Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKONOMI KOPERASI

TANTANGAN KOPERASI DALAM MENGHADAPI MEA 2015

DISUSUN OLEH:
SATRIO WIDIYANTO [1410101027]
K-1 EKONOMI PEMBANGUNGAN

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNGAN
UNIVERSITAS TIDAR

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
MEA adalah bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai
pada tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pemimpin negara ASEAN pada
KTT ASEAN

ke-13

pada

bulan

November

2007

di

Singapura,

menyepakati

ASEAN Econimic Communty (AEC) Blueprint, sebagai acuan seluruh negara anggota dalam
mengimplementasikan komitmen MEA.
Melalui cetak biru MEA, ASEAN telah melakukan berbagai pembangunan. Antara
lain adalah dengan pelaksanaan pembangunan fasilitas perdagangan pada sektor informasi,
teknologi, dan transportasi. Pengimplementasian ASEAN Single window di masing-masing
Negara, serta harmonisasi kebijakan seperti adanya standar atau sertifikasi produk buatan
ASEAN dengan MRA (Mutual Recognation Arrangement) juga merupakan bagian dari
agenda ASEAN untuk mencapai MEA 2015.
Implemetasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diberlakukan setahun
lagi, yaitu pada tahun 2015. MEA terwujud dari keinginan negara-negara ASEAN untuk
mewujudkan ASEAN menjadikawasan perekonomian yang solid dan diperhitungkan dalam
percaturan perekonomian Internasional.
Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan
mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masingmasing negara. Melalui MEA akan terjadi integrasi yang berupa free trade area (area
perdagangan bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga
kerja dan pasar modal yang bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi tiap negara.
Salah satu faktor hambatan terutama bagi sektor Koperasi untuk bersaing dalam era
pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku UMKM yang secara umum
masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas pelaku UMKM, mentri koperasi dan ukm
melaksanakan berbagai pembinaan dan pelatihan, baik yang bersifat teknis maupun
manajerial. Namun, banyaknya tenaga kerja yang tidak terampil tentu berdampak pada
kualitas produk yang dihasilkan.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang
diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja
UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi dan meningkatkan
akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya
mampu bersaing dengan pelaku UKM asing.
Dengan meningkatnya pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah dengan
pihak swasta, daya saing UKM Indonesia pun makin meningkat, terbukti dari data terbaru
yang dikeluarkan oleh World Economic Forum bahwa peringkat daya saing UKM
Indonesia naik dari nomor 52 menjadi nomor 38.
Maka Koperasi dan UKM dalam negeri harus meningkatkan kualitas dan kinerja
untuk menyambut MEA 2015. Masyarakat harus bisa menjadi market leader, terutama di
pasar sendiri.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Karakteristik MEA 2015 ?
2) Apa saja Tantangan dan peluang yang harus dihadapi Koperasi Indonesia dan
Kesiapan Koperasi Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 ?
3) Bagaimana Upaya Mempersiapkan Koperasi Menghadapi MEA 2015 ?
3. Tujuan
1) Mengetahui Karakteristik MEA 2015 yang mendasar
2) Mengetahui tantangan dan peluang yang harus dihadapi Koperasi Indonesia dan
Kesiapan Koperasi dalam menghadapi MEA 2015
3) Mengetahui Upaya mempersiapkan Koperasi menghadapi MEA 2015

BAB II
PEMBAHASAN

Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi
ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip
terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan
aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan
komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan
basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme
dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;
mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis,
tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai
langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan
mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam melalui
Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1.

Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;

2.

Pengakuan kualifikasi profesional;

3.

Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;

4.

Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;

5.

Meningkatkan infrastruktur

6.

Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;

7.

Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah;

8.

Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi


ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas

ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,

karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):


1.

Pasar dan basis produksi tunggal,

2.

Kawasan ekonomi yang kompetitif,

3.

Wilayah pembangunan ekonomi yang merata

4.

Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global


Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang

dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan


keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di
antara para pemangku kepentingan yang relevan.

Tantangan yang harus dihadapi Koperasi Indonesia dan Kesiapan Koperasi Indonesia
dalam menghadapi MEA 2015
Indonesia akan dihadapkan dengan kerugian-kerugian dari MEA 2015 jika persiapan
menghadapi pasar bebas ini tidak matang. Kurangnya standardisasi dan seritifikasi produk di
dalam negeri akan menciptakan peluang bagi produk impor untuk menggempur perdagangan
di Indonesia. Standardisasi dan sertifikasi produk merupakan hal yang penting guna
mencegah kesamaan produk Indonesia dengan negara lain. Terancamnya daya saing tenaga
kerja Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang kurang terdidik di Indonesia masih tinggi
Liberalisasi perdangangan barang di ASEAN ini menyebabkan berkurangnya biaya
transportasi dan biaya telekomunikasi para UMKM dengan konsumen. Selain itu, daya saing
yang ketat juga akan mewarnai MEA 2015 seperti yang dilansir dari
Tantangan penting lainnya, Koperasi dan UKM harus membuat diversifikasi output
dan menjaga stabilitas pendapat usaha makro agar tidak jatuh ke kelompok masyarakat
miskin. UKM juga harus memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada termasuk dalam
kerangka kerjasama ASEAN.
Bagi Indonesia, pembentukan MEA 2015 akan memberikan beberapa tantangan yang
tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan sesama
negara ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Persaingan yang
ketat ini akan berdampak pada harga yang kompetitif pula, bukan hanyakomoditi/produk/jasa
unggulan industry besar (UB), tetapi juga sektor UMKM karena kesamaan karakteristik

produk. Menyadari peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling
besar dan cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA
2015 mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM.
Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara, dunia usaha di Tanah Air tentu
harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara
ASEAN

lainnya,

tak

terkecuali

sektor

Koperasi

dan

Usaha

Kecil

Menengah

(KUKM).Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan mengatakan bahwa persiapan Koperasi
dan UKM nasional untuk menghadapi era MEA sudah cukup baik.
Sebagai persiapan pemerintah telah melaksanakan beberapa upaya strategis, salah
satunya pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan
langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai
pemberlakuan MEA pada akhir 2015. Langkah-langkah antisipasi yang telah disusun
Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar
bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA,
peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk
KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Untuk meningkatkan kualitas pelaku KUKM, berbagai pembinaan dan pelatihan, baik
yang bersifat teknis maupun manajerial selalu di gaungkan. kementrian Koperasi melakukan
pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar
produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang
berdaya saing tinggi.
Sektor Koperasi dan UKM yang paling penting untuk dikembangkan dalam
menghadapi MEA 2015 itu yang terkait dengan industri kreatif dan inovatif, handicraft,
home industry, dan teknologi informasi, Kementrian Koperasi juga berupaya meningkatkan
akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya
mampu bersaing dengan pelaku UKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diperlukan para pelaku UKM di Indonesia untuk
menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA.
Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2015 sebenarnya cukup besar,
saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 di dunia untuk besarnya skala ekonomi. Besarnya

skala ekonomi juga didukung oleh proporsi penduduk usia produktif dan pertumbuhan kelas
menengah yang besar.
Prospek ekonomi Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat
investasi Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia sebagai
peringkat empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment report.
Masih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat dilihat ketika banyak negara yang
tumbang diterpa pelemahan perekonomian global, perekonomian Indonesia masih dapat
terjaga untuk tumbuh positif.
Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar
mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA pada tahun 2015.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memberdayakan UMKM adalah:
1. Meningkatkan Kualitas SDM dan Jiwa Kewirausahaan UMKM dan Koperasi
Secara umum kualitas SDM pelaku UKM di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi
spirit kewirausahaannya. Kalau mengacu pada data UKM pada tahun 2008, tingkat
kewirausahaan di Indonesia hanya 0,25% dan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 0,273%.
Memang hal ini sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara lain di dunia, termasuk di
Asia dan ASEAN. Sebagaimana di Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura lebih dari
7% demikian juga di USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai 11,9%.
Oleh karena itu, untuk memperkuat kualitas dan kewirausahaan UKM di Indonesia,
maka diperlukan adanya pendidikan dan latihan keterampilan, manajemen, dan diklat teknis
lainnya yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan kewirausahaan juga perlu
ditingkatkan.
Pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional pada tanggal 2 Februari 2011 lalu
harus ditindaklanjuti dengan langkah kongkrit, seperti

penyusunan grand strategy

pengembangan kewirausahaan dan pelaksanaan dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya


dan bertanggung jawab. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan
modal awal terutama bagi wirausaha pemula.
2. Memfasilitasi UKM dan Koperasi Berkaitan Akses Informasi dan Promosi di Luar
Negeri
Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Sebaik apapun kualitas
produk yang dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak mengetahuinya, maka produk
tersebut akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu, maka pemberian informasi dan promosi
produk-produk UKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar ASEAN harus

ditingkatkan. Promosi produk, bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatankegiatan pameran di luar negeri. Dalam promosi produk ke luar negeri ini perlu juga
diperhatikan kesiapan UKM dalam penyediaan produk yang akan dipasarkan. Sebaiknya
dihindari mengajak UKM ke luar negeri, padahal mereka belum siap untuk mengekspor
produknya ke luar negeri. Dalam kaitan ini, bukan saja kualitas dan desain produk yang
harus diperhatikan, tetapi juga tentang kuantitas dan kontinuitas produknya.
3. Meningkatkan Akses Finansial
Isu finansial dalam pengembangan UKM dan Koperasi sangatlah klasik. Selama ini,
belum banyak UKM dan Koperasi yang bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang
diberikan oleh perbankan. Hasil survey Regional Development Institute (REDI, 2002)
menyebutkan bahwa ada 3 gap yang dihadapi berkaitan dengan akses finansial bagi UKM
dan Koperasi, (1) aspek formalitas, karena banyak UKM dan Koperasi yang tidak memiliki
legal status; (2) aspek skala usaha, dimana sering sekali skema kredit yang disiapkan
perbankan tidak sejalan dengan skala usaha Koperasi; dan (3) aspek informasi, dimana
perbankan tidak tahu UKM dan Koperasi mana yang harus dibiayai, sementara itu
Koperasi juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia di perbankan. Oleh karena itu,
maka ketiga gap ini harus diatasi, diantaranya dengan peningkatan kemampuan bagi SDM
yang dimiliki UKM dan Koperasi, perbankan, serta pendamping UKM dan Koperasi. Pada
sisi lain, harus juga diberikan informasi yang luas tentang skema-skema pembiayaan yang
dimiliki perbankan.
4. Memperkuat dan Meningkatkan Akses dan Transfer Tekonologi Bagi Koperasi dan
UKM Untuk Pengembangan Koperasi dan UKM Inovatif
Akses dan transfer teknologi untuk Koperasi masih merupakan tantangan yang
dihadapi di Indonesia. Peranan inkubator, lembaga riset, dan kerjasama antara lembaga riset
dan perguruan tinggi serta dunia usaha untuk alih teknologi perlu digalakkan. Kerjasama atau
kemitraan antara perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri dengan UKM harus
didorong untuk alih teknologi dari perusahaan besar kepada Koperasi dan UKM. Praktek
seperti ini sudah banyak berjalan di beberapa Negara maju, seperti USA, Jerman, Inggris,
Korea, Jepang dan Taiwan. Model-model pengembangan klaster juga harus dikembangkan,
karena melalui model tersebut akan terjadi alih teknologi kepada dan antar Koperasi dan
UKM.
Upaya mempersiapkan Koperasi menghadapi MEA 2015

Kehadiran era MEA dinilai dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
koperasi dan pelaku UMKM. MEA akan menciptakan pasar internasional yang lebih luas.
Namun, MEA juga akan memunculkan persaingan pasar internasional yang semakin ketat.
Melalui kegiatan kesiapan koperasi dan UMKM, seluruh unsur yang terkait khususnya
koperasi dan pelaku UMKM diharapkan memiliki wawasan pengembangan produk dan akses
pasar dalam menghadapi peluang dan tantangan yang terjadi.
MEA juga akan membawa perubahan prosedur bea cukai yang lebih sederhana,
adanya self sertification, dan adanya harmonisasi standar produk. Hal lain yang harus
dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan jiwa
kewirausahaan terhadap pelaku UMKM, memperkuat dan meningkatkan akses serta transfer
teknologi untuk pengembangan UMKM inovatif, dan meningkatkan fasilitas untuk akses
informasi dan promosi di luar negeri. koperasi dan UMKM dapat dijadikan ujung tombak
pertumbuhan perekonomian nasional. Sehingga mampu berkompetisi pada era integrasi
ekonomi ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan makmur.
Eksistensi koperasi dan UMKM begitu penting dan dibutuhkan banyak pihak karena
memiliki peran yang cukup strategis dan dominan dalam perkembangan perekonomian
bangsa, pertumbuhan serta peran koperasi dan UMKM masih bisa ditingkatkan karena
memiliki potensi dalam menyediakan lapangan kerja dan mengatasi kemiskinan."Semakin
menguatnya komitmen pemerintah saat ini, diharapkan bisa membawa iklim investasi dan
kegairahan usaha dalam perekonomian daerah menjadi jauh lebih baik

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa tantangan MEA, seperti lapangan tenaga kerja yang ada di Indonesia hanya
akan menaikkan angka pengangguran itu sendiri, karena tidak berdampak pada peningkatan

taraf hidup masyarakat Indonesia, khususnya buruh yang tidak memiliki sertifikasi
pendidikan seperti buruh-buruh yang didatangkan dari China, bahkan Vietnam yang tidak
lebih baik tingkat kesejahteraan pekerjanya dari Indonesia. Bila Indonesia tidak siap, maka
aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan modal, terlihat sebagai ancaman
daripada peluang. Tantangan lainnya adalah jurang horizontal antara negara dengan kelas
ekonomi maju dan yang masih menengah dan maju. Jurang vertikal antara negara yang
demokratis liberal dan masih otoriter. Peluang yang sudah terbuka ini, kalau tidak segera
dimanfaatkan, kita akan tertinggal, karena proses ini juga diikuti gerak negara lain dan hal itu
terus bergulir. Kita harus segera berbenah diri untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia
Indonesia yang kompetitif dan berkulitas global.
Dengan di berlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, UKM
dituntut lebih bisa mengembangkan usaha kecil melalu berbagai program Kementrian
Koperasi dan UKM seperti permodalan, kelembagaan dan pemasaran.
Saran
Pemerintah harus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkoperasi dan ber
UKM yang masih kurang sehingga perlu menggalakkan sosialisasi betapa pentingnya
koperasi dan UKM untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mereka di
pelosok perdesaan. Sosialisasi yang dimaksud mulai dari pendidikan, penyuluhan, seminar,
diskusi dan ceramah mengenai pentingnya berkoperasi dan berUKM.
Jika Indonesia mampu mengantisipasi, pengaruh liberalisasi akan mengarah pada
efisiensi pasar jasa. Dampaknya adalah pilihan bagi konsumen meningkat, produktivitas
meningkat, serta persaingan yang lebih sehat di dorong. Pencapaian MEA dilakukan melalui
empat tahapan strategis, meliputi : pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi,
kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi
dengan perekonomian global.
Indonesia harus menjadi pemain dalam komunitas ekonomi ASEAN, dengan cara
menyiapkan dan memberikan mentoring pada pengusaha pemula agar mampu menghadapi
persaingan baik di dalam negeri, kawasan dan global, juga memberikan perhatian pada
pengusaha-pengusaha lokal atau di daerah agar dapat mengembangkan usahanya sekaligus
memperluas pasar produksi barang-barang mereka. Program kebijakan penguatan daya saing
telah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, antara lain penguatan UKM nasional.

Hal tersebut penting untuk memfasilitasi UKM nasional yang berdaya saing tinggi, inovatif,
dan kreatif, serta mampu melakukan perluasan pasar dari Komunitas Ekonomi ASEAN

Daftar Pustaka
http://seputarpengertian.blogspot.in/2014/08/Pengertian-karakteristik-masyarakat-ekonomiasean.html?m=1
http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukm-indonesia-menatap-eramea-2015

Anda mungkin juga menyukai