Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


“FASILITASI STBM DI MASYARAKAT”

DOSEN PENGAMPU :
Ani Hermilestari, B.Sc, MS.Pd, M,Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Adrianus Veno Indi K ( 20181313002 )
Cahnia Ambarwanti ( 20181323037 )
Hardianti ( 20181323011 )
Kalista Apriana ( 20181323039 )
Nur Khalifah ( 20181321020 )
Satrio Adi M N ( 20181313028 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya yang telah
memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga kami dapat menyusun makalah yang
membahas tentang Fasilitasi STBM di Masyarakat dalam mata kuliah Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dengan terselesaikannya makalah ini,
perkenankan pula saya untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nurul Amaliyah, S.K.M., M.SC selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Zainal Akhmadi, S.H., M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma IV Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ani Hermilestari, B.Sc, MS.Pd, M,Pd selaku dosen mata kuliah Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat yang penuh kesabaran dan perhatiannya dalam memberikan ilmu.
4. Seluruh teman-teman sekalian yang telah banyak membantu, serta semua pihak yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu dan bekerja sama dalam
penyusunan laporan ini.
Makalah ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami dan
pihak lain yang membutuhkan, khususnya mahasiswa/i dari Politeknik Kesehatan Kemenkes
Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan

Pontianak, September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB III...........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian STBM...............................................................................................................3
B. Fasilitasi STBM...................................................................................................................4
a. Peran Fasilitator dalam STBM.........................................................................................4

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan salah satu


pendekatan untuk perubahan perilaku higyene dan kesadaran melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan sebagai prinsip utama dan 5 pilar pencapaian
menuju sanitasi total. Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan
perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Diharapkan pada tahun 2025,
Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.
Pemerintah mengembangkan program untuk mengatasi permasalahan sanitasi
yaitu Community Lead Total Sanitation (CLTS) yang kemudian belakangan
dikembangkan menjadi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) upaya sanitsi
berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 yang terdiri dari lima
pilar yaitu ; 1) stop buang air besar sembarangan, 2) cuci tangan pakai sabun, 3)
pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, 4) pengamanan sampah rumah
tangga, dan 5) pengamanan limbah cair rumah tangga. Namun sayangnya dari lima pilar
tersebut masih juga merupakan problem yang tak kunjung selesai hingga saat ini (Arfiah.
2021)
Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya
kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan
dengan sanitasi dan perilaku. Namun, program STBM di Indonesia masih belum bisa
menyelesaikan permasalahan lingkungan dan masih menjadi masalah. Berdasarkan profil
kesehatan nasional pencapaian program STBM pada tahun 2018 sebesar 49,35%
artinya masih jauh dari target nasional program STBM yaitu sebesar 80% (Riskesdas,
2018:176).
Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya manusia terampil
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu komponen terpenting dalam
penerapan STBM adalah adanya fasilitator-fasilitator yang berkualitas dan tersebar

1
diseluruh pelosok nusantara. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia
(2012) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi
profesional dan dalam jangka menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi
profesional. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk
meningkatkan kompetensi pelaksana STBM melalui pelatihan-pelatihan terakreditasi.
Diharapkan dengan pelatihan-pelatihan tersebut, tenaga STBM, khususnya fasilitator
STBM, memiliki keahlian dan kompetensi yang terstandar dan mumpuni.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan STBM?


2. Dalam pelasanaan STBM, fasilitasi apasaja yang harus dilakukan dan dihindari?
3. Bagaimana cara fasilitator dalam menjalin komunikasi yang tepat kepada
masyarakat?

C. Tujuan

1. Mengetahui peran fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan STBM


2. Mengetahui fasilitasi apasaja yang harus dilakukan dan dihindari dalam pelaksaan
kegiatan STBM
3. Mengetahui cara fasilitator dalam menjalin komunikasi yang tepat kepada
masyarakat

2
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian STBM
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Penyelenggara pelaksanaan
pendekatan STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari individu, rumah tangga
maupun kelompok-kelompok masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 3 tahun 2014 STBM merupakan pendekatan untuk mengubah
perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.

