Disusun oleh:
1. Bella Sicilia Wolf (201711010)
2. Cecilia Santa Dea Maharani (201711012)
3. Fina Inka Cristi (201711020)
4. Fransiska Shinta Wulan Adhi (201711022)
5. Livia Marcel Bernadette (201711026)
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II HASIL STUDY LITERATURE............................................................... 3
A. Definisi Usaha Kesehatan Sekolah......................................................... 3
B. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah........................................................... 4
C. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah.......................................................... 5
D. Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Sekolah ............................................ 6
E. Masalah Kesehatan Anak Sekolah.......................................................... 7
F. Sekolah sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan.................................. 8
G. Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah...................................................... 9
H. Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah............................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Golongan masyarakat usia sekolah (6-8 tahun) merupakan bagian yang
besar dari penduduk Indonesia (+29%), diperkirakan 50% dari jumlah tersebut
adalah anak-anak sekolah (Dermawan, 2012). Anak-anak sekolah merupakan
tahap dari proses pertumbuhan dan perkembangan. Banyak risiko yang dapat
terjadi pada anak-anak sekolah salah satunya adalah masalah kesehatan.
Masyarakat sekolah yang terdiri atas murid, guru serta orang tua murid
merupakan masyarakat yang paling peka (sensitive) terhadap pengaruh
modernisasi dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Anak-anak masih dalam
taraf pertumbuhan dan perkembangan sehingga masih mudah dibina dan
dibimbing. Maka dari itu penting diadakannya pendidikan kesehatan dalam
sekolah. Pendidikan kesehatan melalui masyarakat sekolah ternyata paling
efektif diantara usaha-usaha yang ada untuk mencapai kebiasaan hidup sehat
dari masyarakat pada umumnya, karena masyarakat sekolah prosentasenya
tinggi, terorganisir sehingga lebih mudah dicapai, peka terhadap pendidikan
dan pembaharuan dan dapat menyebarkan modernsasi (Dermawan, 2012).
Sehingga sangat diperlukan adanya pemberdayaan kesehatan sedini mungkin
melalui salah satu program puskesmas yang dapat diimplentasikan dalam
lingkungan sekolah, yaitu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis ingin
mendalami lebih lanjut mengenai Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan
merumuskan suatu rumusan masalah yaitu apa program pokok pokok UKS dan
peran perawat sekolah?
1
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan,
penulis merangkum tujuan yaitu:
1. Mahasiswa mengerti dan memahami definisi, tujuan, sasaran dan
ruang lingkup UKS.
2. Mahasiswa mengerti dan memahami program pokok UKS.
3. Mahasiswa mengerti dan memahami peran dan fungsi perawat
sekolah.
2
BAB II
HASIL STUDY LITERATURE
3
usaha kesehatan sekolah merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin.
4
C. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah
Mubarak dan Chayati (2011) menyebutkan bahwa Sasaran pelayanan
UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Sekolah Taman Kanak-Kanak
2. Pendidikan Dasar
3. Pendidikan Menengah
4. Pendidikan agama
5. Pendidikan kejuruan
6. Pendidikan khusus (Sekolah luar Biasa)
Sedangkan Dermawan (2012) menyebutkan secara lebih terinci sasaran
UKS menjadi dua yaitu sasaran UKS dan sasaran pembinaan sebagai berikut:
1. Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah anak-anak usia sekolah dan tingkat dasar sampai
tingkat menengah. Untuk sekolah dasar, diproritaskan pada kelas I, III,
VI. Alasannya adalah:
a. Kelas I: Merupakan fase peneysuaian dalam lingkungan sekolah
yang abru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan
kontak dengan berbagai penyakit lebih besar karena ketidaktahuan
dan ketidak mengertian tentang kesehatan.
b. Kelas III: untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu
dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan
dalam program pembinaan UKS
c. Kelas VI: dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke
jenjang Pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan
pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup
2. Sasaran Pembinaan
a. Peserta didik
b. Pembina UKS
1) Pembina teknis (guru dan petugas kesehatan)
2) Pembina Non Teknis (pengelola Pendidikan dan karyawan
sekolah)
5
c. Sarana dan prasarana Pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan
d. Lingkungan: Sekolah, keluarga dan masyarakat
6
3. Pembinaan lingkungan, sekolah yang sehat merupakan gabungan
antara upaya pendidikan serta upaya kesehatan untuk dapat diterapkan
dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.
