Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PROGRAM WAJIB P2P DAN PROGRAM

PENGEMBANGAN CLUB SEGAR TANGGAL 09 MARET


SAMPAI DENGAN 22 MARET 2019 DI PUSKESMAS PUCANG
SEWU KOTA SURABAYA

MAHASISWA SEMESTER VI

PROGRAM STUDI D 4 KEPERAWATAN

Nama :

1. Elita Rezi Safira P27820716007

2. Nur Harirotus Sa’diyah P27820716011

3. Rahma Amalia Syafitri P27820716012

4. Muhammad Insan Dzaky P27820716026

5. Diana Shindy Vantika P27820716030

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019

19
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan program wajib P2P dan program pengembangan club segar di Puskesmas
Pucang Sewu Kota Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 09 Maret sampai
dengan 22 Maret tahun 2019

Surabaya, 22 Maret 2019


Pembimbing Puskesmas Pembimbing Pendidikan

( Surya Fardiansyah ) (L. TAlberta, SKM, M.Kes)


NIP. 19621005 198603 2 003

Mengetahui
Kepala Puskesmas Pucang Sewu

(drg. Prasukma Yogawarti)


NIP. 19650411 199003 2 005

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Program Wajib dan Program Pengembangan di Puskesmas Pucang
Sewu Kota Surabaya mulai tanggal 09 Maret – 22 Maret 2019.
Hasil laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan hasil ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dari penulisan laporan hasil ini. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Program Wajib dan Program
Pengembangan di Puskesmas Pucang Sewu Kota Surabaya ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca serta tim penulis sendiri.

Surabaya, 22 Maret 2019

Tim Penyusun

ii
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ..............................................................................................................................ii

Daftar Lampiran ..................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1


1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................................................... 2
1.4 Visi Misi Puskesmas................................................................................................... 2

Bab II Tinjauan Teori........................................................................................................... 3

2.1 Program Wajib Puskesmas ......................................................................................... 3


2.2 Program Pengembangan Puskesmas ........................................................................ 19

Bab III Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................................ 24

3.1 Program Wajib Puskesmas ....................................................................................... 24


3.2 Program Pengembangan Puskesmas ........................................................................ 25

Bab IV Pembahasan ........................................................................................................... 26

4.1 Faktor Pendukung ..................................................................................................... 26


4.2 Faktor Penghambat ................................................................................................... 26

Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................................................................ 27

5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 27


5.2. Saran ......................................................................................................................... 27

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 28

i
DAFTAR LAMPIRAN

ii
ii
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan
biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan
preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan
perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat
memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh
puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Perawat memberikan pelayanan di
masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa
(polindes).
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan tingkat pertama meliputi kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat
esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, serta pelayanan pencegahan
dan pengendalian penyakit. Program pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
dibagi menjadi dua yaitu pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular.
Dalam laporan ini kelompok kami akan membahas tentang salah satu program
wajib puskesmas yaitu pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit khususnya
penyakit tidak menular serta program pengembangannya yaitu “Club Segar” di
Puskesmas Pucangsewu Surabaya.

1
1.2 Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui program wajib Puskesmas Pucang Sewu yaitu pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit.
1.2.2. Untuk mengetahui program pengembangan Puskesmas dari pelayanan pencegahan
dan pengendalian penyakit yaitu Club Segar.

1.3 Manfaat
1.3.1. Menambah wawasan tentang program wajib yang telah dilakukan Puskesmas
Pucang Sewu yaitu pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
1.3.2. Menambah referensi tentang pengembangan program yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Pucang Sewu.

1.4 Visi Misi Puskesmas


Visi : “Dinas Kesehatan yang Profesional untuk mewujudkan masyarakat Surabaya
sehat, mandiri dan berdaya saing global”
Misi Dalam mewujudkan Dinas Kesehatan yang Profesional untuk mewujudkan
masyarakat Surabaya sehat, mandiri dan berdaya saing global maka perlu
ditempuh misi sebagai berikut:
 Meningkatkan akses dan mutu upaya kesehatan;
 Meningkatkan tata kelola dan optimalisasi fungsi regulator bidang kesehatan;
 Meningkatkan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan.

2
Bab II
TINJAUAN TEORI

2.1 Program Wajib Puskesmas (Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit)


1) Gambaran Umum Program Pemberantasan Penyakit Menular
Salah satu upaya kesehatan masyarakat yang wajib ada di puskesmas ialah
upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuan dari
upaya ini ialah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, serta menurunkan
angka kesakitan dan kematian di masyarakat. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan yaitu di bidang pencegahan berupa imunisasi dan penyuluhan
kesehatan, penanggualangan penyakit meliputi pengobatan pasien dan penemuan
serta pemberantasan sumber infeksi, dan melaksanakan pencatatan dan pelaporan
kasus, dan pelaporan kematian.

