Anda di halaman 1dari 28

EVALUASI PROGRAM

PEMBANGUNAN PERTANIAN
UPTD PENGEMBANGAN PERTANIAN & PERIKANAN
KECAMATAN JATINANGOR TAHUN 2015

Untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Pembangunan


Lokal
Dosen: Iyep Saefulrahman, S.IP. M.Si.
Rudiana, S.IP. M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 6

Guntur Sugira 170410140060

Yuki Adrian 170410140038

Albi Nur Abizar 170410140018

Fajar Ferdian P 170410140016

Yudistira Perbangsa 170410140050

Mushab Umair Al Fatih 170410130044

2017
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas Ujian Tengah Semester yang berjudul
Evaluasi Program Pembangunan Pertanian Kecamatan Jatinangor Tahun 2015
ini dapat saya selesaikan. Tugas ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi
tugas tetapi lebih dari itu makalah ini diharapkan juga dapat menambah
pengetahuan pembaca.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang dalam


kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran
mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang
dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
LANDASAN TEORI............................................................................... 3
2.1 Definisi Pembangunan..................................................................3
2.2 Pertanian Berkelanjutan.................................................................3
2.3 Pemberdayaan Masyarakat.............................................................4
2.4 Pemberdayaan Masyarakat Petani....................................................5
BAB III.................................................................................................... 6
PEMBAHASAN..................................................................................... 6
3.1 Selayang Pandang Kecamatan Jatinangor...........................................6
3.2 Penggunaan Lahan Pertanian..........................................................7
3.3 Kondisi Kelembagaan...................................................................8
3.4 Perkembangan Pertanian dan Hortikultura........................................13
3.5 Program Kegiatan UPTD P3 Wilayah Kecamatan Jatinangor Tahun 2015.15
3.6 Analisis Program Kegiatan UPTD P3 Wilayah Kecamatan Jatinangor Tahun
2015 20
3.7 Evaluasi Program Kegiatan UPTD P3 Wilayah Kecamatan Jatinangor Tahun
2015 22
BAB IV.................................................................................................. 24
PENUTUP........................................................................................... 24
4.1 Simpulan................................................................................. 24
4.2 Saran...................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tugas utama dibentunya suatu Negara adalah meningkatkan


kesejahteraan warga Negara. Kesejahteraan dapat diwujudkan melalui
pembangunan. Pembangunan tidak hanya mengejar pertumbuhan namun juga
perlu memperhatikan aspek lingkungan sehingga tidakterjadi ekploitasi terhadap
sumber daya alam yang dimiliki untuk mewujudkan kesejahteraan.Pembangunan
yang hanya mengejar pertumbuhan dan tidak memperhatikan aspek lingkungan
berdampak kurang baik bagi lingkungan dan bagi keberlangsungan kehidupan.

Pembangunan pertanian berkaitan secara langsung dan tidak langsung


dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani dan upaya menanggulangi
kemiskinan terutama di pedesaan.Tak terkecuali di kecamatan Jatinangor
kabupaten Sumedang. Kecamatan Jatinangor merupakan daerah yang datar dan
sedikit berbukit-bukit dengan ketinggian antara 400 m 1000 m dpl dengan titik
terendah di desa Cinta mulya setinggi 675 m dpl, sedangkan titik tertingginya
terletak di puncak gunung Geulis setinggi 1.281 m dpl. Kecamatan Jatinangor
beriklim tropis dengan jumlah curah hujan pada tahun 2015 sebesar 1287 mm
dengan jumlah hari hujan 123 hari. Dengan kondisi geografis seperti ini, sektor
pertanian menjadi salah satu sektor strategis dalam peningkatan ekonomi
masyarakat.

Masyarakat desa dikecamatan Jatinangor memiliki potensi namun juga


memiliki kendala yang dihadapi untuk mewujudkan pembangunan pertanian
berkelanjutan yaitu sumber daya manusia yang masih rendah, masih terdapat
kelompok tani yang kurang aktif, permasalahan modal dan iklam juga
berpengaruh atas usaha pertanian yang dijalankan sehingga diperlukan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
kemandirian masyarakat dan dapat keluar dari masalah yang dihadapi oleh petani.
Lalu seperti apa program yang dilaksanakan oleh kecamatan dalam sektor
pertanian? Bagaimana program tersebut dilaksanakan? Dan apa yang perlu
dievaluasi dari program tersebut? Makalah ini akan membahas hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apa program kecamatan Jatinangor dalam pembangunan sektor pertanian


tahun 2015?

2. Bagaimana implementasi program tersebut dalam masyarakat Jatinangor


pada tahun 2015?

