Anda di halaman 1dari 39

31 Mei 2019

DRAFT
PETUNJUK TEKNIS
PILAR 4 DAN 5 STBM
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 1


DAFTAR ISI
HAL
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sasaran
BAB II KONSEP DASAR PENGELOLAAN SAMPAH DAN AIR LIMBAH
RUMAH TANGGA
A. Konsep
C. Dukungan Kebijakan
D. Peran dan tanggung jawab
BAB III STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH DAN AIR LIMBAH RUMAH
BAB IV OPSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DAN LIMBAH

BAB V MONITORING DAN EVALUASI


A. Indikator keberhasilan
1. Indikator penilaian Pilar 4
2. Indikator Penilaian Pilar 5
B. Metode evaluasi
1. Kriteria Penilaian Pilar 4
2. Kriteria Penilaian Pilar 5
C. Pencatatan dan Pelaporan

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 2


Sampah domestik atau limbah rumah tangga merupakan bahan buangan yang timbul karena
adanya kehidupan manusia, masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat timbul di berbagai daerah,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sampah domestic yang kerap disebut limbah rumah tangga
dapat berupa limbah padat ataupun limbah cair. Limbah padat dapat berupa sampah dan limbah cair
dapat berupa air kotor yang berasal dari aktivitas rumah tangga. Limbah yang dibuang sembarangan
dapat menimbulkan berbagai bencana, baik pada lingkungan ataupun pada manusia sendiri. Semua
negara di bumi ini menyadari bahwa sampah atau limbah adalah salah satu permasalahan yang
membawa ketidaknyamanan hidup dalam sebuah lingkungan.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya
daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya
usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang
besar terhadap kuantitas dan kualitas limbah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbunan sampah
memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah atau limbah yang tidak mempergunakan metode dan
teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam
pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses domestic atau rumah tangga disebut limbah.
Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air
kakus atau biasa disebut black water, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
disebut juga grey water. Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga merupakan
masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Pembuangan
sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat sampah seharusnya selalu
tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan jenisnya, sampah basah atau garbage,
sampah kering ataurubbish, dan sisa-sisa industry atau industrial waste. Selain itu, kebiasaan meludah,
buang air kecil dan besar, air limbah juga harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu
kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar
penyakit dan bau yang tidak sedap.
Untuk mewujudkan kota bersih dan hijau, pemerintah telah mencanangkan berbagai program yang
pada dasarnya bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
pengelolaan sampah dan limbah. Untuk memupuk kesadaran dalam diri kita akan pentingnya hidup
bersih dan memupuk rasa tanggung jawab bersama dari masalah sampah yang tak kunjung redah
dilingkungan kita.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 3


Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total.
Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan
sectoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak
memberikan daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan
akses sanitasi, menjadi pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
yang menekankan pada 5 (lima) p i l a r perubahan perilaku higienis.
Dalam mewujudkan Indonesia Bebas Sampah tahun 2020 masyarakat perlu
mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang dan untuk mendukung
komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29%
sebagai kontribusi mitigasi perubahan iklim global. (forum diskusi pojok iklim jakarta
4 februari 2017).
Sesuai Peraturan Presiden no 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi nasional
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
menyebutkan bahwa target pengurangan sampah rumah tangga dan Sampah
sejenis Sampah Rumah Tangga sebesar 30% dan penanganan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebesar 70% dari angka timbulan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga menjadi
tantangan dalam periode tahun 2017 sd tahun 2025. Pengurangan sampah rumah
tangga meliputi : 1) pembatasan timbulan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga, 2) pendauran ulang sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga dan 3) pemanfaatan kembali sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Sedangkan penanganan
sampah Rumah Tangga melalui pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pemrosesan akhir.
Dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat untuk pengolahan limbah domestic
sesuai Peraturan Pemerintah nomor 2 th 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan Permen PUPR no 29 tahun 2018 tentang standard teknis SPM pekerjaan
umum dan perumahan rakyat bahwa pemerintah daerah wajib menerapkan dan
memenuhi SPM Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal sesuai dengan jenis pelayanan dasar dan mutu
pelayanan dasar atas pemenuhan kebutuhan air minum sehari-hari dan penyediaan
pelayanan pengolahan air limbah domestik.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 4


mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Pilar STBM sesuai Permenkes no 3 tahun 2014 tentang STBM terdiriatas 5 pilar yaitu
perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun,
Pengelolaan Pangan Aman Sehat Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah
Tangga dan Pengamanan Air Limbah Rumah Tangga. Pilar STBM dilakukan melalui
kegiatan pemicuan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan.
Panduan ini secara khusus membahas Pengamanan sampah dan Air Limbah rumah
tangga.
Strategi STBM yang dilakukan melalui tiga strategi yaitu : a) Penciptaan
lingkungan yang kondusif, melalui dukungan kelembagaan, regulasi dan kemitraan
berbagai pihak; b) Peningkatan kebutuhaan sanitasi, melalui perubahan perilaku
masyarakat dan; c.Peningkatan penyediaan akses sanitasi, melalui peningkatan
akses terhadap produk dan layanan sanitassi yang layak dan terjangkau masyarakat.
Dalam penyelenggaraan STBM, masyarakat dipicu dan difasilitasi oleh tenaga
kesehatan, kader, pemerintah daerah, maupun fasilitator-fasilitator pemberdayaan
masyarakat lainnya untuk menemukan sendiri masalah kesehatan yang mereka
anggap penting dan kemudian memutuskan perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat yang akan mereka lakukan.Perubahan perilaku yang diharapkan di dalam
STBM adalah perubahan total, yang tidak hanya dilakukan oleh satu orang tetapi
dilakukan oleh semua keluarga. Dengan adanya perubahan perilaku bersama
diharapkan masyarakat dapat memutus mata rantai penularan penyakit dan
keracunan.
Sebagai salah satu pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat, pendekatan
STBM diharapkan dapat menjadi pintu masuk untuk memicu perubahan perilaku
hidup bersih dan sehat secara luas yang mencakup lima pilar. Salah satu perubahan
perilaku yang diharapkan untuk dapat membantu tercapainya sasaran prioritas
pembangunan kesehatan adalah perubahan perilaku terkait pengamanan sampah
rumah tangga pilar 4 dan Air Limbah rumah tangga pilar 5.
Salah satu cara menjaga agar terpenuhinya pengamanan sampah rumah tangga dan
Air Limbah rumah tangga adalah dengan menghindarkan pencemaran terhadap
media lingkungan dari kontaminasi. Sumber-sumber kontaminasi antara lain adalah

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 5


sampah rumah tanggadan Air Limbah rumah tangga. Masyarakat yang belum
melakukan pilar 4 STBM dan pilar 5 STBM. Di lingkungan rumah dan sekitarnya
masih terlihat sampah yang berserakan dan masih ditemukan genangan air limbah di
sekitar rumah. Melihat kondisi seperti ini sangatlah rawan terjadinya pencemaran
terhadap media lingkungan.Untuk itu peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bagi ibu-ibu rumah tangga atau kerabat dalam pengamanan sampah dan limbah
menjadi penting. Upaya ini akan mendukung Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat dalam mewujudkan suatu komunitas yang mampu mengelola
pangan aman sehat.
Buku Panduan Teknis ini merupakan alat bantu bagi penyelenggara STBM yang
berfungsi sebagai acuan suatu komunitas masyarakat mulai tingkat Dusun,
Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/Kota melaksanakan Pilar 4 dan 5
STBM.
B. TUJUAN
UMUM
Tersedianya petunjuk teknis pelaksanaan dalam menerapkan pendekatan Pilar 4 dan
5 STBM dalam rangka mengendalikan penyakit berbasis lingkungan melalui
pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan Air Limbah rumah tangga
berbasisi masyarakat.
KHUSUS
1. Terlaksananya pilar 4 STBM yaitu pengamanan sampah rumah tangga (PS-RT)
di masyarakat.
2. Terlaksananya pilar 5 STBM yaitu Pengamanan Air Limbah Rumah Tangga
(PLC-RT) di masyarakat

