Anda di halaman 1dari 11

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

UPT PUSKESMAS GEBANG RAYA


Jl. Raya Villa Tangerang Indah RT 01/RW 12 Kel. Gebang Raya
Kec. Periuk, Kota Tangerang, Banten 15132
Telp. (021) 55785351 Email: pkmgebangraya@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


KESEHATAN LINGKUNGAN
(KESLING)

A. PENDAHULUAN
Penyehatan lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pencegahan
terhadap penurunan kualitas lingkungan melalui upaya promotif, prefentif, penyelidikan, pemantauan
terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja,angkutan umum, lingkungan lainnya
terhadap substansi yaitu air, udara, tanah, limba padat, cair, gas, kebisingan, pencahayaan, habitat
vektor penyakit, radiasi, kecelakaan, makanan, minuman dan bahan berbahaya.

B. LATAR BELAKANG
Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan factor penentu utama derajat kesehatanmasyarakat dalam
suatu proses pengamatan, pencatatan, penyuluhan,pendokumentasian secaraverbal dan visual menurut
prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu
atau beberapa parameter sebagai tolak ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terkendali
dalam satu siklus waktu tertentu yang menekankan kegiatan pada sumber, ambient (lingkungan),
pemaparan dan dampak pada manusia.

C. TUJUAN
Tujuan Umum :
- Mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat
Tujuan Khusus :
- Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum lingkungan pemukiman dan
lingkungan lainnya.
- Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara
- Setiap tempat dan sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan
yang sehat

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Penyehatan air
2. Penyehatan perumahan dan sanitasi dasar
3. Pembinaan tempat-tempat umum
4. Klinik sanitasi
5. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pemberdayaan masyarakat
6. Pengawasan Depot Air Minum (DAM)
7. Pengawasan dan pengendalian air kualitas lingkungan
8. Penyehatan makanan dan minuman

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Penyehatan Air
Kegiatan yang bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap sarana air bersih (SAB) yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
2. Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar
Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar
3. Pembinaan Tempat-Tempat Umum
Kegiatan yang bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap sarana tempat-tempat umum (TTU)
yang ada di wilayah kerja puskesmas
4. Klinik Sanitasi
Pemberian konseling dan tindak lanjut terhadap klien guna menganalsa sebab terjadinya
penyakit serta upaya pencegahannya.
5. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pemberdayaan masyarakat dengan metode penilaian
6. Pengawasan Depot Air Minum (DAM)
Kegiatan yang bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap Depot Air Minum (DAM)
dan pemeriksaan sampel air DAM yang ada di wilayah kerja puskesmas
7. Penyehatan Makanan dan Minuman
Pembinaan tempat pengelolaan makanan (TPM) yang bersifat monitoring yang bersifat
inspeksi sanitasi yang ada di wilayah kerja puskesmas.

F. SASARAN
1. Penyehatan Air
Sasaran KK yang menggunakan Sarana Air Bersih
2. Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar
Rumah-rumah yang berpenghuni di walayah kerja puskesmas
3. Pembinaan Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum yang memiliki potensi dampak besar terhadap kesehatan masyarakat,
missal : puskesmas, sekolah, pasar dan tempat ibadan
4. Klinik Sanitasi
Penderita (pasien) yang menderita penyakit berbasis lingkungan
5. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
KK yang memiliki akses terhadap jamban
6. Pengawasan Depot Air Minum (DAM)
Seluruh depot air minum yang ada di wilayah kerja puskesmas
7. Penyehatan Makanan dan Minuman
Tempat pengolahan makanan (TPM) yang ada di wilayah kerja puskesmas
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Penyehatan air
Setiap bulan
Pemeriksaan Sampel Air Bersih (SAB)
- Proyek 1 kali/tahun
2. Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar
Setiap bulan
3. Pembinaan Tempat-Tempat Umum
Setiap bulan
4. Klinik Sanitas
Setiap bulan
5. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) = Pemberdayaan Mayarakat
Setiap bulan
6. Pengawasan Depot Air Minum (DAM)
Setiap bulan
Pemeriksaan Sampel Air DAM
- Proyek 1 kali/tahun
7. Penyehatan Makanan dan Minuman
Setiap bulan

H. EVALUASI
KK dengan Rumah Sehat yang memenuhi syarat

I. CATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI


Bulanan, tribulam
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PEMICUAN STBM

I. Pendahuluan

Salah satu cara untuk meningkatkan akses masyarat terhadap layanansanitasi serta upaya
mengendalikan penyakit berbasis lingkungan adalah kegiatan terpadu melalui pendekatan sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM) dan Pemicuan. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan
perilaku hygiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh
perasaan, pola piker, perilaku, dan kebiasaan individu ataumasyarakat. berbagai upaya peningkatan
cakupan jamban melalui berbagai proyek Pemerintah yang selama ini dilakukan tidak memberikan
hasil yang memuaskan.