3. Apa saja hal yang menjadi evaluasi dari program tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Memenuhi salah satu tugas ujian tengah semester Mata Kuliah


Pembangunan Lokal

2. Mendeskripsikan mengenai program pembangunan pertanian kecamatan


Jatinangor tahun 2015

3. Menganalisis program pembangunan pertanian kecamatan Jatinangor


tahun 2015

4. Mengevaluasi program pembangunan pertanian kecamatan Jatinangor


tahun 2015
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pembangunan

Mardikanto & Soebiato (2013, h.6) mengatakan pembangunan merupakan


upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus menerus
oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan
oleh masyarakat dengan dipimpin oleh pemerintah, dengan menggunakan
teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan atau memecahkan
masalah yang sedang dan akan dihadapi, demi tercapainya mutu-hidup atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat dari suatu bangsa yang merencanakan
dan melaksanakan pembangunan tersebut. Pembangunan tidak dapat dilakukan
oleh pemerintah juga perlu adanya partisipasi masyarakat agar pembangunan
dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Menurut Sugandhy & Hakim (2007, h.4) mengatakan pembangunan


merupakan upaya sadar dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam
untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir
maupun untuk mencapai kepuasan batin sehingga penggunaan sumber daya alam
harus selaras, serasi dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup.

2.2 Pertanian Berkelanjutan

Salikin (2003, h.15) mengatakan pembangunan pertanian yang dimaksud


adalah pembangunan pertanian dalam arti luas, meliputi bidang-bidang pertanian
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan
kelautan. Pembangunan pertanian harus dilakukan secara seimbang dan
disesuaikan dengan daya dukung ekosistem sehingga kontinuitas produksi dapat
dipertahankan dalam jangka panjang, dengan menekankan tingkat kerusakan
lingkungan sekecil mungkin.

Definisi pertanian berkelanjutan menurut Nasution dalam Salikin (2003,


h.12) bahwa kegiatan pertanian dilakukan untuk memaksimalkan dampak sosial
dari pemanfaatan sumber daya biologis dengan memelihara produktivitas dan
efisiensi produksi komoditas pertanian yang dihasilkan, pertanian berkelanjutan
juga memperhatikan pentingnya memelihara kualitas lingkungan hidup, dan
menjaga produktifitas sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
masa sekarang dan masa mendatang.

Terdapat lima dimensi sistem pertanian berkelanjutan menurut Zamora


dalam Salikin (2003, h.16) yaitu (1) ekologi; (2) kelayakan ekonomi; (3)
kepantasan budaya; (4) kesadaran sosial; (5) pendekatan holistik.

Tujuan pertanian berkelanjutan menurut Manguiat dalam Salikin (2003,


h.13-14) ada tujuh macam kegiatan untuk mencapai peningkatan kualitas hidup,
yaitu: (1) meningkatkan pembangunan ekonomi; (2) memprioritaskan kecukupan
pangan; (3) meningkatkan pengembangan sumber daya manusia; (4)
meningkatkan harga diri; (5) memberdayakan dan memerdekakan petani; (6)
menjaga stabilitas lingkungan (aman, bersih, seimbang, diperbarui); dan (7)
memfokuskan tujuan produktifitas untuk jangka panjang. Sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dengan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan
dansosial.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Anwas (2013, h.3) pemberdayaan masyarakat merupakan upaya


menjadikan masyarakat berdaya dan mandiri, mampu berdiri diatas kakinya
sendiri. Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya mengubah perilaku masyarakat
kearah yang lebih baik sehingga kualitas dan kesejahteraan hidupnya secara
bertahap dapat meningkat. Sedangkan menurut Mardikanto & Soebiato (2013,
h.16) pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan atau
mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti kemampuan dan atau keunggulan
bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang
megalami masalah kemiskinan.

Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007, h.2-5) membagi tiga proses


pemberdayaan, pertama, tahap penyadaran, target sasaran adalah masyarakat
yang kurang mampu yang harus diberikan pencerahan dengan memberikan
penyadaran bahwa mereka memiliki hak untuk mampu dalam menghadapi
masalah yang dihadapi. Mereka harus diberikan motivasi bahwa mereka
mempunyai kemampuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Kedua, tahap
pengkapasitasan, tahap ini terdiri dari tiga jenis pengkapasitasan yaitu
pengkapasitasan manusia, organisasi dan sistem nilai.

Pengkapasitasan manusia dilakukan dengan memberikan pendidikan,


pelatihan, dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan keterampilan individu atau
kelompok. Pengkapasitasan organisasi dilakukan dengan melakukan
restrukturisasi organisasi sehingga dapat memunculkan inovasi baru dalam
perubahan yang dilakukan. Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan
membuat aturan main didalam organisasi yang berupa peraturan yang harus
dipatuhi oleh seluruh anggotanya. Ketiga, tahap penyadaran pada tahap ini target
sasaran diberikan daya atau kekuatan, kekuasaan, otoritas atau peluang yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki sehingga target sasaran dapat
menjalankan kekuasaan yang diberikan dan mampu membawa perubahan lebih
baik.