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup petunjuk teknis Pilar 4 dan 5 STBM adalah :
1. Pengamanan Sampah tingkat Rumah tangga dan;
2. Pengamanan Air Limbah di rumah tangga
D. SASARAN
1. Institusi kesehatan
2. Institusi non kesehatan
3. Mitra dan
4. Masyarakat
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian
seperangkat indikator yang dijadikan standar.
2. Fasilitator adalah individu maupun kelompok yang memfalitasi process
pemberdayaan masyarakat melalui metode pemicuan.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 6


3. Rencana tindak lanjut merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh
masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.
4. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
5. Pilar 4 STBM atau yang disebut Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah
upaya perlindungan terhadap rumah tangga dari faktor risiko atau gangguan
kesehatan melalui kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan
mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.
6. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
7. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas social, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.
8. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
9. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
10. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang
selanjutnya disebut TPS3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala
kawasan.
11. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang,
pengolahan dan pemrosesan akhir.
12. Tempat pemrosesan akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan.
13. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau
benda yang tidak terlalu dibutuhkan.
14. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah
bentuk.
15. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang-barang lama menjadi barang baru.
16. Pilar 5 atau yang disebut Pengamanan air Limbah Rumah Tangga adalah
melakukan kegiatan pengolahan Air Limbah di rumah tangga yang berasal dari
sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus
mata rantai penularan penyakit.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 7


17. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Repub-
lik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

BAB II
KONSEP DASAR PENGELOLAAN SAMPAH DAN AIR LIMBAH

A.1. Pengelolaan Sampah


Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah
dan volumenya sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau
material yang digunakan sehari – hari.
Akibat jika sampah tidak diamankan :
- Bau
- Estetika  kotor, tidak nyaman
- Penyakit
- Pencemaran udara
- Pencemaran air permukaan dan air tanah
- Perkembangbiakkan serangga seperti kecoa, lalat, semut dan binatang
penular penyakit seperti tikus
- Lingkungan menjadi Kumuh  berakibat terjadinya kerawanan sosial
- Kecelakaaan seperti terkena benda tajam, pecahan kaca
- Bencana seperti banjir, kebakaran, longsornya timbulan sampah
Sebaiknya sampah dikelola pada tingkat rumah tangga sehingga tidak
berserakan di sekitar rumah. Hasil penelitian Kementerian Kesehatan tahun
2013, sebagian besar masyarakat kita masih mengelola sampah secara tidak
benar.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 8


Sampah yang dibakar dapat berupa apa pun, mulai dari plastik, sampah rumah
tangga, atau kayu. Pengelolaannya mudah dan cepat, tetapi pembakaran
sampah memiliki dampak buruk untuk lingkungan dan kesehatan. Selain itu,
orang-orang juga berpikir bekas pembakaran dapat dijadikan pupuk alami.
 Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari proses tersebut akan
berikatan sangat kuat dengan hemoglobin darah yang seharusnya
mengangkut dan mengedarkan okigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh
akan kekurangan oksigen.
 Berbagai sampah plastik yang dibakar menghasilkan senyawa kimia dioksin
dan klorin yang berpotensi menyebabkan kanker.
 Asap dari kayu yang dibakar pun dapat berbahaya karena adanya
formaldehida, partikel debu kecil  organ pernapasan manusia tidak
sanggup menyaring partikel itu sehingga bisa masuk ke dalam paru-paru
dan menimbulkan gangguan pernapasan.
 Gas-gas akibat pembakaran sampah menjadi sebab perubahan iklim yaitu
kenaikan suhu di bumi, yang mengakibatkan hilangnya keseimbangan
siklus bumi dan perubahan musim hujan dan kemarau yang tidak dapat
diprediksi.
Satu (1) dari sepuluh (10) rumah tangga membuang sampah sembarangan,
membuang sampah ke kali atau parit atau laut, ini berdampak :
 Sampah berserakan, sampah tertimbun di saluran air sehingga
menghambat aliran air dan berakibat terjadinya banjir
 Timbunan sampah menjadi tempat perkembang biakkan binatang pembawa
penyakit seperti lalat, kecoa, tikus
 Timbunan sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak enak
 Timbunan sampah mencemari tanah dibawahnya dan mencemari air tanah
 Sampah yang berserakan dapat menyebabkan kecelakaaan seperti terkena
benda tajam, pecahan kaca
A.1.1. Pegurangan sampah
Pengurangan sampah meliputi :
1. Pembatasan timbulan sampah
2. Pendauran ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan
bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah terurai oleh
proses alam.
Pengurangan sampah dilakukan dengan cara :
1) Menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, bahan yang dapat didaur
ulang, da/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 9
2) Mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari produk dan/atau
kemasan yang sudah digunakan.
Pemerintah dan pemda wajib melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
tertentu
2. Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
3. Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan
4. Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang
5. Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang
A.1.2 Penanganan sampah.
Penanganan sampah meliputi :
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah dana atau sifat sampah
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat pewnam-punan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah dan/atau
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pengelompokan sampah dalam pemilahan :
1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dan beracun
2. Sampah yang mudah teruarai
3. Sampah yang dapa digunakan kembali
4. Sampah yang dapat didaur ulang
5. Sampah lainnya
Sehingga  penyediaan sarana pemilahan sampah harus menggunkanan
sarana yang memenuhi syarat sesuai jenis pengelompokan sampah yang
diberi label atau tanda bahan, bentuk dan warna wadah.
Larangan :
1. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun
2. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan
3. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan
4. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 10
5. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah.
A.2. Pengelolaan air Limbah
Limbah cair rumah tangga adalah Limbah berbentuk cair sebagai hasil
buangan dari kegiatan perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan
dan perkantoran. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Limbah jamban (black water) yang berasal dari kotoran manusia, seperti
tinja dan air seni
2. Limbah non jamban (grey water) yang berasal dari hasil cuci-mencuci,
mandi dan hasil memasak/dapur.
Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menjadi
sumber penyakit bagi masyarakat dan mencemari lingkungan. Kita seringkali
tidak memperhatikan limbah cair yang dihasilkan dari rumah, padahal bila
dibiarkan, lama kelamaan dapat menjadi masalah bagi lingkungan dan
kesehatan masyarakat.
Limbah cair dari kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang tidak dikelola
dengan baik dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang
pembawa penyakit (lalat, nyamuk, kecoa, tikus), menimbulkan bau,
menimbulkan genangan sehingga dapat menyebabkan lantai licin. Kondisi ini
dapat menjadi rawan kecelakaan dan penularan penyakit terutama yang
bersumber dari lalat, nyamuk, kecoa, tikus seperti diare, leptospirosis, gatal-
gatal, dan sebagainya.
Untuk menghindarinya maka limbah cair buangan hasil kegiatan rumah
tangga tidak boleh dibuang secara langsung ke lingkungan maupun ke
saluran drainase, harus dikelola dengan aman agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit.
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan
pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan
mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus
mata rantai penularan penyakit.
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:
a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari
jamban.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 11


Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia sarana IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal atau Sistem Pengelolaan
Limbah Domestik Terpusat (SPLD-T) dengan sistem perpipaan atau
rumah tangga memiliki tangki septik yang sesuai standar dilengkapi
dengan bidang resapan, biofilter, air limbah jamban dan non jamban dapat
diolah secara tercampur.
b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan lalat, nyamuk, kecoa, tikus.
c. Tidak boleh menimbulkan bau.
d. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan
kecelakaan.
e. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:


 Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan
air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan
air limbah dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan tidak dapat
dijangkau serangga dan tikus.
 Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa
adanya saluran pembuangan limbah. Akibatnya menjadi kotor, becek,
menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat berkembang
biak serangga terutama nyamuk.
 Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan
menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan
sumur maka dapat mencemari sumur.
 Kamar mandi dipasang saringan  dimasukkan ke saluran dengan
diameter pipa adalah 3” (7,5 cm) tertutup

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 12


 Dapur, wastafel, kran cuci dipasang saringan  dimasukkan ke saluran
dengan diameter pipa adalah 2” (5 cm) tertutup.
 Saluran disediakan bak kontrol bertutup pada jarak setiap 5 meter.
Limbah cair rumah tangga yang berasal dari cucian, buangan dapur, kamar
mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah
dengan menggunakan sumur resapan. Sedangkan limbah cair yang berupa
tinja dan air seni disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur
resapan.
Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke
sumur/bidang
resapan. Air akan
tersaring pada
sumur/bidang
resapan dan air
yang keluar dari
sumur/bidang
resapan sudah
bebas dari
pencemaran.
Sumur resapan
dapat terbuat dari anyaman bambu, drum atau susunan batu bata kosong
yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Jarak antara sumur air bersih ke sumur
resapan minimum 10 meter supaya air bersih tidak tercemar.
B. Dukungan Kebijakan
1. UU no. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
2. UU no. 32 tahun 2009 tentang kesehatan
3. PP no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
4. Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2018 tentang standar pelayanan minimal
5. Peraturan Presiden no 97 tahun 2017 tentang Jakstranas sampah
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 03 th 2013 tentang Penyelenggaraan
prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no 04 tahun 2017
tentang penyelanggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 13


8. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk mendukung pencapapaian SDGs
goal 13 (perubahan iklim) dan 6.3 terkait dengan limbah
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no 29 tahun 2018
tentang standard teknis SPM pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
C. Peran Dan Tanggungjawab
Untuk implementasi STBM diperlukan dukungan dari peran Lintas sektor dan
pemangku kepentingan antara lain : Dinas kesehatan, Dinas PUPR, Dinas LH,
Dinas Pemberdayaan, dan sektor lainnya yang terkait.
Kewenangan pengelolaan sampah dan pengelolaan Air Limbah domestik sebagai
berikut:
1. Pengelolaan sampah
No Instansi Program
1. PUPR (dinas perkim, PU dan pembangunan infrastruktur
tata ruang) pemberdayaan masyarakat TPS3R
2. LH (kebersihan)/perangkat Pengelolaan sampah : pembentukan
daerah yang menangani bank sampah, peralatan pengelolaan
sampah sampah (komposter, pengangkutan)
3. Dinas Kesehatan pemberdayaan masyarakat dgn
pemicuan utk merubah perilaku yg
hygienis
4. Dinas Pendidikan dan terkait UKS, pemicuan perubahan
Departemen Agama perilaku
5 Perangkat desa/kelurahan ....

2. Pengelolaan air limbah domestik


No Instansi Program
1. PUPR atau Dinas pembangunan infrastruktur pemberdayaan
Perkim masyarakat Sanimas, padat karya
2. LH baku mutu air limbah domestik, pengawasan
lingkungan, pembinaan
3. Pemda Menyediakan sarana dan prasarana
pengolahan air limbah

Untuk melaksanakan Program Penyelenggaraan Pilar 4 dan Pilar 5 STBM di rumah


tangga, perlu ditetapkan peranan dan tanggung jawab dari masing-masing pihak
yang terkait sebagai berikut:
1. Kabupaten/Kota

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 14


a. Merencanakan, menyusun dan menetapkan kebijakan tingkat
Kabupaten/Kota berdasarkan kebijakan nasional, Provinsi dan kebijakan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota.
b. Membina dan mengawasi penyelenggaraan Pilar 4 dan Pilar 5 STBM di
rumah tangga termasuk sosialisasi, pemicuan dan penyuluhan yang
dilakukan oleh petugas Kecamatan/Puskesmas, Desa/Kelurahan dan
RT/RW.
c. Melakukan verifikasi penyelenggaraan Kecamatan Bersih Sampah sesuai
buku pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM Kementerian Kesehatan RI.
d. Melakukan Deklarasi Kabupaten/Kota Bersih Sampah dan Bebas limbah (5
pilar STBM).
e. Menerbitkan sertifikat Desa/Kelurahan bersih Sampah, bebas limbah dan
sertifikat Kecamatan Bersih Sampah dan Bebas Limbah. Menyebarluaskan
dan menggandakan kembali bahan dan materi pemicuan, penyuluhan dan
pelatihan dengan metode partisipatoris secara nasional atau sesuai dengan
lokal spesifik untuk kebutuhan di wilayah Kabupaten/Kota.
f. Merencanakan, menyusun dan menetapkan anggaran belanja
Kabupaten/Kota dan sumber pembiayaan lainnya di wilayah/daerah
Kabupaten/Kota.
g. Melakukan pelatihan fasilitator pemicuan dan petugas
Kecamatan/Puskesmas dan lintas sektoral/program dan LSM tingkat
kabupaten/kota.
h. Merencanakan, menyusun dan menetapkan daerah kecamatan lokasi
percontohan, untuk dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan di
seluruh wilayahnya.
i. Melakukankolaborasi lintas program dan lintas sektoral terkait antara bidang
pekerjaan umum, bidang lingkungan hidup, pemrindah daerah, dan lain-lain
di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka meningkatkan dukungan,
keterpaduan, sinergi dan sinkronisasi kegiatan untuk mencapai hasil yang
maksimal.
j. Membina dan mengawasi pelaksanaan program dan melaksanakan evaluasi
capaian keberhasilan secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur,
transparan dan akuntabel di Kabupaten/Kota.
k. Melakukan sosialisasi kriteria keberhasilan program untuk ditindaklanjuti oleh
Kecamatan/Puskesmas.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 15


