Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN


PENANAMAN PADI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
DI KECAMATAN KEDUNGREJA KABUPATEN CILACAP
TAHUN 2020

Disusun Oleh :
1. Mukhlis Syaifullah (03.01.18.0025)
2. Nadya Ayu Tri Wulandari (03.01.18.0026)
3. Prilesuwasti (03.01.18.0027)
4. Rahmat Gajali (03.01.18.0028)
5. Retno Yulianingrum (03.01.18.0029)
6. Romzi (03.01.18.0030)

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA -
MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusunan panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Penanaman Padi Sistem Tanam
Jajar Legowo di Desa Kedungreja, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap
dalam mata kuliah Evaluasi Penyuluhan Pertanian.

Dalam penyusunan laporan ini penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan


dari berbagai pihak tidak mungkin kegiatan laporan ini dapat terbentuk, untuk itu
atas segala bantuan yang telah diberikan penyusun mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya yang
senantiasa memberikan keyakinan yang tinggi akan kekuasaan-Nya
2. Bapak Dr. Rajiman, SP., MP, selaku Direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian Yogyakarta-Magelang,
3. Bapak Dr. Ir. Sujono, MP, selaku Kepala Jurusan Pertanian Politeknik
Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang,
4. Bapak Ir. Miftakhul Arifin, M.Pd, selaku Kepala Prodi Penyuluhan
Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian
Yogyakarta-Magelang,
5. Bapak Drs. Gunawan Yulianto, MM. M.Si selaku Dosen Mata Kuliah
Evaluasi Penyuluhan Pertanian,
6. Bapak Suparjo, A.Md selaku Koordinator BPP Kecamatan Kedungreja,
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan rencana
evaluasi ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat
kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi
perbaikan di penyusunan selanjutnya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Evaluasi Penyuluhan Pertanian.....................................................................4
B. Evaluasi Model CIPPO...............................................................................10
C. Penanaman Padi Sistem Tajarwo................................................................12
BAB III METODE EVALUASI............................................................................13
A. Waktu dan Tempat......................................................................................13
B. Penentuan Sampel.......................................................................................13
C. Jenis Data....................................................................................................13
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................14
E. Analisis Data...............................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................17
A. Gambaran Umum Wilayah dan Program Penyuluhan Tajarwo..................17
B. Hasil dan Pembahasan................................................................................17
BAB V PENUTUP.................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
LAMPIRAN...........................................................................................................32

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 4. Dokumentasi..................................................................................... 47

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian dalam arti luas mempunyai tujuan untuk
meningkatkan produksi dan mutu perbaikan sehingga pendapatan pertani
meningkat, petani dapat meningkatkan gizi, masyarakat lebih baik, tersedianya
kesempatan dan lapangan kerja kesejahteraan petani yang semakin meningkat.
Agar pembangunan pertanian dapat mencapai sasaran yang diinginkan maka
harus dapat memadukan kebijakan pemerintah (pusat dan daerah) dengan
keinginan, kepentingan, serta kebutuhan petani.
Penyuluhan pertanian sebagai pendidikan informal untuk petani dan
keluarganya dengan tujuan untuk meningkatkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani sehingga memiliki sikap yang bisa lebih
maju dalam berusaha tani. Dengan kemajuan usaha taninya diharapkan bisa
meningkatkan produksi, pendapatan, dan akhirnya bisa meningkatkan
kesejahteraan petani dan keluarganya.
Kabupaten Cilacap merupakan daerah terluas di Jawa tengah, dengan
batas wilayah sebelah selatan Samudra Indonesia, sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen
dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar
Provinsi Jawa Barat. Terdapat 24 kecamatan 269 desa dan 15 kelurahan.
Visi dari Kabupaten Cilacap adalah " Terwujudnya masyarakat
Cilacap yang lebih Sejahtera, Mandiri, Berbudaya dan Terintegrasikannya
sistem e-government menuju smart regency (kabupaten cerdas) pada tahun
2021." (Cilacapkab.go.id).
Dari semua kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap terdapat
Kecamatan Kedungreja. Kecamatan Kedungreja secara administrasi menjadi
wilayah bagian dari Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah, terletak di
sebelah tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Kedungreja

1
berjarak 1 km dari kabupaten dan 22 km dari provinsi. Luas wilayah
Kecamatan Kedungreja secara keseluruhan sekitar 71,43 ha. Kecamatan
Kedungreja terdiri dari sebelas desa yaitu Desa Tambaksari, Desa Rejamulya,
Desa Kedungreja, Desa Ciklapa, Desa Jatisari, Desa Bumireja, Desa
Bangunreja, Desa Tambakreja, Desa Kaliwungu, Desa Sidanegara, dan Desa
Bojosari. Didalamnya terdapat 58 dusun, 485 rukun warga (RW) dan 93
rukun tetangga (RT).
Kecamatan Kedungreja merupakan daerah dengan rata – rata produksi
padi tertinggi kedua di Kabupaten Cilacap, setelah Kecamatan Prambanan.
Rata – rata produksi padi pada tahun 2016 yaitu sekitar 63,31%. Hal tersebut
sejalan dengan program swasembada pangan yang ada di Kabupaten Cilacap,
dan menghasilkan produk unggulan “Beras Cilacap”.
Untuk mengukur berjalannya suatu program dan dampak apa yang
ditimbulkan maka dibutuhkan evaluasi. Evaluasi penyuluhan pertanian
merupakan upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan
dan penganalisisan informasi atau fakta-fakta secara sistematis mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai
hasil relevansi, evektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan. (Deptan,
1995).

B. Rumusan Masalah
1. Evaluasi program penanaman padi sistem tanam jajar legowo tahun 2020
di Kecamatan Kedungreja dengan model pendekatan CIPPO

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan konteks dari kegiatan penyuluhan
penanaman padi sistem tanam jajar legowo melalui evalusi dengan model
pendekatan CIPPO
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan input dari kegiatan penyuluhan
penanaman padi sistem tanam jajar legowo melalui evalusi dengan model
pendekatan CIPPO

2
3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program penyuluhan penanaman
padi sistem tanam jajar legowo melalui evalusi dengan model pendekatan
CIPPO

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui tingkat keberhasilan konteks dari kegiatan penyuluhan
penanaman padi sistem tanam jajar legowo melalui evalusi dengan model
pendekatan CIPPO
2. Dapat mengetahui tingkat keberhasilan input dari kegiatan penyuluhan
penanaman padi sistem tanam jajar legowo melalui evalusi dengan model
pendekatan CIPPO
3. Dapat mengetahui tingkat keberhasilan program penyuluhan penanaman
padi sistem tanam jajar legowo melalui evalusi dengan model pendekatan
CIPPO

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Penyuluhan Pertanian


1. Pengertian Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Dalam bahasa sehari-hari evaluasi menurut A.S. Hornby & E.C
Parnwell (1972) adalah suatu tindakan untuk menilai (to decide the value
of ) sesuatu keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang
diamati. Sehubungan dengan itu, H.A. Anderson and B.J Bond (1966)
menyimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan pengumpulan
keterangan, identifikasi implikasi, penentuan hukum, dan penilaian serta
perumusan keputusan, dalam hubungannya dengan perbaikan atau
penyempurnaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan
tertentu yang diinginkan. Atau dengan kata lain, evaluasi harus
berdasarkan keterangan atau fakta dan menurut ukuran-ukuran yang
objektif.
Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi,
efisiensi, efektifitas, dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/program
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan
obyektif.Definisi evaluasi dapat diambil dari pendapat beberapa ahli
antara lain Soedijanto (1996), menyatakan: evaluasi adalah sebuah proses
yang terdiri dari urutan rangkaian kegiatan mengukur dan menilai.
Kata “evaluasi” dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan
sebagai istilah dari “penilaian” yaitu suatu tindakan pengambilan
keputusan untuk menilaisesuatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan
tertentu yang sedang diamati (Hornby and Parnwell, 1972). Oleh sebab itu
tidaklah mengherankan jika tanpa kita sadari setiap saat kita telah
melakukan evaluasi, baik di rumah (sejak sebelum mengambil keputusan
untuk bangun tidur, kapan harus mandi, makan, pakaian apa yang akan di
pakai dan lain-lain) atau di tempat pekerjaan (untuk menilai apa yang
harus kita hadapi, ataupun menilai pekerjaan yang dilakukan orang lain
atau yang kita kerjakan hari ini).

