam
pelaksanaan kegiatan bersifat sederhana, mudah dipahami
dan mudah dilaksanakan oleh seluruh stakeholder.
b) Pendekatan

Program SPBM merupakan program pembangunan prasarana dan


sarana sanitasi, dengan pendekatan :

a. Pemberdayaan Masyarakat, artinya seluruh proses


implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan) melibatkan
partisipasi aktif masyarakat berdasarkan kesamaan kepentingan
dan kebutuhan;
b. Keberpihakan kepada penduduk miskin, kaum perempuan dan
kelompok rentan/marjinal, artinya orientasi kegiatan baik dalam
proses maupun pemanfaatan hasil kegiatan ditujukan kepada
kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk
miskin/masyarakat berpenghasilan rendah;
c. Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah daerah dan
masyarakat bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan
program dan keberlanjutan prasarana/sarana terbangun;
d. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam
kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan, dengan
memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif dari
perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin;
e. Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam
keberhasilan pelaksanaan kegiatan, melalui keterlibatan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan serta
pemeliharaan hasil kegiatan;
f. Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang
dilaksanakan memiliki sinergi dengan program pembangunan
yang lain.
g. Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan
kegiatan diupayakan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah,
lembaga masyarakat dan stakeholder lainnya dalam
pelaksanaan pembangunan penyehatan lingkungan
permukiman.
h. Kesetaraan dan keadilan gender, artinya terdapat kesetaraan
antara kaum pria dan dan perempuan dalam setiap tahap
pembangunan dan dalam pemanfaatan hasil kegiatan
pembangunan secara adil.

2.6 Struktur Organisasi Pelaksana Program SPBM


CPMU : Central Project Management Unit

PPIU : Provincial Project Implementation Unit

DPIU : District Project Implementation Unit

NPMC : National Project Management Consultant

RPMC : Regional Project Management Consultant

BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat

2.7 STBM dan Karakteristik Perkotaan

Kementerian Kesehatan telah mencapai sukses besar dengan pelaksanaan


STBM di daerah pedesaan dan saat ini telah memulai inisiatif untuk
memperluas pelaksanaannya di daerah perkotaan. Meskipun berbagai
elemen STBM yang sudah dilaksanakan di daerah pedesaan dapat
diaplikasikan di daerah perkotaan, namun ada beberapa hal yang perlu
disesuaikan dengan kondisi spesifik perkotaan. Aspek tambahan mengenai
implementasi STBM di daerah perkotaan dibahas lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM.
2.8 Sasaran Pengguna Panduan

Panduan ini ditujukan bagi mereka yang bemaksud atau bertugas atau yang
akan mempromosikan sanitasi perkotaan di Indonesia, baik mereka yang
berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk melakukannya atau
penanggung jawab program yang memantau upaya promosi ini dalam skala
yang lebih luas. Dalam hal ini termasuk Sanitarian, Kader Kesehatan, Kader
Posyandu, PKK dan organisasi perempuan lainnya, petugas/fasilitator
lapangan dari LSM, kalangan akademisi atau siapapun yang bersedia untuk
melakukan tugas.

penting ini. Panduan ini membahas promosi sanitasi bagi rumah tangga yang
belum memiliki sistem sanitasi, maupun yang harus meningkatkan sistem
sanitasinya agar lebih layak menggunakan tangki septik/septic tank, atau
dengan menghubungkannya ke sistem pengelolaan air limbah komunal, atau
menghubungkannya ke sistem pengelolaan airlimbah terpusat skala kota.
Panduan ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama sebagai berikut:

2.9 Tugas Sebagai Promotor Sanitasi

Walaupun manfaat dari sanitasi yang layak mungkin sudah jelas, proses
untuk meyakinkan masyarakat dan individu untuk berinvestasi dan membuat
perubahan yang diperlukan seringkali menemui kesulitan. Kurangnya
informasi dan kebiasaan yang sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun
membuat banyak rumah tangga yang enggan untuk melakukan perubahan
dan melakukan investasi yang diperlukan tersebut. Banyak daerah perkotaan
yang juga tidak memiliki sistem yang mendukung (lingkungan yang
mendukung) untuk mempermudah proses. Mengingat hal ini, pekerjaan anda
sebagai promotor sanitasi tidak hanya untuk memberitahukan kepada orang-
orang bahwa berinvestasi dan berperilaku lebih baik adalah ide yang baik.
Lingkup tugas anda jauh lebih luas. Adapun tugas kunci sebagai promotor
sanitasi adalah sebagai berikut:
2.10 Sistem Sanitasi

Perkotaan? Biasanya, promotor sanitasi tidak terlibat dalam setiap aspek


sanitasi di Kota mereka, namun karena akan ada banyak orang yang akan
bertanya, maka penting bagi promotor sanitasi untuk memahami unsur-unsur
dasar dari sistem sanitasi perkotaan. Susunan dari unsurunsur dasar itu
disebut "Urban Wastewater Framework" atau "Kerangka Kerja Air Limbah
Perkotaan". Kerangka Kerja ini menyajikan gambaran mengenai komponen-
komponen dari pelayanan pengelolaan air limbah yang harus dikembangkan
oleh pemerintah kota. Agar dapat lebih memahami hubungan antar elemen
baik secara terpisah maupun sebagai kesatuan, kerangka kerja tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Pilihan Pelayanan Teknis (Kotak Hijau): Inti dari sistem sanitasi perkotaan
yang layak adalah infrastruktur, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sistem Rumah Tangga ("SAN-1"): jamban rumah tangga yang terhubung


ke tangki septik yang terletak pada lahan rumah tangga, digunakan
bersama oleh beberapa rumah (tangki septik bersama/shared septic
tank). Dikelola sepenuhnya oleh rumah tangga dan memerlukan
penyedotan lumpur secara periodik. Lihat Lampiran 1 untuk informasi
lebih detail. PENTING: Berdasarkan peraturan, setiap rumah tangga
harus memiliki tangki septik.
b. Sistem Komunal ("SAN-2"): Sistem pengelolaan air limbah komunal yang
biasanya terhubung dengan 40-50 rumah tangga. Biasanya dikelola oleh
organisasi masyarakat setempat (KSM/KPP)dan mewajibkan biaya
layanan bulanan (retribusi) yang ringan. Sistem ini juga termasuk jamban
umum seperti MCK dan jamban di sekolah, serta jamban umum dengan
tanki septik untuk sistem komunal (umumnya disebut sebagai MCK++).
c. Sistem Pembuangan Air Limbah ("SAN-3"): Sistem pembuangan air
limbah pada umumnya adalah sistem yang jauh lebih besar dengan
sambungan ke ratusan rumah tangga. Sistem ini dikelola oleh badan
pemerintah/ institusi. Biaya layanan bulanan dibebankan pada setiap
rumah tangga.
d. Pengelolaan Air Limbah Terpadu ("SAN-4"): Hal ini meliputi pengelolaan
lumpur tinja mulai dari tingkat rumah tangga dan komunal. Truk penyedot
mengumpulkan lumpur tinja dari rumah tangga dan sistem komunal yang
kemudian dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk
diolah. Pelanggan (rumah tangga atau KSM/KPP yang bertugas
mengelola sistem komunal) harus membayar jasa penyedotan lumpur
tinja tersebut.
e. Komunikasi untuk Perubahan Perilaku (kotak merah): Promosi sanitasi
dan pemicuan perubahan perilaku harus dilakukan agar masyarakat,
pemerintah dan para pemangku lainnya. Masyarakat kota perlu didorong
untuk berinvestasi dalam meningkatkan sistem sanitasi rumah tangganya
atau menghubungkannya ke sistem komunal atau sistem pengelolaan air
limbah terpusat. Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat
bertanggungjawab dalam pengembangan pendekatan untuk
meningkatkan akses terhadap sarana sanitasi yang layak.
f. Unit Pengelolaan Sanitasi Kota (kotak biru): Unit Pengelola Sanitasi Kota
bertanggung jawab atas pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan dan
konstruksi) jasa pengelolaan air limbah kota secara keseluruhan. (lihat
kotak hijau San-1 sampai San-4)
g. Regulasi,Penegakan Hukum dan Pendanaan (kotak cokelat): tata kelola
yang akuntabel, percepatan pembiayaan, penetapan regulasi dan
pengaturan kelembagaan yang memadai merupakan pendorong utama
untuk pengembangan akses yang setara terhadap layanan sanitasi yang
lebih baik di daerah perkotaan. Setiap daerah perkotaan memiliki
peraturan dan kebijakan yang berbeda dan para promotor sanitasi harus
mengetahui dan menguasainya