l. Mengimplementasikan alokasi anggaran yang bersumber dari Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk pelaksanaan Pilar 4 dan Pilar 5 STBM di
Rumah Tangga di wilayah Kecamatan/Puskesmas.
Penanggung jawab program di Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan penanggung jawab teknis adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Pejabat yang membidangi Kesehatan Lingkungan.
2. Kecamatan
a. Merencanakan, menyusun dan melaksankan kebijakan teknis pelaksanaan
program di tingkat Kecamatan/Puskesmas.
b. Menyelenggarakan pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan lintas program
dan lintas sektoral di tingkat kecamatan/puskesmas.
c. Menyebarluaskan bahan dan materi pemicuan Pilar 4 dan Pilar 5 STBM dan
materi penyuluhan untuk kebutuhan di tingkat Kecamatan/Puskesmas.
d. Merencanakan, menyusun dan mengusulkan realisasi rencana anggaran
belanja yang telah dialokasikan oleh Biaya Operasional Kesehatan (BOK)
dan sumber dari pembiayaan lain yang sah.
e. Melakukan pelatihan pemicuan Pilar 4 dan Pilar 5 STBM Desa/Kelurahan
dan Pengurus RW/RT, Kader dan Tokoh Masyarakat Desa/Kelurahan.
f. Memastikan terlaksananya pemicuan/pendampingan Pilar 4 dan Pilar 5
STBM di masyarakat.
g. Merencanakan, menyusun dan mengusulkan Desa/Kelurahan lokasi
percontohan kegiatan yang akan dikembangkan secara bertahap dan
berkelanjutan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
h. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral di tingkat
Kecamatan/Puskesmas dalam rangka meningkatkan dukungan,
keterpaduan, sinergi dan sinkronisasi kegiatan untuk mencapai hasil yang
maksimal.
i. Melaksanakan evaluasi capaian keberhasilan program secara kualitatif dan
kuantitatif yang terukur, transparan dan akuntabel di tingkat
Kecamatan/Puskesmas.
j. Melakukan verifikasi penyelenggaraan Desa/Kelurahan bersih sampah dan
bebas limbah sesuai Buku pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM Kementerian
Kesehatan RI.
k. Melakukan Deklarasi Kecamatan bersih sampah dan bebas limbah.
Penanggung jawab program di Kecamatan adalah Camat dan Kepala
Puskesmas, serta penanggungjawab teknis adalah Petugas Kesehatan
Lingkungan.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 16


3. Desa/Kelurahan
Pra Pemicuan
a. Menyelenggarakan sosilaisasi bagi petugas kesehatan, tokoh masyarakat,
Pengurus RW/RT, kader kesehatan dan Posyandu.
b. Mengidentifikasi kader yang akan terlibat dalam persiapan pemicuan, kader
dilatih oleh Puskesmas.
c. Pengambilan data dasar rumah tangga untuk mengetahui kondisi awal Pilar
4 dan Pilar 5 STBM melalui observasi dan identifikasi perilaku yang sudah
dilakukan di masyarakat.
d. Mengidentifikasi kader yang akan terlibat dalam persiapan pemicuan, melatih
kader.
e. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan kegiatan di tingkat
Desa/Kelurahan di bawah binaan Puskesmas.
f. Mengidentifikasi kader yang akan terlibat dalam persiapan pemicuan
g. Memobilisasi dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat, menentukan jadwal
pemicuan, menentukan lokasi pemicuan, menyiapkan alat dan bahan
pemicuan.
h. Peningkatan kapasitas

BAB III
STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH DAN AIR LIMBAH

A. Strategi Pengelolaan Sampah


Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup , yang pada dasarnya mendorong
upaya kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya lingkungan yang sehat,
bersih dan indah demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan sehat dalam rangka kelangsungan hidup masyarakat
yang lebih baik dan terorganisir. Maka masyarakat harus dapat menjadikan
daerah tempat tinggalnya tergolong lingkungan yang bersih dan sehat. Setiap
orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 17


b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah
Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan
oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melalui:
a. Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah;
b. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
Persoalan sampah ternyata bukan hanya persoalan yang ada pada perkotaan
atau ibukota saja namun hampir seluruh daerah perkotaan di Indonesia, tidak
lepas dari masalah sampah
Cara mengatasi sampah agar tidak menjadi sumber penyakit adalah dengan :
a. Penyimpanan sampah ialah penampungan sampah yang sifatnya sementara
sebelum sampah tersebut dibuang pada tempat yang semestinya.
b. Pengumpulan sampah ialah pengumpulan dari rumah-rumah, kantor, pasar
dan lain sebagainya yang tadinya hanya ditampung pada bak-bak sampah.
c. Pembuangan sampah, tempat buangan disini maksudnya tempat
pembuangan sampah terakhir setelah dikumpulkan dari tempat-tempat
pengumpulan.
Sampah dapat diklasifikasi antara lain:
1. Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya. Sumber-sumber sampah atau
lokasi-lokasi penghasil sampah pada umumnya berkaitan dengan tata guna
lahan, misalnya daerah pemukiman, perkantoran, pertokoan, industri,
reaktor, pertam bangan, rumah sakit, pasar, hutan, pertanian dan lain-lain.
2. Klasifikasi sampah berdasarkan tipenya. Menurut tipenya sampah dibagi
atas sampah padat, sampah cair, dan sampah debu.Sampah padat adalah
segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair.
Dapat berupa sampah rumah tangga; sampah dapur, sampah kebun, plastik,
metal, gelas, dan lainlain. Sampah cair adalah berbentuk cairan yang telah
digunakan dan tidak diperlukan lagi dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
3. Klasifikasi sampah berdasarkan sifatnya.
Strategi dalam pengelolaan sampah paling sedikit memuat:
1. Arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 18
2. Program pengurangan dan penaganan sampah
Kebijakan ditetapkan oleh pemerintah yang dibuat pada tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota dengan rencana sedikitnya memuat:
a. Pembatasan timbulan sampah
b. Pendaur ulang sampah
c. Pemanfaatan kembali sampah
d. Pemilahan sampah
e. Pengumpulan sampah
f. Pengangkutan sampah
g. Pengolahan sampah
h. Pemprosesan akhir sampah
i. Pendanaan
Dampak yang ditimbulkan meliputi aspek fisik dan non fisik, di antaranya: bau
busuk yang menyebar dimana-mana, tumbuhnya jamur dan bakteri pembusuk
dimana nantinya menjadi sarang kuman penyakit, ataupun pandangan visual
yang tidak indah. Upaya mencari alternatif pengelolaan sampah rumah tangga
yang efektif dan terjangkau bagi masyarakat. Strategi pengelolaan sampah yang
memudahkan bagi pihak-pihak terkait yaitu pembuang dan pemungut agar tidak
banyak menimbulkan penimbunan di tempat pembuangan sampah.