2) Sub Unit Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di


Puskesmas Pucang Sewu
Puskesmas Pucang Sewu memiliki Program Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M) yang kegiatan pemberantasan penyakitnya meliputi P2 DBD, P2
TB, P2 Diare, P2 ISPA, P2 Kusta, P2 Cacingan, P2 Malaria, P2 PMS, P2 Suspek
Rabies, dan P2 Imunisasi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap program
P2M di Puskesmas Pucang Sewu adalah sebagai berikut:
a. P2 DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular
yang disebabkan infeksi virus dengue dengan vektor nyamuk Aedes aegypty.
Di dalam program P2 DBD beberapa target yang telah ditentukan adalah
IR DBD<55 kasus per 100.000 penduduk, ABJ ≥ 95%, dan CFR ≤ 0,89%.
Adapun kegiatan P2 DBD yang dilaksanakan di Puskesmas Pucang Sewu
yaitu:
 Pendataan sasaran yang dilaksanakan dengan koordinasi lintas
sektoral dalam menentukan pendataan sasaran di wilayah kerja
Puskesmas Pucang Sewu yang dilakukan oleh petugas P2 DBD pada
bulan Januari. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan tempat-tempat
umum di wilayah kerja puskesmas.
 Perencanaan meliputi kegiatan rekapitulasi data, analisis data,
identifikasi masalah, serta penyusunan rencana kegiatan untuk
3
pemecahan masalah yang dilakukan oleh petugas P2 DBD pada bulan
Januari. Sasarannya adalah semua kegiatan upaya P2 DBD.
 Pemantauan Jentik Berkala (PJB) atau Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), Gertak, dan KIE oleh jumantik dan koordinator. Pemeriksaan
jentik dilakukan setiap hari pada kontainer, melaksanakan gertak setiap
minggu, serta melakukan kegiatan PSN dan menaburkan bubuk abate
pada kontainer yang positif jentik. Kegiatan di atas dilaksanakan oleh
petugas P2 DBD , jumantik , dan Darbin yang dilaksanakan pada
Januari s.d Desember. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan tempat-
tempat umum. Target yang ditetapkan untuk ABJ sebesar 95%.
 PJB oleh petugas puskesmas atau darbin dengan melaksanakan
pemeriksaan jentik tahunan yang dilakukan pada bulan Maret, Juni,
September, dan Desember. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan
tempat-tempat umum.
 Penanganan penderita dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan,
pengobatan,dan rujukan penderita oleh dokter dan paramedis yang
dilakukan sepanjang tahun. Sasarannya adalah penderita yang datang
ke puskesmas.
 Penanggulangan kasus berdasarkan hasil penelusuran epidemiologi
(PE) berupa fogging focccus, penyuluhan 3M, dan abatisasi oleh
petugas DBD bersama pihak desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan
sepanjang tahun dan sasarannya adalah penderita dan lingkungan
penderita.
 Rapat rutin bulanan jumantik untuk menganalisis masalah, evaluasi
kinerja jumantik, penyusunan rencana kerja bulanan dan penyegaran
kader. Rapat diikuti oleh kepala puskesmas, supervisor, koordinator,
dan jumantik. Sasarannya adalah koordinator jumantik dan kader.
 Evaluasi kinerja jumantik lintas sektor oleh petugas puskesmas yang
diadakan pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari. Sasarannya
adalah instansi terkait, koordinator, kader jumantik, dan petugas
puskesmas.
 PSN MOS (Masa Orientasi Siswa) oleh murid SMA dan SMP dengan
melakukan kegiatan pemeriksaan jentik ke rumah-rumah. Sasarannya
adalah rumah atau KK yang dilaksanakan pada bulan Juli bersamaan
dengan kegiatan orientasi siswa baru.
4
 Pencatatan, pelaporan, dan monev semua kegiatan untuk membuat
analisa, rencana tindak lanjut, dan laporan kegiatan oleh petugas P2
DBD pada bulan Januari-Desember. Sasarannya adalah semua
kegiatan program P2 DBD.

b. P2 TB
TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacteriun tuberculosis. Pada umumnya jenis penyakit TB yang
menjadi fokus kegiatan puskesmas adalah TB paru. Di dalam program P2
TB ada beberapa target yang telah ditetapkan target penemuan kasus
230/100.000 penduduk, penemuan BTA (+) yaitu 10% dari suspek
diperiksa, angka kesembuhan TB BTA (+) sebesar 85%, proporsi penderita
TB Paru BTA (+) di antara seluruh penderita TB sebesar 65%, case
detection rate sebesar 70%, dan angka konversi sebesar 80%. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan oleh P2 TB di Puskesmas Pucang Sewu yaitu:
 Perencanaan meliputi kegiatan mengumpulkan data hasil kegiatan,
analisis data, identifikasi masalah, serta menyusun rencana kegiatan
yang dilakukan oleh petugas P2 TB setiap bulan Januari. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 TB.
 Penemuan tersangka/suspect yang bertujuan untuk
meningkatkan temuan penderita TB dengan anamnesa penderita
batuk dan pemeriksaan sputum oleh dokter, petugas P2 TB, dan
petugas PPTI. Kegiatan dilakukan setiap hari kerja di puskesmas
maupun pustu dengan sasaran masyarakat/penderita
batuk>2minggu.
 Penemuan TB BTA (+) dengan pemeriksaan/rujukan laboratorium
dan rontgen (+). Kegiatan ini meliputi anamnesa, pemeriksaan,
pengambilan sputum tersangka batuk >2 minggu untuk dirujuk
laboratorium ke PRM, serta untuk BTA (-) dirujuk rontgen. Kegiatan
dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan
sasarannya suspek TB.
 Pengobatan penderita TB yang memiliki hasil laboratorium BTA
(+) dan BTA (-) dengan rontgen positif. Kegiatan dilaksanakan
oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan sasarannya
penderita TB.
5
 Follow up penderita dengan kunjungan rumah dan pemeriksaan
kontak serumah yang dilaksanakan oleh petugas PMO (Pengawas
Minum Obat). Sasarannya adalah penderita dan suspek yang
serumah.
 Penyuluhan TB dilakukan dengan koordinasi lintas program
untuk memberikan penyuluhan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
petugas P2TB, darbin, dan dokter setiap bulan Oktober.
Sasarannya adalah masyarakat.
 Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan
dokumentasi semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan
data, analisis data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 TB.
Sasarannya adalah semua kegiatan program P2 TB.