Program Penyehatan Lingkungan diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk


melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) masyarakat yang secara
mandiri mampu melakukan perbaikan sanitasi mulai dari identifikasi masalah kesehatan
lingkunganya, menentukan priorotas masalah, merancang model penyelesaianya,
menggali sumberdaya, inplementasi kegiatan, pemeliharaan dan pelestarian hasil kegiatan
hingga pemantauan dan pengawasan. STBM yang diterapkan meliputi lima Pilar yaitu :

1. Stop buang air besar di sembarangan tempat ( stop BABS )

2. Cuci Tangan Pakai Sabun ( CTPS )

3. Pengelolaan air minum dan makanan dirumah tangga

4. Pengelolan sampah rumah tangga dengan benar

5. Pengelolaan limbah rumah tangga

Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya manusia terampil


yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu komponen terpenting dalam
penerapan STBM adalah adanya fasilitator-fasilitator yang berkualitas dan tersebar
diseluruh pelosok nusantara.

3
B. Fasilitasi STBM
Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu sebuah kelompok sehingga dapat
berhasil melaksanakan tugas mereka sambil tetap berhasil menjaga eksistensi kelompok
tersebut.

a. Peran Fasilitator dalam STBM


Tugas seorang fasilitator dalam pendekatan STBM adalah memfasilitasi suatu
proses pemicuan agar terjadi perubahan perilaku masyarakat atas inisiatif masyarakat
sendiri. Sesuai dengan semangat partisipatif, fasilitator mempunyai peran:

1. Sebagai Katalisator (Catalyst)


2. Sebagai Pemberi Bantuan dalam Proses (Process helper)
3. Sebagai Penghubung dengan Sumber Daya (Resource Linker),
4. Sebagai Pemandu Masyarakat untuk Menemukan Solusi,
5. Sebagai Pendamping dalam Proses Pemantauan dan Evaluasi.
b. Prilaku Fasilitator dalam STBM
Untuk menggali dan mengidentifikasi bagaimana seharusnya sikap dan perilaku
seorang fasilitator pemicu pada saaat proses pemicuan, lakukan curah pendapat dan
diskusi secara partisipatif kepada semua peserta pelatihan. Tanyakan bagaimana sikap
kita saat berhadapan dengan orang yang lebih banyak tahu dibanding diri kita.
Hubungan antara seorang fasilitator dan masyarakat sasaran dapat diumpamakan
seperti sikap antara seorang murid (diri fasilitator) terhadap guru (masyarakat
sasaran). Perilaku seorang fasilitator haruslah:
- Penuh sopan santun dan hormat,
- Banyak bertanya untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan,
- Selalu mendengarkan apapun informasi yang disampaikan
masyarakat
- Bersikap kritis dan ingin menggali lebih dalam (misalnya tentang
kenapa masyarakat berperilaku buruk, dan apa sebenarnya pendapat
masyarakat terhadap perilaku buruknya)
- Sabar dan tidak terburu-buru dalam memfasilitasi proses

4
- Tidak mengajari/tidak menggurui/tidak menyuruh ataupun
manganjurkan sasaran harus berbuat ini dan itu,
- Tidak langsung menjawab terhadap pertanyaan masyarakat sasaran,
tetapi mengembalikan mereka untuk mencoba menjawabnya (tidak
memberikan solusi. Solusi ada pada masyarakat sendiri).

Dari berbagai informasi dan pendapat masyarakat, fasilitator kemudian meramu


suatu pertanyaan tentang apa yang akan diperbuat masyarakat ke depan untuk keluar
dari kondisi buruk/tidak nyaman seperti sekarang ini. Jawaban masyarakat akan
menjadi komitmen mereka tentang apa yang akan mereka lakukan (berubah
perilaku), kapan memulai dan bagaimana caranya.