Keadaan tempat pembuangan sampah di masing-masing rumah tangga sangat


beragam, pengadaan tempat pembuangan sampah dilakukan secara swadaya
sehingga bentuk dan caranyapun beragam, ada yang tertutup dan ada yang
terbuka. Sebagian ada yang menggunakan plastik untuk pembungkus sampah,
dan ada pula yang langsung dibuang ditempat sampah.
Langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk pengelolaan sampah Rumah
Tangga
Dalam rangka mengelola sampah rumah tangga pemerintah Daerah setempat
telah melakukan berbagai langkah sebagai berikut:
1. Membentuk dan membina kelompok pengelola sampah di setiap kawasan
perumahan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat
pengelola daur ulang sampah dengan teknologi ramah lingkungan

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 19


2. Mendirikan Pusat informasi pengelolaan sampah di tiap-tiap kawasan
perumahan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat daur
ulang pengeleolaan sampah yang ramah lingkungan
3. Fasilitasi dana dan kerja sama dengan swasta dalam hal pemasaran
produk-produk daur ulang sampah
4. pembinaan sadar bersih lingkungan dan pengelolaan sampah untuk
meningkatkan kebersihan lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
5. Koordinasi dengan instansi terkait dan mensosialisasikan kepada
masyarakat tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih secara
partisipatif
6. Penegakan hukum yang tegas.
Dari strategi ini akan dijabarkan dalam tindakan-tindakan nyata (program dan
kegiatan) sebagai berikut :
1. Pengembangan dan perbaikan fasilitas, sarana dan prasarana pengelolaan
sampah.
2. Sinergitas dalam bidang pengelolaan sampah sebagai lingkungan binaan
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan daur ulang
sampah rumah tangga
4. Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah dan penataan
lingkungan yang bersih dan sehat.
5. Peningkatan sadar bersih lingkungan melalui pengelolaan sampah dengan
teknologi ramah lingkungan.
B. Pengelolaan Limbah.
Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:
1. Perubahan perilaku masyarakat
2. Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair
Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi
pencemaran terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu
perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha
preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah industri ke
sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang tempat
hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 20
diterapkan di lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah
hendaknya dibuang pada tempat yang telah ditentukan.
Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan
sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan
sampah dan tempat mandi-cuci-kakus (MCK).
Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:
1. Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
2. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil
dan sepeda motor
3. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak
dan sebagai tempat kakus
4. Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu
Sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air
cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak
langsung dialirkan ke selokan atau sungai. air yang boleh dialirkan keluar
(selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar.

Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai
berikut:
a. Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-
bahan padatan yang mengendap atau mengapung.
b. Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan
padatan secara biologis.
c. Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen
fosfor dan padatan tersuspensi,terlarut atau berwarna dan bau.
Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen
yang ingin dihilangkan, sebagai berikut:
1. Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida
untuk mengendapkan fosfor.
2. Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau
bau.
3. Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan
menggunakan tenaga listrik

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 21


4. Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun
mineral dari air
5. Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas,
tetapi bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak
tercemar yang siap dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap dikelola lebih
lanjut. Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng gondok dapat
dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di dalam air.
Strategi pengendalian pencemaran dengan berbagai upaya melalui berbagai
program/kegiatan antara lain:
1. Meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah untuk perbaikan
kesehatan masyarakat baik sistem setempat maupun terpusat di perkotaan
dan perdesaan;
2. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam melaksanakan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman;
3. Mengembangkan peraturan dan perundangan dalam pengelolaan air limbah
permukiman;
4. Melakukan penguatan kelembagaan serta peningkatan kapasitas SDM
pengelola air limbah permukiman;
5. Meningkatkan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana
pengolahan air limbah permukiman
Strategi dalam peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah, antara lain :
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah
sistem setempat di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal;
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah
sistem terpusat di kawasan perkotaan metropolitan dan besar.
Strategi tersebut dilaksanakan dengan rencana tindak sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan sanitasi berbasis masyarakat dengan prioritas di
kawasan padat kumuh perkotaan yang belum terlayani dengan sistem
pengelolaan air limbah terpusat;
2. Merehabilitasi atau merevitalisasi serta mengekstensifikasi sistem yang ada
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja/ IPLT);
3. Menyelenggarakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) / CLTS
(Community Lead Total Sanitation) di kawasan perdesaan;
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 22
4. Mengoptimalkan kapasitas IPAL terpasang dan peningkatan operasional
sewerage terpasang;
5. Meningkatkan kapasitas pengolahan melalui pembangunan IPAL paket;
6. Mengembangkan sistem setempat menjadi sistem terpusat secara bertahap
di kota metropolitan dan besar dengan cara mengkombinasikan dan atau
menambah dengan sistem yang telah ada secara bertahap.
Strategi tersebut dilaksanakan dengan rencana tindak oleh masyarakat sebagai
berikut:
1. Memberikan pendampingan pembentukan kelompok swadaya masyarakat
dalam pengelolaan air limbah permukiman komunal;
2. Memberikan pelatihan penyelenggaraan pembangunan prasarana dan
sarana air limbah serta pengelolaan air limbah permukiman komunal;
3. Mendorong terbentuknya unit yang mengelola prasarana dan sarana air
limbah permukiman di daerah, antara lain berupa Unit Pelaksana Teknis,
Badan Usaha Milik Daerah, Badan Layanan Umum dan Dinas;
4. Melaksanakan bantuan teknis penguatan kelembagaan pengelolaan air
limbah permukiman;
5. Melaksanakan pelatihan kepada personil pengelola dibidang
penyelenggaraan air limbah permukiman;
6. Memfasilitasi koordinasi antar lembaga dan antar daerah dalam kerjasama
penyelenggaraan pengelolaan air limbah;
7. Melaksanakan sosialisasi kepada lembaga eksekutif dan legislatif mengenai
pentingnya penyelenggaraan air limbah permukiman;
8. Menyusun dan mensosialisasikan kisah sukses (best practices) tentang
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 23


BAB IV
OPSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DAN LIMBAH

A. Pengolahan Sampah
Pengurangan sampah (Reduce), adalah upaya pengelolaan sampah dengan
cara mengurangi volume sampah itu sendiri dengan mengurangi pemakaian
barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Cara ini mengarah ke
pencegahan dan sangat mudah bila dilakukan didalam suatu kebiasaan rumah
tangga.
Contoh reduce antara lain:
 Mengambil makanan jangan berlebihan, sehingga akan mengurangi
makanan yang menjadi sampah.
 Membawa tas belanja ke pasar
 Mengurangi penggunaan kantong plastik
Penggunaan kembali (Reuse), yaitu suatu cara untuk menggunakan kembali
sampah yang ada, untuk keperluan yang sama atau fungsinya yang sama.
Tentunya proses ini harus dilakukan dengan baik, misal dengan dicuci yang
benar
Contoh cara Reuse, antara lain:
 Botol sirop digunakan kembali untuk botol sirop atau cairan lainnya
 Botol kecap jangan dibuang, tetapi gunakan kembali untuk tempat kecap
 Gunakan kardus bekas untuk tempat bahan atau barang lain.
 Manfaatkan kertas yang sudah terpakai untuk pembungkus.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 24