c. P2 Diare
Diare merupakan penyakit menular yang ditandai oleh perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya. Di dalam program
P2 Diare ditetapkan beberapa target IR diare ≤ 335kasus/1000
penduduk, penanganan diare pada balita sebesar 100%, dan kaporitisasi
SAB 100% pada daerah kumuh. Adapun rencana kegiatan P2 diare di
Puskesmas Pucang Sewu yaitu:
 Pendataan sasaran melalui koordinasi lintas sektoral serta
mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan kader oleh
petugas P2 diare. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan
sasaran penduduk (balita dan masyarakat).
 Perencanaan kegiatan yang meliputi rekapitulasi, pengolahan,
analisis data, dan identifikasi masalah yang dipergunakan untuk
penyusunan rencana kerja dan rencana kegiatan oleh petugas P2
diare. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran
semua kegiatan P2 diare.
 Penemuan dan pengobatan kasus dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan , dan pengobatan pasien sesuai diagnosa oleh dokter,
paramedis, petugas darbin, dan kader. Sasarannya adalah
penduduk dan balita. Dengan target IR : 335 per 1000 penduduk.

6
 Pemantauan rehidrasi oral rumah tangga terhadap pasien balita,
lingkungan penderita, dan perbaikan lingkungan oleh petugas P2
diare atau darbin. Sasarannya adalah balita penderita diare.
 Kaporitisasi dengan koordinasi lintas program ataupun sektoral
untuk melaksanakan kaporitisasi di desa/ kelurahan dengan tujuan
perbaikan kualitas air sumur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
petugas P2 diare dan petugas sanitasi pada bulan April dan
Oktober. Sasarannya adalah sumber air bersih (sumur).
 Penyuluhan diare di dalam maupun di luar gedung dilaksanakan
oleh petugas P2 diare dan Promkes pada bulan September.
Sasarannya adalah masyarakat.
 Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan
dokumentasi semua kegiatan pada register, rekapitulasi,
pengolahan data, analisis data, evaluasi, dan pelaporan oleh
petugas P2 diare. Sasarannya adalah semua kegiatan P2 diare.

d. P2 ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang salah satu
atau lebih dari saluran pernafasan yang meliputi dari hidung hingga
alveoli. Di P2 ISPA pengklasifikasian penyakit berdasarkan pneumonia
dan bukan pneumonia. Di dalam program P2 ISPA ditetapkan beberapa
target yaitu penemuan kasus pneumonia pada balita (10% dari jumlah
balita) dan penanganan pneumoni pada balita sebesar 100%. Adapun
kegiatan yang dilakukan di program P2 ISPA meliputi:
 Pendataan sasaran dengan koordinasi lintas sektoral pendataan
sasaran serta mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan
desa/kelurahan. Kegiatan dilaksanakan oleh petugas P2 ISPA
dengan sasarannya adalah balita.
 Perencanaan kegiatan meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisa
data, serta identifikasi masalah untu menyusun rencana kegiatan
oleh petugas P2 ISPA. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari
dengan sasaran semua kegiatan P2 ISPA.
 Penemuan kasus pneumonia dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan pasien, dan penentuan klasifikasi/diagnosa oleh

7
dokter ,petugas P2 ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah
balita.
 Pengobatan pasien dan rujukan penderita bila diperlukan oleh
dokter, petugas P2 ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita
dengan pneumonia. Target penanganan balita pneumonia /
pneumonia berat / dengan tanda bahaya sebesar 100%.
 Kunjungan rumah untuk mengetahui keadaan penderita dan
lingkungannya oleh petugas P2 ISPA, paramedis, dan petugas
darbin. Sasaranya adalah balita dengan pneumonia. Kegiatan ini
lebih sering terlaksana di dalam gedung setelah pengobatan
berlangsung akibat keterbatasan tenaga P2 ISPA.
 Penyuluhan ISPA di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2
ISPA dan promkes. Sasarannya adalah pasien dan masyarakat.
 Pencatatan, pelaporan, dan monev yang meliputi dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data,
analisis data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 ISPA.
Sasarannya adalah semua kegiatan P2 ISPA.

