Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN HASIL OBSERVASI UMKM

ANEKA MAKANAN PEDAS


KEDAI T-MINUL

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Koperasi dan UMKM


Kelas 3M-Manajemen
Semester III

Dosen Pengampu:
Drs. GATOT HARTOKO, M.Si

Disusun oleh:

NIM NAMA
11011700211 : M. Abdul Aziz
11011700391 : Nelly Ardelima
11011700464 : Jaihatun Fadilah
11011700389 : Qurratu Mutiara
11011700422 : Anisa Nurmalia
11011700595 : Harefi Khalifah S.

FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PROGRAM
SARJANA UNIVERSITAS BINA
BANGSA 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya, laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan Laporan Hasil Observasi UMKM adalah untuk

menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM.

Tempat usaha yang kami tuju untuk dilakukan observasi yaitu Aneka Makanan

Pedes Kedai T-Minul.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah

Manajemen Koperasi dan UMKM yang telah membimbing proses pembuatan

laoporan serta kepada seluruh anggota kelompok yang telah menyempatkan

waktunya dan saling kerjasama untuk menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini belum sempurna, maka

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat

lebih baik lagi.

Serang, 01 November 2018

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 5
2.1 Pengertian UMKM ................................................................. 5
2.2 Kriteria UMKM....................................................................... 7
2.3 Klasifikasi UMKM ................................................................. 9
2.4 Peranan UMKM ...................................................................... 9
2.5 Karakteristik Usaha Mikro ........................................................ 10
2.6 Kekuatan dan Kelemahan UMKM............................................. 11
2.7 Pengertian Kedai Makan............................................................ 12
2.8 Sejarah Kedai Makan ................................................................. 13
BAB III METODE OBSERVASI ......................................................... 15
3.1 Lokasi Observasi dan Wawancara ..................................... 15
3.2 Metode Pengambilan Data................................................. 15
BAB IV LAPORAN HASIL OBSERVASI.......................................... 16
4.1 Profil Usaha ....................................................................... 16
4.2 Sejarah Usaha..................................................................... 16
4.3 Alasan Memilih Bidang Usaha .............................................. 17
4.4 Dokumen yang Mendukung Jalannya Usaha ............................. 17
4.5 Sumber Daya Manusia ............................................................... 17
4.6 Proses Produksi.......................................................................... 17
4.7 Sistem Pemasaran ...................................................................... 19
4.8 Sistem Administrasi Keuangan .................................................. 19
4.9 Permasalahan yang Dihadapi ..................................................... 20
BAB V LAMPIRAN ............................................................................. 21
5.1 Bahan dan Akena Makanan Pedas..................................... 21
5.2 Dokumentasi Observasi ..................................................... 23
BAB VI PENUTUP ................................................................................ 27
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 27
6.2 Saran .................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya
merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel, antara lain sumber daya
manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Indonesia sebagai
sebuah negara dimana pembangunan nasionalnya pada hakikatnya memiliki salah
satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.
Adanya pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan
ekonomi di mana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat terkait dengan
tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi. Penduduk disatu pihak dapat
menjadi pelaku atau sumber daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat
menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang dihasilkan. Kondisi-kondisi
kependudukan, data dan informasi kependudukan akan sangat berguna dalam
memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja akan terserap serta kualifikasi
tertentu yang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk
memproduksi barang atau jasa. Di pihak lain pengetahuan tentang struktur
penduduk dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah tertentu, akan sangat
bermanfaat dalam memperhitungkan berapa banyak penduduk yang dapat
memanfaatkan peluang dan hasil pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar
bagi suatu produk usaha tertentu.
Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup
berbagai perubahan mendasar atas struktursosial, sikap-sikap masyarakat dan
institusiinstitusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan GNP
yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti dengan pemberantasan kemiskinan,
penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan
yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi

1
lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan
penyegaran kehidupan budaya.
Pembangunan ekonomi merupakan cara bagi suatu negara untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan ekonomi
dilakukan secara berkesinambungan dan terencana untuk dapat menciptakan
kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Program yang sebaiknya dijalankan oleh
suatu negara adalah dengan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) juga dapat dijadikan program untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Adapun untuk melihat lebih jelasnya pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dapat dilihat tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010-2017

Pertumbuhan Ekonomi

6.81
6.44 6.19
5.56
5.02 5.02 5.07
4.79

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


Sumber:Badan Pusat Statistik, 2017.
Program pembangunan ekonomi sebaiknya dilakukan di seluruh penjuru
negara agar lebih merata. Pembangunan ekonomi bukan hanya dikerjakan di
wilayah pusat pemerintahan saja, tetapi juga di daerah-daerah lain agar
manfaatnya dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Salah satunya yaitu
Provinsi Jawa Timur, lokasi Jawa Timur yang strategis menjadikan provinsi ini
sebagai pintu gerbang perdagangan antara Kawasan Tengah, Kawasan Timur dan
Kawasan Barat Indonesia. Sehingga Jawa Timur memiliki peluang yang besar
dalam pembangunan ekonomi.Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diduga
dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi. Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat
kedua setelah DKI Jakarta yang memiliki laju pertumbuhan paling tinggi. Adapun
untuk melihat lebih jelasnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dilihat
tabel di bawah ini :
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Setiap Provinsi di Indonesia 2017
Peringkat Provinsi PDRB (ribu rupiah)
0 Indonesia 42.432.08
1 DKI Jakarta 174.824.11
2 Kalimantan Timur 155.136.65
3 Riau 109.832.52
4 Kalimantan Utara 95 567.29
5 Kepulauan Riau 95.396.95
6 Jambi 46 004.12
7 Kepulauan Bangka Belitung 41.960.45
8 Jawa Timur 39.903.87
9 Papua 39.850.48
10 Papua Barat 39.850.48
11 Sumatera Selatan 38.834.86
12 Bali 38.112.66
13 Sumatera Utara 38.045.85
14 Banten 36.972.96
15 Kalimantan Tengah 36.834.82
16 Sulawesi Selatan 35.592.79
17 Sulawesi Utara 33.781.40
18 Kalimantan Selatan 33.545.74
19 Sumatera Barat 32.549.44
20 Sulawesi Tenggara 32.115.11
21 Sulawesi Tengah 31.878.01
22 Jawa Barat 30.110.13
23 Lampung 28.781.83
24 Kalimantan Barat 27.975.16
25 Jawa Tengah 27.613.04
26 Aceh 26.585.01
27 Daerah Istimewa Yogyakarta 25.693.39
28 Bengkulu 24.520.48
29 Sulawesi Barat 23.362.01
30 Gorontalo 23.362.01
31 Maluku Utara 21.124.26
32 Maluku 19.146.36
Peringkat Provinsi PDRB (ribu rupiah)
33 Nusa Tenggara Barat 17.228.76
34 Nusa Tenggara Timur 13.620.02
Sumber: Badan Pusat Statistik,

2017. Selain itu, perkembangan pembangunan suatu


wilayah harus memperhatikan potensi-potensi yang
dimiliki oleh wilayah tersebut, sehingga pengembangan harus mengutamakan
pengembangan pada setiap sektor yang
berpotensi untuk masyarakat dan pemerintah didaerah tersebut.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu contoh
usaha yang mungkin sekarang ini banyak kita temukan. Mereka menjalankan
usahanya dengan modal yang seminimal mungkin dan dapat hasil yang lumayan.
Mereka juga menganggap bahwa usaha yang dibangun dari hal terkecil maka akan
membuahkan hasil yang lebih baik lagi.
Salah satu contoh usaha mikro kecil dan menengah adalah usaha “Kedai
T- Minul”. Usaha tersebut didirikan oleh Ibu Irma Husnul Hotimah, untuk
menguraikannya lebih lanjut tentang usaha “Kedai T-Minul”, laporan ini mencoba
untuk membahas tentang profil usaha, sejarah usaha, bidang usaha, keuntungan
yang dihasilkan dari penjualaannya, pasar dan pemasarannya. Adapun judul
laporan tugas mata kuliah Koperasi dan UMKM yang diambil untuk
membahasnya adalah Laporan Observasi UMKM “ Aneka Makanan Pedes Pada
Kedai T-Minul”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup UMKM?
2. Bagaimana profil dan sejarah usaha pada Kedai T-Minul?
3. Bagaimana manajemen pemasaran pada Kedai T-Minul?
4. Bagaimana proses produksi makanan pedes pada Kedai T-Minul?
5. Berapakah omset yang dihasilkan pada pada Kedai T-Minul?
1.3. Tujuan dan Manfaat Observasi
1. Untuk mengetahui ruang lingkup UMKM;
2. Untuk mengetahui profil dan sejarah usaha pada Kedai T-Minul;
3. Untuk mengetahui manajemen pemasaran pada Kedai T-Minul;
4. Untuk mengetahui proses produksi makanan pedes pada Kedai T-Minul;
5. Untuk mengetahui omset yang dihasilkan pada pada Kedai T-Minul.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian UMKM


Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut,
dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam UU tersebut.2 Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang buka
merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
UU tersebut.
Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah
kecil atau usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud
dalam UU.
Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai
kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan
tahunan paling besar Rp.300 juta.
2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp.50 juta sampai dengan paling
banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum
Rp.2.500.000, dan.
3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih dari
Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di
atas Rp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga
pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS),
selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan
skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.
Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 sampai 19
pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-
perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori usaha
besar.
Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada
kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri.
Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di Indonesia tahun 1999
sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro,
serta 18% merupakan usaha menengah.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat
penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan
terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis
perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas
nasional, ekonomi dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan
usaha besar yang semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih
dapat mempertahankan kegiatan usahanya.
Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang
memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi
kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk menghadapi
persaingan bebas.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada
prinsipnya,
pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah
(UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak
termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja
tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut
negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM
antar negara.
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha yang
berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian
Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
3. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja.
4. Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang
berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang pada
umumnya birokrasi.
5. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.
2.2 Kriteria UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha
milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta`rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai
dengan 99 orang. Menurut Kementrian Keuangan, berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa
Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan
/usaha yang
mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000 atau
asset (aktiva ) setinggi-tingginya Rp.600.000.000 (diluar tanah dan bangunan
yang ditempati). Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk
badan usaha. Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin
industri rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang
lainnya.
2.3 Klasifikasi UMKM
Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar.Selain
itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi
ekonomi.Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil
dan Menengah yang melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah
klasifikasiUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM):
1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang labih
umum biasa disebut sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima
pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan
transformasi menjadi usaha besar (UB).
2.4 Peranan UMKM
Diakui, bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan
peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-negara maju
(NM). Di negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya kelompok usaha
tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB),
seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap
pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar
dibandingkan kontribusi dari usaha besar.
2.5 Karakteristik Usaha Mikro
Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta
sumber daya manusia yang besar merupakan variabel pendukung perkembangan
dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu dicermati beberapa hal seiring
perkembangan usaha kecil rumahan seperti: perkembangan usaha harus diikuti
dengan pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan
meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang
keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang efisien dan efektif,
serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan pembeda dari pesaing
merupakan langkah menuju keberhasilan dalam mengelola usaha tersebut.
Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan bahwa secara umum, sektor
usaha memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana dan
cenderung tidak mengikuti kaidah admistrasi pembukuan standar.
Kadangkala pembukuan tidak di up to date sehingga sulit untuk menilai kerja
usahanya.
2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3. Modal terbatas
4. Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
menekan biaya mencapai titik efisieni jangka panjang.
6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
7. Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah, mengingat
keterbatasan salam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana dipasar
modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan
harus transparan.
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya
kelemahan- kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal
ini
menyebabkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan
pendanaan yang tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas.
2.6 Kekuatan dan Kelemahan UMKM
UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan
yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang adalah:
1. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga
kerja patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan
50% tenaga kerja yang tersedia
2. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini
terbukti dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru
3. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen
sederhana dan fleksibel terhadap perubahan pasar
4. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar
memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri yang
lainnya
5. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang
dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri kecil
mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk mengembangkan
sektor lain yang terkait.
Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan
permasalahan dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor:
1. Faktor Internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu diantaranya:
a) Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.
b) Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil
lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi
pemasaran kurang mampu dalam mengakseskannya, khususnya dalam
informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya
berfungsi sebagai tukang saja.
c) Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk
Industri Kecil.
d) Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil memanfaatkan
modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.
2. Faktor eksternal, merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang
dam pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran
tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih.
Dari kedua faktor terebut muncullah kesenjangan diantara faktor internal
dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga pendamping lainnya
sudah siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM mana yang diberi, karena
berbagai ketentuan yang harus dipenuhi olehUMKM. Disisi lain UMKM juga
mengalami kesulitan mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat
membantu dengan keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih
berlangsung meskipun berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan bagi
para pelaku UMKM meperoleh kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun.
Pola yang ada sekarang adalah masing-masing lembaga/institusi yag
memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi tapi berjalan sendiri-sendiri,
apakah itu perbankan, BUMN, departemen, LSM, perusahaan swasta. Disisi lain
dengan keterbatasannya UMKM menjadi penopang perekonomian menjadi roda
perekonomian menjadi kenyataan.
2.7 Pengertian Kedai Makan
Kedai makan atau restoran ialah sebuah pertubuhan yang
menghidangkan makanan dan minuman telah disiap untuk dipesan, dan
dimakan (atau minum) di premis. Istilah ini meliputi kepelbagaian tempat dan
kelainan cara masakan.
Kedai makan kadang kala merupakan ciri kompleks yang lebih besar,
biasanya seperti hotel, di mana kemudahan makan disediakan untuk kemudahan
pelanggan serta untuk pihak hotel memaksimumkan pendapatan berpotensi
mereka. Kedai makan ini juga dibuka kepada bukan penginap. Pengendali kedai
makan dikenali sebagai seorang restauranteur; perkataan yang asalnya dari
kata kerja bahasa Perancis restaurer.
2.8 Sejarah Kedai Makan
Kedai makan dikembangkan pada abad ke-13 di Hangchow, sebuah pusat
kebudayaan, politik dan perekonomian semasa Wangsa Sung di Cina. Dengan
penduduk yang lebih dari 1 juta orang, sebuah budaya hospitality dan wang
kertas, Hangchow adalah masak untuk pembangunan kedai makan. Kemungkinan
dibesarkan dari rumah teh dan taverns yang dicaterkan ke para pegembara, kedai
makan Hangchow mengembangkan ke sebuah industri yang cater untuk orang
tempatan juga. Kedai makan cater ke berlainan jenis masakan, pendakap harga,
dan keperluaan keagamaan. Walaupun dalam satu kedai makan ada banyak
pilihan, sebuah account dari 1275 menuliskan tentang kedai makan Hangchow:
"Orang Hangchow susah hendak dipuaskan hati. Banyak pesanan diberikan ke
semua tepiian: orang ini mahu sesuatu panas, yang kedua mahu yang dingin,
yang ketiga mahu yang tepid, keempat mahukan yang sejuk; satu mahukan
makanan yang dimasak, yang satu lagi mahu mentah, yang kedua memilih roast,
yang ketiga mahu bakar". Jenis Kedai Makan pada saat itu:
1. Brasserie, Bistro, Pub
Di Perancis, sebuah brasserie ialah kedai kopi doubling sebagai sebuah kedai
makan dan mengkhidmatkan lauk single dan makanan lain dengan cara
relaxed setting. Sebuah bistro adalah nama mirip dengan sebuah kedai kopi
mengkhidmatkan harga makanan sederhana dalam unpretentious setting,
terutamanya di Paris; bistro telah menjadi lebih masyur dengan golangan para
pelancong.
2. Kereta Makan Minum
Sebuah kereta makan minum (Inggeris British: kereta kedai makan) atau
diner (tetapi bukan "kereta diner," kecuali dalam bahasa yang tidak
diberitahu) ialah sebuah kereta penumpang landasan keretapi yang
berkhidmat makanan dan minuman di keretapi dalam gaya sebuah perkid,
kedai makan duduk. Ia berlainan dari jenis-jenis kereta perkidmatan-makanan
yang tidak mengikut perkhidmatan-penuh pengalaman kedai makan,
utamanya kereta berbagai jenis yang seorang membeli makanan dari kaunter
walk-up untuk dimakan sama ada dalam kereta atau tempat lain di keretapi.
Sementara kereta makan minum
menjadi kurang umum sekarang daripada waktu dahulu, ia masih memainkan
peranan penting pada landasan keretapi berpenumpang, terutamanya pada
keretapi perjalanan sederhana dan lama.
3. Kedai makanan segera
Di A.S., Kedai makanan segera dan bawa pulang telah menjadi sangat
widespread yang jenis piawai tradisional sekarang kadang-kadang dirujukkan
sebagai sebuah kedai makan duduk (sebuah retronym).
BAB III
METODE OBSERVASI

3.1 Lokasi Observasi dan Wawancara


Observasi dilakukan di UMKM Kedai T-Minul milik Ibu Irma Husnul
Hotimah, lokasinya di Kp. Cikaung Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran
Kabupaten Serang Provinsi Banten pada tanggal 24 November 2018 pukul 17.00
s/d Selesai.
3.2 Metode Pengambilan Data
Wawancara dilakukan dengan sifat terbuka antara pengelola usaha kedai
makanan pedes T-Minul dengan observer, penulis telah mempersiapkan beberapa
pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pemilik usaha tersebut. Pengumpulan
data ini dilakukan dengan sebenarnya dan apa yang telah diketahui penulis dan
apa yang telah dijelaskan pemilik usaha tersebut.
1. Observasi
Dalam observasi dan wawancara ini dapat digunakan penulis untuk
mengetahui bagaimana cara untuk melakukan usaha atau berwirausaha.
Selain itu juga dapat mengetahui strategi mengelola dalam usaha kedai
tersebut.
2. Catatan Lapangan
Dalam observasi ini catatan lapangan yaitu berupa hasil wawancara antara
penulis dengan pemilik usaha keai seputar berdirinya usaha dan manajemen
usahanya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam observasi dan wawancara ini adalah berupa pengambilan
sampel foto dalam proses makanan yang diproduksi kedai tersebut.
BAB IV
LAPORAN HASIL OBSERVASI

4.1. Profil Usaha


Jenis usaha : Aneka Makanan Pedas
Nama usaha : Kedai T-Minul
Nama pemilik : Ibu Irma Husnul Hotimah
Alamat usaha : Kp. Cikaung Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran -
Kabupaten Serang Provinsi Banten
4.2. Sejarah Usaha
Usaha ini tergolong usaha mikro kecil, cara pengelolaannya masih sendiri
dan hanya melibatkan sumber daya anggota keluarga saja. Belum merekrut
sumber daya manusia dari luar, sehingga proses produksipun belum cukup
optimal jika mendapatkan pesanan yang banyak.
Usaha Kedai T-Minul ini baru berdiri 2 (dua) tahun dari tahun 2017
sampai sekarang tahun 2018. Pendirinya adalah Ibu Irma Husnul Hotimah yang
akrab dipanggil Teh Minul sebagaimana nama Kedainya. Usaha ini adalah kreasi
resep bumbu makanan aneka pedes alami dari cabai yang beliau buat dan racik
sendiri. Awalnya usaha ini tidak memiliki tempat seperti saat ini, tadinya hanya
produksi Seblak rumahan yang ditawarkan dari rumah ke rumah dengan
menggunakan media sosial serta sistemnya Pre Order (PO)/ Pesan terlebih dahulu
baru dibuatkan dan diantar ke tempat komsumen. Seiring dengan berjalannya
waktu, kini usaha aneka makanan pedes telah memiliki kedai sendiri yang
memanfaatkan halaman depan rumahnya dan sudah memiliki berbagai konsumen
dari semua kalangan masyarakat bukan hanya disekitar daerah tersebut tapi ada
dari luar daerah juga.
Bukan hanya Seblak saja yang dijual saat ini akan tetapi aneka makanan
pedes dan minuman lainya, diantaranya Ceker Pedes, Sayap Pedes, Mie Endes,
Chiken Katsu, Rolade, Pentol Lada, Kensos dan minumannya Nutrisari, Tea Jus,
Capucino Mocachino, Chocholatos. Namun dengan berkembangnya usaha ini dan
dapat menjadi peluang yang cukup menjanjikan, maka banyak tetangga sekitar
yang
ikut mendirikan usaha yang sama dengan kemasan pemasaran yang beda.
Tentunya ini menjadi tantangan bagi Ibu Irma untuk terus tetap eksis memasarkan
produk aneka makanan pedes yang alami pedesnya dari cabai asli walau banyak
saingan.
4.3. Alasan Memilih Bidang Usaha
Berawal dari hobi memasak dan ber, oleh karena itu timbulah motivasi
untuk membuka usaha sendiri dengan kemampuan yang dimilik dan potensi yang
cukup menarik didaerah tempat tinggal ibu Irma. Karena target pasarnya yaitu
dari anak kecil sampai orang dewasa yang menyukai makanan pedes serta tempat
kedai yang nyaman untuk ngobrol atau sekedar nongkrong.
4.4. Dokumen Yang Mendukung Jalannya Usaha
Dalam usaha milik ibu Irma ini belum memiliki surat izin pendirian
UMKM atau SIUP dan belum didaftarkan di dinas terkait UMKM Kabupaten
Serang. Jadi belum dapat dipastikan makanan tidak mengandung bahan kimia
pengawet atau sejenisnya, sehingga belum tentu terbukti aman dikonsumsi oleh
masyarakat. Akan tetapi hasil observasi penulis ke tempat proses memasak
makanan tidak ditemukan bahan kimia/ pengawet yang membahayakan bahkan
tidak ada sama sekali. Karena bumbu terbuat dari rempah-rempah dan bahan baku
makanan berasal dari bahan yang cukup baik (Ceker Ayam, Sayap Ayam, Baso,
Seafood, Mie, Sawi, Cabai dan Kerupuk).
4.5. Sumber Daya Manusia
Dalam usaha ini sejak awal sampai sekarang masih dikelola oleh sendiri.
Tenaga kerja yang dilibatkan dalam proses produksi diambil dari keluarga sendiri
seperti paman, bibi, kakak dan adik, yang jumlahnya ada 6 orang. Sementara ibu
Irma dan suaminya juga ikut andil dalam proses produksi. Kedai dibuka dari jam
10.00 pagi s/d jam 10 malam.
4.6. Proses Produksi
1. Peralatan yang dibutuhkan dalam produksi makanan pedes:
a. Wajan
b. Kompor Gas
c. Kuali
d. Mesin blender
e. Nampan dan serbet
f. Pisau
g. Sendok
h. Garpu
i. Gelas
j. Mangkok
k. Piring
2. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam satu hari proses produksi:
a. Kerupuk sagu mentah, warna putih
b. Telur, kocok lepas
c. Ceker ayam
d. Bakso
e. Minyak sayur
f. Kaldu bubuk rasa ayam
g. Batang daun bawang, iris halus
h. Garam
i. Air
j. Saos
3. Bumbu Seblak Basah, Haluskan :
a. ½ Kg Siung bawang putih
b. ¼ Kg Kencur
c. ½ Kg Bawang merah
d. Cabe rawit merah secukupnya
4. Proses Pembuatan Seblak
a. Langkah pertama adalah menyiapkan bahan-bahan pembuatan seblak
basah terlebih dahulu.
b. Selanjutnya rendam kerupuk dalam air panas sampai kenyal, kira-kira
selama 10 menit, tiriskan. Lalu sisihkan.
c. Panaskan minyak, lalu tumis bumbu-bumbu halus hingga berbau harum.
Masukan bakso sapi, ceker ayam, bakso, seafood dan juga kerupuk yang
telah direndam, aduk merata.
d. Selanjutnya tuangkan telur kocok, aduk cepat sampai berserabut.
Tambahakan dengan daun bawang, garam, dan juga kaldu bubuk, aduk
hingga merata.
e. Kemudian tuangkan air, masak sejenak sampai semua bahan menjadi
matang.angkar, lalu sajikan dengan bahan taburan daun bawang.
f. Seblak basah pun siap untuk dinikmati.
4.7. Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan dengan menunggu konsumen datang ke
lokasi kedai, bisa dimakan ditempat atau dibungkus dan mempromosikan
makanan melalui media sosial seperti instagram, whatsapp, facebook dan
sejenisnya (gratis) serta menggunakan strategi pemasaran Word Of Mouth (dari
mulut ke mulut). Word of Mount adalah istilah yang umum dan sering
dipergunakan oleh pelaku bisnis/pengusaha yaitu berbagi pengalaman dari
konsumen ke konsumen yang lain.
4.8. Sistem Administrasi Keuangan
Dimulai dengan modal awal untuk membeli peralatan yang dibutuhkan
untuk menjalankan usaha kuliner kedai aneka makanan pedes dengan rincian
sebagai berikut :
1. Wajan Rp. 80.000
2. Kompor Gas 1 tungku Rp. 350.000
3. Kuali Rp. 60.000
4. Blender Rp. 245.000
5. Pisau Rp. 20.000
6. Nampan Rp. 15.000
7. Serbet Rp. 15.000
8. Garpu 1 Lusin Rp. 60.000
9. Sendok 1 Lusin Rp. 60.000
10. Gelas 1 Lusin Rp. 70.000
11. Mangkok 1 Lusin Rp. 84.000
Total Rp. 787.000
Sedangkan untuk satu hari produksi penjualan dibutuhkan modal
Rp.654.000 dengan rincian sebagai berikut :
1. 10 kg Ceker Ayam @ Rp. 20.000 Rp. 200.000
2. 5 Kg Kerupuk sagu @Rp. 20.000 Rp. 100.000
3. 3 Kg Telor @Rp. 22.000 Rp. 66.000
4. Bakso 100 biji Rp. 50.000
5. 2 Liter Minyak sayur Rp. 25.000
6. Kaldu bubuk rasa ayam Masako Rp. 15.000
7. Garam 2 bungkus Rp 3.000
8. Daun Bawang Rp. 10.000
9. Cabe Setan 5 Kg @35.000 Rp. 175.000
10. Sayur Sawi Rp. 10.000
Total Rp. 654.000
Jadi laba atau keuntungan kotornya yang diperoleh dalam satu hari untuk
keseluruhan aneka makanan pedas Rp. 1.500.000 (saat pembeli sepi)
Rp.3.000.000 (saat ramai pembeli). Dapat disimpulkan keuntungan (Rp.1.500.000
– Rp. 654.000) x 30 hari = Rp 25.000.000/bulan (keuntungan Bersih).
4.9. Permasalahan yang Dihadapi
1. Masih minim nya tenaga kerja, sehingga pelayanan kurang optimal.
2. Banyaknya orang/ tentangga yang ikut mendirikan usaha , sehingga terjadi
persaingan bisnis.
3. Tempat yang kurang setrategis, karena jauh dari jalan utama. Sehingga akan
kesulitan mencarinya jikan konsumen yang belum pernah ke lokasi kedai
tersebut.
4. Bahan baku produksi yang semakin naik harganya, yang ini akan
mengakibatkan pertambahan modal pada proses produksi.
BAB V
LAMPIRAN

5.1. Bahan dan Aneka Makanan Pedes


5.2. Dokumentasi Observasi
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Sebenarnya untuk memulai suatu usaha di bidang , apalagi usaha kedai
aneka makanan pedes yang digeluti ibu Irma tidak susah, yang penting perlu niat
dan usaha. Tidak semua usaha langsung sukses, semua butuh pengorbanan, kerja
keras, semangat, keuletan dan berpikir positif. Satu lagi untuk tetap
mempertahankan pelanggan, usaha kedai aneka makanan pedes harus tetap
mempertahankan kualitas dan ciri khas alaminya yang selama ini menjadi
pembeda dengan para pesaing, agar pelanggan tetap setia dan bertambah banyak.
6.2. Saran
1. Perlu pengadaan inovasi terhadap rasa, supaya tidak kalah oleh banyak
pesaing dan lebih menarik banyak pelanggan baru, namun juga harus tetap
menjaga kualitas produk yang dihasilkan;
2. Tambahan buat seblaknya. Contohnya mie, kwetiau dan sosis; dan
3. Untuk lokasinya, ada baiknya digang masuk dibuat pelang nama kedai T-
Minul supaya warga/calon konsumen yang melintas pada tahu.
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8370/ diakses 25 November 2018;


https://ms.wikipedia.org/wiki/Kedai_makan/ diakses 25 November 2018.

Anda mungkin juga menyukai