Jika seorang calon fasilitator belum bersikap dan perilaku seperti diatas maka
sangat penting untuk memulai perubahan sikap dan perilaku dari sisi diri sendiri
(sebagai individu), juga dari sisi profesi dan dari sisi institusi. Jika perubahan sikap
dan perilaku seorang fasilitator sudah terjadi maka dia akan bisa berbagi (sharing)
informasi dengan masyarakat sasaran dan dapat berupaya untuk merubah perilaku
masyarakat menggunakan metode pemicuan yang ada.

c. Fasilitasi yang Harus Dilakukan dan Dihindari dalam STBM


Dalam STBM, faktor penentu keberhasilan dan kegagalan (dapat diterapkan dan
tidaknya) pendekatan ini sangat tergantung dari masyarakat. Ada beberapa hal yang
harus dihindari oleh fasilitator dan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan saat
memfasilitasi masyarakat. Misalnya sebagai berikut :
1. Yang perlu di lakukan :
- Memicu kegiatan setempat
Dari awal katakan bahwa tidak akan pernah ada subsidi dalam
kegiatan ini. Jika masyarakat bersedia maka kegiatan bisa
dilanjutkan tetapi jika mereka tidak bisa menerimanya, hentikan
proses.
- Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka, yang
memicu rasa jijik dan malu dan mendorong orang dari BAB di
sembarang tempat menjadi BAB di tempat yang tetap dan tertutup.

5
- Melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk proses
fasilitasi.
- Fasilitator hanya menyampaikan “ pertanyaan sebagai pancingan”
dan biarkan masyarakat yang berbicara/ diskusi lebih banyak.
- Membiarkan mereka menyadarinya sendiri
- Kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada masyarakat
itu sendiri, misalnya:
“jadi bagaimana sebaiknya menurut bapak/ibu?”
2. Yang dilarang di lakukan :
- Menawarkan subsidi
- Mengajari/menggurui
- Menyuruh membuat jamban, sarana dan prasarana sanitasi, atau
memperlihatkan contoh-contoh tipe jamban selama proses pemicuan
- Memberikan alat-alat atau petunjuk kepada orang perorangan
- Menjadi pemimpin, mendominasi proses diskusi. (selalu
menunjukkan dan menyuruh masyarakat melakukan ini dan itu pada
saat fasilitasi)
- Memberitahukan apa yang baik dan apa yang buruk
- Langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
masyarakat

Pastikan bahwa semua pelatihan dilaksanakan sesuai prinsip


STBM termasuk pemicuan masyarakat yaitu sebagai berikut :

- Jangan mengorbankan kualitas untuk mempercepat perluasan


kegiatan.
- Jangan mengijinkan atau mendukung pelatihan bagi pelatih atau
fasilitator dalam kelas tanpa proses pemicuan dan tidak lanjut.
- Jangan merekrut lembaga pelatihan atau lembaga lainnya yang tidak
pernah melakukan proses STBM di lapangan.
- Jangan merekrut atau mendukung lembaga atau LSM yang
menyalah-gunakan metode STBM.

6
d. Cara fasilitator dalam menjalin komunikasi yang tepat kepada masyarakat
1. Trik Mendengar
Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah
pertanyaan. Pertanyaan itu membuat kita lebih mengerti makna dari
pernyataan atau ucapan dari si pembicara. Ketika si pembicara mengatakan ”
Saya setuju bahwa”. Maka kita ajukan pertanyaan: ”Apa yang anda setuju
tadi?”. Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau mendorong
orang lain untuk mendengar secara lebih baik.
Apabila terdapat peserta yang berbicara berputar- putar dan nampak
tidak yakin apakah penjelasannya ditangkap oleh pendengar sehingga
mengulang-ulang dan menjadi bingung sendiri, triks paraphrasing diperlukan
untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK yang ingin
disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih
baik dan membantu pendengar untuk mendengarkan secara lebih baik. Untuk
peserta atau pembicara yang ’pelit’ bicara, atau peserta yang kesulitan
menyampaikan gagasannya secara lengkap, triks ”drawing people out”
diperlukan. Triksi ini dimaksudkan untuk meminta pembicara menjelaskan
lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi, serta merumuskan kembali
gagasan pokoknya. Triks ”mirroring” serupa tapi tidak sama dengan
paraphrasing, karena menyampaikan kembali pembicaraan peserta tetapi
dengan mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator tidak
menggunakan kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara)
seperti apa adanya. Adapun trik-trik dalam mendengarkan adalah sebagai
berikut :
1) Membahasakan kembali ( paraphrasing )
- Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting
untuk dipelajari. Teknik ini merupakan dasar dari teknik lainnya
- Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa
ucapannya dimengerti orang lain
- Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit dan
membingungkan.