Mendaur ulang (Recycle), adalah pemanfaatan sampah untuk menghasilkan
produk yang sama atau produk yang lain, atau mendaur ulang barang lama
menjadi barang baru.
Untuk didaur ulang maka sampah harus dipilah agar mudah
pemanfaatannya
Contoh cara Recycle, antara lain:
 Sampah organik (yang mudah membusuk) diolah menjadi kompos.
Hasil pengukuran sampah di TPST Bantar Gebang ditemukan bahwa
komposisi sampah organik sebesar 67%, sampah an-organik 32,8% dan
2%nya bentuk lain (Penelitian TL-UI, Jakarta 2010)
 Besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll
 Plastik diolah menjadi bijih plastik
 Menjadi barang kerajinan
Opsi sarana
Komposter Rumah Tangga “TAKAKURA”
Bahan-bahan yang diperlukan:
• Keranjang plastik berventilasi (misal tempat pakaian
kotor), dengan ukuran besar atau sedang lengkap
dengan tutupnya. Selain keranjang plastik dapat pula
dipakai gentong tanah liat atau ember yang dilobangi
• Kardus bekas seukuran keranjang plastik
• Gabah/kulit beras yang dimasukan ke dalam kantung
vitrase ( 2 buah)
• Kompos jadiTutup yang dapat dibeli di tempat-tempat
Keranjan
Kain
penjualan bibit atau bunga, yang nantinya kompos jadi
g Sampah
hitam
ini dicampur Keranjan
atau diaduk dengan sampah organik yang
berpori
g
sudah dicacah (daun, sayuran, sisa buah, dll)
Sampah
Bantal
Plastik
Sekam
• Kain tipis/kain kasa warna hitam sebesar tutup
Kardus
Atas
keranjang agar tidak tembus cahaya
Sam
pah
Kom
Org
pos
anik
Jadi
Bantal
Sekam
Bawah
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 25
Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang memiliki Lahan
1. Gali tanah sedalam 50-100 cm. Lubang dibuat dengan jarak minimal 10
meter dari sumur untuk menghindari tercemarnya sumur.
2. Isi lubang dengan sampah organik yang telah
dicacah.
3. Tutup atau taburi sampah dengan tanah
secara berkala untuk mengurangi bau.
4. Jika telah penuh, tutup lubang dengan tanah.
5. Setelah tiga bulan, lubang dapat digali. Hasil
galian dapat digunakan sebagai kompos sedangkan lubangnya dapat
digunakan untuk membuat kompos kembali.
BIOPORI
Biopori adalah lubang-lubang kecil atau pori-pori di dalam tanah yang
terbentuk akibat berbagai akitifitas organisme di dalamnya, seperti cacing,
perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Jadi, kita membuat
lubang biopori yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya
sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah,
tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah
organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan.
Selain itu Biopori bermanfaat :
 meningkatkan daya resapan air
 Mengubah sampah organik menjadi kompos
 Mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan)
 Memanfaatkan fauna tanah dan atau akar tanaman dan mengatasi
masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam
berdarah dan malaria
 Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut
 Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit
 Mengurangi resiko banjir di musim hujan
 Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 26
Dimana dapat dibuat / dipasang lubang biopori resapan air ?
1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah  mengurangi
volume air yang dialirkan sehingga mencegah air meluap ke luar selokan
2. Di sekeliling pohon  menjadi sumber air untuk pohon tersebut. Bulu-bulu
akar dari pohon akan tumbuh ke arahlubang resapan biopori
3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman
Langkah-langkah pembuatan Lubang Resapan Biopori
 Membuat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter10 cm,
kedalaman 100 cm atau tidak melampaui kedalaman air tanah
 Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara 50 – 100 cm.
Pembuatan lubang dapat dibuat dengan memakai alat bantu yang
disebut bor biopori
 Memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan:
1) Paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10 cm; atau
2) Adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cmdisekeliling mulut
lubang.
 Mengisi lubang Biopori dengan sampah organik yang berasal dari
dedaunan, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur; dan
Menutup lubang resapan biopori dengan saringan kawat/lainnya.
 Setelah Lubang Resapan Biopori dibuat, secara berkala lubang harus
dirawat dan dipelihara dengan cara: Mengisi sampah organik kedalam
lubang resapan biopori; Memasukkan sampah organik secara berkala
pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada lubang
resapan biopori; dan/atau Mengambil sampah organik yang ada dalam
lubang resapan biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3
bulan telah terjadi proses pelapukan.
 BANK SAMPAH
Pengertian Bank Sampah
Konsep pengumpulan
sampah kering ( plastik,
kertas, karton, kaleng dll ) dari

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 27


rumah tangga untuk memaksimalkan partisipasi warga dalam pengelolaan
sampah lingkungan.
Tujuan Bank Sampah
Untuk mengurangi volume sampah di tingkat masyarakat dengan sistem
pengumpulan dan pemilahan sampah yang terintegrasi di masyarakat.
Mekanisme Kerja Bank Sampah
1. Pemilahan di Rumah Tangga ;
Masyarakat memilah sampah yang dihasilkan di rumah tangga menjadi 3
kategori : basah, kering dan elektronik.
 SAMPAH BASAH (ORGANIK) ; merupakan jenis sampah yang mudah
membusuk seperti sisa sayuran, sisa makanan dan barang yang dapat
diurai.
PEMANFAATAN : diolah dengan cara komposting sampah menjadi
pupuk.
 SAMPAH KERING (AN ORGANIK) ; Merupakan jenis sampah yang
tidak dapat terurai oleh alam. Sampah jenis ini dibagi menjadi : sampah
plastik, sampah kertas, sampah logam (kaleng,besi, aluminium,
tembaga/ kuningan) dan kaca. PEMANFAATAN : dapat digunakan
kembali (Reuse) menjadi bahan baku produk lain atau di daur ulang
(Recycle)
 SAMPAH ELEKTRONIK; merupakan jenis sampah yang dapat
menimbulkan reaksi kimia berbahaya bagi manusia dan alam sehingga
sampah jenis ini harus di daur ulang dengan hati-hati. PEMANFAATAN:
Harus koordinasi dengan Dinas/Badan Lingkungan Hidup setempat.
2. Penyetoran dan Pencatatan
 Warga membawa langsung sampah anorganik/ sampah kering yang
telah dipilah ke bank sampah untuk disetorkan, ditimbang dan
dicatatkan dalam buku tabungan.
 Nilai rupiah yang didapatkan disesuaikan dengan jenis sampah. Barang
ditimbang beratnya dan disesuaikan dengan nilai/harga perkilogram
(kg) sampah di pasaran. Perubahan harga barang nantinya akan
diinformasikan ke para nasabah melalui papan informasi di kantor
administrasi Bank sampah. Pada buku tabungan para nasabah akan
tertera nilai Rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan uang
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 28
tersebut dapat ditarik dalam bentuk tunai atau digunakan sesuai
kesepakatan dengan nasabah.
3. Pengolahan Daur Ulang
Sampah Kering / Anorganik
 Sampah kering / anorganik yang telah disetorkan oleh warga kemudian
dipilah dengan lebih detail berdasarkan kategori masing-masing
sampah (plastik, kertas, logam dan kaca)
 Masing-masing kategori sampah kering / anorganik tersebut kemudian
dapat dimanfaatkan atau digunakan kembali (Reuse) atau diolah
kembali (Recycle) jika bank sampah memiliki mesin pencacah plastik
atau teknologi lainnya.
 Pengangkutan sampah kering/anorganik dari bank sampah ke pelapak
besar atau ke industry daur ulang.
 Bank sampah mendapatkan keuntungan
Sampah Basah / Organik
 Sampah organik / sampah basah yang sudah dipilah di rumah tangga
dapat langsung diolah dengan cara komposting di rumah sendiri atau
di lokasi bank sampah.
 Pemanfaatan hasil kompos sampah organik selanjutnya dapat dikemas
dan dijual atau dimanfaatkan untuk penghijauan lingkungan sekitar.
 Bank sampah dan lingkungan mendapatkan keuntungan.
Jenis Tabungan
 Tabungan Reguler; Tabungan ini bisa digunakan untuk keperluan
individu nasabah seperti pembangunan sarana jamban sehat
permanen, tangki septik komunal, penyedotan lumpur tinja terjadwal
atau tidak terjadwal, atau keperluan lainnya sesuai kebutuhan nasabah.
 Tabungan Lingkungan ; Tabungan ini di tujukan untuk pembiayaan
pengelolaan lingkungan sekitar, seperti pembelian tanaman,
pengadaan tong sampah, gerobak, komposter, mesin daur ulang sesuai
dengan permintaan nasabah dan nilai tabungan.
 Tabungan Pendidikan ; Tabungan di ambil pada saat tahun ajaran baru
atau bila ada kebutuhan pada pembiayaan sekolah anak.
 Tabungan Lebaran ; Tabungan diambil pada saat menjelang lebaran
atau digunakan untuk kebutuhan lebaran.
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 29
 Tabungan Sembako ; Tabungan ini di ambil bukan berupa uang tapi
dalam bentuk sembako sesuai dengan permintaan nasabah pada
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan dan nilai tabungan.
 Tabungan Sedekah; Tabungan ini adalah bentuk kepedulian sosial
nasabah yang akan disalurkan oleh bank sampah dalam bentuk ;
bantuan beasiswa, santunan yatim piatu, pembangunan masjid, dll.
Tabungan ini tidak dapat diambil oleh nasabah, akan tetapi nasabah
mendapat laporan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Diharapkan nantinya masyarakat dalam melakukan transaksi, barang
yang masuk ke Bank sampah adalah barang yang telah bersih, selain
harga lebih bersaing kebersihan lingkungan juga akan terjaga
BIODIGESTER
Biodigester adalah suatu sistem yang mempercepat pembusukan bahan
organik. Darinya terbentuk biogas dan senyawa-senyawa lain yang
dihasilkan melalui pembusukan anaerob. Biogas tersebut dapat digunakan
untuk bahan bakar memasak, memanaskan, pembangkit listrik, juga
menjalankan mesin. Dengan kebermanfaatan tersebut, biodigester kini
menjadi salah satu alternatif terbaik untuk memanfaatkan dan mengurangi
jumlah sampah. Sebuah solusi yang tidak hanya mengurangi sampah tapi
juga menghasilkan green energy yang bisa digunakan oleh masyarakat.
(Bandung Techno Park, 2016)