4
Evaluasi suatu kegiatan merupakan hal yang penting, namun
sering dikesampingkan, dan konotasinya negatif, karena dianggap
mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan
penyuluhan pertanian. Sebenarnya monitoring dan evaluasi harus dilihat
dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan
program/ kegiatan penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif, efisien
dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Monitoring dan evaluasi
penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan
dari suatu kegiatan/program penyuluhan, dan kinerja penyuluhan,
mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan
antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim
yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat
berkembang menjadi dinamis serta mampan untuk memperbaiki
kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada
akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto, N.P.2005). 
Salim, F. (2005), bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya
pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian
,agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social
maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
mereka dapat dicapai.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim
yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat
berkembang menjadi dinamis serta mampun untuk memperbaiki
kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya
mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto, N.P.2005). 
Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna
memenuhi “keingintahuan kita” dan “keinginan kita untuk mencari
kebenaran” suatu program penyuluhan berlangsung. Evaluasi penyuluhan
pertanian dapat dilakukan dengan baik pada awal atau pada akhir program
penyuluhan. Dari hasil evaluasi tersebut, kita akan memperoleh gambaran

5
seberapa jauh tujuan penyuluhan pertanian tercapai. Dalam hal ini
seberapa jauh perubahan perilaku petani dalam melakukan usaha tani,
mulai dari penyediaan sarana produksi (agro input), proses produksi
(kultur teknis), agro industri, pemasaran (baik domestik maupun ekspor).
Semua ini terangkum di dalam ungkapan “bertani lebih baik dan
berusahatani lebih menguntungkan”.
Dengan demikian evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan
untuk menentukan sejauhmana tujuan penyuluhan pertanian dicapai.
Untuk maksud tersebut dan agar evaluasi penyuluhan pertanian efisien
diperlukan adanya proses yang sistematis.

2. Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Tujuan evaluasi adalah memperbaiki program/kegiatan yang
sedang berjalan maupun umpan balik untuk perbaikan program yang akan
datang dan pengambilan keputusan. Dalam tulisan ini tujuan evaluasi
dibagi menjadi tiga tujuan (Cerbea and Tepping, 1977; FAO, 1984, dalam
Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat implisit.
Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi.
a. Tujuan Kegiatan (activity objective)
1) Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program
(keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya, masalah,
kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
2) Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
3) Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat
intervensi program/kegiatan penyuluhan.
4) Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan
program.
5) Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam perencanaan dan
pelaksanaan program.
6) Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
7) Tujuan Managerial (managerial objective)

6
8) Memberikan data/informasi sebagai dasar pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
9) Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
10) Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake
holder.
11) Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih
baik.
b. Tujuan Program  (Program objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain
untuk memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa
perlu dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:
1) Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah
2) Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-lembaga
terkait
3) Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari
masyarakat.

3. Jenis Evaluasi Penyuluhan Pertanian


a. Evaluasi Program Penyuluhan
Setiap program yang direncanakan seharusnya diakhiri dengan
evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya.
Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat dan menilai
kembali apakah suatu program atau kegiatan telah dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan
hasil evaluasi itu kemudian diambil keputusan apakah suatu program
akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan akan diganti. Evaluasi
program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilakn
keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya
b. Evaluasi Hasil(Result Evaluation)
Hasil dari kegiatan penyuluhan pertanian adalah derajat
pencapaian tujuan penyuluhan pertanian. Tujuan penyuluhan pertanian
adalah perubahan perilaku petani dan anggotanya sebagai sasaran

7
(target group) dari kegiatan penyuluhan. Oleh karen itu tujuan program
penyuluhan pertanian harus dinyatakan dalam pernyataan perubahan
perilaku, baik perubahan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotorik.
Jadi evaluasi hasil dari suatu program penyuluhan pertanian
adalah mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan
yang direncanakan yang merupakan perubahan perilaku petani dan
anggota keluarganya dalam mengadopsi inovasi-inovasi (pembaharuan)
yang disuluhkan oleh penyuluh pertanian sebagai change agent.
c. Evaluasi Metode(Methods Evaluation)
Dalam ilmu perencaan ada yang disebut dengan planning,
programming dan budgeting.Planning adalah proses untuk menentukan
tujuan. Programming adalah proses untuk menentukan strategi untuk
mencapai tujuan dan Budgeting aalah proses untuk menentukan biaya.
Jadi penentuan strategi artinya adalah pemilihan metode yang tepat.
Demikian pula penentuan strategi penyuluhan pertanian intinya adalah
pemilihan metode penyuluhan yang tepat. Metode tersebut adalah
metode yang dipilih yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan
dengan disertai pertimbangan materi yang disuluhkan, kemampuan
penyuluh, waktu dan tersedianya sarana-prasarana serta biaya.
Metode-metode yang dipilih tersebut akan merupakan strategi
yang akan dipergunakan untuk mewujudkan rencana penyuluhan
pertanian. Dalam hal ini, perubahan perilaku pada diri petani dan
anggota keluarganya, baik perubahan aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Jadi evaluasi metode penyuluhan pertanian adalah evaluasi
kegiatan-kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh dalam
rangka mencapai perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini sesuai
dengan yang dinyatakan dalam tujuan program penyuluhan pertanian
yang merupakan gambaran adopsi inovasi yang dianjurkannya.

8
d. Evaluasi Sarana dan Prasarana(Means Evaluation)
Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah.
Jadi tidak berlangsung di ruangan, tetapi berlangsung di lapangan atau
di lahan usahatani para petani. Pendidikan yang berlangsung dalam
situasi kehidupan yang nyata. Pendidikan orang dewasa berlangsung
dalam satu siklus usaha penuh, dimana teori dan praktek terintegrasi
dalam kegiatan pembelajaran di lapangan. Oleh karena itu keberhasilan
penyuluhan pertanian sangat tergantung kepada keberadaan sarana dan
prasarana merupakan unsur yang sangat penting bagi kegiatan
penyuluhan pertanian.
Efektifitas atau keberhasilan dari kegiatan penyuluhan pertanian
sebagian besar tergantung dari adanya ABP (alat bantu penyuluhan),
perlengkapan dan pearalatan, bahan-bahan, prasarana yang
dipergunakan. Dalam sarana dan prasarana ini termasuk juga yang
terlibat dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Jadi evaluasi sarana dan prasarana penyuluhan pertanian akan
berkaitan dengan persiapan dari kedua kelompok sarana dan prasarana
tersebut di atas.
e. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dan Evaluasi Dampak
Penyuluhan Pertanian
Evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan merupakan proses
yang sistematis sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh
evaluator melalui pengumpulan dan analissis informasi secara sisteatik
mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak dari sebuah
kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil evaluasi ini untuk menilai
relevansi, efektivitas hasil dari suatu kegiatan untuk selanjutnya
digunakan sebagai pertmbangan dalam pengambilan kebijakan pada
perencanaan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.
Evaluasi pelaksanaan atau evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Fokus utama
pada evaluasi ini menyangkut:
1) Tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

9
2) Kemungkinan keberhasilkan kegiatan
3) Sejauh mana hasil yan diperoleh
4) Tindakan korektif yang diperlukan
5) Tindakan lain sebagai pelengkap pelaksanaan kegiatan