2.4 Pemberdayaan Masyarakat Petani

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013


tentang Perlindungan & Pemberdayaan Petani pada Pasal 1 Ayat 2 tertulis
pengertian pemberdayaan petani yang berbunyi pemberdayaan petani adalah
segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha
tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan
pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian,
konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan kelembagaan petani.
Petani perlu diberikan perlindungan serta pemberdayaan supaya petani memiliki
kapasitas untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih sejahtera.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Selayang Pandang Kecamatan Jatinangor

Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten


Sumedang, Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah barat Kabupaten
Sumedang dengan bias wilayah 2620 Hayang terletak pada garis meridian 108 o
44 bujur timur, 6o40 lintang selatan dan lintang utara. Batas-batas wilayah
Kecamatan Jatinangor sebagai berikut :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kabupaten

Bandung.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjungsari dan

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang.

c. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukasari dan Kecamatan

Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rancaekek Kabupaten

Bandung.

Kecamatan Jatinangor merupakan daerah yang datar dan sedikit berbukit-

bukit dengan ketinggian antara 400 m 1000 m dpl dengan titik terendah di desa

Cinta mulya setinggi 675 m dpl, sedangkan titik tertingginya terletak di puncak

gunung Geulis setinggi 1.281 m dpl. Kecamatan Jatinangor beriklim tropis dengan

jumlah curah hujan pada tahun 2015 sebesar 1287 mm dengan jumlah hari hujan

123 hari.

Jenis tanah di Kecamatan Jatinangor sebagian besar di dominasi oleh jenis

tanah Latosol, yaitu seluas 1.692Ha (60 %) yang mempunyai bandingan N, P, basa
dan bahan organik rendah ; pH antara 4.5 5.5 ; fisik baik dan agak peka erosi.

Jenis tanah lainnya Andosol 1.128 (40 %).

Jumlah penduduk Kecamatan Jatinangor seluruhnya 104.313 orang terdiri

dari laki-laki 53.529 orang dan perempuan 51.361 orang dengan jumlah kepala

keluarga 21.999 KK.

Penduduk di Kecamatan Jatinangor yang bekerja di sektor pertanian

sebanyak 4.499 orang, perdagangan 2.414 orang karyawan/buruh 15.401 orang

PNS,Polri,TNI 2.412 orang dan Wiraswasta 62.774 orang.


Secara administrasi, pemerintahan Kecamatan Jatinangor terdiri dari 12

desa, 56 dusun, 130 RW dan 474 RT.

3.2 Penggunaan Lahan Pertanian

Sektor pertanian masih merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian

penduduk Kecamatan Jatinangor walaupun pada saat ini sudah terjadi pergeseran

yang menonjol ke sektor lain seperti sektor perindustrian dan jasa serta

perdagangan.

Kecamatan Jatinangor mempunyai luas wilayah 2620 Ha, dengan

penggunaan lahan sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015

No Jenis Penggunaan Luas (Ha)

61
Sawah - 1 x tanam
1 46
- 2 x tanam
- 3 x tanam 177
2 Pekarangan 1217

3 Tegalan / kebun 609

4 Penggembalaan -

5 Sementara tidak diusahakan -

6 Hutan Rakyat 245

7 Hutan Negara 34

8 Perkebunan -

9 Kolam 14

10 Lain-lain 130

Jumlah 2620

3.3 Kondisi Kelembagaan

Kelembagaan/institusi yang ada kaitannya dengan pelaksanaan


pembangunan pertanian di Kecamatan Jatinangor adalah:

a. Kelompok Tani
Sumber daya manusia di Kecamatan Jatinangor bertempat tinggal di
pedesaan yang sebagian besar bermatapencaharian di sektor pertanian. Sebagai
wadah pembinaan para petani telah dibentuk kelompok tani yang berjumlah 57
kelompok dan 12 Gabungan Kelompok Tani. klasifikasi kelompok tani sebagai
berikut :

Tabel 2. Jumlah Kelompok Berdasarkan Kemampuan Kelompok


diKecamatan Jatinangor Tahun 2015

Jumlah Kemampuan kelompok


Desa/ Jumlah
No Poktan
Kelurahan Anggota
Pemula Lanjut Madya Utama

1. Cikeruh 2 80 - 2 - -

2. Hegarmanah 6 407 - 6 - -
3. Cilayung 7 322 - 7 - -

4. Cileles 9 292 3 6 - -

5. Jatiroke 7 258 2 5 - -

6. Jatimukti 4 76 1 3 - -

7. Cisempur 2 53 - 2 - -

8. Cintamulya 2 53 - 2 - -

9. Mekargalih 2 64 - 2 - -

10. Sayang 3 81 - 3 - -

11. Cipacing 5 159 3 2 - -

12. Cibeusi 3 68 - 3 - -

Jumlah 52 1.913 9 41 2 -

Dari 57 kelompok tani tersebut terdiri atas kelompok tani pangan sebanyak

52 kelompok, kelompok tani ternak 5 kelompok dan kelompok tani ikan 1

kelompok.