KOMPONEN BIODIGESTER
Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis
biodigester yang digunakan. Tetapi, secara umum biodigester terdiri dari
komponen-komponen utama sebagai berikut:
 Saluran masuk Slurry (kotoran segar) - Saluran ini digunakan untuk
memasukkan slurry (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor
Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 30
utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi
biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya
endapan pada saluran masuk.
 Saluran keluar residu – Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan
kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja
berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang
keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah
waktu retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena
mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
 Katup pengaman tekanan (control valve) – Katup pengaman ini
digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup
pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam
saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui
pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.
 Sistem pengaduk – Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat biodigester, atau sirkulasi
ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa.
Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan
meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi substrat yang
seragam.
 Saluran gas – Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer
untuk menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada
ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat.
 Tangki penyimpan gas – Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas,
yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah
dengan reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat
khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki
seragam, serta dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 31


Berkah Tani Unggul, 2016,
Membangun Digester Biogas
Skala Rumah Tangga di POKTAN
BTU dalam upaya menuju
Dusun
Mandiri
Energi.

B. PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Cara Pembuatan resapan menggunakan
anyaman bambu adalah sebagai berikut:
 Gali lubang resapan berbentuk silinder
dengan kedalaman 2-3 meter dan
diameter 1,5 m.
 Isi lubang resapan tersebut dengan
batu koral setebal 25 cm dari dasar
lubang resapan.
 Masukkan anyaman bambu (selongsongan)
yang sudah dibuat sebelumnya sehingga mengelilingi lubang. Jarak antara
dinding galian dengan selongsong bambu setebal 20 cm.
 Isi dinding antara bambu dan tanah dengan koral setinggi lubang pipa saluran
 Pasang pipa saluran pada lubang galian parit yang sudah dibuat. Alasi pipa
dengan pasir minimal 5 cm
 Lanjutkan pengisian dinding dengan koral sampai permukaan batas bambu
 Pasang tutup lubang peresapan dengan kayu dan atasnya diberi ijuk dan
timbun dengan tanah. Paling atas lapisi dengan aspal atau semen beton.
Selain dengan anyaman bambu, resapan Limbah cair dapat juga menggunakan
drum yang ditanam di dalam tanah, caranya sebagai berikut:
• Pilih drum dengan tinggi sekitar 1,10 cm dan dilubangi dindingnya dengan
garis tengah lubang sekitar 1 cm. Jarak antara lubang di dinding 10 cm.
Melubangi dinding drum dapat juga dengan kapak.
• Gali lubang peresapan dengan ukuran tertentu sehingga drum tersebut dapat
masuk. Lubang resapan dapat juga dalam bentuk segi empat
• Isi dasar lubang resapan dengan batu coral setebal 25 cm dari dasarnya.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 32


• Pasang pipa saluran air limbah pada lubang galian parit, dan berilah alas
pada pipa tadi dengan pasir setebal minimal 5 cm
• Masukkan drum ke dalam galian tadi dengan posisi ditengah-tengah lubang.
Isi dengan koral pada sela-sela drum dengan dinding galian sampai pada
permukaan drum paling atas.
• Tutuplah drum dengan penutup yang tersedia, bisa dari tutup drum ataupun
dengan kayu, dan beri ijuk di atasnya
• Timbun dengan tanah galian pada tutup lubang peresapan dan saluran pipa
air limbah, sampai rata dengan permukaan tanah
• Tutup sumur resapan dengan beton supaya tahan lama dan tidak mudah
ambles.
Cara yang lebih efektif dan efisien adalah dengan Sistem Pengolahan Air Limbah
(SPAL), yakni salah satu sistem pengolahan limbah sederhana yang dapat
dipakai dalam menangani limbah yang non jamban. Pada SPAL, dibutuhkan dua
buah bak, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Pada bak pengumpul, di beri
ruang yang berguna
sebagai
penangkap
sampah, pasir
dan minyak.
Pada ruangan
tersebut, disekat
dengan
menggunakan
kasa setebal satu
centimeter. Kasa
tersebut bertugas
menyaring air limbah yang masuk, sehingga hanya air limbah saja yang masuk ke
dalam tangki resapan. Pada tangki resapan, terdapat arang dan batu koral yang
bertugas menyaring zat pencemar. Cara kerja dari SPAL adalah:
 Air yang kotor akan masuk pada bak pengumpul.
 Minyak, pasir dan sampah akan tertinggal di dalam sampah dan terperangkap
di dasar bak pengumpul dan mengendap.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 33


 Air yang bebas dari minyak, sampah, dan pasir akan turun ke dalam tangki
resapan.
 Di dalam tangki resapan, air akan tersaring oleh batu koral dan arang.
 Air yang keluar akan menjadi air yang lebih bersih.
Bagaimana Pemeliharaannya?
 Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat perlu dibersihkan
dari sampah, lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah atau retak.
 Menggunakan air limbah yang sudah diolah untuk menyiram tanaman dapat
meningkatkan manfaat air limbah.
 Mengusir tikus dari tempat pembuangan air limbah dapat menghindari penyakit
yang disebarkan oleh tikus seperti pes dan

leptospirosis.