B. Evaluasi Model CIPPO


CIPP merupakan singkatan dari, context evaluation : evaluasi terhadap
konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process evaluation :
evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil.
Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponen
evaluasi. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut
merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses
sebuah program kegiatan.
Selanjutnya Stufflebeam dan Shinkfield (2007) mengembangkan
sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a
decision oriented evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan
kepada administrator atau leader pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP
ini terdiri dari 4 komponen yang diuraikan sebagai berikut:
1. Context Evaluation(Evaluasi Konteks)
Stufflebeam dan Shinkfield (2007) menyebutkan, tujuan evaluasi
konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan
yang dimiliki dari objek yang di evaluasi. Evaluator akan dapat
memberikan arah perbaikan yang diperlukan dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan tersebut. Arikunto dan Safrudin (2009) menjelaskan
bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani, dan tujuan proyek.
2. InputEvaluation (Evaluasi Input)
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
masukan. Menurut Widoyoko (2012), evaluasi masukan membantu
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative
apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan

10
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi
masukan meliputi: sumber daya manusia, sarana dan peralatan pendukung,
dana atau anggaran, dan berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. 
3. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan
diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Evaluasi proses untuk
mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen
apa yang perlu diperbaiki (Stufflebeam dan Shinkfield 2007). Menurut
Arikunto dan Safrudin (2009), evaluasi proses dalam model CIPP
menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program,
“siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program,
“kapan” (when) kegiatan akan selesai. Evaluasi proses model CIPP
diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam
program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
4. Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,
menginterpretasikan dan menilai pencapaian program (Stufflebeam dan
Shienfield 2007). Tayipnapis (2008) menerangkan, evaluasi produk untuk
membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang
telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Berdasarkan dua pengertian tersebut disimpulkan bahwa evaluasi produk
merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian atau
keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
5. Evaluasi Keluaran (Outcome)
Evaluasi manfaat adalah menunjuk pada hasil keluaran dari implementasi
program, seberapa besar manfaat program bagi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dan penilaian dikelas.

11
C. Penanaman Padi Sistem Tajarwo
Sistem jajar legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk
mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan jajar
legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu dapat
berfotosintesa lebih baik.
Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam
(25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm
sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis (25x12,5x50) cm. Dihindari
penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20x10x40) cm atau
lebih rapat lagi, karena akan menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit.
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha
sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31%
dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha.
Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman
sisipan.
Populasi tanaman merupakan salah satu faktor penentu hasil yang
dapat dicapai ketika panen padi. Penampilan varietas padi pada kondisi jarak
tanam lebar dengan cukup hara dan air dapat dianggap sebagai “ekspresi
genetik suatu varietas”, sedangkan pada kondisi jarak tanam sempit
merupakan ekspresi genetik x lingkungan x pengelolaan. Dengan demikian
populasi optimal dapat diperoleh melalui pengaturan sistem penanaman dan
jarak tanam.
Alat tanam diperlukan untuk mengatasi kesulitan dan kelangkaan
tenaga kerja tanam. Drum seeder adalah jenis alat tanam yang diisi benih siap
sebar sekitar 40 kg/ha yang dalam operasionalnya membutuhkan tenaga kerja
5 HOK. Benih direndam dan diperam masing-masing selama 24 dan 48 jam
sebelum dimasukkan alat.
Jika menggunakan bibit, tanam dapat dilakukan baik secara manual
maupun dengan bantuan mesin tanam. Caplak dibutuhkan untuk membuat
alur barisan memanjang dan membujur sesuai dengan jarak tanam yang
ditentukan. Dibutukan sekitar 26 HOK tenaga tanam secara manual dan 3
HOK jika menggunakan mesin transplanter.

12
BAB III
METODE EVALUASI

A. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2020 sampai bulan Januari 2021.
2. Tempat
Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Penanaman Padi Sistem
Tajarwo dilaksanakan di Desa Kedungreja yang berada di wilayah binaan
BPP Kecamatan Kedungreja

B. Penentuan Sampel
Penentuan sampel data yaitu data primer dilakukan dengan teknik
wawancara langsung kepada petani desa yang dipilih (responden) dalam
dalam kegiatan praktik evaluasi penyuluhan pertanian. Teknik yang digunakan
dalam penentuan sampel pada kegiatan evaluasi Program Penyuluhan Pertanian
Penanaman Padi Sistem Tajarwo adalah dengan teknik snowball sampling.
Teknik snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal
mulanya jumlahnya kecil, kemudian sampel (responden) memilih sampel
lainnya untuk dijadikan responden (sampel), hingga sampel dirasa jenuh/telah
memenuhi data, maka jumlah sampel dicukupkan.

C. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika
peristiwa terjadi, individu, kelompok fokus, dan satu kelompok responden
secara khusus sering dijadikan sebagai sumber data primer. Data atau
sumber primer antara lain meliputi dokumen historis dan legal, hasil dari
suatu eksperimen, data statistik, lembaran-lembaran penulisan kreatif, dan
objek-objek seni. Data primer juga berasal dari hasil wawancara terhadap
suatu individu.

13
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum kegiatan
evaluasi dilakukan. Data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain
yang tersedia dinamanakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan
dalam evaluasi ini berupa Programa Kecamatan, Profil Gapoktan,
Monografi Desa dan Data Upsus Pajale Kecamatan Kedungreja.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi yang dilakukan pada kegiatan evaluasi penyuluhan
pertanian ini adalah observasi terus terang atau tersamar yang dimana
dalam hal ini evaluator dalam melakukan pengumpulan data menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan untuk mengumpulkan data secara
perorangan atau kelompok. Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik
wawancara adalah persiapan secra matang meliputi jadwal kegiatan dan
pertanyaan, sehingga pertanyaan yang diajukan dapat menghasilkan
jawaban yang padat dan informasi yang dibutuhkan. Sehingga untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, wawancara yang dilakukan adalah
wawancara yang berencana, terstruktur, dan terfokus.
3. Kuisioner
Kuisioner adalah daftar dari sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan
untuk memperoleh data dari responden dalam suatu kegiatan evaluasi
penyuluhan pertanian. Metode kuisioner yang dilakukan adalah dengan
metode yang diisi langsung oleh responden.

E. Analisis Data
Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu untuk memberikan
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui sampel atau populasi

14
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum (Sugiono, 2003).
Teknik analisis data untuk mengetahui pelaksanaan disusun dalam
tabel skor jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Data dalam bentuk skor yang didapat dari jawaban kuisioner
dimasukkan ke dalam tabulasi silang antara skor pertanyaan dan skor
responden.
b. Data dalam bentuk skor dihitung jumlah dan rata-rata skor setiap
pertanyaan, skor setiap responden dan skor kumulatif.
c. Nilai skor hasil pelaksanaan berdasarkan nilai/skor pada kuisioner
yang dikategorikan menjadi 3 yaitu:
 Sangat sesuai, skor 4.
 Sesuai, skor 3.
 Kurang sesuai, skor 2.
 Tidak sesuai, skor 1.
Adapun interval kelas antara variabel context, input, process, dan
product dalam analisis data adalah sebagai berikut.
Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu untuk
memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui sampel atau
populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiono, 2003).
Teknik analisis data untuk mengetahui pelaksanaan disusun dalam
tabel skor jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:
d. Data dalam bentuk skor yang didapat dari jawaban kuisioner
dimasukkan ke dalam tabulasi silang antara skor pertanyaan dan skor
responden.
e. Data dalam bentuk skor dihitung jumlah dan rata-rata skor setiap
pertanyaan, skor setiap responden dan skor kumulatif.
f. Nilai skor hasil pelaksanaan berdasarkan nilai/skor pada kuisioner
yang dikategorikan menjadi 4 yaitu:
 Sangat sesuai, skor 4
 Sesuai, skor 3.