12 Gabungan Kelompok Tani di Kecamatan Jatinangor yaitu :

Tabel 3. Nama Gapoktan di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015

Pengurus
Desa/ Nama Alamat
No Ketua Sekretari Bendahar
kelurahan Gapoktan sekretariat
s a

Tani Yayat Daim Oded


1. Cikeruh Cikeruh
Makmur Ruchiat Yusuf Ahmad

Subur Mumun Baban E.


Hegarmana Hegarmana
2. Makmur Sumantr Sutaeban Kusnadi
h h
i

Cilayungsar Atang Ade E.


3. Cilayung Cilayung
i Kusnadi Rahmat Kosasih
Bina Karya H. Lili Eman H. Mamat
4. Cileles Cileles
Mandiri Hidayat Sulaeman Slamet

Tani Karya Asep Doom Kaih


5. Jatiroke Jatiroke
Wawan

Mukti Tani M. Lili Koswara


6. Jatimukti Jatimukti
Cahmat

Tani Mukti Muksin S. Encu


7. Cisempur Cisempur
Djuanda Samsudin

Mekar Jaya Cecep Arif Yani


8. Cintamulya Cintamulya
LH, ST. Suryani

Tunas Wikarna Tata Rukman


9. Mekargalih Mekargalih
Mukti

10 Sugih Mukti Oding Cucu Ika Dikra


Sayang Sayang
. Jaya Sukandi

Mulya Jaya Ade Momo Ahdia


11. Cipacing Suryana, Sobandi Cipacing
SPd

Bahagia Wawan Jajang Holid


12
Cibeusi Jaya Setiawa Cibeusi
.
n

b. Institusi Pengendalian Hama Penyakit

Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi tanaman pangan adalah

adanya organisme pengganggu tumbuhan yang meliputi hama dan penyakit yang

menyerang tanaman. Oleh karena itu organisme pengganggu tumbuhan tersebut

harus kendalikan populasinya agar tidak melebihi ambang ekonomi.

Usaha pengendalian hama penyakit tumbuhan adalah tanggung jawab

petani yang pada pelaksanaannya di lapangan dilaksanakan oleh suatu unit

pengendalian hama yang berada pada kelompok tani dengan nama Regu
Pengendali Hama (RPH).Kelembagaan perlindungan hama tanaman yang ada di

Kecamatan Jatinangor :

- Pengamat hama sebanyak 1 orang, Regu Pengendali Hama sebanyak

12 kelompok.

c. Institusi Pengairan

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai sangat penting dalam

menunjang pemanfaatan air seoptimal mungkin dimana kelompok ini berperan

dalam pemeliharaan bangunan jaringan irigasi, pembagian air secara merata, dan

turut aktif dalam perbaikan jaringan irigasi tersebut. Adapun jumlah kelompok

P3A Mitra Cai di Kecamatan Jatinangor sebanyak 6 kelompok.

d. Institusi Ekonomi

Pelaksanaan pembangunan pertanian di pedesaan sangat tergantung pada

adanya institusi ekonomi di daerah tersebut, sebab pada umumnya para petani

sangat lemah dalam segi permodalan. Oleh karena itu guna membantu mereka

mengembangkan usahataninya perlu adanya lembaga yang bisa memberikan

kredit modal dengan bunga yang relatif rendah.

Institusi ekonomi yang ada di pedesaan adalah BRI, KUD, Kios sarana

produksi. Melalui KUD, petani selain dapat memperoleh kredit, juga dapat

menjual hasil usahataninya, sehingga diharapkan selain memproduksi mereka

juga bisa menguasai jalur pemasaran. Adapun jumlah institusi ekonomi yang ada

di Kecamatan Jatinangor adalah :

- BRI Unit Desa 2 buah


- Koperasi Unit Desa 1 buah
- Kios Sarana Produksi KUD 1 buah
- Kios Sarana Non-KUD 6 buah
- BKPD (BPR) Kecamatan Jatinangor 1 buah
- BPD cabang Jatinagor 1 buah
- Bank Bukopin 1 buah
E. Institusi Iptek

Disamping ke empat institusi di atas, walaupun bukan merupakan bagian

yang terkait langsung secara formal dalam pembangunan pertanian di Kecamatan

Jatinangor, institusi iptek dapat pula dimanfaatkan keberadaannya untuk

menunjang keberhasilan pembangunan pertanian di Kecamatan Jatinangor.

Institusi Iptek adalah perguruan tinggi yang ada di Kecamatan Jatinangor yang

terdiri dari :

1. IKOPIN (Institut Koperasi dan Managemen Indonesia)

Dari institusi ini diharapkan bisa menyumbangkan pemikiran terhadap

institusi ekonomi yang ada, yaitu KUD. Sumbangan yang dapat dimanfaatkan

berupa pelatihan bagi pengurus KUD dalam perencanaan, pengelolaan,

pengawasan organisasi KUD.