7
ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (Ramadhan, Muhammad
Labib, 2016 dalam Nies dan McEwen, 2019)
4. Tato dan Tindik Tubuh
Tato dan tindik adalah bentuk ekspresi diri dan perilaku mencari
perhatian. Hepatitis C dan resisten Methicilli Staphylococcus aureus
telah dikaitkan dengan tato dan tindik. Fakta ini memberi kesempatan
perawat sekolah untuk mengajar siswa pentingnya membuat keputusan
yang sehat pada apakah prosedur telah dilakukan dengan kondisi yang
seperti apa.
5. Kerusakan Gigi
Salah stau keluhan yang paling umum dari anak usia sekolah adalah
karies gigi. Setengah dari anak berusia 12-15 tahun mengalami karies
gigi. Cara menyikat gigi yang tepat harus diajarkan bersama dengan
kebiasaan gizi teratur. Anak sekolah diajarkan hubungan antara makan
tinggi gula dan karies gigi.
6. Gangguan Makan
Sangat penting bahwa perawat mengenali hubungan antara perasaan
tidak mampu secara finansial dan praktik makan yang tidak sehat pada
remaja. Oleh karena itu, pendidikan dan konseling harus dimulai di
sekolah dasar.
8
4. Kesehatan turut menentukan prestasi yang dicapai anak didik.
5. Sekolah merupakan institusi bersifat formal, sehingga mudah
diorganisasikan di bidang kesehatan .
6. Promosi kesehatan melalui anak sekolah lebih efektif dan efisien
terkait penanaman perilaku hidup sehat.
9
6. Kepala Sekolah
a. Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk SK, Surat edaran, dan
instruksi tentang pengembangan promosi kesehatan di sekolah
b. Mengalokasikan dana / anggaran
c. Mengkoordinasikan kegiatan
d. Memantau kemajuan pencapaian sekolah sehat
7. Guru
a. Mengadvokasi yayasan / orang tua peserta didik / kepala sekolah
untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana untuk promosi
kesehatan di sekolah
b. Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah
c. Melaksanakan pembinaan PHBS
d. Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di
sekolah
e. Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat
8. Orang Tua Murid
a. Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
b. Memberi dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah
10
Kegiatan yang dilakukan berupa intrakulikuler dan ekstrakulikuler.
Pada kegiatan intrakulikuler dimaksudkan bahwa promosi kesehatan
adalah bagian daripada kurikulum sekolah. Hal ini dapat diterapkan
pada program pembelajaran yang berdiri sendiri dalam ilmu kesehatan
atau pada mata kuliah olahraga, ilmu pengetahuan alam, atau lainnya.
Sedangkan kegiatan ekstrakulikuler dimaksudkan bahwa promosi
kesehatan bertujuan untuk menanamkan pola perilaku hidup sehat bagi
siswa siswi. Adapun bentuk kegiatan yang nyata yang dapat
dilakukanm oleh petugas kesehatan adlaah memberikan penyuluhan
berkaitan dengan higiene personal (mulai gigi dan mulut, kulit, kuku,
mata, telinga, hidung, rambut, dan lainnya); loomba posteer sehat serta
lomba kebersihan kelas; dan sebagainya (Mubarak dan Chayati, 2011).
a. Tujuan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan bertujuan agar peserta didik antara lain
mampu untuk :
1) Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara
hidup sehat dan teratur
2) Memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat
3) Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan
kesehatan
4) Memiliki kebiasaan dalam hidup sehai-hari yang sesuai syarat
kesehatan
5) Memiliki kemampuan untuk berpikir tentang perilaku hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari
6) Memiliki pertumbuhan, termasuk bertambah-nya tinggi berat
badan seimbang
7) Mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit
terkait kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari
8) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar
11
9) Memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan
optimal, serta memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap
penyakit
b. Faktor Penentu Pendidikan Kesehatan
Agar tujuan pendidikan kesehatan dapat tercapai optimal,
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut dalam
pelaksanaanya
1) Sesuai tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta
didik
2) Diupayakan sebanyak-banyaknya dengan melibatkan peran
aktif peserta didik
3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan, termasuk
upaya alih teknologi
5) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional
6) Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
c. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan penddidikan kesehatan dapat diberikan melalui
kegiatan kurikuler, yakni pada jam pelajaran sesuai dengan garis-
garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu
pengetahuan sosial, serta kegiatan ekstrakurikuler, yakni pada jam
di luar pelajaran.