15
 Kurang sesuai, skor 2.
 Tidak sesuai, skor 1.
Adapun interval kelas antara variabel context, input, process,
dan product dalam analisis data adalah sebagai berikut.
nilai maksimal−nilai minimal
Interval Kelas =
jumla h kelas
Nilai Maksimal = jumlah responden x jumlah skor tertinggi
= 16 x 4
= 64
Nilai minimal = Jumlah Responden x Jumlah skor terendah
= 16x 1
= 16
64−16
Interval Kelas = = 12
4
Asumsi dalam analisis data adalah sebagai berikut.
Kelas Pelaksanaan Tinggi Nilai A = 52 - 64
Kelas Pelaksanaan Sedang Nilai B = 40 - 51
Kelas Pelaksanaan Rendah Nilai C = 28 - 39
Kelas Pelaksanaan Sangat Rendah Nilai D = 16 - 27
Nilai yang dicapai
Tingkat Pelaksanaan= x 100 %
Nilai tertinggi

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah dan Program Penyuluhan Tanam Padi Sistem


Jajar Legowo
Desa Kedungreja merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan
Kedungreja dengan merupakan desa dengan sektor pertanian menjadi sektor
utama yang padi merupakan komoditas utamanya. Total luasan wilayah Desa
Kedungreja adalah seluas ±548,74 Ha dengan penggunaan lahan seluas 313 Ha
untuk areal persawahan. Batas-batas wilayah Desa Kedungreja sebagai
berikut :
1. Utara : Desa Bangunreja
2. Timur : Desa Jatisari
3. Selatan : Desa Tegalanak
4. Barat : Desa Tambaksari
Penyuluhan merupakan pembelajaran yang diberikan kepada petani di
luar pendidikan formal dengan tujuan untuk memberikan perubahan kepada
petani dan keluarganya. Program penyuluhan tanam padi sistem jajar legowo di
Desa Kedungreja diberikan kepada seluruh kelompok tani yang ada sejumlah
16 Kelompok tani. Penyuluhan disertai dengan menggunakan metode demplot
yang dilakukan di Kelompok tani Ngudi Makmur. Dengan tujuan agar dalam
melakukan penerapan komponen budidayanya.

B. Hasil dan Pembahasan


1. Responden Evaluasi Program Penyuluhan Tanam Padi Sistem Jajar
Legowo di Desa Kedungreja Kecamatan Kedungreja
Responden dalam evaluasi program Penyuluhan Tanam Padi Sistem
Jajar Legowo berjumlah 16 orang yang berasal dari seluruh kelompok tani
di Desa Kedungreja, data responden dapat di lihat pada Tabel 4.1 dibawah
ini :

17
Tabel 4.1. Tabulasi Data Responden Evaluasi Program Penyuluhan Tanam
Padi Sistem Jajar Legowo

UMUR
No Responden L/P
(TH)
KELOMPOK TANI Alamat (Dusun)

1 Margono L 53 Ngudi Makmur Awiluar


2 Suroto L 56 Sri Rejeki Awiluar
3 Iskak N L 64 Sedyo Rahayu Awiluar
4 Supriyadi L 61 Ngudi Raharjo Awiluar
5 Akhmadi L 56 Sido Makmur Awiluar
6 Muhadi L 77 Sedyo Makmur I Awiluar
7 Bando W L 57 Sridadi Awiluar
8 Suprapto L 54 Ayo Maju Awiluar
9 Maryanto L 58 Sido Rukun I Awiluar
10 Sumardi L 62 Tani Makmur Awiluar
11 Sony C L 51 Sedyo Makmur II Awiluar
12 Hartono L 63 Tekad Makmur Awiluar
13 Sutiyanto L 53 Ngesti Tunggal I Awiluar
14 Siswanto L 60 Sedyo Maju Awiluar
15 L. Yuwono L 56 Rukun Awiluar
16 Sudirman L 50 Sido Rukun II Awiluar
Sumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020
Responden dalam pelaksanaan evaluasi ini berjumlah 16 orang
yang berasal dari seluruh kelompok tani yang berada di Desa Kedungreja.
Petani yang menjadi responden merupakan ketua kelompok tani dan
anggota kelompok tani yang aktif. Responden yang sudah dipilih berasal
masing-masing kelompok tani berbeda yang dapat mewakili Desa
Kedungreja.

18
2. Identitas Responden
a. Umur Responden
Umur responden dalam pelaksanaan evaluasi program ini dapat
dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini :
Tabel 4.2. Data Responden berdasarkan Umur

No Kategori Jumlah Persentase (%)


1 50-56 8 50 %
2 57-63 6 37,5 %
3 64-70 1 6,25 %
4 70-76 1 6,25 %
Sumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa petani yang
menjadi responden dengan usia 50 - 56 tahun berjumlah 8 orang, usia 57 -
63 tahun berjumlah 6 orang, berusia 64 - 70 tahun berjumlah 1 orang, dan
yang berusia 71 - 77 tahun berjumlah 1 orang. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa responden yang diambil berusia beragam.

b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam pelaksanaan evaluasi program dapat
diilihat pada Tabel 4.3. sebagai berikut :
Tabel 4.3. Data Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Kategori Jumlah Presentase (%)


1 SD 1 6,25%
2 SMP 5 31,25%
3 SMA 7 43,75 %
4 S1 3 18,75%

SumSumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020


Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki pendidikan terakhir SD berjumlah 6,25%, SMP berjumlah 31,25
%, SMA berjumlah 43,75 %, dan S1 berjumlah 18,75 %. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa petani yang menjadi responden memiliki latar
belakang pendidikan yang beragam.

19
c. Luas Lahan Yang Dimiliki
Luas lahan yang dimiliki respoden untuk melakukan budidaya
padi dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini :
Tabel 4.4. Data Responden berdasarkan Luas Lahan yang dimiliki
No Luas Lahan (m2) Jumlah Presentase (%)
1 1000 - 2500 m2 5 31,25%
2 2501 - 5000 m2 9 56,25%
3 5000 < m2 2 12,5%
Sumber Data : Olahan data Primer Mahasiswa 2020
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
memiliki luas lahan 2501-5000 m2 memiliki presentase tertinggi yaitu
56,25 %, yang memilki luas lahan 1000 - 2500 m2 berjumlah 5 orang
dengan presentase 31,25 %, dan yang memiliki luas lahan >5000 m2 yaitu
2 orang dengan presentase 12,5 %. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa petani yang menjadi responden memiliki luas lahan yang
beragam

20
3. TABULASI HASIL KUISIONER EVALUASI PROGRAM SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI DESA
KEDUNGREJA KECAMATAN KEDUNGREJA TAHUN 2020
Context (C) Total Input (I) Total I Process (P) Total P Product (P) Total P
No
1 2 3 C 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 4 4 3 11 3 3 3 3 12 3 3 6 3 4 3 3 13
2 3 3 4 10 4 4 3 3 14 3 3 6 3 3 4 4 14
3 3 3 3 9 3 3 2 2 10 2 2 4 2 2 3 3 10
4 3 3 3 9 4 4 3 3 14 4 3 7 3 3 4 4 14
5 4 4 4 12 3 3 3 3 12 3 3 6 3 3 3 3 12
6 2 3 4 9 4 3 2 3 12 4 3 7 3 2 4 3 12
7 3 3 3 9 3 4 4 3 14 3 4 7 3 4 3 4 14
8 4 4 4 12 2 4 4 4 14 4 4 8 4 4 2 4 14
9 2 3 4 9 3 3 3 2 11 3 3 6 2 3 3 3 11
10 3 4 3 10 3 4 4 4 15 4 2 6 4 4 3 4 15
11 4 4 3 11 3 3 3 3 12 4 3 7 3 3 3 3 12
12 3 3 3 9 4 2 3 3 12 3 4 7 3 3 4 2 12
13 3 3 3 9 4 4 4 4 16 3 4 7 4 4 4 4 16
14 2 2 4 8 3 3 4 3 13 4 3 7 3 4 3 3 13
15 4 4 3 11 4 3 3 3 13 2 4 6 3 3 4 3 13
16 3 3 2 8 3 4 4 4 15 3 3 6 4 4 3 4 15