2. UNWIM yang berubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung)

Sumbangan yang dapat diharapkan dari institusi ini berupa inovasi baru yang

bersifat teknis secara tidak langsung.

3. UNPAD (Universitas Padjadjaran)

Yang diharapkan dari institusi ini lebih jelas lagi kaitannya, terutama dalam

inovasi di sektor pertanian yang dapat berupa :

- Tehnik budidaya
- Penggerakan potensi kelembagaan sosial petani

- Perencanaan / pengelolaan agribisnis dan agroindustri

4. IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri)


Institusi ini tidak terkait langsung dengan sektor pertanian, tetapi dengan
adanya magang Mahasiswa STPDN di desa-desa di Kecamatan Jatinangor
diharapkan mahasiswa tersebut dapat memberikan pengalaman dalam pengelolaan
pembangunan sektor pertanian, sehingga manfaatnya bersifat normal.

3.4 Perkembangan Pertanian dan Hortikultura

Realisasi kegiatan untuk pertanian tanaman pangan khususnya padi

dilaksanakan melalui peningkatan mutu intensifikasi karena lahan sawahnya

sangat terbatas. Sedangkan untuk tanaman palawija dan hortikultura perluasan

areal tanam dilakukan pada lahan darat.

Kecamatan Jatinangor mempunyai lahan sawah seluas 371 Ha yang terdiri

dari sawah teknis 223 Ha, teknis 19 Ha, sederhana 46 Ha, Non-PU 33 Ha dan

sawah tadah hujan 61 Ha.

Adapun Varietas padi yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan

Jatinangor adalah IR-64 , Ciherang, Widas, Cimalati dan jenis lokal seperti si

midun sedangkan untuk lahan darat banyak ditanami dengan tanaman jagung,

singkong, padi gogo, kacang tanah dan ubi jalar.

Perkembangan kegiatan pembangunan pertanian khususnya tanaman

pangan mengalami peningkatan untuk luas tanam padi sawah bila dibandingkan

dengan luas tanam pada tahun 2014, hal ini dikarenakan adanya curah hujan yang
merata hampir setiap bulan sehingga memungkinkan petani untuk melakukan

penanaman padi sawah dengan intensitas 3 kali tanam pada tahun 2015.

Meningkatnya penanaman padi sawah berarti terjadinya penurunan luas tanam

dari tanaman palawija serta tanaman sayuran yang biasa di tanam di lahan sawah.

Selain padi sawah tanaman lainnya yang mengalami peningkatan areal tanam

adalah padi gogo dari 126 ha pada tahun 2014 menjadi 133 ha pada tahun 2015;

jagung tahun 2014 282 ha menjadi 419 ha pada tahun 2015; ubi kayu pada tahun

2014 226 ha menjadi 189 ha pada tahun 2015 ; kacang merah pada tahun 2014 41

ha,menjadi 44 ha pada tahun 2015 ; tomat 1 ha; kacang panjang 1 ha. Penanaman

cabe merah 2 ha. Untuk tanaman ubi jalar, kacang tanah, mentimun serta bawang

daun luas areal pertanaman mengalami penurunan. Penuruan areal tanam terbesar

pada ubi jalar yaitu 26 ha pada tahun 2014 menjadi 5 ha pada tahun 2015.

Tabel 3. Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Serta


ProduktivitasBerbagai Komoditas Pertanian di Kecamatan Jatinangor
Tahun 2015

Luas Luas Puso Produksi

No Komoditas Tanam Panen


(Ha) (Ton)
(Ha)
(Ha)

1 Padi Sawah 759 712 - 6029

2 Padi Gogo 30 29 - 103

3 Jagung 514 385 - 3572

- Hibrida 325 168 - 905

- Manis 189 217 - 2667

- Lokal 0 0 - 0

- Komposit 0 0 - 0

4 Kacang Tanah 111 81 - 129


5 Ubi Kayu 340 248 - 3923

6 Ubi Jalar 63 54 - 671

7 Kacang Gondolo 0 0 - 0

8 Kacang Merah 0 0 - 0

9 Tomat 17 8 - 627

10 Kacang Panjang 12 17 - 2880

11 Mentimun 4 6 - 801

12 Bawang Daun 3 0 - 0

13 Buncis 1 1 - 16

14 Sawi 71 43 - 2251

15 Bawang merah 7 2 - 63

16 Cabe Merah 5 5 - 6029

3.5 ProgramKegiatan UPTD P3 Wilayah Kecamatan Jatinangor Tahun 2015

Pembangunan Pertanian Peternakan dan Perikanan Kecamatan Jatinangor

Tahun 2015, selain melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan tentang

keadaan pertanaman setiap bulan, pada Tahun 2015 juga dilakukan Program

kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan Optimalisasi Lahan (OPLAH) : yang dibiayai

dariDanaTugasPembantuan(TP) tahun 2015DanaBantuanSosialTahun

2015 yangdikeluarkan olehDirektoratJenderalPrasarana danSarana

PertaniansebesarRp.1.200.000,-/Ha.