Pelaksanaan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
penanaman nilai, dan sikap posistif terhdapa prinsip hidup sehat
dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan
kesehatan.
12
d. Pendekatan pendidikan kesehatan
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka
melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain sebagai berikut
1) Pendekatan individual
2) Pendekatan kelompok, yang terbagi lagi menjadi pendekatan :
a) Kelompok kelas
b) Kelompok bebas
c) Lingkungan keluarga
e. Metode pendidikan kesehatan
Metode yang dapat digunakan oleh guru atau pembina
dalam pelaksanaan endidikan kesehatan anatara lain belajar
kelompok, kerja kelompok (penugasan), diskusi, belajar
perorangan, pemberian tugas, pemeriksaan langsung, karya wisata,
bermain peran, ceramah, demontrasi, tanya jawab, simulasi,
konseling, dan dramatisasi.
2. Pelayanan kesehatan (School Health Service)
Pelayanan kesehatan disekolah merupakan upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu
terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada
umumnya, dibawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan
teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
Mubarak dan Chayati (2011) menambahkan bahwa pelayanan
kesehatan ini dimaksudkan untuk pemeliharaan; mengetahui gejala
dini dari suatu penyakit; serta untuk meningkatkan status kesehatan,
baik siswa, petugas sekolah, maupun guru. Kegiatan nyuata yang
dilakukan misalnya pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan
perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, pengobatanb
sederhana, pertolongan pertama pada kasus darurat, termasuk rujukan
jika ditemukan penyakit yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.
13
a. Tujuan pelayanan kesehatan
1) Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dan seluruh
warga masyarakat sekolah secara optimal.
2) Tujuan khusus
a) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka
membentuk perilaku hidup sehat
b) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik
terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit,
kelainan, dan cacat
c) Mengehentikan proses penyakit dan pencegahan
komplikasi kaibat penyakit atau kelaianan,
pengambilan fungsi, dan peningkatan kemampuan
peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat
berfungsi optimal
d) Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik,
mental, sosial, maupun lingkungan
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan melalui
serangkaian kegiatan peningkatan status kesehatan (promotif),
tindakan pencegahan (preventif), serta penyembuhan dan
pemulihan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif). Pelaksanaan
pelayanan kesehatan dilakukan secara terpadu, baik melalui
kegiatan pokok dari puskesmas maupun bersama dengan para
tenaga pendidikan, peserta didik, dan orang tua mereka
14
c. Tempat pelaksanaan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di tempat-tempat
sebagai berikut.
1) Di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler
2) Di puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan (misalnya
dokter praktik ) yang ada di sekitar sekolah sesuai
kebutuhan
3. Pembinaan dan lingkungan sekolah sehat
Pemeliharaan lingkungan di sekolah bertujuan agar lingkungan
kehidupan sekolah dapat terjamin pemeliharaannya, yang diawali
dengan lingkungan kehidupan sekolah yang bersih dan sehat. Sehingga
tidak mudah terkena wabah penyakit (Mubarak dan Chayati, 2011).