II. Latar Belakang

Kondisi sanitasi yang buruk yang tidak memenuhi syarat kesehatanakan berkontribusi terhadap
berbagai kasus penyakit berbasislingkungan,seperi diare,kecacingan. Puskesmas Teluknaga kecamatan
Teluknaga terdiri dari 7 desa binaan. Pada umumnya masyarakat Kondisi sanitasinya masih rendah
(buruk) karena : Rendahnya kesadaran mengenai pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
rendahnya kesadaran dan komitmen pemerintah daerah mengenai pentingnya sanitasi, belum
tersedianya pendekatan pembangunan sanitasi pedesaan yang sistematis, terbatasnya pendanaan
pemerintah.

Tujuan Umum

Tidak berperilaku membuang air besar sembarang ,serta perilaku lainsesuai dengan kaidah kesehatan
lingkungan

III. Tujuan
- Tujuan Umum
Agar terwujud kondisi sanitasi lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat yang
optimal.
- Tujuan Khusus
1. Masyarakat dapat memahami permasalahan tentang STBM
2. Masyarakat mampu dan mau menyelesaikan masalahnya dibidang sanitasi dengan
cara mandiri
3. Perubahan perilaku masyarakat menjadi sehat
IV. Manfaat Pelaksanaan Pemicuan

Dengan melakukan pemicuan masyarakat akan mengerti dan sadarakan pentingnya prilaku
hidup bersih dan sehat dengan menerapkan 5 pilar STBM
Masalah :
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
Masyaraka yang berdomisili di pinggiran sungai masih sulit merubahprilaku hidup sehat
Masyarakat masih mengharapkan bantuan subsidi dari pemerintahuntuk sanitasi

V. Kegiatan Pokok

• Bina suasana

Fasilitator memperkenalkan diri untuk membuka pintu masuk untuk komunikasi dengan
masyarakat, sehingga mereka akan terhipnotis untuk slalu berperan aktif dalam setiap tahap
proses pemicuan.

• Pemetaan Prilaku PHBS


Pemicuan melaui analisis partisipasi dimulai dengan menggambarkan peta wilayah Rt/Rw
didukung masyarakat sendiri.kemudian peserta diminta menggambar sungai,mesjid, sekolah,dll
Selanjutnya peseta diminta menggambarkan peta lokasi rumah masing-masing, sekaligus
tanyakan kepada mereka kemana saat ini mereka buang air besar.beri kode simbol atau gambar
rumah dengan warna kuning yang BAB sembarang ,dan warna hijau untuk rumah yang BAB di
jamban.

VI. Cara Pelaksanaan kegiatan

Petugas puskesmas dan dari dinas kesehatan kabupaten beserta Fasilitator turun kelapanngan
atau ke desa untuk melakukan kegiatan Pemicuan sesuai jadwal yang telah di sepakati.

VII. Sasaran

Pemicuan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Teluknaga terutama desa yang sanitasinya
masih rendah dan masyarakat yang belum memiliki jamban dan belum memiliki sarana
jamban yang sehat.
NO KEGIATAN SASARAN RINCIAN KEGIATAN TARGET CARA
POKOK UMUM CAPAIAN MELAKUKA
N KEGIATAN
1 Pemicuan - Perangkat - Menyiapkan Semua Tim fasilitator
STBM Desa tempat Pemicuan Masyaraka Turun ke desa
- Kader STBM t di Sasaran
Kesling - Mengumpulkan wilayah
- Toma dan masyarakat kerja
Toga - Bina Suasan Puskesmas
- Masyarakat - Pemetaan Teluknaga,

- agar stop
BAB

Pemicuan STBM
LANGKAH-LANGKAH PEMICUAN :

A.   Perkenalan

B.   Sampaikan maksud dan tujuan

C.   Pencairan suasana

Dengan game-game kecil

D.   Meminta Izin dengan masyarakat bahwa kita boleh belajar

E.    Pemetaan

1. Ajak masyarakat untuk membuat outline desa / dusun / kampung, seperti batas
desa/dusun/kampung, jalan, sungai, tempat umum dan lain-lain.
2. Siapkan potongan-potongan kertas dan bagikan kertas, kemudian minta masyarakat untuk
menuliskan nama kepala keluarga masing-masing beserta jumlah jiwa dalam satu rumah
3. Membuat kesepakatan dengan masyarakat dengan bahasa masyarakat tentang BAB dan TINJA
4. Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-masing. JIka seseorang BAB di luar
rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun “numpang di tetangga”, tunjukkan tempatnya dan
tandai dengan bubuk kuning.
5. Tanyakan pula di mana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti pada saat malam
hari, saat hujan atau saat terserang sakit perut.
6. Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap harinya.
Sepakati jumlah rata-ratanya.
7. Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat) yang
paling banyak menghasilkan tinja. (beri tepuk tangan).
8. Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya.
9. Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu masyarakat
bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada tinjanya.
10. Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih BAB di sembarang
tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada di desa/dusun
tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarang tempat berlangsung?.
11. Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja tersebut.
12. Di akhir kegiatan tanyakan: kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah mereka akan
melakukan hal yang sama?