N Desa Nama Ketua Vol/satua Biaya


o Kelompok n (Rp)
/Gapoktan (ha)

1 2 3 4 5 6

1 Cisempur Tani Mukti.II Omo 20 24.000.0000,


Carma -

2 Cilayung Cilayung Atang 20 24.000.000,-


Sari.I Kusnadi

3 Sayang Sukasari Oding 20 24.000.000,-

4 Cipacing Kiara Jaya Ade 20 24.000.000,-


Suryana

5 Cikeruh Lumbungsari Wahi 20 24.000.000,-

6 Cibeusi Bahagia.I Amat 20 24.000.000,-


Rahmat

7 Jatiroke Mekartani.II Maman 20 24.000.000,-

8 Mekargalih Mekarmukti Rukman 20 24.000.000,-

Jumlah 8 Kelompok 160 ha 192.000.000,


-

2. Perbaikan Jaringan Irigasi / Jaringan Irigasi Tersier dalam Rangka

UPSUS Padi

(Berasal dari alokasi Dana Tugas Pembantuan berupa Transfer uang dari

Direktorat JenderalPrasarana danSarana Pertanian KEMENTAN 2015 (APBNP)

Nama
No Desa Kelompok Ketua Vol/satuan Biaya
/Gapoktan (ha) (Rp)

1 Hegarmanah Mekarmanah Dadang 35 ha 35.000.000,-

2 Cileles Sinar Mutiara Ukri 35 Ha 35.000.000,-

3 Jatimukti Muktisari Bandi 35 ha 30.000.000,-

4 Hegarmanah Hegarmukti Yaya 35 Ha 35.000.000,-

Jumlah 4 Kelompok 140 ha 135.000.000,-


3. Program Penyedian sarana dan Prasarana Pertanian (Benih,Pupuk
dan Alat Mesin Pertanian).

NO Desa Kelompok Ketua Traktor Pompa

1 Hegarmanah Mekar Manah Dadang 1 -

2 Cilayung Cilayung sari II Dayat Hidayat 1 -

3 Mekargalih Mekargalih Rukman 1 -

Gapoktan
4 Cibeusi Bahagia Jaya wawan S. 1 -

Gapoktan Tani
5 Cikeruh Makmur Yayat 1 -

Gapoktan Sugih
6 Sayang Mukti Jaya Oding 1 -

7 Jatiroke Mekar Tani 3 Maman - 1

Jumlah 6 1

4. Bantuan Jagung dan pupuk

N Volume/satuan Beni
Desa Kelompok Ketua Urea Npk
O (Ha) h

Cilayun Ateng
1 g Cilayung sari IV M 25 375 1250 1250

2 Cileles Hikmat Odang 25 375 1250 1250

250
Jumlah 50 750 0 2500
5. Bantuan Benih Buah-Buahan
Kelompo Jumlah
NO Desa Ketua
k Mangga Durian

1 Cipacing Sawargi Ida 36 40

2 Jatimukti Dahlia Cucu 36 40

3 Cintamulya Mawar Kokom 36 40

4 Cileles Biangkit sriyani 36 40

Hj.
5 Hegarmanah Silih asih Enok 36 40

Jumlah 180 200

6. Bantuan langsung Benih Bersubsidi

Volume/satuan
NO Desa Kelompok Ketua Urea Npk Benih
(Ha)

175
1 Hegar Manah Mekar Manah Dadang 35 0 1750 875

175
2 Hegar Manah Hegarmukti Yaya 35 0 1750 875

175
3 Jatimukti Muktisari Bandi 35 0 1750 875

175
4 Cileles Sinar Mutiara Ukri 35 0 1750 875

540
Jumlah 140 0 5400 3500

7. Optimalisasi saprodi
Volume/
NO Desa Kelompok Ketua satuan Biaya (Rp)
(Ha)
1 Hegarmanah Muara Harapan II Enjang 10 10.975.000