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup empat
pembinaan sebagai berikut:
a. Pembinaan lingkungan sehat
a. Lingkungan fisik sekolah, meliputi:
a) Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan
air bersih
b) Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan
sampah
c) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
d) Pemeliharaan kamar mand , WC, kakus, dan urinoar
e) Pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, dan tempat ibadah
f) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan
kebun sekolah
g) Pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin
sekolah
h) Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah
b. Lingkungan mental dan sikap
Pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat
dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai
15
lingkungan pendidikan dengan meningkatkan pelaksanaan
konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasanan dan
hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama
warga sekolah
b. Pembinaan lingkungan keluarga
a. Tujuan pembinaan lingkungan keluarga
a) Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
b) Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua
peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat
b. Pelaksanaan pembinaan lingkungan keluarga
a) Melalui kunjungan rumah yang dilakukan pelaksana
UKS
b) Melalui ceramah kesehatan yang dapat
diselenggarakan di sekolah, bekerja sama dengan
dewan sekolah atau dipadukan dengan kegiatan
masyarakat lewatkoordinasi LKMD
c. Pembinaan masyarakat sekitar
Pembinaan masyarakat sekitar dapat dilakukan melalui tata
cara sebagai berikut
1) Melalui pendekatan kemasyarakatan yang dapat dilakukan
oleh kepala sekolah, guru, maupun pembina UKS. Sebagai
contoh, membina hubungan baik atau kerja sama dengan
masyarakat, dewan kelurahan, ketu RT/RW, dan
organisasi kemasyarakatan yang lainnya
2) Melalui penyelenggaraan penyuluhan tentang kesehatan
dan arti penting pembinaan lingkungan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang sehat
3) Melalui penyuluhan massa, baik secara tatap muka
maupun melalui media cetak dan audio visual
4) Melalui penyelenggaraan proyek panduan di sekolah
16
d. Pembinaan unsur penunjang
Pembinaan unsur penunjang meliputi pembinaan
ketenagaan serta pembahasan sarana dan prasarana yang
mendukung usaha kesehatan di sekolah.
Nies dan McEwen (2019) menambahkan tiga unsur pencegahan dalam
pelaksanaan program UKS yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan primer
a. Pendidikan Seks
Risiko penularan HIV lebih tinggi jika hidup bersama penderita
PMS, sehingga menjadi sangat oenting memberikan informasi
yang sesuai kepada anak-anak dan remaja terkait isu seksualitas
sesuai usia termasuk pencegahan kehamilan dan penyakit menular
seks.
b. Pendidikan Jasmani
Anak-anak saat ini kurang aktivitas fisik yang merupakan akibat
dari penggunaan komputer, televisi, dan mengurangi kebutuhan
pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani berfokus pada kegiatan
yang dapat dilanjutkan di masa mendatang seperti jalan kaki,
berenang, bersepeda, dan jogging.
c. Imunisasi
Merupakan komponen vital dari perawatan kesehatan rutinv,
memberikan perlindungan jangka panjang pada banyak penyakit.
Banyak penyakit penular berkurang lebih dari 99% sebagai hasil
dari imunisasi.
d. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan cedera harus diajarkan sejak dini. Misalnya,
keamanan bersepeda, memakai helm dan penggunaan ransel yang
tepat menjadi fokus pada awal sekolah. Keaman di sekolah dan
taman bermai penting bgai kelompok usia dini. Keamanan
berkendara harus dimasukkan dalam program bagi remaja yang
mulai mengemudi.
e. Program Pendidikan Gizi
17
Pendidikan gizi harus menyertakan orang tua, guru, anak, dan
pedagang kantin sekolah. Anak-anak perlu mengetahui dan
memahami piramida makanan, bagai mana memilih makanan
yang sehat, dan pentingnya menyeimbangkan aktifitas fisik
2. Pencegahan sekunder
a. Pemeriksaan Kesehatan
Anak-anak dan remaja perlu diperiksa lebih sering atas dasar
riwayat keluarga, keterlambatan perkembangan, infeksi telinga
berulang atau paparan suara keras. Grafik pengelihatan snellen
standard adalah alat skrining biasa. Skrining posisi tubuh atau
skoliosis harus dilakukan.pemeriksaan tekanan darah tinggi
selama masa kanak-kanak juga penting.
3. Pencegahan tersier
a. Perawatan Darurat
Sekolah adalah tempat umum dari cedera, mulai dari goresan
ringan, memar, patah tulang, kejang, cedera kepala, dan serangan
asma. Cedera dapat terjadi di gedung sekolah, ruang kelas, atau
selama aktivitas seperti olahraga. Keadaan darurat dapat meliputi
kegiatan alam seperti angin topan, gempa bumi, atau buatan
manusia seperti kebakaran, tumpuhan material. Perawat sekolah
harus memiliki pengetahuan tentang standar pertolongan pertama
dan sertifikat kemampuan resusitasi jantung.
b. Pemberian Obat
Administrasi pengobatan di sekolah adalah suatu usaha yang
serius.kebijakan pemberian obat harus ada yang mencerminkan
hukum lokal dan negara yang membahas produk ini. Permintaan
untunk pemberian obat ini memberikan perawta kesempatan
mengajar kesehatan yang baik.
