Dosen Pengampu:
1. Bambang Supraptono, M. Kes (Epid), MPH
2. Ani Hermilestari, B. Sc, S.P.d, M.Pd
Instruktur:
1. Heni Citrawati, S.ST
2. Triyana Nurhayati
PRODI SANITASI
PROGRAM DIPLOMA TIGA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya yang telah
memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun makalah yang
membahas promosi kesehatan tepat pada waktunya.
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Ibu Nurul Amaliyah, S.K.M, M.Kes selaku Ketuia Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Bapak Dr. Malik Saepudin, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Bambang Supraptono, M. Kes (Epid), MPH selaku dosen mata kuliah Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang penuh kesabaran dan perhatiannya dalam
memberikan bimbingan sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Ani Hermilestari, B. Sc, S.P.d, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang penuh kesabaran dan perhatiannya dalam
memberikan bimbingan sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh teman-teman sekalian yang telah banyak membantu, serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan bekerja sama dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah ini disadari penulis masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan, khususnya mahasiswa/i dari Politeknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang
air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum
dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola
limbah cair rumah tangga dengan aman.
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku sanitasi dan higiene melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Pembangunan sanitasi di
Indonesia telah bergeser dari pendekatan pemberian bantuan berupa jamban
bersubsidi ke rumah tangga menjadi pemberdayaan masyarakat dan perubahan
perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Pendekatan ini dikenal dengan nama Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan telah dicanangkan secara Nasional.
STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CTS)
yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di
Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah
perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban
yang saniter dan layak.
4
sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Indonesia 2005-2025.
Pendekatan STBM terdiri dari tiga strategi yang harus dilaksanakan secara
seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan
penyediaan akses sanitasi, dan 3) penciptaan lingkungan yang kondusif. Penerapan
STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah Rumah
Tangga (PS-RT), dan (5) Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan dan strategi nasional STBM ?
2. Apa konsep dasar pendekatan STBM ?
3. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam STBM ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebijakan dan strategi nasional STBM
2. Untuk mengetahui konsep dasar pendekatan STBM
3. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat dalam STBM
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Konsep Dasar Pendekatan STBM
7
Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari masyarakat.
Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya membantu memberikan masukan
dan pilihan-pilihan solusi kepada masyarakat untuk meningkatkan akses dan
kualitas higienis dan sanitasinya. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana
sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar tidak
diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta
natural-natural leader di masyarakat.
c. Tidak menggurui/memaksa
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara menggurui dan
memaksa mereka untuk mempraktikkan budaya higienis dan sanitasi, apalagi
dengan memaksa mereka membuat/ membeli jamban atau produk-produk
STBM.
d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-
perencanaan-pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan. Keputusan
masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci keberhasilan STBM.
8
2. Memfasilitasi masyarakat agar dapat beruba dari tidak tahu menjadi tahu atau
sadar (aspek pengetahuan atau knowledge).
3. Dari tahu menjadi mau (aspke sikap atau attitude)
4. Dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
tindakan atau practice).
Untuk melaksanakan tahapan tersebut, diperlukan strategi. Strategi pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan mencakup :
1. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam
proses pembangunan kesehatan.
2. Pengembangan/pengorganisasian masyarakat dalam pemberdayaan dengan
mengupayakan peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam
pembangunan kesehatan.
3. Peningkatan upaya advokasi yang mending masyarakat memperjuangkan
kepentingannya melalui pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
4. Penggalangan kemitraan dan partisipasi lintas sektor terkait, swasta, dunia usaha
dan pemangku kepentingan dalam pengembangan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
5. Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal, baik
dana dan tenaga serta budaya.
D. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
Berikut terdapat pendapat-pendapat ahli terkait komunikasi.
1. Anwar arifin, komunikasi adalah jenis proses sosial yang erat kaitannya dengan
aktivitas manusia serta sarat akan pesan maupun perilaku.
2. Skinner, komunikasi sebagai suatu perilaku lisan maupun simbolik dimana pelaku
berusaha memperoleh efek yang diinginkan.
3. Gode, mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk
membuat sesuatu kemudia ditunjukkan kepada orang lain.
9
Berdasarkan media penyampaiannya, komunikasi dibedakan menjadi komunikasi
verbal dan komunikasi nonverbal
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dalam
bentuk lisan maupun tulisan untuk bertukar informasi, dalam keseharian kita
gunakan saat berbicara secara langsung maupun dengan alat bantu.
2. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi yang
disampaikan tanpa kata-kata atau non lingusitik. Bentuk-bentuk nya yaitu,
gerakan tubuh, paralanguage (suara), gangguan vokasl, dan penggunaan ruang.
10
Komunikasi akan efektif bila pesan yang disampaikan pemberi pesan
diterima oleh penerima pesan sesuai dengan maksud penyampai pesan dan
menimbulkan saling pengertian.
3. Hambatan dalam komunikasi
Faktor yang berpotensi menjadi penghambat dalam komunikasi yang efektif
adalah :
a. Perbedaan status sosial antara komunikasi dan komunikator.
b. Problem semantik, menyangkut bahasa yang digunakan komunikator dalam
menyampaikan pesan.
c. Distorsi persepsi, disebabkan perbedaan cara pandang yang sempit pada diri
sendiri dan perbedaan cara berpikir pada orang lain.
d. Perbedaan budaya
e. Gangguan fisik
f. Keterbatasan saluran komunikasi
g. Tidak ada umpan balik/tanggapan.
