Gedung MR21, Lantai 11. Jl. Menteng Raya No. 21, Jakarta 10340
Tel. +6221 39831971 | Fax: +6221 39831970
Pedoman Pelaksanaan
MCA-Indonesia
dan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- 2015 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Daftar Isi
-2-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
1. Latar Belakang
1
Stanting didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan yang sangat serius, karena disertai dengan gangguan
perkembangan kognitif dan kecerdasan.
2
Jamban sehat atau “improved latrines” menurut Joint Monitoring Program - MDGs didefinisikan sebagai jamban yang
higienis memisahkan kotoran manusia dari kontak manusia.
3
WSP, Economic Impacts of Sanitation in Indonesia, Laporan Penelitian, Agustus 2008
-3-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan sasaran
Indonesia STOP BABS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam
mencapai target MDGs tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara
berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses. Salah
satu upaya mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan
Pemerintah no 3 tahun 2013. Prinsip pendekatan STBM adalah keterpaduan antara komponen
peningkatan kebutuhan (demand), perbaikan penyediaan (supply) sanitasi dan penciptaan
lingkungan yang mendukung (enabling environment), namun pelaksanaannya perlu dipertimbangkan
komponen pendukung lainnya seperti strategi pembiayaan, metoda pemantauan dan pengelolaan
pengetahuan/informasi sebagai media pembelajaran.
-4-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
materi pelatihan Wirausaha Pemicuan STBM, Pre dan Pasca Tes, kriteria peserta, rencana
pembelajaran, inventarisasi fasilitator dan MOT.
o Mini Workshop Wirausaha di Jakarta tgl 29 April 2015 dengan Direktorat Penyehatan
Lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang,
WSP, APPSANI, PLAN-Internasional Indonesia, Konsultan, IUWASH, Yayasan Dian Desa, URC,
MCA-I dan NST. Workshop bertujuan merumuskan design kegiatan wirausaha STBM.
-5-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
12) Kader dalam dokumen ini adalah promotor kesehatan desa. Seorang promotor kesehatan
yang dipilih oleh desa. Biasanya kader adalah seorang wanita dengan kemampuan
kepemimpinan / memberi pelayanan dengan keikhlasan dan keinginan untuk membantu
masyarakat.
-6-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
2. Tujuan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan untuk memobilisasi masyarakat guna
membebaskan secara tuntas kebiasaan buang air besar sembarangan dengan pemberdayaan
masyarakat melalui pemicuan.
2.3 Indikator*
1) Indikator Luaran:
a. Jumlah Training of Trainer (TOT) Pemicuan STBM dilatih Laporan STBM MCA-I
b. Jumlah Tim Pemicu STBM Puskesmas dilatih Laporan STBM MCA-I
c. Jumlah Tim Pemicu STBM Desa dilatih Laporan STBM MCA-I
d. Jumlah Wirausaha Sanitasi dilatih Laporan STBM MCA-I
e. Jumlah fasilitator pelatihan Pemantauan STBM dilatih Laporan STBM MCA-I
f. Jumlah Sanitarian dilatih dalam Pemantauan STBM Laporan STBM MCA-I
g. Jumlah Desa dipicu SMS Gateway
h. Jumlah desa mempunyai Rencana Tindak Lanjut Laporan STBM MCA-I
i. Jumlah Wirausaha aktif Laporan STBM MCA-I
2) Indikator Dampak
a. Percentase keluarga di SBS di desa SMS Gateway
b. Jumlah Dusun/RW SBS Laporan STBM MCA-I
c. Jumlah Desa SBS SMS Gateway
-7-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
3. Komponen STBM
STBM mempunyai 3 komponen, yaitu enabling environment atau Peningkatan Lingkungan yang
kondusif, demand creation atau Peningkatan kebutuhan sanitasi dan Supply improvement atau
Peningkatan penyediaan suplai sanitasi. Keterkaitan ketiga komonen digambarkan sebabagi berikut:
Keseluruhan kegiatan dari tiga komponen dari tingkat pusat sampai tingkat desa diuraikan dalam
matrik BAB 6 dari Pedoman ini.
-8-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
2) Memastikan instansi terkait sanitasi dan higiene terwakili dalam tim koordinasi provinsi,
3) Kabupaten terwakili dan berpartisipasi dalam pertemuan koordinasi provinsi.
Peningkatan lingkungan kodusif di tingkat kabupaten meliputi:
1) Advokasi kepada pemerintah kabupaten dengan melibatkan SKPD terkait melalui peningkatan
kesadaran dan menyelenggarakan lokakarya perencanaan,
2) Menyelenggarakan pertemuan peningkatan kesadaran yang berkelanjutan di kabupaten,
3) Menyusun strategi pengelolaan program STBM yang meliputi: komitmen, rencana aksi,
pentahapan rencana, strategi pelaksanaan, rencana pemantauan, dan memberikan rencana
pengelolaan. Strategi ini harus sejalan dengan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota4.
Peningkatan lingkungan kodusif di tingkat kecamatan meliputi:
1) Advokasi dan sosialisasi program STBM kepada pemangku kepentingan di kecamatan,
2) Menyusun rencana dan melaksanakan program perubahan perilaku,
3) Membangun kapasitas penyediaan suplai jasa dan material sanitasi
4) Melaksanakan peran kecamatan dalam membina dan mendukung kegiatan peningkatan
kapasitas kemampuan.