18
b. Peran dan Fungsi Perawat Sekolah
Tujuan perawat kesehatan di sekolah adalah untuk secara aktif
mengidentifikasi faktor-faktor yang ada pada siswa sebagai upaya
pencegahan bagi peserta didik agar selalu siap belajar (Mubarak dan Chayati,
2011). Menurut Briefly dalam Mubarak dan Chayati (2011), fungsi perawat
sekolah ada tiga , yaitu memberi pelayan dan meningkatkan kesehatan
individu dan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua kepada semua
populasi yang ada di sekolah, memberi kontribusi untuk mempertahankan dan
memperbaiki lingkungan fisik dan sosial sekolah, serta menghubungkan
program kesehatan sekolah dengan program kesehatan masyarakat yang lain.
Menurut Mubarak dan Chayati (2011), karakteristik perawat sekolah
antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai aplikasi pengetahuan keperawatan yang ditujukan pada siklus
kehidupan manusia umumnya serta pada anak dan remaja khususnya.
2. Mengutamakan pada health promotion, health maintenance, dan
disease prevention.
3. Merupakan praktik keperawatan nonklinis, yaitu sekolah, rumah, dan
komunitas.
4. Praktik mandiri dan merupakan pelayanan kesehatan propesional di
sekolah.
5. Penerimaan pelayanannya adlah individu, orang tua, kelompok, dan
yang ada di sekitarnya.
6. Berpraktik sepanjang waktu dan episodik tanpa batasan jam sekolah.
7. Selama praktik selalu profesional, menggunakan prinsip manajemen,
berkolaborasi dengan disiplin ilmu lain, dan berkolaborasi dengan
tempat pelayanan kesehatan.
Berikut peran dan fungsi yang dimiliki oleh seorang perawat sekolah
menurut Ratnawati (2017) yaitu:
1. Peran perawat sekolah
Dalam usaha kesehatan sekolah, perawat sekolah memiliki peranan
anatara lain sebagai berikut:
19
a. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan sekolah, peran perawat
meliputi:
1) Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik
dengan melakukan pengumpulan data, analisis data, serta
perumusan dan prioritas masalah
2) Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina
usaha kesehatan sekolah (TPUKS)
3) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai rencana kegiatan yang
disusun
4) Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS
5) Mencatat dan melaporkan sesuai prosedur yang di tetapkan
b. Sebagai pengelola kegiatan UKS
Perawat yang ditunjuk oleh pihak puskesmas bertanggung jawab
sebagai koordinator dalam mengelola kegiatan UKS
c. Sebagai penyluhan dalam bidang kesehatan
Perawat bertugas memberikan penyuluhan kepada peserta didik
yang bersifat umum dan klasika atau secara tidak langsung saat
melaksanakan pemeriksaan fisik peserta didik secara perorangan.
Dermawan (2012) menyebutkan bahwa peran perawat sekolah terbagi
menjadi empat yaitu manajer, konsultasn, pendidik dan pelaksana.
Sedangakan Nies dan McEwen (2019) menyebutkan ada sepuluh peran
perawat komunitas dalam pelaksanaan program UKS yaitu sebagai
berikut:
a. Pendidikan kesehatan
Berdasarkan peraturan bersama antara mentri pendidikan dan
kebudayaan RI, menteri kesehatan RI, menteri agama RI, dan
menteri dalam negri RI (2014) tentang pembinaan dan
pembangunan UKS bahwa fokus pendidikan kesehatan di sekolah
yaitu perilaku bersih dan sehat.
b. Pelayanan kesehatan
Perawatan kesehatan yang diberikan di sekolah termasuk layanan
pencegahan seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan.
20
c. Perawatan anak sakit
Perawat bertangguang jawab memantau kesehatan semua siswa.
Untuk siswa dengan penyakit akut atau kronis, pemberian obat
atau perawatan mungkin diperlukan.
d. Anak-anak dengan kebutuhan khusus
Anak dengan kebutuhan khusus seperti tuna rungu, gangguan
mental, lumpuh, ataupin gangguan kesehatan lainnya
membutuhkan pelayanan keperawatan dari berbagai jenis untuk
meningkatkan kemampuan mereka disekolah.
e. Delegasi tugas
Tidak semua sekolah memiliki perawat yang selalu ada tersedia di
tempat. Butuh pendelegasian tugas tertentu kepada petugas selain
perawat. Ketika tugas didelegasikan, perawat harus memberikan
pendidikan yang tepat, prosedur tertulis, dan pengawasan
berkelanjutan dan evaluasi dari pelaksanaan.
f. Konseling, psikologis, dan pelayanan sosial
Anak-anak, seperti orang dewasa, sering menyembunyikan
masalah dari diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka mungkin
melihat masalah sebagai tanda kelemahan atau sebagai kurangnya
kontrol. Promosi kesehatan mental dan pengurangan atau
pengahpusna ancaman terhadap kesehatan mental adalah penting
untuk anak dan remaja. Penting bagi perawat mengenal tanda-
tanda yang berhubungan dengan bunuh diri, untuk merujuk
remaja ke petugas kesehatan mental yang tepat dan profesional.
g. Lingkungan sekolah yang sehat
Lingkungan sekolah yang sehat adalah salah satu dimana
minimalnya gangguan yang bebas dari bahaya fisik, serta resiko
kesehatan mental.
h. Kekerasan
Perawat dan anggota sekolah harus menyadari faktor dan tanda
yang menunjukkan kecenderungan kekerasan. Anak-anak yang
21
menunjukkan perilaku agresif lebih cenderung menunjukkn
perilaku anti sosial dan kekerasan sebagai remaja.
i. Promosi kesehatan untuk staf sekolah
Staf yang berpartisipasi dalam program promosi kesehatan
meningkatkan pengetahuan dan positif mengubah sikap dan
perilaku kesehatan mereka. Program promosi kesehatan
meningkatkan semangat, mengurangi stres kerja dan
ketidakhadiran, meningkatkan minat dalam mengajar topik yang
berhubungan dengan kesehatan kepada siswa.
j. Keluarga dan keterlibatan masyarakat
Perawat sekolah adalah sumber daya di masyarakat dan dapat
mengambil peran kepemimpinan dalam mengembangkan
program-program yang positif dalam mempengaruhi masyarakat
seperti program untuk berhenti merokok.
c. Fungsi perawat sekolah
Fungsi perawat sekolah dalam asuhan keperawatan di sekolah antara
lain sebagai berikut:
1) Memerikan pelayanan dan meningkatkan kesehatan individu serta
memberikan pendidikan kesehatan
2) Memberikan kontribusi dalam mempertahankan san memperbaiki
ingkungan fisik maupun sosial
3) Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.
Dermawan (2012) menambahkan beberapa fungsi dari perawat
sekolah yaitu sebagai berikut:
1) Mengajukan atau membuat kebijakan menjamin pelaksanaan
program kesehatan secara terintergrasi dan komprehensif
2) Penanganan kasus/manajemen kasus untuk membantu keluarga
dalam memenuhi, terutama yang terkait dengan anak didiknya
3) Manajemen program, sehingga system dan aktivitas kesehatan
sekolah dapat berjalan dan berkembang sebagai bagian intergral
dari system kesehatan masyarakat
22
4) Bertanggung jawab terhadap upaya proteksi dan promosi
kesehatan.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN SOLUSI
Pada bab ini akan diuraikan contoh kasus yang pada umumnya sering
terjadi pada lingkungan sekolah dan melibatkan penggunaan UKS. Ada beberapa
kasus yang diuraikan dan disertakan dengan solusi yang pada umumnya dilakukan
oleh petugas UKS. Contoh kasus dan solusi yang dipaparkan pada bab ini
selanjutnya akan dijelaskan kembali pada bab 4 berkaitan dengan pembahasan
sesuai teori pada bab 2.