E. Advokasi
Secara umum advokasi merupakan sebuah tindakan yang menjurus pada
pembelaan, dukungan maupun bentuk rekomendasi berupa dukungan aktif. Dalam hal
ini advokasi bisa menjadi suatu upaya maupun proses yang bertujuan untuk mendapat
komitmen yang di lakukan secara persuatif dengan mengatakan keakuratan dan
ketepatan informasi. Advokasi kesehatan dapat diartikan juga suatu rangkaian
komunikasi strategis yang di rancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam
kurang waktu tertentu baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat keputusan
membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat.
Cara melakukan advokasi yang efektif
1. Analisis pemangku kepentingan
Analisis pemangku kepentingan diperlukan karena sangat penting peranannya
dalam pengembangan rencana advokasi selanjutnya. Dalam analisis tersebut,
seetiap pemangku kepentingan potensial dijajagi siapa dan seberapa besar
peranannya dalam isu yang akan diadvoskasi.
2. Strategi advokasi
Adalah sebuah kombinasi dari pendekatan, teknik dan pesan-pesan yang
diinginkan oleh para perencana untuk mencapai maksud dan tujuan advokasi.
11
Langkah-langkah kunci dalam merumuskan strategi advokasi :
a. Mengidentifikasi dan menganalisis isu advokasi.
b. Mengidentifikasi dan menganalisis pemangku kepentingan utama.
c. Merumuskan tujuan yang terukur.
d. Mengembangkan pesan-pesan utama advokasi.
e. Mengembangkan strategi (pendekatan, teknik-teknik, pesan-pesan, dll).
f. Mengembangkan rencana aksi advokasi.
g. Merencanakan pengawasan, pemantauan, dan penilaian.
3. Pendekatan
Pendekatan merupakan kunci advokasi
a. Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan,
b. Menjalin kemitraan,
c. Memobilisasi kelompok tersebut,
Menurut UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam
advokasi, yaitu melibatkan para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun
kemitraan, memobilisasi massa, dan membangun kapasitas. Strategi advokasi
dilakukan melalui pembentukan koalisi, pengembangan jaringan kerja, pemabngunan
institusi, pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.
12
Mengembangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan perpaduan antara ilmu
pengetahuan dan seni. Pesan advokasi mengajukan fakta dan data akurat, juga
diharuskan mampu untuk membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk
mempengaruhi para penentu kebijakan.
13
3. Selalu mendengarkan apapun informasi yang disampaikan masyarakat
4. Bersikap kritis dan ingin menggali lebih dalam (misalnya tentang kenapa
masyarakat berperilaku buruk, dan apa sebenarnya pendapat masyarakat terhadap
perilaku buruknya)
5. Sabar dan tidak terburu-buru dalam memfasilitasi proses
6. Tidak mengajar/tidak mengguru/tidak menyuruh ataupun manganjurkan sasaran
harus berbuat ini dan itu
7. Tidak langsung menjawab terhadap pertanyaan masyarakat sasaran, tetapi
mengembalikan mereka untuk mencoba menjawabnya (tidak memberikan solusi.
Solusi ada pada masyarakat sendiri).
1. Identifikasi orang yang sudah dilatih dengan kinerja yang baik selama melakukan
pemicuan.
2. Pilih, latih dan dukung fasilitator yang baik kinerjanya.
3. Menegaskan bahwa semua pelatihan memanfaatkan pengalaman pembelajaran
pemicuan dan tindak lanjut yang segera dapat dilaksanakan.
4. Komitmen untuk bekerja penuh wakti bagi tenaga pelatih dan fasilitator
5. Arah fasilitator untuk bekerja secara tim
6. Mulai dengan situasi yang menyenangkan.
7. Cari dan bentuk jejaring dengan duta
8. Penyuluhan/kampanye
9. Mendorong kompetisi dan rayakan bila ada yang sukses
10. Perkuat inovasi dan pembelajaran
11. Identifikasi dan dukung fasilitator masyarakat
12. Monitor progress setelah pemicuan
13. Kembangkan metode yang menjadikan STBM sebuah gerakan yang luas dan
mandiri
14. Pertimbangkan penggunaan STBM bagai pintu masuk untuk pengembangan
strategi program lain.
14
2. Jangan mengijinkan atai mendukung pelatihan bagi pelatih atau fasilitator dalam
kelas tanpa proses pemicuan dan tidak lanjut.
3. Jangan merekrut lembaga pelatihan atau lembaga lainnya yang tidak pernah
melakukan proses STBM di lapangan
4. Jangan merekrut atau mendukung lembaga atau LSM yang menyalah-gunakan
metode STBM.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah
perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Pendekatan STBM memiliki indikator outcome dan indikator output.
Konsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitation (CLTS)
yang telah disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan di Indonesia. Sebelum
memahami konsep dan prinsip STBM, berikut dijelaskan secara singkat konsep
CLTS. CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan dan
mulai berkembang pada tahun 2001.
16
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM - aruvq | PDF Online. (n.d.). FlipBuilder.
https://online.flipbuilder.com/aruvq/isgp/index.html
18