2.11 Pengarusutamaan Gender dalam Kegiatan Promosi di Perkotaan

Pengarusutamaan gender merupakan aspek penting yang harus


dimasukkan dalam kegiatan promosi sanitasi perkotaan. Membahas
tentang gender tidak hanya terbatas pada perspektif perempuan, tetapi
juga memastikan bahwa laki-laki maupun perempuan mendapatkan akses
yang sama, bersama-sama berpartisipasi secara aktif dan memegang
kendali atas sumber daya yang ada, serta mendapatkan manfaat dari
kegiatan promosi tersebut. Pengarusutamaan gender dalam
pengembangan sanitasi harus mengakomodasi kebutuhan spesifik dari
semua kelompok gender, laki-laki maupun perempuan, anak laki-laki atau
perempuan, juga orang lanjut usia dan penyandang cacat.
Pengarusutamaan gender akan memastikan keberlanjutan pembangunan
sanitasi khususnya keberlanjutan penggunaan dan pemelihaaraan dari
sarana sanitasi yang dibangun. Sebagai pemeran utama, seorang
promotor sanitasi memainkan peran penting dalam mempromosikan
pengarusutamaan gender pada setiap tingkatan kegiatan, mulai dari tahap
perencanaan sampai tahap pelaksanaan. Pengarusutamaan gender
dalam kegiatan promosi sanitasi perkotaan akan disampaikan secara lebih
detail pada setiap bagian dari panduan ini. Untuk membantu promotor
sanitasi dalam memastikan bahwa perspektif gender mengarusutama
dalam kegiatannya.

2.12 Lingkungan Yang Mendukung

Membangun suatu sistem sanitasi perkotaan tidaklah mudah. Banyaknya


individu dan lembaga yang terlibat, belum lagi berbagai variasi program
dan pendekatan yang digunakan, hal ini membuat upaya perbaikan sanitasi
di daerah perkotaan menjadi rumit. Oleh karena itu, agar sukses dalam
proses promosi (dan meyakinkan orang untuk berinvestasi pada sanitasi
dan menjaga sarana sanitasi yang sudah baik tersebut), seorang promotor
sanitasi harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
"lingkungan pendukung" dimana program dilaksanakan. Promotor sanitasi
harus mengenal orang yang akan diajak bekerja sama dan yang penting
dapat menjawab berbagai pertanyaan dari masyarakat dan rumah tangga
yang menjadi sasaran. Berikut ini adalah komponen lingkungan pendukung
(enabling environment) yang harus dipahami.

Apa yang harus diketahui promotor sanitasi sebelum memulai promosi :


1. Rencana Promosi dan Koordinasi

A. Penelitian dan Pengumpulan Data : Perencanaan dan koordinasi


hanya akan efektif apabila anda memahami apa yang Anda lakukan
dan untuk siapa Anda melakukannya. Panduan ini menyediakan
berbagai formulir dan alat bantu yang sangat berguna untuk
mengoleksi data terkait dengan:

a. Lingkungan yang Mendukung


b. Data Tingkat Masyarakat
c. Pemantauan

Sebagai tambahan informasi, Anda dapat melihat panduan tentang


penelitian dan pengumpulan data dari program-program lainnya
(SANIMAS, USRI, dan lain-lain). Terdapat juga sumber informasi
berguna lainnya yang bisa didapatkan dari berbagai situs di Indonesia
yang mendukung program sanitasi.