e. P2 Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae yang menyerang sistem saraf tepi dan jariangan tubuh lainnya
yang bersifat menahun. Di dalam program P2 Kusta ditetapkan beberapa
target yaitu skrining dan penyuluhan kusta di 14 SD/tahun dan
pengobatan penderita (100%). Adapun kegiatan yang dilaksanakn
dalam program P2 Kusta yaitu:
 Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi
masalah yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh
petugas P2 kusta. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan
sasaran semua kegiatan P2 kusta.
 Penemuan atau skrining penderita dengan anamnesa dan
pemeriksaan suspek oleh dokter, petugas P2 kusta, dan
paramedis. Sasarannya adalah masyarakat.
 Screening pada anak SD dan case survey melalui anamnesa dan
pemeriksaan oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Untuk
screening anak sekolah meliputi pemeriksaan secara fisik atau
8
klinis terhadap anak TK, SD, SMA/SMK juga.Kegiatan
dilaksanakan pada bulan Agustus atau pada pelaksanaan BIAS
dengan sasaran anak SD dan masyarakat. Target yaitu sebanyak 14
SD/tahun.
 Pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh dokter, petugas P2
kusta, dan paramedis. Sasarannya adalah penderita kusta.
 Pemeriksaan kontak dengan menjelaskan tujuan dari kegiatan ini
serta melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen oleh
petugas P2 kusta atau paramedis. Sasarannya adalah keluarga atau
lingkungan penderita yang dilaksanakan bila ada kasus.
 Penyuluhan kusta di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2
kusta, darbin, dan promkes yang dilaksanakan pada bulan Oktober.
Sasarannya adalah pasien atau murid.
 Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 kusta. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 kusta.

f. P2 Cacingan
Program P2 cacingan merupakan program yang bergerak dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat cacing. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan oleh P2 cacingan yaitu:
 Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi
masalah yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh
petugas P2 cacingan. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari
dengan sasaran semua kegiatan P2 cacingan.
 Penemuan penderita dilakukan dengan anamnesa, pengambilan
specimen, dan pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis,
dan petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat atau
pasien.
 Pengobatan penderita dan penanggulangan kasus oleh dokter dan
paramedis. Sasarannya adalah penderita.
 Penyuluhan kepada pasien bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit cacingan oleh petugas P2 cacingan
dan promkes. Sasarannya adalah pasien.
9
 Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 cacingan. Sasarannya
adalah semua kegiatan program P2 cacingan.
 Pada tahun 2017 dan 2018 tidak terdapat kasus cacingan di wilayah
kerja Puskesmas Pucang Sewu.

g. P2 Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh parasit
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Di dalam program P2 Malaria ditetapkan target pengobatan penderita
sebesar 100%. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2
malaria di Puskesmas Pucang Sewu yaitu:
 Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi
masalah yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh
petugas P2 malaria. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari
dengan sasaran semua kegiatan P2 malaria.
 Penemuan penderita melalui anamnesa, pengambilan sampel
darah untuk pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan
petugas P2 malaria. Sasarannya adalah masyarakat yang
mengalami gejala klinis malaria.
 Penanggulangan kasus dan pengobatan penderita sesuai diagnosa
oleh dokter dan paramedis. Sasarannya adalah penderita.
 Penyuluhan ke pasien atau masyarakat oleh petugas P2 malaria dan
promkes pada bulan Agustus. Sasarannya adalah pasien atau
masyarakat.
 Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 malaria. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 malaria.
 Pada tahun 2017 dan 2018 tidak ditemukan kasus malarian di
wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu.

10
h. P2 PMS
PMS (Penyakit Menular Seksual) merupakan penyakit yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual yang berisiko. Beberapa target
yang ditetapkan adalah penemuan penderita dengan keluhan sakit pada
organ genital serta pengobatan dan konseling. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan program P2 PMS di Puskesmas Pucang Sewu yaitu:
 Perencanaan berisikan kegiatan menganalisis data dan identifikasi
masalah yang digunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 PMS. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari
dengan sasaran adalah semua kegiatan P2 PMS.
 Penemuan penderita melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pengambilan specimen, serta pemeriksaan laboratorium oleh
dokter, paramedic, dan petugas laboratorium. Sasarannya adalah
masyarakat.
 Pengobatan penderita dilakukan dengan memberikan pengobatan
yang tepat pada semua penderita IMS serta penanganan HIV/AIDS
yang bertujuan menurunkan angka insiden HIV/AIDS. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh dokter dan paramedis dengan sasaran penderita.
 Penyuluhan atau konseling dilaksanakan oleh dokter, petugas P2
PMS, dan promkes. Sasarannya adalah penderita dengan jadwal
konseling setiap hari kerja dan masyarakat dengan jadwal
penyuluhan pada bulan Juli.
 Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 PMS. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 PMS.