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 34


BAB IV
EVALUASI

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Indikator pilar 4 STBM
a. Lingkungan rumah bersih (tidak terlihat sampah berserakan dilingkungan
sekitar rumah)
b. Ada tempat sampah yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan
c. Ada perlakuan yang aman seperti: ditimbun, dikomposting, buang ke TPS
(tidak dibakar, tidak dibuang ke sungai/kebun/saluran drainase/tempat
terbuka)
d. Telah melakukan pemilahan sampah
2. Indikator Pilar 5 STBM
a. Tidak terlihat genangan air di sekitar rumah karena limbah domestik
b. Tersedia saluran pembuangan limbah cair yang kedap dan tertutup
c. Terhubung dengan sistem pengolahan air limbah cair atau sumur resapan
B. METODE EVALUASI
KRITERIA PENILAIAN
1. Pilar 4 STBM
a. Amati disekitar rumah dan lingkungannya apakah ada sampah berserakan,
botol dan kaleng bekas
b. Amati apakah ada tempat sampah yang kuat, tertutup, dan kedap di sekitaran
rumah.
2. Pilar 5 STBM
a. Tanyakan dan atau amati apakah ada genangan air di sekitar rumah
b. Tanyakan dan amati memastikan apakah ada saluran Air Limbah rumah
tangga yang kedap dan tertutup

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 35


PEMBINAAN
1. PILAR 4
a. Lingkungan rumah bersih (tidak terlihat sampah berserakandi lingkungan
sekitar rumah)
b. Ada tempat sampah yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan
c. Ada perlakuan yang aman (tidak dibakar, tidak dibuang ke
sungai/kebun/saluran drainase/tempat terbuka)
d. Telah melakukan pemilahan sampah
2.PILAR 5
a. Lingkungan rumah tidak terdapat genangan limbah rumah tangga
b. Tersedia saluran limbah yang kedap dan tertutup
c. Terhubung dengan sistem pengolahan limbah dan atau resapan
d. Lingkungan rumah tidak ada timbunan kaleng/botol bekas terbuka dsb yang
dapat jadi perindukan nyamuk
C. Mekanisme pelaporan ( perubahan dr masy mll tim STBM desa (al. kader) kemudian
dituangkan dlm peta dan buku kader  melaporkan ke desa (smart desa/lurah) 
sanitarian cros cek ke lapangan  STBM smart
D. Instrumen pelaporan
 VERIFIKASI
Prinsip dalam pelaksanaan verifikasi antara lain :
a. Transparan, masyarakat mengetahui tentang kondisi senitasi di komunitasnya
b. Independen, elibatkan unsur dari luar komunitas yang diverifikasi
c. Obyektif, hasil verifikasi mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di
masyarakat
d. Kesetaraan gender, memperhatikan keterlibatan dan keseimbangan antara laki-
laki dan perempuan.
Tahapan verifikasi
a. Persiapan
Tujuan adalah :
 Menyamakan persepsi antar tim verifikasi terkait dengan strategi
pelaksanaan verifikasi dan alur verifikasi
 Menigkatkan keterampilan dalam menggunakan form-form verifikasi
 Menyiapkan berbagai kebutuhan verifikasi
 Berbagi peran dan tugas dalam melakukan verifikasi berdasarkan wilayah
administrasi yang akan diverifikasi
b. Pengumpulan data dan informasi
Dilaksanakan berdasarkan peta sanitasi dari hasil pemicuan untuk melihat
kondisi perubahan prilaku sanitasi masyarakat.
c. Rekapitulasi data
Semua data yang diperoleh tim verifikasi direkap dengan mengggunakan form
yang ada dan dilakukan review untuk mengevaluasi kegiatan verifikasi
d. Pleno hasil verifikasi

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 36


Pleno dilaksanakan melalui proses analisa bersama antara masyarakat,tokoh
masyarakat, Tim STBM dan pemegang kebijakan. Kegiatan pleno ini akan
menghasilkan berita acara hasil verifikasi

Tingkatan Anggota tim verifikasi Alat verifikasi


Dusun/RW  Sanitarian puskesmas  Data primer
 PKK desa/kelurahan  Peta sosial
 Aparat desa/kelurahan  Format verifikasi dan rekap
 Tim dari dusun lain dalam
1 desa
Desa/kelurahan  Sanitarian puskesmas  Data primer
 Promkes puskesmas  Peta sosial
 UPTD kecamatan  Data web STBM
 PKK kecamatan  Format verifikasi dan rekap
 Tim dari desa /kelurahan
lain dalam 1 kecamatan
Kecamatan  Dinas Kesehatan Data primer
 Data web STBM
Kabupaten/kota
 Format verifikasi dan rekap
 Pokja sanitasi/AMPL
 PKK Kabupaten
 Organisasi yang bergerak
dibidang kesehatan (forum
Kabupaten Kota Sehat,
jika ada)
 Tim dari kecamatan lain
Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan propinsi Data primer
 Tim STBM Propinsi  Data web STBM
 Pokja  Format verifikasi dan rekap
Sanitasi/AMPL
propinsi
 Perwakilan kabupaten lain
 Dinas di propinsi yang
terkait dengan sarana air
minum dan sanitasi
Propinsi  Kementerian kesehatan  Data primer
 Kementerian lain yang  Data web STBM
 Format verifikasi dan rekap
terkait dengan sarana air
minum dan sanitasi
 Pokja Sanitasi/AMPL
nasional
 Perwakilan Propinsi Lain

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 37


Gb. Tabel metode verifikasi (p.19 panduan verifikasi)

METODE KETERNGAN
DUSUN/RW Sensus Dilaksanakan pada semua KK yang ada di
Dusun/RW. Tim verifikasi harus mengunjungi SEMUA
RUMAH yang berada di dusun yang diverifikasi
DESA/ Startified
KELURAHAN random
sampling
KECAMATAN Startified
random
sampling
KABUPATEN/ Evaluasi
KOTA hasil
verifikasi

Formulir Monitoring
PILAR 4
RUMAH TANGGA
NO Indikator (KK)
1 2 3 4 5 6
1. Tidak ada sampah berserakan di lingkungan
sekitar rumah
2. Ada tempat sampah yang kuat, tertutup, dan
kedap air di rumah
3. Ada perlakuan yang aman (tidak dibakar,
tidak dibuang le sungai/kebun/saluran
drainase/tempat terbuka)
KATEGORI

Keterangan :
Rumah tangga melakukan Pilar 4 :
1) PSRT : Jika no 1 dan 2 dijawab YA
2) Tidak PSRT : Jika salah satu atau dua-duanya dijawab TIDAK
PILAR 5
RUMAH TANGGA
NO Indikator (KK)
1 2 3 4 5 6

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 38


1. Tidak terlihat genangan air di sekitar rumah
karena limbah domestik
2. Ada saluran pembuangan Air Limbah
rumah tangga (non kakus) yang kedap dan
tertutup.
KATEGORI
Keterangan :
Rumah tangga melakukan Pilar 5 :
1) PLCRT : Jika no 1 dan 2 dijawab YA
2) Tidak PLCRT : Jika salah satu atau dua-duanya dijawab TIDAK

 PELAPORAN (MELALUI E-MONEV MELIPUTI: KEGIATAN, SDM,


PELATIHAN, PEMBIAYAAN DLL) stbm.kemkes.go.id

Draft Petunjuk Teknis Pilar 4 dan 5 STBM Page 39

Anda mungkin juga menyukai