B. Koordinasi Para Pihak : Salah satu tugas promotor sanitasi yang


paling sulit (dan mungkin yang paling membuat frustasi) adalah
mengkoordinasikan kegiatan dengan petugas atau organisasi lain.
Biasanya yang sering terlibat dalam program sanitasi adalah:
BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Dinas Kebersihan, Dinas PU, BLH,
Perguruan Tinggi, Asosiasi (seperti PKK), LSM, Media massa (radio,
surat kabar, media sosial seperti facebook dan lain-lain). Di beberapa
daerah perkotaan, PDAM atau badan lain (PDPAL atau UPTD yang
berada di bawah Dinas lain) juga turut terlibat.

C. Koordinasi Tingkat Lapangan : Salah satu tugas yang paling penting


dalam proses promosi adalah untuk memastikan bahwa setiap orang
bekerja sesuai dengan dokumen perencanaan yang sama dan
menyampaikan pesan yang konsisten. Ketika anda melibatkan staf dan
petugas lapangan lain, pastikan bahwa mereka memahami apa
rencana untuk masyarakat tersebut dan apa masalah serta pesan yang
paling penting untuk dipecahkan dan disampaikan.

D. Tokoh Masyarakat/Pejuang Sanitasi : Anda tidak perlu bekerja


sendirian. Anda mungkin tidak mengetahuinya, tetapi banyak orang di
daerah dan masyarakat dampingan dimana Anda bertugas yang ingin
berkontribusi dalam proses promosi. Orang-orang tersebut adalah
tokoh masyarakat (Kepala RW/RT), tokoh agama, perwakilan karang
taruna dan kader PKK, termasuk kader kesehatan masyarakat.
Pastikan untuk bekerja dengan tokoh masyarakat/pejuang sanitasi baik
laki-laki maupun perempuan sehingga terdapat kesetaraan perspektif
yang tentunya akan mendukung kegiatan promosi sanitasi di daerah
urban.

2. Pendanaan

Salah satu penghambat dalam upaya perbaikan sanitasi di daerah


perkotaan adalah masalah pendanaan. Orang tidak akan mau
berinvestasi hanya karena berpikir bahwa biayanya terlalu mahal.
Pemikiran tersebut sebenarnya tidak benar, apalagi Jika memikirkan
akibat dari tidak memiliki sanitasi yang layak (misalnya biaya
perawatan kesehatan yang lebih mahal), tidak masuk sekolah atau
tidak masuk kerja selama berhari-hari, penurunan nilai jual rumah, dan
lain-lain. Meskipun demikian, sanitasi yang layak memang memerlukan
biaya. Apabila ada yang dapat dilakukan untuk membuat sanitasi layak
lebih terjangkau (terutama untuk rumah tangga berpenghasilan
rendah) akan sangat membantu dalam proses promosi. Terkait dengan
pembiayaan ini, para promotor sanitasi perlu mengetahui dukungan
apa saja yang mungkin tersedia untuk membantu rumah
tangga/masyarakat agar dapat membiayai upaya perbaikan sarana
santasinya (meningkatkan menjadi lebih layak).