7
2) Menarik Keluar ( Drawing People Out )
- Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik
keluar gagasan yang belum dikatakan.
- Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan
gagasan.
3) Memantulkan ( Mirroring )
- Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata-kata
warga. Tujuannya, meyakinkan warga bahwa fasilitator
mendengarkan ucapannya.
- Biasanya digunakan mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai
untuk memfasilitasi proses curah pendapat.
4) Mengumpulkan Gagasan
- Adalah teknik mendata gagasan secara cepat. Hanya untuk
mengumpulkan dan bukan hendak mendiskusikannya.
- Kumpulkan gagasan dengan memadukan teknik membahasakan
kembali. Agar lebih cepat, gunakan teknik memantulkan. Dengan
memantulkan ucapan, warga merasa didengarkan dan mereka
akan ikut menyampaikan gagasan secara singkat. Biasanya dalam
3 sampai 5 kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan
tulis.
5) Mengurutkan ( stacking )
- Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika
beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu bersamaan.
- Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa
gangguan dari orang yang berebut kesempatan bicara.
- Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih
ringan.
6) Mengembalikan ke Jalurnya (Tracking)
- Bayangkan bila ada lima orang yang ingin membicarakan berbagai
akibat dari penumpukan sampah. Empat orang ingin menghitung

8
biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga orang tertarik
membahas pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik.
- Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting
seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini,
fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalurnya
- Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena
gagasannya tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.
- Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami situasi
diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa saran dia
penting, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih kasih.
Tanyakan juga pendapat orang yang lain.
7) Menguatkan ( Encouraging )
- Adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa
membuat mereka tersiksa karena terpaksa menjadi pusat perhatian.
- Dalam diskusi biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam.
Diam bukan berarti malas atau tidak mau tahu. Mereka merasa
kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan sesuatu yang
menarik perhatian mereka.
- Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal
diskusi, pada saat para peserta masih menyesuaikan diri. Bagi
peserta yang lebih terlibat, mereka tidak membutuhkan begitu
banyak penguatan untuk berpartisipasi.
8) Menyeimbangkan ( Blancing )
- Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari
orang yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada sebagian
peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau bicara.
- Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa
”diam berarti setuju”.Teknik menyeimbangkan gunanya untuk
membantu orang yang tidak bicara karena merasa pendapatnya
pasti tidak disetujui banyak orang.

9
- Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator sebenarnya
menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh menyatakan
pendapat apapun.
9) Membuka Ruang ( Making Space )
- Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan
kepada peserta yang pendiam untuk terlibat dalam diskusi
- Dalam setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang
bicara. Pada saat diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan
yang berpikir lambat mungkin mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri.
- Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin
dianggap ingin menang sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi
sambil meraba-raba apakah ia dapat diterima atau tidak. Banyak
juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka,
fasilitator perlu membuka ruang partisipasi
10) Diam Sejenak ( Intentional Silence )
- Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu
sejenak agar si pembicara menemukan apa yang ingin ia katakan.
- Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk untuk
mengenali pemikiran atau perasaannya. Kadang - kadang berhenti
bicara beberapa detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin
berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun pikirannya.
- Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terlalu mudah berbicara.
Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam
11) Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar
- Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna
ketika peserta diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini
dapat memperjelas letak persamaan dan pertentangan pendapat
yang terjadi dalam diskusi.
- Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga
tersadar bahwa mereka saling bertentangan, mereka memiliki

10
kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki banyak
kesamaan.
2. Teknik Bertanya
Agar proses fasilitasi berhasil, fasilitator harus mempersiapkan segala
sesuatunya dengan matang. Sebagai acuan dalam diskusi penting dilakukan
untuk membuat daftar pertanyaan kunci supaya proses diskusi tidak melebar
kemana-mana. Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan karakteristik
peserta supaya kita dapat mengatasi peserta-peserta yang ‘sulit’ (dominan,
diam saja, ngobrol sendiri dan sebagainya).
Anggapan banyak pihak, keterampilan yang paling dibutuhkan untuk
memfasilitasi adalah “pandai berbicara” padahal keterampilan yang sangat
penting dimiliki oleh seorang fasilitator adalah mendengarkan dan bertanya.
Bertanya adalah keterampilan yang mutlak harus dikuasai oleh fasilitator,
karena hakekat dari fasilitasi dan komunikasi partisipatif adalah menggali
dengan pertanyaan-pengalaman peserta dan membantu proses agar peserta
bisa menganalisa sendiri masalah-masalah yang dihadapi dan menemukan
jalan pemecahannya. Tidak jarang ditemui, biasanya terjadi pada fasilitator
pemula, fasilitator panik dan bukannya menggali pemahaman peserta akan
tetapi malah menyimpulkan dan berceramah berdasarkan pengetahuannya
dengan mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta. Di lain pihak
fasilitator juga seiringkali tidak sabar untuk “menunggu” peserta berpikir dan
mendengarkan peserta dalam mengungkapkan isi pikirannya.
Teknik bertanya dalam proses fasilitasi sebenarnya sederhana, yang paling
penting harus tetap mencerminkan komunikasi yang dialogis dan multi arah
sehingga proses diskusi bukan hanya milik fasilitator akan tetapi milik para
peserta diskusi. Artinya fasilitator harus memberikan ruang kepada peserta
untuk mengungkapkan pendapat dan pengalamannya. Adapun teknik bertanya
yang baik, sebaiknya diperhatikan teknisinya agar :
1) Setiap pertanyaan yang diajukan tidak panjang lebar–singkat dan jelas,
jika perlu ulangi sampai peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan
tersebut hanya ditujukan pada peserta tertentu.

11
2) Usahakan jangan sampai peserta “gelagapan” atau malah gugup
menjawabnya, maka hindari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
tendensius apalagi dengan gaya bertanya yang menghakimi.
3) Tidak terjadi debat kusir apabila ada pertanyaan dari peserta dilempar
kepada peserta lainnya.

Apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya mengacu pada


pertanyaan pokok, APA, SIAPA, DIMANA, MENGAPA, KAPAN dan
BAGAIMANA. Bila dihubungkan dengan tahapan dalam alur belajar pengalaman
berstruktur, maka kunci–kunci pertanyaan yang biasa dipakai adalah:
Mengungkapkan;

1) Mengungkapkan fakta biasanya memakai kata tanya : APA, SIAPA,


DIMANA dan KAPAN
2) Mengungkapkan fakta atau pendapat (opini) bisanya memakai kata kunci
BAGAIMANA
3) Mengungkapkan apa yang nyata-nyata terjadi dan dialami peserta
memakai kata kunci APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN selain itu juga
jenis-jenis ’pertanyaan ingatan’ dan ’pengamatan’ banyak digunakan
dalam tahap ini.
3. Teknik Menghadapi Situasi Sulit
1) Cek perasaan semua peserta/seluruh kelompok: lemparkan
pertanyaan kepada seluruh kelompok untuk memperoleh pendapat
kelompok tentang masalah yang muncul: “Bagaimana menurut yang
lain?”
2) Pusatkan kembali perhatian “Ok Lin, saya rasa itu masalah yang
berbeda dengan apa yang sedang kita bahas–boleh disimpan dulu
untuk kemudian kita diskusikan?
3) Gunakan bahasa tubuh. Berdirilah dan berjalan menuju tengah-
tengah ruangan, ajak peserta untuk terlibat dengan kontak mata dan
mencondongkan badan ke depan