21
4. Analisis Hasil Evaluasi Program Penyuluhan Tanam Padi Sistem Jajar
Legowo
a. Hasil Evaluasi Context
Evaluasi pelaksanaan dalam variable konteks merupakan kegiatan
pengumpulan informasi untuk menentukan tujuan dan mendefinisikan
lingkungan yang relevan. Dalam hal ini instrumen yang diajukan dalam
bentuk kuisoner diberikan untuk dapat menjawab apakah program yang
diterapkan sesuai dengan tujuan dan relevan dengan sumber daya manusia
serta alam yang ada di tempat dilaksanaknnya program penyuluhan tanam
padi sistem jajar legowo. Hasil evaluasi konteks dapat dilihat pada Tabel
4.5.berikut ini:
Tabel 4.5. Data Hasil Evaluasi Context
JUMLAH Kategori
RATA-
SKOR JAWABAN JML
RATA
PERSEN
NO PERTANYAAN JAWABAN Kelas

A B C D 4 3 2 1

Apakah
kegiatan
penyuluhan
sistem tanam
jajar legowo
1 5 8 3 0 20 24 6 0 50 12,5 78% B
merupakan
kegiatan yang
dibutuhkan
oleh
Bapak/Ibu?

Apakah
kondisi
wilayah lahan
Bapak/Ibu 6 9 1 0 24 27 2 0 53 13,25 83% A
sesuai dengan
syarat
2 tumbuh padi?

3 Apakah 6 9 1 0 24 27 2 0 53 13,25 83% A


kegiatan yang
disuluhkan
dapat
dilaksanakan
dan sesuai
dengan
kondisi
tempat
budidaya

22
Bapak/Ibu?

JUMLAH 17 26 5 0 68 78 10 0 156 39 244% A

RATA RATA 3,
A
5,6 8,6 1,6 0 22,6 26 3 0 52 13 81,3%

Sumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020


Kelas Penerapan Tinggi Nilai A = 52 – 64
Kelas Penerapan Sedang Nilai B = 40 – 51
Kelas Penerapan Rendah Nilai C = 28 – 39
Kelas Penerapan Sangat Rendah Nilai D = 16 – 27

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dalam


variable konteks diperoleh presentase sebesar 81,3% yang artinya
penyuluhan tanam padi sistem jajar legowo yang telah dilaksanakan di Desa
Kedungreja, Kecamatan Kedungreja relevan dan memiliki kesesuaian dengan
program yang dilaksanakan. Kegiatan penyuluhan tersebut dibutuhkan oleh
para petani di Desa Kedungreja dapat dilaksanakan dan sesuai dengan
kondisi wilayah tempat disuluhkannya program.
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi pelaksanaan variabel context,
dapat kita lihat bahwa responden menilai bahwa program penyuluhan tanam
padi sistem jajar legowo dibutuhkan oleh responden dengan presentase
jawaban sebesar 78% dengan kategori nilai B. Kondisi lahan sudah sesuai
dengan syarat tumbuh padi dengan presentase jawaban sebesar 83% dengan
kategori nilai A. Penyuluhan tanam padi sistem jajar legowo Penyuluhan
tanam padi sistem jajar legowo dinilai sudah sesuai dengan keadaan dan
kondisi wilayah tempat dilaksanakannya program dengan presentase jawaban
sebesar 83% dan termasuk dalam kategori nilai A.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian responden
terhadap context dari penyuluhan tanam padi sistem jajar legowo dinilai
sesuai Hal ini terbukti dari presentase rata-rata jawaban sebesar 81,3%
termasuk dalam kategori nilai A.

b. Hasil Evaluasi Input


Evaluasi masukan merupakan evaluasi yang dapat membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang

23
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi:
(a) sumber daya manusia (b) sarana dan peralatan pendukung , (c)
dana/anggaran, dan (d) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
Berikut ini merupakan hasil evaluasi dalam variable masukan, lebih jelas
dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini :

Tabel 4.6. Data Hasil Evaluasi Masukan (Input)


JUMLAH RATA- PERSE Kategori
SKOR JAWABAN JML
RATA N Kelas
NO PERTANYAAN JAWABAN

A B C D 4 3 2 1

Apakah materi yang


disampaikan mudah
1 6 9 1 0 24 27 2 0 53 13,25 83% A
dimengerti oleh
Bapak/Ibu?

Apakah penyampaian
penyuluh dalam program
7 8 1 0 28 24 2 0 54 13,5 84% A
tersebut mudah
2 dipahami?

Apakah sarana dan


prasarana yang
Bapak/Ibu butuhkan
6 8 2 0 24 24 4 0 52 13 81% A
untuk menjalankan
program tersebut sudah
3 tersedia?

Apakah sarana dan


prasarana yang
Bapak/Ibu butuhkan
4 10 2 0 16 30 4 0 50 12,5 78% B
dalam menjalankan
program mudah untuk
4 didapatkan?

JUMLAH 23 35 6 0 92 105 12 0 209 38,75 326% A

RATA RATA 26,


A
5,7 8,7 1,5 0 23 2 3 0 52,2 12,91 81,5%

Sumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020


Kelas Penerapan Tinggi : Nilai A = 52 – 64
Kelas Penerapan Sedang : Nilai B = 40 – 51
Kelas Penerapan Rendah : Nilai C = 28 – 39

24
Kelas Peneerapan Sangat Rendah : Nilai D = 16 – 27

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa untuk variable input


atau masukan dalam hal sumberdaya manusia, materi penyuluhan dan sarana
prasarana yang telah dilakukan mencapai 81,5% persen yang artinya tingkat
penerapan tinggi. Berdasarkan hasil analisis data evaluasi pelaksanaan
variabel input, responden menilai bahwa materi yang disampaikan oleh
penyuluh mudah dimengerti dengan presentase jawaban sebesar 83%
termasuk dalam katagori nilai A. Untuk penyampaian materi penyuluhan
mudah dipahami dengan presentase jawaban sebesar 84% termasuk kategori
nilai A. Responden menilai bahwa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk menjalankan program yang disuluhkan sudah tersedia dengan
presentasi sebesar 81% dan kategori A. Menurut responden sarana dan
prasarana yang dibutuhkan mudah didapatkan dibuktikan dengan presentase
sebesar 78% dengan kategori B. Dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi
input pelaksanaan program penyuluhan tanam padi sistem jajar legowo
dinilai sesuai mendukung pelaksanaan program tersebut. Hal ini terbukti dari
presentase rata-rata jawaban sebesar 81,5% termasuk dalam kategori nilai A.

c. Hasil Evaluasi Process


Variable proses dalam hal ini digunakan untuk evaluasi proses guna
mengetahui apakah proses pelaksanaan program sudah sesuai dengan
rencana/rancangan program baik waktu, cara, sasaran dan prosesnya. Hasil
evaluasi proses secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini :

Tabel 4.7. Data Hasil Evaluasi Proses


RATA
JUMLAH PERSE KATEGORI
SKOR JAWABAN JML -
N KELAS
NO PERTANYAAN JAWABAN RATA

A B C D 4 3 2 1

Apakah dalam
proses penyuluhan,
1 materi yang 6 8 2 0 24 24 4 0 52 13 81% A
disampaikan sesuai
dengan tema?
2 Apakah dalam 5 9 2 0 20 27 4 0 51 12,75 79% B
pelaksanaan
kegiatan sarana dan
prasarana yang

25
digunakan tersedia?

JUMLAH 11 17 4 0 44 51 8 0 103 25,75 160% B

RATA RATA 25,


B
5,5 8,5 2 0 22 5 4 0 51,5 12,9 80%

Sumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020


Kelas Penerapan Tinggi Nilai A = 52 – 64
Kelas Penerapan Sedang Nilai B = 40 – 51
Kelas Penerapan Rendah Nilai C = 28 – 39
Kelas Peneerapan Sangat Rendah Nilai D = 16 – 27

Evaluasi process merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan


dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah
prosedur baik tata laksana kejadian dan aktifitas. Evaluasi process ini didasarkan
pada penilaian dari responden berjumlah 16 petani dengan menjawab
pertanyaan yang diajukan sebanyak 2 soal.
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi pelaksanaan variabel process,
responden menilai untuk pemberian materi dalam pelaksanaan penyuluhan
program tanam padi sistem jajar legowo disampaikan sesuai dengan tema
dibuktikan dengan presentase nilai sebesar 81% termasuk dalam kategori nilai
A. Dalam pelaksanaan program sarana dan prasarana yang digunakan sudah
tersedia dengan presentase sebesar 79% dengan kategori kelas B penerapan
sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi process program
Penyuluhan Tanam Padi Sistem Jajar Legowo dinilai sudah berjalan sesuai
dengan rencana awal . Hal ini terbukti dari presentase rata-rata jawaban sebesar
80% termasuk dalam kategori nilai B dengan penerapan sedang.

d. Hasil Evaluasi Product


Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang
dihasilkan akan sangat menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi
atau dihentikan. Pada variabel ini akan ditanyakan berbagai hal yang
berhubungan dengan komponen dasar dan komponen pendukung diadakannya
Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo di Desa Kedungreja Kecamatan

26
Kedungreja. Hasil evaluasi produk akan lebih jelas dibahas dalam Tabel 4.8.
berikut ini :
Tabel 4.8. Data Hasil Evaluasi Produk
JUMLAH RATA- PERSE Kategori
SKOR JAWABAN JML
RATA N Kelas
NO PERTANYAAN JAWABAN

A B C D 4 3 2 1

Apakah Bapak/Ibu
mengetahui sistem
1 4 10 2 0 16 30 4 0 50 12,5 78% B
tanam jajar
legowo?

Apakah bapak/ibu
sudah menerapkan
7 7 2 0 28 21 4 0 53 13,25 82% A
sistem tanam jajar
2 legowo?

Apakah bapak/ibu
menerapkan jarak
6 9 1 0 24 27 2 0 53 13,25 82% A
tanam sistem tanam
3 jajar legowo?

Apakah bapak/ibu
sudah
menggunakan
benih bermutu dan 7 8 1 0 28 24 2 0 54 13,5 84% A
berlabel pada
sistem tanam jajar
4 legowo?

JUMLAH 1
34 6 0 96 102 0 210 52,5 326% A
24 2
RATA RATA 25,
8,5 1,5 0 24 3 0 52,5 13,1 81,5% A
6 5

Sumber Data : Olahan Data Primer Mahasiswa 2020


Kelas Penerapan Tinggi Nilai A = 52 – 64
Kelas Penerapan Sedang Nilai B = 40 – 51
Kelas Penerapan Rendah Nilai C = 28 – 39
Kelas Peneerapan Sangat Rendah Nilai D = 16 – 27

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa presentase rata – rata


untuk evaluasi product adalah 81,5% yang mendapat kategori penerapan tinggi.
Pada pertanyaan 1-4 respoden beradsarkan data lebih banyak menjawab pada
opsi B yang artinya menerapkan tetapi belum sesuai dengan rekomendasi.
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi pelaksanaan variabel product dapat kita
ketahui sebanyak 78% responden sudah mengetahui sistem tanam jajar legowo

27
dan termasuk ke dalam kategori kelas penerapan sedang dengan nilai B. Untuk
82% responen menyatakan sudah menerapkan sistem tanam jajar legowo pada
lahan saat budidaya sehingga termasuk dalam kategori nilai A. Kemudian 82%
menerapkan jajak tanam sesuai anjuran dalam sistem tajarwo sehingga termasuk
dalam kategori nilai A. Untuk 84% responden setuju menggunakan benih
bermutu dan berlabel dalam penerapan sistem tajarwo yang dilakukan sehingga
termasuk dalam kategori nilai A dengan penerapan tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi product yang didasarkan pada
penilaian responden dari program penyuluhan penanaman padi sistem jajar
legowo sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini terbukti dari presentase
rata-rata jawaban sebesar 81,5% termasuk dalam kategori nilai A dengan
penerapan tinggi. Untuk target perubahan perilaku responden program
penyuluhan sistem tanam jajar legowo telah tercapai, namun ada beberapa
responden yang kurang setuju dengan penerapan jarak tanam yang sesuai
dengan aturan tanam jajar legowo, karena dianggap tidak dapat memaksimalkan
hasil produksi padi budidayanya. Untuk itu perlu peran aktif penyuluh untuk
melakukan pendekatan kepada responden sehingga pemikiran semakin terbuka
tentang baiknya penggunaan sistem tanam jajar legowo dalam budidaya padi.

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Context
Kegiatan penyuluhan sistem tanam jajar legowo dibutuhkan oleh petani
di Desa Kedungreja. Kondisi wilayah lahan milik responden sesuai
dengan syarat tumbuh padi sehingga sudah sesuai untuk pelaksanaan
kegiatan program penyuluhan tajarwo.
2. Input
Program penyuluhan sistem tanam jajar legowo sudah terlaksana dengan
baik dibuktikan dengan materi yang mudah dimengerti oleh responden,
dan penyampaian penyuluh yang mudah dimengerti, serta sarana dan
prasarana yang mendukung dalam menjalankan program tajarwo
tersebut.
3. Process
Dalam proses pelaksanaan penyuluhan sistem tajarwo materi yang
disampaikan sesuai dengan tema serta sarana dan prasarana yang
tersedia.
4. Product
Untuk perubahan pengetahuan dan keterampilan responden sudah baik
dibuktikan dengan mengertinya responden mengenai sistem tajarwo.

29
Namun, untuk sikap masih kurang dikarenakan responden belum mau
menerapkan jarak tanam sistem tajarwo sesuai anjuran.

B. Saran
1. Context
Program yang dilaksanakan haruslah sesuai dengan kebutuhan petani
sasaran serta kondisi wilayah yang akan digunakan untuk pelaksanaan
program.

2. Input
Materi yang disampaikan kepada sasaran harus sesuai dengan program
yang akan diberikan. Sarana dan prasarana yang digunakan juga
disesuaikan dengan program agar dapat terlaksana dengan baik
3. Process
Dalam proses pelaksanaan program penyuluhan sistem tajarwo, materi
yang diberikan disesuaikan dengan tema dan menggunakan metode serta
media yang sesuai didukung dengan sarana dan prasarana agar program
tersampaikan dengan baik kepada sasaran.
4. Product
Penyuluh memberikan pandangan-pandangan tentang keuntungan
menerapkan jarak tanam dalam sistem tajarwo yang sesuai dengan
anjuran agar sasaran mau menerapkan jarak yang sesuai dengan anjuran.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mardikanto T. dan Sri Sutarni. 1998. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Usaha


Nasional. Jakarta.
Padmowihardjo S. 1999. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka,
Depdikbud. Jakarta.
Sastraadmaja E. 1993. Penyuluhan Pertanian. Falsafah, Masalah dan Strategi.
Alumni. Bandung

31
LAMPIRAN

32
33
Lampiran 1. Kisi-Kisi Evaluasi Program Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo

No. Variabel Indikator Standar/ Rekomendasi Kriteria Skor Alat Ukur

1 Context Tujuan penyuluhan Salah satu cara untuk meningkatkan a. Sangat setuju 4 Apakah
sistem tajarwo produksi yaitu dengan menerapkan salah b. Setuju 3 kegiatan
satu sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu c. Kurang setuju 2 penyuluhan
(PTT) dalam hal ini menggunakan d. Tidak setuju 1 sistem tanam
teknologi sistem tanam jajar legowo jajar legowo
melalui penyuluhan pertanian, tujuannya merupakan
adalah untuk meningkatkan produktivitas kegiatan yang
dan efisiensi usaha tani melalui perbaikan dibutuhkan oleh
sistem atau perakitan paket teknologi yang Bapak/Ibu?
sinergis yang dilakukan secara partisipatif
oleh petani.
(BPTP Jawa Barat, 2012)

Potensi wilayah Tanaman padi dapat tumbuh di daerah a. Sangat sesuai 4 Apakah kondisi
tropis sampai daerah subtropis dan dataran b. Sesuai 3 wilayah lahan
rendah sampai ketinggian 1700 mdpl. c. Kurang sesuai 2 Bapak/Ibu
Dengan temperatur 24-29C, curah hujan d. Tidak sesuai 1 sesuai dengan
rata-rata per bulan 200mm dan pH 5,5-7,0. syarat tumbuh
(Bowo Susilo, dkk. 2008) padi?

Kesesuaian Syarat lahan dapat ditanami dengan sistem a. Sangat sesuai Apakah
penerapan kegiatan jajar legowo adalah lahan tidak terasering. b. Sesuai kegiatan yang
di wilayah tersebut (Balitbangtan, 2016) c. Kurang sesuai disuluhkan
d. Tidak sesuai dapat
dilaksanakan
dan sesuai
dengan kondisi

34
tempat budidaya
Bapak/Ibu?

2 Input Karakteristik Menurut Soekartawi (2005:70) beberapa a. Sangat mudah 4 Apakah materi
sasaran (petani) hal yang memperngaruhi adopsi inovasi memahami yang
adalah b. Mudah 3 disampaikan
1. Umur : semakin muda petani memahami mudah
biasanya mempunyai semangat c. Kurang 2 dimengerti oleh
untuk ingin tahu yang belum memahami Bapak/Ibu?
mereka ketahui d. Tidak memahami 1
2. Pendidikan : mereka yang
berpendidikan tinggi relatif lebih
cepat dalam melaksanakan adopsi
inovasi

Karakteristik 1. Kemampuan berkomunikasi kepada a. Sangat mudah 4 Apakah


penyuluh petani memahami bahasa sasaran b. Mudah 3 penyampaian
2. Mampu mendengar Memahami c. Kurang mudah 2 penyuluh dalam
kehidupan petani. Kemampuan bergaul d. Susah 1 program
dengan orang lain tersebut mudah
3. Sabar, pengertian dan perhatian, rendah dipahami?
hati (penyuluh tidak boleh mendikte)
Antusias terhadap tugas
Menghayati tugas-tanggung jawab
Insentif (perlu pembiayaan yang besar)
4. Berpikir logis dan berinisiatif
(penyuluhan disesuaikan dengan keadaan
dilapang)
- Pengetian praktis di lapangan
- Melakukan sesuatu yang bermanfaat

35
tanpa permintaan/ saran
5. Empati Penghayatan pada permasalahan
yang dihadapi petani sebagai
permasalahannya sendiri
6. Kredibilitas (berkaitan dengan
ketrampilan, tingkat pengetahuan, dll)
- Tingkat kepercayaan petani (tinggi/
rendah)
7. Rendah hati Sanggup menjadi penengah
yang baik dan mau belajar dari hal2 yang
ditemui
(turindaatp.com)

Sarana dan Dalam mepermudah penerapan tanam padi a. Sangat tersedia 4 Apakah sarana
Prasarana jajar legowo, ada beberapa alat bantu dan b. Tersedia 3 dan prasarana
saran prasarana yang digunakan untuk c. Kurang tersedia 2 yang Bapak/Ibu
d. Tidak tersedia 1 butuhkan untuk
memepermudah pengerjaan tanam padi
menjalankan
jajar legowo.Bagian penting dari Teknologi program
Jajar Legowo Super adalah: 1) Varietas unggul tersebut sudah
baru (VUB) potensi hasil tinggi; 2) tersedia?
Biodekomposer yang diberikan bersamaan
pada saat pengolahan tanah; 3) Pupuk hayati
yang diaplikasikan melalui seed treatment dan
pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS); 4) Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
menggunakan pestisida nabati dan pestisida
anorganik berdasarkan ambang kendali; serta
5) Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk
tanam (jarwo transplenter) dan

36
panen (combine harvester).

(sumbar.litbang.pertanian.)

Sarana dan Dalam mepermudah penerapan tanam padi a. Sangat mudah 4 Apakah sarana
Prasarana jajar legowo, ada beberapa alat bantu dan b. Mudah 3 dan prasarana
sarana prasarana yang digunakan untuk c. Kurang mudah 2 yang Bapak/Ibu
d. Susah 1 butuhkan dalam
memepermudah pengerjaan tanam padi
menjalankan
jajar legowo. Bagian penting dari Teknologi program mudah
Jajar Legowo Super adalah: 1) Varietas unggul untuk
baru (VUB) potensi hasil tinggi; 2) didapatkan?
Biodekomposer yang diberikan bersamaan
pada saat pengolahan tanah; 3) Pupuk hayati
yang diaplikasikan melalui seed treatment dan
pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS); 4) Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
menggunakan pestisida nabati dan pestisida
anorganik berdasarkan ambang kendali; serta
5) Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk
tanam (jarwo transplenter) dan
panen (combine harvester).
(sumbar.litbang.pertanian.)

3 Process Kesesuaian materi Berikut ini merupakan beberapa a. Sangat sesuai 4 Apakah dalam
persyaratan kelayakan materi dalam b. Sesuai 3 proses
penyuluhan pertanian: c. Kurang sesuai 2 penyuluhan,
a. Materi yang diberikan sesuai dengan d. Tidak Sesuai 1 materi yang
kebutuhan disampaikan
b. Materi yang diberikan bisa sesuai dengan

37
meningkatkan ekonomi tema?
c. Materi secara teknis dapat diterapkan
dnegan mudah
d. Kelayakan materi secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan
e. Materi yang disampaikan dalam
penerapannya tidak merusak
lingkungan
(Bakorluh Gorontalo, 2012)

Sarana dan Dalam mepermudah penerapan tanam padi a. Sangat tersedia 4 Apakah dalam
prasarana jajar legowo, ada beberapa alat bantu dan b. Tersedia 3 pelaksanaan
sarana prasarana yang digunakan untuk c. Kurang tersedia 2 kegiatan sarana
d. Tidak tersedia 1 dan prasarana
memepermudah pengerjaan tanam padi
yang digunakan
jajar legowo. Bagian penting dari Teknologi tersedia?
Jajar Legowo Super adalah: 1) Varietas unggul
baru (VUB) potensi hasil tinggi; 2)
Biodekomposer yang diberikan bersamaan
pada saat pengolahan tanah; 3) Pupuk hayati
yang diaplikasikan melalui seed treatment dan
pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS); 4) Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
menggunakan pestisida nabati dan pestisida
anorganik berdasarkan ambang kendali; serta
5) Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk
tanam (jarwo transplenter) dan
panen (combine harvester).

(sumbar.litbang.pertanian.)

38
4 Product Mengetahui tingkat Sistem jajar legowo adalah suatu rekayasa a. Sangat Paham 4 Apakah
pengetahuan sistem teknologi untuk mendapatkan populasi b. Paham 3 Bapak/Ibu
tanam jajar legowo tanaman lebih dari 160.000 per hektar. c. Kurang Paham 2 mengetahui
pada petani Penerapan jajar legowo selain d. Tidak Paham 1 sistem tanam
meningkatkan populasi pertanaman, juga jajar legowo?
mampu dapat berfotosintesa lebih baik.
(Balitbang, 2016)

Mengetahui tingkat Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris a. Menerapkan 4 Apakah Bapak/
penerapan sistem kosongnya (setengah lebar dikanan dan sesuai Ibu menerapkan
tajarwo pada petani dikirinya) disebut satu unit legowo. Bila rekomendasi sistem tanam
terdapat dua baris tanam per unit legowo b. Menerapkan 3 jajar legowo?
maka disebut legowo 2:1. Sementara jika kurang sesuai
empat baris tanam per unit legowo disebut dengan
legowo 4:1 dan seterusnya (Balitbang rekomendasi 2
Aceh, 2015) c. Menerapkan tidak
sesuai
rekomendasi 1
d. Tidak
menerapkan

Mengetahui tingkat Penerapan sistem tanam legowo a. Menerapkan 4 Apakah


penerapan jarak disarankan menggunakan jarak tanam sesuai bapak/ibu sudah
tanam jajar legowo (25x25) cm antar rumpun dalam baris, 12,5 rekomendasi menerapkan
pada petani cm jarak dalam baris, dan 50 cm sebagai b. Menerapkan 3 jarak tanam
jarak antar barisan/lorong atau ditulis kurang sesuai pada system
(25x12,5x50) (Litbang, 2016) dengan tanam jajar
rekomendasi legowo?
c. Menerapkan tidak 2
sesuai
rekomendasi

39
d. Tidak 1
menerapkan

Mengetahui tingkat Benih bermutu merupakan benih berlabel a. Menggunakan 4 Apakah Bapak/
penggunaan benih dengan tingkat kemurniandan daya tumbuh sesuai Ibu sudah
unggul pada sistem yang tinggi. Ciri benih bermutu adalah rekomendasi menggunakan
tanam jajar legowo benih benih murni dari varietas, berukuran b. Menggunakan 3 benih bermutu
oleh petani penuh dan seragam, daya tumbuh baik, kurang sesuai dan berlabel
bebas dari biji gulma, penyakit, hama atau rekomendasi pada sistem
bahan lainnya c. Menggunakan 2 tanam jajar
(Litbang, 2013) tidak sesuai legowo ?
rekomendasi
d. Tidak 1
menggunakan

40
Lampiran 2. Kuesioner Penyuluhan Sistem Tanam Jajar Legowo
KUESIONER EVALUASI PROGRAM
Kegiatan Evaluasi Program : Sistem Tanam Jajar Legowo
Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020

1. Nama :
2. Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)
3. Umur : ………..Tahun
4. Pendidikan terakhir : SD / SLTP / SLTA / PerguruanTinggi *)
5. Alamat :
Dusun / Desa :
RT / RW :
Kecamatan :
Kabupaten :
Propinsi :
6. Nama kelompok tani :
7. Status dalam kelompok : Pengurus / Anggota *)
8. Lamanya Berusaha Tani : ............Tahun
9. Luas lahan padi sawah :...............m2
10. Status lahan padi sawah : pemilik / penyewa / penggarap *)

Pewawancara

Nama :

Tanggal Wawancara :

41
PERTANYAAN

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda silang (X) pada jawaban a, b atau c sebagai
jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling benar!

CONTEXT
1. Apakah kegiatan penyuluhan sistem tanam jajar legowo
merupakan kegiatan yang dibutuhkan oleh Bapak/Ibu?
a. Sangat dibutuhkan
b. Dibutuhkan
c. Kurang dibutuhkan
d. Tidak dibutuhkan

2. Apakah kondisi wilayah lahan Bapak/Ibu sesuai dengan syarat tumbuh padi?

Rekomendasi :
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis sampai daerah subtropis
dan dataran rendah sampai ketinggian 1700 mdpl. Dengan temperatur
24-29C, curah hujan rata-rata per bulan 200mm dan pH 5,5-7,0.
(Bowo Susilo, dkk. 2008)
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Kurang sesuai
d. Tidak sesuai

3. Apakah kegiatan yang disuluhkan dapat dilaksanakan dan sesuai dengan kondisi
tempat budidaya Bapak/Ibu?
Rekomendasi :
Syarat lahan dapat ditanami dengan sistem jajar legowo adalah lahan
tidak terasering.
(Balitbangtan, 2016)

a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Kurang sesuai
d. Tidak sesuai

INPUT
4. Apakah materi yang disampaikan mudah dimengerti oleh Bapak/Ibu?
a. Sangat mudah memahami
b. Mudah memahami
c. Kurang memahami
d. Tidak memahami

42
5. Apakah penyampaian penyuluh dalam program tersebut mudah dipahami?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Kurang mudah
d. Susah
6. Apakah sarana dan prasarana yang Bapak/Ibu butuhkan untuk menjalankan
program tersebut sudah tersedia?
a. Sangat tersedia
b. Tersedia
c. Kurang tersedia
d. Tidak tersedia
7. Apakah sarana dan prasarana yang Bapak/Ibu butuhkan dalam menjalankan
program mudah untuk didapatkan?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Kurang mudah
d. Susah

PROCESS
8. Apakah dalam proses penyuluhan, materi yang disampaikan sesuai dengan tema?
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Kurang sesuai
d. Tidak sesuai
9. Apakah dalam pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana yang digunakan
tersedia?
a. Sangat tersedia
b. Tersedia
c. Kurang tersedia
d. Tidak tersedia

PRODUCT
10. Apakah Bapak/Ibu mengetahui sistem tanam jajar legowo?
a. Sangat Paham
b. Paham
c. Kurang paham
d. Tidak paham
Alasan:
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

43
11. Apakah bapak/ibu sudah menerapkan sistem tanam jajar legowo?
Rekomendasi :
Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar
dikanan dan dikirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris
tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1. Sementara jika empat
baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1 dan seterusnya
(Balitbang Aceh, 2015)

a. Menerapkan sesuai rekomendasi


b. Menerapkan kurang sesuai dengan rekomendasi
c. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi
d. Tidak menerapkan
Alasan:
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

12. Apakah bapak/ibu menerapkan jarak tanam sistem tanam jajar legowo?
Rekomendasi :
Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam
(25x25) cm antar rumpun dalam baris, 12,5 cm jarak dalam baris, dan 50
cm sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis (25x12,5x50) (Litbang,
2016)
a. Menerapkan sesuai rekomendasi
b. Menerapkan kurang sesuai dengan rekomendasi
c. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi
d. Tidak menerapkan
Alasan:
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
13. Apakah bapak/ibu sudah menggunakan benih bermutu dan berlabel pada sistem
tanam jajar legowo?
Rekomendasi :
Benih bermutu merupakan benih berlabel dengan tingkat kemurniandan
daya tumbuh yang tinggi. Ciri benih bermutu adalah benih benih murni
dari varietas, berukuran penuh dan seragam, daya tumbuh baik, bebas
dari biji gulma, penyakit, hama atau bahan lainnya (Litbang, 2013)

a. Menggunakan sesuai rekomendasi


b. Menggunakan kurang sesuai dengan rekomendasi
c. Menggunakan tidak sesuai rekomendasi
d. Tidak menggunakan

44
Alasan:
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

Lampiran 3. Pengujian Kualitas Instrumen


UJI VALIDITAS INSTRUMEN

1. CONTEXT

No rTabel rHitung Kategori


.
1. 0,497 0,826 Valid
2. 0,497 0,879 Valid
3. 0,497 0,279 Tidak Valid

2. INPUT

45
No rTabel rHitung Kategori
.
1. 0,497 0,116 Tidak Valid
2. 0,497 0,777 Valid
3. 0,497 0.772 Valid
4. 0,497 0,860 Valid

3. PROCESS

46
No rTabel rHitung Kategori
.
1. 0,497 0,684 Valid
2. 0,497 0,649 Valid

47
4. PRODUCT

No rTabel rHitung Kategori


.
1. 0,497 0,865 Valid
2. 0,497 0,739 Valid
3. 0,497 0,096 Tidak Valid
4. 0,497 0,764 Valid

48
Dokumentasi Kegiatan.

49

Anda mungkin juga menyukai