i. P2 Suspek Rabies
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies
dengan reservoar anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Beberapa target
dalam P2 Suspek Rabies adalah cuci luka 100% dan vaksinasi 100%.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2 Suspek Rabies
yaitu:
 Perencanaan meliputi kegiatan analisis data serta identifikasi
masalah yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh
11
petugas P2 suspek rabies. Kegiatan dilaksanakan pada bulan
Januari dengan sasaran semua kegiatan P2 suspek rabies.
 Penemuan kasus dari register pasien, anamnesa, menemukan
penderita yang datang ke puskesmas, melakukan pelacakan kasus,
dan pengamatan kasus oleh petugas surveilans, dokter, dan
paramedis. Sasarannya adalah pasien dengan gigitan hewan
penular rabies.
 Penanganan dan pengobatan luka dilakukan dengan
pengobatan pertama dan merujuk penderita untuk pemberian
vaksin anti rabies. Kegiatan ini dilaksanakan oleh dokter maupun
paramedis dengan sasarannya adalah penderita.
 Penyidikan epidemiologi yang meliputi pencatatan data kasus,
penyelidikan kasus di lapangan,serta pelaporan oleh petugas P2
suspek rabies dan surveilans. Sasarannya penderita dan masarakat
sekitarnya.
 Penyuluhan diberikan kepada pasien dan keluarganya oleh dokter
dan paramedis.
 Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data,
analisis data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 suspek
rabies. Sasarannya adalah semua kegiatan P2 suspek rabies.

j. P2 Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh
dari suatu penyakit dengan memasukkan bibit penyakit yang telah
dilemahkan ke dalam tubuh yang merangsang terbentuknya antibodi
dalam tubuh. Beberapa target dalam P2 Imunisasi yaitu imunisasi
BCG (100%), DPT (100%), Polio (90%), HB (90%), Campak (90%),
TT (100%), dan DT (90%). Adapun beberapa kegiatan yang
dilaksanakan P2 Imunisasi
 Pendataan sasaran dilakukan secara lintas sektoral oleh petugas P2
imunisasi dan darbin. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari
dengan sasarannya adalah bayi, murid SD, bumil, WUS, dan calon
pengantin.

12
 Perencanaan dilakukan dengan menganalisis data dan identifikasi
masalah yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 imunisasi. Kegiatan dilaksanakan pada bulan
Januari dengan sasarannya adalah semua kegiatan P2 imunisasi.
 Penghitungan kebutuhan alat dan bahan (masing-masing pelarut
dengan vaksinnya) berdasarkan jumlah sasaran oleh petugas P2
imunisasi. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari.
 Pengelolaan vaksin yang meliputi persiapan form
pengamprahan vaksin , pengambilan vaksin ke Dinkes Kota
Surabaya setiap awal bulan, mendistribusikan vaksin ke pustu,
serta mempersiapkan vaksin untuk kegiatan dalam dan luar
gedung). Kegiatan dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi
 Pengontrolan suhu vaksin setiap pagi dan siang, pencatatan
suhu vaksin pada kertas grafik, mengatur penyimpanan vaksin
sesuai kondisi vaksin, dan perawatan cold chain setiap minggu .
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi dengan
sasarannya adalah alamari penyimpanan vaksin.
 Pelaksanaan imunisasi oleh bidan, dokter, dan perawat dengan
rincian kegiatan sebagai berikut:
 Analisis PWS melalui pengumpulan data, analisis hasil kegiatan,
penemuan masalah, serta menyusun upaya tindak lanjut oleh
petugas P2 imunisasi. Sasarannya adalah hasil kegiatan imunisasi.
 Sweeping sasaran dilakukan jika hasil imunisasi tidak mencapai
target. Kegiatan dilakukan oleh petugas P2 imunisasi dengan
sasaran bayi, murid SD, bumil, calon penganten, balita, dan WUS.
 Penyuluhan imunisasi dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi
dan promkes pada bulan September. Sasarannya adalah wanita usia
subur.
 Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data,
analisis data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 imunisasi.
Sasarannya adalah semua kegiatan P2 imunisasi.

13
3) Program Pemberantasan Penyakit Tidak Menular
Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi
di Indonesia,
Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-2019, dan
rencana kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015.
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :
 Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM.
 Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat.
 Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi
sektor swasta dan profesional.
 Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM.

a. Strategi 4 by 4
Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan
utama dari program pengendalian PTM Indonesia.
Untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk,
program pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat
dan berkoordinasi dengan masyarakat sipil.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4
sejalan dengan rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu:

 Kardiovaskulair,
 Diabetes Melitus,
 Kanker,
 Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Dan pada Pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu

 Diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah
serta tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak),
 Kurang aktivitas fisik,
 Merokok, serta
 Mengkonsumsi alkohol.

14
Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4
Penyakit Tidak Menular Utama sampai 80%.

b. Pencegahan dan Pengendalian PTM lainnya :


Selain keempat Penyakit Tidak Menular Utama, fokus Pengendalian PTM juga
diarahkan pada berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kualitas Hidup manusia, yaitu
 Gangguan Pendengaran,
 Gangguan Penglihatan,
 Disabilitas, dan
 Gangguan Thyroid, serta
 Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan seperti Lupus,
Thalassemia, Osteoporosis dan Psoriasis.

c. Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)

Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:

 Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku berisiko,
 Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar tidak
menjadi onset PTM serta menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar
dapat dirujuk ke FKTP dan ditangani sesuai standar.
Penemuan dini faktor risiko biologis seperti
 Obesitas,
 Tensi darah tinggi,
 Gula darah tinggi,
 Gangguan Penglihatan,
 Gangguan Pendengaran,
 Deteksi Dini kanker Serviks dan payudara
Dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala setiap 6
bulan sekali atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular).
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan
diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh Penduduk
usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut.

d. Penatalaksanaan Terpadu PTM (PANDU)