Ada 3 (tiga) bentuk pendanaan yang dapat digunakan :

A. Pendanaan/Pembiayaan Bersama : Pada umumnya biaya


konstruksi dan pengelolaan sistem sanitasi perkotaan lebih mahal
dibandingkan sistem sanitasi pedesaan. Untuk mengatasi hal ini
beberapa program pada tingkat nasional atau daerah memberikan
bantuan untuk pembiayaan konstruksi bagi rumah tangga yang
terpilih dengan pola pembiayaan bersama. Hal ini tidak hanya
membantu rumah tangga untuk meningkatkan sistem sanitasinya,
tapi juga dapat membantu dalam proses promosi. Jika masyarakat
mengetahui bahwa mereka bisa mendapatkan bantuan tersebut
(dan bahwa waktu ketersediannya terbatas), mereka akan
terdorong untuk melakukan perbaikan sanitasi saat itu juga.
Promotor sanitasi perlu mencari tahu kepada lembaga
pemerintahan lokal mengenai kemungkinan ketersediaan fasilitas
pembiayaan bersama tersebut. Dalam hal ini, sebagai promotor
sanitasi Anda juga harus memastikan bahwa perempuan yang
menjadi kepala rumah tangga dan berpenghasilan rendah
mendapat akses terhadap bantuan yang tersedia.

B. Pembiayaan Mikro : Walaupun tidak selalu tersedia, beberapa


Bank, Koperasi Kredit dan Lembaga Keuangan Mikro (Microfinance
Institutes/MFI) sudah mulai menyediakan kredit mikro sanitasi. Hal
ini memungkinkan rumah tangga dalam melakukan perbaikan
sanitasi dengan angsuran ringan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
atau lebih. Keputusan untuk memperoleh bantuan kredit tersebut
harus disetujui oleh suami dan istri untuk menghindari adanya
perselisihan antara keduanya, terutama dalam hal pengalokasian
anggaran rumah tangga.
C. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) : Di beberapa tempat, kemitraan dengan
perusahaan melalui program CSR-nya terbukti sukses dalam
mendanai upaya peningkatan akses sanitasi. Dukungan dari
perusahaan tersebut dapat berupa penyediaan pendanaan maupun
dalam bentuk bahan bangunan (pasir, semen atau pipa). Dukungan
tersebut sangat membantu bagi rumah tangga kurang mampu yang
memiliki dana sangat terbatas atau tidak memenuhi syarat untuk
kredit mikro maupun dukungan pendanaan lainnya. Bagi
perusahaan, hal ini dapat menjadi cara yang efektif untuk
menunjukkan dukungan mereka bagi masyarakat dan dapat
dijadikan ajang untuk mempromosikan produk dan layanan mereka.

3. Konstruksi
A. Desain Sistem : Sebagian besar pekerjaan Anda dalam
melakukan promosi akan dipengaruhi oleh jenis
perbaikan/peningkatan sarana sanitasi yang sedang dilakukan.
Hal ini berkaitan dengan :
a. Sistem Rumah Tangga
b. Melakukan Sambungan ke Sistem Komunal
c. Melakukan Sambungan ke Sistem Pengelolaan Limbah
Terpusat

Informasi lebih rinci tentang konstruksi dasar dan hal-hal terkait


berbagai sistem tersebut dapat dilihat pada lampiran. Desain
dari fasilitas sanitasi yang akan dibangun harus
mempertimbangkan perbedaan kebutuhan dari laki-laki,
perempuan, ibu hamil, anak laki-laki, anak perempuan, orang
lanjut usia dan penyandang cacat. Hal ini adalah untuk
memastikan kenyamanan dan keamanan penggunaan serta
pemeliharaan sarana sanitasi tersebut.
B. Biaya : Salah satu faktor penting yang membuat seseorang
memutuskan untuk berinvestasi dalam perbaikan sanitasi adalah
biaya. Sistem sanitasi yang satu berbeda dengan lainya dan
biaya yang dibutuhkan sangat tergantung pada lokasinya. Biaya
yang dibutuhkan untuk pembangunan atau perbaikannya pun
beragam, umumnya berkisar antara Rp 2-4 juta.