2 Cisempur Mukti.I Muksin 5 5.487.500

3 Sayang Sugih Mukti Saipudin 5 5.487.500

4 Jatiroke Bina Karya Dadang 10 10.975.000

5 Cintamulya Citanggulun Maman M 4 4.390.000

6 Cipacing Jeruk Nipis Ahdia 10 10.975.000

7 Mekargalih Tunas Mekar Kamsa 5 5.487.500

8 Cikeruh Ciawi Gajah Mamat 5 5.487.500

9 Cilayung Cilayungsari 3 E.Kosasih 11 12.072.500

10 Al Hikmah Une - -
Cileles
11 Cileles Jaya Zezen 5 5.487.500

Jumlah 70 76.825.000

8. Bantuan di Bidang Peternakan

Jenis Jumlah
NO Desa Kelompok Ketua
ternak Betina Jantan

1 Cileles Mitra Mandiri Mahmudin Domba 32 6

Sapi
2 Cipacing Amanat tani Budi Potong 10 -

Sapi
3 Cilayung Sauyunan II Muslim Potong 10 -

Jumlah 52 6

9. Bantuan di Bidang Perikanan

NO Desa Kelompok Ketua Jenis bantuan Volume/satuan

1 Jatiroke Mekar Tani II Diat Jaenudi Induk ikan 1 paket

Pakan Kelas 1 100 KG


Pakan Benih
Hypropit 10 Kg

waring 2 buah

Hapa 2 Buah

Tabung Oksigen 6
m3 1 unit

Bak Plastik 1 buah

Bak seleksi 1 Set

Ember Plastik 1 buah

3.6 Analisis Program Kegiatan UPTD P3 Wilayah Kecamatan Jatinangor Tahun 2015

1. Perspektif Aparatur Desa

Berdasarkan data dari laporan kegiatan Pembangunan Pertanian Kecamatan


Jatinangor Tahun 2015 tersebut diatas, kelompok kami mencoba menganalisis program
UPTD Pengembangan Pertanian dan Perikanan (P3) kecamatan Jatinangortersebut.
Kelompok kami mencoba mewawancarai salah satu desa di kecamatan Jatinangor, yaitu
kepala desa Jatimukti dan ketua Gabungan Kelompok taninya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Desa Jatimukti, yaitu Bapak Dedi, kelompok tani yang
berada di desa Jatimukti Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang di bagi kedalam 4
kelompok tani yang jumlah anggotanya 76 orang. Ke 4 kelompok tani tersebut
digabungkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Mukti Tani yang diketuai oleh Pak
M.Cahmat yang kedua kelompok Muktisari yang diketuai oleh Pak Bandi. Dari
pengelompokkan tersebut tidak ada perbedaan, pengelompokkan tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan anggotanya lebih terorganisir maka 1 hamparan sawah dibagi
perblok rumah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa Jatimukti, Kecamatan


Jatinangor, Kabupaten Sumedang, bahwa program yang dilaksanakan oleh kecamatan
Jatinangor berjalan, tetapi tidak semua kebutuhan dan keinginan petani terpenuhi,
keinginan petani dari program ini ialah adanya perkembangan terus menerus dimulai
dari pengetahuan, sarana prasarana dan hal lainnya. Terdapat beberapa perbebedaan
program dengan dulu, bantuan pupuk dan benih yang dulu disalurkan langsung kepada
petani tanpa pungutan biaya (hibah), namun sekarang pupuk dan benih itu bersubsidi
dari harga asal Rp. 50.000,- diberi subsidi oleh pemerintah, kemudian kelompok tani
hanya membayar Rp. 20.000,-

Jika dilihat dari hal lain, 2 alkon penyedot air dari aliran sungai untuk ke
sawah masih dikatakan belum maksimal karena penyuluhan masih kurang dan tidak
adanya pendampingan penyuluhan langsung. Hasil pertanian juga terlihat stagnan-
cenderung menurun, sedikit-demi sedikit berkurang karena dibangunnya rumah-rumah.
Pada kenyataannya masih banyak hamparan sawah yang belum tersentuh pembangunan
pertanian, bahkan meskipun dari data Laporan Kegiatan Pembangunan Pertanian
Kecamatan Jatinangor 2015 menunjukkan ada perbaikan jaringan irigasi sekitar 35ha
dengan biaya yang dikeluarkan sebesar RP. 30.000.000,- dan dilihat dari gambar yang
tertera dalam Laporan kegiatan tersebut sudah ditembok tetapi pada kenyataannya
sebagian pembangunan perbaikan irigasi masih berupa tanah belum berupa tembok.

2. Perspektif Petani

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Gabungan Kelompok Tani desa
Jatimukti, yaitu Bapak Bandi yang juga menyebutkan bahwa dari beberapa program
yang dilaksanakan oleh UPDT P3 kecamatan Jatinangor masih terdapat beberapa
program yang belum rampung dan maksimal dijalankan. Meskipun begitu, tetapi terkait
dengan Pemberdayaan institusi/kelembagaan tani/Gapoktan dan kelembagaan ekonomi
masyarakat yang salah satunya yaitu sosialisasi sudah sering dilaksanakan oleh UPTD
P3 kecamatan Jatinangor yang biasanya dilaksanakan di aula kecamatan ataupun di
sekre gapoktan Jatimukti.