Tabel 3.1 Contoh kasus di sekolah yang berhubungan dengan UKS
Sumber: Anonim (2016)
No Kasus / Kejadian Pertologan / Solusi di UKS Tindak Lanjut
1 Siswa pusing a. Di beri minuman hangat Kembali mengikuti
diakibatkan b. Istirahat di UKS pelajaran
kelelahan
2 Siswa pusing a. Istirahat di UKS Diberi minum hangat, roti
pada saat upacara b. Semua dilonggarkan dan obat jika dibutuhkan.
bendera/kegiatan (gesper, topi, baju,
sekolah celana) agar peredaran
diakibatkan darah lancar.
belum sarapan. c. Diberi rangsangan bau
pada hidung
d. Diberi minum hangat
3 Siswa mengalami a. Dibawa ke UKS Diberi minum hangat dan
suhu badan panas b. Diberi minuman hangat minyak kampak. Jika
saat disekolah/ (dimotivasi minum panas tidak turun maka
kegiatan sekolah. banyak) wali kelas menghubungi
c. Ukur suhu badan wali murid.
d. Diberi paracetamol
sesuai umur dan berat
badan
e. Bila panas tidak turun,
rujuk ke Puskesmas / RS
24
No Kasus / Kejadian Pertologan / Solusi di UKS Tindak Lanjut
25
No Kasus / Kejadian Pertologan / Solusi di UKS Tindak Lanjut
mengalami
menstruasi atau
(BAB & BAK
dicelana) di
sekolah
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas pembahasan terkait tinjauan kasus dan solusi pada
bab 2. Pembahasan pada bab ini mengacu pada beberapa teori yang berhubungan
dengan kasus di sekolah yang berhubungan dengan UKS. Bab ini ditulis secara
uraian dengan mengambil salah satu contoh kasus yang pada umumnya sering
terjadi di lingkungan di sekolah yaitu pingsan, terutama ketika upacara bendera.
A. Pengertian pingsan
Pingsan adalah hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan
oksigen, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh), hiploglikemia, anemia (Waryono, 2015).
B. Gejala
Menurut Waryono (2015) gejala saat seseorang mengalami pingsan
sebagai berikut:
1. Penderita tidak mau menyahut apabila dipanggil dan tidak ada reaksi
terhadap rangsangan misal, dicubit atau digoyang-goyang.
2. Biasanya penderita terbaring dengan tidak bergerak atau terkadang
penderita sangat gelisah.
3. Pernafasan ada, denyut nadi dapat diraba tetapi terasa lambat.
4. Pandangan berkunang-kunang, telinga berdenging, nafas tidak teratur,
muka pucat, biji mata melebar, lemas, keringat dingin, menguap
berlebihan
C. Peran perawat dalam melakukan pertolongan pada seseorang yang pingsan
Pertolongan terhadap kejadian pingsan adalah korban sebaiknya dibawa
ketempat yang teduh, dikendorkan semua yang mengikat tubuh, diberi
rangsangan bau pada hidung, dan setelah sadar diberikan air minim
secukupnya (Adi, 2011).
Menurut Waryono (2015) pertolongan pada seseorang yang pingsan
adalah sebagai berikut:
1. Baringkan penderita di tempat yang teduh dengan udara segar.
27
2. Apabila mukanya merah, kepala ditinggikan tetapi jika mukanya pucat
maka baringkan tanpa bantal.
3. Hendaknya kepala dimiringkan dengan tujuan jika penderita muntah,
apa yang dimuntahkannya mudah keluar dari mulut dan lidahnyapun
tidak jatuh ke belakang agar pernafasan tidak terhalang.
4. Isi mulut (makanan, gigi palsu, bekas muntah) harus dikeluarkan.
5. Pakaian yang menjepit (dasi, leher baju, kutang, ikat pinggang, dll)
dikendorkan.
6. Penderita diselimuti agar tidak kedinginan.
7. Jangan berikan makanan/minuman pada penderita yang pingsan.
8. Jangan tinggal penderita yang pingsan seorang diri, terutama apabila
ia gelisah perlu dijaga supaya tangan, kaki atau kepalanya tidak
terbentur pada benda-benda yang keras. Gerak kaki/tangan penderita
jangan ditahan secara paksa.
9. Serahkan secepatnya penderita pada dokter atau rumah sakit.
28
BAB V
PENUTUP
29
DAFTAR PUSTAKA
30