Penatalaksanaan Terpadu PTM di FKTP (Pandu PTM), penatalaksanaannya
diarahkan untuk mengendalikan PTM dan merupakan upaya prevensi sekunder
15
untuk mencegah terjadinya berbagai macam komplikasi yang dapat menyebabkan
kecacatan, peningkatan pembiayaan kesehatan dan kematian dini (kematian pada
usia 30-70 tahun).
e. Upaya Promotif dan Preventif
Penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan upaya promotif
preventif PTM, untuk itu sejak tahun 2015, Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian PTM Sudah membuat terobosan peningkatan kesadaran masyarakat
melalui website dan media Sosial secara masif dan berkesinambungan.
Upaya juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers online maupun cetak,
blogger, bioskop, kereta api, media televisi serta internet.
f. Program Pengendalian Tembakau
Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit
Kardiovaskular, Kanker, Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus
merupakan faktor risiko penyakit menular seperti TBC dan Infeksi Saluran
Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat manusia.
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No. 109/2012
menyatakan bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat adiktif dan harus
diatur guna melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Untuk memandu kegiatan pengendalian tembakau, terdapat Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur Pengendalian Tembakau (2009-2024)
yang dapat mengurangi prevalensi merokok sebesar 10% pada tahun 2024.
Program pengendalian tembakau di Indonesia meliputi :
 Melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan menetapkan
kawasan bebas rokok di 7 tempat (sekolah, sarana bermain anak, fasilitas
pelayan kesehatan, rumah ibadah, transportasi umum, tempat kerja, ruang
publik dan tempat-tempat lainnya;
 Memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan
cara menyantumkan gambar pada kemasan rokok (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 28/2013), iklan layanan masyarakat, dan EIC lainnya
termasuk media sosial;
 Membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi hingga 9.30
malam;
 Melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan
wanita hamil;

16
 ”offer help to quit tobacco” telah disampaikan oleh Puskesmas bekerjasama
dengan WHO
g. Kawasan Tanpa Rokok
Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya dalam lingkup
nasional namun juga dalam lingkup daerah. Saat ini terdapat 186 kota/kabupaten di
seluruh provinsi di Indonesia yang telah mengembangkan dan melaksanakan
peraturan bebas asap rokok dalam beragam jenis dan tahap.
Pemerintah Indonesia telah memasukkan 3 indikator untuk pencegahan dan
pengendalian PTM yang berkaitan dengan merokok, obesitas dan hipertensi ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.
h. Standar Pelayanan Minimal
Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi hipertensi
dan diabetes mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar Minimum
Layanan Kesehatan bagi semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan memaksa
otoritas kabupaten untuk memastikan bahwa sistem layanan kesehatan akan
memenuhi kebutuhan, mencapai semua indikator, dan menyediakan anggaran yang
cukup.
Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan bagi
pemerintah daerah kabupaten/ kota disebutkan bahwa :
 Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap warga
Negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga Negara
usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
 Skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan di puskesmas dan
jaringannya termasuk Posbindu PTM.
Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak terdiagnosa
akan dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus segera dirawat di
Puskesmas yang dirujuk.

i. Kemitraan dan pemberdayaan


Pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi faktor risiko
dengan menerapkan kegiatan Posbindu telah dimulai sejak tahun 2006 dan
diperluas hingga meliputi 34 provinsi di negara kita. Selama dekade terakhir,
pemerintah Indonesia telah memperkuat kolaborasi antara pihak pemerintah dan
swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), guna melengkapi
keterlibatan organisasi profesional dalam kampanye promosi kesehatan,
17
pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan memperkuat sistem mentoring
layanan PTM.
Pelayanan PANDU PTM juga ditanggung oleh skema asuransi kesehatan nasional
di fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, termasuk fasilitas
swasta yang berpartisipasi. Indonesia telah mencapai sebagian besar target yang
telah diberlakukan selama tahun 2013.
Indonesia telah melakukan Stepwise Surveillance atau STEPS secara berkala pada
tahun 2007 dan 2013, survei berikutnya akan dilakukan pada tahun 2018,
dimasukkan ke dalam kesiapan fasilitas tempat untuk Ketersediaan Layanan dan
Kesiapan Penilaian atau Service Availability and Readiness Assessment (SARA)
pada tahun 2010 dan 2014, membangun sistem pengawasan PTM online, dan
memperluas layanan PTM untuk masyarakat lewat Puskesmas dan Posbindu.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen untuk
menjadikan program pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas.
Kebijakan dan sejumlah strategi telah dikembangkan guna menciptakan program
dan kegiatan yang tepat untuk mengatasi masalah PTM. Dukungan kebijakan telah
diberikan oleh sektor pemerintah tingkat atas dan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan terkait dari pihak pemerintah maupun swasta.
Strategi nasional berfokus pada promosi dan pencegahan melalui intervensi dan
pendidikan berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan manajemen
layanan kesehatan.

18
2.2 Program Pengembangan Puskesmas (Club SEGAR)
Program pengembangan Puskesmas Pucang Sewu dari program wajib “pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit” yaitu Club Segar. Awal terbentuknya Club
Segar itu pada awal diterbitkannya BPJS tahun 2014. Salah satu fasilitas yang diberikan
oleh BPJS yaitu PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).