Pada akhirnya promotor sanitasi harus menjelaskan kepada


masyarakat mengenai biaya apa saja yang harus dibayarkan
dalam jangka panjang. Untuk sistem individual, aka nada biaya
penyedotan lumpur tinja secara berkala misalnya setiap 2 atau 3
tahun (tergantung kebutuhan). Untuk Sistem Komunal atau
Pengelolaan Limbah terpusat skala kawasan perlu membayar
biaya iuran bulanan. Jujurlah mengenai biaya-biaya tersebut
sehingga masyarakat tidak terkejut bila pada akhirnya harus
mengeluarkan biaya-biaya lainnya setelah pembagunan atau
instalasi selesai dilakukan. Perlu dilakukan penyadaran
masyarakat tentang biaya perawatan, sehingga bersedia
berpartisipasi dalam program sanitasi dengan ikhlas. Pastikan
juga bahwa baik suami dan istri sama-sama setuju dalam
menentukan biaya yang akan mereka investasikan dalam
perbaikan sanitasi.

C. Pelaksana pembangunan : Dalam beberapa kasus, segala


pekerjaan konstruksi/pembangunan diurus oleh Pemda atau
pelaksana pembangunan yang ditunjuk oleh Pemda. Namun,
ada pula kondisi dimana rumah tangga bertanggung jawab
untuk mencari pelaksana pembangunannya sendiri. Sebelum
memulai proses promosi, promotor sanitasi harus
mengidentifikasi para pelaksana pembangunan yang potensial
untuk menjadi mitra di lokasi kerjanya. Anda dapat meminta
mereka yang lebih memahami hal-hal teknis terkait: 1) teknik
konstruksi yang benar dan; 2) pemasangan jasa/layanan kepada
masyarakat untuk membantu menjelaskan. Agar dapat
memberikan dampak yang lebih besar kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di daerah dampingan, para pelaksana
pembangunan harus diajak untuk melibatkan masyarakat
setempat, baik laki-laki maupun perempuan sehingga
berpartisipasi dalam proses pembangunan sarana sanitasi
tersebut.

4. Pemeliharaan dan Dukungan Teknis

Salah satu bagian penting dari sebuah lingkungan yang mendukung


adalah ketersediaan sumber daya yang akan memastikan bahwa
sarana sanitasi tersebut dikelola dan beroperasi secara berkelanjutan.
Sebagai promotor sanitasi, Anda harus mampu menjelaskan kepada
masyarakat tentang sumber daya apa saja yang dibutuhkan dan
bagaimana cara mengaksesnya. Berikut adalah 3 (tiga) sumber yang
dapat mendukung pemeliharaan sistem dan hal-hal teknis terkait:

A. Lembaga Pemerintah : Pastikan kembali dengan PEMDA tentang


lembaga mana yang bertanggung jawab untuk pengelolaan air
limbah di daerah Anda. Dalam beberapa kasus, tanggung jawab ini
dapat terbagi kepada lembaga yang berbeda-beda. Dinas
Kebersihan mungkin bertanggung jawab atas pengelolaan lumpur
tinja; Dinas Kesehatan mungkin bertanggung jawab atas promosi
sanitasi; Dinas PU mungkin bertanggung jawab atas dukungan
teknis; dan lain-lain. Di beberapa daerah, PDAM lah yang
bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan lumpur tinja
tersebut. Setiap PEMDA memiliki kebijakan berbeda, oleh karena
itu, Anda mungkin harus melakukan penelitian. Cari tahu siapa di
dalam lembaga-lembaga tersebut yang dapat memberikan bantuan
dan dapatkan informasi kontak mereka.
B. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) : Kebanyakan program
(seperti SANIMAS, SLBM, USRI, IDB, dan lain-lain) yang
mengembangkan sistem sanitasi komunal, membentuk sebuah
KSM yang bertanggung jawab untuk pengoperasian dan
pemeliharaan setiap sistem sanitasi komunal di daerah tersebut.
Biasanya KSM terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta
seseorang yang ditunjuk sebagai teknisi utama.
C. Usaha Kecil/Menengah (UKM) : Dalam beberapa kasus, rumah
tangga atau KSM memerlukan bantuan UKM setempat untuk hal
pemeliharaan.
5. Pengurasan dan Pengelolaan Limbah
Promosi untuk investasi bagi perbaikan sanitasi pada tingkat rumah
tangga dan masyarakat sangat penting, namun juga sangat
bergantung pada pelayanan pengumpulan, pembuangan dan
pengelolaan limbah yang profesional. Ada beberapa pertanyaan yang
seringkali langsung disampaikan oleh masyarakat tentang Sistem
Sanitasi Rumah Tangga, yaitu:

Lumpur tinja pada tangki septik (sistem individual) harus disedot.


Rentang waktunya tergantung pada ukuran tangki septik dan anggota
keluarganya. Pada umumnya harus disedot setiap 2-3 tahun. Pada
sistem komunal, penyedotan tidak perlu dipikirkan oleh rumah tangga
karena IPAL komunal ini dikelola oleh KSM atau badan lain. Waktu
penyedotannya juga tergantung ukuran dari IPAL dan jumlah orang
yang menggunakannya. "Siapa yang akan melakukan penyedotan" dan
"Berapa biaya yang dibutuhkan" akan berbeda di satu kota dengan
kota lainnya. Pada umumnya di kota, tersedia layanan sedot lumpur
tinja yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Pengelola tersebut
menggunakan truk khusus yang akan membawa lumpur tinja ke IPLT
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). Pada umumnya biaya yang
dibutuhkan berkisar Rp 200.000- 300.000 (tergantung kota dan lokasi).
Di beberapa kota, jasa tersebut dikelola oleh PDAM dengan
mengenakan "biaya air limbah" yang terjangkau sebagai bagian dari
tagihan air bulanan.

6. Peraturan dan Penegakan Hukum

Di setiap negara dimana tingkat cakupan sanitasi sangat tinggi,


masyarakat berinvestasi untuk sistem sanitasi yang lebih baik bukan
semata-mata karena mereka ingin melakukannya, tetapi karena
mereka diwajibkan untuk melakukannya. Kewajiban tersebut tertuang
dalam peraturan pemerintah yang harus dituruti dan jika tidak dipatuhi,
mereka terancam membayar denda (atau kasus terburuk, dipenjara).
Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi menjadi perhatian bersama tanpa
memandang suka atau tidak suka secara individual. Indonesia juga
memiliki banyak peraturan yang bagus, banyak peraturan yang
mengatur mengenai sanitasi dan hal-hal terkait dengan perlindungan
sumber air, perlindungan lingkungan, konstruksi, dan lain-lain.

Walaupun peraturan pada tingkat nasional sangat penting, peraturan


pada tingkat daerah lebih berpengaruh. Tidak ada standar baku karena
setiap Pemda memiliki peraturan yang berbeda. Namun, sebagai
seorang promotor sanitasi, Anda harus mengetahui tentang peraturan-
peraturan yang ada dan yang terkait dengan:

a. Promosi Kesehatan;
b. Kualitas air;
c. Sanitasi;
d. Konstruksi sistem sanitasi;
e. Perlindungan sumber air;
f. Perlindungan lingkungan;

Perwakilan dari Dinas Hukum setempat (atau perwakilan lain dari


BAPPEDA, Kesehatan, Kebersihan, PU, dan lain-lain) dapat membantu
Anda untuk mendapatkan informasi tersebut.

Penegakan hukum adalah hal yang sangat penting. Jika instansi


Pemerintah memiliki peraturan, tetapi tidak menegakkannya, maka
peraturan tersebut menjadi kehilangan nilai. Periksa kembali dengan
Pemda mengenai peraturan-peraturan tersebut, juga rencana
penegakkannya, serta bagaimana pelaksanaannya atau rencana
pelaksanaannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai