Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Riri Kurnia Syafitri R

NIM

: 145060701111031

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi


Tugas Pengantar Ekonomi
1. Pengertian AEC (MEA) 2015
ASEAN Economic Community (AEC) adalah suatu bentuk integrasi ekonomi ASEAN
dimana komunitas negara-negara di kawasan Asia Tenggara bergabung dalam sistem
perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN yang lebih dinamis dan kompetitif dengan
mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat ekonomi, memfasilitasi pergerakan
bisnis, tenaga kerja terampil dan berbakat. Pada saat ini AEC lebih dikenal masyarakat
umum dengan sebutan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Tujuan pemberlakuan MEA
adalah untuk membentuk negara ASEAN menjadi kawasan yang stabil, sejahtera, dan
kompetitif dengan pembangunan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosialekonomi antar negara di ASEAN.
Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN Sejalan dengan pesatnya dinamika hubungan
antar bangsa di berbagai kawasan, ASEAN menyadari pentingnya integrasi negara-negara di
Asia Tenggara. MEA adalah tujuan akhir integrasi ekonomi. Untuk membantu tercapainya
integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC, maka dibuatlah blueprint yang memuat empat pilar
utama yaitu :
a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan
elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang
lebih bebas;
b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan
kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;
c. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negaranegara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam;
d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global
dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan
meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
Dengan berlakunya MEA 2015, berarti negara-negara ASEAN menyepakati untuk
mengintegrasikan perekonomian Asia Tenggara. Untuk itu sudah menjadi keharusan bahwa
Indonesia harus mampu mengambil manfaat dari pengintegrasian tersebut dengan cara

beradaptasi dengan perkembangan ekonomi pada kawasan global dan mendorong UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) ke global.
2. Strategi Memenangi Persaingan Pasar di MEA 2015 Khususnya di Industri Kreatif dan
Miko
Tugas menyongsong pasar bebas MEA menjadi tanggungjawab seluruh pemangku
kepentingan di Indonesia. Beberapa hal yang harus dipersiapkan Indonesia adalah
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), perbaikan infrastruktur, meningkatkan
daya saing produk, mempermudah akses permodalan khususnya bagi UMKM, dan menyusun
strategi pemasaran produk bersama.
Indonesia masih harus meningkatkan daya produk Indonesia. Perekonomian yang
berbasis kerakyatan (UMKM) berpeluang menembus pasar negara ASEAN. Pemerintah telah
melakukan upaya percepatan pemerataan pembangunan sebagai bagian dari penguatan
ekonomi kerakyatan. Usaha lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk
kluster untuk pembinaan UMKM agar memiliki daya saing. Sektor-sektor yang akan menjadi
unggulan Indonesia dalam MEA 2015 adalah Sumber Daya Alam (SDA), Informasi
Teknologi, dan Industri Ekonomi Kreatif. Ketiga sektor ini merupakan sektor terkuat
Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain.
Akan tetapi, pengusaha Indonesia akan bersaing dengan para pengusaha dari berbagai
negara ASEAN. Persaingan pemasaran dan kualitas produk akan sangat ketat dan akan terjadi
seleksi alam terhadap produk-produk unggul. UMKM Indonesia akan memiliki prospek yang
cerah jika mampu berdaya saing. Salah satu caranya dengan melakukan sertifikasi
standarisasi produk baik dari sisi mutu maupun keamanan dan kesehatan. Melihat kondisi riil,
produk dari UMKM Indonesia masih banyak yang belum tersertifikasi. Karena para pelaku
usaha belum terbiasa dengan sertifikasi standarisasi produk baik dari sisi mutu maupun
keamanan dan kesehatan konsumen. Proses Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk
UKM juga masih mengalami kendala terutama untuk penerapan di daerah. Kurangnya
lembaga sertifikasi, rumitnya birokrasi SNI, masih mahalnya biaya SNI dan kurangnya
pengawasan pihak terkait menjadi pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan daya saing
produk UKM Indonesia.
Pemerintah harus berada di depan dalam menyusun strategi pemasaran produk bersama
stakeholders sehingga didapat strategi yang mampu membuat produk Indonesia menembus
pasar negara lainnya. Promosi produk Indonesia harus dilakukan bersama, karena betapa
berkualitasnya pun suatu produk tanpa promosi maka tidak ada yang akan mengenal produk
tersebut.

Kemudian peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan


komunikasi (TIK), diperlukan para pelaku UKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan
usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA. Para pelaku UKM harus
memanfaatkan teknologi seluas-luasnya untuk mengembangkan usahanya sehingga bisa cepat
maju dan siap bersaing secara global. Dengan meningkatnya pemanfaatan TIK dalam
kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui
kerja sama pemerintah dengan pihak swasta, daya saing UKM Indonesia pun makin
meningkat. Hal itu, terbukti dari data terbaru yang dikeluarkan oleh "World Economic
Forum" bahwa peringkat daya saing UKM Indonesia naik dari nomor 52 menjadi nomor 38.
Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan
dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian
dari sektor UMKM. Sehingga, UMKM dan industry kreatif dapat bersaing di MEA 2015.

Daftar Pustaka
http://berkas.dpr.go.id/ , diakses pada hari Kamis pukul 21.54
https://www.academia.edu/10045901/Kesiapan_Indonesia_Dalam_Menghadapi_Asean_Econ
omic_Community_2015_OPINI, diakses pada hari Kamis pukul 21.15

Anda mungkin juga menyukai