Selain itu, UPTD P3 kecamatan Jatinangor pada tahun 2015 juga telah
merealiasasikan penyediaan sarana dan prasarana pertanian seperti traktor, benih, pupuk
dan kebutuhan tani lainnya. Hal tersebut dirasakan sangat membantu petani dalam
mengelola lahan pertanian. Tetapi meskipun begitu, masih banyak kebutuhan petani
yang belum terpenuhi seperti salah satu yang diutarakan adalah terkait irigasi yang di
beberapa titik desa belum terhubung.
3.7 Evaluasi ProgramKegiatan UPTD P3 Wilayah Kecamatan Jatinangor Tahun 2015

Dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian di Kecamatan Jatinangor


terdapat beberapa aspek evaluasi yang dihadapi, yaitu:

1. Aspek sumber daya alam berupa semakin terbatasnya lahan pertanian


2. Aspek sumber daya manusia berupa ketersediaan tenaga kerja yang
terbatas
3. Aspek teknologi
4. Kurangnya permodalan yang dimiliki menyulitkan petani untuk
mengembangkan usahanya.
5. Banjir dan tanah longsor

Aspek sumber daya alam yang dirasakan menjadi kendala utama adalah
semakin terbatasnya lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian. Hal ini
terjadi karena adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non-pertanian
(perumahan, pabrik dan perguruan tinggi) sebagai konsekuensi dari perkembangan
wilayah, sehingga terjadi perubahan tata ruang yang tidak dapat dihindarkan lagi. Di
Kecamatan jatinangor mutasi lahan ini terjadi dengan sangat cepat dan jelas terutama
pada lahan sawah. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi UPTD P3 kecamatan
Jatinangor untuk mempertahankan lahan yang masih digarap untuk pertanian.

Pesatnya perubahan yang terjadi di Kecamatan Jatinangor tidak hanya


berdampak pada semakin sempitnya areal pertanian tetapi juga mengakibatkan
banyaknya tenaga produktif yang ada di sektor pertanian mulai pindah profesi ke sektor
lain yang dirasakan lebih menjanjikan. Hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan
program kegiatan pertanian di Kecamatan Jatinangor.

Kurang tersedianya teknologi yang mendukung terhadap pembangunan


pertanian baik dalam pertanian tanaman pangan,hortikultura peternakan dan perikanan
merupakan salah satu aspek permasalahan yang dirasakan di Kecamatan jatinangor.
Dalam pelaksanan pembangunan pertanian keberadaan teknologi tepat guna sangatlah
diperlukan guna menunjang pelaksanaan kegiatan pertanian. Selain menyangkut
peralatan, teknologi dalam hal budidaya pertanian pun patutlah diperhatikan terutama
dalam hal budidaya komoditas pertanian dan teknik budidaya perikanan dan peternakan
yang tergolong baru yang diharapkan dapat memberikan hasil dengan kualitas yang baik
dan memenuhi permintaan pasar. Kurangnya penerapan teknologi terutama dirasakan
dalam hal pengolahan pasca panen, sehingga petani tidak memiliki nilai tambah dari
hasil usahanya.

Terjadinya perubahan daerah Jatinangor dari kawasan pedesaan menjadi


kawasan pendidikan mengakibatkan terjadinya perubahan tata ruang terutama di daerah
Cikeruh bagian atas, sehingga bila hujan di atas rata-rata akan mengakibatkan banjir dan
longsor karena kurangnya daerah resapan air.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Pengembangan Pertanian dan
Perikanan kecamatan Jatinangor dan hasil wawancara dengan salah satu kepala
desa yang ada di Jatinangor serta gabungan kelompok petani di Jatinangor,
program yang dilaksanakan sudah terimplentasi dengan cukup baik dan
koordinasi antara UPTD P3 kecamatan Jatinangor dengan lembaga-lembaga
pertanian di desa-desa Jatinangor pun berjalan dengan baik sehingga program
dapat terimplementasi dengan baik meskipun masih terdapat beberapa evaluasi
dari program tersebut seperti belum meratanya program bagi desa-desa,
pengadaaan teknologi tani yang belum terbarukan, serta alih fungsi lahan dengan
berdirinya bangunan-bangunan.

4.2 Saran
Dalam permintaaan data kepada instansi terkait masih terkendala dengan
administrasi yang masih belum lengkap sehingga kelompok kami mengalami
kesulitan dalam menganalisis program yang dilaksanakan. Semoga kedepannya
kendala seperti ini dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

Laporan UPTD Pengembangan Pertanian dan Perikanan kecamatan Jatinangor


tahun 2015

Wawancara Kepala desa Jatimukti kecamatan Jatinangor

Wawancara Ketua Gabungan Kelompok Tani desa Jatimukti

Lifa Indri Astuti, Hermawan, Mochammad Rozikin. Pemberdayaan masyarakat


dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.Diakses Dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=347139&val=6469&title=Pemberdayaan%20Masyarakat%20%20Dalam
%20Pembangunan%20Pertanian%20Berkelanjutan%20(Studi%20Pada%20Desa
%20Asmorobangun%20Kecamatan%20Puncu%20Kabupaten%20Kediri) Pada
Tanggal: 15 April 2017 Pukul: 19.34 WIB.

Anda mungkin juga menyukai