Peningkatan kesadaran, advokasi atau "road show" di tingkat kecamatan akan dihadiri oleh lintas
sektoral di tingkat kecamatan dan wakil desa (kepala desa dan tokoh masyarakat). Tujuan dari
peningkatan kesadaran ini adalah untuk mendapatkan dukungan dan komitmen dari sektor dan dari
pemerintah desa dalam pelaksanaan pemicuan STBM. Munculnya kesadaran diharapkan
menghasilkan sebuah kesepakatan yang menarik dari desa untuk melakukan pemicuan dan
dilanjutkan dengan pemilihan desa.
4
Menurut Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman - PPSP, program nasional pembangunan sanitasi 2010-2014,
setiap kabupaten harus mempunyai Rencana Strategis dan mengembangkan Sanitasi District wide. Rencana strategis ini
meliputi (i) komitmen pendanaan, (ii) memasukan sanitasi dalam pembangunan kabupaten dan, (iii) membentuk tim
koordinasi sanitasi dan diterjemahkan ke dalam empat dokumen: 1) Studi EHRA, (2) Buku Putih Sanitasi, (3) Strategi City
wide Sanitasi, (4) Memorandum Program Sanitasi. Keseluruhan dokumen disebut Rencana Strategis Sanitasi dan Higiene,
STBM merupakan salah satu Program Nasional PPSP.
-9-
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
geografis, potensi menjadi desa SBS dalam waktu satu tahun. Sukses dalam menjadi desa SBS,
penting untuk memicu desa-desa terdekat,
• Empat dusun per desa dipilih untuk pelaksanaan pemicuan. Dusun dipilih berdasarkan minat
yang diungkapkan oleh pemimpin dusun pada pertemuan tingkat desa,
• Desa terpilih ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Pemicu Desa, diikuti pelatihan
pemicuan dan kegiatan pemicuan. Tim pemicu desa konsentrasi memicu empat dusun terpilih
dan mendorong semua dusun yang ada di desa untuk memastikan seluruh dusun tertangani
sehingga desa menjadi SBS.
c. Luaran kegiatan
Berikut adalah luaran yang diharapkan dapat dicapai setelah pelaksanaan kegiatan peningkatan
lingkungan yang kodusif:
Tingkat provinsi
- Keputusan pemerintah provinsi tentang kesanggupan mencapai target sanitasi nasional,
- Membentuk tim koordinasi provinsi.
Tingkat kabupaten:
- Meningkatnya kepedulian pemerintah kabupaten terhadap STBM dan terselenggaranya
lokakarya perencanaan,
- Tim Kabupaten terbentuk,
- Kesepakatan pemerintah kabupaten atau keputusan bupati berkaitan terwujudnya
komitmen sumber daya dari kantor kabupaten,
- Mempunyai dokumen strategi pengelolaan program STBM.
Tingkat kecamatan:
- Lokakarya kick-off perencanaan kecamatan dilaksanakan,
- Desa STBM PKGBM terpilih,
- Empat dusun perdesa terpilih untuk dilakukan pemicuan awal STBM.
- 10 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Training
Training Pemicuan STBM
Jenis TOT Fasilitator STBM Pemicuan STBM
bagi tim Puskesmas
bagi tim desa
Dosen Politeknik Kesling yang pernah dilatih pemicuan STBM, fasilitator senior
Pelatih Direktorat Penyehatan Lingkungan atau dari organisasi mitra seperti WSP,
PLAN, USDP dll.
2 orang
2 orang dari dinas 1 orang dari kantor
kader/bidan desa
kesehatan kabupaten kecamatan
Peserta atau kombinasi
2 orang dari dinas 1 orang petugas
3 orang dari puskesmas
kesehatan provinsi kantor desa
4.800
150 2.611 (2 kaders/bidan *
Total target peserta [2 *11 provinsi + 2*64 (1 * 499 kecamatan)+ 1.600 desa + 1
kabupaten] (3 * 704 puskesmas) staf kantor desa *
1.600 desa)
Kurikulum Kurikulum dan modul pelatihan STBM terakreditasi (Kemenkes, 2014)
Jumlah jam pelajaran 40 jam atau 5 hari kerja 4 hari kerja 4 hari kerja
Jumlah Fasilitator
16 174 320
diperlukan
- 11 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Ada dua jenis evaluasi terhadap kegiatan pelatihan, evaluasi terhadap peserta dan evaluasi terhadap
fasilitator. Evaluasi untuk peserta meliputi: (a) pra dan paska tes, (b) mempersiapkan agenda, metode
dan tujuan setiap sesi pelatihan, (c) menunjukkan bagaimana menjadi fasilitor/bermain peran (juga
dikenal sebagai microteaching)
b. Luaran kegiatan
Jumlah orang yang mengikuti pelatihan di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa ditampilkan di
dalam tabel berikut.
*Catatan – di tingkat desa 4 dusun akan dipilih untuk pemicuan STBM dan anggota tim pemicuan akan berasal
dari 4 dusun tersebut.
** Catatan – 4,800 peserta pelatihan tingkat desa, terdiri dari 3 orang peserta per desa dari 1,600 desa target
jumlah untuk bidang sanitasi dan higiene.
- 12 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
- 13 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Pemicuan
Pemicuan adalah pertemuan dengan masyarakat selama setengah hari, difasilitasi oleh tim pemicu
desa terdiri dari lima (5) orang: lead fasilitator, co-fasilitator, perekam konten, proses fasilitator dan
pengatur situasi lingkungan yang disukung oleh tim puskesmas. Peserta pemicuan adalah semua
kepala/anggota rumah tangga utamanya yang tidak mempunyai akses terhadap sanitasi/jamban
atau anggota masyarakat yang terbiasa melakukan BABS, guru/anak sekolah SD terdekat,
Kader terlatih STBM (promotor kesehatan) dengan dukungan bidan desa, petugas pos kesehatan
terpadu (posyandu) dan kader lainnya (promotor kesehatan), bersama juga dengan petugas
pembina dan pengawas dari sanitasi Puskesmas serta kepala desa, akan menjadi bagian dari tim
pemicu desa. Untuk mempererat hubungan antara peningkatan kebutuhan sanitasi dan penyediaan
suplai jasa dan material sanitasi, pengusaha sanitasi menjadi bagian dari proses paska pemicuan. Di
desa yang terpilih, akan dilakukan pemicuan kepada maksimum empat (4) dusun (RW).
5
MCA Indonesia telah menandatangani kontrak dengan IMA World Health untuk melaksanakan kegiatan sebagai bagian
dari kampanye nasional mencegah stanting.
- 14 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
posyandu, kunjungan rumah, membantu kader melakukan pemantauan paska pemicuan dan
menjadi anggota verifikasi desa SBS.
Orang-orang yang telah terpicu adalah mereka yang spontan menjadi sadar dan bersedia untuk
mengubah perilaku. Kriteria untuk orang-orang yang "terpicu" yaitu ketika mereka menyatakan
kesediaan untuk berubah dan tidak melakukan buang air besar sembarangan lagi dan berjanji akan
membangun jamban dalam jangka waktu tertentu, yang bisa dalam hitungan hari, minggu atau
bulan. Biasanya mereka ini merupakan pelopor yang bisa disebut sebagai “Champion”, mereka
berpotensi menjadi pemimpin alamiah atau pemimpin informal menuju desa SBS.
6
Selama diskusi, sanitarian / kader akan menanyakan kepada masyarakat, "Siapa yang akan BERUBAH, dan tidak akan
melakukan buang air besar sembarangan dan akan membangun jamban". Mengangkat tangan adalah indikator bahwa
yang bersangkutan mempunyai kemauan dan komitmen untuk berubah. Ketika seseorang mengangkat tangan,
menandakan ia / dia ingin berubah, fasilitator meminta peserta memberikan tepuk tangan hangat.
- 15 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
kepala desa, pemimpin informal dan kepala dusun/RW. Tujuan dari pertemuan ini adalah
untuk membuat Rencana Aksi masing-masing dusun dan membentuk komite masyarakat.
Panitia yang disebut "Tim Pemberantas Dusun BABS" untuk tingkat dusun dan sekaligus
membentuk "Tim Pemberantas BABS Tingkat Desa " untuk menjadikan desa SBS. Tim
Pemberantas BABS Dusun bekerja di dusun/RW mereka dan Tim Pemberantas BABS Desa
bekerja dibantu Tim Pemicu STBM Desa,
10) Kader dan Tim Pemicu Desa bersama dengan dukungan Tim Pemberantas BABS Desa memicu
dusun selebihnya sampai menjadi ODF, mereka bisa berbagi pengalaman dan menunjukkan
manfaat hidup dilokasi yang sudah SBS,
11) Ditargetkan dalam waktu satu tahun, desa yang sudah dipicu akan menjadi desa SBS,
masyarakat tidak ada lagi yang BAB Sembarangan.
Pengalaman menunjukkan bahwa para kader (promotor kesehatan) bekerja secara sukarela untuk
masyarakatnya, demikian pula pada waktu mereka melakukan pemicuan, mereka tidak memperoleh
pembayaran. Proyek hanya akan mengganti biaya transpor pada saat mereka melakukan pemicuan
dan mengunjungi masyarakat untuk melakukan pendampingan saat paska pemicuan agar
masyarakat mau membangun jamban. Agen perubahan desa adalah seseorang dari dusun yang telah
dipicu, yang akan mau berubah dan tidak melakukan buang air besar sembarangan. Dalam proses
pemicuan umumnya muncul dua atau tiga orang terpicu, biasanya mereka secara sukarela akan
bersedia membentuk panitia masyarakat. Panitia masyarakat akan membuat rencana aksi untuk
membuat dusun mereka bebas dari buang air besar sembarangan
Paska pemicuan
Paska pemicuan merupakan tindak lanjut kegiatan pemicuan dan harus dilaksanakan segera setelah
pemicuan. Penelitian di 80 kelompok masyarakat di Jawa Timur yang melaksanakan proyek Total
Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) tahun 2007 – 2010, mengungkapkan bahwa masyarakat
yang segera setuju untuk tidak BABS lebih berkesinambungan daripada individu yang membutuhkan
waktu lama untuk setuju tidak BABS. Sembilan puluh lima persen dari mereka yang menjadi SBS
dalam waktu 2 bulan tetap SBS setelah 4 - 28 bulan verifikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi
kecepatan menjadi SBS, kenyataan menunjukan bahwa SBS paling berkelanjutan di masyarakat yang
dicapai dalam waktu dua bulan, hal ini memperkuat thesis mengenai perlunya untuk segera
menindaklanjuti pemicuan dengan membuat rencana aksi masyarakat.
Tujuan dari kegiatan paska-pemicuan adalah untuk memastikan dlaksanakanya rencana kerja SBS
masyarakat. Mengacu pada Modul Pelatihan STBM pada bab bimbingan lengkap tentang paska-
pemicuan, beberapa hal yang perlu digaris bawahi sebagai berikut:
- Menyusun jadwal kunjungan, kepada mereka yang paling sangat berminat dilakukan pada
minggu pertama,
- Selama pemicuan, memperhatikan seseorang yang menyatakan pertama secara sukarela
untuk membangun jamban. Melakukan pertemuan untuk melihat jamban dan fasilitas cuci
tangan, dan bersama dengan pelaku di desa mengundang anggota masyarakat lain untuk
melihat-lihatnya,
- Rencana aksi SBS akan meliputi daftar keluarga dengan kondisi jamban dan peta dusun yang
menunjukkan lokasi rumah memiliki jamban dan jang dengan fasilitas cuci tangan,
mendorong para kader dan tim pemicu desa untuk selalu memperbarui peta,
- Menyelenggarakan saling kunjungan antara dusun SBS dengan dusun yang baru dipicu,
- Perlu diingat bahwa rasa malu, bangga dan martabat seringkali lebih memotivasi masyarakat
untuk membuat jamban daripada motivasi manfaat kesehatan. Melanjutkan memberi
- 16 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
perhatian kepada aspek yang sering tidak nyata (non-tangible), prestise yang jelas
bermanfaat kepada hasil advokasi dan mobilisai paska-pemicuan. Misalnya, orang tua
bertanggung jawab kepada anak-anak mereka,
- Berhati - hati dengan pemberian insentif atau subsidi yang mungkin menyebabkan
ketergantungan masyarakat. Model pinjaman pendanaan untuk kontruksi jamban dengan
sistem pendanaan yang dibangun pemerintah memberikan dampak positif dalam
mempercepat pembangunan sanitasi,
- Melakukan inisiatif menghubungkan pengusaha sanitasi (tukang batu, tukang yang membuat
cetakan, tukang kayu, pemilik toko) dan lembaga kredit dan pinjaman dengan masyarakat
dusun yang baru dipicu. Membantu keluarga dalam memilih teknologi yang tepat dan
terjangkau secara ekonomi, akses terhadap kredit di tingkat masyarakat atau pembiayaan
lainnya,
- Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Puskesmas harus mendapat perhatian khusus bagi
Sanitarian dalam membangun kesadaran STBM dikalangan siswa, guru dan masyarakat
sekolah paska pemicuan. Anak-anak diharapkan dapat ikut menganjurkan orang tua, kerabat
dan teman untuk melakukan praktek buang air besar secara aman, membangun kakus dan
melakukan cuci tangan pakai sabun.
- 17 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
solusi pembuangan air limbah. Idealnya dengan kemampuan memasarkan barang dan jasa,
mereka dapat bekerja secara efektif. Bisa juga menawarkan kredit atau rencana pembayaran
yang menarik,
- Lembaga kredit mikro: menyediakan model khusus pinjaman hemat atau pinjaman peluang
lain yang memungkinkan keluarga untuk bisa membeli produk sanitasi yang diperlukan
untuk menjadikan mereka keluarga SBS.
b. Luaran kegiatan
Luaran kegiatan yang diharapkan berupa jumlah desa yang akan dipicu dapat dilihat pada table
berikut:
Jumlah dusun
Jumlah Target desa yang
Provinsi Jumlah puskesmas yang akan
kabupaten dipicu*
dipicu**
Sumatera Selatan 5 47 141 564
Kalimantan Barat 9 70 210 840
Kalimantan Tengah 8 75 225 900
Jawa Barat 7 108 216 864
Jawa Timur 5 65 130 520
NTB 8 92 184 736
NTT 9 103 206 824
Sulawesi Utara 3 28 56 224
Gorontalo 4 33 66 264
Sulawesi Barat 3 33 66 264
Maluku 3 50 100 400
Total 64 704 1.600 6.400
Catatan:
*Pemicuan STBM dan dilanjutkan dengan kegiatan paska pemicuan akan dilakukan di 1,600 desa selama 3 tahun, yang
mengacu kepada hal berikut:
- 18 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
- Di Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, rata-rata jumlah desa yang akan dipicu
sebanyak 3 desa per puskesmas,
- Di provinsi yang lain, rata-rata jumlah desa yang akan dipicu sebanyak 2 desa per puskesmas,
- Dengan catatan, setiap desa akan dilakukan pemicuan di 4 dusun/RW. Tim pemicuan desa akan mendorong sampai
terjadi SBS diseluruh desa.
3.3 Penyediaan suplai sanitasi
a. Kegiatan
Peningkatan masyarakat ke akses sanitasi sangat penting diprioritaskan meningkatkan dan
mempercepat penyediaan akses jasa layanan sanitasi dan material, dengan demikian merupakan
kesempatan membuka dan mengembangkan pasar sanitasi, termasuk:
1) Pengembangan produk,
2) Identifikasi produk sanitasi yang sesuai dan dapat diakses oleh masyarakat sasaran dan
mengadopsi desain standar untuk keperluan produk ini,
3) Mengembangkan pendekatan keterjangkauan. Termasuk mengembangkan strategi yang
produk sanitasinya dapat terjangkau masyarakat setempat, mengembangkan dan
mengartikulasikan mekanisme pembiayaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat,
serta mengembangkan materi pemasaran keuangan untuk pembiayaan sanitasi,
4) Menghasilkan materi pemasaran sanitasi yang sesuai untuk proyek. Kegiatan ini terfokus pada
pengembangan materi pemasaran sanitasi yang komprehensif yang disesuaikan dan
digunakan oleh para pengusaha, toko material, tukang batu desa dan sanitarian,
5) Peningkatan kapasitas wirausaha sanitasi. Kegiatan peningkatan kapasitas mencakup pelatihan
wirausaha, memfasilitasi akses ke lembaga kredit, memperkuat peran asosiasi pengusaha
sanitasi dan memberi dukungan yang berkelanjutan untuk pengusaha,
6) Peningkatan kapasitas suplai di kecamatan. Lokakarya untuk memperkenalkan dan
menyesuaikan materi pemasaran sanitasi untuk digunakan puskesmas dan menghubungkan
pengusaha sanitasi dan kegiatan pemicuan (pengusaha sanitasi dapat terlibat dalam kegiatan
paska pemicuan).
- 19 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Jumlah peserta yang akan mengikuti pelatihan wirausaha adalah 499 orang atau satu peserta per
kecamatan.
Master Trainer untuk pelatihan ini adalah fasilitator senior dari Direktorat Penyehatan Lingkungan
atau dari Mitra atau asosiasi. Master Trainer adalah orang yang: (1) mengetahui Program STBM, (2)
mengetahui materi pelatihan, (3) mendapat pelatihan TOT wirausaha sanitasi atau pelatihan TOT
lainnya. Beberapa fasilitator termasuk pelaku wirausaha sanitasi akan mendukung pelatihan.
Pelatihan ini direncanakan akan diadakan dengan 30 peserta untuk setiap kelas, jumlah semua 17
kelas, sehingga perlu 17 MTs. Fasilitator pelatihan dari Direktorat Penyehatan Lingkungan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Mitra atau individu, dengan estimasi dibutuhkan 34 fasilitator.
Modul pelatihan menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, pelatihan
ini mengurangi jumlah jam pelajaran 46 menjadi 30 jam. Penurunan materi pelatihan dimaksudkan
untuk menyesuaikan dengan program PKGBM. Materi pelatihan meliputi: konsep dasar STBM;
motivasi kewirausahaan sanitasi; konsep dasar pemasaran produk dan jasa sanitasi; jaringan untuk
memasarkan produk dan jasa STBM; produk dan jasa STBM; proses produksi untuk produk dan jasa
(misalnya jamban sehat) STBM; komunikasi dan teknik presentasi untuk produk dan jasa STBM;
praktik penjualan dan produksi; administrasi pembukuan dan manajemen keuangan sederhana;
rencana bisnis; pemantauan dan evaluasi untuk pengusaha sanitasi; Building Learning Komitmen
(BLC); dan rencana tindak lanjut (RTL).
b. Luaran kegiatan
Secara umum luaran kegiatan suplai STBM adalah sebagai berikut:
- Tersedianya pemecahan masalah sanitasi bagi keluarga yang terjangkau dan efektif,
- Pelatihan wirausaha sanitasi dilaksanakan dan menghasilkan 499 wirausaha sanitasi,
- Dukungan berkelanjutan kepada wirausaha setempat. Termasuk dukungan untuk
mempersiapkan materi pemasaran, mekanisme pembiayaan dan kesepakatan dengan lembaga
- 20 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
pembiayaan lokal dan dukungan pada pilihan teknologi sanitasi (menuju suplai sanitasi yang
terjangkau).
- Setidaknya satu pengusaha sanitasi per kecamatan akan aktif dalam menyediakan pilihan
teknologi sanitasi termasuk jamban, fasilitas cuci tangan, dan sarana pembuangan air limbah
- 21 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
4.1 Koordinasi
a. Kegiatan
Pelaksanaan STBM memerlukan dukungan dan koordinasi yang baik di antara pemangku
kepentingan. Koordinasi merupakan hal penting yang harus dilaksanakan oleh sektor kesehatan
kepada semua pemangku kepentingan terkait di berbagai tingkatan pemerintah. MCA Indonesia
memfasilitasi dan mendukung pelaksanaan kegiatan koordinasi yang diperlukan yang diikuti oleh
pemangku kepentingan terkait di semua tingkatan pemerintah sebagaimana disebutkan di bawah
ini:
1) Tingkat pusat:
Kementerian Kesehatan mengkoordinasikan pelaksanaan STBM melalui lembaga-lembaga
yang ada seperti Pokja AMPL, Tim Pengarah, Tim Teknis, Sekretariat STBM dan MCA Indonesia.
2) Tingkat provinsi:
Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan melalui Pokja AMPL Provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi
sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan STBM menyampaikan
kemajuan yang terkait pelaksanaan STBM ke forum Pokja AMPL. Kegiatan ini dilakukan
setahun dua kali.
3) Tingkat kabupaten:
Koordinasi di tingkat kabupaten dilakukan melalui Pokja AMPL. Dinas Kesehatan Kabupaten
bertanggung jawab sebagai pelaksanaan kegiatan STBM dan menyampaikan kemajuan
pelaksanaan STBM kepada Pokja AMPL dan forum kegiatan sosial kemasyarakatan dan
kesehatan lainnya (contoh: Forum Kota/Kabupaten sehat). Kegiatan ini dilakukan setiap tiga
bulanan.
4) Tingkat kecamatan:
Koordinasi di tingkat kecamatan dilakukan melalui forum koordinasi kecamatan. Kepala
Puskesmas sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan STBM menyampaikan
kemajuan pelaksanaan STBM kepada forum kecamatan yang dipimpin oleh Camat. Kegiatan
ini dilakukan tiga bulanan, namun rapat koordinasi di tingkat Puskesmas dilakukan tiap bulan.
5) Tingkat desa:
Koordinasi di tingkat desa dilakukan melalui komite yang dibentuk oleh masyarakat dan
menyampaikan hasil kemajuan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa dan Puskesmas.
b. Luaran kegiatan
Luaran kegiatan yang diharapkan dari kegiatan koordinasi ini adalah sebagai berikut:
- Staf PKGBM secara rutin menghadiri dan berkontribusi ke kegiatan koordinasi di semua
tingkatan (Pusat, Provinsi dan Kabupaten).
- Dukungan terus menerus kepada masyarakat desa.
4.2 Pembelajaran
a. Kegiatan
Kegiatan pembelajaran penting dilakukan untuk berbagi pengalaman di dalam kegiatan pemicuan,
paska pemicuan, pemantauan dan evaluasi, partisipasi sektor swasta, dan verifikasi SBS. Kegiatan
- 22 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
pembelajaran ini akan dilakukan dalam bentuk kunjungan pembelajaran (contoh: kunjungan
pembelajaran antar desa SBS dan antar desa yang menuju SBS) dan workshop pembelajaran.
b. Luaran kegiatan
Luaran utama dari kegiatan pembelajaran ini adalah pendokumentasian best practices dan berbagi
pengalaman diantara masyarakat yang melaksanakan kegiatan STBM.
- 23 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
Mekanisme pelaporan Pemantauan dan Evaluasi hasil pelaksanaan STBM dilakukan mengikuti alur
sebagai berikut:
1) Sanitarian puskesmas mengirimkan data ke server SMS di Kementerian Kesehatan. SMS
tersebut akan diverifikasi oleh sistem berdasarkan data historis yang telah tersimpan
sebelumnya. Apabila sistem menemukan error/input yang meragukan maka SMS akan
dikirimkan kembali ke sanitarian untuk klarifikasi. Apabila tidak ada error/input yang
meragukan maka data akan dikirim ke server website,
2) Staf pemantauan di tingkat Kabupaten akan masuk ke menu control panel Kabupaten melalui
website STBM. Sistem akan mengenali data desa/kelurahan terhubung dengan database
pengirim berdasarkan wilayah kerjanya sebagai penanggung jawab pemantauan,
3) Data dari dua sistem pemantauan akan disimpan di dalam server database melalui website
dan sinkronisasi akan dilakukan melalui SMS di dalam dua database primer yang bernama data
dasar dan data kemajuan.
Tujuan dari pelatihan Pemantauan dan Evaluasi adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan staf sanitasi dalam pemantauan, penyimpanan dan pelaporan kegiatan pemacuan
- 24 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
STBM. Pelatihan ini dibagi ke dalam dua tingkatan yaitu Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainer –
TOT) dan Pelatihan untuk staf Puskesmas.
b. Output kegiatan
Jumlah peserta pelatihan, kelas dan fasilitator untuk setiap tingkatan Pelatihan dalam dilihat di
dalam Tabel berikut:
Jumlah Peserta, kelas, dan fasilitator untuk setiap tingkatan pelatihan
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No Tingkatan pelatihan Pelaksana
peserta kelas MT Fasilitator
1 TOT Pemantauan Kementerian
75 4 4 8
dan Evaluasi STBM Kesehatan
2 Pelatihan Dinas
Pemantauan dan 704 23 23 46 Kesehatan
Evaluasi STBM Provinsi
Total 779 27 27 54 -
- 25 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
3) Melakukan evaluasi dampak untuk menentukan kegiatan atau intervensi yang dilakukan
terhadap penerima manfaat (beneficiary) dan pemangku kepentingan lainnya telah mencapai
tujuan yang ditetapkan (dampak ini didefinisikan sebagai SBS tingkat rumah tangga dan Desa);
4) Dinas Kesehatan Provinsi memantau kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten untuk memastikan
keberhasilan Program;
5) Hasil Pemantauan ini menjadi baseline untuk perencanaan kegiatan STBM tahun berikutnya;
6) Menjadi bahan dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Sistem Manajemen Informasi dari hasil kegiatan pemantauan yang akan dikembangkan dan
dilembagakan di tingkat daerah harus memenuhi prinsip-prinsip berikut ini:
1) Keterlibatan masyarakat bersama dengan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan
pemantauan adalah sangat penting;
2) Akurasi: informasi yang disampaikan harus menggunakan data yang benar, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Oleh sebab itu; kegiatan pemantauan dilakukan melalui sistem informasi satu pintu (SMS
Gateway). Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten bertanggung jawab untuk
memverifikasi data dan melaporkannya ke Provinsi dan Pusat;
4) Hasil informasi pemantauan harus tersedia secepatnya sehingga upaya perbaikan dapat
dilakukan segera;
5) Umpan balik (feedback) adalah sangat penting sehingga manfaat dari sistem pemantauan dan
pelaporan dapat dirasakan oleh semua pemangku kepentingan di setiap tingkatan.
- 26 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
OUTPUT DONOR/RENCANA
DESKRIPSI KEGIATA/PERTIMBANGAN PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN/HASIL ANGGARAN
Rapat koordinasi tengah tahunan di tingkat Notulensi rapat - MCAI - MCA-I, lihat anggaran
8
Provinsi - Kementerian koordinasi di bawah.
Kesehatan
Melaksanakan rapat rutin untuk Kesepakatan atau - Dinas Kesehatan - MCA-I, kegiatan rutin,
meningkatkan kepedulian dengan Keputusan mengenai Kabupaten tidak diperlukan
Pemerintah Kabupaten untuk menghasilkan Sanitasi dan Higiene - NST anggaran khusus.
Kesepakatan atau Keputusan/Peraturan tingkat kabupaten
Bupati terkait Sanitasi dan Higiene.
7
Catatan: koordinasi PKGBM ditingkat provinsi terjadi, tidak hanya sanitasi. Juga harus dipastikan agenda
sanitasi dan higiene tertera dalam tim provinsi.
8
Juga harus diuraikan dalam bagian koordinasi di bawah
- 27 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
OUTPUT DONOR/RENCANA
DESKRIPSI KEGIATA/PERTIMBANGAN PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN/HASIL ANGGARAN
kecamatan,
PENILAIAN LINGKUNGAN
Merencanakan dan melaksanakan pelatihan 2.611 orang di tingkat - Master trainer dan - MCA-I, Pelatihan
penilaian awal, pemicuan dan paska Puskesmas dan fasilitator tingkat Pemicuan untuk
pemicuan di tingkat Kabupaten – dilakukan Kecamatan dilatih Kabupaten Puskesmas, 89
oleh staf Kabupaten kepada pelaksana dalam 89 kegiatan kelas
kegiatan di tingkat Kecamatan. Pelatihan
Merencanakan dan melaksanakan Pelatihan 4.800 Kader dan - Master trainer dan - MCA-I, Pelatihan
penilaian awal, pemicuan dan paska pemimpin desa dilatih fasilitator tingkat pemicuan
pemicuan sanitasi – dilakukan oleh Staf dalam 152 kegiatan. Kabupaten. tingkat desa, 152
Kabupaten kepada pelaksana kegiatan di kelas
tingkat Desa.
Pelaksanaan pemicuan dan paska - -
pemicuan di berbagai tingkatan
Dukungan pemicuan dan mentoring paska Dukungan rutin ke - Sanitarian - MCA-I, Dukungan
pemicuan, pemantauan dan promosi serta desa-desa melalui paska pemicuan
dukungan kegiatan di tingkat kecamatan dan kunjungan mingguan. oleh Sanitarian
desa. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan dan
9
Empat fraksi pasar sanitasi: 1) belum terpicu; 2) terpicu tetapi gagal: 3) terpicu dan ingin berkembang; 4) SBS
- 28 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
OUTPUT DONOR/RENCANA
DESKRIPSI KEGIATA/PERTIMBANGAN PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN/HASIL ANGGARAN
Merancang dan melaksanakan kampanye Strategi kampanye, IMA World Health - IMA World
media massa untuk mendukung penciptaan Kampanye melalui Health
kebutuhuan sanitasi dan higiene di tingkat media,
rumah tangga. Kegiatan-kegiatan
kampanye
Memberi dukungan untuk kegiatan Deklarasi Kegiatan deklarasi SBS - Pemerintah - Pemerintah
SBS di berbagai tingkatan (desa, kecamatan kabupaten Kabupaten,
dan kabupaten) - NST Verifkasi dan
Deklarasi SBS,
800 kegiatan.
Pengembangan produk
- 29 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
OUTPUT DONOR/RENCANA
DESKRIPSI KEGIATA/PERTIMBANGAN PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN/HASIL ANGGARAN
Merencanakan dan melaksanakan Pelatihan Melatih 499 wirausaha - Kementerian - MCA-I, Pelatihan
WUSAN – dilakukan oleh staf Kementerian melalui 17 kelas Kesehatan dan WUSAN untuk
Kesehatan untuk memilih wirausaha yang fasilitator 17 kelas.
berdomisili di desa tersebut. Pelatihan ini kabupaten.
akan mengacu pada “Jalan menuju sanitasi
rumah tangga”, desain toilet dan material
pemasaran (seleksi wirausaha menjadi kunci).