 
F.    Penelusuran Lokasi BAB Sembarangan (Transect Walk)

1. Ajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan
pada hasil pemetaan).
2. Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut.
3. Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di
tempat tersebut.
4. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran ada yang biasa melakukan BAB di tempat
tersebut, tanyakan:

 bagaimana perasaannya ?
 berapa lama kebiasaan itu berlangsung ?
 apakah besok akan melakukan hal yang sama?

5. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran tidak ada satupun yang biasa melakukan BAB
di tempat tersebut tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat lokasi tersebut. Tanyakan hal
yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB
tersebut.
6. Jika ada anak kecil yang ikut dalam penelusuran atau berada tidak jauh dengan tempat BAB itu,
tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan tidak
suka, ajak anak-anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam
nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.

G.   Alur Kontaminasi (Oral Fecal)

1. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam mulut?
2. Tanyakan bagaimana tinja bisa “dimakan oleh kita”? melalui apa saja? Minta masyarakat untuk
menggambarkan atau menuliskan hal – hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut.
3. Analisa hasilnya bersama – sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya FGD
untuk memicu rasa takut sakit)

H.   Simulasi air yang telah terkontaminasi

1. Alternativ pertama dengan air di ember


a. Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang
untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur, cuci pakaiann dan lain-lain
yang biasa dilakukan oleh warga di sungai.
b. Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang peserta untuk
melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.
c. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya
dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang
akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?

2. Alternativ Kedua dengan air minum di gelas


a. Ambil air dalam gelas (bisa saja aqua gelas), minta salah satu masyarakat untuk meminum
air dalam gelas tersebut sampai setengah gelas
b. Minta sisa air yang mereka minum kemudian masukan sedikit kotoran ke dalam gelas
dengan sehelai rambut dan minta mereka untuk meminumnya kembali
c. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak meminumnya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya
dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang
akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?

I.      Diskusi Kelompok (FGD)

 FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang tempat selama 1
hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.
 FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain
 Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat,
diantaranya:

FGD untuk memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pribadi”

 Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan
alasan mengapa mereka melakukannya.

 Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung dan
kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang?
 Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di tempat
terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau
tidak sengaja?
 Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang
mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?
 Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?

FGD untuk memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”

 Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di kampungnya”, dan kemana
perginya sejumlah tinja tersebut.
 Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media
penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki
lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke mana saja dengan membawa kotoran
di kaki-kakinya, bagaimana memastikan bahwa rumah–rumah dan makanan-makanan  di dalam
kampung itu dijamin bebas dari lalat, dan sebagainya.
 Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah
terkena diare (2 – 3 tahun lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota
keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan bapak/ibu
atau anggota keluarga lainnya.
 Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

(contohnya dalam komunitas yang beragama Islam)

 Bisa dengan mengutip hadits atau pendapat para alim ulama yang relevan dengan larangan atau
dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan, seperti yang dilakukan oleh salah seorang
fasilitator di Sumbawa, yang intinya kurang lebih: “bahwa ada 3 kelompok yang karena
perbuatannya termasuk orang-orang yang terkutuk, yaitu orang yang biasa membuang air
(besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh)”.
 Bisa dengan mengajak untuk mengingat hukum berwudlu, yaitu untuk menghilangkan “najis”.
Tanyakan air apa yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk wudlu”? apakah benar-
benar bebas dari najis?
 Apa yang akan dilakukan kemudian?

FGD menyangkut kemiskinan

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah, namun terhambat
dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban.

 Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar, fasilitator
bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan
alternatif yang paling sederhana).
 Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban
(meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan
dengan masyarakat yang “jauh lebih miskin” daripada masyarakat Indonesia, misalnya
Bangladesh. Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan
BAB di sembarang tempat.
 Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung jawab
siapa masalah BAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah
dan pihak luar lainnya?

J.    Puncak Pemicuan

1. Tanyakan kepada masyarakat siapa yang mau berubah, jika ada yang mau berubah berikan apresiasi
dengan meminta semua masyarakat tepuk tangan

2. Bagaimana kita berubah? Jika ada masyarakat yang mau membuat jamban minta mereka
menjelaskan bagaimana cara membuat jamban serta tanyakan berapa biaya membuat jamban

3.  Jika jamban yang dijelaskan masih dengan harga yang mahal, gali masyarakat untuk membuat
jamban yang murah
4.  Jika sudah ada yang mau berubah, berikan apresiasi dan minta mereka untuk membuat kontrak
sosial

K.   Penutupan

1.    Ucapkan terimakasih kepada masyarakat

2.    Membuat kesepakatan kapan kita bisa bertemu lagi untuk membahas tindak lanjut

Anda mungkin juga menyukai