12
4) Gunakan humor yang sepantasnya; kalau digunakan dengan pantas,
humor akan mengurangi ketegangan. Tetapi, kalau bercanda jangan
membuat orang lain ditertawakan.
5) Ingatkan akan norma kelompok, ”Satu hal yang kita sepakati pada
awal pertemuan adalah jangan ada diskusi swasta. Bisakah kita
mentaati norma ini?
6) Alihkan perhatian, “Bisa minta waktu 2 menit lagi sebelum kita
lanjutkan ke kesimpulan?”
7) Jangan mengabaikan atau menghindar. Memang sulit untuk
menghadapi resistensi ketika kita mendeteksinya. Tetapi,
mengabaikan atau menghindar dari resistensi yang ada akan
mengacaukan proses-proses selanjutnya. Bukan tidak mungkin akan
menghentikan (membubarkan) proses itu sama sekali.
4. Dinamika Bertanya
Metode ini kita terapkan untuk melakukan pendalaman materi. Sesuai
dengan prinsip, bahwa orang dewasa adalah orang yang telah memiliki
berbagai pengalaman, proses tanya jawab tidak berarti pertanyaan dari peserta
harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada peserta yang
bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan
kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan jawaban. Adapun langkah
umum dalam dinamika bertanya sebagai berikut :
- Jika proses diawali dengan pertanyaan dari peserta belajar:
 Persilakan peserta untuk bertanya tentang topik yang
disampaikan.
 Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan peserta yang
lain untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut
berdasarkan pengalaman mereka
 Pada saat tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap
mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak
melebar ke mana-mana.

13
 Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa
memberikan masukan.
- Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator
 Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam
pemahaman materi yang akan disampaikan. • Ajukan
pertanyaan kunci tersebut dan minta peserta untuk
menanggapinya.
 Pada saat tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap
mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak
melebar kemana-mana.
 Simpulkan jawaban- jawaban tersebut, jika perlu kita bisa
memberikan masukkan.
5. Curah Pendapat
Metode curah pendapat (asah otak/brainstorming) adalah suatu cara yang
cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak memungkinkan warga
belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan
masalah mereka.
Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan
dengan pemecahan masalah tertentu, atau kegiatan-kegiatan lain yang
membutuhkan munculnya gagasan-gagasan baru. Ada dua tahap
pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak :
- Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide.
Ide tersebut bisa ditulis di atas lembaran kertas dan
memperkenalkannya di atas papan atau menuliskannya secara
langsung dalam sebuah bagan-bagan. Warga dilarang berkomentar
selama tahap ini.
- Tahap kedua adalah mengevaluasi ide-ide yang dihasilkan
selama tahap pertama. Kemudian, warga belajar diminta
mengelompokan ide-ide yang sama, lalu memberikan tanda pada
setiap kelompok dalam sebuah prioritas (ada kelompok ide dengan
prioritas paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Fasilitator memiliki peran sebagai katalisator (catalyst), sebagai pemberi bantuan
dalam proses (process helper), sebagai penghubung dengan sumber daya
(resource linker), sebagai pemadu masyarakat untuk menemukan solusi dan
sebagai pendamping dalam proses pemantauan dan evaluasi.
2. Fasilitasi yang harus dilakukan dalam STBM yaitu memicu kegiatan setempat,
memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka, melibatkan
masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk proses fasilitasi, fasilitator hanya
menyampaikan “ pertanyaan sebagai pancingan” dan biarkan masyarakat yang
berbicara/ diskusi lebih banyak, membiarkan mereka menyadarinya sendiri
kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada masyarakat itu sendiri.
Sedangkan untuk yang dilarang di lakukan dalam STBM yaitu menawarkan
subsidi, mengajari/menggurui, memberikan alat-alat atau petunjuk kepada orang
perorangan, menjadi pemimpin/mendominasi proses diskusi, memberitahukan apa
yang baik dan apa yang buruk, serta langsung memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan masyarakat.
3. Cara fasilitator dalam menjalin komunikasi yang tepat kepada masyarakat yaitu
dengan trik mendengar, teknik bertanya, teknik menghadapi situasi sulit,
dinamika bertanya,dan yang terakhir curah pendapat.

B. Saran
Diharapkan agar fasilitator mengetahui peran-perannya dalam pelaksanaan
kegiatan STBM,mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam
kegiatan STBM serta mengetahui bagaimana dalam menjalin komunikasi yang tepat
kepada masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arfiah, Arfiah, Patmawati Patmawati, and Afriani Afriani. "Gambaran Pelaksanaan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Di Desa Padang Timur Kecamatan Campalagian Kabupaten
Polewali Mandar." J-KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat 4.2 (2021): 113-135.

16

Anda mungkin juga menyukai