1) Definisi PROLANIS
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

2) Tujuan PROLANIS
Tujuan dibentuknya PROLANIS adalah untuk mendorong peserta penyandang
penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indicator 75% peserta terdaftar
yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan
spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait
sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

3) Sasaran PROLANIS
Sasaran program PROLANIS adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang
penyakit kronis (Diabetes Melitus tipe 2 dan hipertensi).

4) Bentuk Pelakasanaan PROLANIS


Bentuk pelaksanaan program PROLANIS meliputi aktifitas konsultasu
medis/edukasi, home visit, Reminder, aktivitas club dan pemantauan status kesehatan.

5) Penanggungjawab PROLANIS
Penanggungjawab program PROLANIS adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan
bagian Manajemen Pelayanan Primer.

19
6) Langkah Pelaksanaan PROLANIS
1) Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:
(1) Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau
(2) Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)
2) Menentukan target sasaran
3) Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga / Puskesmas berdasarkan distribusi
target sasaran peserta
4) Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola
5) Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)
6) Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta
PROLANIS
7) Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok
pasien kronis di RS, dan lain-lain)
8) Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2
dan Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS
9) Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan
yang diberikan oleh calon peserta Prolanis
10) Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar
PROLANIS
11) Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12) Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
13) Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
14) Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status
kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT,
HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera
dilakukan pemeriksaan
15) Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta
per Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16) Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes
Pengelola:
 Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola
 Menganalisa data
17) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
20
18) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat.

7) Aktivitas PROLANIS
1) Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
2) Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
 Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan
mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status
kesehatan bagi peserta PROLANIS
 Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1
Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi
kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi.
 Langkah - langkah:
(1) Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta terdaftar
sesuai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang
(2) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi
Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya
(3) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub
(4) Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal
dari peserta. Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok
Prolanis (membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi
anggota Klub)
(5) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub minimal 3
bulan pertama
(6) Melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing Faskes
Pengelola:
 Menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola
 Menganalisis data
(7) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
(8) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
dengan tembusan kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya

21
3) Reminder melalui SMS Gateway
 Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk
melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui
pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut
 Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-
masing Faskes Pengelola
 Langkah – langkah:
(1) Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta PROLANIS/Keluarga
peserta per masing-masing Faskes Pengelola
(2) Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway
(3) Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
(4) Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
(5) Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat reminder).
(6) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat
reminder dengan jumlah kunjungan
(7) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

4) Home Visit
 Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah
Peserta PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga
 Sasaran:
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
(1) Peserta baru terdaftar
(2) Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas
3 bulan berturut- turut
(3) Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut
(PPDM)
(4) Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol3 bulan berturut-turut
(PPHT)
(5) Peserta pasca opname

22
 Langkah – langkah:
(1) Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home
Visit
(2) Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan
(3) Bila diperlukan dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit
(4) Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan
berkas sebagai berikut:
 Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta / Keluarga
peserta yang dikunjungi
 Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes
Pengelola
(5) Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi
jumlah peserta yang telah mendapat Home Visit)
(6) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat
Home Visit dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status
kesehatan peserta
(7) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

5) Hal – Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian


(1) Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam PROLANIS oleh calon peserta
PROLANIS. Peserta PROLANIS harus sudah mendapat penjelasan tentang
program dan telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung.
(2) Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta. Peserta PROLANIS
adalah peserta BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau
Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingkat Lanjutan.
(3) Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus dilakukan proses entri data
dan pemberian flag peserta didalam aplikasi Kepesertaan. Demikian pula
dengan Peserta yang keluar dari program.
(4) Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer (P-Care).

23
Bab III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Program Wajib (Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit)


Pelaksanaan kegiatan PPI di Puskesmas Pucang Sewu sudah dilakukan dengan baik,
walaupun puskesmas pucang sewu belum memiliki tempat pengolahan limbah sampah
medis tetapi masalah kesehatan tidak terjadi karena pihak puskesmas telah bekerjasama
dengan instansi kesehatan lain guna menangani limbah sampah medis. Tidak hanya itu,
pelaksanaan kegiatan PPI di Puskesmas Pucang Sewu sudah terprogram diantaranya
sebagai berikut:
1) Melakukan kunjungan kepada pasien yang berisiko untuk mengidentifikasi kejadian
infeksi pada pasien di baik puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2) Memonitor pelaksanaaan program PPI, kepatuhan penerapan SPO dan memberikan
saran perbaikan bila diperlukan.
3) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite/Tim PPI.
4) Turut serta melakukan kegiatan mendeteksi daninvestigasi KLB.
5) Memantau petugas kesehatan yang terpajan bahan infeksius / tertusuk bahan tajam
bekas pakai untuk mencegah penularan infeksi.
6) Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan isolasi dan memberikan konsultasi
tentang PPI yang diperlukan pada kasus tertentu yangterjadi di fasyankes
7) Melakukan audit PPI di seluruh wilayah fasyankes dengan menggunakan daftar tilik
8) Memonitor pelaksanaan pedoman penggunaan antibiotika bersama Komite/Tim
PPRA.
9) Mendesain,melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan surveilans
infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan bersama Komite / Tim PPI
10) Memberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI.
11) Memberikan saran desain ruangan puskesmas agar sesuai dengan prinsip PPI.
12) Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung puskesmas tentang PPI.
13) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pasien, keluarga dan
pengunjung tentang topik infeksiyang sedang berkembang (New-emerging dan
reemerging) atau infeksi dengan insiden tinggi.
14) Sebagai coordinator antar departemen/unit dalam mendeteksi, mencegah dan
mengendalikan infeksi dipuskesmas.
15) Memonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re –use.
24
3.2 Program Pengembangan (Club SEGAR)
Program pengembangan Club Segar yang ada dalam Puskesmas Pucang Sewu pada
awal dibentuk, petugas menawarkan kepada pasien penderita diabetes melitus maupun
hipertensi untuk diadakan kegiatan club segar. Yang didalam kegiatan Club Segar
meliputi senam pagi, pemeriksaan kesehatan, konsultasi. Pelaksanaan Club Segar
dilaksanakan setiap hari jumat pagi sebelum pelayanan Puskesmas dimulai. Dengan
ketentuan syarat pasien yang mempunyai BPJS dan mempunyai kartu pasien di
Puskesmas Pucang Sewu serta utamanya yang menderita penyakit Diabetes Melitus dan
Hipertensi . Dalam satu bulan, per minggu Club Segar telah ada kegiatan yang sudah
ditentukan sesuai program yang sudah dibuat. Salah satunya pada minggu kedua
pemeriksaan DM dan Hipertensi.
Awal dibentuk hanya 30 – 50 orang, tetapi setelah berlangsung secara teratur tiap
jumat pagi, pasien yang ikut bertambah banyak hingga 120 – 150 orang. Karena program
ini dibiayai oleh BPJS maka tidak ada iuran, dan instruktur senam diberi sukarela dari
Posyandu Kawasan Puskesmas Pucang Sewu. Setelah berjalannya waktu dan dengan
meningkatnya antusias masyarakat datang untuk mengikuti Club Segar maka diadakanlah
iuran yang sampai sekarang belum diputuskan untuk kegiatan Club Segar ini. Iuran ini
nantinya digunakan untuk biaya instruktur, serta kegiatan Club Segar.
Tujuan dibentuknya Club Segar di Puskesmas Pucang Sewu berpacu pada program
wajib Puskesmas yaitu pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit serta fasilitas
yang diberikan oleh BPJS yaitu PROLANIS. Dengan dibentuknya Club Segar diharapkan
dapat mencegah serta tetap menstabilkan penyakit terutama diabetes melitus dan
hipertensi.

25
Bab IV
PEMBAHASAN

4.1 Faktor Pendukung


Faktor Pendukung dalan program pengembangan Club Segar ini adalah dengan adanya
fasilitas yang diberikan oleh BPJS, lahan yang memadai, instruktur senam yang sudah
dilatih, serta petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang sudah ada.

4.2 Faktor Penghambat


Faktor penghambat dalam melaksanakan program pengembangan Club Segar dari
program wajib pelayanan pencegahan pengendalian penyakit yaitu :
1. Menigkatnya jumlah masyarakat yang antusias, juga memeelukan waktu yang lebih
dalam memeriksa kesehatan, sedangkan program ini dilaksanakan pagi sebelum
pelayanan Puskesmas dimulai.
2. Masyarakat yang tidak rutin datang setiap minggunya, padahal sudah ada kartu
controlnya.
3. Semakin banyak masyarakat yang mengikuti Club Segar juga membutuhkan lahan
yang lebih besar.
4. Terkadang program disetiap minggu ada yang dihilangkan karena bekerjasama dengan
pihak Rumah Sakit untuk melaksanakan senam di area Rumah Sakit, dan akhirnya
lokasi dipindah ke Rumah Sakit tersebut.
5. Iuran untuk instruktur senam yang awal diberi sukarela oleh Posyandu, karena
sekarang semakin banyak maka diusulkan untuk ada iuran. Tapi sampai sekarang
belum ada keputusan yang pasti.

26
Bab V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat selalu diprioritaskan agar
tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan semakin
tinggi, walaupun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan.
2. Secara pencapaian program dan kegiatan di Puskesmas Pucang Sewu Kota
Surabaya terjadi penurunan dan peningkatan, dimana program sanitasi dan
lingkungan masyarakat mengalami penurunan, sedangkan program gizi,
program KIA, P2P program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat serta imunisasi mengalami peningkatan.
3. Puskesmas Pucang Sewu Kota Surabaya terus berusaha meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan kesehatan masyarakat dalam rangka mencapai Visinya “Dinas
Kesehatan yang Profesional untuk mewujudkan masyarakat Surabaya sehat,
mandiri dan berdaya saing global”

5.2 Saran
Demikianlah hasil Laporan Program Wajib dan Program Pengembangan di
Puskesmas Pucang Sewu Kota Surabaya mulai tanggal 09 Maret – 22 Maret 2019
oleh mahasiswa/i politeknik kesehatan kemenkes surabaya program studi D-IV
keperawatan gawat darurat ini disusun dan dibukukan dengan harapan menambah
ilmu pengetahuan, sikap dan tindakan dari mahasiswa/i yang melaksanakan
praktik kerja lapangan ini

27
DAFTAR PUSTAKA

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-PROLANIS.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/profil/visi-misi/

28

Anda mungkin juga menyukai