Memfasilitasi akses ke lembaga kredit, materi Dukungan lokal secara - Asosiasi wirausaha - MCA-I, fasilitasi
dan dukungan jasa kepada wirausaha untuk rutin ke wirausaha sanitasi akses ke kredit
memastikan mereka mampu membangun dan - Dinas Kesehatan mikro, 6
memasang produk yang dipasarkan. Kabupaten kegiatan.
Pemanduan dan coaching wirausaha sanitasi - Workshop mini - Dinas Kesehatan - MCA-I, mini
untuk pengembangan pasar, meningkatkan - Mentoring ke Provinsi dan workshop
peran kelompok masyarakat, menghubungkan lapangan Kabupaten - MCA-I,
suplier peralatan dan material, melakukan - Fasilitator workshop mentoring
pembelian partai besar, memfasilitasi - Sanitarian lapangan
pembentukan asosiasi, menghubungkan ke
lembaga keuangan.
- 30 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
OUTPUT DONOR/RENCANA
DESKRIPSI KEGIATA/PERTIMBANGAN PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN/HASIL ANGGARAN
Memberi dukungan untuk koordinasi dari Staf PKGBM secara - Perwakilan kantor - MCA-I, Koordinasi
tingkat Pusat, Kementerian Kesehatan rutin menghadiri dan Pusat rutin dan rapat
berkoordinasi dengan program STBM berkontribusi ke Pokja evaluasi di tingkat
melalui lembaga yang telah ada seperti Nasional ini. Pusat, Provinsi,
Pokja AMPL, Tim Pengarah dan TimTeknis Kabupaten dan
AMPL, Sekretariat STBM dan MCA Indonesia. Kecamatan, 1,400
kegiatan.
Dukungan koordinasi sanitasi dan PKGBM di Perwakilan Dinas - Kementerian
tingkat Provinsi melalui Pokja AMPL. Dinas Kesehatan Provinsi Kesehatan
Kesehatan Provinsi sebagai lembaga yang menghadiri kegiatan
- Dinas Kesehatan
bertanggungjawab atas STBM menyampaikan semi tahunan.
Kabupaten
kemajuan Program ke Pokja AMPL. Dapat
dilakukan dua kali setahun.
Merencanakan dan melaksanakan pelatihan 704 Staf Puskesmas - Master trainer dan - MCA-I, Pelatihan
Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas dilatih (23 kegiatan) fasilitator tingkat Pemantauan dan
Kesehatan Kabupaten kepada staf Kabupaten Evaluasi untuk
pelaksanaan program di tingkat Kecamatan. 23 kelas.
- 31 -
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
OUTPUT DONOR/RENCANA
DESKRIPSI KEGIATA/PERTIMBANGAN PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN/HASIL ANGGARAN
Menyediakan dukungan untuk kegiatan Dukungan rutin kepada - sanitarian - MCA-I, kegiatan
Pemantauan dan Evaluasi di tingkat Desa pemimpin desa dalam rutin
melalui kegiatan pemantauan tingkat rumah kegiatan pemantauan
tangga dan dusun. rumah tangga.
VERIFIKASI SBS
- 32 -
7. Pendanaan
Secara umum, prinsip pendanaan untuk pelaksanaan pendekatan STBM adalah ditujukan untuk
mengeksplorasi dan mempromosikan sektor terkait dan sumber lain di masyarakat, termasuk
kegiatan kolektif masyarakat atau gotong royong. Subsidi untuk rumah tangga mungkin tidak dapat
diberikan untuk penyediaan fasilitas dasar sanitasi rumah tangga atau individu. Masyarakat dapat
mengakses Lembaga pembiayaan mikro atau Bank untuk mendapatkan kredit. Subsidi hanya dapat
dilakukan dalam pengembangan fasilitas sanitasi komunal yang dilengkapi dengan sistem
manajemen pengelolaan fasilitas yang disepakati oleh masyarakat.
MCA Indonesia akan mendanai seluruh kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan pendekatan STBM
sebagaimana telah disebutkan di Bab 6. Sumber pendanaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk
pelaksanaan kegiatan STBM meliputi:
1) Anggaran nasional (APBN) Kementerian Kesehatan, yang direncanakan dan dikelola untuk
kegiatan perencanaan, koordinasi, mentoring, dan evaluasi di Provinsi dan Kabupaten.
2) Anggaran di Provinsi dan Kabupaten (APBD) yang dapat digunakan untuk mendukung
pengembangan sanitasi.
3) Dana yang dapat digunakan melalui integrasi STBM ke dalam mekanisme program atau proyek
yang telah ada, seperti BOK dan PNPM.
4) Dana desa yang akan dikelola oleh Kepala Desa berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
Pedoman Pelaksanaan STBM dalam Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)
8. Penutup
Sanitasi tetap merupakan permasalahan besar di Indonesia, termasuk wilayah kerja PKGBM yang
menerima hibah dari MCA Indonesia. Oleh karena itu, pedoman dalam penanganan isu sanitasi
menjadi penting untuk disusun. Dengan adanya Pedoman Pelaksanaan STBM ini diharapkan seluruh
pemangku kepentingan dapat melaksanaan kegiatan STBM dengan baik yang akan berkontribusi
pada penurunan angka kejadian diare dan pada akhirnya akan menurunkan prevalensi stunting.
33